Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Chapter III V

BAB III

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MEDAN
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 7
TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN
A. Penyelenggaraan Pemungutan Pajak Hiburan di Kota Medan.
Dinas Pendapatan Kota Medan telah berganti nama menjadi Badan
Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah unsur pelaksana
Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi dan
Pendapatan Daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretariat
Daerah
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah suatu
suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan
pendapatan daerah. Pada sub bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada
saat itu wajib pajak atau wajib retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan
belum begitu banyak. Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju
pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian
keuangan tersebut dirubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan
dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan Pajak dan Retribusi yang
merupakan kewajiban para Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dalam kota Medan

yang terdiri dari 21 Kecamatan, diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan,
Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota,
Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang,
Medan Sunggal, dan lainnya. 63

63

Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Tahun 2017.

48
Universitas Sumatera Utara

49

Sehubungan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri KPUD No.7/12/4110 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh
Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 12 Tahun 1978 menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas
Pendapatan yang baru. Didalam struktur organisasi yang baru ini dibentuklah
seksi-seksi administrasi Dinas Pendapatan serta bagian tata usaha yang
membawahi 3 (tiga) Kepala sub bagian yang merupakan sub Sektor Perpajakan,

Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya yang merupakan kontribusi
yang cukup penting bagi pemerintahan daerah dalam mendukung serta
memelihara hasil-hasil pembangunan dari peningkatan pendapatan. 64
Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan
penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah,
Pendapatan Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Hiburan yang
merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2000
Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Medan
melakukan penataan organisasi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan, salah satu
diantaranya adalah Dinas Pendapatan Kota Medan yang sekarang berubah
namanya menjadi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah. Badan

64

Ibid.


Universitas Sumatera Utara

50

Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan akan mengelola pajak dan
seluruh retribusi yang selama ini dikelola dinas. Perubahan nama ini dimaksudkan
agar organisasi tersebut lebih fokus dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengelola pendapatan daerah dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah. 65
Struktur Organisasi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Medan terdiri dari :
1. Kepala Badan.
Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas
melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan
daerah dan melaksanakan tugas pembantuan dengan bidang tugasnya. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah
mempunyai fungsi : 66
a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tekhnis di bidang pendapatan
daerah.
b. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,
retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB.

c. Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan
instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.
d. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya serta PBB.
e. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
65
66

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

51

2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah.
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pokok dibidang

ketatausahaan. Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi
umum,

keuangan,

perlengkapan,

penyusunan

program,

kepegawaian,

kerumahtanggaan dan unsur umum lainnya. Untuk melaksanakan tugas pokok
tersebut, sekretariat memiliki fungsi : 67
a. Menyusun rencana kegiatan kerja.
b. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya.
c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan
laporan keuangan.
d. Mengelola


urusan

administrasi

kepegawaian

dan

mengelola

urusan

perlengkapan kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Bagian Tata Usaha terdiri dari :
1) Sub bagian Keuangan
2) Sub bagian Umum
3) Sub bagian Penyusunan Program.

Setiap sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris :

67

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

52

1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan
pembendaharaan serta menyusun laporan keuangan yang meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan
verifikasi serta penyusunan laporan keuangan dinas.
2) Sub Bagian Umum, mempunyai tugas mengelola administrasi umum yang
meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan,
dan penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas serta melakukan pengelolaan
administrasi kepegawaian.

3) Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas untuk merencanakan
penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun
kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek.
3. Bidang Pendataan dan Penetapan.
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh seorang kepala Bidang
yang di dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengolahan data dan informasi.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi : 68
a. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pendaftaran dan
pendataan seluruh wajib pajak.
b. Melaksanakan pengelolaan data dan informasi baik dari surat pemberitahuan
pajak daerah (SPTPD), surat pemberitahuan retribusi daerah (SPRD), hasil
pemerikasaan dan informasi dari instansi yang terkait.
68

Ibid.

