Perilaku Pengguna Napza Suntik Penasun T

Perilaku Pengguna Napza Suntik (Penasun) Terhadap Program
Terapi Rumatan Metadon di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
2010
Injection drug users (IDU) Behavior Toward Methadone Maintenance Therapy program at
Ernaldi Bahar Hospital ,2010

Tri Novia Kumalasari
Bagian AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
ABSTRACT
Background : The more serious the problem of HIV / AIDS especially among injection drug users
is very likely to make the Indonesian government to give special attention to these issues through a
reduction in adverse effects (Harm Reduction) one of them through substitution therapy program
known as Methadone Maintenance Therapy Program.
Method : Research was conducted using qualitative methods approach.In carrying out data
collection, researchers conducted in-depth interviews and focus group discussion (FGD).
Result : The results showed that the factors influencing the informant to use methadone therapy in
general: informant said he wanted to escape from the injection and was tired with the way their
current lives. Meanwhile, the family support and environment only affect some informants and
some said the family did not know he was in therapy.
Conclusion : Based on the results of the study suggested the need for good cooperation
between patient of methadone maintenance therapy program with the team implementing the

programs such as by maximizing methadone maintenance therapy counseling during therapy in
order to maximize the patient's recovery from drug addiction. The final conclusion is that : after
therapy the patient still stuck in their old habit to inject drugs.
Keywords : Behavior, Injecting Drug Users, Methadone Maintenance Therapy Program.

ABSTRAK
Latar Belakang : Semakin seriusnya permasalahan HIV/AIDS terutama di kalangan penasun ini
sangatlah wajar membuat pemerintah Indonesia
memberikan perhatian khusus terhadap
permasalahan ini melalui Pengurangan dampak buruk (Harm Reduction ) salah satunya melalui
program terapi substitusi yang dikenal dengan Program Terapi Rumatan Metadon. Diharapkan
Program ini dapat menjadi solusi penyelesaian masalah penyebaran HIV/AIDS terutama pada
kelompok beresiko tinggi yaitu kelompok Penasun
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan Pendekatan metode kualitatif.Dalam
melaksanakan pengumpulan data, peneliti melakukan indeph interview dan focus group discussion
(FGD).
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi informan
untuk menggunakan terapi metadon pada umumnya informan mengatakan ingin lepas dari
menyuntik dan sudah lelah dengan cara hidup mereka selama ini. Sedangkan untuk dukungan
keluarga dan lingkungan hanya sebagian saja ynag mempengaruhi informan, dan sebagian lagi

mengatakan keluarga tidak mengetahui ia mengikuti terapi.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil Penelitian maka disarankan perlunya kerjasama yang baik
antara pasien program terapi rumatan metdaon dengan tim pelaksana program terapi rumatan
metadon seperti memaksimalkan konseling selama terapi demi kesembuhan pasien dari
ketergantungan napza. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa setelah mengikuti terapi pasien
masih saja tetap menyuntik.

Kata kunci : Perialu, pengguna Napza suntik, Program terapi rumatan metadon.

PENDAHULUAN
AIDS kependekan dari Acquired
Immune
Deficiency
Syndrome,
yaitu
kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat
menurunnya
kekebalan
tubuh
yang

disebabkan oleh HIV (Depkes RI, 2009).
Dalam waktu yang singkat virus human
immunodeficiency virus (HIV) telah
mengubah keadaan sosial, moral, ekonomi,
dan kesehatan dunia.
Saat ini HIV/AIDS merupakan
masalah kesehatan terbesar yang dihadapi
oleh komunitas global. Berdasarkan data
yang dilaporkan dalam MDGs (2007)
diperkirakan sebanyak 15.5 juta wanita dan
15.3 juta pria berusia 15 tahun atau lebih
yang mengidap HIV di dunia. Sedangkan
menurut UNAIDS (2008), jumlah penduduk
yang hidup dengan HIV mencapai jumlah
33,4 juta jiwa.
Perkembangan epidemi HIV di
Indonesia merupakan salah satu yang tercepat
di Asia, meskipun jumlah prevalensi HIV
pada orang dewasa (15 hingga 59 tahun)
masih rendah yakni 0,16% (Utami, 2008).

