Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak berlakunya otonomi daerah, maka setiap daerah diberikan
kewenangan dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan guna
meningkatkan pelayanan, pemberdayaan serta peningkatan daya saing daerah,
untuk menjalankan wewenang tersebut, maka daerah memerlukan sumber daya.
Sumber daya ekonomi teermasuk sumber pendapatan daerah.
Pasal 285 Ayat (1) UU PD menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah
salah satunya adalah pajak dan retribusi daerah. salah satu jenis pajak daerah
adalah pajak hiburan yang berkonstribusi besar pada pendapatan pajak daerah. 1
Kota Medan telah mengatur pemungutan pajak hiburan melalui Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan dan telah
dirubah dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Pajak Hiburan berdasarkan Peraturan Wali Kota Medan Nomor 10 Tahun 2017
Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan, diserahkan kepada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi
Daerah Kota Medan.
Berlakunya Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Pajak Hiburan, maka beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan diubah dan dinyatakan tidak

berlaku. Salah satu objek pajak hiburan yang dinyatakan tidak berlaku adalah golf
1

Marihot P Siahaan, Pajak dan Retribusi Daerah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2005), hlm.21.

1
Universitas Sumatera Utara

2

sebagaimana putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 52/PUU-IX/2011 tanggal 18
Juli 2012 menyatakan golf tidak lagi menjadi objek pajak hiburan.
Data tentang pajak hiburan di kota Medan dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 2
Target dan Realisasi Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapat Kota Medan
Tahun Anggaran 2014-2016
Tahun
Target

Realisasi (Rp)
Persentase (%)
2013
95.209.441.389,00
70.485.458.322,22
73,76
2014 113.209.441.000,00
88.82.567.850,86
78,42
2015 113.209.441.000,00
91.590.223.058,75
90,90
2016 113.209.441.000,00
106.429.552.172,14
94,01
Sumber : Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan, 2017
Berdasarkan data di atas, bahwa target dan realisasi pajak hiburan untuk
tahun 2013 belum terealisasi sesuai dengan target yaitu targetnya sebesar Rp.
95.209.441.389,00 sedangkan yang terealisasi sebesar Rp. 70.485.458.322,22 atau
(73,76%), pada tahun 2014 targetnya adalah sebesar Rp. 113.209.441.000,00

sedangkan terealisasi sebesar Rp. 88.82.567.850,86 atau sebesar (78,42%), tahun
2015 targetnya adalah sebesar Rp. 113.209.441.000,00 sedangkan yang terealisasi
sebesar Rp. 91.590.223.058,75 atau sebesar 90,90%, tahun 2016 targetnya adalah
113.209.441.000,00 sedangkan yang terealisasi adalah Rp. 106.429.552.172,14
atau sebesar 94,01%. Berdasarkan data tersebut, maka target dalam pemungutan
pajak hiburan di kota Medan belum memenuhi target yang ditetapkan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan (selanjutnya disebut Undang-Undang KUP)

merupakan ketentuan

formal yang mengatur mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak serta

Universitas Sumatera Utara

3

kewenangan dan kewajiban Fiskus. Salah satu hak yang diberikan kepada wajib
pajak adalah hak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Hak ini

diberikan khusus bagi wajib pajak yang mengalami kesulitan likuiditasatau
mengalami keadaan diluar kekuasaannya sehingga wajib pajak tidak akan mampu
memenuhi kewajiban pajak pada waktunya. 2 Hak ini dapat diberikan dalam hal
wajib pajak mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
(KPP). Hak wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
diberikan paling lama 12 (dua belas) bulan. 3
Menurut Pasal Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang KUP menyebutkan :
Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan
persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk
kekurangan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 12 (dua
belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Aturan pelaksanaan ketentuan Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang KUP
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang
Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan
Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan
Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
80/PMK.03/2010, serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 38/PJ./2010
tentang Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak.