Universitas Sumatera Utara


53

c. Melaksanakan penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya.
d. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemerikasaan terhadap wajib pajak
dan wajib retribusi serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan tugasnya.
Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari :
a. Seksi Pendapatan dan Pendaftaran
b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi.
Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendataan
dan Penetapan.
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan
objek pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan surat Pemberitahuan
Retribusi


Daerah

(SPTRD),

melaksanakan

pendaftaran

wajib

pajak

daerah/wajib retribusi daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan,
mendistribusikan,

memberikan

Nomor


Pokok

Wajib

Pajak

Daerah

(NPWPD)/wajib retribusi daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah
lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.
b. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan
melaksanakan pemerikasaan objek pajak/ retribusi, menata usaha hasil

Universitas Sumatera Utara

54

pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek/ retribusi serta mengirimkan
laporan hasil pemerikasaan kepada Seksi Pengelolaan Data dan Informasi.
c. Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan
pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk
perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta
menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan
dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/
penyetoran atas permohonan wajib pajak.
d. Seksi Pengelolaan Data dan informasi mempunyai tugas melaksanakan
pengumpulan dan pengelolaan data objek pajak daerah/ retribusi daerah,
menuangkan hasil pengelolaan data informasi data kedalan kartu data serta
mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian sebaliknya.
4. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam
melaksanakan tugasnya berasa dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas. Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas
dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan
perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta pertimbangan terhadap keberatan
pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.
Bidang Penagihan mempunyai fungsi : 69
a. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pembukuan dan
verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

69

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

55

b. Melaksanakan penagihan atas tungakan pajak daerah/ retribusi daerah dan
pendapatan lainnya.
c. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak
daerah/retribusi daerah dan pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas
permohonan wajib pajak.
d. Malaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak
atas permohonan wajib pajak.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Bidang Penagihan terdiri dari :
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Penagihan.
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan
dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah/retribusi daerah
dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi
penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pendataan uang dari hasil
pungutan benda berharga kedalan kartu persediaan benda berharga,
menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak
daerah/retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, serta menyiapkan

Universitas Sumatera Utara

56

laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran serta sisa persediaan benda
berharga secara berkala.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan
atas tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah atau pendapatan daerh lainnya,
menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan
daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas menerima surat keberatan
dari wajib pajak/ retribusi dan meneliti keberatan wajib pajak/ retribusi dan
mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas
keberatan tersebut.
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang
dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas, yakni : 70
a. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan penatausahaan bagi
hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.
b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan non
pajak.
c. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK).
d. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang hasil pendapat.

70

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

57

e. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bidang bagi hasil pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan.
Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas bagi hasil
pendapatan.
a. Seksi bagi hasil pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak
(DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan
Bangunan,

melaksanakan

pengihan

PBB,

melaksanakan

perhitungan

penerimaan pajak pusat dan pajak provinsi, melaksanakan perhitungan
penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB wajib pajak, menerima kembali
hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB.
b. Seksi bagi hasil bukan pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan
penerimaan dari Dana Alokasi Khusus.
c. Seksi penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan non pajak mempunyai
tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan pajak bumi dan
bangunan dan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan non pajak.

Universitas Sumatera Utara

58

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai
tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-udangan dan
melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan
perundang-undangan serta

melaksanakan pengkajian atas penerimaan

pendapatan daerah secara periodik.
6. Bidang Pengembangan Pendapatan daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :
a. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
menyelenggarakan fungsi : 71
1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah.
2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain
3) Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya
4) Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah
5) Pelaksanaan

monitoring,

evaluasi,

dan

pelaoran

lingkup

bidang

pengembangan pendapatan daerah

71

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

59

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari:
a. Seksi Pengembangan Pajak
b. Seksi Pengembangan Retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain.
Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Pengembangan Pendapatan Daerah.
a. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas menyiapkan rencana, program,
dan kegiatan seksi pengembangan pajak, penyusunan bahan petunjuk, teknis
lingkungan pengembangan pajak, penyiapan bahan dan data penyusunan
rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak Daerah.
b. Seksi Pengembangan retribusi mempunyai tugas penyiapan rencana program
dalam kegiatan seksi pengembangan retribusi, penyusunan bahan petunjuk
teknis lengkup pengembangan retribusi, penyiapan bahan dan data
penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pengembangan
daerah, penyiapan bahan data pengkajian, pengembangan potensi retribusi
daerah, penyiapan bahan monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang.
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas penyiapan
rencana program dan kegiatan seksi pengembangan pendapatan lain-lain,
penyusunan bahan petunjuk teknis lingkungan pngembangan pendapatan lain-

Universitas Sumatera Utara

60

lain, penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan lainlain, penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan
lain-lain, penyiapan bahan monitoring evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas.
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
keahliannya.
b. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.
c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan
peraturan perundang-udangan yang berlaku.
Berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Pendapatan, maka diketahui bahwa
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah unsur pelaksana
Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi dan
Pendapatan Daerah lainnya dalam penyelenggaraan pemungutan pajak hiburan.
Dasar pengenaan pajak hiburan menurut Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima

Universitas Sumatera Utara

61

atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. 72 Jumlah uang yang
seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan
harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan. 73
Tarif pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah dikenakan
paling tinggi 35% (tiga puluh lima persen). Tarif pajak hiburan di tiap
Kabupaten/kota tentu berbeda-beda, hal ini harus disesuaikan dengan keadaan
daerahnya, asalkan tidak melebihi tarif pajak yang telah di tetapkan yaitu 35%.
Tarif pajak dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu : 74
1. Tarif Tunggal terdiri dari :
a. Tarif pajak tetap adalah jumlah atau angkanya tetap, tidak bergantung
besarnya dasar pengenaan pajak.
b. Tarif proposional adalah tarif objek yang persentasenya tetap dan tidak
bergantung pada besarnya dasar pengenaan pajak.
2. Tarif Tidak Tunggal, terdiri dari :
a. Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya meningkat sesuai
besarnya atau meningkatnya dasar pengenaan pajak.
b. Tarif Degresif adalah tarif pajak yang persentasenya menurun sesuai
dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak.
Tarif pajak hiburan sebagai berikut : 75
c. Tontonan film dikenakan pajak 10 % (sepuluh persen).
72

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak

73

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak

74

R Santoso Brotodiharjo, Op.Cit, hlm.78
Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

Hiburan
Hiburan
75

Universitas Sumatera Utara

62

d. Pagelaran kesenian, musik/tari dan/atau busana dikenakan pajak 10% (sepuluh
persen) dan pagelaran kesenian yang bersifat tradisional yang perlu dilindungi
dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur dikenakan
pajak 5% (lima persen).
e. Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya dikenakan 30% (tiga puluh
persen).
f. Pameran dikenakan 10% (sepuluh persen)
g. Diskotik, klab malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35% (tiga puluh lima
persen)
h. Karaoke dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen)
i.

Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen)

j.

Permainan bilyard yang menggunakan AC (air conditioner) dikenakan pajak
20% (dua puluh persen), dan permainan bilyard yang tidak menggunakan AC
dikenakan pajak 15% (lima belas persen)

k. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan dikenakan
pajak 20% (dua puluh persen)
l.

Panti pijat, refleksi, mandi uap, sauna/SPA dan pusat kebugaran/fitness
dikenakan pajak 35% (tiga puluh lima persen).

m. Pertandingan olah raga, dikenakan pajak 10% (sepuluh persen).
Cara menghitung besarnya pajak hiburan yang terutang adalah dengan
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak atau secara umum. Di dalam
pajak hiburan terdapat juga masa pajak yang merupakan jangka waktu yang
lamanya sama dengan tahun takwim. Tahun takwim sama dengan satu tahun

Universitas Sumatera Utara

63

lamanya atau biasanyadihitung mulai dari bulan Januari sampai dengan
Desember. Selanjutnya di dalam masa pajak atau tahun pajak, Wajib Pajak harus
membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah mengenai
pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. pajak hiburan yang
terutang akan dipungut di wilayah atau daerah tempat hiburan tersebut
diselenggarakan. Hal ini karena kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah yang terbatas akan tempat hiburan yang berlokasi dan terdaftar dalam
lingkup wilayah administrasinya.

B. Prosedur Pemungutan Pajak Hiburan di Kota Medan
Sistem pemungutan pajak dikenal tiga cara yaitu : 76
1. Official Assestment system
Official Assestment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (FISKUS) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b. Wajib pajak bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assestment System
Self Assestment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. Ciri-cirinya adalah :

76

Muhammad Djafar Saidi, Pembaharuan Hukum Pajak, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2014), hlm.61.

Universitas Sumatera Utara

64

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) yang
bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak. ciri-cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga selain fiskus dan wajib pajak.
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan pajak atau retribusi yang
terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau
wajib retribusi serta pengawasan penyetoran”. Untuk itu wajib pajak terlebih
dahulu melaporkan jenis usahanya kepada Dinas Pendapatan daerah. 77
4. Pengukuhan Wajib Pajak.
Wajib pajak hiburan, wajib melaporkan usahanya kepada Dinas
Pendapatan Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat-lambatnya tiga
puluh hari setelah izin penyelenggaraan hiburan diperoleh untuk dikukuhkan dan
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (selanjutnya disebut NPWPD). Surat
keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah
kabupaten / kota tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat terutang