Menurut Ba’ali (2006) kasus HIV / AIDS
bagaikan fenomena gunung es, dimana kasus
yang nampak hanyalah permukaannya
saja.Sejak ditemukan tahun 1978, secara
kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia
sampai dengan 30 September 2009 sebanyak
18.442 kasus (Depkes, 2009). Selama periode
Oktober-Desember 2009 kasus AIDS
bertambah 1531 kasus, sehingga jumlah
kasus AIDS di Indonesia selama tahun 2009
(Januari-Desember) sebanyak 3863 kasus
(Depkes, 2009). Sedangkan jumlah kasus
HIV positif kumulatif berdasarkan layanan
VCT sampai 30 November 2009 sebanyak
34.257 kasus dengan positive rate rata-rata
10,8% (Depkes, 2009). Berdasarkan data dari
Depkes (2009) diketahui penularan kasus
AIDS tertinggi melalui heteroseksual (49,7
%), melalui pengguna napza suntik/ Penasun
(40,7%),

dan
homoseksual
(3,4%).
Sedangkan proporsi penderita paling banyak
ditemukan pada kelompok umur 20-29 tahun
(49,57%), disusul kelompok umur 30-39
tahun (29-84 %), dan kelompok umur 40-49
tahun (8,71%) (Depkes RI, 2009).
Tren penularan HIV melalui narkotik
suntik juga mengalami peningkatan pesat.
Pada kurun waktu 10 tahun mulai 1995 2005 proporsi penularan HIV/AIDS melalui

penggunaan jarum suntik tidak steril
meningkat 50 kali lipat, dari 0, 65% pada
Tahun 1995 menjadi 35,87% pada tahun 2004.
Bahkan selama januari – maret 2005,
penambahan kasus HIV/AIDS dengan faktor
resiko pada kelompok pengguna napza suntik
(penasun) mencapai proporsi 59,27%, yang
merupakan faktor risiko terbesar. Sedangkan

untuk faktor resiko heteroseksual hanya
mencapai 26,30% setengah dari kelompok
pensun. Hal ini semakin membuktikan bahwa
penularan melalui penggunaan jarum suntik
tidak steril menjadi penularan utama, dan
mungkin hal tersebut akan terus menjadi pola
penularan utama. Data mengenai populasi yang
rawan terinveksi HIV menambah bukti bahwa
kerentanan kelompok penasunn semakin
nyata(Depkes RI 2006)
Bergesernya
pola
penularan
HIV/AIDS dari faktor penularan melalui
perilaku seksual ke perilaku penggunaan jarum
suntik
tidak
steril
membuat
istilah

pengurangan dampak buruk Napza semakin
berkembang. Di Indonesia pengurangan
dampak buruk ini mulai menjadi perhatian
pada tahun 1999. Program yang dilaksanakan
dan menyertai penggurangan dampak buruk ini
adalah
Program
penjangkauan
dan
pendampingan.
Program
komunikasi,
informasi dan edukasi, program penilaian
pemgurangan risiko, program konseling dan
tes HIV sukarela, program penyucihamaan,
program layanan jarum suntik steril, program
pemusnahan peralatan suntik bekas pakai,,
program layanan terapi ketergantungan Napza,
Program terapi subsitusi, program perawatan
dan pengobatan HIV. Program pendididk

sebaya, program layanan kesehatan dasar.
Semakin seriusnya permasalahan
HIV/AIDS terutama di kalangan penasun ini
sangatlah
wajar
membuat
pemerintah
Indonesia
memberikan perhatian khusus
terhadap permasalahan
ini
melalui
Pengurangan dampak buruk (Harm Reduction
) salah satunya melalui program terapi
substitusi yang dikenal dengan Program Terapi
Rumatan Metadon. Diharapkan Program ini
dapat menjadi solusi penyelesaian masalah
penyebaran
HIV/AIDS
terutama

pada
kelompok beresiko tinggi yaitu kelompok
Penasun.
Metadon mulai di uji cobakan sebagai
substansi penanganan rumatan kecanduan
narkotik di Amerika
pada tahun

1960.Keberhasilan
metadon
dalam
mengurangi penyebaran HIV/AIDS di luar
negeri sudah dibuktikan dengan hasil bahwa
kelompok pengguna napza suntik yang
mengikui program terapi rumatan metadon
hanya 3,5% yang terkena HIV positif.
Sedangkan di Indonesia, mengacu
dari penelitian pada 100 kasus dalam rentang
waktu 2004/2005 terhadap terapi rumatan
metadon di RSKO Jakarta dan RS Sanglah

Bali, menunjukkan perbaikan kualitas hidup
dari segi fisik, psikologi, hubungan sosial dan
lingkungan, penurunan angka kriminalitas,
penurunan depresi serta perbaikan kembali ke
aktivitas sebagai anggota masyarakat
(sekolah,kerja dll).
Dari data Dinkes provinsi sumsel sejak
1995-2009 menunjukkan jumlah pengidap
HIV 482 orang sedangkan pengidap AIDS
sebanyak 234 orang. Dengan penderita
terbanyak terdapat di kota Palembang yaitu
sebesar 81.7% dari penderita. Dengan cara
penularan terbanyak yaitu melalui pengguna
napza suntik. Hal inilah yang membuat
pemerintah kota palembang merasa sangat
perlu untuk membuka rumah sakit yang
melayani Program Terapi Rumatan Metadon
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Klinik
tersebut di buka sejak tanggal 14 Juni 2010.
Dengan pasien yang selalu bertambah tiap

