Manajemen Kelompok Paduan Suara di Kota Medan: Studi Kasus Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir

33

BAB II
KEBERADAAN PADUAN SUARA DI KOTA MEDAN

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia eksistensi adalah keberadaan,
kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal
(2007:16) eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau
mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang
artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku
dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau
sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan
potensi-potensinya.
Pada Bab II ini penulis mendeskripsikan secara umum tentang keberadaan
paduan suara/ koor yang ada di Kota Medan. Keberadaan tersebut mulai dari
masuknya Agama Kristen ke Tanah Batak serta penyebarannya, pentingnya koor di
gereja dan dimasukkannya koor dalam kurikulum pendidikan, keberadaan koor
sebelum dan sesudah tahun 1990, keberadaan Ansembel HKBP Nommensen dan
pengaruhnya sebagai latar belakang berdirinya paduan suara Consolatio Choir,
Consolatio Choir Berakar Era 1990-sekarang. Kemudian perkembangan paduan
suara baik di Sekolah-sekolah SD, SMP, dan SMA, dan di Perguruan Tinggi,

paduan suara Instansi Pemerintahan & Swasta, dan paduan suara independen.
Kegiatan-kegiatan penunjang pesatnya perkembangan menurut beberapa tokoh

Universitas Sumatera Utara

34

paduan suara serta bagaimana mempertahankan eksistensi paduan suara juga ditulis
pada bab ini.

2.1 Masuknya Agama Kristen
Penyebaran agama Kristen ke Indonesia khususnya di Sumatera Utara, baik
Kristen Katolik maupun Kristen Protestan memiliki sejarah yang berbeda, namun
memiliki tujuan yang sama dalam pengenalan akan Juruselamat yang diyakini
Agama Kristen Katolik maupun Kristen Protestan. Penyebaran kekristenan di
Sumatera Utara pertama kali dilakukan oleh missionaris6 Kristen Protestan.
Salah satu Pekabaran injil (PI) yang membuahkan hasil adalah usaha yang
dilakukan Ludwiq Ingwer Nommensen, seorang pendeta yang diutus Rheinische
Mision Gesellschaft (RMG) sebuah organisasi gereja Jerman di kota Bremen. Pada
tanggal 7 Oktober 1861 RMG membuka suatu daerah penginjilan baru di Sumatera,

“Bataklanden” atau Tanah Batak. Daerah penginjilan baru ini diberi nama
“Battamission” yang kemudian disebut “ Batak mission “ atau “Mission – Batak “.
Tanggal lahir Batak Mission ditentukan pada 7 Oktober 1861 bertepatan dengan
tanggal dari rapat pertama para penginjil

RMG di Tanah Batak dan tanggal

tersebut sekaligus menjadi tanggal berdirinya gereja Huria Kristen Batak Protestan
(Pardede, 2011:36).

6

Missionaris atau penginji adalah para utusan-utusan sending/ Pekabaran Injil yang datang
dari Eropa ke tanah Batak.

Universitas Sumatera Utara

35

Sejak awal pemberitaan Injil, salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh

para missionaris adalah nyanyian-nyanyian dan musik gerejani. Ada tiga cara yang
di terapkan oleh para missionaris pada saat melakukan tugasnya yaitu; berkhotbah,
mengajar, dan menyanyi. Sedangkan salah satu ciri khas pengajaran para
missionaris adalah lebih menekankan pendidikan melalui musik karena mereka
menganggap orang Batak terkenal suka nyanyian (Pardede, 2011:62).
Dalam ibadah-ibadah yang selenggarakan jemaat gerejani, khususnya di
HKBP, koor memegang perananan yang sangat penting. Koor di HKBP merupakan
cikal bakal bertambahnya nyayian-nyayian jemaat. Hal ini dibuktikan dengan fakta
sejarah bahwa nyayian gereja di HKBP pada awalnya merupakan koor-koor yang
dibawakan oleh kelompok paduan suara baik yang dibawa oleh para missionaris
maupun hasil karya dari jemaat lokal (Pardede, 2011:85).

2.2 Koor Dalam Kurikulum Pendidikan
Di kalangan HKBP, sejak kedatangan missionaris sampai institusi HKBP
ada, HKBP memikirkan pentingnya koor di gereja hingga pelajaran koor ini
dimasukkan dalam kurikulum di lembaga pendidikan di HKBP serperti: Sekolah
Karteket di Parausorat - Sipirok, Sekolah Pendeta Di Seminari Pansurnapitu,
Seminari Sipoholon, Sekolah Penginjilan Wanita (Bibelvrow) di Laguboti, Sekolah
Theologia Menengah HKBP, Fak. Theologia Univ. HKBP Nommensen, Sarjana
Muda Theologia HKBP, Sarjana Lengkap Theologia HKBP (Pardede, 2011:95-99).


Universitas Sumatera Utara

36

Selain di kalangan gereja, pada Perguruan Tinggi yang memiliki Jurusan
Seni di Sumatera Utara, koor juga dimasukkan sebagai mata kuliah

seperti

Universitas HKBP Nommensen Medan dan Universitas Negeri Medan7. Selain itu
sekolah-sekolah menengah kejuruan musik seperti Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 11 Medan 8 dan Sekolah Menengah Kejuruan Methodist Charles Wesley
memasukkan koor sebagai mata pelajaran.9

2.3 Keberadaan Koor Tahun 1950-1980
Menurut Sianipar, keberadaan paduan suara di Medan jauh sebelum 1950
sudah ada di kalangan gereja-gereja baik gereja Protestan maupun Katolik. Paduan
Suara di perguruan tinggi-perguruan tinggi dibentuk dalam mengisi kegiatan
seremonial universitas, seperti wisuda, diesnatalis, dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara (USU) misalnya, sejak berdiri tahun 1957 telah
membentuk paduan suara untuk mengisi kegiatan wisuda. Namun paduan suara
tersebut masih bersifat sementara, dibentuk hanya saat mempersiapkan kegiatan
wisuda saja.10
Demikian halnya paduan suara yang ada di IKIP Medan (saat ini menjadi
Universitas Negeri Medan – Unimed). Sejak IKIP Medan didirikan tahun 1963,
paduan suara dibentuk hanya untuk mengisi kegiatan wisuda saja. Setelah kegiatan

7

Wawancara dengan Emmi Simangunsong tanggal 17 Februari 2017 di Medan.
Wawancara dengan Agustina Samosir tanggal 12 Maret 2017 di Medan.
9
Wawancara dengan Ken Steven tanggal 12 Maret 2017 di Medan.
10
Wawancara dengan Harapan Sianipar tanggal 12 Maret 2017 di Medan.
8

Universitas Sumatera Utara


37

wisuda selesai, paduan suara tersebut tidak dibubarkan dan dibentuk kembali saat
menjelang wisuda berikutnya.