2

Pasal 1 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 38/Pj/2008 Tentang
Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak Direktur Jenderal Pajak.
3
Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Universitas Sumatera Utara

4

Tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur sebagai
berikut:
1. Permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3), harus
diajukan secara tertulis paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh
tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan, serta :
a. Jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa angsuran,
dan besarnya angsuran.

b. Jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk ditunda dan jangka waktu
penundaan.
2. Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilampaui dalam hal
Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak sehingga
Wajib Pajak tidak mampu melunasi utang pajak tepat pada waktunya
3. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan dengan
menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini. 4
Angsuran atas utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3)
dapat diberikan untuk :5
1. Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan
Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4

Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 38/Pj/2008 Tentang Tata Cara
Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak Direktur Jenderal Pajak.
5
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 38/Pj/2008 Tentang
Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak Direktur Jenderal Pajak


Universitas Sumatera Utara

5

6 ayat (4) dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan,
untuk permohonan angsuran atas utang pajak berupa pajak yang masih harus
dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1).
2. Paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk
permohonan angsuran atas kekurangan pembayaran utang pajak berupa pajak
yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dengan angsuran paling banyak
1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
Penundaan atas utang pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (3)
dapat diberikan untuk :6
1. Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan
Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (4), untuk permohonan penundaan atas utang pajak berupa pajak yang
masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1).
2. Paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk

permohonan penundaan atas kekurangan utang pajak berupa pajak yang
terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2).
Wajib pajak yang mengajukan permohonan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak harus memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan
berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak, kecuali apabila
Kepala Kantor Pelayanan Pajak menganggap tidak perlu. Jaminan sebagaimana
6

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 38/Pj/2008 Tentang
Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak Direktur Jenderal Pajak

Universitas Sumatera Utara

6

dapat berupa garansi bank, surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak,
penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat deposito.
Wajib pajak yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang
melampaui jangka waktu harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar

utang pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran atau
penundaan. Dalam hal permohonan wajib pajak tersebut disetujui, kepala kantor
akan menerbitkan surat keputusan persetujuan penundaan pembayaran pajak atau
surat keputusan persetujuan angsuran pembayaran pajak.
Dalam hal Kepala Kantor telah menerbitkan surat keputusan persetujuan
penundaan atau angsuran pembayaran pajak dan wajib pajak mengajukan
keberatan atas suatu surat ketetapan pajak untuk masa pajak, bagian tahun pajak,
atau tahun pajak 2008 dan sesudahnya, sebagai konsekuensinya wajib pajak wajib
melunasi seluruh pajak yang masih harus dibayar yang telah disetujui dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum keberatan diajukan. Dengan
demikian, apabila wajib mengajukan keberatan surat keputusan persetujuan
angsuran pembayaran pajak atau surat keputusan persetujuan penundaan
pembayaran pajak menjadi tidak berlaku. 7
Sedangkan, dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan atas suatu surat
ketetapan pajak untuk Masa Pajak Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007
dan sebelumnya yang pelunasannya telah memperoleh persetujuan untuk
mengangsur atau menunda, Surat Keputusan Persetujuan Angsuran atau

7


Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 38/Pj/2008
Tentang Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak Direktur Jenderal
Pajak.

Universitas Sumatera Utara

7

Penundaan Pembayaran Pajak tetap berlaku dan Wajib Pajak wajib melunasi
sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan. 8
Selanjutnya, apabila terhadap utang pajak yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak untuk masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak tahun
2007

dan

sebelumnya,

diangsurpembayarannya


yang

diterbitkan

telah

mendapat

persetujuan

untuk

Surat

Keputusan

Pembetulan,

Surat

Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang
menerima sebagian, besarnya angsuran dari sisa utang pajak ditetapkan kembali
dengan ketentuan:
1. Jumlah pokok dan bunga setiap angsuran tidak lebih dari jumlah setiap
angsuran yang telah disetujui.
2. Masa angsuran paling lama sama dengan sisa masa angsuran yang telah
disetujui.
Berdasarkan latar belakang di atas, dipilih judul tentang "Pengangsuran
dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pajak Hiburan".
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pajak hiburan dalam Hukum Administrasi Negara ?
2. Bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak hiburan di kota Medan
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pajak Hiburan ?
8

Pasal 9 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 38/Pj/2008 Tentang
Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak Direktur Jenderal Pajak.

