Hubungan Anemia Defisiensi Besi Terhadap Gangguan Konsentrasi

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsentrasi Belajar

2.1.1. Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan (emon,2009). Slameto (2003) berpendapat bahwa dalam belajar,berkonsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadao suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sutu objek.Misalnya konsentrasi pikiran,perhatian dan sebagainya. Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat pada suatu pelajaran. Maka konsentrasi merupakan salah satu aspek pendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik. Apabila konsentrasi berkurang maka dalam mengikuti pelajaran dikelas maupun belajar secara pribadi pun dapat terganggu.

Menurut Deny Hendrata (2007) konsentrasi adalah sumber kekuatan pikiran akan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa. Pikiran tidak bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu yang bersamaan. Apabila konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan suatu hal. Apabila konsentrasi seseorang masih cukup kuat maka dapat mengingat suatu hal dalam waktu yang lama.

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran,perhatian serta kesadaran terhadap suatu pelajaran yang mengesampingkan hal hal yang tidak ada hubungannya dalam proses belajar.


(2)

2.1.2. Aspek Konsentrasi Belajar

Menurut Nugroho (2007) aspek-aspek konsentrasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan,nyaman,perhatian sesorang dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.

b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan yingkah laku yang lebih baik dalam memnuhi kebutuhannya.

c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya.

d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bukan dari individu melainkan dorongan/tuntutan dari orang lain atau lingkungan.

e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang bersal dari dala individu maupun orang sekitar sendiri. Misalnya : masalah ekonomi keluarga,masalah pribadi individu.

f. Gangguan kepanikan : hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk rasa was-was akan menunggu hasil yang akan dilakukan maupun yang sudah dilakukan orang tersebut.

g. Kesiapan belajar : keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima pelajaran, sehingga individu mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi

Keberhasilan dalam pemusatan pikiran sebagian besar tergantung pada individu itu sendiri. Ditempat yang paling tepat sekalipun untuk belajar karena pikirannya melayang-layang ke hal-hal lain diluar bahan yang dihadapinya.

Beberapa gangguan konsentrasi yang dapat menyebabkan siswa kehilangan konsentrasi belajar (Nugroho, 2007), antara lain :

a. Tidak memiliki motivasi diri : Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang siswa dapat mendorongnya belajara sangat diperlukan. Ada siswa yang akan dapat berprestasi bila diberikan sebuah rangsangan, misal ia dijanjikan sebuah hadiah yang bagus dari orangtuanya apabila memperoleh nilai yang


(3)

bagus tahun ini. Akan tetapi orang tua juga harus berhati hati dalam memberikan rangsangan berupa hadiah. Jangan sampai ia malah selau mengharapkan hadiah,baru ia mau belajar. Untk tahap awal pada siswa usia dini, penggunaan hadiah masih dapat dibenarkan. Secara perlahan kurangi pemberian hadiah dengan lebih mengutamakan motivasi dalam diri siswa. b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif : susasana yang ramai dan

bising tentu saja sangat menggangu siswa ang ingin belajar dengan suasana tenang. Demikian pula bila dalam satu rumah terdapat lebih dari 1 tipe cara belajar siswa. Disatu sisi ada salah satu sisiwa yang baru bisa belajar apabila sambil mendengarkan music dengan keras, sedangkan siswa lainnya menghendaki susasana yang hening.

c. Kondisi kesehatan siswa: bila siswa terlihat ogah ogahan pada materi pelajaran yang sedang dialaminya,hendaknya jangan tergesa-gesa untuk menghakimi bahwa ia malas belajar. Mungkin saja kondisi kesehatannya saat itu sedang ada masalah.

d. Siswa merasa jenuh : beban pelajaran yang harus dikuasai oleh seseorang siswa sangatlah banyak. Belum lagi agar memiliki ketrampilan tambahan,tak jarang mereka harus mengikuti beberapa kegiatan dibebrapa lembaga pendidikan formal (kursus). Karena sedemikian padatnya aktifitas yang harus dilakukan oleh seorang siswa,maka seringkali mereka dihinggapi kejenuhan. Bila hal ini terjadi, bukan merupakan suatu tindakan yang bijaksan apabila orrangtua tetap memaksakan anakya utntuk belajar.Berilah mereka waktu istirahat barang sejenak (refreshing), sekedar mengendorkan urat syaraf yang sudah sangat tegang tersebut.