2.4 Keberadaan Koor Tahun 1980-1990
Menurut Dermawan Purba, Paduan Suara di Universitas Sumatera Utara
(USU) berdiri sejak dibukanya jurusan Etnomusikologi pada tahun 1979. Dalam
rangka mengikuti Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Mahasiswa di Jakarta tahun
1980, Paduan Suara USU dibentuk dan dipimpin oleh Rizaldi Siagian.
Keanggotaannya berasal dari berbagai fakultas yang ada di USU seperti: Fakultas
Ilmu Budaya, Hukum, Ekonomi, Pertanian, dan Teknik. Paduan Suara USU berlatih
di Gelanggang Mahasiswa. Kegiatan yang dilakukan selain mengisi acara wisuda
adalah memenuhi undangan mengisi acara pada kegiatan kegubernuran, kegiatan
kementerian, kegiatan

di Televisi Republik Indonesia (TVRI) dalam acara

“Cintaku Negeriku” dan mengikuti kegiatan festival paduan suara 11 . Sejak
keberangkatan Rizaldi Siagian ke Amerika untuk menempuh studi S-2, Pada tahun

1982-1991 Paduan Suara USU dipimpin oleh Setia Dermawan Purba. Sejak tahun
1991 Paduan Suara USU dipimpin oleh Torang Naiborhu karena Setia Dermawan
Purba melanjutkan studi S-2 di Universitas Indonesia.12
Menurut Sianipar,

Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IKIP Medan

diprakarsai dan dipimpin oleh Nurdin Hasiholan Nainggolan, salah seorang Dosen

11
12

Wawancara dengan Nina Martini Nainggolan tanggal 23 Feb 2017 di Medan.
Wawancara dengan Setia Dermawan Purba tanggal 2 Juni 2017 di Medan.

Universitas Sumatera Utara

38

Jurusan Seni yang juga merupakan pencipta lagu Mars IKIP Medan. Kegiatan yang

dilakukan selain mengisi kegiatan wisuda adalah mengikuti festival paduan suara.
Pada tahun 1980 PSM IKIP Medan mengikuti mengikuti Pekan Olahraga dan Seni
(Porseni) Mahasiswa di Jakarta. Pada tahun 1983, PSM IKIP Medan kembali
mengikuti Pesparani (Pesta Paduan Suara Gerejani) di Jakarta dengan dirigen Corry
Situmeang dan Theodora Sinaga sebagai pianist.13
Sejak Perubahan kelembagaan IKIP Medan menjadi Universitas Negeri
Medan yang peresmiannya dilaksanakan pada bulan Februari 2000 dengan SK
Presiden No. 124 Tahun 1999, tanggal 7 Oktober 1999 PSM IKIP berubah nama
menjadi PSM Unimed. Saat ini PSM Unimed tersebut lebih dikenal dengan nama
Paduan Suara Solfeggio Unimed sebagai paduan suara yang telah mengharumkan
nama Unimed lewat prestasi yang diraihnya baik di tingkat lokal, nasional maupun
internasional.

2.5 Pengaruh Ansembel HKBP Nommensen Setelah 1990
Pada sub bab ini, penulis akan memaparkan latar belakang berdirinya
Ansambel HKBP Nommensen, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, tantangan
yang dihadapi, serta pengaruh ansambel tersebut terhadap munculnya paduan suara
baru, yakni Consolatio Choir yang menjadi salah satu awal terbangunnya paduan
suara di Kota Medan era tahun 1990-2017.


13

Wawancara dengan Harapan Sianipar tanggal 12 Maret 2017 di Medan.

Universitas Sumatera Utara

39

2.5.1 Latar belakang berdiri dan kegiatannya
Pada tahun 1985, Prof. Dr. Amudi Pasaribu (Rektor Universitas HKBP
Nommensen 1980-1989) meminta Edward Van Ness14 untuk membuka Fakultas
Kesenian di Universitas HKBP Nommensen. Setelah melalui beberapa proses,
akhirnya pada tahun 1985, Fakultas Kesenian Universitas HKBP Nommensen
dibuka. Pada fakultas yang baru dibuka tersebut Edward Van Ness menduduki
jabatan sebagai ketua jurusan. Pada masa pembukaan tersebut, Rektor juga
meminta Dr. Rhoderick Mc Neill,15 berkebangsaan Australia untuk mengajar pada
fakultas tersebut.
Kehadiran Rhoderick Mc Neill sebagai kolega yang merupakah ahli sejarah
musik, arranger, dan pelatih vokal paduan suara, menjadi latar belakang lahirnya
ide Edwad Van Ness untuk mendirikan Ansambel HKBP Nommensen dengan

tujuan memperkenalkan musik barat kepada masyarakat luas, sekaligus menjadi

14

Edward Van Ness, M.A., adalah seorang pemain biola, konduktor, penulis dan guru
berkebangsaan Amerika yang telah tinggal dan bekerja di Indonesia selama lebih dari tiga puluh
tahun. Studi sarjana dan pascasarjananya diselesaikan di Universitas Wesleyan, dengan studi biola
di bawah bimbingan Anthony Sant Ambrogio. Di Madras, India Selatan pada hibah Fulbright, ia
melakukan penelitian Musik Klasik, dan sekaligus menyelenggarakan konser dan ia menjadi salah
seorang pemain konser.
Karya pertamanya di Ansemble HKBP Nommensen dan Promusika di 1987 adalah
membawakan karya Handel “Mesias” (dengan karya asli gaya Baroque dan full). Dua tahun
kemudian, bersama dengan National University of Singapore Orkestra ia menyelenggarakan
konser. Dia aktif sebagai guru biola, pelatih, konduktor dan adjudicator baik di Indonesia maupun
di luar negeri.
15
Dr. Rhoderick J. McNeill, lahir di Melbourne, Australia pada tahun 1957. la lulusan
Fakultas Musik, University of Melbourne, yang bidang-bidang studi utamanya termasuk musikologi,
bernyanyi, dan komposisi musik. la memperoleh gelar Doktor dalam bidang Sejarah Musik pada
tahun 1984. Mulai dari tahun 1985 ia bertugas sebagai dosen musik di Fakultas Kesenian,

Universitas HKBP Nommensen sampai dengan Juni 1995. Sejak 1996, Dr. Rhoderick McNeill
bertugas sebagai dosen musik di Fakultas Sastra, University of Southern Queensland di Toowoomba,
Australia.

Universitas Sumatera Utara

40

moment positif untuk mempromosikan Universitas HKBP Nommensen yang baru
membuka Fakultas Kesenian saat itu. Pada tahun 1987, dia bekerja sama dengan
Rhoderick Mc Neill sebagai pelatih vokal, Edward Van Ness sebagai dirigen pada
Ansambel HKBP Nommensen yang didirikannya.
Menurut Edward Van Ness, 16 HKBP yang merupakan komunitas yang
berasal dari suku Batak Toba, sebelumnya sudah mengenal paduan suara dan
paduan suaranya cukup dikenal di masyarakat. Namun paduan suara tersebut masih
pada “satu level tertentu”.
Keanggotaan Ansambel tersebut adalah mahasiwa dari Universitas HKBP
Nommensen. Edward Van Ness memberdayakan mahasiswa yang ada. Disamping
mahasiswa Nommensen, keanggotaan ansambel tersebut juga berasal dari luar
Universitas HKBP Nommensen, yakni mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara
(USU) dan beberapa orang dari Universitas Negeri Medan (Unimed), karena saat
itu dia juga merupakan salah satu dosen di USU. Keanggotaan ansambel tersebut
didominasi oleh mahasiswa Nommensen dan USU. Salah satu anggota yang berasal
dari USU adalah Tony Siagian, yang datang memohon ijin untuk bergabung
kepadanya. Tony Siagian dalam perkembangan berikutnya merupakan pendiri
Consolatio Choir. Seluruh mahawasiswa yang berasal dari USU dan Unimed turut
mengikuti proses audisi yang dilaksanakan dalam perekrutan ansambel tersebut.

16

Wawancara dengan Edward Van Ness tanggal 27 Februari 2017, di Sumatera
Conservatory.