Universitas Sumatera Utara

8

3. Bagaimana pengajuan permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran
pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan menurut Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pajak hiburan dalam Hukum Administrasi Negara.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak hiburan di kota Medan
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pajak Hiburan.
3. Untuk mengetahui pengajuan permohonan pengangsuran dan penundaan
pembayaran pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan.
Manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan
dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu
hukum khususnya tentang pengajuan permohonan pengangsuran dan
penundaan pembayaran pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan.
2. Secara praktis memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengajuan
permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak hiburan pada
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

9

D. Keaslian Penulisan.
Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang
dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
penulisan skripsi terkait dengan Analisis Yuridis Pengajuan Permohonan
Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun
2011 Tentang Pajak Hiburan belum pernah ditulis sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini
merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi
orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari
buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu
internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas
keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi
ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan.
1. Pajak Daerah dan Jenis-Jenis Pajak daerah.
Salah satu peranan pemerintah dalam sistem perekonomian adalah
melakukan pemungutan pajak. Setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti
berurusan dengan pajak. Oleh sebab itu, sebagai anggota masyarakat setiap orang
wajib mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak. Secara
umum pajak diartikan sebagai pemabyaran wajib dari perorangan atau badan
hukum kepada Negara untuk membiayai pengeluran-pengeluaran pemerintah bagi
kepentingan-kepentingan umum.

Universitas Sumatera Utara

10

Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak daerah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, pajak daerah diartikan sebagai
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.Pajak pada mulanya merupakan upeti (pemberian
secara cuma-Cuma tetapi sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat
dipaksakan dan harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat). Ketika itu, rakyat
memberikan upetinya kepada raja atau penguasa dalam bentuk natura, berupa
padi, ternak atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa dan lain-lain.
Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan /kepentingan
raja atau penguasa setempat. 9
Ada banyak pengertian yang diberikan oleh para sarjana mengenai apa
sebenarnya pajak itu. Menurut Hadi Poernomo, pajak adalah iuran wajib anggota
masyarakat kepada kas negara karena undang-undang dan atas pembayaran
tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. 10

9

Wirawasan B. Ilyas dan Ricahrd Burton, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2010)

hlm. 1
10

Hadi Poernomo, Reformasi Administrasi Perpajakan dalam Kebijakan Fiskal:
Pemikiran, Konsep dan Implementasi. (Jakarta : Kompas, 2004), hlm. 11

Universitas Sumatera Utara

11

Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah. Pajak pusat diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pajak Daerah yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, terdiri atas 5 jenis pajak daerah provinsi dan 11 jenis pajak
daerah Hiburan/kota adalah sebagai berikut :11
a. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Air Permukaan
5) Pajak Rokok.
b. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah;
9) Pajak Sarang Burung Walet

11

Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia , Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.

Universitas Sumatera Utara

12

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
2. Pajak Hiburan dan Manfaatnya bagi Daerah
Menurut Pasal 1 angka 24 dan 25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah bahwa pajak hiburan adalah pajak
atas penyelenggaraan hiburan.. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
Siti Resmi mengemukakan bahwa pajak hiburan merupakan salah satu
penerimaan daerah yang memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), sehingga diharapkan pajak hiburan tersebut dapat dijadikan
sebagai alternatif pendapatan pemerintah untuk mendukung peningkatan potensi
daerah dalam rangka pembangunan daerah. 12
Termasuk pajak hiburan sebagaimana dimaksud, antara lain: 13
a. Tontonan film
b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana
c. Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya
d. Pameran
e. Diskotik, karaoke, klub malam dan sejenisnya
f. Sirkus, akrobat, dan sulap
g. Permainan bilyar, bowling.
h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan

12
13

Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus. (Bandung: Tarsito, 2009), hlm. 28
Pasal 2 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pajak

Hiburan

Universitas Sumatera Utara

13

i.

Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center).

j.

Pertandingan olah raga.
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Dengan

demikian pajak hiburan itu sendiri dapat diartikan secara singkat adalah pajak atau
pungutan daerah atas penyelenggara hiburan di tempat tersedianya hiburan
tersebut. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
penyelenggaraan daerah otonom sehingga daerah mempunyai kewenangan untuk
mengenakan untuk atau tidak mengenakan suatu jenis pajak Kabupaten/Kota.
Pembangunan Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia tentu tidak sama, demikian
juga dengan penyelenggaraan pajak hiburan, oleh karena itu untuk dapat
menerapkan pada suatu daerah Kabupaten/Kota pemerintah daerah setempat harus
mengeluarkan peraturan daerah tentang pajak hiburan yang nantinya akan menjadi
landasan atau pedoman hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan
dan pemungutan pajak hiburan di daerah kabupaten/kota tersebut..
Pajak hiburan adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang
diandalkan pemerintah kota untuk pembiayaan pembangunan. Betapa tidak, Kota
Medan yang merupakan salah satu kota wisata terdapat banyak tempat hiburan
seperti mall, tempat karaoke, tempat tontonan film bioskop, klub malam,
pagelaran seni dan sebagainya. Dengan adanya fenomena ini seharusnya bisa
menjadikan pajak hiburan sebagai sumber penerimaan daerah yang potensial bagi
Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

