Convention Hall Kwala Bekala (Arsitektur Ikonik Tepi Air)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah Kwala Bekala Convention Hall. Berikut ini
merupakan penjelasan dari judul proyek tersebut:
Pengertian Convention :
1.
Menurut Fred Lawson (1981), convention didefinisikan sebagai pertemuan
oleh orang – orang untuk sebuah tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa
pendapat dan informasi dari sesuatu perhatian atau permasalahan bersama dari
sebuah kelompok. Convention pada umumnya tentang pemberian informasi
yang dikemas dalam sebuah topik dan biasanya terdapat pameran atau eksibisi
di dalamnya.
2.
Menurut Keputusan Dirjen Pariwisata Nomor : Kep-06/U/IV/1992, konvensi
adalah suatu kegiatan berupa pertemuan antara sekelompok orang (negarawan,
usahawan, cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama atau bertukar informasi tentang
hal-hal baru yang menarik untuk dibahas.
Pengertian Hall
1.
:
Pengertian Hall menurut John M Echols and Hasan shadily (Kamus Bahasa
Inggris-Indonesia) adalah Ruangan, Ruang depan, Aula, Balai ruang.
2.
Menurut Oxford Advanced Learner Encyclopedic Dictionary, hall adalah
ruang atau area yang terletak dibagian depan atau setelah pintu masuk utama
sebuah bangunan. Hall merupakan suatu ruang berukuran besar dan luas yang
dapat digunakan untuk kegiatan pertemuan, konser atau jamuan makan
Pengertian Kwala Bekala :
1.
Kwala Bekala adalah kelurahan di kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera
Utara, Indonesia, menurut Wikipedia Kwala Bekala
Dari uraian di atas, maka dapat diambil satu pengertian mengenai Kwala
Bekala Convention Hall adalah suatu ruangan yang digunakan sebagai tempat
untuk pertemuan, untuk saling tukar-menukar informasi, pendapat dan hal-hal baru
Universitas Sumatera Utara
yang menarik dibahas untuk kepentingan bersama, serta memungkinkan
mengadakan kegiatan lain, seperti, konser atau jamuan makan yang terdapat di
Kawasan Kwala Bekala
2.2
Lokasi
Gambar 2.1 Peta Lokasi
(Sumber: Google Earth dan olahan sendiri)
Universitas Sumatera Utara
Lokasi perancangan terdapat di Kawasan Kota Baru, termasuk dalam
Masterplan Kota Mandiri Bekala di Kwala Bekala, yang merupakan wilayah
Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera Utara.
Kecamatan Medan Johor terletak di ketinggian 6 - 12 m diatas permukaan laut, yang
terletak pada :
Lintang Utara : 2º.27’ - 2º.47’
Bujur Timur : 98º.35 - 98º.44
Kecamatan Medan Johor sendiri berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: Kecamatan Medan Polonia
Sebelah Timur
: Kecamatan Medan Amplas
Sebelah Selatan
: Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat
: Kecamatan Medan Selayang
2.2.1
Deskripsi Kondisi Eksisting
SITE
Gambar 2.2 Site Perancangan
(Sumber: olahan sendiri)
Universitas Sumatera Utara
Luas site
: ± 1,3 ha
Batas Site
:
1.
Utara
: Backbone - Pusat Kreativitas
2.
Selatan
: Stasiun Kereta Api
3.
Timur
: Jalan Arteri - Kompleks Pemukiman
4.
Barat
: Danau - Hotel dan Pasar Kuliner
Kontur
: Relatif Datar
Bangunan eksisting
: Lahan kosong
Keistimewaan site
:
1.
Posisi site sangat strategis yaitu berada di jalan arteri primer
2.
Terdapat backbone di sekitar site.
3.
Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, sepeda
motor, sepeda, dsb).
4.
Terdapat di tepi danau
5.
Terdapat beberapa fasilitas kota di sekitar site seperti stasiun Kereta Api serta
Terminal.
2.3
Studi Literatur
2.3.1
Studi Literatur Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo)
Kawasan Perkotaan Mebidangro berdasar Peraturan Pemerintah No.26
tahun 2008 tentang RTRWN merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang
ditetapkan dari sudut kepentingan ekonomi yang terdiri dari seluruh wilayah Kota
Medan, seluruh wilayah Kabupaten Binjai, seluruh wilayah Kabupaten Deli
Serdang dan sebagian wilayah Kabupaten Karo dengan luas keseluruhan kurang
lebih 302.697 Ha.
Untuk menindaklanjuti rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro,
maka ditetapkanlah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo.
Kawasan Perkotaan Mebidangro adalah satu kesatuan kawasan perkotaan yang
terdiri atas Kota Medan sebagai pusat kegiatan-kegiatan utama, Kawasan Perkotaan
Binjai di Kota Binjai, Kawasan Perkotaan Hamparan Perak, Kawasan Perkotaan
Universitas Sumatera Utara
Sunggal, Kawasan Perkotaan Tanjung Morawa, Kawasan Perkotaan Percut Sei
Tuan, Kawasan Perkotaan Pancur Batu, Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam, dan
Kawasan Perkotaan Galang di Kabupaten Deli Serdang, serta Kawasan Perkotaan
Berastagi di Kabupaten Karo, sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang menjadi
penyeimbang (counter magnet) perkembangan Kota Medan.
Tabel 2.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Mebidangro
Tujuan
Kebijakan
Kawasan
1. Pengemba-
1. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan
Perkotaan
ngan
Mebidangro
pemantapan
memadai dan mudah terjangkau dari
yang
fungsi
kawasan permukiman
aman,
dan
Strategi
yang memiliki aksesibilitas eksternalyang
nyaman,
Kawasan
produktif,
Perkotaan
dan jasa secara terpadu pada pusatpusat
berdaya,
Mebidangro
kegiatan,
saing secara
sebagai pusat
serta koridor-koridor jalan arteri
internasional,
perekonomi-
dan
an
berkelanjutan
yang
Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan
sebagai pusat
produktif dan
serta bandar udara sebagai bagian dari
kegiatan
efisien serta
Koridor Ekonomi Sumatera dengan tetap
mampu
memperhatikan daya dukung dan daya
bagian utara
bersaing
tampung lingkungan hidup serta fungsi
Pulau
secara
ekosistem
Sumatera;
internasional
nasional
di
nasional
2. Mengembangkan kawasan perdagangan
simpul-simpul
transportasi,
3. Mengembangkan kawasan industri yang
tersebar di sepanjang jaringan jalan Lintas
4. Mengembangkan
sebagian
Kawasan
Mebidangro
yang
terutama
Perkotaan
dalam
menyelenggarakan fungsi perekonomian
kerja
sama
bersifat khusus yang terdiri atas satu atau
ekonomi
beberapa
subregional
logistik,
zona
pengolahan
industri,
ekspor,
pengembangan
Segitiga
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan
teknologi, pariwisata, energi, dan/atau
Indonesia-
ekonomi lainnya
MalaysiaThailand;
5. Mengarahkan pengembangan perkotaan
pada
arah
timur
mengendalikan
dan
barat,
dan
pengembangan
di
kawasan pesisir dan perbukitan di bagian
selatan Kawasan Perkotaan Mebidangro.
2. Peningkatan
1. Menetapkan pusat kegiatan yang tersebar
akses
dan seimbang di Kawasan Perkotaan
pelayanan
Mebidangro
pusat-pusat
2. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan
kegiatan
yang memiliki aksesibilitas eksternal
perkotaan
yang
Mebidangro
jaringan prasarana yang terpadu
sebagai
memadai
dan
didukung
oleh
3. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan
pembentuk
yang memiliki aksesibilitas internal yang
struktur
memadai dari permukiman
ruang
4. Mengembangkan lokasi kegiatan sektor
perkotaan
informal secara terpadu dengan pusat-
dan
pusat kegiatan yang tidak mengganggu
penggerak
kelancaran lalu lintas dan kenyamanan
utama
lingkungan
pengembang
an
wilayah
5. Meningkatkan
keterkaitan
antarpusat
kegiatan perkotaan Mebidangro dengan
Sumatera
kawasan perkotaan dan perdesaan di
bagian utara;
sekitarnya
6. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan
perdesaan yang memiliki aksesibilitas
internal.
Universitas Sumatera Utara
3. Peningkatan
1. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
kualitas dan
pelayanan jaringan transportasi perkotaan
jangkauan
yang seimbang dan
pelayanan
jaringan jalan, jalur pedestrian, jalur
jaringan
sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan
prasarana
massal yang berbasis moda jalan, jaringan
transportasi,
jalur kereta api, transportasi laut, dan
energi,
transportasi
telekomunika
mengganggu keutuhan kawasan lindung
si,
dan ekosistem yang bersifat unik atau
sumber
daya
air,
bernilai
terpadu
udara
konservasi
yang
tinggi
antara
tidak
(high
conservation value)
serta
prasarana
2. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
perkotaan
pelayanan jaringan energi listrik, minyak
Kawasan
dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan
Perkotaan
masyarakat
Mebidangro
Mebidangro
di
Kawasan
Perkotaan
yang merata 3. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
dan
terpadu
pelayanan jaringan telekomunikasi yang
secara
mencapai seluruh pusat kegiatan dan
internasional,
permukiman
nasional, dan
Mebidangro
regional;
di
Kawasan
Perkotaan
4. Meningkatkan konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air dengan
berbasis pengelolaan wilayah sungai
secara terpadu
5. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan
air
minum,
air
limbah,
drainase, dan persampahan secara terpadu
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
4. Peningkatan
1. Mengembangkan lembaga kerja sama
koordinasi,
antardaerah
integrasi, dan
melakukan koordinasi, fasilitasi kerja
sinkronisasi
sama, dan kemitraan dalam pemanfaatan
pembangu-
ruang dan pengendalian pembangunan
nan Kawasan
Kawasan Perkotaan Mebidangro
Perkotaan
yang
berfungsi
untuk
2. Meningkatkan integrasi dan sinkronisasi
Mebidangro
pembangunan
melalui kerja
pemerintah provinsi, dan pemerintah
sama
kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan
antardaerah,
Mebidangro
antara
Pemerintah,
kemitraan
3. Meningkatkan promosi investasi di dalam
pemangku
dan luar negeri serta memanfaatkan kerja
kepentingan,
sama
dan
Pertumbuhan
penguatan
Thailand
peran
ekonomi
subregional
Segitiga
Indonesia-Malaysia-
4. Mendorong penguatan peran masyarakat
masyarakat.
dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembangunan Kawasan
Perkotaan Mebidangro melalui berbagai
forum
dan
pengembangan
lembaga
Kawasan
pendukung
Perkotaan
Mebidangro.
Lingkungan
Peningkatan
perkotaan
fungsi,
yang
kuantitas,
berkualitas
kualitas
dan
dan
1. Mewujudkan RTH paling sedikit 30%
(tiga
puluh
persen)
dari
kawasan
dan
fungsional perkotaan dan mewujudkan
RTH
hutan paling sedikit 30% (tiga puluh
kawasan
persen) dari setiap DAS dengan sebaran
Universitas Sumatera Utara
keseimba-
lindung lainnya
ngan tata air di
DAS
Kawasan
Perkotaan
Mebidangro
yang
proporsional
yang
berada
di
Kawasan Perkotaan Mebidangro
2. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup
berbasis wilayah sungai dan DAS
3. Merehabilitasi
dan
merevitalisasi
kawasan lindung yang telah mengalami
kerusakan fungsi lindung.