Universitas Sumatera Utara

41

Melalui Ford Foundation 17 , Keberadaan Edward Van Ness sendiri, di
Indonesia sudah relatif lama. Beliau sangat jelas mengetahui bahwa Koor
“Haleluya” itu sangat dikenal dan diminati oleh anggota gereja di Indonesia dan di
Medan khususnya. Namun menurut Edward Van Ness, karya terebut belum pernah
dipentaskan di Indonesia secara full (lengkap). Hal tersebut menjadi latar belakang
untuk memilih karya G. F. Handel, “Messiah”, sebuah karya dari jaman Barok.
Karya yang dipentaskan tersebut dibawakan secara full. Untuk solo pada karya
“Messiah” tersebut diambil dari luar Sumatera, karena menurut Edward Van Ness
belum ada penyanyi yang siap untuk mengambil peranan solo tersebut. Solist
Sopran yang didatangkan adalah Pranawengrum Katamsi. 18 Solist Alto, 2nd
Soprano, dan Tenor di datangkan dari Yogyakarta, sementara untuk solist Bass
yang didatangkan adalah Marsius Tinambunan, salah seorang Dosen tetap di
Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Dia merupakan referensi dari
Lyberti Manik19 saat diminta Edward Van Ness.

17

Ford Foundation adalah organisasi swasta yang terbentuk di Michigan dan berpusat di
Kota New York didirikan untuk mendanai program-program yang diprakarsai oleh Edsel Ford dan
Henry Ford pada tanggal 15 Januari 1936. Ford Foundation dibentuk "untuk menerima dan
menyalurkan dana demi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan tujuan amal, seluruhnya
untuk kesejahteraan publik". Pada awal tahun pendirian, organisasi beroperasi di Michigan di bawah
kepemimpinan anggota keluarga Ford dan kerabatnya serta mendukung organisasi seperti Rumah
Sakit Henry Ford, Musium Greenfield Village dan Henry Ford, dan lainnya.
18
Pranawengrum Katamsi (lahir di Yogyakarta, 28 Maret 1943 – meninggal di Jakarta, 4
September 2006 pada umur 63 tahun) adalah seorang penyanyi sopran dalam musik seriosa
Indonesia. Ia sering disebut sebagai "Ibu Seriosa Indonesia".
19
Liberty Manik (lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, 21 November 1924 – meninggal 16
September 1993 pada umur 68 tahun) adalah seorang komponis dan pengajar musik di Institut Seni
Indonesia (Yogyakarta). Ia juga dikenal sebagai filolog (ahli bahasa) Batak kuno. Ia merupakan
Pencipta lagu nasional Satu Nusa Satu Bangsa.

Universitas Sumatera Utara

42

Karena minimnya pemain orchestra saat itu, Edward Van Ness
mendatangkan

pemain dan orchestra dari Pulau Jawa. Hal tersebut tentu

membutuhkan dana yang relatif besar, karena para solit dan seluruh pemain
orchestra dan alatnya didatangkan menggunakan pesawat. Dalam menanggulangi
dana tersebut, team Ansambel HKBP Nommensen menjalin kerja sama dengan
beberapa pihak, baik di Medan maupun di Jakarta. Salah satu maskapai yang
dimintakan untuk menjadi sponsor saat itu adalah maskapai Garuda Indonesia.
Upaya penggalangan dana terus diupayakan agar dapat menanggulangi biaya
konser yang digelar, seperti meminta bantuan kepada pihak hotel-hotel dan instansiinstansi lainnya. Menurut Edward Van Ness, pada saat itu (jaman orde baru)
mencari dana tidaklah begitu sulit seperti saat ini.
Untuk pertama kali “Messiah” dipentaskan di Wisma Benteng kota Medan.
Pada saat itu, Wisma Benteng baru buka, dan masih wisma tersebut yang
representative untuk dijadikan sebagai tempat konser. Edward Van Ness
mengundang sekolah-sekolah dan kampus-kampus untuk hadir pada kegiatan gladi
resik sore hari. Anak-anak sekolah sangat antusias dalam merespon rencana
pementasan tersebut. Mereka datang dengan menggunakan bis, dan jumlah mereka
mencapai sampai 800-an (delapan ratusan) orang, mereka sangat antusias karena
memang hal demikian belum pernah ada yang menyelenggarakan. Pementasan
“Messiah” di Medan ada sebanyak 3 (tiga) kali, pementasan di Taman Ismail
Marzuki Jakarta diselenggarakan sebanyak 2 (dua) malam, dan di Hotel Hilton

Universitas Sumatera Utara

43

menampilkan konser orchestra saja (tanpa paduan suara). Selain itu Ansambel
Nommensen konser di Yogyakarta dan Solo.
Perjalanan Ansambel HKBP Nommensen, yang beranggotakan 80 (delapan
puluh) orang menuju Jakarta, ditempul melalui jalur laut (kapal). Selama
perjalanan, di kapal Ansembel tersebut juga mengadakan konser dan konser
tersebut mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari pihak Kapten kapal dan
penumpang lainnya, mungkin dikarenakan suasana kapal yang membosankan yang
hanya melihat laut dan langit, selain kapal itu sendiri.
Selain konser-konser yang digelar Ansambel HKBP Nommensen, ansambel
ini juga sering mengadakan kunjungan ke gereja-gereja untuk konser, namun tanpa
orchestra (choral concert). Menurut Edward Van Ness, Tony Siagian banyak
belajar dari kegiatan-kegiatan yang pernah digelar. Dan beberapa waktu kemudian,
Tony datang kepada Van Ness untuk meminta ijin sekaligus berdiskusi tentang
rencana Tony untuk mendirikan paduan suara di USU.
Menjelang akhir tahun 1989, perjalanan Ansambel HKBP Nommensen
mengalami perubahan arah seiring berakhirnya masa tugas Rektor (Prof. Dr. Amudi
Pasaribu). Di samping itu, kondisi gereja HKBP tidak kondusif karena adanya
konflik internal di tubuh HKBP saat dipimpin oleh Ephorus Pdt. S.A.E Nababan,
membuat Ansambel HKBP Nommensen mengalami kekacauan yang sangat parah
yang mengakibatkan tidak dapat lagi melanjutkan kegiatan-kegiatannya. Kondisi
di kampus Universitas HKBP Nommensen sendiri juga tidak kondusif dengan
banyaknya demonstrasi yang sampai mendatangkan tembakan gas air mata dari

Universitas Sumatera Utara

44

pihak keamanan kepolisian kepada pihak demonstran. Dampak tembakan gas air
mata ternyata tidak hanya dialami oleh demonstran, namun juga dialami Ansambel
HKBP Nommensen saat itu yang sedang mengadakan latihan sebagai upaya
mempertahankan ansambel. Karena pihak rektorat yang baru tidak memberikan ijin
untuk kegiatan ansambel berlangsung, akhirnya koor di kampus Nommensen
kembali menjadi koor seperti biasa lagi.
Di sisi yang berbeda, Van Ness menyampaikan bahwa dia sudah
mendapatkan sponsor untuk kegiatan ansambel berikutnya. Bahkan sudah ada 4
(empat) universitas yang bersedia bekerjasama dalam membantu, termasuk utuk
hal-hal yang berhubungan dengan penginapan, makanan, dan lain sebagainya. Pada
kesempatan tersebut, diapun meminta kembali ijin kepada pihak yayasan, namun
langsung ditolak dan menyatakan bahwa “uang tidak ada”. Politik lokal saat itu
sangat kacau, dan sangat disayangkan. Akhirnya Ansambel HKBP Nommensen
benar-benar tidak mungkin untuk dilanjutkan lagi. Kondisi tersebut menjadi akhir
dari Ansambel Nommensen namun menjadi akar, awal dari berdirinya banyak
paduan suara, termasuk Consolatio Choir.