14

3. Objek Pajak Hiburan dan Wewenang Pengutipan oleh Pemerintah
Daerah.
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. 14 Pajak Hiburan
adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu, Pajak Hiburan dapat pula
diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Dalam
pemungutan Pajak Hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui.
terminologi tersebut antara lain:
a. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, permainan ketangkasan,
dan atas keramaian dengan nama dan bentuk apa pun, yang ditontotn atau
dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
penggunaan fasilitas untuk berolahraga.
b. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik
untuk atas namanya sendiri atau badan yang bertindak baik untuk atas
namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.
Pajak hiburan sebagai pajak daerah adalah bentuk pajak yang dipungut
oleh negara yang pelaksanaan pemungutannya diserahkan kepada daerah. Pajak
daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia, pelaksanaannya tetap diatur dalam
peraturan perundangan-undangan.
Pemungutannya secara konstitusional diatur dalam Undang Undang Dasar
1945 menentukan sebagai berikut: Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan: "Presiden
14

Pasal 1 angka 8 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak

Hiburan.

Universitas Sumatera Utara

15

memegang kekuasaan membentuk Undang Undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat”. Pasal 18 yang menyatakan: “Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
Kota, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang
Undang”. “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang
Undang”. Pasal 23 ayat (2) menyatakan: “ Segala pajak untuk keperluan negara
berdasarkan undang undang.
Berlakunya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan
Daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan pembangunan daerah,
maka dalam hal ini fungsi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah
sebagai berikut: 15
a. Fungsi anggaran (fungsi budgeter), Sebagai sumber pendapatan negara, pajak
berfungsi

untuk

membiayai

pengeluaran-pengeluaran

negara.

Untuk

menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai,
belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan
dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun
ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
15

Djafar Saidi, Pembaharuan Hukum, Pajak edisi revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada
2007), hlm. 38

Universitas Sumatera Utara

16

b. Fungsi mengatur (fungsi regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam
negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan
pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi investasi
Fungsi investasi adalah wajib pajak telah menyisihkan sebagian pengahasilan
atau kekayaan untuk kepentingan Negara maupun daerah. Sebenarnya pajak
yang dibayar merupakan peran serta wajib pajak menanamkan modal agar
dapat mengurangi dan bahkan memberantas kemiskinan.
4. Kedudukan Pajak dalam Hukum Administrasi Negara
Ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu
Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan
Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan
mana bersumber dari kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi.
Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (individu/ privat) tetapi ada pula
yang bersifat umum (publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang
jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan
terhadap siapa orang itu berhubungan.
Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur tiap-tiap hubungan di antara
negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak

Universitas Sumatera Utara

17

dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang
mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat
perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum
Publik

adalah

hukum

yang

mengatur

hubungan

antara

negara

atau

perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan
warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara dan lain sebagainya. 16
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dengan yang lain atau mengatur kepentingan individu, seperti Hukum
Perdata, Hukum Dagang dan lain sebagainya. Hukum Administrasi Negara itu
merupakan bagian dari Hukum Publik karena berisi pengaturan yang berkaitan
dengan masalah-masalah kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud
adalah kepentingan nasional (bangsa), masyarakat dan negara.

F. Metode Penelitian.
Metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan skrispsi ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-

16

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogakarta: Gajah
Mada University Press, 2008), hlm 45

Universitas Sumatera Utara

18

undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan
permasalahan. 17
Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai bahan hukum
sekunder, 18 yaitu inventarisasi berbagai peraturan hukum, jurnal-jurnal dan karya
tulis lainnya, serta artikel-artikel berita terkait. Sedangkan penelitian deskriptif
adalah penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu
mengenai sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu. Tujuan
dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang
sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan
informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang penelitian ini
dan berusaha menggambarkan secara lengkap 19 yaitu tentang pengajuan
permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak hiburan pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Sumber data
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data
sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan melakukan wawacara pada informan untuk
melengkapi bahan sekunder.