2.1.4. Kiat Untuk Meningkatakan Konsentrasi Belajr Siswa

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa (Nugroho ,2007), antara lain :

a. Kenali karakter siswa : gaya belajar siswa berbeda-beda,tidak setiap individu mempunyai gaya belajar yang sama. Kembar identik pun mempunyai perbedaan sifat atau karakter. Gaya belajar siswa bermacam-macam,ada yang


(4)

baru bisa belajar dalam keadaan yang benar-benar sepi,tetapi ada juga siswa yang belajar sambil mendengarkan music dan mengemil(makan makanan ringan).

b. Pergunakan konsep reward and punishment dalam belajar : terkadang orang tua perlu memberikan suatu penghargaan bagi anaknya yang berprestasi. Hal ini sudah terbukti ampuh meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar untuk mencapai suatu prestasi.Karena dengan reward siswa akan berusaha seoptimal mungkin untuk belajar sunguh-sungguh agar memperoleh prestasi yang baik dan pada akhirnya mendapatkan hadiah yang dijanjikan oleh orangtuanya. Bila ada penghargaan tentu saja harus diimbangi dengan adanya suatu hukuman (punishment). Apabila prestasi tahuni ini jelek daripada tahun lalu,orang tua bisa memberikan hukuman.Tentu saja untuk hukuman yang akan diberikan sudah disepakati terlebih dahulu dengan siswa.

c. Mengubah kebiasaan belajar siswa :belajar tidak selamanya harus di dalam kamar. Tidak ada salahnya apabila sekali-sekali siswa diajak belajar diluar rumah.Bahkan bila perlu di mall ataupun tempat menyenangkan lainnya. Yang penting siswa dapat melakukan belajar dengan baik.Hal ini juga dapat mengurangi ketegangan serta kejenuhan siswa dalam belajar.

d. Persiapan sarana dan prasarana yang mendukung : kelengkapan sarana dan prasarana pendukung belajar dapat pula meningkatkan konsentrasi belajar. Sebisa mungkin posisikan ruangan belajar siswa jauh dari TV.Karena godaan terbesar dalam memperoleh konsentrasi dalam belajar adalah keinginan hati siswa untuk menyaksikan acara-acara TV. Dengan meletakkan semua kebutuhan yang diperlukan selama proses belajar dekat dengan posisi siswa,diharapkan siwa tidak perlu meninggalkan posisi belajarnya hanya sekedar untuk mengambil beberapa kebutuhan perlengkapan belajar. Dengan demikian konsentrasi siswa tidak akan terpecah.


(5)

2.1.5 Penilaian Konsentrasi Belajar dengan Bourdon Test

Tes Bourdon adalah tes umum yang digunakan untuk persepsi visual

gabungan, kewaspadaan dan konsentrasi. Tes ini telah digunakan dalam evaluasi konsentrasi dimana subjek diinstruksikan untuk mencoret semua kelompok dari 4 titik pada kertas A4. Tes terdiri dari 21 baris, dengan masing-masing baris berisi secara acak, delapan kelompok dari 3 titik, delapan kelompok dari 4 titik dan delapan kelompok dari 5 titik. Diameter rata-rata dari kelompok titik-titik sekitar 5mm. Para peserta ujian menandai setiap kelompok 4 titik secepat dan seakurat mungkin. Dua baris di bagian belakang, lembar tes diilustrasikan prosedur, dengan peneliti melakukan baris pertama untuk menunjukkan bagaimana untuk melakukan tugas dan pelajar menyelesaikan baris kedua sebagai contoh. Jumlah kelompok uncrossed dari 4 titik, kelompok titik-titik selain 4 menyebrang, dan waktu yang dihabiskan(maksimum 15 menit) akan diambil untuk dievaluasi dan dikategorikan sebagai konsentrasi baik atau buruk.