2.5.2 Lahirnya paduan suara Consolatio Choir
Pengalaman musik yang didapat selama mengikuti Ansambel HKBP
Nommensen ternyata berdampak positif bagi bertumbuhnya paduan suara yang
memiliki orientasi dan visi yang jauh lebih tinggi dari sekedar pada “satu level

Universitas Sumatera Utara

45

tertentu”. Menurut Edward Van Ness20, pada awal tahun 1990-an Consolatio Choir
merupakan koor yang terbaik yang lahir di kota Medan sebagai pengaruh dari
Ansabel HKBP Nommensen, sangat terasa sekali perbedaannya dengan paduan
suara lain. Berbeda dengan saat ini, paduan suara mengalami perkembangan yang
sangat pesat dilihat dari kualitas maupun kuantitas.

2.5.3 Consolatio Choir berakar; era 1990-sekarang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, 25) menyebutkan arti dari
kata akar; (1) bagian tumbuh-tumbuhan yang masuk ke tanah sebagai alat penguat
dan pengisap air dan zat makanan: pohon ini –nya dibuat obat; (2) asal mula; pokok
pangkal; yg menjadi sebab (sebabnya): -- segala kejahatan. Akar yang dimaksud
penulis dalam tulisan ini adalah pangkal atau asal mula dari paduan suara yang ada
di kota Medan yang berawal dari keberadaan paduan suara Consolatio Choir.
Pada bagian ini penulis mendeskripsikan munculnya paduan suara-paduan
suara yang merupakan pengaruh dari keberadaan Consolatio Choir dan
menggambarkannya dalam bentuk akar maupun silsilah pada (Bagan 2. Akar
Consolatio Choir) halaman berikutnya. Beberapa paduan suara yang telah berdiri
sebagai bagian dari akar Consolatio Choir, kembali berakar. Paduan Suara El
Shaddai USU misalnya, memiliki akar seperti Paduan Suara Crescendo Studio
Choir, kemudian paduan suara Crescendo Studio Choir memiliki akar kembali.

20

Wawancara dengan Edward Van Ness tanggal 27 Februari 2017, di Sumatera
Conservatory.

Universitas Sumatera Utara

46

Pengaruh dari keberadaan Consolatio ini menurut penulis dibagi dua; ada
pengaruh langsung dimana pendirian paduan suara tersebut langsung didirikan
ataupun dipimpin oleh anggota maupun alumni Consolatio Choir. Pengaruh lainnya
adalah pengaruh tidak langsung, misalnya pendirian Paduan Suara Kabupaten Nias
dalam mengikuti kompetisi paduan suara Consolatio 2007 lalu, yang memang
didirikan karena informasi kompetisi yang mereka terima dan ingin ikuti. Penulis
meyakini disamping nama-nama paduan suara yang penulis tuliskan masih ada
paduan suara lain yang didirikan sebagai pengaruh tidak langsung dari keberadaan
Consolatio Choir. Dalam tulisan ini, penulis mendeskripsikan pengaruh langsung
dari keberadaan Consolatio Choir.

2.5.3.1 Akar Consolatio Choir
Paduan suara yang pertama sekali lahir sebagai pengaruh keberadaan
Consolatio Choir adalah Paduan Suara St. Chronicles SMA Swasta St. Thomas 1
Medan. Paduan suara ini dibentuk dan di latih oleh anggota Consolatio Choir yakni
John Rohtuahsong Saragih (Achong) sejak tahun 1993. Salah satu tujuan
pembinaan paduan suara di kalangan sekolah adalah memperkenalkan Consolatio
Choir sejak dini kepada anak-anak sekolah yang ada di kota Medan sehingga
nantinya jika sudah lulus dan melanjutkan studi di Perguruan Tinggi di Medan,
anak-anak tersebut tidak sungkan lagi untuk mendaftarkan diri ke Consolatio Choir.
Pada tahun 1995, salah satu anggota Consolatio Choir; Hippu Roni
Manurung

yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

47

(FMIPA) jurusan Fisika ditugaskan oleh pihak fakultas untuk membentuk vocal
grup dalam memeriahkan kegiatan Lustrum V FMIPA USU tahun 1995. Kegiatan
tersebut berhasil dan mendapatkan respon yang positif dari kalangan mahasiswa
dan dosen-dosen yang berniat untuk membuat kelompok vocal grup tersebut
menjadi paduan suara yang permanent. Nama yang disepakati saat itu ialah Paduan
Suara El – Shaddai FMIPA USU. El-Shaddai yang berarti Allah Maha Besar
beranggotaan mahasiswa jurusan yang ada di fakultas FMIPA USU. Seiring
perjalanan waktu, PS El-Shaddai menerima mahasiswa di luar FMIPA USU,
termasuk dari mahasiswa Perguruan Tinggi lainnya. Penulis pernah menjadi pelatih
dan konduktor di paduan suara ini dari tahun 1997-2005.
Pada tahun yang sama (1995), Evita Simanungkalit yang merupakan
anggota Consolatio Choir yang berasal dari Fakultas Pertanian USU, mendirikan
Paduan Suara Transeamus Fakultas Pertanian USU. Saat itu, Evita baru
menyelesaikan studi dari fakultas tersebut. Paduan suara ini sampai saat ini hanya
untuk mahasiswa yang ada di fakultas tersebut. Mahasiswa di USU pada umumnya
adalah mahasiswa perantau yang berasal dari desa/ kampung yang ada di Sumatera
Utara dan di luar Sumatera. Kegiatan tahunan paduan suara ini adalah melakukan
evangelisasi koor ke luar kota dan mengutamakan ke tempat daerah asal (kampung)
anggota paduan suara. Penulis pernah diminta untuk menjadi pelatih di paduan
suara tersebut tahun 2007 dalam rangka persiapan menuju Kompetisi Paduan Suara
Consolatio 2007.

Universitas Sumatera Utara

48

Evita Simanungkalit merupakan alumni SMA Negeri 1 Medan. Pada tahun
1997, Evita mendirikan paduan suara di SMA tersebut dengan nama Paduan Suara
Sola Gratia. Paduan Suara Sola Gratia aktif mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat
lokal, nasional dan internasional. Paduan suara ini telah banyak mengukir prestasi.
Adalah Huger Saragih (Anggota Consolatio Choir) yang pernah melatih paduah
suara ini, disusul oleh Hiras Andrew Lumbantoruan (alumni SMA Negeri 1
Medan), dan saat ini dilatih oleh Ken Steven (Salah satu komponis muda Indonesia
berbakat).
Pada tahun yang sama (1997) Evita Simanungkalit juga mendirikan Paduan
Suara Koinonia SMA Negeri 4 Medan. Paduan suara ini aktif mengikuti kompetisikompetisi, baik di tingkat lokal seperti Kompetisi Paduan Suara SMAN 1 Medan
dan Pesparawi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemko Medan, tingkat nasional
maupun internasional. Awal berdirinya, paduan suara ini dilatih oleh Evita dan
selanjutnya dipimpin oleh Silas B. P. Tampubolon (salah satu pelatih vocal grup
ternama di kota Medan) sampai dengan sekarang.
Pada tahun 1999, Tony Siagian (Pendiri Consolatio Choir) yang telah
bekerja di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) mendirikan Paduan Suara
Agave Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK)

PT. RAPP. Tony

meluangkan waktunya dalam membangun paduan suara selepas padatnya atifitas
kesehariannya di RAPP. Paduan suara ini aktif dalam pelayanan kerohanian di
ibadah-ibadah POUK yang ada di RAPP dan juga di luar RAPP.

