Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kopi di Kecamatan Lintongnihuta Berdasarkan Data Tahun 2010-2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi diantara tanaman perkebunan yang lainnya dan berperan penting sebagai sumber
devisa Negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga
merupakan sumber penghasilan bagi bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Dalam hal penyediaan lapangan kerja usahatani kopi
dapat memberi kesempatan kerja yaitu sebagai pedagang pengumpul hingga eksportir, buruh
perkebunan besar dan buruh industri pengolahan kopi. Indonesia pernah mengalami
penurunan produksi kopi hal ini disebabkan karena umur kopi yang sudah cukup tua, dan
pemeliharaan yang tidak intensif. Namun hal tersebut masih dapat di ditingkatkan dengan
cara merehabilitasi tanaman kopi yang tidak produktif lagi dan meningkatkan pemeliharaan
terhadap tanaman kopi tersebut. Dengan demikian peranan kopi tetap dapat dipertahankan
dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional, mengingat kopi merupakan salah
satu komoditi ekspor yang unggul (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991). Mengenal kopi
berarti harus mengenal sejarah tentang kopi lebih dahulu, sebab sejarah merupakan catatan
terpenting yang harus kita hormati. Kopi merupakan komodity terbesar di Dunia, sebab kita
mesti Bangga bahwa Indonesia merupakan Komodity kopi terbesar no 3 di Dunia setelah
Brazil dan Colombia. Dan ketiga Negara inilah yang membagi ( ekspor ) hasil kopi ke

berbagai Negara-negara di belahan Dunia ini.
Pada tahun 1696, Belanda membawa coffee ke Batavia , dimana sekarang ini Jakarta
. Pelabuhan Batavia menjadi penyalur kopi ke Europe. Lebih dari 316 tahun , Nama “Java”
and “Sumatra” menjadi brand yang sangat terkenal karena rasa dan aroma yang sangat khas.
Di Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Dengan
berkembangnya daerah-daerah yang membudidayakan kopi, maka semakin berkembang
pulalah areal perkebunan kopi di Indonesia (AAK, 1988). Perkembangan areal kebun kopi
terus berlanjut setelah Indonesia merdeka, dan perkembangan yang paling pesat terjadi pada
periode 1975-1985. Areal perkebunan kopi Indonesia mencapai sejuta hektar pada tahun

Universitas Sumatera Utara

1988 dan pada tahun 2001 diperkirakan areal perkebunan kopi Indonesia seluas 1,13 juta
hektar atau meningkat hampir 3 kali lipat areal kopi tahun 1975. Perkembangan kopi
Indonesia di dominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal 1,06 juta ha atau 94,14%,
sementara areal perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta masing-masing seluas
39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8 ribu ha (2,38%). Tidak hanya luas areal perkebunan kopi yang
berpengaruh terhadap produksi kopi, jenis kopi yang di usahakan juga sangat berpengaruh
terhadap besarnya produksi kopi yang dihasilkan. Indonesia juga membudidayakan jenis kopi
yang berkualitas seperti kopi spesialti (Herman, 2008). Kopi spesialti adalah kopi Indonesia

yang punya nama di pasar Internasional, kopi spesialti Indonesia yang sudah punya nama
dipasar internasional seperti Java Coffee, Gayo Mountain Coffee, Mandheling Cofee, dan
Toraja/Kalosi Coffee keseluruhan dari jenis kopi tersebut merupakan kopi arabika spesialti.
Kopi spesialti asal Indonesia makin popular mulai akhir tahun 1980-an terutama dikalangan
masyarakat Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pada tahun 1997, Indonesia menjadi pemasok
kopi spesialti terbesar ketiga setelah Kolombia dan Meksiko dengan pangsa 10% dari total
impor kopi spesialti Amerika Serikat yang besarnya mencapai 75 ribu ton. Pasar kopi
spesialti dunia diperkirakan meningkat dengan laju 4,5%/tahun (Herman, 2008).
Khusus di Sumatera Utara, jenis kopi arabika spesialti juga telah mulai berkembang,
mengingat bahwa kopi arabika memiliki permintaan yang cukup tinggi di pasar dunia. Kopi
arabika yang ditanam di Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh bahkan dinilai memiliki kualitas
lebih bagus dibanding kopi yang sama dari Brasil. Di Sumatera Utara terdapat beberapa
kabupaten yang berusahatani kopi, salah satunya adalah Kabupaten Humbang Hasundutan.
Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Sumatera
Utara. Hampir seluruh daerahnya (kecamatan dan desa) berusahatanikan kopi. Hal ini
mengingat dari segi lingkungan (tanah, iklim, ketinggian tempat dan suhu) yang sangat
mendukung pertumbuhan kopi. Tidak hanya itu petani kopi pun semakin meningkat
jumlahnya, khususnya di daerah penelitian yaitu Kecamatan Lintongnihuta.
Sejarah perkebunan kopi di Kabupaten Humbang Hasudutan, yang merupakan daerah
asal kopi Lintong, diperkirakan ditanam pertama kali di daerah Kecamatan Lintongnihuta,