Pemanfaatan
Peningkatan
1. Menetapkan lokasi dan kegiatan budi
sumber daya keterpaduan
daya
alam
pertanian,
secara antarkegiatan
berkelanjutan
yang
meliputi
kelautan
permukiman,
dan
perikanan,
budi daya serta
transportasi, sosial, budaya, pertahanan
keseimbangan
dan
antara perkotaan
pertambangan,
dan
produksi
sesuai
perdesaan
dengan
daya dukung dan
daya
keamanan
negara,
industri,
dengan
dan
hutan
mempertimbangkan
faktor ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan
tampung 2. Mengembangkan
lingkungan;
pariwisata,
kegiatan
perkotaan
yang meliputi permukiman, perdagangan
dan jasa, serta industri secara terpadu
sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan
3. Menyeimbangkan
pengembangan
kegiatan dengan penyediaan permukiman
serta
prasarana
dan
sarana,
untuk
mewujudkan pelayanan optimal serta
lingkungan yang bersih dan sehat
4. Mengembangkan kegiatan perdagangan
dan jasa skala internasional, nasional,
regional, dan lokal secara merata
Universitas Sumatera Utara
5. Mengembangkan kegiatan industri yang
memiliki keterkaitan dengan sumber
bahan baku di kawasan sekitarnya dan
keterkaitan dengan pasar internasional,
nasional, dan regional
6. Mempertahankan
kegiatan
pertanian
produktif dan spesifik di perdesaan
dengan
memperhatikan
dampak
perkembangan kota dan konservasi air
dan tanah
7. Mewajibkan
pemerintah
daerah
menetapkan dan mempertahankan lahan
pertanian pangan berkelanjutan
8. Mengendalikan
pemanfaatan
sumber
daya alam tak terbarukan sesuai daya
dukung lingkungan secara berkelanjutan
dan mengutamakan masyarakat lokal
9. Mengendalikan pemanfaatan kawasan
hutan produksi untuk menjaga fungsi
hidrogeologis daerah tangkapan air
10. Memanfaatkan wilayah
perairan
pantai
pesisir serta
untuk
kegiatan
transportasi, pariwisata, perikanan, dan
pertambangan secara terpadu
11. Mengembangkan kegiatan budi daya
darat dan laut yang berbasis mitigasi
bencana dan adaptasi perubahan iklim
global
12. Mewajibkan instansi Pemerintah dan
pemerintah daerah melaksanakan Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka
penyusunan
dan
evaluasi
kebijakan, rencana, dan/atau program
yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup di
Kawasan Perkotaan Mebidangro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pertahanan
Peningkatan
1. Menyediakan
dan
fungsi
keamanan
fasilitas
negara
pertahanan dan
dan
nasional
untuk
kawasan
pertahanan dan keamanan negara,
2. Mengembangkan kegiatan budi daya
secara selektif di dalam dan di sekitar
yang dinamis keamanan
serta integrasi negara
ruang
kawasan
di
di Kawasan
pertahanan
dan
keamanan
negara,
3. Mengembangkan zona penyangga yang
Kawasan
Perkotaan
memisahkan antara kawasan pertahanan
Perkotaan
Mebidangro
dan keamanan negara dan kawasan budi
Mebidangro.
daya terbangun di sekitarnya.
(Sumber: Fasilitasi Sinkronisasi Program RTR KSN Perkotaan Medan, Binjai,
Deli Serdang, dan Karo (MEBIDANGRO))
Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti, di Kota Medan, meliputi:
1.
Pusat pemerintahan provinsi
2.
Pusat pemerintah kota dan/atau kecamatan
3.
Pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional
4.
Pusat pelayanan pendidikan tinggi
5.
Pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional
6.
Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional
7.
Pusat kegiatan industri kreatif
8.
Pusat kegiatan industri manufaktur
9.
Pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
10. Perkebunan, perikanan, dan kehutanan
Universitas Sumatera Utara
11. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang
regional
12. Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional
13. Pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional
14. Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara
15. Pusat kegiatan pariwisata
16. Pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.
2.3.2
Sudi Literatur Transit Oriented Development (TOD)
`Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an
yang di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena
urban sprawl yang mengakibatan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan
mengakibatkan kemacetan.
TOD memiliki tujuan menciptakan jaringan pejalan kaki yang nyaman,
aman, menyenangkan dan mecukupi bagi pejalan kaki (walkable environment).
Dengan mencampurkan berbagai fungsi kegiatan saat berjalan, dapat membuat
perjalanan menjadi lebih singkat dan cepat. Fungsi-fungsi tersebut adalah pusat
area komersil, perkantoran, retail, servis, pemukiman dengan kepadatan sedang
hingga kepadatan tinggi dan juga ruang terbuka publik.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Konsep TOD
(Sumber : Buku Calthrope)
Konsep TOD di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik
dengan moda maupun berjalan dengan radius berkisar antara 400 – 800 m yang
diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi
dengan titik-titik transit.
TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang
mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan
massal/umum, serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian
perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang
terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan
umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan
fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda. Pengembangan pembangunan tata kota
biasanya berorientasi pada titik transit. Dimana kawasan perumahan dan kawasan
komersial dirancang terintegrasi sesuai dengan sistem transportasi sehingga
menciptakan suatu kota yang efisien, yang memaksimalkan akses untuk pejalan
kaki, pengendara sepeda serta penggunaan transportasi umum.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi Transit Oriented Development (TOD)
Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih
(2007) adalah :
“A mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit
stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space,
and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and
employees to travel by transit, bicycle, foot, or car”
Defenisi lain dari TOD, (Danburry, 2010) :
“Transit-oriented development, or TOD, is a type of community development that
includes a mixture of housing, office, retail and/or other commercial development
and amenities integrated into a walkable neighborhood and located within a halfmile of quality public transportation”
Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD)
Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah
disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut:
1.
Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberi
layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan
disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit
pada jangkauan 5 menit berjalan kaki.
2.
Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area komersial
sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada
jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi
pasar, keterdekatan dengan titik transit dan tahap pengembangan. Fasilitas
yang ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis
dan hiburan.
3.
Area permukiman (residential area). Area permukiman termasuk permukiman
yang berada pada jarak perjalanan kaki dari area pusat komersial dan titik
transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe
permukiman, termasuk single-family housing, town house, condominium dan
apartement.
Universitas Sumatera Utara
4.
Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang
berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan
oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial.
jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan
jalur sepeda menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin
terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan
fungsi single- family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar,
fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir.
5.
Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada
kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang
berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.
Variabel Pembentuk Transit Oriented Development (TOD)
Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2009) zonasi TOD dibagi kedalam
beberapa area (elemen desain TOD), berikut merupakan deskripsi variabel
pembentuk TOD menurut Calthorpe:
1.
Area Komersial Pusat
Area dengan fungsi campuran ini berfungsi memberi pelayanan pada kegiatan
transit seperti fungsi retail, perkantoran skala regional, supermarket, komersial
dan hiburan serta hunian pada level lantai atas. Dapat menjadi daya tarik
keragaman tujuan pada lokasi.
2. Area Hunian Campuran
Hunian dalam jarak jangkau daerah komersial pusat dan penghentian dengan
berjalan kaki, dengan hunian dengan beragam tipe (tunggal, apartemen atau
town house).
3.
Fungsi Ruang Publik
Bentuknya dapat berupa taman, plaza, tata hijau, yang melayani sekitar
lingkungan. Ruang publik yang didesain dalam bangunan umum atau fasilitas
publik disesuaikan dengan kebutuhan.
4.
Area Sekunder
Berjarak sekitar 1 mil dari daerah pusat dan memiliki jaringan jalan sebagai
Universitas Sumatera Utara
penghubung ke daerah belakang. Penghubung ini dilengkapi dengan jalur
pedestrian dan sepeda. Area sekunder ini terdiri dari perumahan berkepadatan
rendah, Fasilitas umum serta ruang parkir yang bersifat park and-ride.
5.
Fungsi Campuran
Fungsi dalam TOD bersifat beragam dan campuran, yaitu fungsi publik, pusat
komersial dan hunian. Dimana bangunan dengan fungsi ragam secara vertikal
merupakan type yang disarankan. Konsep TOD yang diutarakan oleh Calthrope
tidak terlepas dari sistem pergerakan kota yang berupa kendaraan baik
kendaraan umum maupun pribadi serta manusia yang terus bergerak mengikuti
pola aktivitasnya, serta bagaimana memanfaatkan suatu lahan kosong yang
tidak terpakai menjadi sangat berguna bagi warganya.
Pedestrian di Kawasan TOD
Jalur pedestrian di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam
menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrianfriendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa
luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif,
sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parkir, jalur bersepeda dan
pergerakan kendaraan.
Lebar jalan dan jumlah lajur kendaraan harus dikurangi tanpa
mengorbankan parkir paralel dan akses sepeda. Jalan harus dirancang untuk dilalui
dengan kecepatan mobil tak lebih dari 24 km/jam. Jalan yang lebih sempit dapat
mengurangi lebar jalan dan jumlah lajur memberikan ruang yang lebih besar untuk
penataan lansekap. Dimensi jalan yang relatif kecil ditujukan untuk menciptakan
skala manusia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Dimensi ideal ruang jalan di area TOD
(Sumber : Buku The Next American Metropolis)
Sidewalk secara virtual terbagi atas beberapa zona yaitu; zona tepi yang
berbatasan langsung dengan jalur mobil (minimal 1,2 meter untuk kawasan TOD,
untuk menyediakan ruang menunggu), zona furnishing yang mengakomodasi
perletakan street furniture seperti pohon atau fasilitas transit, zona ‘melintas’ yaitu
jalur yang dapat dilalui tanpa gangguan, dan zona ‘frontage’ yaitu ruang bersih
antara fasad bangunan (tempat pejalan kaki melakukan window shopping, area
keluar dan masuk dari dalam bangunan) dan zona ‘melintas’. Lebar sidewalk
minimum yang disarankan adalah 3 meter (pada area komersial minimum 4 meter),
tidak batas maksimum untuk lebar sidewalk namun jika terlalu lebar menyebabkan
ketidaknyaman karena terkesan kosong dan tidak mengundang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Pembagian zona pada sidewalk
(Sumber : Buku Planning and Designing for Pedestrians)
Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter
(dapat dialui dua orang sekaligus). Dimensi sidewalk lebar di area komersial
dimana
aktivitas
pedestrian
lebih
besar
dan
seating
luar
sangat
direkomendasikan (1,8 meter -2,5 meter). Jalur pedestrian yang nyaman akan
mengurangi penggunaan mobil dan menambah efisiensi penggunaan transit.
Gambar 2.6 Lebar sidewalk minimal 1.5 meter
(Sumber : Buku The Next American Metropolis)
Street furniture pada pedestrian sangat diperlukan bagi pejalan kaki. Jika
ruang jalan tidak memiliki fasilitas ini maka pemakaian ruang jalan mnjadi tidak
nyaman. Misalnya jika tidak ada lampu jalan menyebabkan ketidaknyaman dan
Universitas Sumatera Utara
tidak tersedianya tempat sampah membuat jalan jadi kotor dan membuat orang
enggan berjalan kaki. Untuk menciptakan sense of community dapat melalui
pemilihan desain street furniture yang mencerminkan karakter lokal.
Pepohonan untuk peneduh diperlukan disepanjang jalan. Jarak antara
pohon-pohon tersebut tidak boleh lebih dari 9 meter. Jenis pohon dan teknik
penanaman harus diseleksi dengan seksama untuk menciptakan kesan meyatu
pada ruang jalan, menyediakan naungan yang efektif, dan menghindari
kerusakan trotoar. Banyak ruang jalan yang dikenang orang karena deretan
pepohonan di sepanjang jalan. Keberadaan pohon penting untuk kenyamanan
pejalan kaki karena menyediakan naungan dari cuaca dan mengurangi suhu
panas yang dihasilkan permukaan aspal dan menciptakan iklim mikro yang lebih
sejuk. Selain itu pepohonan juga memberikan keindahan pada ruang jalan.
Gambar 2.7 Jarak antar pohon di sepanjang jalan
(Sumber : Buku The Next American Metropolis)
Akan lebih baik jika jalan memiliki vista menuju area pusat, bangunan
publik, taman atau fitur-fitur alami. Jalan yang membingkai vista akan lebih
mudah diingat (memorable). Jalan yang ideal sebaiknya mempunyai titik tujuan
yang penting. Dalam hal ini jalan lurus lebih mudah diimplimentasikan karena
memiliki pandangan yang jelas kesebuah landmark. Landmark memudahkan
orientasi pedestrian dan membuat rute perjalanan lebih menarik. Jalan lurus juga
Universitas Sumatera Utara
memberikan aksesibilitas visual yang tinggi, ketika tujuan dapat terlihat
seseorang akan lebih tertarik untuk berjalan kesana.
Kriteria Konsep TOD
Kriteria Konsep TOD :
1.
Terdapat jalur pejalan kaki
2.
Terdapat titik-titik transit
3.
Aktivitas pergerakan manusia berjalan kaki beradius berkisar antara 400 – 800
m.
4.
Pejalan kaki memiliki tujuan berjalan (OD) dari titik transit ke fungsi-fungsi
komersial
5.
Mencapurkan fungsi komersial, pemukiman, ruang terbuka dll, dalam satu
kawasan TOD
Kriteria Pola Ruang :
1.
2.
Kawasan terbangun yaitu :
a.
Area Komersil
b.
Area Pemukiman
c.
Area Hotel
d.
Area Perkantoran
e.
Area Fasilitas Sosial
Kawasan tidak terbangun yaitu:
a.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) - Taman
b.
Ruang Terbuka Biru (RTB) - Danau
Kriteria Struktur Ruang :
1.
Sirkulasi Kendaraan
2.
Jalur Pedestrian
3.