Universitas Sumatera Utara

49

Pada tahun 2003, Tony Siagian memperluas wilayah pelayanannya sampai
kepada tingkat anak-anak dengan mendirikan Schola Cantorum Children Choir.
Schola Cantorum didirikan untuk memperkenalkan paduan suara sejak dini kepada
anak-anak yang kelak menjadi generasi penerus bangsa. Dalam membidani paduan
suara anak ini, Tony Siagian dibantu oleh istrinya Delima Sianturi yang juga
merupakan anggota luar biasa Consolatio Choir.
Pada tahun 2005, Tony Siagian kembali mendirikan paduan suara dengan
nama Riau Mixed Choir (Paduan Suara Campuran Riau). Pendirian paduan suara
ini salah satunya bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat
Kristen umum di Riau untuk berbagi pengalaman musik paduan suara lewat Riau
Mixed Choir.
Pada tahun 2007, Tony Siagian kembali mendirikan paduan suara
Seraphims Choir Pekan Baru. Paduan Suara ini dirikan adalah untuk
menumbuhkembangkan perpaduansuaraan yang ada di kota Pekan Baru – Riau.
Pemilihan nama Seraphims sebagai seorang malaikat, berharap suara-suara pujian
yang dikumandangkan kelak akan menjadi pujian yang menyenangkan hati Tuhan
dari malaikat-malaikatNya.
Pada tahun 2009, Tony Siagian memperhatikan bahwa paduan suara wanita
(yang besifat independen) belum ada di Riau. Tony ingin memperluas keberadaan
jenis paduan suara yang ada di Riau dengan membentuk Riau Female Choir (paduan
suara sejenis khusus wanita) dalam menambah kelompok paduan suara di luar
paduan suara campuran dan paduan suara anak. Riau Female Choir pernah

Universitas Sumatera Utara

50

mengikuti Asian Choir Games yang diadaan di Gyeongnam, Korea Selatan (Korsel)
pada bulan July 2009.
Pada tahun yang sama (2009), Ferry Simanjuntak dan Renovan Nache
(anggota Consolatio Choir) bersama dengan rekan-rekan lainnya dari paduan suara
lain seperti Horas Simangunsong, Isa Dirgantara Sembiring, Abner Sumbayak,
Patar Silalahi, Richo Pasaribu mendirikan paduan suara pria dengan nama Medan
Male Chamber Singers. Paduan suara ini didirikan untuk menyemarakkan paduan
suara di kota Medan sekaligus menjalin persahabatan antar paduan suara yang ada
di kota Medan. Paduan Suara Medan Male Chamber Singers sering mengadakan
konser bersama dengan paduan suara-paduan suara lain. Konser Bersama yang baru
di gelar pada tanggal 29 April 2017 lalu bertemakan “Choir Friendship Concert”
bersama dengan Paduan Suara Clarabelle SMA Negeri 12 Medan, Paduan Suara
Bethlehem GBKP KM 7 Padang Bulan, Medan Community Male Choir, dan
Paduan Suara Sola Gratia SMA Negeri 1 Medan di GKPI Sriwijaya.
Pada tahun 2011, Rafflesia Chamber Singers didirikan pada tanggal 15
Januari

di Kota Bengkulu

oleh Makarios Karo Sekali (Mantan Pelatih &

Konduktor Consolatio Choir). Rafflesia Chamber Singers ini aktif melakukan
pelayanan musik paduan suara ke gereja-gereja yang ada di Provinsi Bengkulu.
Hampir seluruh anggota Rafflesia Chamber Singers aktif mengikuti Pesparawi
Nasional, seperti Pesparawi yang diikuti tahun 2012 di Kendari, dan berhasil meraih
2 Gold Medal untuk Katagori Paduan Suara Pemuda Remaja, dan Katagori Etnik.
Pada tahun yang sama Rafflesia Chamber Singers juga berhasil lolos audisi untuk

Universitas Sumatera Utara

51

mengikuti The 1st Xinghai Prize International Choir Competition yang diadakan di
Kota Guangzhou, China tahun 2012 dan mendapat penghargaan SUCCESSFULLY
PARTICIPATED. Banyak prestasi lainnya yang telah diraih paduan suara ini.
Pada tahun 2010 teapatnya tanggal 28 Agustus, Tony Siagian kembali
mendirikan paduan suara Cantabile Choir. Paduan Suara Cantabile Choir
merupakan paduan suara independent dalam bentuk organisasi yang memiliki misi
untuk melayani dan mengembangkan paduan suara gerejawi di bumi lancang
kuning (Riau). Paduan suara ini aktif melakukan konser tahunan dan sering
mengundang artis seperti Putri Ayu Silaen, Novita Dewi, Christine Theodora Lubis,
dll. Selain itu aktif juga untuk mengikuti kompetisi nasional dan internasional dan
mengukir prestasi. Salah satunya adalah meraih medali emas kategori Mixed Choir
dan medali perak kategori Musica Sacra dalam Bali Internasional Choir Festival
2013.
Pada tahun 2011, Tony Siagian kembali mendirikan Cantabile Children
Choir. Paduan suara ini pertama sekali menyelenggarakan konser "Abide with Me"
bersama Cantabile Children Choir. Sejak itu, paduan suara ini selalu dilibatkan
dalam konser-konser yang diselenggarakan Cantabile Choir.
Pada tahun 2011, Erika Sigalingging (pianis Consolatio Choir) memiliki
kerinduan untuk mendirikan sebuah paduan suara Anak. Nama paduan suara yang
didirikannya adalah Vox Angeli Children Choir. Dalam usianya yang masih relatif
muda, paduan suara ini telah banyak diundang dalam mengisi acara seperti natal,
paskah, dan acara lainnya. Erika sigalingging mengaku bahwa awalnya paduan

Universitas Sumatera Utara

52

suara ini berada dibawah naungan salah satu denominasi gereja, namun oleh karena
banyaknya prosedur yang harus dijalani dalam menjalankan roda organisasi paduan
suara ini maka Erika memilih paduan suara ini menjadi paduan suara yang
independent.21
Pada tahun 2013, Svara Sacra Choir berdiri dan dilatih oleh Binahar
Hutapea & Huger Saragih (Mantan anggota Consolatio Choir). Fredrick Edi Giri,
salah seorang unsur manajemen Svara Sacra Choir mengatakan paduan suara ini
telah 4 (empat) kali menyelenggarakan konser The Story of Buku Ende, sebuah
konser dengan konsep drama musical yang menggambarkan perjalanan masuknya
kekristenan di tanah Batak dan peran serta Buku Ende dalam ritus kehidupan
masyarakat Batak.
Pada tahun 2014, Jan Rohtuahson Sinaga (Achong) yang merupakan
mantan pelatih dan konduktor Consolatio Choir mendirikan paduan suara e Deum
Voice, yang berarti suara Tuhan. Achong mengaku ingin mendirikan paduan suara
independent sebagai wadah pelayanannya setelah tidak aktif lagi di Consolatio
Choir. Prestasi gemilang yang

pernah diraih adalah juara II pada 2nd ITB

International Choir Festival 2015 di Bandung.
Pada tahun 2016, Nov Belson Sitompul (anggota Consolatio Choir)
mendirikan sebuah paduan suara di kawasan Martubung Medan dengan nama
Glorify Martubung Choir. Pendirian paduan suara ini bertujuan turut berpartisipasi
dalam pengembangan paduan suara di kawasan Martubung sekirtarnya. Kegiatan

21

Wawancara dengan Erika Sigalingging tanggal 8 Oktober 2016 di MICC Medan.