bulannya.
Diantara beberapa pendekatan untuk
memahami terjadinya penularan HIV/AIDS
melalui jarum suntik , pemahaman terhadap
perilaku manusia dianggap sebagai salah satu
cara yang cukup dapat memberikan
penjelasan . Maka meningkatnya jumlah
penasun yang mengikuti program terapi
rumatan metadon di kota palembang ini juga
sangat berkaitan dengan perilaku para
penasun itu sendiri, karena kita tidak
mengetahui secara pasti apa yang mendasari
atau memotivasi mereka mengikuti program.
Penelitian terdahulu yang dilakukan terhadap
penasun yang mengikiti Program terapi
rumatan metadon D RSKO Jakarta banyak
faktor yang memotivasi mereka mengikuti
program, bahkan tidak sedikit yang
meninggalkan program. Pada kenyataannya
ada banyak teori yang menjelaskan bisa
tentang perilaku diantaranya yaitu teori
Health Belief Model, dimana prilaku
pencarian pelayanan kesehatan di pengaruhi
oleh Ancaman yang berkaitan dengan

Motivasi, manfaat hasil,kepekaan yang
dirasakan , hambatan dan Kepercayaan. Dan
teori perilaku terencana yang dikemukaakn
oleh Ajzen yang melihat perilaku dari 3
komponen yaitu sikap terhadap perilaku,
norma subjektif, dan persepsi atas kendali
perilaku. Oleh karena Itulah tujuan Penelitian
ini adalah untuk Mengetahui Perilaku Penasun
Terhadap terapi Rumatan metadon di klinik
metadon Rumah Sakit Ernaldi Bahar 2010.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Data yang diambil adalah data
Primer yang didapat secara langsung dari Hasil
wawancara mendalam kepada informan dan
FGD terhadap penasun yang mengikuti terapi
Rumatan Metadon di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar.
Pengolahan data pada penelitian
kualitatif, data yang diperoleh dari hasil
wawancara ditulis dalam bentuk transkrip,
setelah itu dari hasil transkrip baru dibuat
resume dalam bentuk matriks, kemudian
dianalisa dengan membandingkan teori yang
ada.
Analisis data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.6
Jenis analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini hasil analisis isi (content
analysis). Menurut Setiawan (2006) dalam
Sofa (2008), analisis isi adalah penelitian yang
bersifat pembahasan mendalam terhadap isi
suatu informasi tertulis atau tercetak (transkrip
wawancara,
dokumen,
dan
lainnya)
berdasarkan topik masalah yang menjadi
penelitian. Dalam penelitian ini masalah yang
diteliti mengenai persepsi penasun terhadap
terapi rumatan metadon di klinik metadon
Rumah sakit Ernaldi Bahar, semua data yang
diperoleh dari data primer dikelompokan
sesuai dengan variabel yang terdapat di
kerangka
pikir
kemudian
dianalisis
berdasarkan teori yang ada.
HASIL PENELITIAN
a.
Persepsi
terhadap
Kerentanan
Terhadap Penyakit dan Faktor Resiko
Untuk persepsi terhadap Kerentanan
Terhadap Penyakit dan Faktor Resiko yang
akan terjadi terungkap bahwa sebagian besar
informan
berpersepsi
bahwa
faktor
kerentanan mereka terhadap penyakit tertentu

tidaklah menjadi sesuatu yang harus
dibesar- besarkan dan bukan faktor utama
mereka mau mengikuti program terapi
rumatan metadon.
Walaupun ada juga yang memberikan
informasi yang sedikit berbeda bahwa sedikik
kekhawatiran akan terkena penyakit itu pasti
ada tapi tetap informan mengatakan bukan
karena takut penyakit maka mereka
mengikuti terapi.
Dari hasil wawancara dengan tim
Program terapi pun didapatkan informasi
yang sama bahwa para penasun mengikuti
program ini bukan karena takut HIV.
Dari hasil diskusi dengan peserta FGD,
ternyata sebagian besar peserta berpendapat
bahwa untuk sekarang mereka berpersepsi
sudah tidak takut lagi resiko penyakit karena
mereka sudah tahu ilmunya, bahkan mereka
mengatakan untuk sekarang penyakit HIV
harus lebih diwaspadai terhadap orang-orang
yng hobinya “jajan” (berhubungan dengan
PSK).
b. Tingkat Keparahan Penyakit
untuk persepsi terhadap tingkat
keparahan penyakit yang dialami pasien
Metadon, berdasarkan wawancara diketahui
bahwa sebagian besar yang mengikuti
program Terapi Rumatan metadon ini
berpersepsi bahwa suatu penyakit dikatakan
parah jika sudah mulai mengganggu aktifitas
mereka.
Tingkat
keparahan terhadap
prenyakit sampai saat ini belum mengganggu
mereka dalam beraktifitas, walaupun mereka
menyadari memang sebagian besar dari
mereka merupakan pengidap HIV positif.
Dari hasil diskusi dengan peserta
FGD didapatkan informasi yang sama bahwa
memang sebagian pasien yang mengikuti
terapi metadon menderita HIV positif, tapi itu
bukan menjadi alasan mereka mengikuti
program terapi metadon ini
c. Pendorong untuk bertindak
Berdasarkan wawancara dengan
semua informan diperoleh informasi bahwa
beragam hal yang mendorong
mereka
mengikuti program terapi rumatan metadon
ini ada yang karena keluarga, ajakan teman,
bosan dengan gaya hidup mereka selama ini,
karena soboxon putus maka mencari
substitusi lain, dan berbagai alasan lain
Untuk dorongan bertindak , dari hasil
FGD sebenarnya juga terungkap hal yang

