UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA
KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU
Oleh
Istiqomah

Kualitas pembelajaran tercermin dari keberhasilan pembelajaran. Masalah yang
sering terjadi di kelas VI SD Negeri 1 Sinar Mulya adalah rendahnya hasil belajar
siswa, hal ini karena pendekatan pembelajaran yang digunakan belum tepat,
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VI
semester Genap SD Negeri 1 Sinar Mulya tahun pelajaran 2012/2013”.

Penelitian tindakan kelas ini terbagi menjadi dua siklus dimana setiap siklus
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini
dilakukan di SD Negeri 1 Sinar Mulya pada semester II tahun pelajaran
2012/2013 dengan jumlah siswa 35 siswa, terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15
perempuan. Data penelitiannya berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari lembar observasi

sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes pada
akhir siklus.

Dari hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar terhadap pelajaran
matematika pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sinar Mulya tahun pelajaran
2012/2013, Peningkatan aktivitas dan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan
persentase hasil belajar siswa pada setiap siklus yaitu: siklus I dengan persentase
siswa yang tuntas sebesar 62,85 % dan siklus II dengan persentase siswa yang
tuntas sebesar 88,57% ada peningkatan persentase sebesar 25,71%. siklus I
dengan persentase siswa yang aktif sebesar 62,85 % dan siklus II dengan
persentase siswa yang aktif sebesar 88,57% ada peningkatan persentase sebesar
25,71%.

1

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Jika seseoarang memiliki pengetahuan dan keterampilan, maka akan

memiliki kemampuan bertingkah laku yang mandiri di dalam masyarakat dengan
berbekal pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional berikut ini :
“Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan bangsa dan menumbuhkan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan,
sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap serta bertanggung jawab
terhadap masyarakat dan bangsa” ( UUSPN, Nomor 20, 2009 ).
Tujuan nasional ini dapat dicapai melalui pendidikan formal khususnya di sekolah
tersebut dilaksanakan kegiatan belajar. Dalam melakukan belajar mengajar ini di
bina oleh guru yang bertugas untuk menyampaikan berbagai materi pelajaran,
serta bertanggung jawab terhadap moralitas dan mentalitas bagi setiap peserta
didik. Pelaksanaan kegiatan belajar akan dapat tercapai dengan baik. Dari
penjelasan diatas, maka penulis berasumsi bahwa didalam proses belajar sering
dijumpai siswa yang mengalami berbagai masalah belajar.
Proses pembelajara adalah proses belajar mengajar antara guru dan murid. Belajar
diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang

2

diperoleh, sedangkan mengajar adalah kegiatan penyedian kondisi yang
mengarahkan kegiatan belajar siswa atau subjek belajar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta
kesadaran diri sebagai pribadi. Konsep pembelajaran pada hakekatnya adalah
kegiatan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa proses
pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar.
Tetapi karena pola yang dipakai guru selama ini dikelas masih bersifat pengajaran
dan belum membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswa, hendaknya
guru memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan tekhnik yang
banyak melibatkan sswa aktif dalam belajar agar proses pembelajaran matematika
lebih bermakna. Guru dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan strategi,
pendekatan, metode, dan tekhnik belajar yang efektif, sehingga konsep-konsep
matematika dapat dikuasai peserta didik dengan optimal.
Kurang tepat memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang digunakan
akan berdampak pada sulitnya peserta didik menguasai konsep/belajar, sama
halnya denga matematika. Jika dalam penguasaan konsep matematika terhambat
akan berpengaruh terhadap konsep matematika selanjutnya, karena matematika
ilmu terstruktur. Agar konsep-konsep matematika dapat dikuasai siswa dengan
optimal, guru harus mampu mengaktifkan siswa dalam pemebalajaran. Guru harus
mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam dan menyenangkan serta

efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan proses belajar mengajar
dikelas masih banyak guru yang melakukan aktivitas menagajar dan
memamndang siswa sebagai penonton, guru mengajar dan bukan membelajarkan
siswa, memberikan konsep dan siswa menerima bahan jadi. Guru cenderung

3
menyampaikan materi saja, masalah pemahaman dan kualitas penerimaan materi
kurang mendapat perhatian secara serius.
Masalah yang dihadapi guru dikelas VI pokok bahasan pecahan adalah siswa
kurang memperhatikan penjelasan dari guru, banyak siswa yang ngobrol denag
temen satu bangkunya disaat guru sedang menjelaskan, dalam mengerjakan soal
siswa kurang percaya diri dengan jawabanya sendiri sehingga siswa cenderung
melihat jawaban orang lain. Dalam pembelajaran jarang ada siswa yang bertanya,
baik terhadap guru dan temannya. Bila menghadapi soal latihan yang sulit, hanya
sebagian siswa yang tertantang untuk menyelesaikannya, siswa lain hanya
menunggu guru membahas soal yang diberikan. Diduga hal tersebut menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada table berikut :
Tabel. Nilai Ulangan Harian Matematika Pada Pokok Bahasan Pecahan Kelas VI
SD Negeri 1 Sinar Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan KKM = 60.
No Rentang Nilai