Universitas Sumatera Utara

53

yang pernah dilakukan adalah melaksanakan pagelaran natal pada bulan Desember
2016. Saat ini Nov Belson Sitompul sebagai pimpinan paduan suara ini tetap
melakukan pembenahan-pembenahan dalam meningkatkan pelayanannya.
Immanuel Ariesto Sirait (Pelatih & Konduktor Consolatio Choir) yang juga
pelatih Paduan Suara Solennel Carol SMA Negeri 5 Medan ini mendirikan paduan
suara Lux Caesti Choir Pada tahun 2017. Tujuan mendirikan paduan suara ini
adalah untuk menampung anggota Solennel Carol pasca tamat sekolah yang
memiliki jarak tempuh yang cukup jauh dengan sekretariat Consolatio Choir. Pada
bulan Maret 2017 lalu, paduan suara ini telah berpartisipasi dalam mengikuti
kompetisi paduan suara yang diselenggarakan oleh Paduan Suara Talitacum GKPI
Medan Kota.

2.5.3.2 Akar Paduan Suara El-Shaddai
Paduan Suara El-Shaddai yang merupakan salah satu akar dari Consolatio
Choir, memiliki akar kembali. Hal ini merupakan bukti bahwa paduan suara di kota
Medan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Paduan suara yang merupakan
akar dari sebuah paduan suara dimungkinkan untuk kembali berakar. Berikut ini
adalah akar-akar dari Paduan Suara El-Shaddai.
Akar yang pertama adalah didirikannya Paduan Suara SMA Negeri 12
Medan pada tahun 2000 oleh Christina Sitorus (Pemusik El Shaddai), Mangaratua
Simanjuntak, dan Halomoan Tampubolon (Pelatih dan Konduktor Paduan Suara El
Shaddai). Nama yang di pilih adalah Clarabelle dari bahasa latin yang memiliki arti

Universitas Sumatera Utara

54

bersinar. Paduan Suara Clarabelle SMA Negeri 12 Medan telah mengukir banyak
prestasi dan menyelenggarakan konser sekali dalam dua tahun. Diantaranya adalah
meraih dua medali emas pada Voyage of Songs- International Choral Festival yang
diselanggarakan di Penang, Malaysia, pada akhir November 2015. Kedua medali
tersebut adalah Gold C In Chamber Choir dan Gold C In Mixed Voice Choir Senior
Youth.
Berikutnya adalah paduan suara Crescendo Studio Choir pada tahun 2005
tepatnya tanggal 5 Mei oleh Halomoan Tampubolon (Pelatih & Konduktor Paduan
Suara El-Shaddai). Paduan suara ini berdiri

atas kerinduan untuk berbagi

pengalaman dalam musik khususnya musik paduan suara dimana pengalaman yang
didapat tersebut diharapkan dibawa kembali ke gereja masing-masing oleh
anggotanya dalam rangka turut berpartisipasi dalam membantu pengembangan
musik paduan suara gereja. Crescendo Studio Choir

beranggotakan

pemuda/pemudi gereja dari berbagai denominasi di kota Medan dan sekitarnya.
Paduan suara ini mengukir prestasi dengan menyelenggarakan konser tahunan,
menyelenggarakan seminar/ workhop paduan suara, dan mengikuti banyak
kompetisi paduan suara. Di antaranya adalah mengikuti Festival Grand Prix
Pattaya 2014, Thailand 7th International Choir Festival, 23-27 Juli 2014, di
Pattaya Thailand, untuk 2 (dua) Kategori dan Meraih masing-masing Silver Medal
dengan Nilai 80 untuk Kategori Chamber Choir & 84.75 untuk Kategori Folklore.
Pada tahun 2010, paduan suara Gloria Patri Choir didirikan oleh
Mangaratua Simanjuntak (Pelatih & Konduktor Paduan Suara El-Shaddai).

Universitas Sumatera Utara

55

Mangaratua mendirikan paduan suara tersebut dalam turut serta berpartisipasi untuk
mengembangkan paduan suara di kota Medan. Paduan suara tersebut telah
mengukir prestasi dengan menyelenggarakan konser dan mengikuti kompetisi
paduan suara seperti Bali International Choir Competition 2012 tanggal 6 ‐ 9
Agustus. Bali ‐ Indonesia dan meraih Gold Medal untuk kategori Musica Sacra.
Tahun 2014, Mangaratua Simanjuntak kembali mendirikan paduan suara
dengan nama Todah Male Choir. Paduan suara ini didirikan berdekatan dengan
persiapan dalam menuju kompetisi paduan suara yang ada di Malaysia dan berhasil
meraih medali emas pada Voyage of Songs- International Choral Festival yang
diselanggarakan di Penang, Malaysia, pada akhir November 2015. Saat ini oleh
karena kesibukan masing-masing anggotanya, paduan suara ini libur untuk masa
yang tidak ditetakan lamanya.
Pada tahun 2015, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Prima Indonesia
berdiri dan dilatih oleh Hothita Banuarea (anggota Paduan Suara El-Shaddai).
Program perdana paduan suara tersebut adalah mengikuti kompetisi paduan suara
bertaraf internasional dan meraih 3 Silver Medal untuk 3 Kategory: Folklore Song,
Music Of Religion, dan Gospel & Spiritual pada 1st North Sumatera Choir
Competition di Parapat dan Laguboti. Program lainnya adalah menyelenggarakan
konser perdana di Medan Adventis Hall, Jl. R.A. Kartini No. 174A, tanggal
12 Desember 2016 dengan tema Song of the Rainbow dengan mengundang Paduan
Suara El-Shaddai sebagai bintang tamu.

Universitas Sumatera Utara

56

Pada tahun 2016, Mangaratua Simanjuntuk kembali mendirikan paduan
suara Vox Seraphim. Paduan suara ini melaksanakan kegiatan perdananya dengan
menyelenggarakan konser perdana bertemakan Caritas et Amor, Charity and Love
pada tangal 8 Oktober 2016 di Medan International Convention Centre (MICC).
Pada konser tersebut, paduan suara Vox Seraphim mengundang Christine T. Lubis,
Joseph P. SIbarani, Hardoni Sitohang, dan Vox Angeli Children Choir sebagai
bintang tamu. Repertoire yang dipilih adalah lagu dari Buku Ende HKBP yang telah
diarransemen.

2.5.3.3 Akar paduan suara Crescendo Studio Choir
Paduan suara Crescendo Studio Choir sebagai paduan suara yang
merupakan akar dari Paduan Suara El-Shaddai, juga memiliki akar. Berikut adalah
akar-akar Crescendo Studio Choir:
Akar yang pertama adalah berdirinya Paduan Suara Excelsis Choir pada tahun 2010
yang dilatih dan dipimpin oleh Rolando Marpaung (anggota Crescendo Studio
Choir). Kegiatan paduan suara ini adalah aktif menyelenggarakan konser paduan
suara dan mengikuti kompetisi-kompetisi di kota Medan. Paduan suara ini telah
banyak mengukir prestasi, diantaranya adalah meraih medali emas pada Pesparawi
Crescendo Studio Choir 2015 pada kategoti paduan suara dewasa campuran. Pada
tahun ini sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi bertaraf
internasional yakni 2nd North Sumatera International Choir Competition pada bulan
Juli 2017.