tidak jauh berbeda tapi disini peserta FGD
lebih menekankan bahwa mereka mengikuti
Program bukan karena tertarik, lebih karena
terpaksa. Terpaksa dengan berbagai alasan, ada
yang dorongan keluarga, capek dengan hidup
yang begitu-begitu saja, alasan Finansial yang
mulai memburuk .
Namun dari dorongan untuk bertindak
ini juga terungkap hal yang menarik bahwa
sebenarnya para pengguna Napza suntik yang
mengikuti Terapi ini hampir seluruhnya adalah
mereka yang sebelumnya menggunakan
subtitusi suboxon, karena ajakan teman sesama
pengguna napza suntik, karena sekarang sudah
susah lepas dari metadon, sakau metadon lebih
berat dari putaw dan mereka sudah kecanduan
metadon.
d. Manfaat
Peserta FGD memberikan informasi
tentang manfaat yang mereka rasakan setelah
mengikuti program terapi Rumatan metadon.
Dari hasil diskusi dengan peserta FGD,
didapatkan informasi manfaat yang dirasakan
setelah mengikuti program sangatlah banyak,
mulai dari perbaikan secara finansial,
perbaikan dalam kehidupan, hubungan dengan
keluarga yang jauh membaik.
Dari hasil wawancara mendalam
diketahui bahwa memang banyak manfaat
yang telah dirasakan pasien Program Terapi
Rumatan Metadon ini, mulai dari peningkatan
segi fisik seperti yang di ungkapkan salah satu
pasien bahwa nafsu makan lebih baik, berat
badan naik, perbaikan dalam kehidupan,
interaksi sosial dan terutama segi finansial.
e. Hambatan
Peserta FGD memberikan informasi
tentang Hambatan yang dirasakan selama
mengikut program terapi rumatan metadon
adalah masalah waktu, mereka harus datang
setiap hari ke klinik metadon, hal ini sedikit
banyak mengganggu aktifitas mereka seharihari.
Dari hasil wawancara mendalam
dengan informan, diperoleh informasi yang
sama yaitu yang menjadi hambatan mengikuti
program terapi rumatan metadon ini adalah
masalah waktu, mereka harus datang setiap
hari untuk minum metadon.
PEMBAHASAN

a. Kerentanan Terhadap Penyakit dan
Faktor Resiko
Menurut hasil penelitian ,
terlihat bahwa pengguna napza suntik
menyatakan kerentanan mereka terhadap
penyakit seperti HIV bukanlah menjadi
alasan utama mereka mengikuti program
Terapi Rumatan metadon, mereka
mengetahui serta menyadari bahwa
pengguna
napza
suntik
memang
mempunyai resiko untuk terkena
penyakit seperti HIV tapi hal ini tidak
terlalu menjadi kekhawatiran mereka
sehingga mereka berbondong-bondong
mengikuti terapi secara sukarela. Hal ini
bukanlah alasan mereka mengikuti
Program terapi rumatan Metadon.
Mereka menyadari betul bahwa mereka
para generasi lama pengguna napza
suntik (maksudnya pengguna napza
suntik yang sudah puluhan tahun
menyuntik) jelas sekali rentan terhadap
penyakit seperti HIV karena pada masa
mereka aktif menggunakan napza suntik
informasi/
pengetahuan
mengenai
penyakit ini masih sangatlah kurang
bahkan bisa dikatakan telat, pada saat
mereka sudah banyak yang terjangkit
penyakit barulah ada antisipasi dari
pemerintah, kemudian akses mereka
terhadap jarum suntik steril masih sangat
susah, belum lagi kesadaran serta
pengetahun
mereka
mengenai
penggunaan jarum suntik steril masih
sangat minim. Dibandingkan masa
sekarang, pengguna napza suntik
generasi sekarang jauh lebih save/ aman
terhadap
penyakit
dikarenakan
pengetahun mereka ynag lebih tinggi,
informasi yang sudah lebih luas serta
akses jarum suntik steril yang lebih
mudah.
Walaupun
memang
ada
beberapa pasien yang menyatakan hal
yang
sedikit
berbeda,
bahwa
kekhawatiran akan terkena penyakit itu
pasti ada, apalagi setelah mereka
mengetahui bahwa kalangan pengguna
napza suntik adalah komunitas yang
beresiko cukup besar. Dalam Teori yang
dikemukakan oleh WHO (2004) memang
dijelaskan bahwa metadon ini menjadi
terapi agar perlahan-lahan meninggalkan
jarum suntik yang rentan terkena