2.2. Anemia Defisiensi Besi 2.2.1. Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis , karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang akhirnya mengakibatkan pembentukan haemoglobin berkurang (Bakta,2006).

Anemia defiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,yang ditandai penurunan cadangan besi,konsentrasi besi serum,dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdul muthalib, 2009).

2.2.2. Etiologi

Berdasarkan data dari “the third National Health and Nutrition Examination Survey”(NHANES III), defisiensi besi ditentukan oleh ukuran yang abnormal dari serum ferritin, transferin saturation, dan atau erhytrocyte protophorphyrin.


(6)

2.2.3. Prevalensi

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengenai Negara-negara kaya maupun miskin. Meskipun penyebab terbanyak adalah anemia defisiensi besi , tetapi jarang timbul sebagai penyebab tunggal . Lebih sering timbul bersama-sama dengan beberapa penyakit malaria,infeksi parasit,kekurangan gizi,dan hemoglobinopati. Akibat pentingnya penyakit ini,beberapa Negara telah menempuh langkah-langkah untuk mengurangi anemia jenis ini khususnya pada kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan dan memiliki efek yanga sangat merugikan ; ibu hamil dan anak-anak. Dalam rangka untuk mengetahui hasil dari langkah intervensi yang diambil tersebut, adekuasi dari strategi yang ditetapkan, dan kemajuan yang telah dicapai, informasi tentang prevalensi anemia harus didapatkan.

WHO dalam Global Database on Anemia berusaha mendapatkan prevalensi anemia tersebut beserta gambaran tentang factor-faktor yang berhubungan dan menyebabkan berkembangnya anemia ini. Kenyataannya factor-faktor ini kompleks dan saling berkaitan tetapi usaha untuk mengumpulkan data tentang factor-faktor ini penting untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam mengintervensi berkembangnya keadaan anemia defisiensi besi .

Tidak ada satu tulisan pun yang menggambarkan prevalensi pasti anema defisiensi besi secara global , bahkan suatu terbitan yang dikeluarkan oleh WHO yang berjudul Iron Deficiency Anemia; Assesment, Prevention, and Control tahun 2001 menggunakan prevalensi anemia secara global untuk mewakili anemia defisiensi besi. Hal ini beralasan karena 50% dari anemia disebabkan oleh anemia defisiensi besi. (Bakta,2011)

2.2.4. Metabolisme Besi

Besi merupakan elemen penting dalam fungsi seluruh sel, meskipun jumlah besi yang dibutuhkan tiap individu bervariasi. Pada saat yang bersamaan, tubuh juga harus melindungi dirnya dari besi bebas , yang memiliki toksi tinggi dan berpartisipasi dalam reaksi kimia yang menghasilkan radikal bebas seperti O2 atau OH¯ tunggal. Konsekuensinya,mekanisme yang rumit telah berevolusi yang


(7)

memungkinkan besi tersedia untuk fungsi-fungsi fisiologis sementara dalam waktu yang bersamaan menjaga elemen ini dan penanganan sedemikian rupa sehingga toksisitasnya dapat terhindar (Harrison,2008).

Peranan utama besi pada mamalia adalah untuk membawa oksigen sebagai bagian hemoglobin. Oksigen juga berikatan dengan mioglobin di otot. Distribusi besi pada tubuh dapat terlihat pada table. Tanpa besi, sel dapat kehilangan kapasitasnya untuk mengantar electron dan metabolism energy. Pada sel eritroid, sinresa hemoglobin yang buruk, menghasilkan anemia dan penurunan hantaran oksigen ke jaringan (Harrison,2008).