77

Ibid, hlm.65

Universitas Sumatera Utara

65

pajak hiburan. Tetapi hanya merupakan sarana dalam administrasi dan
pengawasan bagi petugas atau fiskus Dinas Pendapatan Daerah. Apabila
penyelenggara hiburan tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang
ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, akan menetapkan pengusaha atau
penyelenggara hiburan tersebut sebagai wajib pajak jabatan. Penetapan secara
jabatan ini dimaksudkan untuk memberikan nomor pengukuhan dan NPWPD dan
bukan merupakan untuk penetapan besarnya pajak terutang.
1. Pendaftaran Pendataan.
Kegiatan pendaftaran diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran
dan diberikan kepada Wajib Pajak. Wajib Pajak wajib mengisi formulir
pendaftaran dengan jelas, lengkap, dan benar serta mengembalikannya ke Dinas
Pendapatan Daerah. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak
dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak secara berurutan yang digunakan sebagai
NPWPD.
2. Laporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (selanjutnya disebut
SPTPD)
Wajib pajak hiburan wajib melaporkan kepada bupati/walikota dalam
praktek sehari–hari ditujukan kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten
/ kota, mengenai perhitungan dan pembayaran pajak hiburan yang terutang. Wajib
pajak yang telah memiliki NPWPD, setiap awal masa pajak wajib mengisi
SPTPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap, benar dan ditandatangani oleh wajib
pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada walikota / bupati atau pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Biasanya, SPTPD harus

Universitas Sumatera Utara

66

disampaikan selambat-lambatnya lima belas hari setelah berakhir masa pajak.
Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut kemudian
dihimpun dan dicatat dituangkan dalam berkas atau kartu data yang merupakan
hasil akhir yang akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan
pajak yang terutang. Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan atau
dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Walikota.
Walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat
diterima dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka
waktu tertentu. SPTPD dianggap tidak dimasukkan jika wajib pajak tidak
sepenuhnya melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang
telah ditetapkan. Wajib pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sesuai dengan ketentuan peraturan daerah dalam peraturan daerah
kota Medan.
Pemungutan pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
(Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan) dapat dibagi dua
kegiatan yang masing- masing memiliki sistem pemungutan yang berbeda,
yaitu: 78
a. Penyelenggaraan hiburan rutin.
Dalam penyelenggaraan hiburan rutin dapat dibagi atas dua, yaitu:
1) Penyelenggaraan atas hiburan rutin yang menggunakan tiket masuk.
Wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan menggunakan
tiket tanda masuk seperti bioskop, kolam renang umum, penyelenggaraan

78

Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara

67

tempat-tempat wisata rekreasi dan sejenisnya, pelaksanaan pemungutan
dan pembayaran wajib pajak ditetapkan dengan sistem official assesment.
2) Penyelenggaraan hiburan rutin yang tidak menggunakan tiket tanda
masuk.
Wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan tidak
menggunakan tiket tanda masuk seperti diskotik / karaoke, video game,
panti pijat dan kegiatan sejenisnya, pelaksanaan pemungutan dan
pembayaran wajib pajak hiburan ditetapkan dengan self assesment.
Dengan sistem ini wajib pajak berkewajiban untuk melakukan pembayaran
setiap bulannya ke kantor kas Dinas Pendapatan Daerah dengan
menyampaikan SPTPD.
b. Penyelenggaraan hiburan insidentil
Kegiatan peyelenggaraan hiburan insidentil sistem pemungutannya semi self
assesment, dimana pada saat peyelenggaraan hiburan wajib pajak diberi
wewenang untuk melakukan penjualan tiket dan pada masa akhir
peyelenggaraan berakhir fiskus atau petugas pemungut pajak yang telah
ditunjuk Dinas Pendapatan Daerah menentukan ketetapan pajak terutang atau
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dalam hal ini
adalah penyelenggaraan hiburan. Biasanya wajib pajak menyampaikan tiket
untuk acara hiburan insidentil tersebut dalam waktu minimal tujuh hari
sebelum

acara

dilaksanakan,

juga

untuk

mengajukan

permononan

legalisasi/porporasi tiket dengan memberikan jumlah tiket.

Universitas Sumatera Utara

68

Adapun tata cara pemungutan pajak, yaitu : 79
1. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Permohonan Perforasi Karcis
kepada Kadispenda Kota Medan
2. Subdis Datap (Sie Tapda) mempersiapkan Surat Permohonan Perforasi,
ditujukan kepada Bendaharawan Khusus Benda Berharga Dispenda Kota
Medan. Subdis Datap (Sie Tapda) memverifikasi hasil penjualan karcis sesuai
dengan Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Hasil Penjualan dan Pemakaian
Karcis

untuk

dituangkan

ke

Kartu

Data

selanjutnya

menerbitkan

SKPD/SKPDKB.
3. Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan mempersiapkan Bukti Tanda
Terima Uang Jaminan untuk selanjutnya menyetorkan jaminan dari
penyelenggara

ke

Bendaharawan

Penerima

Dispenda

Kota

Medan.

Bendaharawan Penerimaan mempersiapkan Surat Setoran Pajak Daerah
(selanjutnya disebut SSPD) sesuai dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(selanjutnya disebut SKPD) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(selanjutna disebut SKPDKB).
4. Petugas Lapangan mengawasi penyelenggaraan acara dilapangan, antara lain
seperti peredaran karcis/tanda masuk.
5. Petugas lapangan mempersiapkan Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Hasil
Penjualan dan Pemakaian Karcis atas penyelenggaraan acara dilapangan.
6. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Laporan hasil Penjualan Tiket
kepada Kadispenda Kota Medan sekaligus menyerahkan sisa karcis ke
Bendaharawan Benda Berharga.

79

Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

69

7. Menyetor Pajak Hiburan ke Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan
dengan menyertakan Surat Setoran Pajak Daerah (selanjutnya disebut SSPD)
dan Bukti Tanda Terima Uang Jaminan.
C. Pengawasan dan Pengaturan Hukum Atas Pemungutan Pajak Hiburan di
Kota Medan
Pengawasan secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi
yang bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjan yang sudah diselesaikan
apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Karena itu bukanlah dimaksudkan untuk
mencari siapa yang salah satu yang benar tetapi lebih diarahkan kepada upaya
untuk melakukan koresi terhadap hasil kegiatan. Pengawas mempunyai peranan
yang penting dalam manajemen kepegawaian. Ia mempunyai hubungan yang
terdekat dengan pegawai-pegawai perseorangan secara langsung dan baik
buruknya pegawai bekerja sebagian besar akan tergantung kepada betapa
efektifnya ia bergaul dengan mereka.
Sarwoto menyatakan bahwa : ” Pengawasan adalah kegiatan manajer yang
mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. 80 Iman dan Siswandi mengemukakan
bahwa pengawasan adalah sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan
organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat
kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya
hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. 81

80

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010),

hlm. l 94
81

Siswandi dan Indra Iman, Aplikasi Manajemen Perusahaan, (Jakarta : Mitra Wicana
Media, 2009), hlm. 95

Universitas Sumatera Utara

70

Pelaksanaan pengawasan terhadap perda oleh pejabat yang berwenang
selama ini selain memperhatikan kriteria khusus, dan alasan-alasan dalam rangka
mencegah pelaksanaan pengawasan tersebut, juga dilakukan berdasarkan pada
kriteria-kriteria yang ditentukan, antara lain dalam bentuk Surat Mendagri yang
dikaitkan dengan syarat teknis dan proses perundang-undangan atau bentuk luar
dari suatu perda.82
Pelaksanaan pengawasan terhadap perda ini hanya dilakukan perubahan
pada susunan konsideran dan bahasa, sementara asas-asas formal dan asas-asas
materil maupun “kriteria umum” serta asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
yang baik pada umumnya tidak diperhatikan. Pelaksanaan pengawasan selama ini
tidak ditentukan secara tegas perda yang tidak memerlukan pengawasan, sehingga
dalam praktik untuk memperoleh kepastian hukum bagi daerah, nampaknya
semua perda diajukan untuk memperoleh pengesahan dan sebagai syarat untuk
dapat diundangkan atau berlakunya suatu perda agar sesuai dengan tertib hukum
yang berlaku. 83
Demikian juga, sifat dan bentuk pelaksanaan pengawasan terhadap perda
banyak mengikuti keputusan-keputusan yang ditentukan atau dibuat oleh pejabat
berwenang yang memperoleh atribusi dari UU dan merangkap sebagai wakil
pemerintah dalam bentuk pedoman, bimbingan, arahan dan konsultasi, sehingga
pelaksanaan pengawasan terhadap perda tidak mengikuti ketentuan dalam tingkat
undang-undang , melainkan tunduk pada aturan yang dikeluarkan atau berlaku