Titik Transit
Universitas Sumatera Utara
2.3.3
Studi Literatur Masterplan Kota Baru
Konsep Dasar Masterplan TOD Kota Baru, Kwala Bekala
Kawasan Kota Baru ini terdapat fungsi-fungsi komersial yang mendukung
pertumbuhan kawasan Kota Mandiri Bekala, seperti, Apartemen, Hotel, Pusat
Bisnis, Pusat Kreativitas Pemuda, serta Convention Hall. Di sekitar site juga
terdapat pemukiman penduduk.
Gambar 2.8 Konsep TOD
(Sumber: olahan sendiri,2016)
Jarak titik transit Stasiun Kereta Api dan titik transit Terminal yang berkisar
± 700 m, membuat Kota Baru ini sangat tepat untuk menggunakan Konsep TOD.
Maka, dirancanglah backbone atau jalur pedestrian utama yang menghubungkan
titik-titik transit utama dan juga menghubungkan fungi-fungsi yang terdapat
dikawasan tersebut. Backbone itu juga dirancang dengan sangat nyaman dan
Universitas Sumatera Utara
menarik perhatian para pejalan kaki karena terdapat taman-taman1 dan fungsifungsi komersial di sepanjang backbone. Di kawasan ini dirancang titik-titik Halte
Bus, parkir sepeda, jalur bus, jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. Dengan
diterapkannya konsep TOD ini, diharapkan dapat mengurangi masyarakat sekitar
dari penggunaan transportasi pribadi.
Di kawasan ini juga terdapat ruang terbuka, seperti danau, taman-taman di
sepanjang backbone dan taman hutan kota.
Gambar 2.9 Konsep Backbone
(Sumber: olahan sendiri)
1
Rancangan taman-taman terlampir
Universitas Sumatera Utara
Masterplan TOD Kota Baru, Kwala Bekala
Kawasan Kota Baru termasuk didalam Masterplan Kota Mandiri Bekala
yang dirancang oleh PT. Propenas Nusa Dua, yang kemudian salah satu kawasan
itu dikembangkan, sehingga menjadi Kota Baru, dengan luas 22.7 ha, kawasan ini
dirancang dengan menggunakan konsep TOD.
Fungsi yang terdapat di kawasan ini adalah fungsi-fungsi komersial.
Fungisnya sebagai berikut, Pusat Kreativitas Pemuda, Hotel Bisnis dan Pasar
Kuliner, Eco Bussines Park, Hotel dan Pusat Perbelanjaan, Apartemen dan Rumah
Susun, serta terdapat juga Pusat Pasar Lau Chi. Tidak ketinggalan juga, dikawasan
tersebut terdapat Stasiun Kereta api dan Terminal Kwala Bekala.
Tidak jauh dari kawasan ini juga, terdapat Kampus Universitas Sumatera
Utara 2, yang menjadi salah satu generator utama pembangunan Masterplan Kota
Mandiri Bekala.
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.10 Masterplan Kota Baru
(Sumber : olahan sendiri, 2016)
Universitas Sumatera Utara
2.4
Tinjauan Fungsi
2.4.1
Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan
Convention Hall merupakan suatu wadah sarana fisik untuk menampung
kegiatan konvensi, pertemuan formal atau non formal dan pameran baik skala
regional, nasional maupun internasional. Kegiatan konvensi diawali dengan
membentuk suatu kebutuhan untuk menginformasikan penemua-penemuan baru
kepada pihak yang berkepentingan berhubungan dengan teknologi dan inovasiinovasi baru di bidang sains dan sosial, pertigaan situasi politik dunia dan
pertemuan antar negara. Kegiatan konvensi bukan hanya sekedar pertemuan biasa
namun merupakan gabungan dari kegiatan perjalanan dan rekreasi (wisata
konvensi). Dewasa ini kegiatan konvensi berupa pertemuan bisnis, pengenalan
penemuan baru, training dan lain-lain, yang pesertanya adalah usahawan atau
kelompok dan keluarga. Jenis-jenis/kelompok kegiatan konvensi :
1.
Konferensi adalah kegiatan pertemuan secara formal antara suatu kelompok
organisasi profesi untuk bertukar fikiran mengenai masalah organisasi,
operasional, kenyataan yang terjadi atau informasi-informasi terbaru. Kegiatan
pertemuan yang bersifat interaktif, pembicaraab atau pembahasan timbal balik
setiap peserta dapat berbicara langsung dari tempat duduknya. Lama kegiatan
minimal selama enam jam, dengan pembahasan masalah-masalah besar
kemudian dilanjutkan dengan rapat-rapat komisi yang biasanya diadakan lebih
dari satu hari, maka akan membutuhkan tempat yang relatif dekat dengan
penginapan atau bahkan menyediakan penginapan. Pengaturan interior untuk
konferensi yaitu meja diatur menurut pola lingkaran, setengah lingkaran, atau
bahkan persegi. Untuk suatu konferensi yang besar dengan jumlah peserta lebih
dari 150 orang menggunakan lantai bertrap, sehingga peserta yang duduk di
belakang dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2.
Kongres. Merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan
beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang
bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap
permasalahan yang diajukan. Ruangan harus mampu menampung peserta
Universitas Sumatera Utara
dalam jumlah yang besar apalagi bertaraf internasional. Untuk penyusunan
kursinya, biasanya disusun seperti kursi-kursi teater.
3.
Forum. Merupakan kegiatan diskusi yang menyanggah sebuah pendapat,
dimana pesertanya dari bidang yang berlainan. Disini para peserta bebas untuk
berpartisipasi.
4.
Seminar. Merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah
memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas masalah serta
membagi pengalaman antar peserta.
5.
Simposium. Merupakan kegiatan diskusi untuk membahas suatu persoalan dari
berbagai sudut pandang dengan melakukan interaksi tanya jawab dari seorang
ahli dalam bidangnya dengan peserta yang terlibat. Diskusi ini kadangkala
meminta pendapat dari seorang ahli terlebih dahulu sebelum dilempar kepada
peserta, melalui diskusi ini akan menghasilkan perbandingan pandangan
paham serta titik-titik pokok dari suatu masalah.
6.
Workshop. Merupakan kegiatan untuk membahas suatu masalah secara
bersama-sama antar kelompok peserta dan melatih satu sama lain sehingga
setiap peserta akan mendapat pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai
hal-hal yang baru.
7.
Panel. Merupakan kegiatan tanya jawab atau diskusi antara dua atau lebih
kelompok peserta sambil mengeluarkan pendapat masing-masing dan dipimpin
oleh seorang moderator.
8.
Lecture. Presentasi yang bersifat formal, dibawakan oleh seorang ahli dan
diikuti dengan sesi tanya jawab.
9.
Institusi/lembaga. Merupakan kegiatan untuk membahas dan mendiskusikan
persoalan dari berbagai sudut pandang antara beberapa orang. Kegiatan ini
dibuat sebagai pengganti pendidikan formal untuk staff suatu perusahaan.
10. Kolokium. Sebuah program kegiatan dimana peserta menentukan sendiri topik
yang akan didiskusikan, pembimbing akan memberi gagasan atau masukan
mengenai topik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
11. Lokakarya. Kegiatan pertemuan yang dihadiri oleh sekelompok orang untuk
mengadakan penelitian, pembahasan, dan bertukar pendapat mengenai
masalah tertentu.
12. Ceremony
Upacara pernikahan, kegiatan peringatan, ataupun ulang tahun
13. Konser/pargelaran seni
Konser musik, pargelaran seni ataupun pertunjukan budaya.
2.4.2
Deskripsi Perilaku
Berdasarkan sifat aktifitas yang dilakukan, perilaku dari pengguna
Convention Hall terbagi atas 2 jenis, yaitu :
1.
Bersifat statis
Perilaku pengguna Convention Hall yang lebih bersifat menetap, yang bersifat
rutinitas maupun sementara dengan intensitas waktu yang lama. Sebagai
contoh pengelola/pemilik dan staff/karyawan.
2.
Bersifat dinamis
Pengguna Convention Hall yang cenderung bergerak dan berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang relatif cepat, seperti
penyewa Convention Hall.
2.3.3
Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Jenis ruang dan fasilitas yang tersedia dalam ruangan Convention Centre
menurut Fred Lawson (1981; hal. 91) adalah sebagai berikut:
1.
Ruang Convensi Utama atau auditorium, berjumlah satu atau dua dengan
kapasitas antara 1000 – 3000 tempat duduk.
2.
Ruang konvensi sedang atau ballroom berjumlah dua atau tiga buah dengan
kapasitas 200 – 500 tempat duduk.
3.
Ruang pertemuan berjumlah empat sampai sepuluh buah dengan kapasitas
antara 20 – 50 tempat duduk.
4.
Exhibition hall.
5.
Servis food untuk peserta konvensi.
Universitas Sumatera Utara
6.
Monitor televisi dan broadcasting.
7.
Pelayanan pers, cenference organizer untuk delegasi.
8.
Pelayanan penggandaan, printing, dan penerjemah bahasa.
9.
Pelayanan recording, filming, dan publisitas.
10. Pelayanan parkir untuk delegasi (VIP) dan parkir umum.
2.4.4
Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Menurut Lawson (1901; hal 106-146), kinerja persyaratan ruang untuk
elemen – elemen ruang pada konvensi hall adalah sebagai berikut:
Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk pertunjukan, seminar
dan acara lain di dalamnya yang biasanya menampung peserta yang banyak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mendesain auditorium adalah:
1.
Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.
2.
Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal dapat
digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain waktu dapat
digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.
3.
Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti; perjamuan, cofee
bar, dan service.
4.
Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya.
5.
Aksen dan persyaratan sirkulasi.
6.
Bentuk auditorium yang direncanakan. Bentuk auditorium dan hubungannya
dengan panggung adalah sebagai berikut:
1.
360 Encirclement
Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh audiensi di semua
sudutnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 360 Encirclement
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
2.
135 Encirclement
Bentuk tempat duduk dengan bentuk panggung bisa menghasilkan
kapasitas kursi yang banyak
Gambar 2.12 135 Encirclement
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
3.
90 Arc
Bentuk ini bisa menghasilkan suara yang baik, tetapi beberapa kursi
disusdut ruangan view nya sedikit tidak jelas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.13 90 Arc
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
4.
60 Hexagon
Bentuk ini mirip dengan sepatu kuda. Kebanyakan bentuk auditorium pada
umumnya seperti ini.
Gambar 2.14 60 Hexagon
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
Universitas Sumatera Utara
5.
Rectangle
Gambar 2.15 Rectangle
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
6.
Fan Shape
Bentuk ini biasa menghasilkan suara dan view yang baik. Biasanya
berbentuk sudut sekitar 60. Dengan susunan tempat duduk kontinental
Gambar 2.16 Fan Shape
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
7.
Penataan tempat duduk auditorium yang direncanakan
Menurut Lawson hal yang perlu diperhatikan adalah estetika pengaturan
tempat duduk, perawatan, pembersihan, jarak pandang, dan orientasi pada
audio visual, kapasitas, dan lamanya evakuasi ketika terjadi bencana. Ada 2
sistem penataan tempat duduk yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Sistem Tradisional
Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat jalur
sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya.
Gambar 2.17 Sistem Tradisional
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
2.
Sistem Kontinental
Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga dapat di
masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional.
Gambar 2.18 Sistem Tradisional
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
Universitas Sumatera Utara
Eksterior
Tempat-tempat yang memiliki potensi membahayakan pemakai (tangga,
entrance bangunan, pintu keluar darurat) diberi penerangan yang baik dan dapat
tetap bekerja meskipun dalam kondisi darurat.
Pintu masuk foyer
Pintu masuk foyer harus selebar mungkin hingga pengunjung yang masuk
tidak berdesak-desak. Ukuran maksimum lebar 1 daun pintu adalah 80cm. Pintu
sebaiknya tembus pandang, terbuat dari kaca dengan bingkai yang tahan cuaca dan
api.
Foyer
1.
Area foyer merupakan area yang paling banyak dilalui orang, karena itu harus
dibuat sesuai dengan kapasitas daya tamung orang yang lalu-lalang disitu dan
juga factor kenyamanan berjlan kaki yang tinggi.
2.
Lantai foyer harus tahan lama , tahan gores, mudah dalam perawatan, nyaman
diinjak, dan tidak licin. Bahan pilihan untuk lantai foyer yaitu batu, ubin, atau
berlapis karpet.
3.
Dinding tahan gores, mudah dibersihkan, sambungan dinding dan lantai tidak
menyerap air. Dinding plester dan panil kayu tidak disarankan.
4.