Jumlah

Nilai

siswa

KKM

Persentase

Kategori

1

60 – 100

16

60


45, 71 %

Tuntas

2

0 – 59

19

60

54, 29 %

Belum Tuntas

35

100 %


Sumber : Buku Nilai Kelas VI SD Negeri 1 Sinar Mulya
Berdasarkan data diatas, 35 siswa yang dapat mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal ( KKM = 60 ) hanya 16 siswa ( 45, 71 % ) dan yang memperoleh nilai
dibawah KKM Adalah 19 siswa ( 54,29 %). Maka dapat dikatakan bahwa

4
sebagian besar siswa kelas VI SD Negeri 2 Sinar Mulya pada pokok bahasan
pecahan masih rendah ( 54,29 %). Oleh karena itu, untuk mengantisispasi masalah
tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat. Guru harus mempunyai
strategi agar pembelajaran menjadi menarik dan siswa dapat belajar secara efektif,
salah satunya denga pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual ( Contextual Teaching and learning ) adalah Konsep
belajar yang mengaitkan antar materi yang diajarkan denga situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetrahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, tujuh
komponen

utama


(contructivisme),

pembelajaran
inkuiri

(inquiry),

kontekstual,
bertanya

yaitu

:

Kontruktivisme

(questioning),

masyarakat


belajarlearning (community), pemodelan (modeling), refleksi (refrection), dan
penilaian autentik (authentic assessment) ( Trianto, 2009 : 107 ). Misalnya : Siswa
mempunya satu buah apel. Jika apel tersebut dibagi menjadi dua bagian maka


hasilnya setengah (), kemudian apel tersebut dibagi menjadi dua bagian lagi


maka hasilnya seperempat (), jadi siswa dapat memahami bagaimana suatu

konsep pecahan.
1.2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami identifikasi masalah sebagai berikut
:
a. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika karena menganggap bahwa
matematika pelajaran yang sulit


5
b. Kurangnya penguasaan konsep-konsep matematika
c. Kurangnya motivasi yang dimiliki oleh siswa
d. Kurang tepatnya strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran
e. Aktifitas siswa yang kurang sehingga berkurangnya minat belajar siswa.

1.3.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan Identifikasi masalah di atas, maka peneliti
merumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah meningkatkan aktifitas belajar metematika siswa dengan
menggunakan pendekatan kontekstual pada kelas VI SD Negeri 1 Sinar
Mulya?
2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar metematika siswa dengan
menggunakan pendekatan kontekstual pada kelas VI SD Negeri 1 Sinar
Mulya?


1.4.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI SD Negeri 1 Sinar
Mulya.

6
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI SD Negeri 1 Sinar
Mulya.

1.4.2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi siswa, penelitian ini berguna untuk membedakan antara pendekatan
kontekstual dengan pembelajaran kooperatif guna meningkatkan aktivitas
siswa yang bersdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
b. Bagi guru, memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan
pemebelajaran yaitu strategi dengan pendekatan kontekstual, memperbaiki
kinerja guru, meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi agar materi penelitian ini tidak melampaui batas dari lingkup
yang penulis teliti, maka penulis membatasi ruang lingkup pada penelitian
tindakan kelas ini. Adapun yang yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah:
1.

Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat

hubungan

antara

pengetahuan

yang

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

dimilikinya

dengan

7
2.

Aktivitas belajar adalah

segala kegiatan yang dilakukan dalam proses

inetraksi ( guru dan siswa ) dalam rangka mencapai tujuan belajar, sedangkan
indicator yang dinilai pada aktifitas ini adalah
a. Memperhatikan penjelasan guru
b. Menjawab pertanyaan guru
c. Bertanya kepada guru atau menanggapi pertanyaan saat pembelajaran
d. Diskusi ( Mengerjakan LKS )
e. Merangkum Materi Pelajaran .
3.

Hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa dalam memahami dan
menguasai pelajaran matematika yang di ukur dari skor atau angka
berdasarkan tes hasil belajar pada Pecahan dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual.

4.

Subjek Penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Sinar Mulya Tahun
Pelajaran 2012/2013.

5.

Objek Penelitian adalah hasil belajar dan aktivitas siswa pada pokok bahasan
Pecahan.

6.

Waktu Penelitian adalah semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

7.

Tempat Penelitian adalah SD Negeri 1 Sinar Mulya.

8

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kewajiban dari semua pelajar juga mahasiswa, karena dengan
belajar seseorang dapat merubah perilaku dari akibat belajar tersebut. Belajar juga
dapat merubah perilaku seorang yang baru sebagai hasil pengalamannya dalam
interaksi dengan lingkungannya.
“ belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut
akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individunitu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” Menurut
Ahmadi dan Supriyono ( 2007: 59 ).
“ belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu
tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, dan
memahami sesuatu yang dipelajari” Menurut Wijaya (2005:36).
Dari kedua ahli diatas, maka dapat dijelaskan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya

9
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan tersebut akan dinyatakan dalam
seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif,
proses mereaksi terhadap terhadap semua situasi yang ada disekitar individu,
proses yang di arahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman, proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang di pelajari.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yag
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik”.
(wilkpedia.com. November 2009)
Dari pengertian diatas, maka dpat dijelaskan bahwa pembelajaran adalah usaha
sadar dari guru untuk membantu siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengandidapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dank arena adanya
usaha. Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang
searah. Kehiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah
kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

2.2 Aktivitas belajar
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses
inetraksi ( guru dan siswa ) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang
dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, belajar
aktif adalah suatu system belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa

10
secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar
khususnya pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang
tinggi antara guru dengan siswa atau pun dengan siswa sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masng-masing
siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang
timbul dari siswa akan menghasilkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah kepada peningkatan prestasi.

Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang
ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan
pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan juga hakikat pembelajaran.
Untuk menciptakan proses belajar yang efektif, hal yang harus dipahami guru
adalah fungsi dan peranannya dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai
pembimbing, fasilitator, nara sumber, atau pemberi informasi. Proses belajar yang
terjadi tergantung pada pandangan guru terhadap makna belajar yang akan
mempengaruhi aktivitas siswa-siswanya. Dengan demikian, proses belajar perlu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk mendukung hal tersebut,
diperlukan pemahaman para guru mengenai karakteristik siswa dan proses
pembelajarannya, khususnya di SD kelas rendah.

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan
kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-

11
kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di
Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun.
Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun.
Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini.
Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki
anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa tugas perkembangan siswa sekolah
diantaranya:
a)

mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari,

b) mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai,
c)

mencapai kebebasan pribadi,

d) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi
institusi sosial. (Makmun, 1995: 68)

Beberapa keterampilan akan dimiliki oleh anak yang sudah mencapai tugas-tugas
perkembangan pada masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia 6-13 tahun.
Keterampilan yang dicapai diantaranya, yaitu social-help skills dan play skill.
Social-help skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di
tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi.
Keterampilan ini akan menambah perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai
anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif).

12
Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapat menunjukkan keakuannya tentang
jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat,
mampu berbagi, dan mandiri. Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan
motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang
terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan
di masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh
aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak
mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi
diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan
operasional konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku
belajar sebagai berikut:
a)

Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke
aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,

b) Mulai berpikir secara operasional,
c)

Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan bendabenda,

d) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah
sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
e)

Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar
anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

13
1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit
yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan
bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai
disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal
umum ke bagian demi bagian.
3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap
mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan
antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor dari
dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkugan.

14
Sesuai yang dikatakan oleh Slameto ( 2003 : 54 ) “Hasil belajar dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor interal dan faktor eksternal”.
Faktor internal berasal dari diri siswa itu sendiri sedangkan faktor eksternal
berasal dari luar diri siswa seperti faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Faktor
sekolah juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa seperti kondisi sekolah,
sarana dan prasarana sekolah dan juga strategi atau model pembelajaran yang
digunakan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu, hasil belajar juga
dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal siswa tentang materi yang akan
dipelajarai.

2.4 Pendekatan Kontekstual

a.

Pendekatan Kontekstual ( contextual teaching and learning )

Pendekatan Kontekstual ( contextual teaching and learning ) adalah konsep belajar
yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu :
Kontruktivisme (contructivisme), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat

belajarlearning (community),

pemodelan

(modeling),

refleksi

(refrection), dan penilaian autentik (authentic assessment) ( Trianto, 2009 : 107 ).
Sedangkan pembelajaran kontekstual menyandarkan pada memori special.
Pemilihan informasi didasarkan pada kebutuhan individu siswa. Pembelajaran

15
kontekstual juga selalu mengaitkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki
siswa. Dalam pelaksanaanya, pembelajaran ini merupakan penilaian autentik.
Pembelajaran kontekstual sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan
menunjuka kondisi alamiah dari pengetahuan.

Kemudian pendekatan ini memberikan pengalaman yang lebih relevan dan berarti
bagi siswa dalam membangun kemampuan yang akan diterapkannya seumur
hidup melalui hubungan di dalam dan luar kelas (Depdiknas, 2005). Pembelajaran
ini berusaha menyajikan suatu konsep materi yang dikaitkannya dengan konsep
materi tersebut digunakan, sehingga pengalaman belajarnya lebih realities dan
biasanya akan berdaya tahan lama.

b. Langkah-langkah pendekatan kontekstual
1. Konstruktivisme ( constructivism )
Constructivism merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangunoleh masnusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan
diingat. Manusia harus mengkunstruksi pengetahuan itu dan member makna
melalui pengalaman nyata.
Dengan dasar itu, pembelajran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi,
bukan menerima pengetahuan. Dalam proses ini, siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

16
Landasan berfikir konstruktivisme agak beda dengan kaum objektif, yang lebih
menekankan pada hasil pembelajran. Untuk itu, tugas guru adala memfasilitasi
proses tersebut dengan :
a. Menjadikan pengetahuan bermakna da relevan bagi siswa
b. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
( Riyanto, 2008:140 )