Tabel 2.1. Distribusi Besi Pada Tubuh Distribusi Besi

Pada Tubuh

Kandungan Besi, Mg Pria Dewasa ,80 Kg

Wanita Dewasa, 60 Kg Hemoglobin

Mioglobin/enzim Besi transferin Cadangan besi

2500 500

3 600-1000

1700 300

3 0-300

2.2.5. Absorbsi Besi

Absorbsi besi bergantung tidak hanya pada jumlah besi pada makanan, namun juga,yang lebih penting, pada bioavaibilitas besi itu sendiri, dan kebutuhan akan besi. Absorbsi besi dapat dipengaruhi beberapa fase yang berbeda (Hoffbrand,2005).

Fase luminal , besi dalam makanan dapat diolah dalam lambung kemudian siap disreap di duodenum. Fase Mukosal, proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses aktif. Fase corporeal, meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilasi besi oleh sel-sel yang memerlukan, dan penyimpanan besi oleh tubuh (Bakta,2011).


(8)

Tabel 2.2. Absorbsi Besi

Dibantu oleh Dihambat oleh

Faktor diet

Peningkatan besi heme Peningkatan makanan hewani Garam besi ferrous

Faktor luminal p H asam

Low-molecular-weight- . . Soluble chelates . (mis.vitamin c,gula,asam .. amino)

Daging Faktor sistemik Defisiensi besi

Peningkatan eritropoesi Eritropoesis infektif Kehamilan

Hipoksia

Penurunan besi heme

Penurunan makanan hewani Garam besi ferric

Basa(mis.sekresi pancreas) Kompleksbesi

insoluble(phytates,tannates pada besi, kulit padi

Besi berlebih

Penurunan eritropoesis Kelainan inflamasi(hepcidin)

2.2.6. Siklus Besi Pada Manusia

Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang diserap usus , sedangkan kehilangan besi fisiologik bersifat tetap. Besi diabsorbsi dari diet (berkisar antara1-2 mg per hari) atau pelepasan sirkulasi cadangan dalam ikatan plasma ke transferrin, besi pengangkut protein. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi kebutuhan eritropoesis sebanyak 24 mg perhari. Pertukaran (waktu paruh) transferri-terikat besi sangat cepat-biasanya 60-90 menit. Oleh karena, hampir seluruh besi yang ditanspor oleh transferrin diantar ke eritroid sumsum


(9)

tulang. Dengan perkiraan level besi plasma 80-100 ug/dl, jumlah besi yang melewati transferrin adalah 20-40 mg per hari (Bakta,2011).

Eritrosit yan terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17 mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya eritropoesis inefektif (hemolisis intramedular) (Bakta,2011).

Pada individu normal, rentang hidup rata-rata dari sel darah merah adalah 120 hari. Sehingga 0,8-1,0 % sel darah merah bertukar setiap hari. Pada akhir masa hidupnya, sel darah merah tidak dikenali oleh sel dari sistem retikuloendotelial 9RE), setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan pada makrofag sum-sum tulang sebesar 17 mg. Sehingga dengan demikian dapat dilihat suatu lingkaran tertutup (closed circuit) (Bakta,2011).

Tambahan besi yang dibutuhkan untuk produksi sel darh merah harian didapat dari diet. Normalnya, pria dewasa membutuhkan absorbsi setidaknya 1 mg elemen besi per hari untuk memenuhi kebutuhan; wanita membutuhkan setidaknya 1,4 mg/hari. Bagaimanapun, untuk mencapai proliferasi maksimum respon sumsum tulang terhadap anemia, tambahan besi harus tersedia. Dengan adanya stimulasi eritropoesis, kebutuhan besi meningkat sebanyak enam sampai delapan kali lipat. Jika hantaran besi ke sumsum tulang suboptimal, respon proliferasi sumsum tulang tidak baik, maka sintesis hemoglobin akan terganggu. Hasilnya adalah hipoproloferatif sumsum tulang diikuti anemia mikrositik hipokromik (Edward,2008).

2.2.7. Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Kondisi peningkatan kebutuhan besi, kehilangan besi, atau penurunan asupan atau absorbs besi dapat mengakibatkan defisiensi besi (Edward,2008).


(10)

Tabel 2.3.Penyebab Defiensi Besi

Penyebab Defisiensi Besi

Peningkatan kebutuhan besi

Pertumbuhan cepat pada bayi dan remaja Kehamilan

Terapi Eritropoetin

Peningkatan hilangnya darah Kehilangan darah kronik Menstruasi

Kehilangan darah akut Donasi darah

Penurunan absorbsi besi Diet yang tidak adekuat Inflamasi akut

2.2.8. Gambaran Klinis Anemia Defisiensi Besi

Gejala klinis yang terkait dengan defisiensi besi bergantung pada keparahan dan kronisitas dari anemia disamping tanda-tanda anemianya biasanya lemah,pucat,berkurangnya kapasitas aktifitas. Pasien juga sering memiliki keinginan untuk makan-makanan yang tidak lazim (pica), seperti tanah liat,es,lem dan lain-lain (Hoffbrand,2005).

Cheilosis (fisura di sudut mulut) dan koilonychias (kuku sendok) adalah tanda dari defisiensi besi lanjut. Pasien juga dapat mengeluhkan atrofi papil lidah, atrofi kulit sepertiga pasien (Edward,2008).

2.2.9. Skrining

Rekomendasi dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Untuk skrining anemia untuk remaja, menganjurkan seluruh wanita


(11)

sebaiknya diperiksa setiap lima tahun kecuali memiliki factor resiko anemia, skrining diakukan setiap tahun. Namun pada remaja laki-laki pemeriksaan anemia hanya dilakukan apabila memiliki faktor resiko (Alton,2005).

2.2.10. Penatalaksanaan

Keparahan dan penyebab anemia defisiensi besi menentukan pendekatan yang tepat untuk pengobatan. Seperti misalnya, pasien lanjut usia dengan anemia defisiensi besi berat dan kinstabilitas kardiovaskular mungkin membutuhkan tranfusi sel darah merah. Pasien lebih muda dengan anemia yang terkompensasi dapat diterapi lebih konservatif dengan penggantian besi. Pada banyak kasus defisiensi besi (wanita hamil, anak-anak dan remaja dalam pertumbuhan, pasien dengan episode pendarahan berulang, dan yang dengan asupan besi tidak adekuat), terapi besi oral sudah cukup. Untuk pasien dengan kehilangan darah tidak biasa atau malabsorbsi, test diagnostic spesifik dan terapi yang dapat diperlukan. (Edward,2008).


(1)

2.2.3. Prevalensi

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengenai Negara-negara kaya maupun miskin. Meskipun penyebab terbanyak adalah anemia defisiensi besi , tetapi jarang timbul sebagai penyebab tunggal . Lebih sering timbul bersama-sama dengan beberapa penyakit malaria,infeksi parasit,kekurangan gizi,dan hemoglobinopati. Akibat pentingnya penyakit ini,beberapa Negara telah menempuh langkah-langkah untuk mengurangi anemia jenis ini khususnya pada kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan dan memiliki efek yanga sangat merugikan ; ibu hamil dan anak-anak. Dalam rangka untuk mengetahui hasil dari langkah intervensi yang diambil tersebut, adekuasi dari strategi yang ditetapkan, dan kemajuan yang telah dicapai, informasi tentang prevalensi anemia harus didapatkan.

WHO dalam Global Database on Anemia berusaha mendapatkan prevalensi anemia tersebut beserta gambaran tentang factor-faktor yang berhubungan dan menyebabkan berkembangnya anemia ini. Kenyataannya factor-faktor ini kompleks dan saling berkaitan tetapi usaha untuk mengumpulkan data tentang factor-faktor ini penting untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam mengintervensi berkembangnya keadaan anemia defisiensi besi .

Tidak ada satu tulisan pun yang menggambarkan prevalensi pasti anema defisiensi besi secara global , bahkan suatu terbitan yang dikeluarkan oleh WHO yang berjudul Iron Deficiency Anemia; Assesment, Prevention, and Control tahun 2001 menggunakan prevalensi anemia secara global untuk mewakili anemia defisiensi besi. Hal ini beralasan karena 50% dari anemia disebabkan oleh anemia defisiensi besi. (Bakta,2011)

2.2.4. Metabolisme Besi

Besi merupakan elemen penting dalam fungsi seluruh sel, meskipun jumlah besi yang dibutuhkan tiap individu bervariasi. Pada saat yang bersamaan,


(2)

memungkinkan besi tersedia untuk fungsi-fungsi fisiologis sementara dalam waktu yang bersamaan menjaga elemen ini dan penanganan sedemikian rupa sehingga toksisitasnya dapat terhindar (Harrison,2008).

Peranan utama besi pada mamalia adalah untuk membawa oksigen sebagai bagian hemoglobin. Oksigen juga berikatan dengan mioglobin di otot. Distribusi besi pada tubuh dapat terlihat pada table. Tanpa besi, sel dapat kehilangan kapasitasnya untuk mengantar electron dan metabolism energy. Pada sel eritroid, sinresa hemoglobin yang buruk, menghasilkan anemia dan penurunan hantaran oksigen ke jaringan (Harrison,2008).

Tabel 2.1. Distribusi Besi Pada Tubuh Distribusi Besi

Pada Tubuh

Kandungan Besi, Mg Pria Dewasa ,80 Kg

Wanita Dewasa, 60 Kg Hemoglobin

Mioglobin/enzim Besi transferin Cadangan besi

2500 500

3 600-1000

1700 300

3 0-300

2.2.5. Absorbsi Besi

Absorbsi besi bergantung tidak hanya pada jumlah besi pada makanan, namun juga,yang lebih penting, pada bioavaibilitas besi itu sendiri, dan kebutuhan akan besi. Absorbsi besi dapat dipengaruhi beberapa fase yang berbeda (Hoffbrand,2005).

Fase luminal , besi dalam makanan dapat diolah dalam lambung kemudian siap disreap di duodenum. Fase Mukosal, proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses aktif. Fase corporeal, meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilasi besi oleh sel-sel yang memerlukan, dan penyimpanan besi oleh tubuh (Bakta,2011).


(3)

Tabel 2.2. Absorbsi Besi

Dibantu oleh Dihambat oleh

Faktor diet

Peningkatan besi heme Peningkatan makanan hewani Garam besi ferrous

Faktor luminal p H asam

Low-molecular-weight- . . Soluble chelates . (mis.vitamin c,gula,asam .. amino)

Daging Faktor sistemik Defisiensi besi

Peningkatan eritropoesi Eritropoesis infektif Kehamilan

Hipoksia

Penurunan besi heme

Penurunan makanan hewani Garam besi ferric

Basa(mis.sekresi pancreas) Kompleksbesi

insoluble(phytates,tannates pada besi, kulit padi

Besi berlebih

Penurunan eritropoesis Kelainan inflamasi(hepcidin)

2.2.6. Siklus Besi Pada Manusia

Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang diserap usus , sedangkan kehilangan besi fisiologik bersifat tetap. Besi diabsorbsi dari diet (berkisar antara1-2 mg per hari) atau pelepasan sirkulasi cadangan dalam ikatan plasma ke transferrin, besi pengangkut protein. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat


(4)

tulang. Dengan perkiraan level besi plasma 80-100 ug/dl, jumlah besi yang melewati transferrin adalah 20-40 mg per hari (Bakta,2011).

Eritrosit yan terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17 mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya eritropoesis inefektif (hemolisis intramedular) (Bakta,2011).

Pada individu normal, rentang hidup rata-rata dari sel darah merah adalah 120 hari. Sehingga 0,8-1,0 % sel darah merah bertukar setiap hari. Pada akhir masa hidupnya, sel darah merah tidak dikenali oleh sel dari sistem retikuloendotelial 9RE), setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan pada makrofag sum-sum tulang sebesar 17 mg. Sehingga dengan demikian dapat dilihat suatu lingkaran tertutup (closed circuit) (Bakta,2011).

Tambahan besi yang dibutuhkan untuk produksi sel darh merah harian didapat dari diet. Normalnya, pria dewasa membutuhkan absorbsi setidaknya 1 mg elemen besi per hari untuk memenuhi kebutuhan; wanita membutuhkan setidaknya 1,4 mg/hari. Bagaimanapun, untuk mencapai proliferasi maksimum respon sumsum tulang terhadap anemia, tambahan besi harus tersedia. Dengan adanya stimulasi eritropoesis, kebutuhan besi meningkat sebanyak enam sampai delapan kali lipat. Jika hantaran besi ke sumsum tulang suboptimal, respon proliferasi sumsum tulang tidak baik, maka sintesis hemoglobin akan terganggu. Hasilnya adalah hipoproloferatif sumsum tulang diikuti anemia mikrositik hipokromik (Edward,2008).

2.2.7. Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Kondisi peningkatan kebutuhan besi, kehilangan besi, atau penurunan asupan atau absorbs besi dapat mengakibatkan defisiensi besi (Edward,2008).


(5)

Tabel 2.3.Penyebab Defiensi Besi

Penyebab Defisiensi Besi

Peningkatan kebutuhan besi

Pertumbuhan cepat pada bayi dan remaja Kehamilan

Terapi Eritropoetin

Peningkatan hilangnya darah Kehilangan darah kronik Menstruasi

Kehilangan darah akut Donasi darah

Penurunan absorbsi besi Diet yang tidak adekuat Inflamasi akut

2.2.8. Gambaran Klinis Anemia Defisiensi Besi

Gejala klinis yang terkait dengan defisiensi besi bergantung pada keparahan dan kronisitas dari anemia disamping tanda-tanda anemianya biasanya lemah,pucat,berkurangnya kapasitas aktifitas. Pasien juga sering memiliki keinginan untuk makan-makanan yang tidak lazim (pica), seperti tanah liat,es,lem dan lain-lain (Hoffbrand,2005).

Cheilosis (fisura di sudut mulut) dan koilonychias (kuku sendok) adalah tanda dari defisiensi besi lanjut. Pasien juga dapat mengeluhkan atrofi papil lidah, atrofi kulit sepertiga pasien (Edward,2008).


(6)

sebaiknya diperiksa setiap lima tahun kecuali memiliki factor resiko anemia, skrining diakukan setiap tahun. Namun pada remaja laki-laki pemeriksaan anemia hanya dilakukan apabila memiliki faktor resiko (Alton,2005).

2.2.10. Penatalaksanaan

Keparahan dan penyebab anemia defisiensi besi menentukan pendekatan yang tepat untuk pengobatan. Seperti misalnya, pasien lanjut usia dengan anemia defisiensi besi berat dan kinstabilitas kardiovaskular mungkin membutuhkan tranfusi sel darah merah. Pasien lebih muda dengan anemia yang terkompensasi dapat diterapi lebih konservatif dengan penggantian besi. Pada banyak kasus defisiensi besi (wanita hamil, anak-anak dan remaja dalam pertumbuhan, pasien dengan episode pendarahan berulang, dan yang dengan asupan besi tidak adekuat), terapi besi oral sudah cukup. Untuk pasien dengan kehilangan darah tidak biasa atau malabsorbsi, test diagnostic spesifik dan terapi yang dapat diperlukan. (Edward,2008).