Langit- langit dilapisi penyerap suara untuk mengurangi suara-suara yang
timbul dan dapat mengganggu akustik ruang teater.
5.
Derajat suhu dalam foyer tidak boleh terlalu berbeda dengan suhu di luar
ruangan. Udara yang terkondisi dalam ruangan foyer tidak boleh didaur-ulang.
6.
Pencahayaan tidak memerlukan persyaratan khusus, intensitas cahaya sedang.
Pencahayaan khusus pada area-area tertantu (depan loket, tangga, tempat
penyobekan karcis).
Universitas Sumatera Utara
Lobby
Demi keamanan, pintu antara lobby dan foyer harus memenuhi panjang
dinding antara keduanya. Antara lobby dengan ruangan teater tidak perlu
dihubungkan dengan pintu, kecuali jika sistem pertunjukannya tidak memiliki
waktu istirahat.
Lobby dan lounge tidak memerlukan pintu penghubung. Lobby harus kedap
suara, lantai berlapis karpet, dinding dan langit-langit berlapis bahan penyerap
suara. Hal ini untuk meredam serendah mungkin suara timbul dari lobby dan
mengganggu akustik ruang teater. Cahaya di lobby harus mampu menciptakan
suasana hangat, cukup terang untuk membaca tulisan pada karcis, namun tidak
boleh bocor kedalam ruang teater. Ketinggian langit-langit sebaiknya lebih tinggi
dari ruangan lainnya untuk menciptakan suasana megah.
Ruang Penitip (Checkroom)
Ruang penitipan sebaiknya dietakkan pada lobby sebelah kanan, agar
pengunjung dapat dengan mudah menemukannya. Counter ruang penitip harus
cukup lebar untuk mewadahi 5 pegawai per 1000 pengunjung.
Kamar Kecil
Kamar kecil harus memiliki ruang antara: ruang merokok untuk pria dan
ruang rias untuk wanita yang dilengkapi 1 meja rias untuk 600 pengunjung wanita.
5 urinal, 3 westafel, dan 2 toilet per 1000 tempat duduk merupakan persyaratan
minimal untuk kamar kecil pria. 5 toilet dan 5 westafel per 1000 tempat duduk
untuk kamar kecil wanita.
Jika pertunjukan berjalan selama 3 jam lebih, maka arus pengunjung
kekamar kecil meningkat 4 kali. Jika kompleks teater memuat juga fungsi-fungsi
lai seperti toko, restoran, stasiun radio, dll maka public area dari teater tersebut
harus bisa melayani penggunaan fungsi-fungsi tersebut dan sebaliknya.
Auditorium
Kenyamanan pengunjung dalam ruangana auditorium tergantung kepada:
1.
Bentuk dan pelapis tempat duduk dan jarak deret antara tempat duduk
Universitas Sumatera Utara
2.
Suhu dan kelembaban udara
3.
Letak dan lebar gang
4.
Pencahayaan
5.
Dekorasi
6.
Kemiringan lantai
7.
Tidak adanya gangguan arah pandang dan akustik
Sebaiknya bentuk tempat duduk ergonomis dan sandarannya data.
Umumnya tempat duduk yang secara akustik memuaskan nyaman pula untuk
diduduki. Penempatan tempat duduk harus baik sehingga memberikan jarak yang
cukup untuk pengunjung bisa lewat depan tempat duduk tanpa mempunyai kursi
harus berdiri. Jarak antara deret tempat duduk minimal 85cm, diukur dari panggung
ke punggung. Jarak minimal atara deret tempat duduk minimal 112,5 cm untuk
tempat duduk terisi dan bisa dilewati tanpa mengganggu.
2.4.5
Studi Banding Arsitektur Fungsi Sejenis
Bali International Convention Centre
Gambar 2.19 Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Bali International Convention Centre di Nusa Dua diterima secara luas
diterima sebagai tempat untuk acara-acara bergengsi dan rapat internasional. Lokasi
Universitas Sumatera Utara
utamanya yang berada di antara hotel-hotel mewah dan di antara taman luas di Nusa
Dua, berdiri kokoh menghadap luasnya Samudra Hindia. Dalam lingkungan yang
magis dan damai, para pemimpin dunia dan delegasi akan merasa tenang dan damai
dalam kesibukan diplomatik mereka.
Gambar 2.20 Lokasi Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Convention Centre ini langsung tersambung dengan Westin Resort, dengan
350 kamar mewah. Delapan Resor lainnya di dalam kompleks Nusa Dua berjarak
tidak jauh dari Bali International Convention Centre
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.21 Site Plan Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Fasilitas yang tersedia di Bali International Convention Centre ini adalah :
1.
17 ruang meeting. Hall utama, Mangapura Hall berkapasitas 2.500 theather,
1.200 classroom style.
2.
Ruang auditorium berkapasitas 506 kursi.
3.
Panggung pertunjukan untuk musik, kesenian, dan teather
4.
Pelayanan teknis manajemen konferensi, konvensi, dll untuk setting ruangan,
teknisis audiovisual, tim kreatif dan sebagainya.
5.
Area pameran seluas 2.700 m2 dan mudah dijangkau akses kendaraan : 2 ruang
khusus pameran, luas per ruangan 1.350 m2, pameran luar ruangan seluas
2.000 m2 (outdoor).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.22 Mangapura Hall Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.23 Nusantara Room Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.24 Lotus Room Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.25 Outdoor Dining Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.26 Outdoor Dining Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
6.
Boanded warehouse
7.
Pusat bisnis dan komunikasi : layanan kesekratariatan, terjemahan bahasa
lengkap dengan audio translator, layanan telekonferensi
8.
Akses broadband internet
9.
Ruang penyelenggara event (Event Organizer)
10. Layanan tour
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.27 Ground Plan Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.28 First Floor Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
2.5
Elaborasi Tema
Tema yang dipilih untuk perancangan Convention Hall ini adalah Asitektur
Ikonik Tepi Air, sesuai dengan tujuan dan maksud bangunan ini dirancang.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1
Pengertian Arsitektur Ikonik Tepi Air
Berikut ini adalah pengertian Arsitektur Ikonik Tepi Air
Pengertian Arsitektur :
1.
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, arsitektur adalah ilmu dan seni
merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang fungsional,
terstruktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika.
2.
Menurut Francis DK Ching Arsitektur membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik, dan fungsi.
Pengertian Ikonik :
Ikon dapat berarti simbol, bentuk yang mudah dikenali, bentuk yang terkenal, dan
mewakili ‘sesuatu’
Pengertian Tepi Air :
Menurut Ann Breen dan Dick Rigby, tepi air/waterfront merupakan suatu area yang
dinamis dari suatu kota, tempat bertemunya daratan dan air. Dimana badan air dapat
berupa lautan, sungai, danau, teluk, creek, maupun kanal. Areal dinamis yang
dimaksud disini adalah areal atau kawasan yang selalu bergerak, walaupun pada
kasus tertentu seperti pada rawa, pergerakan adalah sangat minim.
Jadi, Arsitektur Ikonik Tepi Air dapat didefinisikan sebagai arsitektur yang
berfungsi sebagai ‘penanda tempat’ yang berbatasan dengan air. Tujuan ‘arsitektur
ikonik’ ini agar mudah diingat oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri
arsitektur ikonik ini adalah :
1.
Letak atau lokasi yang strategis, sehingga mudah dilihat/ dikenali oleh
lingkungan sekitar
2.
Pemilihan bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’
atau ‘ikon’ dari lingkungan sekitar
3.
Serta memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga
berumur panjang.
2.4.2
Interpretasi Tema
Bangunan-bangunan ikonik pada dasarnya dikenal orang atau masyarakat
luas sebagai karya arsitektur yang menjadi ‘penanda tempat’ dan sekaligus sebagai
Universitas Sumatera Utara
‘penanda zaman’ dalam era kebudayaan manusia. Arsitektur ikonik dapat pula
berfungsi sebagai penanda tempat (space icon) dari lingkungan sekitarnya, serta
mampu untuk berdiri-tegak tahan terhadap umur yang panjang, struktur bangunan
yang spesifik dan memiliki nilai estetika yang menawan.
Di era kontemporer banyak bermunculan karya arsitektural yang unik.
Keinginan suatu penguasa untuk memiliki bangunan yang menarik dan unik yang
dapat menjadi penanda bagi negaranya, sehingga mampu menjadi daya tarik bagi
wisatawan untuk datang berkunjung. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
karyakarya arsitektural menciptakan ikonisitasnya sendiri dalam perkembangan
arsitektur.
Pada saat sekarang ini, munculnya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik
tidak dapat lepas dari perkembangan globalisasi ekonomi kapitalis. Kesan mewah,
megah dan mahal sudah merupakan istilah yang tidak dapat dihindari dari
‘bangunan ikonik’ atau ‘arsitektur ikonik’ pada saat sekarang ini. Dalam sejarah
perkembangan arsitektur dari dahulu hingga saat sekarang, kita dapat belajar untuk
melihat dan mengamati keberadaan dari ‘arsitektur ikonik’ yang berada di berbagai
belahan dunia. Bangunan ikonik mampu menembus setiap era perkembangan
arsitektur dari masa ke masa. Setiap era dalam arsitektur memiliki ikonnya masingmasing dengan latar belakang yang berbeda.
Bangunan ikonik, biasanya berbentuk spektakuler dan unik, memiliki
banyak gaya pendekatan desain, seperti, pendeketan gaya metafora ataupun gaya
dekonstruksi.
Kawasan tepi air maksudnya adalah kawasan yang berbatasan dengan air.
Dimana dalam merancang bangunan tersebut, air merupakan salah satu aspek
penting untuk menghasilkan rancangan. Air disini dapat berupa lautan, sungai,
danau, teluk, creek, maupun kanal.
Tema tepi air disini memanfaatkan refleksi air untuk membentuk satu
kesatuan bentuk bangunan yang utuh. Dimana bentuk yang bisa direfleksikan disini
adalah bentuk bangunan yang mempunyai 2 sisi simetris, seperti, telur, bola, mata,
kupu-kupu, serta kerang
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Pendekatan Bentuk
No
Pendekatan Bentuk
1
Keterangan
Kerang memiliki bentuk cangkang yang
melengkung-lengkung pada bagian atas dan
bawah yang simetris di kedua sisinya.
Kerang adalah salah satu hewan yang hidup
di air.
2
Bentuk telur yang simetris juga dapat
dijadikan pendekatan bentuk bangunan.
Dimana
bangunan
berbetuk
setengah
lingkaran, dan setengah lingkaran lagi
terefleksikan di air
3
Mata juga dapat direfleksikan di air. Mata
adalah satu organ penting bagi manusia.
Pedekatan ini membuat bangunan berbentuk
setengah lingkaran
4
Kupu-kupu adalah salah satu hewan yang
mempunyai sayap yang berbetuk simetris.
(Sumber: olahan sendiri, 2016 )
2.5.3
Keterkaitan Tema dengan Judul
Perancangan Convention Hall di Kwala Bekala, dengan penerapan Prinsip
Arsitektur Ikonik Tepi Air diharapkan bisa membuat bangunan tersebut menjadi
sebuah identitas bagi kawasan Kwala Bekala. Dengan penerapan Arsitektur Ikonik
Tepi Air, Convention Hall ini mampu memberikan kesan dan citra tersendiri
terhadap Kwala Bekala.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4
Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis
L'Hemisfèric
Gambar 2.29 L'Hemisfèric
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)
L'Hemisfèric adalah salah satu bangunan tepi air yang memanfaaatkan air
dalam bagian desainnya. Salah satu contoh proyek bangunan yang memanfaatkan
kolam untuk menghasilkan refleksi bangunan yang berbentuk mata yang utuh.
L'Hemisfèric adalah sebuah planetarium sekaligus bioskop IMAX yang
memanfaatkan teknologi terkini untuk gambar dan suara.
Gambar 2.30 L'Hemisfèric
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)
Universitas Sumatera Utara
L'Hemisfèric, sebuah karya arsitektur menawan dalam bentuk mata raksasa
yang dapat membuka dan menutup, lengkap dengan 'bola mata' terbuat dari kaca
dan baja. Mata raksasa berwarna putih ini didesain seperti habis tenggelam lalu
keluar dari kolam air berwarna hijau, menampilkan kontras yang cantik dan anggun.
Gambar 2.31 L'Hemisfèric
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)
L'Hemisfèric adalah salah satu bangunan yang terdapat di kompleks Ciutat
de les Arts i les Ciències, di Valencia, yang dirancang oleh arsitek terkenal yang
berasala dari Valencia yaitu Santiago Calatrava
Universitas Sumatera Utara
National Centre for the Performing Arts
Gambar 2.32 National Centre for the Performing Arts
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/National_
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah Kwala Bekala Convention Hall. Berikut ini
merupakan penjelasan dari judul proyek tersebut:
Pengertian Convention :
1.