2. Menemukan ( Inquiry )
Menemukan merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dari keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.guru harus
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang
diajarkannya.Siklus inquiry :

a). Observation
b). Questioning
c). Hipotesis
d). Data gathering
e). Conclusion ( Riyanto, 2008:140 )

Langkah-langkah Kegiatan Menemukan ( inquiry ) :
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi

17
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan bagan, table
atau karya lainnya
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiensi yang lain. ( Riyanto, 2008:148 )

3. Bertanya ( Questioning )
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,
danmemiliki kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa bertaya merupkan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam sebuah pembelajaran yang
produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Menggali informasi baik administrasi maupun akademis
Mengecek pemahaman siswa
Membangkitkan respon kepada siswa
Mengetahui sejauh mana yang sudah diektahui siswa
Mengfokuskan perhatia siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan bagi siswa
Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. ( Riyanto, 2008:148).

Hamper pada semua aktifitas belajar questioning ini dapat diterapkan antara siswa
dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru. Aktivitas
bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.

18
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerja sama orang lain. Hasil belajar diperoleh dari shering dengan teman,
antar kelompok dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru
disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok

belajar.

Kelompok siswa bias sangat bervariasi bentuknya baik keanggotaannya, jumlah,
bahkan meliibatkan siswa kelas diatasnya, atau guru mengadakan kolaborasi
dengan mendatangkan seorang ahli ke atas. Masyarakat belajar bias melibatka
siswa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru mengajar
siswanya bukanlah contoh masyarakat belajar. Dalam contoh ini yang benar hanya
siswa bukan guru. Dalam masyarakat belajar dua kelompok ( atau lebih ) yang
terlibat dalam masyarakat belajar member informasi yang diperlukan oleh teman
bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari taman
belajarnya. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain
bias manjadi sumber belajar dan ini berarti setiap orang akan kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman. Praktik metode ini dalam pemebalajaran terwujud
jika :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pembentukan kelompk kecil
Pembentukan kelompok besar
Mendatangkan ahli ke atas
Bekerja dengan kelas sederajat
Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
Bekerja dengan masyarakat. ( Riyanto, 2008:162 )

19
5. Pemodelan ( Modeling )
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu, ada model
yang bias ditiru. Model itu bias berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan dan
sebagainya. Atau guru memberikan contoh cara mengerjakan sesuatu. Dalam
pendekatan kontekstual, guru bukan satuny-satunya model.

6. Refleksi ( Reflection )
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang harus dipelajari atau berfikir
kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Siswa
mengahdapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau refleksi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan baru
yang di terimanya. Pada akhir pembelajaran, guru menyisahkan waktu sejenak
agar siswa melakukan refleksi, refleksinya berupa :
a.
b.
c.
d.
g.

Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
Catatan atau jurnal di buku siswa
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
Diskusi
Hasil karya ( Riyanto, 2008:162 )

7. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment )
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bias memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bias memastikan bahwa siswa mengalami proses

20
pembelajaran

dengan

benar.

Apabila

data

yang

dikumpulkan

guru

mengidentifikasikan bahwa sswa mengalami kemacetan belajar, maka guru dapat
segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan disepanjang proses
pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan diakhir periode pembelajaran
seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan bersama dengan
secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.
Karakteristik Authentic Assessment :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Dilaksanaka selama dan sesudah proses pembelajaran bersinggung
Bias digunakan untuk formatif maupun sumatif
Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta
Berkesinambungan
Terintegrasi
Dapat digunakan sebagai feed Back

Hal-hal yang bias digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa :
a. Proyek/kegiatan dan laporan
b. PR
c. Kuis
d. Karya siswa
e. Persentasi atau penampilan siswa
f. Demonstrasi
g. Laporan
h. Jurnal
i. Hasil tes tertulis
h. Karya tulis. ( Riyanto, 2008:169 )
Intinya denga Authentic Assessment, pertanyaan yang ingin di jawab adalah “
apakah anak-anak belajar ? “, bukan “apa yang sudah diketahui ?” jadi, siswa
dinilai kemampuannya dengan berbagai cara.
Karakteristik pembelajaran CTL :
a.
b.
c.
d.

Kerja sama
Saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah

21
e.
f.
g.
h.
i.
j.
i.

Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif
Sharing dengan teman
Siswa kritis guru kreatif
Diding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta,
gambar dan lain-lain
Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil kerja siswa, laporan
hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain. ( Riyanto, 2008:170 )

c. Kelebihan pendekatan kontekstual
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena pendekatan kontekstual menganut aliran kontruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
d. Kelemahan pendekatan kontekstual
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam pendekatan kontekstual
guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan
dan keterampilan yang baru bagi siswa.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Sumber

:

http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-

contextual-teaching.html

22

2.5 Materi penelitian
Tujuan pembelajaran dalam penelitian ini adalah sesuai dengan model
pembelajaran yang penulis gunakan yaitu dengan pendekatan kontekstual dimana
model pembelajaran ini mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata yang ada
dalam lingkungan siswa, karena setelah pembelajaran ini selesai digunakan
diharapkan siswa dapat menerapkan materi pecahan ini dalam kehidupan seharihari.
Materi matematika yang penulis teliti adalah :
a. Menyederhanakan Pecahan
Cara menyederhanakan sebuah pecahan adalah sebagai berikut :
1). Bentuk pecahan sederhana dari
:

=

:

=

:

:



adalah sebagai berikut :

=

Jadi, pecahan paling sederhana dari

adalah

b. Mengurutkan Pecahan
Cara mengurutkan sebuah pecahan adalah sebagai berikut :
1). Diketahui pecahan-pecahan , , ,

a. Urutkanlah pecahan-pecahan diatas mulai dari yang terkecil !
b. Urutkanlah pecahan-pecahan diatas mulai dari yang terbesar !