82

Soehino, Hukum Tata Negara (Penyusunan dan Penetapan Peraturan Daerah),
(Yogyakarta : Liberty, 1998), hlm.40
83
Bagir Manan, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Tingkat
Daerah, (Bandung : Pusat Penerbitan LPPM Universitas Islam, 1995), hlm. 5

Universitas Sumatera Utara

71

dalam lingkungan organisasi di mana pejabat berwenang berada sebagai pelaksana
asas dekonsentrasi.
Perluasan sifat dan bentuk-bentuk pelaksanaan pengawasan terhadap perda
selama ini telah membuat suatu perda telah sesuai dengan tertib hukum yang
berlaku dan hampir tidak ada perda yang dilakukan pengawasan represif, karena
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Dengan kata lain, dengan adanya pelaksanaan pengawasan terhadap
perda pajak hiburan dan berlakunya perda selama ini hampir tidak mendatangkan
pertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Sifat dan bentuk-bentuk pelaksanaan pengawasan tersebut telah
membuat pula kewenangan daerah otonom untuk mengatur sesuatu urusan
pemerintah menjadi sangat tergantung pada pejabat yang berwenang, sehingga
keleluasaan dan kemandirian daerah membentuk perda dalam rangka otonomi
daerah tidak ada. Dengan kata lain, otonomi daerah tidak ada berada pada daerah,
melainkan berada pada pejabat berwenang, sehingga telah membuat hubungan
hirarkis dengan Pemerintah atau Pemerintah Daerah tingkat atasnya dalam
pembentukan perda di mana pejabat berwenang tersebut berada.
Pengawasan adalah menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasi dan
menerapkan tindakan korektif, jika perlu memastikan hasil yang sesuai dengan
rencana. Pengertian pengawasan yang lain adalah kegiatan untuk menilai suatu
pelaksanaan tugas secara dovacto,

sedangkan tujuannya terbatas pada

pencocokan. Apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur
yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, pengawasan merupakan proses kegiatan

Universitas Sumatera Utara

72

pemantauan, evaluasi dan membandingkan apa yang direncanakan dengan apa
yang dicapai (daya guna, hasil guna dan tepat guna) terhadap pelaksanaan rencana
kegiatan.
Pengawasan masyarakat terhadap pelayanan publik adalah pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat, berupa laporan atau pengaduan masyarakat
tentang penyimpangan dan kelemahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Sedangkan, fungsi pengendalian melalui pengawasan melekat harus terbuka
terhadap pengawasan masyarakat, yang harus dikembangkan sebagai penunjang
pengawasan fungsional. Salah satu hal yang perlu mendapatkan pengawasan
adalah pelaksanaan pemungutan pajak hiburan.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu penyumbang penerimaan Kota
Medan melalui pajak daerah. Jenis pajak daerah yang masih dapat ditingkatkan
penerimaannya adalah pajak hiburan. Pajak dari sektor ini masih belum optimal
hal ini dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya tingkat
kepatuhan wajib pajak. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut melalui pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh
petugas dalam hal ini pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan, pelaksanaan
pengawasan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak hiburan untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya, mulai dari mendaftar sampai dengan
menyetor pajak terhutangnya.
Berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan diperoleh keterangan
bahwa prosedur kerja pengawasan pajak hiburan mengacu kepada prinsip-prinsip
disiplin pengawasan yang berdasarkan sistem pengawasan reprensif yang

Universitas Sumatera Utara

73

meliputi: kejelasan prosedur pemeriksaan kepada wajib pajak, jangka waktu yang
di perlukan untuk melakukan pemeriksaan, jumlah wajib pajak yang akan
diperiksa dalam satu hari, kemampuan petugas dalam melakukan pemeriksaan dan
sarana dan prasarana pemeriksaan yang mendukung.
Pelaksanaan pengawasan mengenai hiburan belum dilakukan secara
maksimal, hal tersebut masih terlihat beberapa nama atau perusahaan yang belum
melunasi kewajiban dan masa berlaku izin usaha yang tidak diperpanjang. Sampai
sekarang tindakan yang dilakukan Pemerintah Daerah melalui instansi terkait
belum ada ketegasan mengenai pelanggaran terhadap peraturan yang sudah
ditetapkan.
Prosedur kerja pengawasan hiburan melalui tata cara penagihan pajak
sudah cukup jelas, seperti melakukan peninjauan langsung ke lokasi, sambil
mengadakan pemeriksaan SPTPD dan ijin usaha hiburan, memberikan
penyuluhan mengenai dasar pengenaan dan tarif pajak, mengoptimalkan ketentuan
yang berlaku di bidang perpajakan.
Jangka waktu yang diperlukan dalam melakukan pengawasan tidak
menentu, terkadang satu minggu, satu bulan, triwulan bahkan semesteran. Oleh
karena itu wajib pajak cenderung melakukan upaya penyimpangan dengan tidak
membayar pajak dan berusaha untuk tidak memperpanjang izin usaha.
Frekuensi pengawasan yang dilakukan oleh petugas tidak tetap, karena
tidak adanya jadwal bagi pelaksanaan pengawasan tersebut. Adapun hal-hal yang
diawasi, yaitu melakuka n monitoring dan pengawasan terhadap perizinan usaha