Menurut Fred Lawson (1981), convention didefinisikan sebagai pertemuan
oleh orang – orang untuk sebuah tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa
pendapat dan informasi dari sesuatu perhatian atau permasalahan bersama dari
sebuah kelompok. Convention pada umumnya tentang pemberian informasi
yang dikemas dalam sebuah topik dan biasanya terdapat pameran atau eksibisi
di dalamnya.
2.
Menurut Keputusan Dirjen Pariwisata Nomor : Kep-06/U/IV/1992, konvensi
adalah suatu kegiatan berupa pertemuan antara sekelompok orang (negarawan,
usahawan, cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama atau bertukar informasi tentang
hal-hal baru yang menarik untuk dibahas.
Pengertian Hall
1.
:
Pengertian Hall menurut John M Echols and Hasan shadily (Kamus Bahasa
Inggris-Indonesia) adalah Ruangan, Ruang depan, Aula, Balai ruang.
2.
Menurut Oxford Advanced Learner Encyclopedic Dictionary, hall adalah
ruang atau area yang terletak dibagian depan atau setelah pintu masuk utama
sebuah bangunan. Hall merupakan suatu ruang berukuran besar dan luas yang
dapat digunakan untuk kegiatan pertemuan, konser atau jamuan makan
Pengertian Kwala Bekala :
1.
Kwala Bekala adalah kelurahan di kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera
Utara, Indonesia, menurut Wikipedia Kwala Bekala
Dari uraian di atas, maka dapat diambil satu pengertian mengenai Kwala
Bekala Convention Hall adalah suatu ruangan yang digunakan sebagai tempat
untuk pertemuan, untuk saling tukar-menukar informasi, pendapat dan hal-hal baru
Universitas Sumatera Utara
yang menarik dibahas untuk kepentingan bersama, serta memungkinkan
mengadakan kegiatan lain, seperti, konser atau jamuan makan yang terdapat di
Kawasan Kwala Bekala
2.2
Lokasi
Gambar 2.1 Peta Lokasi
(Sumber: Google Earth dan olahan sendiri)
Universitas Sumatera Utara
Lokasi perancangan terdapat di Kawasan Kota Baru, termasuk dalam
Masterplan Kota Mandiri Bekala di Kwala Bekala, yang merupakan wilayah
Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera Utara.
Kecamatan Medan Johor terletak di ketinggian 6 - 12 m diatas permukaan laut, yang
terletak pada :
Lintang Utara : 2º.27’ - 2º.47’
Bujur Timur : 98º.35 - 98º.44
Kecamatan Medan Johor sendiri berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: Kecamatan Medan Polonia
Sebelah Timur
: Kecamatan Medan Amplas
Sebelah Selatan
: Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat
: Kecamatan Medan Selayang
2.2.1
Deskripsi Kondisi Eksisting
SITE
Gambar 2.2 Site Perancangan
(Sumber: olahan sendiri)
Universitas Sumatera Utara
Luas site
: ± 1,3 ha
Batas Site
:
1.
Utara
: Backbone - Pusat Kreativitas
2.
Selatan
: Stasiun Kereta Api
3.
Timur
: Jalan Arteri - Kompleks Pemukiman
4.
Barat
: Danau - Hotel dan Pasar Kuliner
Kontur
: Relatif Datar
Bangunan eksisting
: Lahan kosong
Keistimewaan site
:
1.
Posisi site sangat strategis yaitu berada di jalan arteri primer
2.
Terdapat backbone di sekitar site.
3.
Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, sepeda
motor, sepeda, dsb).
4.
Terdapat di tepi danau
5.
Terdapat beberapa fasilitas kota di sekitar site seperti stasiun Kereta Api serta
Terminal.
2.3
Studi Literatur
2.3.1
Studi Literatur Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo)
Kawasan Perkotaan Mebidangro berdasar Peraturan Pemerintah No.26
tahun 2008 tentang RTRWN merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang
ditetapkan dari sudut kepentingan ekonomi yang terdiri dari seluruh wilayah Kota
Medan, seluruh wilayah Kabupaten Binjai, seluruh wilayah Kabupaten Deli
Serdang dan sebagian wilayah Kabupaten Karo dengan luas keseluruhan kurang
lebih 302.697 Ha.
Untuk menindaklanjuti rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro,
maka ditetapkanlah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo.
Kawasan Perkotaan Mebidangro adalah satu kesatuan kawasan perkotaan yang
terdiri atas Kota Medan sebagai pusat kegiatan-kegiatan utama, Kawasan Perkotaan
Binjai di Kota Binjai, Kawasan Perkotaan Hamparan Perak, Kawasan Perkotaan
Universitas Sumatera Utara
Sunggal, Kawasan Perkotaan Tanjung Morawa, Kawasan Perkotaan Percut Sei
Tuan, Kawasan Perkotaan Pancur Batu, Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam, dan
Kawasan Perkotaan Galang di Kabupaten Deli Serdang, serta Kawasan Perkotaan
Berastagi di Kabupaten Karo, sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang menjadi
penyeimbang (counter magnet) perkembangan Kota Medan.
Tabel 2.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Mebidangro
Tujuan
Kebijakan
Kawasan
1. Pengemba-
1. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan
Perkotaan
ngan
Mebidangro
pemantapan
memadai dan mudah terjangkau dari
yang
fungsi
kawasan permukiman
aman,
dan
Strategi
yang memiliki aksesibilitas eksternalyang
nyaman,
Kawasan
produktif,
Perkotaan
dan jasa secara terpadu pada pusatpusat
berdaya,
Mebidangro
kegiatan,
saing secara
sebagai pusat
serta koridor-koridor jalan arteri
internasional,
perekonomi-
dan
an
berkelanjutan
yang
Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan
sebagai pusat
produktif dan
serta bandar udara sebagai bagian dari
kegiatan
efisien serta
Koridor Ekonomi Sumatera dengan tetap
mampu
memperhatikan daya dukung dan daya
bagian utara
bersaing
tampung lingkungan hidup serta fungsi
Pulau
secara
ekosistem
Sumatera;
internasional
nasional
di
nasional
2. Mengembangkan kawasan perdagangan
simpul-simpul
transportasi,
3. Mengembangkan kawasan industri yang
tersebar di sepanjang jaringan jalan Lintas
4. Mengembangkan
sebagian
Kawasan
Mebidangro
yang
terutama
Perkotaan
dalam
menyelenggarakan fungsi perekonomian
kerja
sama
bersifat khusus yang terdiri atas satu atau
ekonomi
beberapa
subregional
logistik,
zona
pengolahan
industri,
ekspor,
pengembangan
Segitiga
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan
teknologi, pariwisata, energi, dan/atau
Indonesia-
ekonomi lainnya
MalaysiaThailand;
5. Mengarahkan pengembangan perkotaan
pada
arah
timur
mengendalikan
dan
barat,
dan
pengembangan
di
kawasan pesisir dan perbukitan di bagian
selatan Kawasan Perkotaan Mebidangro.
2. Peningkatan
1. Menetapkan pusat kegiatan yang tersebar
akses
dan seimbang di Kawasan Perkotaan
pelayanan
Mebidangro
pusat-pusat
2. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan
kegiatan
yang memiliki aksesibilitas eksternal
perkotaan
yang
Mebidangro
jaringan prasarana yang terpadu
sebagai
memadai
dan
didukung
oleh
3. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan
pembentuk
yang memiliki aksesibilitas internal yang
struktur
memadai dari permukiman
ruang
4. Mengembangkan lokasi kegiatan sektor
perkotaan
informal secara terpadu dengan pusat-
dan
pusat kegiatan yang tidak mengganggu
penggerak
kelancaran lalu lintas dan kenyamanan
utama
lingkungan
pengembang
an
wilayah
5. Meningkatkan
keterkaitan
antarpusat
kegiatan perkotaan Mebidangro dengan
Sumatera
kawasan perkotaan dan perdesaan di
bagian utara;
sekitarnya
6. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan
perdesaan yang memiliki aksesibilitas
internal.
Universitas Sumatera Utara
3. Peningkatan
1. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
kualitas dan
pelayanan jaringan transportasi perkotaan
jangkauan
yang seimbang dan
pelayanan
jaringan jalan, jalur pedestrian, jalur
jaringan
sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan
prasarana
massal yang berbasis moda jalan, jaringan
transportasi,
jalur kereta api, transportasi laut, dan
energi,
transportasi
telekomunika
mengganggu keutuhan kawasan lindung
si,
dan ekosistem yang bersifat unik atau
sumber
daya
air,
bernilai
terpadu
udara
konservasi
yang
tinggi
antara
tidak
(high
conservation value)
serta
prasarana
2. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
perkotaan
pelayanan jaringan energi listrik, minyak
Kawasan
dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan
Perkotaan
masyarakat
Mebidangro
Mebidangro
di
Kawasan
Perkotaan
yang merata 3. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
dan
terpadu
pelayanan jaringan telekomunikasi yang
secara
mencapai seluruh pusat kegiatan dan
internasional,
permukiman
nasional, dan
Mebidangro
regional;
di
Kawasan
Perkotaan
4. Meningkatkan konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air dengan
berbasis pengelolaan wilayah sungai
secara terpadu
5. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan
air
minum,
air
limbah,
drainase, dan persampahan secara terpadu
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
4. Peningkatan
1. Mengembangkan lembaga kerja sama
koordinasi,
antardaerah
integrasi, dan
melakukan koordinasi, fasilitasi kerja
sinkronisasi
sama, dan kemitraan dalam pemanfaatan
pembangu-
ruang dan pengendalian pembangunan
nan Kawasan
Kawasan Perkotaan Mebidangro
Perkotaan
yang
berfungsi
untuk
2. Meningkatkan integrasi dan sinkronisasi
Mebidangro
pembangunan
melalui kerja
pemerintah provinsi, dan pemerintah
sama
kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan
antardaerah,
Mebidangro
antara
Pemerintah,
kemitraan
3. Meningkatkan promosi investasi di dalam
pemangku
dan luar negeri serta memanfaatkan kerja
kepentingan,
sama
dan
Pertumbuhan
penguatan
Thailand
peran
ekonomi
subregional
Segitiga
Indonesia-Malaysia-
4. Mendorong penguatan peran masyarakat
masyarakat.
dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembangunan Kawasan
Perkotaan Mebidangro melalui berbagai
forum
dan
pengembangan
lembaga
Kawasan
pendukung
Perkotaan
Mebidangro.
Lingkungan
Peningkatan
perkotaan
fungsi,
yang
kuantitas,
berkualitas
kualitas
dan
dan
1. Mewujudkan RTH paling sedikit 30%
(tiga
puluh
persen)
dari
kawasan
dan
fungsional perkotaan dan mewujudkan
RTH
hutan paling sedikit 30% (tiga puluh
kawasan
persen) dari setiap DAS dengan sebaran
Universitas Sumatera Utara
keseimba-
lindung lainnya
ngan tata air di
DAS
Kawasan
Perkotaan
Mebidangro
yang
proporsional
yang
berada
di
Kawasan Perkotaan Mebidangro
2. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup
berbasis wilayah sungai dan DAS
3. Merehabilitasi
dan
merevitalisasi
kawasan lindung yang telah mengalami
kerusakan fungsi lindung.