Jawab :
Ubahlah pecahan-pecahan tersebut menjadi pecayahan yang penyebutnya sama.
KPK dari penyebut-penyebutnya ( 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 ) adalah 12, maka :
=

=

=

=

23


=

=

=

1
1 6
6
=
=
2
2 6
12

=

Jika penyebutnya telah sama, untuk mengurutkannya kalian hanya perlu
membandingkan pembilangnya saja. Sehingga dapat ditentukan urutannya berikut
ini :
a. Urutkan pecahan-pecahan diatas mulai dari yang terkecil adalah

3 4 5 6
, , ,
12 12 12 12

8
12

Jadi, urutan pecahan dari yang terkecil adalah , ,

, ,

b. Urutkan pecahan-pecahan diatas mulai dari yang terbesar adalah
8 6 5 4
,
, ,
12 12 12 12

3
12

Jadi, urutan pecahan dari yang terkecil adalah , ,

,

2.6 Kerangka Pikir
Penerapan metode konvensional dalam pembelajaran matematika membuat siswa
merasa bosan dan enggan belajar, sehingga aktivitas pembelajaran cenderung
rendah. Pengunaan Pendekatan Kontekstual dapat menjadi alternative dalam
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pembelajaran metematika pada
pokok bahasan pecahan.
Tahapan perkembangan usia anak SD yang masih dalam tahap oprasional konkret,
menurut guru untuk aktif dalam mengkombinaskan metode pembelajaran di kelas.

24
Pendekatan kontektual dapat menjadi salah satu alternative dalam pembelajaran
matematika. Dimana tahapan pada pendekatan kontekstual adalah
a. Konstrukstivisme ( constructivism )
b. Menemukan ( inquiry )
c. Bertanya ( Questioning )
d. Masyarakat belajar ( learning Community )
e. Pemodelan ( modeling )
f. Refleksi ( reflection )
g. Penilaian Sebenarnya ( authentic Assessment ).

2.7 Hipotesis
Hipotesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada peningkatan aktivitas belajar matematika dengan pendekatan
kontekstual siswa kelas VI SD Negeri 1 Sinar Mulya Tahun Pelajaran
2012/2013.
2. Ada peningkatan hasil belajar matematika dengan pendekatan kontekstual
siswa kelas VI SD Negeri 1 Sinar Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013.

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sedangakan model yang digunakan
adalah pendekatan kontekstual. Pemilihan pendekatan ini didasarkan pendapat
bahwa penelitian tindakan kelas mampu menawarkan cara atau prosedur baru
untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran
di kelas dengan melihat berbagai indicator keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran yang terjadi pada siswa.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1

Tempat Dan Waktu penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilakukan terhadap siswa kelas VI
SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu pada
pokok bahasan Pecahan. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu. Selama
proses pembelajaran pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kontekstual.
Jumlah siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian sebanyak 35 orang siswa,
yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Dari seluruh
siswa kemudian dikelompokkan kedalam 8 kelompok secara acak berdasarkan
hasil belajar matematika sebelumnya. 5 kelompok beranggotakan 4 orang, dan 3
kelompok beranggotakan 5 orang. dimana di dalam setiap kelompok harus

26
terdapat paling sedikit satu orang siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari
pada siswa yang lain. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan mengaktifkan
mereka dalam bekerjasama dalam kelompoknya. Selama dalam penelitian ini
peneliti dibantu oleh seorang guru mitra dari SD Negeri 1 Sinar Mulya Kecamatan
Banyumas Kabupaten Pringsewu sebagai mitra sejawat.
3.3 Pelaksanaan Tindakan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian meliputi :
3.3.1

Tahap Pra Penelitian

1.

Menentukan dasar yang digunakan untuk mengetahui peningkatan individu

2.

Sekor diperoleh dari ulangan harian kemudian dilakukan pembentuka
kelompok yang heterogen

3.

Menjelaskan

maksud

dan

langkah-langkah

menggunakan pendekatan kontekstual

pembelajaran

dengan

27
3.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Tindakan
Pelaksanaan

Pengamatan
( Observasi)

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Tindakan
Perbaikan

Pengamatan
( Observasi)

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS III

Tindakan
Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penelitan tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, yang dilaksanakan
selama 3 minggu. Gambaran tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
diuraikan pada bagian berikut ini:

28
a.