Universitas Sumatera Utara

74

hiburan, melakukan pemeriksanaan para wajib pajak yang belum melaksanakan
kewajiban dalam membayar pajak sebagaimana yang sudah ditetapkan.
Secara aktual aparat Dinas Pendapatan Kota Medan dalam melaksanakan
pengelolaan pajak hiburan berdasarkan dengan ketentuan sebagaimana Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan, namun
pelaksanaan operasional pemungutan di lapangan dijumpai adanya hambatan dan
permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih serius
agar peranan pajak hiburan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan
daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENGAJUAN PERMOHONAN PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN
PEMBAYARAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN
DAERAH KOTA MEDAN MENURUT PERATURAN
DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 7 TAHUN 2011
TENTANG PAJAK HIBURAN
A. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan di Kota Medan
Pendapatan pajak daerah Kota Medan bersumber dari pajak hotel, pajak
restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak parkir dikelola oleh Dinas
Pendapatan dan pajak reklame dikelola oleh Dinas Pertamanan Kota Medan.
Realisasi pendapatan pajak daerah tahun anggaran 2016 disajikan berikut ini :
Tabel 2
Target dan Realisasi Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapat Kota Medan
Tahun Anggaran 2014-2016
Tahun
Target
Realisasi (Rp)
Persentase (%)
2013
95.209.441.389,00
70.485.458.322,22
73,76
2014 113.209.441.000,00
88.82.567.850,86
78,42
2015 113.209.441.000,00
91.590.223.058,75
90,90
2016 113.209.441.000,00
106.429.552.172,14
94,01
Sumber : Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan, 2017
Berdasarkan data di atas belum terealisasinya pajak hiburan dari target
yang telah ditentukan selama 4 (empat) tahun yaitu dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2015 diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilihat
dari dua sisi yaitu yang pertama dari sisi wajib pajak yang menyangkut aspek
kesadaran, aspek pengertian tentang pajak dan kemampuan membayar pajak
tersebut dan yang kedua dari sisi aparat/petugas pelaksana pemungutan pajak dan
proses administrasinya yang meliputi aspek pelayanan birokrasi penyuluhan dan
besarnya beban pajak restoran yang ditetapkan oleh Badan Pengelola Pajak dan
Retribusi Daerah Kota Medan.

75
Universitas Sumatera Utara

76

Jumlah wajib pajak hiburan Tahun 2016 yang terdaftar di Badan Pengelola
Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah sebanyak 205 wajib pajak yang
menggunakan Self Assesment, sedangkan jumlah wajib pajak yang menggunakan
Official Assesment berjumlah 494 wajib pajak. 84
Berikut ini adalah tabel Jumlah wajib pajak hiburan yang menggunakan
System Self Assesment Maupun Official Assesment :
Tabel 1
Jumlah Wajib Pajak Hiburan Kota Medan

No

Jenis Pajak

Wajib Pajak
Jumlah
Self
Official
1
Diskotik
20 WP
20 WP
2
Karaoke
82 WP
82 WP
3
Mandi Uap/Spa
69 WP
69 WP
4
Pagelaran Seni/Musik/Tari/Busana
73 WP
73 WP
5
Panti Pijat/Refleksi
112 WP
112 WP
6
Permainan Bilyard
176 WP
176 WP
7
Permainan Ketangkasan
112 WP
112 WP
8
Pertandingan Olahraga
6 WP
6 WP
9
Pusat Kebugaran
12 WP
12 WP
10 Sirkus/Aeroik/Sulap
3 WP
3 WP
11 Tontonan Film/ Bioskop
33 WP
33 WP
12 Bowling
1 WP
1 WP
Sumber : Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Tahun 2017

B. Permohonan Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan
Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Tata cara pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak adalah sebagai
berikut :85

84

Hasil Wawancara dengan Erizal Kepala Seksi Pendapatan dan Pendaftaran Badan
Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Tanggal 01 Pebruari 2017 Pukul 10.00 Wib
85
Hadi Poernomo, Reformasi Administrasi Perpajakan dalam Kebijakan Fiskal:
Pemikiran, Konsep dan Implementasi. (Kompas, Jakarta, 2004), hlm.85.