HIV/AIDS namun bukan berarti mereka
mengikuti terapi ini dikarenakan HIV itu
sendiri, karena perilaku seseorang tidak
bisa diprediksi.
2. Tingkat Keparahan Penyakit
Untuk tingkat keparahan penyakit,
informan
mengatakan bahwa Tingkat
Keparahan penyakit itu hal yang sifatnya
individual, memang diantara pasien
Program Terapi Rumatan Metadon ada
yang sudah mengidap HIV positif, namun
mengikuti Program Terapi Rumatan
Metadon bukanlah karena merasa penyakit
yang mereka idap sudah parah, mengikuti
terapi dengan keparahan pernyakit
mrupakan dua Hal yang berbeda, apalagi
sekarang sudah banyak pengobatan
HIV/AIDS yang ada. Sekarang AIDS
dapat disembuhkan atau dapat diturunkan
statusnya menjadi HIV, memang virus
HIV tidak dapat dihilngkan dari tubuh
mereka. Dengan informasi yang ada saat
ini membuat mereka merasa tidak perlu
terlalu khawatir. Hal inipun sesuai dengan
yang disampaikan Informan wawancara
mendalam , bahwa memang sebagian yang
mengikuti program terapi rumatan
metadon ini adalah pengidap HIV positif,
namun mereka mengikuti terapi ini bukan
karena merasa sudah parah penyakitnya
tapi lebih karena ingin berhenti
menggunakan putaw.
Hasil yang peneliti dapatkan
mengenai persepsi penasun terhadap
tingkat keparahan penyakit ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2008) yang
menyatakan bahwa seorang penasun yang
diketahui mengidap HIV positif akan
merasakan beban yang lebih besar
sehingga cenderung akan tidak mematuhi
pengobatan yang dijalani. Perbedaan ini
bisa saja terjadi karena keinginan
seseorang untuk bertindak dipengaruhi
oleh banyak faktor. dan yang peneliti lihat
hal yang paling berperan dalam
mempengaruhi penasun yang mengikuti
terapi di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
adalah faktor dorongan teman-teman
sesama penasun.
Pendapat peneliti ini didukung
oleh teori yang dikemukakan oleh Green
(1980)
bahwa
perilaku
seseorang

ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor
predisposisi seperti pengetahuan, sikap.
Faktor pendukung seperti ketersediaan
alat, sarana dan prasarana. Dan ketiga
faktor penguat yaitu dukungan keluarga,
dukungan teman dan lain-lain.
Bila
dihubungkan
dengan
pendapat Rosenstock (1997) bahwa
persepsi seseorang terhadap tingkat
keparahan
yang
diderita
akan
mempengaruhi seseorang dalam mencari
pengobatan atau pencegahan, maka hal
tersebut tidak terjadi pada kasus ini
karena ternyata perilaku mengikuti
program terapi rumatan metadon pada
pengguna napza suntik di klinik metadon
Rumah Sakit Ernaldi bahar bukan karena
merteka merasa takut, atau merasa
terancam dengan penyakit yang mereka
derita.
3. Pendorong untuk Bertindak
Mengenai Pendorong untuk
bertindak, muncul respon yang cukup
beragam mengenai topik ini. Ada
informan yang memberikan informasi
bahwa mereka mengikuti program terapi
rumatan metadon ini pasti karena ada
keinginan untuk sembuh, tapi yang
berbeda adalah seberapa kuat keinginan
untuk sembuh itu dalam diri masingmasing individu, karena ada yang
mengikuti terapi dari awal sampai
sekarang benar-benar “clean” dalam
artian tidak menggunakan napza lain
dalam bentuk apapun, namun ada pula
yang ”clean” dalam artian tidak lagi
menggunakan napza suntik (Putaw) tapi
menggunakan napza bentuk lain seperti
sabu-sabu. Dan masih ada yang
menggunakan metadon namun juga
masih menggunakan putaw (masih
menyuntik) tapi sudah berkurang jumlah
dan frekuensinya, mungkin kalau dulu
bisa setiap hari menyuntik, sekarang
seminggu sekali. Hal ini berkaitan erat
dengan sugest mereka yang tinggi untuk
tetap
menyuntik,
mereka
yang
menggunakan jarum selama puluhan
tahun, maka tidak bisa menghilangkan
kebiasaan itu dalam hitungan bulan
apalagi hari.
Hal ini didukung oleh WHO
(2004) mengenai metadon bahwa Pada

dosis pemberian yang sesuai metadon akan
mengurangi keinginan untuk menggunakan
heroin. Secara lebih jauh lagi untuk
metadon dosis cukup tinggi, metadon ini
akan membuat toleransi silang dan akan
memblok obat/opioid lain sehingga pasien
merasa cukup dengan metadon yang ia
minum, kalaupun keinginan untuk relapse
masih ada, pada saat menyuntik pasien
tidak akan merasakan efek dari obat yang
ia suntikkan itu.
Bila
dihubungkan
dengan
pendapat Sarwono (2003) bahwa Aspekaspek dalam diri individu yang sangat
berperan/berpengaruh dalam perubahan
perilaku adalah persepsi, motivasi dan
emosi. Persepsi adalah pengamatan yang
merupakan kombinasi dari penglihatan,
pendengaran, penciuman serta pengalaman
masa lalu. Motivasi adalah dorongan
bertindak untuk memuaskan sesuatu
kebutuhan. Dorongan dalam motivasi
diwujudkan dalam bentuk tindakan. Maka
motivasi untuk sehat dari Pengguna napza
suntik memang harus berasal sangat kuat
dari diri pribadi sekuat apa mereka
menahan sugest untuk relapse.
Ada
juga
informan
yang
mengemukakan bahwa keinginan mereka
mengikuti Program ini karena mereka
sudah capek dengan gaya hidup mereka
selama ini dan mau menjalani hidup lebih
baik, dukungan kelurga yang kuat, ingat
akan anak dan istri, keinginan untuk
membahagiakan kelurga juga merupakan
motivasi yang sangat kuat untuk sembuh.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wenny pada tahun 2008
mengenai Dinamika Program Rumatan
metadon di RSKO Jakarta bahwa Faktor
yang paling mempengaruhi informan
untuk menggunakan terapi rumatan
metadon
pada
umunya
informan
mengatakan dukungan dari keluarga.
Salah satu respon yang juga
menarik adalah informasi bahwa sebagian
besar pasien yang mengikuti program
terapi rumatan metadon ini adalah merekamereka yang sebelumnya adalah pengguna
napza suntik yang menggunakan subtitusi
suboxon di kilinik Nadir, mereka beralih
ke subtitusi metadon karena suboxon di
kota palembang sempat putus stoknya
selama sebulan lebih, sehingga untuk

menutupi sakau mereka, atas informasi
dari teman sesama pengguna Napza
suntik mereka secara sukarela datang ke
klinik metadon, itulah mengapa jumlah
pasien diklinik metadon selau meningkat
sejak dibukanya klinik metdon di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar. Bahkan informan
mengatakan jika disuruh memilih
metadon atau suboxon maka mereka
lebih memilih suboxon karena mereka
bisa jauh lebih mobile. Sedangkan
sekarang mereka sudah tidak bisa
sembarangan untuk berhenti dari
metadon,
untuk
kembali
lagi
menggunakan suboxon mereka harus
benar-benar bersih dari metadon. Untuk
bersih dari metadon mereka harus tahan
badan selama kurang lebih tiga hari,
sedangkan sakau akibat metadon ini jauh
lebih berat dari pada sakau putaw itu
sendiri, sehingga mereka belum berani
untuk stop metadon pada saat ini,
akibatnya mereka kecanduan metadon.
4.Manfaat
Untuk manfaat yang dirasakan
setelah mengikuti program terapi
rumatan
metadon,
peserta
FGD
memberikan informasi bahwa manfaat
yang sangat terlihat adalah dari segi
Finansial, secara Finansial mereka sangat
jauh membaik, sudah mulai bisa
menyimpan uang, sangat jauh bila
dibandingkan dulu pada saat mereka
msih sangat aktif menggunakan putaw,
dari segi kehidupanpun jauh membaik
bahkan seorang peserta FGd mengatakan,
dulu dia yang amarahnya tidak terkontrol
sekarng sudah bisa bicara dengan lembuk
kepada orang tuanya, sudah mulai bisa di
percaya oleh keluarga, merasa hidup
kembali karena sudah mulai bisa
bersosialisasi
dengan
baikdengan
lingkungan. Juga merasa lebih baik
secara fisik, jau lebih segar dalam
beraktifitas.
Menurut
informan
dalam
wawancara mendalam juga sama,
sebagian mersa secara fisik lebih baik,
nafsu makan baik, tidur lebih teratur, dan
secara finansial sangat jauh membaik.
Hal yang sama dikemukakan oleh tim
program terapi rumatan metadon, bahwa
secara perilaku pasien terapi rumatan

metadon sudah mengalami kemajuan yang
bagus, yang awalnya datang selalu marahmarah sekarang sudah bisa pberperilaku
baik, metera yang awalnya susah percaya
dengan orang lain sudah mulai bisa
terbuka, dan sudah bisa bersosialisasi
dengan baik.
Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan Rosenstock (1997) bahwa
manfaat yang dirasakan terhadap suatu
pengobatan berperan cukup besar dalam
mengambil keputusan untuk melakukan/
menerima suatu tindakan kesehatan atau
tidak.walaupun seseorang yakin bahwa dia
rentan terhadap suatu penyakit, dan juga
mengetahui penyakit tersebut, ia tidak
akan begitu saja menerima tindakan
kesehatan yang dianjurkan kepadanya,
kecuali ia yakin bahwa tindakan tersebut
akan bermanfaat baginya.
Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Heny
(2008) bahwa sebagian besar pasien terapi
mengikuti program terpi Rumatan metadon
karena merasakan manfaat yang positif
setelah mengikuti Terapi Rumatan
metadon salah satunya yaitu bisa
menjalankan hidup normal serta merasa
hubungan dengan keluarga jauh lebih baik
setelah mengikiti program terapi Rumatan
metadon ini.
Namun dari topik ini juga
didapatkan informasi yang sangat menarik
untuk digali bahwa para pengguna napza
suntik yang mengikuti terapi ini sebagian
memilih bertahan pada terapi karena masih
merasakan fly pada saat meminum
metadon terutama pada dosis yang tinggi,
belum lagi ternyata para pengguna napza
suntik ini lebih mempercayai perkataan
sesama pengguna dari pada orang lain
bahkan dokter sekalipun. Jika salah
seorang
dari
mereka
mengatakan
menggunakan metadon enak buat tubuh,
setelah minum metadon merokok jadi lebih
enak maka teman-teman pengguna yang
lain akan cenderung ingin melakukan hal
yang sama.
Menurut peneliti hal ini seperti
halnya
yang
dikemukakan
oleh
Green(2000) yaitu Perilaku manusia
merupakan
hasil
segala
macam
pengalaman serta interaksi manusia yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
suatu tindakan yang mempunyai
frekuensi, lama, dan tujuan khusus, baik
yang dilakukan secara sadar maupun
tidak sadar. Secara sadr ataupun tidak
perasaan mempunyai pen galaman ynag
sama berpengaruh cukup besar pada
komunitas pengguna Napza suntik,
sehingga mereka lebih mempercayai
omongan sesama pengguna napza suntik
yang diangap telah berpengalaman dari
pada omongan orang lain yang tidak
mengalami sendiri, sehingga faktor
dorongan dari sesama teman itu sangat
besar mempengaruhi mereka dalam
mengakses layanan metadon ini.

5.Hambatan
Pada saat mengikuti program
Terapi Rumatan metadon tentu akan ada
hambatan-hambatan. Informasi yang
didapatkan dari penelitian menunjukkan
bahwa harus datang setiap hari ke klinik
metadon merupakan hambatan dalam
mengikuti terapi ini karena menyita
waktu mereka, bahkan seorang pasien
terpaksa berhenti bekerja setelah
mengikuti program terapi rumatan
metadon ini. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh informan wawancara,
harus datang setiap hari ke klinik
metadon cukup mengganggu terutama
bagi mereka yang harus bekerja. Hal ini
dijelaskan juga oleh petugas Program
terapi rumatan metadon, pasien harus
datang setiap hari untuk mengakses
layanan dikarenakan sudah merupakan
aturan dari pusat, kalupun ada kondisi
tertentu pasien seperti pekerjaan keluar
kota, maka di pertimbangkan untuk take
home dose, itu pun harus melewati
prosedur terlebih dahulu dikarenakan
untuk
mewaspadai
adanya
penyalahgunaan dari metadon.
Bahkan
para
informan
mengatakan bahwa mereka merasa
seperti kera pendek ekor, yang tidak bisa
kemana-mana
dan
akan
kembali
ketempat yang sama, dikarenakan harus
minum metadon, dan metadon sudah
menjadi semacam kebutuhan buat
mereka.

Sulitnya
mendapatkan
kesempatan take home dose, juga menjadi
keluhan pasien dalam mengikuti program
terapi rumatan metadon ini. Mereka
merasa bahwa peluang untuk bekerja
misalnya, menjadi berkurang atau bahkan
hilang, sebab tidak mungkin meninggalkan
tempat kerja setiap hari karena harus
mengikuti program terapi rumatan
metadon ini.
Permasalahan peraturan akses
layanan ini memang sudah diatur dengan
sangat
jelas
dalam KEPMENKES
NOMOR
494/MENKES/SK/VII/2006
sehingga tim program terapi rumatan
metadon di klinik metadon Ernaldi Bahar
pun harus tegas menjalankan aturanaturan. Aturan ini sebenarnya juga untuk
kebaikan para pasien, sebagai salah satu
sarana pemantauan dalam meminimalisir
penyalah gunaan metadon.mengingat
masih
ada
pasien
yang
masih
menggunakan putaw walaupun telah
mengikuti program terapi ini. Dan
metadon bisa saja di suntikkan jika di
bawa pulng tanpa pengawasan. Itulah
kenapa metadone harus diminum di
tempat, tidak boleh dibawa pulang.
Dibawa pulang pun harus dengan syarat
tertentu.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan hasil penelitian ini dapat dilihat
sebagai berikut:
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
pasien mengikuti Program Terapi Rumatan
Metadon mulai dari ajakan teman. Faktor
keluarga, serta karena manfaat yang dirasakan.
Namun ternyata faktor resiko terhadap
penyakit serta tingkat keparahan penyakit
bukanlah hal yang mempengaruhi penasun
untuk mengikuti terapi.
Adapun saran yang dapat diberikan kepada
RS ERBA adalah sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan konseling sebagai
salah satu sarana dalam perbaikan
perilaku pasien.
b. Adanya
pemantauan
kesehtan
berkala, termasuk tes urin sebagai
sarana pemantauan status kesehatan
penasun.
c. Melengkapi sarana dan prasarana
yang ada di klinik metadon. Seperti