Pemanfaatan
Peningkatan
1. Menetapkan lokasi dan kegiatan budi
sumber daya keterpaduan
daya
alam
pertanian,
secara antarkegiatan
berkelanjutan
yang
meliputi
kelautan
permukiman,
dan
perikanan,
budi daya serta
transportasi, sosial, budaya, pertahanan
keseimbangan
dan
antara perkotaan
pertambangan,
dan
produksi
sesuai
perdesaan
dengan
daya dukung dan
daya
keamanan
negara,
industri,
dengan
dan
hutan
mempertimbangkan
faktor ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan
tampung 2. Mengembangkan
lingkungan;
pariwisata,
kegiatan
perkotaan
yang meliputi permukiman, perdagangan
dan jasa, serta industri secara terpadu
sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan
3. Menyeimbangkan
pengembangan
kegiatan dengan penyediaan permukiman
serta
prasarana
dan
sarana,
untuk
mewujudkan pelayanan optimal serta
lingkungan yang bersih dan sehat
4. Mengembangkan kegiatan perdagangan
dan jasa skala internasional, nasional,
regional, dan lokal secara merata
Universitas Sumatera Utara
5. Mengembangkan kegiatan industri yang
memiliki keterkaitan dengan sumber
bahan baku di kawasan sekitarnya dan
keterkaitan dengan pasar internasional,
nasional, dan regional
6. Mempertahankan
kegiatan
pertanian
produktif dan spesifik di perdesaan
dengan
memperhatikan
dampak
perkembangan kota dan konservasi air
dan tanah
7. Mewajibkan
pemerintah
daerah
menetapkan dan mempertahankan lahan
pertanian pangan berkelanjutan
8. Mengendalikan
pemanfaatan
sumber
daya alam tak terbarukan sesuai daya
dukung lingkungan secara berkelanjutan
dan mengutamakan masyarakat lokal
9. Mengendalikan pemanfaatan kawasan
hutan produksi untuk menjaga fungsi
hidrogeologis daerah tangkapan air
10. Memanfaatkan wilayah
perairan
pantai
pesisir serta
untuk
kegiatan
transportasi, pariwisata, perikanan, dan
pertambangan secara terpadu
11. Mengembangkan kegiatan budi daya
darat dan laut yang berbasis mitigasi
bencana dan adaptasi perubahan iklim
global
12. Mewajibkan instansi Pemerintah dan
pemerintah daerah melaksanakan Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka
penyusunan
dan
evaluasi
kebijakan, rencana, dan/atau program
yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup di
Kawasan Perkotaan Mebidangro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pertahanan
Peningkatan
1. Menyediakan
dan
fungsi
keamanan
fasilitas
negara
pertahanan dan
dan
nasional
untuk
kawasan
pertahanan dan keamanan negara,
2. Mengembangkan kegiatan budi daya
secara selektif di dalam dan di sekitar
yang dinamis keamanan
serta integrasi negara
ruang
kawasan
di
di Kawasan
pertahanan
dan
keamanan
negara,
3. Mengembangkan zona penyangga yang
Kawasan
Perkotaan
memisahkan antara kawasan pertahanan
Perkotaan
Mebidangro
dan keamanan negara dan kawasan budi
Mebidangro.
daya terbangun di sekitarnya.
(Sumber: Fasilitasi Sinkronisasi Program RTR KSN Perkotaan Medan, Binjai,
Deli Serdang, dan Karo (MEBIDANGRO))
Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti, di Kota Medan, meliputi:
1.
Pusat pemerintahan provinsi
2.
Pusat pemerintah kota dan/atau kecamatan
3.
Pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional
4.
Pusat pelayanan pendidikan tinggi
5.
Pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional
6.
Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional
7.
Pusat kegiatan industri kreatif
8.
Pusat kegiatan industri manufaktur
9.
Pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
10. Perkebunan, perikanan, dan kehutanan
Universitas Sumatera Utara
11. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang
regional
12. Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional
13. Pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional
14. Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara
15. Pusat kegiatan pariwisata
16. Pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.
2.3.2
Sudi Literatur Transit Oriented Development (TOD)
`Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an
yang di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena
urban sprawl yang mengakibatan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan
mengakibatkan kemacetan.
TOD memiliki tujuan menciptakan jaringan pejalan kaki yang nyaman,
aman, menyenangkan dan mecukupi bagi pejalan kaki (walkable environment).
Dengan mencampurkan berbagai fungsi kegiatan saat berjalan, dapat membuat
perjalanan menjadi lebih singkat dan cepat. Fungsi-fungsi tersebut adalah pusat
area komersil, perkantoran, retail, servis, pemukiman dengan kepadatan sedang
hingga kepadatan tinggi dan juga ruang terbuka publik.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Konsep TOD
(Sumber : Buku Calthrope)
Konsep TOD di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik
dengan moda maupun berjalan dengan radius berkisar antara 400 – 800 m yang
diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi
dengan titik-titik transit.
TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang
mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan
massal/umum, serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian
perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang
terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan
umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan
fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda. Pengembangan pembangunan tata kota
biasanya berorientasi pada titik transit. Dimana kawasan perumahan dan kawasan
komersial dirancang terintegrasi sesuai dengan sistem transportasi sehingga
menciptakan suatu kota yang efisien, yang memaksimalkan akses untuk pejalan
kaki, pengendara sepeda serta penggunaan transportasi umum.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi Transit Oriented Development (TOD)
Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih
(2007) adalah :
“A mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit
stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space,
and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and
employees to travel by transit, bicycle, foot, or car”
Defenisi lain dari TOD, (Danburry, 2010) :
“Transit-oriented development, or TOD, is a type of community development that
includes a mixture of housing, office, retail and/or other commercial development
and amenities integrated into a walkable neighborhood and located within a halfmile of quality public transportation”
Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD)
Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah
disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut:
1.
Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberi
layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan
disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit
pada jangkauan 5 menit berjalan kaki.
2.
Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area komersial
sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada
jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi
pasar, keterdekatan dengan titik transit dan tahap pengembangan. Fasilitas
yang ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis
dan hiburan.
3.
Area permukiman (residential area). Area permukiman termasuk permukiman
yang berada pada jarak perjalanan kaki dari area pusat komersial dan titik
transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe
permukiman, termasuk single-family housing, town house, condominium dan
apartement.
Universitas Sumatera Utara
4.
Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang
berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan
oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial.
jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan
jalur sepeda menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin
terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan
fungsi single- family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar,
fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir.
5.
Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada
kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang
berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.
Variabel Pembentuk Transit Oriented Development (TOD)
Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2009) zonasi TOD dibagi kedalam
beberapa area (elemen desain TOD), berikut merupakan deskripsi variabel
pembentuk TOD menurut Calthorpe:
1.
Area Komersial Pusat
Area dengan fungsi campuran ini berfungsi memberi pelayanan pada kegiatan
transit seperti fungsi retail, perkantoran skala regional, supermarket, komersial
dan hiburan serta hunian pada level lantai atas. Dapat menjadi daya tarik
keragaman tujuan pada lokasi.
2. Area Hunian Campuran
Hunian dalam jarak jangkau daerah komersial pusat dan penghentian dengan
berjalan kaki, dengan hunian dengan beragam tipe (tunggal, apartemen atau
town house).
3.
Fungsi Ruang Publik
Bentuknya dapat berupa taman, plaza, tata hijau, yang melayani sekitar
lingkungan. Ruang publik yang didesain dalam bangunan umum atau fasilitas
publik disesuaikan dengan kebutuhan.
4.
Area Sekunder
Berjarak sekitar 1 mil dari daerah pusat dan memiliki jaringan jalan sebagai
Universitas Sumatera Utara
penghubung ke daerah belakang. Penghubung ini dilengkapi dengan jalur
pedestrian dan sepeda. Area sekunder ini terdiri dari perumahan berkepadatan
rendah, Fasilitas umum serta ruang parkir yang bersifat park and-ride.
5.
Fungsi Campuran
Fungsi dalam TOD bersifat beragam dan campuran, yaitu fungsi publik, pusat
komersial dan hunian. Dimana bangunan dengan fungsi ragam secara vertikal
merupakan type yang disarankan. Konsep TOD yang diutarakan oleh Calthrope
tidak terlepas dari sistem pergerakan kota yang berupa kendaraan baik
kendaraan umum maupun pribadi serta manusia yang terus bergerak mengikuti
pola aktivitasnya, serta bagaimana memanfaatkan suatu lahan kosong yang
tidak terpakai menjadi sangat berguna bagi warganya.
Pedestrian di Kawasan TOD
Jalur pedestrian di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam
menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrianfriendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa
luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif,
sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parkir, jalur bersepeda dan
pergerakan kendaraan.
Lebar jalan dan jumlah lajur kendaraan harus dikurangi tanpa
mengorbankan parkir paralel dan akses sepeda. Jalan harus dirancang untuk dilalui
dengan kecepatan mobil tak lebih dari 24 km/jam. Jalan yang lebih sempit dapat
mengurangi lebar jalan dan jumlah lajur memberikan ruang yang lebih besar untuk
penataan lansekap. Dimensi jalan yang relatif kecil ditujukan untuk menciptakan
skala manusia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Dimensi ideal ruang jalan di area TOD
(Sumber : Buku The Next American Metropolis)
Sidewalk secara virtual terbagi atas beberapa zona yaitu; zona tepi yang
berbatasan langsung dengan jalur mobil (minimal 1,2 meter untuk kawasan TOD,
untuk menyediakan ruang menunggu), zona furnishing yang mengakomodasi
perletakan street furniture seperti pohon atau fasilitas transit, zona ‘melintas’ yaitu
jalur yang dapat dilalui tanpa gangguan, dan zona ‘frontage’ yaitu ruang bersih
antara fasad bangunan (tempat pejalan kaki melakukan window shopping, area
keluar dan masuk dari dalam bangunan) dan zona ‘melintas’. Lebar sidewalk
minimum yang disarankan adalah 3 meter (pada area komersial minimum 4 meter),
tidak batas maksimum untuk lebar sidewalk namun jika terlalu lebar menyebabkan
ketidaknyaman karena terkesan kosong dan tidak mengundang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Pembagian zona pada sidewalk
(Sumber : Buku Planning and Designing for Pedestrians)
Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter
(dapat dialui dua orang sekaligus). Dimensi sidewalk lebar di area komersial
dimana
aktivitas
pedestrian
lebih
besar
dan
seating
luar
sangat
direkomendasikan (1,8 meter -2,5 meter). Jalur pedestrian yang nyaman akan
mengurangi penggunaan mobil dan menambah efisiensi penggunaan transit.
Gambar 2.6 Lebar sidewalk minimal 1.5 meter
(Sumber : Buku The Next American Metropolis)
Street furniture pada pedestrian sangat diperlukan bagi pejalan kaki. Jika
ruang jalan tidak memiliki fasilitas ini maka pemakaian ruang jalan mnjadi tidak
nyaman. Misalnya jika tidak ada lampu jalan menyebabkan ketidaknyaman dan
Universitas Sumatera Utara
tidak tersedianya tempat sampah membuat jalan jadi kotor dan membuat orang
enggan berjalan kaki. Untuk menciptakan sense of community dapat melalui
pemilihan desain street furniture yang mencerminkan karakter lokal.
Pepohonan untuk peneduh diperlukan disepanjang jalan. Jarak antara
pohon-pohon tersebut tidak boleh lebih dari 9 meter. Jenis pohon dan teknik
penanaman harus diseleksi dengan seksama untuk menciptakan kesan meyatu
pada ruang jalan, menyediakan naungan yang efektif, dan menghindari
kerusakan trotoar. Banyak ruang jalan yang dikenang orang karena deretan
pepohonan di sepanjang jalan. Keberadaan pohon penting untuk kenyamanan
pejalan kaki karena menyediakan naungan dari cuaca dan mengurangi suhu
panas yang dihasilkan permukaan aspal dan menciptakan iklim mikro yang lebih
sejuk. Selain itu pepohonan juga memberikan keindahan pada ruang jalan.
Gambar 2.7 Jarak antar pohon di sepanjang jalan
(Sumber : Buku The Next American Metropolis)
Akan lebih baik jika jalan memiliki vista menuju area pusat, bangunan
publik, taman atau fitur-fitur alami. Jalan yang membingkai vista akan lebih
mudah diingat (memorable). Jalan yang ideal sebaiknya mempunyai titik tujuan
yang penting. Dalam hal ini jalan lurus lebih mudah diimplimentasikan karena
memiliki pandangan yang jelas kesebuah landmark. Landmark memudahkan
orientasi pedestrian dan membuat rute perjalanan lebih menarik. Jalan lurus juga
Universitas Sumatera Utara
memberikan aksesibilitas visual yang tinggi, ketika tujuan dapat terlihat
seseorang akan lebih tertarik untuk berjalan kesana.
Kriteria Konsep TOD
Kriteria Konsep TOD :
1.
Terdapat jalur pejalan kaki
2.
Terdapat titik-titik transit
3.
Aktivitas pergerakan manusia berjalan kaki beradius berkisar antara 400 – 800
m.
4.
Pejalan kaki memiliki tujuan berjalan (OD) dari titik transit ke fungsi-fungsi
komersial
5.
Mencapurkan fungsi komersial, pemukiman, ruang terbuka dll, dalam satu
kawasan TOD
Kriteria Pola Ruang :
1.
2.
Kawasan terbangun yaitu :
a.
Area Komersil
b.
Area Pemukiman
c.
Area Hotel
d.
Area Perkantoran
e.
Area Fasilitas Sosial
Kawasan tidak terbangun yaitu:
a.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) - Taman
b.
Ruang Terbuka Biru (RTB) - Danau
Kriteria Struktur Ruang :
1.
Sirkulasi Kendaraan
2.
Jalur Pedestrian
3.