Universitas Sumatera Utara

57

Akar berikutnya adalah pada tahun 2015, Fajar Napitupulu (anggota
Crescendo Studio Choir) mendirikan paduan suara Gita Sonora Choir di daerah
Tembung. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah mengadakan konser-konser dan
mengikuti kompetisi paduan suara seperti Indonesia Choir Festival yang diadakan
di Medan tahun 2016. Selain itu, paduan suara ini aktif melaksanakan program
kunjungan gereja di gereja-gereja interdenominasi di Tembung.
Pada tahun 2015, di saat Crescendo Studio Choir berumur satu dekade,
Halomoan Tampubolon kembali mendirikan paduan suara anak Crescendo
Children Choir. Kegiatan rutin yang dilaksanakan adalah tampil di gereja-geraja 1
(satu) kali sebulan. Kegiatan lainnya yang sudah pernah diikuti adalah mengikuti
Medan Choir Competition pada tahun 2015 di gedung Pekan Raya Sumatera Utara
dan meraih Silver Medal. Pada tahun yang sama mengikuti Pesparawi Crescendo
Studio Choir yang diselenggarakan di Taman Budaya Sumatera Utara dan
memperoleh medali perak.
Pada tahun 2015, Princes Valentine Loving Sinaga (anggota Crescendo
Studio Choir) mendirikan paduan suara di kampusnya yakni di jurusan Teknik
Komputer dan Jaringan, Fakultas Ilmu Komputer USU. Nama paduan suara yang
dibentuknya adalah Paduan Suara Syalom, nama yang diusulkan Halomoan
Tampubolon (penulis). Kegiatan yang pernah dilakukan adalah mengadakan konser
ke luar kota, yakni di Parapat. Selain itu, paduan suara ini pernah mengikuti Medan
Choir Competition 2015 dengan mendapatkan medali perunggu.

Universitas Sumatera Utara

58

Pada tahun 2016, Halomoan Tampubolon mendirikan Paduan Suara
Naposobulung HKBP Bethania Resort Medan Sunggal. Kegiatan yang
dilaksanakan selain aktif bernyanyi dalam ibadah mingguan adalah pada bulan
Desember 2016 menyelenggarakan konser perdana. Pada bulan Maret 2017 Paduan
Suara Naposobulung HKBP mengadakan kunjungan wisata rohani ke Ambarita –
Samosir. Saat ini, Paduan Suara Naposobulung HKBP Bethania tengah
mempersiapkan diri dalam menyelenggarakan Konser Kedua.
Pada tahun 2017, dalam mempersiapkan Wisuda tahunan pada Sekolah
Tinggi Theologia (STT) Gereja Methodist Indonesia (GMI) Bandar Baru,
Halomoan Tampubolon mendirikan paduan suara Mahasiswa STT GMI dengan
nama Misio Dei Voice. Program sementara yang sedang dipersiapkan adalah
mempersiapkan diri untuk mengisi acara Wisuda pada bulan Mei 2017. Di samping
itu, paduan suara ini tengah mempersiapkan Konser Drama Musikal yang akan
ditampilkan pada kegiatan Dies Natalis STT GMI pada bulan Agustus 2017.
Bagan akar Consolatio Choir dapat di lihat pada bagan berikut. Pada bagan
tersebut, penulis menambahkan asal dari paduan suara Consolatio Choir, yakni
pengaruh dari keberadaan Ansambel HKBP Nommensen. Pada saat Ansambel
tidak eksis lagi, Mc Neill mendirikan dan memimpin langsung Paduan Suara
Concordia sampai tahun 1995.

Universitas Sumatera Utara

59

Excelsis Choir, 2010,
Rolando Marpaung

PS SMAN12, 2000,
Chrisina, Mangara,
Halomoan Tampubolon

PS SMA St. Thomas 1,
1993, John R. Sinaga
El Shaddai Choir USU,
1995, Hippu Roni
Manurung
PS Transeamus USU,
1995, Evita
Simanungkalit
PS Solagaratia SMU1,
1997, Evita
Simanungkalit
PS Koinonia SMAN
4, 1997, Evita
Simanungkalit

Crescendo Studio
Choir, 2005, Halomoan
Tampubolon
Gloria Parti Choir, 2010,
Mangara Simanjuntak
Todah Male Choir, 2014,
Mangara SImanjuntak

PSM Unpri, 2015,
Hothita Banuarea

Gita Sonora Choir, 2015,
Fajar Napitupulu
Crescendo
Childresn Choir,
2015, Halomoan
Tampubolon
Shalom Choir USU,
2015, Princess
PS R&NHKBP Bethania,
2016, Halomoan
Tampubolon
Misio Dei Voice,
2017, Halomoan
Tampubolon

Vox Seraphim, 2016,
Mangara Simanjuntak

PS Agave POUK PT
RAPP, 1999, Tony
Siagian
Schola Cantorum
Children Choir,
2003, Tony
Siagian
Riau Mixed Choir,
2005, Tony
Siagian
Seraphims Choir
P. Baru, 2007,
Tony Siagian
Consolatio Choir USU,
1990, Tony Siagian

Riau Female
Choir, 2009, Tony
Siagian
Raflesia Chamber
Choir, 2011, Makarios
Karo Sekali
Cantabile Choir, P.
Baru, 2010, Tony
Siagian
Cantabile Children
Choir, 2011, Tony
SIagian
Medan Male
Chamber Singer.
2009 , Feri
Simanjuntak
Svara Sacra Choir,
2013, Binahar Hutapea

Ansambel UHN, 1987,
Edward C. Van Ness
E Deum Choir, 2014,
John R. Sinaga
Glorify
Martubung, 2016,
Nov Belson
Sitompul
Lux Caesti Choir,
2017, Immanuel
Sirait
Vox Angeli, 2011,
Erika Sigalingging

My Sparkling Female
Choir, 2016, Kristina R
PS Concordia UHN,
1992, Rhoderik Mc Neill

Hallelujah Choir SMAN
7, 2005, Arjuna Silalahi
I. L. Nommensen
Male Choir, 2015,
Tumpal G

Bagan 2. Akar Consolatio Choir

Universitas Sumatera Utara

60

2.6 Perkembangan Paduan Suara
Keberadaan paduan suara yang akan dibahas pada bagian ini adalah paduan
suara yang ada di sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi dan paduan suara-paduan suara yang ada di instans-instansi, baik
yang ada di instant pemerintahan maupun instansi swasta. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut juga akan dibahas.

2.6.1 Paduan suara di sekolah-sekolah SD, SMP, dan SMA
Paduan suara tingkat Sekolah Dasar (SD), tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di sekolahsekolah umumnya memiliki peran untuk menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu
kebangsaa Indonesia Raya pada saat pelaksanaan upacara di sekolah-sekolah.
Namun tidak semua sekolah memiliki paduan suara. Umumnya paduan suaranya
bersifat sementara, yang dibentuk jika ada kebutuhan akan paduan suara. Paduan
suara untuk mengisi kegiatan Natal misalnya, umumnya akan dibentuk dan dilatih
oleh pihak sekolah atau meminta pelatih dari luar sekolah untuk melatihnya.
Demikian juga untuk memenuhi undangan mengikuti Kompetisi Paduan
Suara yang diselenggarakan

oleh Dinas Pendidikan Kota Medan, yang

dilaksanakan setiap tahun. Seperti tahun 2015 lalu pada Festival Paduan Suara
tingkat SD, SMP dan SMA/SMK se-Kota Medan di Gedung Swara Nafiri Jalan KH
Wahid Hasyim, paduan suara sekolah mempersiapkan diri untuk mengikuti
kegiatan tersebut. Penyelenggaraan kompetisi paduan suara tersebut, menurut