17

Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Ind-Hillco,
2001), hlm. 13
18
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
hlm. 14.
19
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa,
2003), hlm.16.

Universitas Sumatera Utara

19

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang pajak antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan.
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 38/Pj/2008 Tentang Tata
Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak Direktur
Jenderal Pajak
e. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pajak Hiburan
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan
Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum
sekunder yakni kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan menginventarisir peraturan
Perundang-undangan untuk dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
dengan studi kepustakaan, internet browsing, artikel ilmiah, karya ilmiah sarjana
dan studi dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah maupun jurnal surat
kabar. Metode pengumpulan data menggunakan Studi Kepustakaan yaitu teknik

Universitas Sumatera Utara

20

mengumpulkan data dengan jalan membaca dan mempelajari buku-buku
kepustakaan yang berkaitan dengan materi penelitian, kemudian menyusun
sebagai sajian data. Metode dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data
yang digunakan penulis dengan cara menelaah dokumen-dokumen pemerintah
maupun non pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini. Instrument yang
digunakan

berupa

form dokumentasi,

form

kepustakaan,

dan

alat-alat

perpustakaan lainnya.
4. Analisis data
Data bahan-bahan hukum yang diperoleh akan dianalisis secara normative
kualitatif tentang

pengajuan

permohonan

pengangsuran

dan

penundaan

pembayaran pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Normatif
karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai
norma hukum positif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian
tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,
aktivitas sosial, danlain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif
adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk
menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang
kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman

Universitas Sumatera Utara

21

tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Kualitatif karena data
yang diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisa
secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Metode
analisis datanya adalah sebagai berikut: 20
a. Metode interpretasi menurut bahasa (gramatikal) yaitu suatu cara penafsiran
undang-undang menurut arti kata-kata (istilah) yang terdapat pada undangundang. Hukum wajib menilai arti kata yang lazim dipakai dalam bahasa
sehari-hari yang umum.
b. Metode interpretasi secara sistematis yaitu penafsiran yang menghubungkan
pasal yang satu dengan apasal yang lain dalam suatu perundang-undangan
yang bersangkutan, atau dengan undang-undang lain, serta membaca
penjelasan Undang-undang tersebut sehingga kita memahami maksudnya.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar
belakang penulisan skripsi ini kemudian dilanjutkan dengan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
pustaka,

metode penelitian dan ditutup

dengan

memberikan

sistematikan dari penulisan skripsi ini.
BAB II

PAJAK HIBURAN DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA.
Bab ini menguraikan mengenai Pengertian Pajak dan Pajak Hiburan,

20

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm 31

Universitas Sumatera Utara

22

Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan, Objek dan Subjek Pajak
Hiburan, Tujuan dan Manfaat Pemungutan Pajak Hiburan.
BAB III

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DI KOTA
MEDAN

BERDASARKAN

PERATURAN

DAERAH

KOTA

MEDAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN.
Bab ini menguraikan mengenai : Penyelenggaraan Pemungutan Pajak
Hiburan, Prosedur Pemungutan Pajak Hiburan, Asas Pemungutan
Pajak Hiburan, Pengawasan dan Pengaturan Hukum atas Pemungutan
Pajak Hiburan.
BAB IV

PENGAJUAN

PERMOHONAN

PENGANGSURAN

DAN

PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS
PENDAPATAN

DAERAH

KOTA

MEDAN

MENURUT

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 7 TAHUN 2011
TENTANG PAJAK HIBURAN . Bab ini menguraikan mengenai:
Syarat dan Prosedur Permohonan Pengangsuran dan Penundaan
Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan, Hambatan Pemungutan Pajak Hiburan Oleh

Dinas

Pendapatan Daerah Kota Medan, Upaya yang dilakukan Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan Dalam Meningkatkan Penerimaan
Pajak Hiburan, Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan di
Kota Medan.
BAB IV

PENUTUP
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab. Seluruhnya
yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini
yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

1 64 108

Mekanisme Pengajuan Permohonan Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

4 53 83

Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

7 52 80

Kebijakan Perpajakan Daerah Dalam Pengelolaan Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan )

3 62 199

Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kotamedan

2 49 57

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 7

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 1

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 25

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Chapter III V

0 0 48

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 2