Titik Transit
Universitas Sumatera Utara
2.3.3
Studi Literatur Masterplan Kota Baru
Konsep Dasar Masterplan TOD Kota Baru, Kwala Bekala
Kawasan Kota Baru ini terdapat fungsi-fungsi komersial yang mendukung
pertumbuhan kawasan Kota Mandiri Bekala, seperti, Apartemen, Hotel, Pusat
Bisnis, Pusat Kreativitas Pemuda, serta Convention Hall. Di sekitar site juga
terdapat pemukiman penduduk.
Gambar 2.8 Konsep TOD
(Sumber: olahan sendiri,2016)
Jarak titik transit Stasiun Kereta Api dan titik transit Terminal yang berkisar
± 700 m, membuat Kota Baru ini sangat tepat untuk menggunakan Konsep TOD.
Maka, dirancanglah backbone atau jalur pedestrian utama yang menghubungkan
titik-titik transit utama dan juga menghubungkan fungi-fungsi yang terdapat
dikawasan tersebut. Backbone itu juga dirancang dengan sangat nyaman dan
Universitas Sumatera Utara
menarik perhatian para pejalan kaki karena terdapat taman-taman1 dan fungsifungsi komersial di sepanjang backbone. Di kawasan ini dirancang titik-titik Halte
Bus, parkir sepeda, jalur bus, jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. Dengan
diterapkannya konsep TOD ini, diharapkan dapat mengurangi masyarakat sekitar
dari penggunaan transportasi pribadi.
Di kawasan ini juga terdapat ruang terbuka, seperti danau, taman-taman di
sepanjang backbone dan taman hutan kota.
Gambar 2.9 Konsep Backbone
(Sumber: olahan sendiri)
1
Rancangan taman-taman terlampir
Universitas Sumatera Utara
Masterplan TOD Kota Baru, Kwala Bekala
Kawasan Kota Baru termasuk didalam Masterplan Kota Mandiri Bekala
yang dirancang oleh PT. Propenas Nusa Dua, yang kemudian salah satu kawasan
itu dikembangkan, sehingga menjadi Kota Baru, dengan luas 22.7 ha, kawasan ini
dirancang dengan menggunakan konsep TOD.
Fungsi yang terdapat di kawasan ini adalah fungsi-fungsi komersial.
Fungisnya sebagai berikut, Pusat Kreativitas Pemuda, Hotel Bisnis dan Pasar
Kuliner, Eco Bussines Park, Hotel dan Pusat Perbelanjaan, Apartemen dan Rumah
Susun, serta terdapat juga Pusat Pasar Lau Chi. Tidak ketinggalan juga, dikawasan
tersebut terdapat Stasiun Kereta api dan Terminal Kwala Bekala.
Tidak jauh dari kawasan ini juga, terdapat Kampus Universitas Sumatera
Utara 2, yang menjadi salah satu generator utama pembangunan Masterplan Kota
Mandiri Bekala.
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.10 Masterplan Kota Baru
(Sumber : olahan sendiri, 2016)
Universitas Sumatera Utara
2.4
Tinjauan Fungsi
2.4.1
Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan
Convention Hall merupakan suatu wadah sarana fisik untuk menampung
kegiatan konvensi, pertemuan formal atau non formal dan pameran baik skala
regional, nasional maupun internasional. Kegiatan konvensi diawali dengan
membentuk suatu kebutuhan untuk menginformasikan penemua-penemuan baru
kepada pihak yang berkepentingan berhubungan dengan teknologi dan inovasiinovasi baru di bidang sains dan sosial, pertigaan situasi politik dunia dan
pertemuan antar negara. Kegiatan konvensi bukan hanya sekedar pertemuan biasa
namun merupakan gabungan dari kegiatan perjalanan dan rekreasi (wisata
konvensi). Dewasa ini kegiatan konvensi berupa pertemuan bisnis, pengenalan
penemuan baru, training dan lain-lain, yang pesertanya adalah usahawan atau
kelompok dan keluarga. Jenis-jenis/kelompok kegiatan konvensi :
1.
Konferensi adalah kegiatan pertemuan secara formal antara suatu kelompok
organisasi profesi untuk bertukar fikiran mengenai masalah organisasi,
operasional, kenyataan yang terjadi atau informasi-informasi terbaru. Kegiatan
pertemuan yang bersifat interaktif, pembicaraab atau pembahasan timbal balik
setiap peserta dapat berbicara langsung dari tempat duduknya. Lama kegiatan
minimal selama enam jam, dengan pembahasan masalah-masalah besar
kemudian dilanjutkan dengan rapat-rapat komisi yang biasanya diadakan lebih
dari satu hari, maka akan membutuhkan tempat yang relatif dekat dengan
penginapan atau bahkan menyediakan penginapan. Pengaturan interior untuk
konferensi yaitu meja diatur menurut pola lingkaran, setengah lingkaran, atau
bahkan persegi. Untuk suatu konferensi yang besar dengan jumlah peserta lebih
dari 150 orang menggunakan lantai bertrap, sehingga peserta yang duduk di
belakang dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2.
Kongres. Merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan
beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang
bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap
permasalahan yang diajukan. Ruangan harus mampu menampung peserta
Universitas Sumatera Utara
dalam jumlah yang besar apalagi bertaraf internasional. Untuk penyusunan
kursinya, biasanya disusun seperti kursi-kursi teater.
3.
Forum. Merupakan kegiatan diskusi yang menyanggah sebuah pendapat,
dimana pesertanya dari bidang yang berlainan. Disini para peserta bebas untuk
berpartisipasi.
4.
Seminar. Merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah
memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas masalah serta
membagi pengalaman antar peserta.
5.
Simposium. Merupakan kegiatan diskusi untuk membahas suatu persoalan dari
berbagai sudut pandang dengan melakukan interaksi tanya jawab dari seorang
ahli dalam bidangnya dengan peserta yang terlibat. Diskusi ini kadangkala
meminta pendapat dari seorang ahli terlebih dahulu sebelum dilempar kepada
peserta, melalui diskusi ini akan menghasilkan perbandingan pandangan
paham serta titik-titik pokok dari suatu masalah.
6.
Workshop. Merupakan kegiatan untuk membahas suatu masalah secara
bersama-sama antar kelompok peserta dan melatih satu sama lain sehingga
setiap peserta akan mendapat pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai
hal-hal yang baru.
7.
Panel. Merupakan kegiatan tanya jawab atau diskusi antara dua atau lebih
kelompok peserta sambil mengeluarkan pendapat masing-masing dan dipimpin
oleh seorang moderator.
8.
Lecture. Presentasi yang bersifat formal, dibawakan oleh seorang ahli dan
diikuti dengan sesi tanya jawab.
9.
Institusi/lembaga. Merupakan kegiatan untuk membahas dan mendiskusikan
persoalan dari berbagai sudut pandang antara beberapa orang. Kegiatan ini
dibuat sebagai pengganti pendidikan formal untuk staff suatu perusahaan.
10. Kolokium. Sebuah program kegiatan dimana peserta menentukan sendiri topik
yang akan didiskusikan, pembimbing akan memberi gagasan atau masukan
mengenai topik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
11. Lokakarya. Kegiatan pertemuan yang dihadiri oleh sekelompok orang untuk
mengadakan penelitian, pembahasan, dan bertukar pendapat mengenai
masalah tertentu.
12. Ceremony
Upacara pernikahan, kegiatan peringatan, ataupun ulang tahun
13. Konser/pargelaran seni
Konser musik, pargelaran seni ataupun pertunjukan budaya.
2.4.2
Deskripsi Perilaku
Berdasarkan sifat aktifitas yang dilakukan, perilaku dari pengguna
Convention Hall terbagi atas 2 jenis, yaitu :
1.
Bersifat statis
Perilaku pengguna Convention Hall yang lebih bersifat menetap, yang bersifat
rutinitas maupun sementara dengan intensitas waktu yang lama. Sebagai
contoh pengelola/pemilik dan staff/karyawan.
2.
Bersifat dinamis
Pengguna Convention Hall yang cenderung bergerak dan berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang relatif cepat, seperti
penyewa Convention Hall.
2.3.3
Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Jenis ruang dan fasilitas yang tersedia dalam ruangan Convention Centre
menurut Fred Lawson (1981; hal. 91) adalah sebagai berikut:
1.
Ruang Convensi Utama atau auditorium, berjumlah satu atau dua dengan
kapasitas antara 1000 – 3000 tempat duduk.
2.
Ruang konvensi sedang atau ballroom berjumlah dua atau tiga buah dengan
kapasitas 200 – 500 tempat duduk.
3.
Ruang pertemuan berjumlah empat sampai sepuluh buah dengan kapasitas
antara 20 – 50 tempat duduk.
4.
Exhibition hall.
5.
Servis food untuk peserta konvensi.
Universitas Sumatera Utara
6.
Monitor televisi dan broadcasting.
7.
Pelayanan pers, cenference organizer untuk delegasi.
8.
Pelayanan penggandaan, printing, dan penerjemah bahasa.
9.
Pelayanan recording, filming, dan publisitas.
10. Pelayanan parkir untuk delegasi (VIP) dan parkir umum.
2.4.4
Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Menurut Lawson (1901; hal 106-146), kinerja persyaratan ruang untuk
elemen – elemen ruang pada konvensi hall adalah sebagai berikut:
Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk pertunjukan, seminar
dan acara lain di dalamnya yang biasanya menampung peserta yang banyak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mendesain auditorium adalah:
1.
Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.
2.
Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal dapat
digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain waktu dapat
digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.
3.
Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti; perjamuan, cofee
bar, dan service.
4.
Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya.
5.
Aksen dan persyaratan sirkulasi.
6.
Bentuk auditorium yang direncanakan. Bentuk auditorium dan hubungannya
dengan panggung adalah sebagai berikut:
1.
360 Encirclement
Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh audiensi di semua
sudutnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 360 Encirclement
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
2.
135 Encirclement
Bentuk tempat duduk dengan bentuk panggung bisa menghasilkan
kapasitas kursi yang banyak
Gambar 2.12 135 Encirclement
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
3.
90 Arc
Bentuk ini bisa menghasilkan suara yang baik, tetapi beberapa kursi
disusdut ruangan view nya sedikit tidak jelas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.13 90 Arc
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
4.
60 Hexagon
Bentuk ini mirip dengan sepatu kuda. Kebanyakan bentuk auditorium pada
umumnya seperti ini.
Gambar 2.14 60 Hexagon
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
Universitas Sumatera Utara
5.
Rectangle
Gambar 2.15 Rectangle
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
6.
Fan Shape
Bentuk ini biasa menghasilkan suara dan view yang baik. Biasanya
berbentuk sudut sekitar 60. Dengan susunan tempat duduk kontinental
Gambar 2.16 Fan Shape
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
7.
Penataan tempat duduk auditorium yang direncanakan
Menurut Lawson hal yang perlu diperhatikan adalah estetika pengaturan
tempat duduk, perawatan, pembersihan, jarak pandang, dan orientasi pada
audio visual, kapasitas, dan lamanya evakuasi ketika terjadi bencana. Ada 2
sistem penataan tempat duduk yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Sistem Tradisional
Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat jalur
sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya.
Gambar 2.17 Sistem Tradisional
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
2.
Sistem Kontinental
Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga dapat di
masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional.
Gambar 2.18 Sistem Tradisional
(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)
Universitas Sumatera Utara
Eksterior
Tempat-tempat yang memiliki potensi membahayakan pemakai (tangga,
entrance bangunan, pintu keluar darurat) diberi penerangan yang baik dan dapat
tetap bekerja meskipun dalam kondisi darurat.
Pintu masuk foyer
Pintu masuk foyer harus selebar mungkin hingga pengunjung yang masuk
tidak berdesak-desak. Ukuran maksimum lebar 1 daun pintu adalah 80cm. Pintu
sebaiknya tembus pandang, terbuat dari kaca dengan bingkai yang tahan cuaca dan
api.
Foyer
1.
Area foyer merupakan area yang paling banyak dilalui orang, karena itu harus
dibuat sesuai dengan kapasitas daya tamung orang yang lalu-lalang disitu dan
juga factor kenyamanan berjlan kaki yang tinggi.
2.
Lantai foyer harus tahan lama , tahan gores, mudah dalam perawatan, nyaman
diinjak, dan tidak licin. Bahan pilihan untuk lantai foyer yaitu batu, ubin, atau
berlapis karpet.
3.
Dinding tahan gores, mudah dibersihkan, sambungan dinding dan lantai tidak
menyerap air. Dinding plester dan panil kayu tidak disarankan.
4.
Langit- langit dilapisi penyerap suara untuk mengurangi suara-suara yang
timbul dan dapat mengganggu akustik ruang teater.
5.