Universitas Sumatera Utara

61

Kadisdik Kota Medan Drs. H. Marasutan Siregar, MPd

22

bertujuan untuk

pengembangan diri yang perlu dilahirkan sehingga daya bakat yang dimiliki para
peserta didik yang merupakan hal paling mendasar harus diperhatikan dan
bagaimana pengembangan diri siswa/i tersebut benar-benar bisa menyentuh secara
langsung antara budi pekertinya sekaligus dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Menurutnya, festival paduan suara tersebut diselenggarakan sebagai bagian
dari strategi Dinas Pendidikan Kota Medan untuk mengarahkan para anak didik
memiliki kepribadian sehat strategi meliputi strategi dalam pengembangan diri
peserta didik yang efektif dan berdaya guna. Selain itu, katanya, kegiatan ini
dimaksudkan dalam upaya pembentukan keyakinan sikap, perasaan dan cita-cita
peserta didik ke arah lebih realistis, terbinanya bakat bernyanyi peserta didik dan
dalam upaya mendekatkan peserta didik kepada TuhanNya.
Festival Paduan Suara tingkat SD, SMP dan SMA/SMK se-Kota Medan
tahun anggaran 2015 tersebut diikuti 91 peserta terdiri dari 31 SD, 30 SMP dan 30
SMA/SMK se-Kota Medan. Sebagian besar paduan suara SMA di kota Medan
sudah memiliki paduan suara permanent, bahkan ada yang sudah sampai
menyelenggarakan konser. Berikut ini adalah nama-nama paduan suara sekolah
yang aktif dan diantaranya ada yang pernah menyelenggarkan konser, mengikuti
kompetisi tingkat nasional dan tingkat internasional;

22

Sumber: Koran Harian Sinar Indonesia Baru, Rabu, 23 Desember 2015, bertajuk Festival
Paduan Suara Tingkat SD, SMP dan SMA/SMK se-Kota Medan Ditutup.

Universitas Sumatera Utara

62

a. Paduan Suara Beata Voice Choir SD St Antonius I dan II Medan, pada tahun
2014 meraih

gold medal untuk kategori musica sacra pada Bali

Internasional Choir Festival 2014 tanggal 25-31 Agustus 2014.
Tahun 2015 mengikuti World Youth Children Choir Festival Hong Kong
2015, tanggal 13-18 Juli 2015 di Singapura dan meraih gold medal.
b. Paduan Suara Solagratia SMAN 1 Medan, pada tahun 2003, mengikuti
kompetisi paduan suara bertaraf nasional yakni Kompetisi Paduan Suara
Unpar, dan mendapatkan Juara III.
Pada tahun 2007 mengikuti festival tingkat international, yakni Asian Choir
Games, mendapatkan silver medal pada kategori mixed youth choir.
c. Paduan Suara Choir of Nazareth SMAN 2 Medan, pada tahun 2010
mengikuti festival paduan suara tingkat nasional, yakni FPS ITB XXII 2010
dan mendapatkan medali perak.
d. Paduan Suara Koinonia SMAN4 Medan, mengikuti festival internasional di
Bali tahun 2014 - 3rd Bali International Choir Festival, dan mendapatkan
medali silver.
e. Paduan Suara Sollennell Carol SMAN 5 Medan, pada tahun 2012 mengikuti
festival internasional, mendapat 2 medali perak pada Bali International
Choir Competition pada kategori Musica Sacra dan Folklore
f. Paduan Suara Hallelujah SMAN7 Medan, mengikuti kompetisi paduan
suara internasional, mendapatkan Gold dan Silver Medal pada Bali
International Choir Competition tahun 2012

Universitas Sumatera Utara

63

g. Paduan Suara Clementine Choir SMAN 8 Medan, Juara 3 Kompetisi
Paduan Suara Tingkat SMA yang dilaksanakan SMA Negeri 1 Medan
Tahun 2011, Juara 1 Festival Paduan Suara Tingkat SMA HUT GOLKAR
Ke - 47 Tahun 2011
h. Paduan Suara Igreya SMAN 10 Medan, pada tanggal 2 Desember 2016
menyelenggarakan konser perdana bertajuk A Cristmas Concert, My Best
for Christmas di Gereja GPP Jl. Pelajar Medan.
i. Paduan Suara Clarabel SMAN12 Medan, pada tahun 2012 mengikuti
Festival Tingkat Nasional, yakni Festival Paduan Suara ITB Bandung, dan
berhasil mendapatkan Juara I se-Indonesia.
Pada tahun 2015 mengikuti Festival Paduan Suara tingkan international “A
Voyage Of Songs” di Penang Malaysia dan berhasil medapatkan medali
Gold.
j. Paduan Suara St. Chronicles St. Thomas 1, Pada tahun 2007 mengikuti
festival tingkat international, yakni Asian Choir Games, mendapatkan silver
medal pada kategori mixed youth choir.
k. Paduan Suara Altiora Quaerite Choir SMA Budi Murni-1, Mengikuti
kompetisi paduan suara bertaraf Internasional (NSICC - North Sumatra
International Choir Competition) tahun 2016 dan mendapatkan Medali
Emas dan Medali perak untuk kategori Mixed Youth.
l. Paduan Suara SMA Methodist-1 dengan nama Methodist-1 Youth Choir,
mengikuti kompetisi bertaraf Internasional berhasil mengukir prestasi

Universitas Sumatera Utara

64

dengan mendapatkan SILVER level IX pada kategori G3 (Mixed Youth
Choir) pada 1st Vietnam Choir Festival & Competition 2011 pada tanggal
16-20 Maret 2011 yang lalu di Hoi An, Vietnam.
m. Paduan suara SMA St. Thomas 3 dengan nama Santa Sisilia Choir,
mengikuti Kompetisi Paduan Suara SMA Negeri 1 Medan tahun 2016 dan
mendapatkan Juara III.

2.6.2 Paduan suara di perguruan tinggi
Sebagaian besar paduan suara yang ada di perguruan tinggi awalnya
bertujuan untuk mengisi acara-acara seremonial kampus, misalnya wisuda,
diesnatalis 23 , lustrum, capping day24 yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan, pengukuhan guru besar, perayaan keagamaan kristiani, seperti paskah
dan natal. Pembentukan paduan suara tersebut, ada yang bersifat sementara (selesai
kegiatan yang dimaksud, paduan suara tersebut dibubarkan) dan ada yang bersifat
tetap/ permanent (paduan suara tersebut tidak dibubarkan tetapi tetap ada untuk

23

Dies Natalis adalah suatu peringatan atas hari lahir yang di dalam sejumlah besar budaya
dianggap sebagai peristiwa penting yang menandai awal perjalanan kehidupan. Oleh karena itu,
secara turun-temurun peringatan itu dirayakan dengan penuh syukur dan kebahagiaan. Peristiwa itu
selalu disambut dengan pengharapan akan makin bertambahnya kedewasaan. Peristiwa ini biasanya
lebih dikenal dikalangan organisasi atau Perguruan Tinggi. Berdasarkan itu juga, tidak hanya bagi
manusia, pertambahan usia bagi organisasi pun selalu dikaitkan dengan tingkat kedewasaan. Apalagi
bagi sebuah perguruan tinggi yang punya fungsi utama melahirkan para ilmuwan akademisi yang
berkualitas.
24
Capping Day adalah Hari Pemasangan Cap/ Topi Perawat kepada seluruh mahasiswa
tingkat I yang menyelesaikan studi semester I dan akan menempuh studi di semester II sebagai
simbol bahwa para mahasiswa – mahasiswi Akademi Keperawatan telah siap praktek lapangan ke
Rumah Sakit dan Puskesmas, setelah mendapatkan materi dan