Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditi ekspor andalan di Indonesia.
Perankaret dan hasil olahannya terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap
kecil mengingat pada tahun 2007 Indonesia merupakan produsen karet nomor dua
terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton setelah Thailand dengan
produksi sebesar 2,97 juta ton, selain itu Indonesia merupakan negara yang
memiliki luas lahan karet terluas didunia dengan luas lahan mencapai 3,4 juta
hektar (Parhusip, 2008).
Karet alam merupakan komoditas ekspor yang sangat penting sebagai
sumber devisa Negara dan sumber penghidupan sebagaian penduduk Indonesia.
Secara ekologi tanaman karet mendukung pelestarian lingkungan hidup, sumber
daya alam dan keanekaragaman hayati.Karet merupakan kebutuhan yang viral
bagi kehidupan manusia sehari – hari.Hal ini terkait dengan mobilitas manusia
dan barang – barang yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyorbat,
dock pender, sepatu dan sandal karet (Widiyanti, 2013).
R.

microporus

merupakan


salah

satu

cendawan

penting

pada

tanamankaret.Di Indonesia R. microporus sering disebut dengan jamur akar putih
(JAP).Jamur akar putih menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga
serangan penyakit ini akan menimbulkan kerugian pada produksi kebun. Menurut
perhitungan Situmorang (2004) penurunan produksi karet kering terjadi rata-rata
2,7 kilogram per pohon per tahun. Serangan JAP dapat timbul pada karet pada

Universitas Sumatera Utara

semua umur tanaman.Terlebih pada kebun muda yang baru dibuka untuk

perkebunan karet (Nugroho, 2010).
Penyakit

akar

putih

disebabkan

oleh

microporus

jamurR.

(R.

lignosus).Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman.Gejala pada
daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam.Kemudian
daun gugur dan ujung ranting menjadi mati.Ada kalanya terbentuk daun muda,

atau bunga dan buah lebih awal.Pada perakaran tanaman sakit tampak benangbenang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf) (Anwar, 2001).
Penyakit Jamur Akar Putih (JAP)termasuk penyakit berbahaya ditinjau
dari akibat yang ditimbulkannya dan dapat menyebabkan kerugian finansial yang
dihitung

secara

nasional

mencapai

IDR

300

miliar

setiap

tahunnya.


Pengendalianpenyakit dengan memanfaatkan ekstrak bangun-bangun yang
berpotensi sebagai antimikroba belum banyak diterapkan diperkebunan karet
(Dalimunthe et al, 2016).
Tujuan pengendalian penyakit secara hayati tidak lain adalah mengurangi
laju perkembangan penyakit melalui penurunan daya hidup patogen pada
tanaman, menurunkan jumlah propagul yang diproduksi serta mengurangi
penyebaran inokulum, mengurangi infeksi patogen pada tanaman serta
mengurangi serangan yang berat oleh patogen (Nurhayati, 2011).
Penggunaan agensia pengendali hayati dalam mengendalikan organisma
pengganggutanaman (OPT) semakin berkembang karena cara ini lebih unggul
dibanding pengendalian berbasis pestisida. Beberapa keunggulan tersebut adalah:
aman bagi manusia, musuh alami, dapat mencegah timbulnya ledakan OPT

Universitas Sumatera Utara

sekunder, produk tanaman yang dihasilkan bebas dari residu pestisida, terdapat di
sekitar pertanaman sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap
pestisida sintetis danmenghemat biaya produksi karena aplikasi cukup 1 atau 2
kali dalam satu musim panen. Pengendalian penyakit secara hayati dapat

dilakukan dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap serangan patogen
tertentu, atau dengan menggunakan mikro-organisme lain yang bersifat
antagonistik atau parasit terhadap patogen tanaman. Penggunaan agensia hayati
atau mikro-organisma antagonis dalam pengendalian hayati di Indonesia
khususnya, baru mendapat perhatian dalam tahun-tahun terakhir ini (Nurhayati,
2011).
Bangun-Bangun, bebangun, pokokubat batuk, raja bangun, hati-hati hijau
atau sedingin ataupun

nama ilmiahnya Plectranthus amboinicus/Coleus

amboinicusmerupakan sejenis herba wangi dan dapat dimakan. Tanaman bangunbangun mengandung senyawa bioaktif sebagai antioksidan (Patelet al, 2010),
antibakteri dan antifungi (Manjamalaiet al, 2011).Pertahanan biokimia berupa
senyawa yang dihasilkan yaitu senyawa hasil metabolisme sekunder (flavanoid,
alkaloid, glycocid), senyawa yang dikeluarkan sebagai eksudat, senyawa yang
menghambat, tidak menghasilkan senyawa yang diinginkan patogen.Di India
tanaman bangun-bangun ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit
seperti demam malaria, hepatopati, batu ginjal dankandung kemih, cegukan,
bronkitis,cacingan, kolik dan kejang, batuk, bahkan hingga penyakit asma
kronik.Hal ini karena daun bangun-bangun mengandung berbagai jenis flavonoid,

seperti quercetin,apigenin, luteolin, salvigenin, dan genkwanin (Dalimunthe et al,
2016).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman bangun – bangun adalah salah satu sumber tanaman obat di
Indonesia maupun di mancanegara, maka manfaat tanaman bangun – bangun ini
perlu digali dan dikembangkan terus – menerus. Tanaman bangun – bangun
mengandung senyawa bioaktif sebagai antioksidan (Patel et al, 2010).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui potensi eksudat akar bangun – bangun dalam
menghambat pertumbuhan jamur akar putih pada tanaman karet.

Hipotesa Penelitian
Eksudat dari tanaman bangun-bangun mampu menghambat pertumbuhan
jamur akar putih.

Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai

referensi untuk menghambat pertumbuhan jamur akar putihpada tanaman karet.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Uji Antagonis Tanaman Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus L.) Fungisida Nabati terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus Swartz) di Laboratorium dan di Lapangan

1 6 79

Uji Antagonis Tanaman Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus L.) Fungisida Nabati terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus Swartz) di Laboratorium dan di Lapangan

0 0 13

Uji Antagonis Tanaman Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus L.) Fungisida Nabati terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus Swartz) di Laboratorium dan di Lapangan

0 0 2

Uji Antagonis Tanaman Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus L.) Fungisida Nabati terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus Swartz) di Laboratorium dan di Lapangan

0 0 4

Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium

0 0 13

Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium

0 1 2

Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium

0 1 14

Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium Chapter III V

0 0 17

Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium

1 4 5

Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium

0 0 17