Universitas Sumatera Utara

77

1. Wajib pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar atau kekurangan utang
pajak.
2. Apabila wajib pajak disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran
kecuali STP, wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% per bulan, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan
pembayaran angsuran/pelunasan, dengan ketentuan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 bulan.
3. Permohonan harus diajukan secara tertulis paling lama 9 hari kerja sebelum
jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur,
masa angsuran, dan besarnya angsuran, atau jumlah pembayaran pajak yang
dimohon untuk ditunda dan jangka waktu penundaan.
4. Apabila batas waktu 9 hari tersebut tidak dapat dipenuhi oleh wajib pajak
karena keadaan di luar kekuasaannya, permohonan wajib pajak masih dapat
dipertimbangkan Direktur Jenderal Pajak sepanjang wajib pajak dapat
membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya tersebut.
5. Permohonan harus diajukan dengan menggunakan formulir sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran I PER - 38/PJ/2008.
6. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan, harus memberikan jaminan yang
besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP, kecuali apabila
Kepala KPP menganggap tidak perlu. Jaminan dapat berupa garansi bank,

Universitas Sumatera Utara

78

surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh
pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat deposito.
7. wajib pajak yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang
melampaui 9 hari kerja sebelum jatuh tempo, harus memberikan jaminan
berupa garansi bank sebesar utang pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan
jangka waktu pengangsuran atau penundaan.
Angsuran atas utang pajak dapat diberikan paling lama 12 bulan sejak
diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan
angsuran paling banyak 1 kali dalam 1 bulan, untuk permohonan angsuran atas
utang pajak berupa STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali. Atau paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya,
untuk permohonan angsuran atas kekurangan pembayaran utang pajak berupa
pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh, dengan angsuran paling
banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. 86
Penundaan atas utang pajak dapat diberikan paling lama 12 bulan sejak
diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak, untuk
permohonan penundaan atas utang pajak berupa STP, SKPKB, SKPKBT, dan
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali. Atau paling lama sampai dengan bulan terakhir
Tahun Pajak berikutnya, untuk permohonan penundaan atas kekurangan utang
pajak berupa pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan. 87

86
87

Ibid, hlm.90
Ibid, hlm.93.

Universitas Sumatera Utara

79

Permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak hiburan
pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Medan tidak
diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan. Perda tersebut hanya mengatur bahwa pemungutan Pajak Daerah
dilarang diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang
berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Wajib Pajak yang
memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD,
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan/atau Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). Pajak yang terutang dibayar
ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat pembayaran lain yang dihunjuk oleh
Kepala Daerah. 88
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
Kepala Daerah dapat menerbitkan : 89
1. SKPDKB dalam hal :
a. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar.
b. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu
7 (tujuh) hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
c. Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
88

Pasal 12 ayat (1), (2), (3), dan (4) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan
89
Pasal 13 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan

Universitas Sumatera Utara

80

2. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
3. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan 2 dikenakan sanksi administratif
berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang
dalam SKPDKBT sebagaimana dimakud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi
administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dikenakan jika wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan
pemeriksaan. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan, dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. 90
Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD jika : 91
1. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

90

Pasal 13 ayat (2) s/d ayat (5) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan
91
Pasal 15 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan

Universitas Sumatera Utara

81

2. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung.
3. Wajib pajak dikenakan saksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b ditambah dengan sanksi administratif
berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas)
bulan sejak saat terutangnya pajak. 92
Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang ditetapkan 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak. SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT,
STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan
Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Kepala Daerah atas permohonan
Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan
persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan.

93

Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar
atau kurang dibayar dikenakan denda adminisrasi sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. Denda administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan utang pajak yang belum
atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi
92

Pasal 15 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak

93

Pasal 16 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang

Dokumen yang terkait

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

1 64 108

Mekanisme Pengajuan Permohonan Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

4 53 83

Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

7 52 80

Kebijakan Perpajakan Daerah Dalam Pengelolaan Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan )

3 62 199

Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kotamedan

2 49 57

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 7

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 1

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 22

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 25

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 2