Kecamatan Doloksanggul, Paranginan, Pollung, Onanganjang (Ketinggian rata rata 14001700 mdpl) sekitar tahun 1800-an. Pada saat itu ditemukan di kecamatan ini varietas lokal
yang sudah berusia ratusan tahun. Pemerintah Hindia Belanda di Batavia (Jawa) memperluas
penananam kopi arabica sampai ke daerah Sumatra Utara, pegunungan Bukit barisan sekitar
danau toba pada tahun 1800-an. Kopi yang ditanam pertanam kali adalah varietas Arabica
(Tipyca) yang kemudian dalam dalam bahasa local sering disebut varietas Lasuna,

Universitas Sumatera Utara

Garunggang, Jember. Kemudian kopi robusta juga masuk tahun 1900-an dan tahun 1988
ditemukan varietas lokal unggul dari kecamatan Paranginan, yaitu Varietas Sigarar Utang
(arabica)

yang

menjadi

varietas

nasional


(Surat

Keputusan

Mentan

no:

205/Kpts/SR.120/4/2005) Diperkirakan perkawinan silang alam dari Varietas Typica
(Lasuna) dengan Catimor dan akhir-akhir ini ditanam luas sampai ke kabupaten Sekitar
Humbanghasundutan seperti, Taput, Tobasa, Simalungun, Pakpak barat, Dairi dan Karo.
Kopi Arabica tumbuh sangat bagus di ketinggian lebih dari 1000 mdpl dan suhu 17°
C-27°C tipe iklim A – C dengan sebaran hujan merata sepanjang tahun. Daerah Penanaman
kopi lintong arabica yang menghasilkan kwalitas terbaik di Kabupaten Humbanghasundutan
adalah Kecamatan Lintongnihuta (1400-1450 mdpl), Kecamatan Doloksanggul (1450-1600
mdpl), Paranginan (1400), Pollung (1000-1400 mdpl), Onanganjang (1000-1400 mdpl).
Berdasarkan catatan AEKI pada tahun 2010, produksi kopi dari Kabupaten
Humbanghasundutan mencapai 5,506,30 Ton/tahun dengan luas penanaman kopi arabika
lintong 11,237,30 Ha. Artinya dengan produksi ini masyarakat Kabupaten Humbang
Hasundutan


bisa

menyumbang

pendapatan

dari

kopi

rata-rata

sebesar

Rp

385.420.000.000/tahun. Kopi arabica dari Humbang Hasundutan sudah menjadi trade mark
yang sangat terkenal di pasaran International dengan berbagai nama seperti” Sumatra Lintong
Arabica, Sumatra Lintong Mandheling, Blue Batak dan lain-lain

Berdasarkan urain di atas penulis memilih judul untuk menganalisis faktor-faktor
produksi kopi lintong maka penulis memilih judul tugas ahir ini: ”ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KOPI DI KECAMATAN
LINTONGNIHUTA BERDASARKAN DATA TAHUN 2010-2015” .

1.2 Rumusan Masalah
Hasil produksi kopi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang mendukung produksi kopi,
disini penulis ingin mengetahui hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
produksi kopi tersebut dengan regresi linear berganda sehingga akan diperoleh persamaan
penduga yang layak digunakan.

Universitas Sumatera Utara

1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah dan agar lebih terarah, penulis membatasi ruang lingkup penelitian,
yaitu:
1.

Penulis hanya menganalisa data hasil produksi kopi di Kecamatan Lintongnihuta dengan
menggunakan data dari tahun 2010-2015.


2.

Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi kopi di Kecamatan
Lintongnihuta, penulis hanya membahas faktor-faktor: Luas Lahan, Jumlah Pupuk, dan
Curah Hujan di Kecamatan Lintongnihuta dengan data yang penulis teliti adalah data
dari tahun 2010-2015.

1.4 Kerangka dan Teori
Adapun kerangka teori yang menjadi landasan berpikir peneliti dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1.

Luas Lahan
Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi
dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan (Dinas Pertanian, 2010).

2.

Jumlah Pupuk

Pemupukan merupakan aspek yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Dengan
pemupukan maka unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang
akan terpenuhi oleh karena itu tanah memerlukan tambahan unsur hara untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena
berisi satu atau lebih unsur hara untuk menggantikan unsur yang telah terisap tanaman
sebelumnya. Secara umum pupuk dibagi kedalam dua kelompok, yaitu pupuk organik

Universitas Sumatera Utara

dan pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan oleh petani kopi merupakan pupuk tunggal
terdiri atas Urea (46% N), SP-36 (36% P2O5) Kedua pupuk tersebut merupakan pupuk
bersubsidi dan pupuk KCL (60% K2O) merupakan pupuk non subsidi.

(Dinas

Pertanian, 2011).

3.

Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan
dan produksi suatu tanaman, sehingga pembudidayaan tanaman perlu di sesuaikan
terhadap fluktuasi curah hujan. Namun, karena curah hujan sangat berfluktuatif dan acak,
budidaya tanaman seringkali sulit disesuaikan bahkan terlambat untuk di antisipasi
perubahan yang tiba-tiba dan ekstrim. Suatu sistem peringatan dini sangat dibutuhkan
dalam pembudidayaan tanaman. Hal tersebut dapat di awali dengan membuat dan
memanfaatkan model prediksi curah hujan, sehingga gambaran curah hujan beberapa
periode ke depan dapat di peroleh lebih awal (Dinas Pertanaian, 2006).

1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap hasil produksi kopi di kecamatan Lintongnihuta pada tahun 2017 berdasarkan data
tahun 2012-2016.
Adapun masalah yang dibahas dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1.

Mengetahui apakah faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil produksi
kopi.

2.


Menganalisa banyak sedikitnya hasil produksi kopi terhadap faktor-faktor yang
mendukung produksi kopi.

Universitas Sumatera Utara

3.

Mengetahui keeratan hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
produksi kopi.

1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam melaksanakan penelitian diantaranya adalah:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Suatu cara penelitian yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi
perpustakaan yaitu dengan membaca buku-buku, referensi, dan bahan-bahan yang bersifat
teoritis yang dapat membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mengunakan data sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan dan PT Olam

Klasik Kopi Lintong.
3. Metode Pengolahan Data
Data penelitian diolah dengan langkah-langkah:
a. Penentuan Objek Penelitian
Penentuan objek penelitian merupakan hal yang sangat penting dilakukan, sesuai
dengan model atau metode yang sudah dibentuk atau ditetapkan dalam
penyusunan tugas akhir.
b. Penentuan Variabel
Menentukan kelompok data mana saja yang menjadi variabel X (variabel bebas)
dan data mana yangg menjadi variabel Y (variabel terikat).
c. Menentukan hubungan antara variabel Y dengan variabel X sehingga didapat
regresi Y atas X1, X2, X3, ..., XK.

Universitas Sumatera Utara

1.7 Tinjauan Pustaka
1. (Makridakis, Sypos. 1993) “ Metode dan Aplikasi Peramalan.”
Regresi Linear Sederhana

Y = a + bX + ei .....................................................................................

(1)

di mana:
a =



b =






Regresi Linear Berganda













Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bkXk ..............................................




















(2)



2. (Ritonga, Abdul Rahman. 1987) “Statistik Terapan Untuk Penelitian”.
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besarkah hubungan variabel-variabel
bebas itu dapat mempengaruhi variabel tak bebas. Untuk hubungan variabel-variabel tersebut
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

r=
√{ ∑









}{ ∑

..........................................


(3)

}

Universitas Sumatera Utara

Koefisien korelasi dilambangkan dengan r adalah suatu ukuran arah kekuatan
hubungan linear antara dua variabelbebas (X) dan variabel terikat (Y), dengan ketentuan nilai
r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negative
sempurna (menyatakan arah hubungan antara X dan Y adalah negative sangat kuat); r = 0
artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat dengan arah yang positif.
Sedangkan arti arah r akan dikonsultasikan dengan tabel sebagai berikut:
Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,80 - 1,000

Sangat Kuat

0,60 - 0,799

Kuat

0,40 - 0,599

Cukup Kuat

0,20 - 0,399

Rendah

0 - 0,199

Sangat Rendah

Besar kecilnya sumbangan nilai variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan
rumus koefisien determinan sebagai berikut:

R2 = r2 x 100%

..................................................................................

(4)

di mana
R2 = Nilai koefisien determinasi
r = Nilai koefisien korelasi

3. (Sudjana. 1992) “Metode Statistika”, edisi 6 Tarsito, Bandung.
Koefisien determinasi dinyatakan dengan R2 pengujian regresi linear berganda yang
mencakup lebih dari 2 variabel, untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel
tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang
ada didalam model persamaan regresi linear berganda.

Universitas Sumatera Utara

1.8 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini disusun secara sistematis, yang didalamnya dikemukakan bab
maupun sub bab, yaitu sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan yang digunakan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori dan tinjauan pustaka yang
dijadikan penulis sebagai acuan tentang segala sesuatu yang menyangkut terhadap
penyelesaian masalah sesuai dengan judul permasalahan yang diuraikan.
BAB 3 : GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan sejarah singkat tentang Lokasi Tempat Riset yaitu Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
BAB 4 : ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis menganalisa data yang ada yang telah diamati dan
dikumpulkan dengan menggunakan metode analisa regresi linier berganda.
BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini menjelaskan tentang program atau software yang digunakan sebagai analisis
terhadap data yang telah diperoleh.
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang merupakan kesimpulan dari pembahasan serta
saran-saran penulis berdasarkan kesimpulan yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara