UPAYA PERLINDUNGAN INDUSTRI LOKAL MELALU

UPAYA PERLINDUNGAN INDUSTRI LOKAL MELALUI PENERAPAN
PROGRAM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI
(P3DN) GUNA MEMPERKUAT DAYA SAING PERINDUSTRIAN DALAM
MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Mata Kuliah Hukum Perindustrian
Dosen Pengampu Bapak Dona Budi Kharisma, S.H., M.H

\

Disusun Oleh :
Arga Vella Nirwana P.

E0012055
(Ketua Kelompok)

Anisa Dwi Wulandari

E0012043

Christiana Okti Pratiwi


E0012090

Novia Yuli Enty

E0012285

Satria Nur Fauzi

E0012354

\

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Dona Budi Kharisma S.H., M.H selaku
Dosen mata kuliah Hukum Perindustrian yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perindustrian. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surakarta, 8 Desember 2015


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang melimpah akan hasil sumber daya
alam. Hasil sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan rakyat Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945
dimana seluruh kekayaan alam yang ada harus diusahakan guna kepentingan
untuk mensejahterakan rakyat. Selain sumber daya alam yang melimpah
Indonesia juga kaya akan sumber daya manusia. Dengan demikian, Indonesia
menjadi tempat tujuan yang ideal bagi para investor baik investor domestik
maupun asing untuk menanamkan modalnya dalam bidang industri. Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian). Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses

produksi dimana bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak
langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai
lebih bagi masyarakat. Terdapat berbagai jenis usaha industri seperti industri
tekstil, perabotan rumah tangga (furniture), sepatu dan industri-industri
lainnya yang terbagi dalam tiga golongan industri yaitu industri besar,
industri menengah, dan industri kecil.
Penduduk Indonesia yang berjumlah sangat besar rata-rata memiliki
sifat konsumerisme yang tinggi, artinya menjadi pemakai barang-barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan
berkelanjutan. Selain itu, banyak penduduk Indonesia yang bangga bila
memiliki dan menggunakan produk-produk buatan luar negeri karena
dianggap lebih berkelas dan modern dibanding menggunakan produk dalam
negeri. Hal tersebut tentunya akan merugikan bangsa Indonesia sendiri
dikarenakan bagi industri-industri dalam negeri akan terjadi pelemahan dan
kemerosotan hasil pendapatan industri yang akan berefek pada pendapatan

dalam negeri serta pertumbuhan ekonomi negara. Selain merugikan
kaum industriawan, hal tersebut lama-kelamaan akan mengikis rasa
nasionalisme dan kebangaan rakyat Indonesia terhadap bangsa sendiri.


Melihat kenyataan tersebut, pemerintah Indonesia harus melakukan
suatu tindakan atau upaya untuk menanggulangi hal tersebut. Pemerintah
mencanangkan program peningkatan penggunaan produk dalam negeri
(P3DN) dengan tujuan untuk mendorong masyarakat agar lebih menggunakan
produk dalam negeri dibandingkan produk-produk impor. Program ini tidak
hanya ditujukan kepada masyarakat Indonesia saja melainkan mewajibkan
bagi instansi pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan hasil produksi
dalam negeri dalam kegiatan pengadaan barang/ jasa yang dibiayai oleh
APBN/ APBD. Ajakan lansung dari Menteri Perindustrian, Saleh Husin
mengajak kalangan pimpinan instansi pemerintah termasuk para Menteri,
Gubernur dan Bupati/ Walikota untuk memaksimalkan penggunaan barang/
jasa hasil produksi dalam negeri sesuai dengan kewenangan masing-masing
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku1.Hal tersebut dapat
meningkatkan iklim industri yang kondusif bagi industry-industri lokal pada
khususnya.
Oleh karena itu, Pemerintah harus terus mendorong peningkatan
penggunaan produk dalam negeri (P3DN), di tengah persaingan dunia yang
makin ketat salah satunya yaitu pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN
pada akhir 2015. MEA merupakan integrasi ekonomi ASEAN dalam
menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN yang akan

meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan
mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN.
Adanya MEA sangat menguntungkan bagi negara yang telah siap
dengan perdagangan bebas sedangkan Indonesia belum secara penuh siap
menghadapi hal tersebut khususnya bidang perindustrian. Secara umum
pemerintah dan pelaku

usaha mengakui, industri nasional belum siap

menghadapi MEA. Kementerian Perindustrian melansir, hanya 31% industri
1
NN. 2015. Pemerintah Terus Dorong Peningkatan Penggunan Produk Dalam Negeri.
http:
//www.antaranews.com/berita/510903/pemerintah-terus-dorong-peningkatan-penggunaanproduk-dalam-negeri). Diakses pada tanggal 8 Desember 2015 pukul 20.26 WIB.

manufaktur yang punya kemampuan daya saing di pasar ASEAN. Sisanya
69% industri lainnya masih megap-megap bertarung di pasar bebas ini.
Sehingga dibutuhkan stategi dari pemerintah dalam bidang industri untuk
melindungi dan meningkatkan daya saing antar industri dengan mengatasi
permasalahan sektor industri seperti kenaikan upah minimum yang tidak

sebanding dengan kenaikan produktivitas tenaga kerja, kurangnya pasokan
gas untuk industri manufaktur, belum terjaminnya pasokan bahan baku dalam
negeri, belum optimalnya pemanfaatan insentif fiskal dan tingginya ekspor
bahan baku dalam keadaan mentah, pasar dalam negeri belum dimanfaatkan
secara optimal, serta rendahnya kualitas SDM di sektor industri.2
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berkeinginan mengangkat
masalah perkembangan perindustrian terhadap

perekonomian

ke

dalam

bentuk penulisan makalah sekaligus sebagai bahan diskusi yang berjudul
“UPAYA

PERLINDUNGAN

PENERAPAN


PROGRAM

INDUTRI

LOKAL

PENINGKATAN

MELALUI

PENGGUNAAN

PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) GUNA MEMPERKUAT DAYA
SAING PERINDUSTRIAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN (MEA)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan diatas, maka penulis
dapat menarik dua buah rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana kesiapan industry local dalam menghadapi Masayarakat

Ekonomi Asean (MEA) ?
2. Bagaimana peran Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri
(P3DN) memperkuat daya saing industri lokal pada era Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) ?

2
NN. 2015. Pemerintah Bentuk Program Komprehensif. http://www.kemenprin.go.
id/artikel/8095/Pemerintah-Bentuk-Program Komprehensif. Diakses pada tanggal 8 Desember
2015 pukul 20.30 WIB.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
a. Tinjauan tentang Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam
Negeri (P3DN)
Dalam rangka optimalisasi belanja pemerintah dalam pengadaan
barang/jasa,

sekaligus menggerakkan pertumbuhan dan memberdayakan


industri dalam negeri melalui peningkatan penggunaan produk dalam
negeri, telah diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009).
Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
merupakan upaya Pemerintah untuk mendorong masyarakat agar lebih
menggunakan produk dalam negeri dibandingkan produk impor. Bukan
hanya ditujukan kepada masyarakat melainkan mewajibkan instansi
pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan hasil produksi dalam
negeri dalam kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh
APBN/APBD.
Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan instansi
masing masing, agar:
1) Melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan masing-masing
guna memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam
negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta
penggunaan penyedia barang/jasa nasional;
2) Memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri
dan penyedia jasa pemborongan nasional kepada perusahaan

penyedia barang/jasa (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009)
Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa bagi
industri lokal adalah:
1) Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri ,rancang bangun
dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas

lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam
rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produksi dalam
negeri pada perdagangan internasional.
2) Instansi pemerintah wajib memaksimalkan penggunaan barang/jasa
hasil produksi dalam negeri termasuk rancang bangun dan
perekayasaan nasional dalam pengadaan barang dan jasa dan
memaksimalkan penggunaan penyedia barang dan jasa nasional.
3) Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensi
harga untuk barang produksi dalam negeri dan penyedia jasa
pemborongan nasional.

Pengaturan Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri
(P3DN)
Aturan yang terkait langsung Program Peningkatan pengadaan Produk
Dalam Negeri (P3DN) yaitu:
1) Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk
Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
2) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penggunaan Produksi Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah perubahan atas Perpres 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barana/Jasa Pemerintah,
3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk
Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah:
Dalam peraturan Inpres tersebut terdapat 9 (Sembilan) point yang
diintruksikan Presiden dalam rangka mengoptimalisasi belanja pemerintah
dalam pengadaan barang/jasa Pemerintah, sekaligus menggerakkan
pertumbuhan dan memberdayakan industri dalam negeri melalui
peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penggunaan Produksi Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah:
Pasal 96
1) Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, K/L/D/I wajib:
a. memaksimalkan Penggunaan Barang/Jasa hasil produksi dalam
negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam
Pengadaan Barang/Jasa;
b. memaksimalkan penggunaan Penyedia Barang/Jasa nasional; dan
c. memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil.
Pasal 97
1) Penggunaan produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 96 ayat (1) huruf a, dilakukan sesuai besaran komponen dalam
negeri pada setiap Barang/Jasa yang ditunjukkan dengan nilai
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian :

Pasal 85
Untuk pemberdayaan Industri dalam negeri, Pemerintah meningkatkan
penggunaan produk dalam negeri.

Pasal 86
1) Produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 wajib
digunakan oleh:
a. lembaga

negara,

kementerian,

lembaga

pemerintah

nonkementerian, dan satuan kerja perangkat daerah dalam
pengadaan barang/jasa apabila sumber pembiayaannya berasal
dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran
pendapatan dan belanja daerah, termasuk pinjaman atau hibah
dari dalam negeri atau luar negeri; dan

b. badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan
usaha swasta dalam pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya
berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran
pendapatan

dan

belanja

daerah

dan/atau

pekerjaan-nya

dilakukan melalui pola kerja sama antara Pemerintah dengan
badan usaha swasta dan/atau mengusahakan sumber daya yang
dikuasai negara.

Penyelenggara Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam
Negeri (P3DN)
Untuk memaksimalkan kebijakan pengadaan barang/jasa hasil
produksi dalam negeri seta penyedia barang/jasa nasional dalam
pengadaan barang/jasa Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Instruksi
Presiden ini, membentuk Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang untuk
selanjutnya dalam Instruksi Presiden ini disebut Timnas P3DN.
Timnas P3DN sebagaimana dimaksud dalam memaksimalkan
kebijakan tersebut bertugas:
a. merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi dan program untuk
mengoptimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri
dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah;
b. menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam rangka
memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri
dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah;
c. melakukan

sosialisasi

secara

menyeluruh

dan

komprehensif

penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia
barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;
d. menetapkan langkah-langkah strategis dalam rangka penyelesaian
permasalahan yang menghambat pelaksanaan Instruksi Presiden ini;
dan

e. melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Instruksi
Presiden ini (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009).

Ketentuan Sanksi Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam
Negeri (P3DN)

Pasal 86
2) Pejabat

pengadaan

barang/jasa

yang

melanggar

ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c.
pemberhentian dari jabatan pengadaan barang/jasa.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif dan besaran denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan
dalam hal produk dalam negeri belum tersedia atau belum
mencukupi (UU Perindustrian).

b. Tinjauan Pustaka mengenai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
1. Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
ASEAN Community merupakan wujud dari kerjasama intraASEAN dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali, Oktober
2003. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu
pilar dari perwujudan ASEAN Vision 2020, bersama-sama dengan
ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-Cultural
Community (ASCC) (Arifin, 2008). Suatu komunitas negara-negara

ASEAN yang sangat luas, tidak ada batasanbatasan wilayah dalam
bidang perekonomian. Dimana suatu negara dapat masuk bebas dalam
persaingan pasar. Masyarakat ekonomi ASEAN yang bebas dari
berbagai

hambatan,

pengutamaan

peningkatan

konektivitas,

pemanfaatan berbagai skema kerja sama baik intra-ASEAN maupun
antara ASEAN dengan negara mitra khususnya mitra FTA, serta

penguatan peran pengusaha dalam proses integrasi internal ASEAN
maupun dengan negara mitra.
Menurut Rizal dan Aida dalam (Arifin: 2008) pembentukan MEA
dilakukan melalui empat kerangka strategis yaitu pencapain pasar
tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya
saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan
perekonomian global. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi
strategis mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan
berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan
maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga
menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi
Internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan
kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan
mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru,
dan India.
Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah
liberalisasi dan kerja sama, termasuk peningkatan kerja sama dan
integrasi di area-area baru antara: pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan kapasitas; konsultasi yang lebih erat di
kebijakan makro ekonomi dan keuangan; kebijakan pembiayaan
perdagangan; peningkatan infrastruktur, dan hubungan komunikasi;
pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN; integrasi
industri untuk meningkatkan sumber daya regional; serta peningkatan
keterlibatan sektor swasta.3

2. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
Pembentukan kawasan perdagangan bebas yang dicapai melalui
mekanisme AFTA merupakan suatu keberhasilan karena tarif di
kawasan telah berhasil secara bertahap diturunkan sampai dengan nol.
ASEAN kemudian ingin lebih meningkatkan kerjasama ekonomi
tersebut. Mengalirnya investasi asing ke kawasan ASEAN yaitu
3

Sjamsul Arifin. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015:Memperkuat Sinergi ASEAN
Ditengah Kompetisi Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm 44.

dengan banyaknya perusahaan multinasional yang beroperasi di
kawasan membutuhkan penyalur barang (supplier ) yang juga harus
ada di kawasan sehingga terjadi efisiensi biaya produksi. Pasar
ASEAN yang sudah terbuka dan menyatu dengan pasar global
ditambah dengan tersedianya barang-barang produksi yang dihasilkan
oleh supplier d ari negaranegara ASEAN maka akan sangat membantu
Negara-negara anggota ASEAN untuk semakin menarik investor
asing masuk ke kawasan. Sehingga, Cebu Declaration pada 13 Januari
2007 (12th ASEAN Summit) memutuskan untuk mempercepat
pembentukan MEA menjadi 2015 guna memperkuat daya saing
ASEAN dalam menghadapi kompetisi global, terutama dari China dan
India.4
Dengan beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut
adalah: (i) potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20
persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi;
(ii) meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar
dan praktik internasional, intelectual proverty rights, dan peningkatan
daya saing. Dengan integrasi ekonomi diharapkan infrastruktur
kawasan dapat lebih berkembang bersamaan dengan integrasi
transportasi, telekomunikasi dan energi.5
Untuk memperkuat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut,
ASEAN melakukan transformasi kerja sama ekonomi dengan
meletakkan sebuah kerangka hukum yang menjadi basis komitmen
negara ASEAN melalui penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN
Charter ) pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Selanjutnya,

pada tahun 2008, MEA Blue Print mulai diimplementasikan dan
ASEAN Charter mulai berlaku pada 16 Desember 2008. Cetak biru
yang merupakan arah panduan MEA dan jadwal strategis tentang
waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga
disepakati.
4
Koesrianti. 2013. Pembentukan Asean Economic Community (Aec) 2015: Integrasi
Ekonomi Berdasar Komitmen Tanpa Sanksi . Jurnal Law Review, Volume XIII, No. 2, Hlm 16.
5
Op.Cit. Sjamsul Arifin.

Dalam rangka memantau kemajuan implementasi MEA disusun
ASEAN

Baseline Report (ABR) yang berperan sebagai score card

melalui tiga kategori yaitu: indikator proses (process indikators),
indikator output (output indikators) dan indikator hasil (outcome
indikators) yang kemudian menjadi indeks tingkat negara dan kawasan.

Indeks tingkat negara digunakan untuk perbandingan antarnegara dalam
pencapaian tujuan Masyarakat ASEAN. Sementara, indeks level kawasan
digunakan untuk menilai kinerja secara keseluruhan kawasan pada setiap
tujuan Masyarakat ASEAN.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesiapan Industri Lokal dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean
Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan
membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk realisasi dari
tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Terdapat empat hal
yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu
momentum yang baik untuk Indonesia6.
1. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah
wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan
pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi,
modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada
hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
2. MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi
yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition
policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation,

dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang
adil;

terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen

perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta;
menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi;
menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan
dengan media elektronik berbasis online.
3. MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan
ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan
ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi

6
Arya Baskoro. TT. Peluang, Tantangan, dan Risiko Bagi Indonesia dengan Adanya
Masyarakat Ekonomi Asean. Center For Risk Management Studies: http:// crmsindonesia.org.
diakses pada tanggal 9 Desember 2015 pukul 16.33 WIB.

terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal
peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
4. MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.
Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan
koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan
partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan
global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara
Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya
terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga
memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.
Dengan melihat fokus tujuan MEA yang sedemikian rupa, bagi
Indonesia sendiri MEA dapat menjadi sebuah tantangan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus ancaman apabila
bangsa Indonesia belum mampu bersaing di dalamnya. MEA akan menjadi
kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung
berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP
Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa
permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya
untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang
elektronik 7. Mencermati hal tersebut, maka MEA sendiri sekaligus dapat
menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia karena dengan sendirinya akan
memunculkan persaingan bebas antar negara-negara ASEAN apabila
Indonesia tidak mampu mengelola perekonomian dengan baik. Banyaknya
barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang
akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar
negeri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

7
Santoso, W. et.al. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi ekonomi
ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset
Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

Oleh sebab itu, peningkatan kualitas produk industri lokal perlu ditata dan
sekaligus menjadi fokus kerja pemerintah.
Dinamika kondisi industri lokal saat ini memerlukan sebuah tatanan
baru dan dorongan dari pemerintah guna dapat bersaing dengan negaranegara lain di kawasan Asean dalam upaya mewujudkan perekonomian
nasional yang semakin berkembang. Hal tersebut didasarkan pada
lemahnya tingkat persaingan dari industri lokal itu sendiri. Menurut Niken
Paramita Purwanto, kondisi industri lokal dapat dipengaruhi beberapa
faktor sebagai berikut8:
1. Memburuknya perekonomian Indonesia telah diikuti gelombang
pemutusan hubungan kerja (PHK). Tercatat per Juli 2015, terdapat
11.350 pekerja yang harus menjadi pengangguran. Data tersebut
diperoleh dari lima provinsi yang melapor, Meliputi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Kalimantan Timur. Di
industri tekstil sudah terdapat beberapa pabrik tutup, yang berakibat
PHK lebih dari 36 ribu orang.
2. Memburuknya industri Indonesia juga tercermin dari penurunan
ekspor maupun impor. Neraca perdagangan Indonesia memang
mengalami surplus di bulan Juli 2015 sebesar 1,33 milyar dolar AS.
Namun demikian, kinerja ekspor maupun impor mengalami
penurunan. Sampai dengan semester I 2015, impor Indonesia hanya
mencapai 10,08 miliar dolar AS atau turun sebesar 28,44 persen
dibandingkan Juli 2014. Sementara ekspor hanya mencapai 11,41
miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 19,23 persen dari
tahun lalu.
3. Investasi sebagai pendorong sektor industri juga masih mengalami
kendala. Hal ini tercermin dari indeks kemudahan berusaha Industri
yang masih belum begitu baik. Berdasarkan data Bank Dunia tahun
2015, daya saing Indonesia untuk berusaha sangat buruk. Indeks

8
Niken Paramita Purwanto. 2015. Kebijakan Penguatan Industri Dalam Negeri . Dalam
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Vol. VII,
No. 18/II/P3DI/September/2015. Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Hlm. 14-15.

kemudahan dalam berusaha menunjukan Indonesia berada di
peringkat 114 dari 189 negara yang di survei. Posisi Indonesia jauh
berada di bawah negara tetangga di Asean, dimana Singapura berada
di peringkat 1, Malaysia di peringkat 18, Thailand di peringkat 26,
Vietnam di peringkat 78, bahkan Philipina berada di peringkat 95.
Indikator kinerja daya saing Indonesia dapat dilihat pada tabel
berikut.

Dengan mencermati kondisi industri di Indonesia yang sedemikian
rupa, maka dapat dikatakan kesiapan industri lokal untuk menghadapi era
MEA masih perlu dibenahi dan seyogyanya mendapatkana perhatian yang
serius

dari

pemerintah.

Dimana

pemerintah

berkewajiban

untuk

meminimalisir hambatan-hambatan berupa stabilitas perekonomian, ekspor
dan impor, serta investasi. Sehingga dari pada itu, pemerintah dapat
melindungi industri lokal yang pada akhirnya dapat meningkatkan
perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu dengan adanya MEA itu sendiri,
pemerintah diharapkan dapat mengambil peluang tersebut secara maksimal.
Dengan meminimalisir hambatan-hambatan yang sedemikian rupa maka
diharapkan

pemerintah

dapat

mewujudkan

kesejahteraan

masyarakat

Indonesia yang merupakan tujuan negara, sebagaimana yang tertuang dalam
Alenia ke-empat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
Peningkatan Produksi Dalam Negeri (P3DN).

B. Peran kebijakan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri
(P3DN) dalam Memeperkuat Daya Saing Industri Lokal untuk
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Memasuki bulan Desember tahun 2015, kita disadarkan bahwa pembukaan
pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) semakin didepan mata,
berbagai usaha dilakukan pemerintah dalam hal mempersiapkan diri untuk
turut bersaing dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Berbagai

kebijakan telah cetuskan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan
kesiapan salah satunya dalam bidang indiustri. Industri memegang peranan
penting

dalam

pembangunan

nasional.

Sebagai

tulang

punggung

pembangunan ekonomi nasional, sektor industri harus mampu menciptakan
lapangan pekerjaan, memberikan nilai tambah dalam negeri yang besar,
memberikan sumbangan devisa, yang pada akhirnya dapat memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat luas.
Berdasarkan penjelasan dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008
tentang

Kebijakan

Industri

Nasional

menyatakan

bahwa

Strategi

Pembangunan Industri Nasional meliputi strategi pokok dan strategi
operasional. Strategi pokok berupa memperkuat keterkaitan tingkatan rantai
nilai, meningkatkan nilai tambah, peningkatan produktivitas, efisiensi, dan
pendalaman struktur, serta pengembangan industri kecil dan menengah.
Sementara strategi operasional berupa pengembangan lingkungan bisnis yang
kondusif,

mendorong

pertumbuhan

klaster

industri

prioritas,

dan

menumbuhkan kompetensi inti industri daerah.
Salah satu strategi yang digunakan pemerintah dalam upaya pembangunan
industri dalam negeri adalah dengan keluarnya kebijakan Peningkatan
Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) yang berlaku bagi pengadaan
barang/ jasa pemerintah berlaku bagi kementrian, lembaga, dinas, instansi dan
Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, serta

kontraktor kontrak kerjasama yang pembiayaanya melalui pola kerjasama
antara pemerintah dengan Badan Usaha. Kebijakan ini telah diamanatkan
dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk
Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dimana inpres ini
mengacu pada Kepres Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa.
Kebijakan umum pemerintah yang dapat dilakukandalam pengadaan
barang dan jasa sekaligus menerapkan P3DN adalah9:
1.

Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun
dan perekayasaan nasional

yang sasarannya adalah memperluas

lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam
rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produk dalam negeri
pada perdagangan internasional.
2.

Instansi pemerintah wajib memaksimalkan penggunaan barang/jasa
hasil produksi dalam negeri termasuk rancang bangun dan
perekayasaan nasional dalam pengadaan barang dan hasa dan
memaksimalkan penggunan penyedia barang dan jasa nasional.

3.

Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensi harga
untuk barang produksi dalam negeri dan penyedia jasa pemborongan
nasional.

Dengan menciptakan pasar dalam negeri yang besar diharapkan sebagai
katup penyelamat bagi industri yang semula berorientasi ekspor untuk
mengalihkan pasarnya ke pasar domestik. Hal ini sejalan dengan tujuan
peningkatan penggunaan produk dalam negeri yang telah dipaparkan Menteri
Perindustrian saat ini yang di muat dalam harian antaranews pada selasa, 12
Mei 2015, menyatakan bahwa10:
"Dasar hukum dan komitmen pemerintah sangat jelas, dalam
rangka pemberdayaan industri dalam negeri dilakukan melalui

9
Fasochah. 2010. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Dalam
Menghadapi Dampak Krisis Global. Semarang : STIE Dharmaputra. Vol 17, No 31.
10
Sella Panduarsa Gareta. 2015. Antaranews, diakses pada tanggal 8 Desember 2015
pukul 23.12 WIB, melalui alamat http://www.antaranews.com/berita/495825/p3dn-dorongpemberdayaan-industri-nasional.

kebijakan P3DN. P3DN juga ditujukan untuk mewujudkan
kemandirian ekonomi nasional,"

Komitmen dari pemerintah telah jelas terlihat guna menyelamatkan
perindustrian dan memperkuat perindustrian Indonesia salah satunya dengan
membuka

pasar

dalam

negeri

dimana

pemerintah

memulai

untuk

mengkonsumsi barang hasil industri dalam negeri melalui pembelanjaan
pengadaan barang/jasa instansi pemerintah yang menggunakan hasil industri
dalam negeri. Hal ini tentunya akan berdampak pada semakin besarnya
pendapatan bagi industri dalam negeri. Dengan adanya dasar hukum yang
jelas dalam penerapaan P3DN sebagai salah satu sarana pemerintah untuk
mewajibkan kepada seluruh lembaga dan stakeholder

terkait guna

menerapkan kebijakan P3DN.
Langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah dalam upaya
optimalisasi kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
(P3DN) antara lain dengan cara sebagai berikut :
1. Pemanfaatan sektor potensial dalam Peningkatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri (P3DN)
Terdapat

beberapa

sektor

yang

potensial

dalam

Peningkatan

Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) antara lain, yaitu11:
1. Sektor Migas yang meliputi : Kontraktor Kontrak Kerja
Sama(K3S).
2. Sektor Energi,yang meliputi:
a. Pengadaan tabung LPG, Kompor Gas dan perlengkapannya.
b. Program Pembangkit Tenaga Listrik.
3. Sektor Telekomunokasi,yang meliputi :
a. Program Palapa Ring(Jaringan Fiber Optic)
b. Program Broadband Wireless Access (BWG)
c. Wimax (Koneksi Internet)
4. Sektor Pertahanan,yang meliputi: Pengadaan Alutsista
5. Sektor Kesehatan yang meliputi : Pengadaan alat kesehatan
(ALKES)
11

Op.cit , Fasochah.

6. Sektor Transportasi yang meliputi: Kapal, Kendaraan Bermotor,
Pesawat Terbang, Kereta Api.
7. Sektor Pakaian Dan Kelengkapan Kerja.
Sebagai contoh penerapan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN) pada sektor pakaian, dimana potensi dapat dilihat dalam
penggunaan seragam antara lain pada Pegawai Negeri Sipil, anak sekolah,
TNI/POLRI dan lainnya, dapat di asumsikan penggunaan seragam bagi
berbagai kalangan tersebut pastinya dapat menjadi peluang besar bagi
produk garmen, pakaian jadi, serta peralatan kantor dan tulis lainnya.
Apabila juga diwajibkan memakai kemeja/blous batik sebagai salah satu
seragamnya, maka secara langsung akan menghidupkan industri batik
dalam negeri yang umumnya industri kecil menengah.
Melihat potensi yang dapat diperoleh dengan penggunaan seragam
dalam berbagai profesi pekerjaan, maka pemerintah dapat mendukung
dengan cara mewajibkan seluruh Pegawai Negeri Sipil, maupun
TNI/POLRI menggunakan seragam yang merupakan hasil industri dalam
negeri. Hal ini sebagai salah satu wujud nyata dukungan dari pemerintah
dam optimalisasi penerapan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN).

2.

Pembentukan Tim Nasional Penggunaan Produk Dalam Negeri
(P3DN)
Penerapan kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN) perlu adanya dukungan dari lembaga pemerintah
terkait. Sarana lain yang dapat digunakan untuk memaksimalkan
kebijakan penggunaan barang/jasa hasil produksi serta penyediaan
barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa seperti yang telah
diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, yaitu dengan pembentukan Tim Nasional P3DN dimana
tersusun atas :
Ketua: Menteri Perindustrian

Anggota :
1.

Menteri Dalam Negeri

2.

Menteri Keuangan

3.

Menteri Perdagangan

4.

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

5.

Menteri

Negara

Perencanaan

Nasional/Kepala Badan

Pembangunan

Perencanaan Pembangunan

Nasional
6.

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah

7.

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

8.

Sekretaris Kabinet

9.

Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

10. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Tim Nasional P3DN dibentuk memiliki tugas-tugas sebagai berikut
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 :
a.

merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi dan program untuk
mengoptimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam
negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah;

b.

menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam rangka
memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam
negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah;

c.

melakukan

sosialisasi

secara

menyeluruh

dan

komprehensif

penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia
barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;
d.

menetapkan langkah-langkah strategis dalam rangka penyelesaian
permasalahan yang menghambat pelaksanaan Instruksi Presiden ini;
dan

e.

melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Instruksi
Presiden ini (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009).\
Pembentukan Tim Nasional adalah untuk memaksimalkan kebijakan

pemerintah yang ada terkait dengan Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN). Tentunya dengan dibentuknya Tim Nasional
P3DN ini dapat benar-benar memberikan efek nyata terhadap peningkatan
industri dalam negeri. Dimana kebijakan-kebijakannya diharapkan sangat
mendukung dan melindungi industri dalam negeri dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean 2015.

3. Pemberian Penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN)
Selain itu, dalam rangka mendorong diterapkannya optimalisasi
penggunaan produk dalam negeri, Menteri Perindustrian telah
menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2011
tentang Pedoman Penggunaan Barang/Jasa Produk Dalam Negeri.
Sesuai pedoman tersebut Menteri akan melakukan penilaian dan
memberikan peringkat setiap tahun kepada Pimpinan Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Perangkat Daerah, BI, BHMN, BUMN,
BUMD, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terhadap
penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah.
Tujuan dari pemberian penghargaan P3DN adalah sebagai
berikut12:
1. Mendorong penggunaan produk dalam negeri secara maksimal
pada instansi tersebut di atas.
2. Mendorong pertumbuhan penggunaan produk dalam negeri pada
pengadaan barang/jasa di instansi tersebut di atas
3. Memacu dunia usaha nasional untuk selalu meningkatkan Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta mutu produknya guna
meraih kepercayaan konsumen dalam negeri.
12

Pedoman Pemberian Penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
(P3DN) Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Tahun 2012. Hlm. 3.

4. Mendorong tumbuhnya produk-produk baru dalam negeri untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
5. Memperkuat basis produksi nasional agar mampu bersaing di pasar
dalam negeri dan menjadi prioritas bagi belanja pemerintah.
6. Membangun kesadaran serta menciptakan pemahaman bahwa
industri dalam negeri telah mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat.
7. Memberikan teladan bagi masyarakat untuk menggunakan produk
dalam negeri.
8. Membangun kecintaan bangsa Indonesia terhadap produk dalam
negeri.
Dasar penilaian yang digunakan adalah13:
1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah.
2. Inpres Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam
Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 17 Tahun 2011, tentang
Pembentukan Kelompok Kerja dan Sekretariat Pada Tim Nasional
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam negeri Dalam Pengadaan
Barang/jasa Pemerintah.
4. Peraturan Menteri BUMN Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.
5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN).
7. Peraturan-peraturan serta Program lain yang terkait dengan P3DN
yang diimplementasikan Institusi terkait.

13

Ibid. Hlm 4.

Pemberian penghargaan ini

bertujuan untuk

meningkatkan

semangat dalam menyukseskan kebijakan P3DN ini, karena pada
dasarnya kebijakan ini memiliki tujuan yang baik untuk melindungi
dan menguatkan industri dalam negeri. Dengan demikian memang
perlu adanya dukungan dari lembaga-lembaga pemerintah guna
semakin mendorong penggunaan produk dalam negeri.

4.

Pemberian Sanksi
Pengaturan tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN), terdapat di berbagai peraturan perundang-undangan.
Salah satu peraturan yang tegas mengatur yaitu dalam Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Dimana dalam Pasal 85
dijelaskan bahwa “Untuk pemberdayaan Industri dalam negeri,
Pemerintah meningkatkan penggunaan produk dalam negeri” .
Pengaturan tersebut diteruskan dalam Pasal 86 dimana dinyatakan
bahwa :
2) Produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 wajib
digunakan oleh:
c. lembaga

negara,

kementerian,

lembaga

pemerintah

nonkementerian, dan satuan kerja perangkat daerah dalam
pengadaan barang/jasa apabila sumber pembiayaannya berasal
dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran
pendapatan dan belanja daerah, termasuk pinjaman atau hibah
dari dalam negeri atau luar negeri; dan
d. badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan
badan usaha swasta dalam pengadaan barang/jasa yang
pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja
negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah dan/atau
pekerjaan-nya dilakukan melalui pola kerja sama antara
Pemerintah

dengan

badan

usaha

swasta

mengusahakan sumber daya yang dikuasai negara.

dan/atau

3) Pejabat

pengadaan

barang/jasa

yang

melanggar

ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c.
pemberhentian dari jabatan pengadaan barang/jasa.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif dan besaran denda administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
5) Pengenaan

sanksi

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(2)

dikecualikan dalam hal produk dalam negeri belum tersedia atau
belum mencukupi (UU Perindustrian).
Berdasarkan ketentuan Pasal diatas dapat diketahui bahwa
pemerintah berhak untuk memberikan saknsi administrasi terhadap
lembaga atau instansi yang tidak mendukung pelaksanaan kebijakan
P3DN. Hal ini tentunya didasarkan bahwa tanggung jawab untuk
melakukan perlindungan serta mendukung industri dalam negeri bukan
hanya tanggung jawab salah satu pihak saja, namun perlu adnya
dukungan dari berbagai pihak. Dengan demikian pelaksanaan kebijakan
P3DN dapat benar-benar dilaksanakan guna mendukung industri dalam
negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