Siklus I

1) Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap perancaan pada penelitian tindakan kelas ini
antara lain adalah;
a)

Membuat silabus yang sesuai dengan pokok bahasan yaitu Bilangan Pecahan.

b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
langkah-langkah metode Pembelajaran menggunakan metode inkuiri.
c)

Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diberikan.

d) Mempersiapkan lembar evaluasi dan soal tes tertulis sebagai alat evaluasi
siswa.

2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan perbaikan
pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Tindakan ini untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran dikelas. Langkah yang akan dilakukan pada
tahap ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dengan
skenario pembelajaran sebagai berikut:
a)

Guru meminta siswa untuk berdoa terlebih dahulu, lalu membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam.

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengenalkan kepada siswa halhal dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan.
c)

Membagi siswa kedalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 dan ada
yang 5 orang siswa.

29
d) Menyampaikan materi tentang pokok bahasan Pecahan selama kurang lebih
10 sampai 15 menit. kemudian dilanjutkan dengan pemberian latihan soal.
e)

Menganjurkan kepada siswa untuk mendiskusikan dalam kelompok tentang
materi yang telah disampaikan yang dilanjutkan dengan mengerjakan latihan
yang disediakan.

f)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok untuk bertanya.

g) Guru mengamati diskusi dan kerja kelompok dengan memberikan bimbingan
jika perlu.
h) Salah seorang siswa pada setiap kelompok mewakili kelompoknya
mempresentasikan hasil kelompoknya di kelas dihadapan kelompok lainnya.
i)

Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan kerja kelompok.

j)

Memberikan penguatan pada materi ajar, yakni mengulas kembali materi
yang disampaikan dengan memberikan soal latihan untuk dikerjakan.

k) Sebagai akhir pembelajaran siswa diberikan tes secara tertulis berupa tes
formatif untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa telah memahami materi
Pecahan.

3) Pengamatan atau Observasi
Dalam pengamatan penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerjasama dengan
guru mitra yaitu salah seorang guru pelajaran matematika di SD Negeri 1 Sinar
Mulya yang bertugas mengamati selama proses kegiatan pembelajaran
berlangsung. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam catatan lapangan yang telah
dipersiapkan.

30
4) Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis kelemahan dan kekurangan
yang ditemukan selama pelaksanaan siklus ini dilihat dari hasil tes dan
pengamatan sebagai dasar perbaikan pada siklus selanjutnya.
b. Siklus II
Pelaksanaan Siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan melalui
tahapan yang sama sebagaimana tahapan pada siklus I. Berdasarkan pada hasil
analisis pelaksanaan siklus I yang belum tercapai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan. Dalam proses kegiatan pembelajaran pada siklus II ini, setiap
kelompok disediakan lembar kerja soal dan siswa diberi kesempatan untuk
berdiskusi bagaimana cara penyelesainnya.
c.

Siklus III

Pelaksanaan siklus III berdasarkan hasil refleksi pada siklus II dengan tahapan
yang sama sebagaimana pada siklus I dan siklus II sebelumnya. Siklus III ini
dilakukan mengingat indicator keberhasilan belum tercapai pada siklus
sebelumnya. Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran dilakukan berdasarkan
hasil refleksi yang telah dilakukan terhadap hasil observasi dan evaluasi terhadap
tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

31
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk

memperoleh

data

selama

pelaksanaan

penelitian,

maka

teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah:
1) Tes
Tes dilaksanakan setiap akhir siklus. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa setelah diterapkannya Pendekatan Kontekstual.
2) Observasi
Observasi bertujuan untuk mengetahui aktifitas belajar siswa yang terjadi selama
proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Observasi berupa penelitian
secara langsung melihat proses pembelajaran yang terjadi di SD Negeri 1 Sinar
Mulya.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini meliputi:
1) Lembar obeservasi
Digunakan untuk mengetahui segala aktifitas siswa yang terjadi pada saat
pendekatan kontekstual berlangsung. Sehinggah aktifitas dan hasil belajar dapat
telihat peningkatannya.

2) Perangkat Tes
Digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa pada
setiap akhir siklus, guna mengetahui tingkat pencapaian pemahaman dan
penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan pada setiap siklus.

32
3) Catatan Lapangan
Catatan Lapangan ini berupa catatan yang dibuat oleh peneliti dan bekerjasama
dengan seorang guru mitra selama pelaksanaan penelitian sebagai bahan analisis
secara keseluruhan mengenai aktifitas guru peneliti dan siswa selama pelaksanaan
tindakan perbaikan pembelajaran berlangsung.
3.5 Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada penelitian ini sudah dianggap
berhasil apabila :
1. Terjadi peningkatan persentase belajar siswa yang mendapat nilai ≥60 pada
siklus berikutnya dan pada akhir siklus II.
2. Persentase siswa yang aktif pada setiap siklus minimal ada peningkatan dari
siklus pertama dengan siklus berikutnya.
3.6 Teknik Analisis Data
Pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan akan menghasilkan hasil yang
lebih baik jika diukur dengan tes hasil belajar. Untuk mengetahui pencapaian
tingkat pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan (hasil
belajarnya) yaitu dengan menghitung perolehan nilai tes yang didapatkan masingmasing siswa pada pokok bahasan Bilangan Pecahan melalui pembelajaran
dengan menggunakan metode inkuiri untuk setiap siklus digunakan rumus:
X

 N .S x100%
N

Keterangan:
-

x

= Nilai rata-rata tes

33
-

ΣNS

= Jumlah nilai seluruh siswa

N = Jumlah siswa

(Sudjana, 2005:67)

Sedangakan untuk penilaian aktifitas dilakukan dengan melihat indicator yang
dinalai pada saat pendekatan kontekstual berlangsung. Yaitu ada lima indicator
yang meliputi :
1.