Derajat suhu dalam foyer tidak boleh terlalu berbeda dengan suhu di luar
ruangan. Udara yang terkondisi dalam ruangan foyer tidak boleh didaur-ulang.
6.
Pencahayaan tidak memerlukan persyaratan khusus, intensitas cahaya sedang.
Pencahayaan khusus pada area-area tertantu (depan loket, tangga, tempat
penyobekan karcis).
Universitas Sumatera Utara
Lobby
Demi keamanan, pintu antara lobby dan foyer harus memenuhi panjang
dinding antara keduanya. Antara lobby dengan ruangan teater tidak perlu
dihubungkan dengan pintu, kecuali jika sistem pertunjukannya tidak memiliki
waktu istirahat.
Lobby dan lounge tidak memerlukan pintu penghubung. Lobby harus kedap
suara, lantai berlapis karpet, dinding dan langit-langit berlapis bahan penyerap
suara. Hal ini untuk meredam serendah mungkin suara timbul dari lobby dan
mengganggu akustik ruang teater. Cahaya di lobby harus mampu menciptakan
suasana hangat, cukup terang untuk membaca tulisan pada karcis, namun tidak
boleh bocor kedalam ruang teater. Ketinggian langit-langit sebaiknya lebih tinggi
dari ruangan lainnya untuk menciptakan suasana megah.
Ruang Penitip (Checkroom)
Ruang penitipan sebaiknya dietakkan pada lobby sebelah kanan, agar
pengunjung dapat dengan mudah menemukannya. Counter ruang penitip harus
cukup lebar untuk mewadahi 5 pegawai per 1000 pengunjung.
Kamar Kecil
Kamar kecil harus memiliki ruang antara: ruang merokok untuk pria dan
ruang rias untuk wanita yang dilengkapi 1 meja rias untuk 600 pengunjung wanita.
5 urinal, 3 westafel, dan 2 toilet per 1000 tempat duduk merupakan persyaratan
minimal untuk kamar kecil pria. 5 toilet dan 5 westafel per 1000 tempat duduk
untuk kamar kecil wanita.
Jika pertunjukan berjalan selama 3 jam lebih, maka arus pengunjung
kekamar kecil meningkat 4 kali. Jika kompleks teater memuat juga fungsi-fungsi
lai seperti toko, restoran, stasiun radio, dll maka public area dari teater tersebut
harus bisa melayani penggunaan fungsi-fungsi tersebut dan sebaliknya.
Auditorium
Kenyamanan pengunjung dalam ruangana auditorium tergantung kepada:
1.
Bentuk dan pelapis tempat duduk dan jarak deret antara tempat duduk
Universitas Sumatera Utara
2.
Suhu dan kelembaban udara
3.
Letak dan lebar gang
4.
Pencahayaan
5.
Dekorasi
6.
Kemiringan lantai
7.
Tidak adanya gangguan arah pandang dan akustik
Sebaiknya bentuk tempat duduk ergonomis dan sandarannya data.
Umumnya tempat duduk yang secara akustik memuaskan nyaman pula untuk
diduduki. Penempatan tempat duduk harus baik sehingga memberikan jarak yang
cukup untuk pengunjung bisa lewat depan tempat duduk tanpa mempunyai kursi
harus berdiri. Jarak antara deret tempat duduk minimal 85cm, diukur dari panggung
ke punggung. Jarak minimal atara deret tempat duduk minimal 112,5 cm untuk
tempat duduk terisi dan bisa dilewati tanpa mengganggu.
2.4.5
Studi Banding Arsitektur Fungsi Sejenis
Bali International Convention Centre
Gambar 2.19 Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Bali International Convention Centre di Nusa Dua diterima secara luas
diterima sebagai tempat untuk acara-acara bergengsi dan rapat internasional. Lokasi
Universitas Sumatera Utara
utamanya yang berada di antara hotel-hotel mewah dan di antara taman luas di Nusa
Dua, berdiri kokoh menghadap luasnya Samudra Hindia. Dalam lingkungan yang
magis dan damai, para pemimpin dunia dan delegasi akan merasa tenang dan damai
dalam kesibukan diplomatik mereka.
Gambar 2.20 Lokasi Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Convention Centre ini langsung tersambung dengan Westin Resort, dengan
350 kamar mewah. Delapan Resor lainnya di dalam kompleks Nusa Dua berjarak
tidak jauh dari Bali International Convention Centre
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.21 Site Plan Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Fasilitas yang tersedia di Bali International Convention Centre ini adalah :
1.
17 ruang meeting. Hall utama, Mangapura Hall berkapasitas 2.500 theather,
1.200 classroom style.
2.
Ruang auditorium berkapasitas 506 kursi.
3.
Panggung pertunjukan untuk musik, kesenian, dan teather
4.
Pelayanan teknis manajemen konferensi, konvensi, dll untuk setting ruangan,
teknisis audiovisual, tim kreatif dan sebagainya.
5.
Area pameran seluas 2.700 m2 dan mudah dijangkau akses kendaraan : 2 ruang
khusus pameran, luas per ruangan 1.350 m2, pameran luar ruangan seluas
2.000 m2 (outdoor).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.22 Mangapura Hall Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.23 Nusantara Room Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.24 Lotus Room Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.25 Outdoor Dining Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.26 Outdoor Dining Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
6.
Boanded warehouse
7.
Pusat bisnis dan komunikasi : layanan kesekratariatan, terjemahan bahasa
lengkap dengan audio translator, layanan telekonferensi
8.
Akses broadband internet
9.
Ruang penyelenggara event (Event Organizer)
10. Layanan tour
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.27 Ground Plan Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
Gambar 2.28 First Floor Bali International Convention Centre
(Sumber : http://www.baliconvention.com/)
2.5
Elaborasi Tema
Tema yang dipilih untuk perancangan Convention Hall ini adalah Asitektur
Ikonik Tepi Air, sesuai dengan tujuan dan maksud bangunan ini dirancang.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1
Pengertian Arsitektur Ikonik Tepi Air
Berikut ini adalah pengertian Arsitektur Ikonik Tepi Air
Pengertian Arsitektur :
1.
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, arsitektur adalah ilmu dan seni
merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang fungsional,
terstruktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika.
2.
Menurut Francis DK Ching Arsitektur membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik, dan fungsi.
Pengertian Ikonik :
Ikon dapat berarti simbol, bentuk yang mudah dikenali, bentuk yang terkenal, dan
mewakili ‘sesuatu’
Pengertian Tepi Air :
Menurut Ann Breen dan Dick Rigby, tepi air/waterfront merupakan suatu area yang
dinamis dari suatu kota, tempat bertemunya daratan dan air. Dimana badan air dapat
berupa lautan, sungai, danau, teluk, creek, maupun kanal. Areal dinamis yang
dimaksud disini adalah areal atau kawasan yang selalu bergerak, walaupun pada
kasus tertentu seperti pada rawa, pergerakan adalah sangat minim.
Jadi, Arsitektur Ikonik Tepi Air dapat didefinisikan sebagai arsitektur yang
berfungsi sebagai ‘penanda tempat’ yang berbatasan dengan air. Tujuan ‘arsitektur
ikonik’ ini agar mudah diingat oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri
arsitektur ikonik ini adalah :
1.
Letak atau lokasi yang strategis, sehingga mudah dilihat/ dikenali oleh
lingkungan sekitar
2.
Pemilihan bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’
atau ‘ikon’ dari lingkungan sekitar
3.
Serta memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga
berumur panjang.
2.4.2
Interpretasi Tema
Bangunan-bangunan ikonik pada dasarnya dikenal orang atau masyarakat
luas sebagai karya arsitektur yang menjadi ‘penanda tempat’ dan sekaligus sebagai
Universitas Sumatera Utara
‘penanda zaman’ dalam era kebudayaan manusia. Arsitektur ikonik dapat pula
berfungsi sebagai penanda tempat (space icon) dari lingkungan sekitarnya, serta
mampu untuk berdiri-tegak tahan terhadap umur yang panjang, struktur bangunan
yang spesifik dan memiliki nilai estetika yang menawan.
Di era kontemporer banyak bermunculan karya arsitektural yang unik.
Keinginan suatu penguasa untuk memiliki bangunan yang menarik dan unik yang
dapat menjadi penanda bagi negaranya, sehingga mampu menjadi daya tarik bagi
wisatawan untuk datang berkunjung. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
karyakarya arsitektural menciptakan ikonisitasnya sendiri dalam perkembangan
arsitektur.
Pada saat sekarang ini, munculnya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik
tidak dapat lepas dari perkembangan globalisasi ekonomi kapitalis. Kesan mewah,
megah dan mahal sudah merupakan istilah yang tidak dapat dihindari dari
‘bangunan ikonik’ atau ‘arsitektur ikonik’ pada saat sekarang ini. Dalam sejarah
perkembangan arsitektur dari dahulu hingga saat sekarang, kita dapat belajar untuk
melihat dan mengamati keberadaan dari ‘arsitektur ikonik’ yang berada di berbagai
belahan dunia. Bangunan ikonik mampu menembus setiap era perkembangan
arsitektur dari masa ke masa. Setiap era dalam arsitektur memiliki ikonnya masingmasing dengan latar belakang yang berbeda.
Bangunan ikonik, biasanya berbentuk spektakuler dan unik, memiliki
banyak gaya pendekatan desain, seperti, pendeketan gaya metafora ataupun gaya
dekonstruksi.
Kawasan tepi air maksudnya adalah kawasan yang berbatasan dengan air.
Dimana dalam merancang bangunan tersebut, air merupakan salah satu aspek
penting untuk menghasilkan rancangan. Air disini dapat berupa lautan, sungai,
danau, teluk, creek, maupun kanal.
Tema tepi air disini memanfaatkan refleksi air untuk membentuk satu
kesatuan bentuk bangunan yang utuh. Dimana bentuk yang bisa direfleksikan disini
adalah bentuk bangunan yang mempunyai 2 sisi simetris, seperti, telur, bola, mata,
kupu-kupu, serta kerang
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Pendekatan Bentuk
No
Pendekatan Bentuk
1
Keterangan
Kerang memiliki bentuk cangkang yang
melengkung-lengkung pada bagian atas dan
bawah yang simetris di kedua sisinya.
Kerang adalah salah satu hewan yang hidup
di air.
2
Bentuk telur yang simetris juga dapat
dijadikan pendekatan bentuk bangunan.
Dimana
bangunan
berbetuk
setengah
lingkaran, dan setengah lingkaran lagi
terefleksikan di air
3
Mata juga dapat direfleksikan di air. Mata
adalah satu organ penting bagi manusia.
Pedekatan ini membuat bangunan berbentuk
setengah lingkaran
4
Kupu-kupu adalah salah satu hewan yang
mempunyai sayap yang berbetuk simetris.
(Sumber: olahan sendiri, 2016 )
2.5.3
Keterkaitan Tema dengan Judul
Perancangan Convention Hall di Kwala Bekala, dengan penerapan Prinsip
Arsitektur Ikonik Tepi Air diharapkan bisa membuat bangunan tersebut menjadi
sebuah identitas bagi kawasan Kwala Bekala. Dengan penerapan Arsitektur Ikonik
Tepi Air, Convention Hall ini mampu memberikan kesan dan citra tersendiri
terhadap Kwala Bekala.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4
Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis
L'Hemisfèric
Gambar 2.29 L'Hemisfèric
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)
L'Hemisfèric adalah salah satu bangunan tepi air yang memanfaaatkan air
dalam bagian desainnya. Salah satu contoh proyek bangunan yang memanfaatkan
kolam untuk menghasilkan refleksi bangunan yang berbentuk mata yang utuh.
L'Hemisfèric adalah sebuah planetarium sekaligus bioskop IMAX yang
memanfaatkan teknologi terkini untuk gambar dan suara.
Gambar 2.30 L'Hemisfèric
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)
Universitas Sumatera Utara
L'Hemisfèric, sebuah karya arsitektur menawan dalam bentuk mata raksasa
yang dapat membuka dan menutup, lengkap dengan 'bola mata' terbuat dari kaca
dan baja. Mata raksasa berwarna putih ini didesain seperti habis tenggelam lalu
keluar dari kolam air berwarna hijau, menampilkan kontras yang cantik dan anggun.
Gambar 2.31 L'Hemisfèric
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)
L'Hemisfèric adalah salah satu bangunan yang terdapat di kompleks Ciutat
de les Arts i les Ciències, di Valencia, yang dirancang oleh arsitek terkenal yang
berasala dari Valencia yaitu Santiago Calatrava
Universitas Sumatera Utara
National Centre for the Performing Arts
Gambar 2.32 National Centre for the Performing Arts
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/National_