1. Dinamika kondisi industri lokal saat ini memerlukan sebuah tatanan baru
dan dorongan dari pemerintah guna dapat bersaing dengan negara-negara
lain di kawasan Asean dalam upaya mewujudkan perekonomian nasional
yang semakin berkembang. Hal tersebut didasarkan pada lemahnya tingkat
persaingan dari industri lokal itu sendiri. Dengan mencermati kondisi
industri di Indonesia yang sedemikian rupa, maka dapat dikatakan
kesiapan industri lokal untuk menghadapi era MEA masih perlu dibenahi
dan seyogyanya mendapatkana perhatian yang serius dari pemerintah.
Dimana pemerintah berkewajiban untuk meminimalisir hambatanhambatan berupa stabilitas perekonomian, ekspor dan impor, serta
investasi. Sehingga dari pada itu, pemerintah dapat melindungi industri
lokal yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.

2. Langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah dalam upaya
optimalisasi peran kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN) antara lain dengan cara sebagai berikut :
a. Pemanfaatan sektor potensial dalam Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN)
Melalui mekanisme pengoptimalkan beberapa sektor yang potensial
dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
b. Pembentukan Tim Nasional
Pembentukan Tim Nasional adalah untuk memaksimalkan kebijakan
pemerintah yang ada terkait dengan Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN). Tentunya dengan dibentuknya Tim Nasional
P3DN ini dapat benar-benar memberikan efek nyata terhadap
peningkatan industri dalam negeri. Dimana kebijakan-kebijakannya
diharapkan sangat mendukung dan melindungi industri dalam negeri
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
c. Pemberian Penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN)
Pemberian penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan semangat
dalam menyukseskan kebijakan P3DN ini, karena pada dasarnya

kebijakan ini memiliki tujuan yang baik untuk melindungi dan
menguatkan industri dalam negeri.
d. Pemberian Sanksi
Salah satu peraturan yang tegas mengatur yaitu dalam UndangUndang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, dalam Pasal 85
dan 86 UU Perindustrian dapat diketahui bahwa pemerintah berhak
untuk memberikan saknsi administrasi terhadap lembaga atau instansi
yang tidak mendukung pelaksanaan kebijakan P3DN.

B. Saran
1. Ada beberaapa hal yang harus dipersiapkan Indonesia Indonesia untuk
memenangkan MEAantara lain :
a. Indonesia harus memperbaiki kualitas SDM nya karena itu faktor
terpenting untuk memenangkan MEA
b. Indonesia harus meningkatkan produktivitasnya agar pasar Indonesia
tidak di banjiri barang dari luar negeri
c.

Indonesia harus meningkatkan daya saing agar tidak kalah bersaing
dengan penduduk negara ASEAN yang lain dalam rangka menghadapi
MEA

2. Tanggung jawab untuk melakukan perlindungan serta mendukung industri
dalam negeri bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak saja, namun
perlu adnya dukungan dari berbagai pihak termasuk stakeholders. Dengan
demikian pelaksanaan kebijakan P3DN dapat benar-benar dilaksanakan
guna mendukung industri dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Sjamsul Arifin. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015:Memperkuat
Sinergi ASEAN Ditengah Kompetisi Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah.
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk
Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja dan Sekretariat Pada Tim Nasional Peningkatan
Penggunaan Produk Dalam negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Menteri BUMN Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2011 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Jurnal
Fasochah. 2010. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
Dalam Menghadapi Dampak Krisis Global. Semarang : STIE Dharmaputra. Vol

17, No.31.
Koesrianti. 2013. Pembentukan Asean Economic Community (AEC) 2015:
Integrasi Ekonomi Berdasar Komitmen Tanpa Sanksi. Jurnal Law Review, Vol.

XIII, No. 2.
Niken Paramita Purwanto. 2015. Kebijakan Penguatan Industri Dalam
Negeri. Dalam Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Pusat Pengkajian

Pengolahan Data dan Informasi Vol. VII, No. 18/II/P3DI/September/2015.
Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat
Jenderal DPR RI.

Lainnya
Arya Baskoro. TT.

Peluang, Tantangan, dan Risiko Bagi Indonesia

dengan Adanya Masyarakat Ekonomi Asean. Center For Risk Management
Studies: http://crmsindonesia.org.

Pedoman Pemberian Penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN) Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
Tahun 2012.
Santoso, W. et.al. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi
ekonomi ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: Biro Riset

Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.
Sella Panduarsa Gareta. 2015. Antaranews, diakses pada tanggal 8
Desember

2015

pukul

23.12

WIB,

melalui

alamat

http://www.antaranews.com/berita/495825/p3dn-dorong-pemberdayaan-industrinasiona.l
http://www.bphn.go.id/data/documents/pkj_2012_-_8.pdf.
http://www.kemenprin.go.id/artikel/8095/Pemerintah-Bentuk-ProgramKomprehensif.
http://www.antaranews.com/berita/510903/pemerintah-terus-dorongpeningkatan-penggunaan-produk-dalam-negeri.