: tempat penyimpanan obat, ruang
konseling yang memadai.
d. Mempertahankan pelayanan yang
sudah
baik
serta
terus
meningkatkannya.
e. Dibuatnya prosedur yang lebih
baik dalam Take home dose agar
tidak memberatkan pasien serta
tetap
dapat
mengontrol
penyalahgunaan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI.2006. Pedoman Pelaksanaan
Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika,
dan zat adikti f(NAPZA),Jakarta.
2. Depkes
RI.
2009(A).
Kebijakan
departemen
Kesehatan
atas
Pengurangan dampak Buruk (Harm
Reduction) dengan Program Terapi
Rumatan Metadon , Jakarta.
3. Depkes RI. 2009(B). Farmakologi
Metadon.
Direktorat
Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular &
Penyehatan Lingkungan (P2PL), Jakarta.
4. Farrell, Michael dkk. 2005. Effectiveness
of Drug Dependence Treatment in HIV
Prevention.Drug Policy, USA
5. Green, Lawrence. 1980. Perencanaan
Pendidikan
Kesehatan
sebuah
Pendekatan Diagnostik. Depdikbud RI.
6. Handayani,
Fitria.
2008.
Study
Fenomenologi
tentang
Pengalaman
ILWHA (Injecting Drug Users Livinf with
HIV/AIDS) dalam Menjalani Terapi
Antiretroviral saat Terapi Rumatan
Metadon di RSKO Jakarta . [Tesis].
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.
7. KEPMENKES
No.
494.
2006.
Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji
Coba Pelayanan Terapi Metadon Serta
Pedoman Program Terapi Metadon.
Menteri Kesehatan Indonesia, jakrta.
8. Kementrian Kesehatan RI.2010.Pedoman
Pencegahan Penularan HIV-Aids & IMS
bagi kota/ kabupaten, jakarta
9. Komariah
dan
Djama’an.2010.
Metodologi
penelitian Kualitatif
Alfabeta .Jakarta.
10. Pusat Penelitian HIV/AIDS Universitas
Atmajaya. 2010. Perilaku Pencarian
bantuan Pada Pengguna Napza Suntik di

Bekasi. [Laporan penelitian]. Universitas
Atmajaya Jakarta. Indonesia.
11. Puspita, Weny Hatu Army. 2008.
Dinamika Program Rumatan Metadon di
RSKO
Jakarta .[Skripsi].Diunduh
10
Oktober
2010
dari
http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/lib
ri2/detail.jsp?id=122478&lokasi=lokal
12. Rosenstock, I.M, Strecher, V.J., & Becker,
M.H. (2008). Social learning theory and
the Health Belief Model. Diumnduh 10
Oktober
2010
dari
http://www.google.com//chapter/HBM
13. Sarwono,
Sarlito
Wirawan.
2003.
Psikologi Remaja . Edisi Revisi. Cetakan 7.
Grafindo Persada, Jakarta.

14. Sarwono, S.W. 2004. Psikologi Remaja ,
edisi 4. Jakarta: PT.Radja Grafindo
Persada.
15. Sofa. 2008, Metode Analisis Isi,
Reliabilitas dan Validitas Dalam Metode
Penelitian
Komunikasi.
massofa.wordpress.com/2008/01/28/metod
e-analisi-isi-reliabilitas-dan-validitasdalam-metode-penelitian-komunikasi/. [15
Mei 2010]
16. The Centre For Harm Reduction. 2001.
Dasar Pemikiran Pengurangan dampak
buruk Narkoba . Depkes RI, jakarta
17. World Health Organisation (WHO).2004.
Substitution maintenance therapy in the
management of opioid dependence and
HIV/AIDS prevention.Geneva : copyright
holders.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Perilaku Konsumsi Serat pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2012

21 162 166

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Pengaruh Locus Of Control Dan Komitmen Profesi Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit

1 29 86

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

0 25 90