Memperhatikan penjelasan guru

2.

Menjawab pertanyaan guru

3.

Bertanya kepada guru atau menanggapi pertanyaan saat pembelajaran

4.

Diskusi ( Mengerjakan LKS )

5.

Merangkum Materi Pelajaran

Dan Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :
1.

A : Aktif ( Jika jumlah indokator ≥ 4 )

2.

TA : Tidak Aktif ( Jika jumlah indokator ≤ 4 )

47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN
Siklus I dan Siklus II dilaksanakan setiap siklus dua kali pertemuan, yaitu pada
tanggal 08 - 17 Januari 2013

dengan materi pembelajaran Pecahan melalui

pendekatan kontekstual. Pada setiap siklus ini berlangsung selama 4 jam pelajaran
( 4 x 35 menit ) yaitu diadakan penelitian tindakan kelas pada siklus I dan Siklus
II, penulis menyajikan hasil belajar dan aktifitas belajar matematika dengan
menggunakan pendekatan kontekstual, seperti yang tertera pada tabel berikut :
Hasil observasi pengamatan aktivitas belajar siswa siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Nama Siswa
TF
RS
YDM
FA
TS
AS
A Sp
AR
AM
AA
A St
HM
DP
ID
I
IS

Jumlah
4
3
4
3
4
2
2
2
4
3
3
3
4
2
3
5

Kriteria
A
TA
A
TA
A
TA
A
TA
TA
TA
A
TA
TA
TA
A
TA
TA
A

48
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

LK
LH
MK
M
PK
PH
LA
RAK
R
Rw
TY
RJ
AMS
AK
UR
IK
MJ
UK
S
Jumlah Nilai
Persentase

4
3
4
3
4
4
3
4
4
3
2
5
3
3
2
2
3
2
2
111

A
A
A
A
A
A
A

TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA

37,14% 62,86%

Kriteria :
A
: Aktif ( jika jumlah indikator ≥4 )
TA
: Tidak Aktif ( jika jumlah indikator ≤4 )
Hasil observasi aktivitas belajar peserta didik pada siklus I, dalam proses
pembelajaran ada perubahan yaitu siswa yang sudah bekerja sama dan tidak raguragu mengeluarkan pendapatnya. Hal ini menunjukan peningkatan peserta didik
yang aktif meningkat menjadi 13 siswa sekitar 37,14% dari 35 peserta didik.
Namun masih ada yang perlu diperhatikan siswa yang “tinggal” dalam kelompok
tidak menshering informasi dan hasil kerjanya kepada tamu mereka. Untuk
mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam menyerap materi yang
diberikan maka diadakan tes formatif. Hasil tes formatif tersebut dapat dilihat
pada table berikut :

49

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Nama Siswa

Nilai
TF
60
RS
55
YDM
60
FA
55
TS
60
AS
75
A Sp
55
AR
65
AM
60
AA
55
A St
55
HM
60
DP
60
ID
70
I
60
IS
55
LK
60
LH
55
MK
70
M
60
PK
60
PH
60
LA
55
RAK
60
R
60
Rw
55
TY
60
RJ
60
AMS
55
AK
60
UR
65
IK
40
MJ
60
UK
65
S
75
Jumlah Nilai
2090
Rata-rata
59,86
Persentase siswa yang mendapat nilai ≥60 ( T )
Target KKM = 60
Keterangan :
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas

Kategori T/TT
TT
T
T
T
T
TT
TT
TT
T
TT
TT
T
T
T
TT
T
T
TT
T
T
T
T
TT
T
T
TT
T
T
TT
T
T
T
T
TT
TT
62,85%

50
1.1

Refleksi Siklus I

Pada akhir siklus I diperoleh data bahwa hasil belajar siswa belum memenuhi
indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari diagram
berikut ini :
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
Siswa Tuntas

30,00%

Siswa Tidak Tuntas

20,00%
10,00%
0,00%

Siswa
Tuntas

siswa Tidak
Tuntas

Hal ini disebabkan karena penerapan pendekatan kontekstual belum memenuhi
kondisi yang diharapkan. Selain itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a.

Sebagian besar siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.

b.

Siswa masih kesulitan beradaptasi dengan teman dalam satu kelompoknya.

c.

Diskusi kelompok dalam belajar masih kurang.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan untuk siklus berikutnya adalah sebagai
berikut :
a.

Guru perlu lebih memperhitungkan alokasi waktu baik penyampaian
materi, kegiatan diskusi kelompok, maupun dalam presentasi hasil
kelompok.

51
b.

Guru menjelaskan kembali aturan pelaksanaan pembelajaran.

c.

Guru lebih memotivasi siswa agar bekerja sama dalam kelompok dan
berani mengajukan pertanyaan.

Setelah melakukan evaluasi, maka pembelajaran melanjutkan ke siklus II dengan
hasil aktifitas dan hasil belajar sebagai berikut :
Hasil observasi pengamatan aktivitas belajar siswa siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Nama Siswa
TF
RS
YDM
FA
TS
AS
A Sp
AR
AM
AA
A St
HM
DP
ID
I
IS
LK
LH
MK
M
PK
PH
LA
RAK
R
Rw
TY
RJ
AMS
AK
UR

Jumlah
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
4
3
4

A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A

Kriteria
TA

TA

TA
TA

52
32
33
34
35

A
TA

IK
MJ
UK
S
Jumlah Nilai
Persentase

4
5
5
3
142

A
A
A

TA

88,57% 11,43%

: Aktif ( jika jumlah indikator ≥4 )
: Tidak Aktif ( jika jumlah indikator ≤4 )

Kriteria :

Hasil observasi aktivitas belajar peserta didik pada siklus II, dalam proses
pembelajaran ada perubahan yaitu siswa yang sudah bekerja sama dan tidak raguragu mengeluarkan pendapatnya. Hal ini menunjukan peningkatan peserta didik
yang aktif meningkat menjadi 31 siswa sekitar 88,57% dari 35 peserta didik.
Untuk mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam menyerap materi
yang diberikan maka diadakan tes formatif. Hasil tes formatif tersebut dapat
dilihat pada table berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nama Siswa
TF
RS
YDM
FA
TS
AS
A Sp
AR
AM
AA
A St
HM
DP
ID
I
IS
LK
LH
MK

Nilai

Kategori T/TT

65
70
65
70
75
85
70
75
70
55
70
75
70
80
65
60
75
75
85

T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
T
T
T
T
T
T
T
T

53
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

M
70
PK
75
PH
70
LA
70
RAK
80
R
65
Rw
65
TY
65
RJ
70
AMS
55
AK
55
UR
70
IK
55
MJ
75
UK
75
S
85
Jumlah Nilai
2455
Rata-rata
70,14
Persentase siswa yang mendapat ≥60 (T)
Target KKM = 60

T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
TT
T
TT
T
T
T
T
88,57%

Keterangan :
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
1.2

Refleksi Siklus II

Pada akhir siklus II diperoleh keterangan bahwa hasil belajar siswa sudah
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan
karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Peningkatan tersebut dapat dilihat di diagram berikut ini :

54
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%

Siswa Tidak Tuntas

40,00%

Siswa Tuntas

30,00%
20,00%
10,00%
0,00%

Siswa Tuntas

Siswa Tidak
Tuntas

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
kontekstual pada pelaksanaannya perlu memperhatikan alokasi waktu dengan baik
dalam penyajian materi, kegiatan diskusi kelompok, maupun dalam persentasi
hasil kerja siswa. Guru perlu memberikan penjelasan tentang pelaksanaan
pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa agar bekerja sama dalam
kelompok dan berani mengajukan pendapat atau pun pertanyaan. Selain itu guru
hendaknya memaparkan lebih jelas materi yang akan disampaikan, Memberikan
arahan kepada siswa agar bekerjasama dan saling membantu dalam memahami
materi dan ketika mengerjakan soal.

4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukakan, maka hasilnya dapat di
bahas yait pada siklus I persentase aktifitas dan hasil belajar siswa sebesar
59,86%, persentase ini menggambarkan bahwa siklus tersebut hanya sedikit siswa

55
yang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa baru
pertama kali mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sehingga
kegiatan utama yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran masih terpaku
pada penjelasan guru, membaca buku dan mengerjakan latihan. Siswa masih
belum mempercayai teman sekelompoknya sehingga lebih memilih untuk
bertanya langsung kepada guru jika terdapat hal yang tidak dimengerti. Beberapa
siswa masih kesulitan dalam beradaptasi dengan teman dalam kelompoknya,
sehingga mereka cenderung untuk mengerjakan latihan secara individu. Pada saat
ini pembentukan kelompok serta penjelasan pembelajaran yang akan diterapkan
menyita waktu yang lebih banyak dari yang direncanakan sehingga dengan
kesepakatan bersama siswa, kegiatan persentasi dilakukan sebagian besar pada
jam pulang. Pad

Dokumen yang terkait

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11

0 11 46

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS V SD NEGERI 3 ADILUWIH TAHUN PELAJARAN 20112012

0 13 30

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 SUKARAME BANDARLAMPUNG

1 18 73

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN PENDEKATAN TEMATIK KELAS I SEMESTER GENAP SD NEGERI 3 REJOSARI KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012

0 5 116

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 REJOSARI KECAMATAN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 52

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP KELAS IV SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU

1 34 61

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU

2 12 60

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ADCHIEVEMENT DEVISION PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 BANYUMAS KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU

1 25 60

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUSUNAN BARU BANDARLAMPUNG

0 6 44

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di SDN Neglasari 02

1 13 149