Tinjauan Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk diatasi. Masalah kemiskinan sepertinya juga menjadi sesuatu yang telah mengakar dan menjadi permasalahan yang tidak terpecahkan. Persoalan tentang kemiskinan sendiri sangat identik dengan pengangguran. Rendahnya tingkat pendidikan dan minim keterampilan disebut-sebut sebagai salah satu penyebabnya. Kemiskinan bukan hanya bicara soal kondisi masyarakat dengan sifat tertentu karena kemiskinan tidak muncul begitu saja melainkan suatu proses, dalam proses tersebut ada semacam pra kondisi, dimana faktor-faktor tertentu berkontribusi dalam menciptakan kemiskinan itu sendiri.

Perkembangan penduduk yang sangat cepat akan selalu diikuti oleh perkembangan angkatan kerja yang tinggi pula. Menurut BPS, penduduk Indonesia pada pertengahan 2013 mencapai 248,8 juta jiwa

perkembangan angkatan kerja mempersulit mengentasan masalah kemiskinan. Sulitnya untuk bersaing dengan kualitas sumber daya yang lebih baik menjadi salah satu alasan masyakarat miskin untuk keluar dari jurang kemiskinan tersebut. Kurangnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama


(2)

2

industri, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.

Di lain sisi, negara ini dibentuk untuk melindungi seluruh warga negaranya, termasuk warga yang berada dalam kategori miskin. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat (1), disebutkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Tetapi sepertinya implementasinya masih kurang berjalan, terbukti masalah kemiskinan masih menjadi problem yang menghantui negara ini.

Tapanuli Utara sebagai salah satu kabupaten tertua di Sumatera Utara, masih memiliki angka kemiskinan yang tinggi. Berdasarkan pengumuman BPS Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Utara pada Tahun 2010 berjumlah 34.900 orang atau sekitar 12,50% dari total keseluruhan penduduk Tapanuli Utara (BPS Kab Tapanuli utara). Dan Hal ini menjadi bukti nyata betapa sulitnya masalah kemiskinan ini utuk diatasi. Sementara angka pengangguran terbuka di kabupaten tapanuli utara terdaftar pada tahun 2012 sebanyak 3.583 jiwa (Tapanuli Utara dalam angka 2014, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Tapanuli Utara).

Bila berkaca pada tingkat provinsi, perkembangan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2008-2013, secara absolut terjadi penurunan sebanyak 274,64 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin tahun 2013 (Maret) tercatat sekitar 1.339 ribu jiwa . Kondisi kemiskinan Provinsi Sumatera Utara tergolong rendah jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,86%), persentase penduduk miskin tahun 2013 sebesar 10,06 persen atau berkurang


(3)

3

sebesar 2,49 persen dari tahun 2008. Perkembangan angkatan kerja Provinsi Sumatera Utara selama periode 2008-2013 meningkat. Jumlah angkatan kerja tahun 2013 (Februari) tercatat sebanyak 6.452 ribu jiwa atau sekitar 5,32 persen dari total angkatan kerja nasional, yang terdiri dari 6.064 ribu jiwa penduduk bekerja dan 387,9 ribu jiwa pengangguran terbuka.

Gambar 1.1 Grafik jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara. Sumber: Profil Pembangunan Provinsi Sumatra Utara 2013.

Untuk tingkat nasional pada tahun 2014, BPS mencatat tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,94% dari jumlah penduduk, atau 7,24 juta orang, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% dan jumlah penduduk miskin sebesar 28,28 juta orang sehingga diperlukan alternatif lain menampung angkatan


(4)

4

Salah satu upaya menekan angka kemiskinan ini adalah dengan mengembangkan usaha kecil. Pemberdayaan usaha kecil merupakan usaha pemanfaatan sumber daya manusia yang harus dilestarikan seutuhnya dan dengan pemanfaatan sumber daya manusia, tingkat pengangguran pun dapat diminimalisir. Harus diakui bahwa usaha kecil menengah memainkan peran yang sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju (Tambunan, 2009: 1).

Di kabupaten Tapanuli Utara terdapat beberapa industri kecil antara lain

Industri-industri kecil inilah yang diharapkan sebagai salah satu upaya penekanan angka pengangguran yang mengakibatkan kemiskinan. Untuk mengetahui banyaknya industri kecil di kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel berikut.


(5)

5

Tabel 1.1 Industri kecil di kabupaten Tapanuli Utara menurut kecamatan.

Sumber: Tapanuli Utara dalam angka 2014, Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan, Kabupaten Tapanuli Utara

Sebagai contoh, industri rumah tangga penenun ulos yang ada di tapanuli utara telah menjadi salah satu pekerjaan alternatif bagi kaum perempuan untuk membantu perekonomian keluarga. Industri rumah tangga ini sangat berkaitan dengan kebudayaan suku Batak yang ada di daerah tersebut. Selain motif ekonomi penenun tersebut juga telah melestarikan kebudayaan turun-temurun dari para leluhur. Berdasarkan situs resmi kabupaten Tapanuli Utara, industri rumah tangga penenun ulos di kabupaten tersebut tercatat sekitar 2.100 unit industri rumah tangga yang berada di kecamatan Tarutung, kecamatan Siatas Barita dan kecamatan Muara.

Desa Lumban Siagian Jae terdapat di Kecamatan Siatas Barita, sekitar 4 km dari Tarutung ibu kota kabupaten Tapanuli Utara. Desa ini hidup dari sebagian


(6)

6

besar mata pencaharian sebagai petani, akan tetapi banyak kaum perempuan yang menjadi penenun ulos, baik sebagai mata pencaharian utama maupun sebagai pekerjaan sampingan. Penenun Ulos tersebut masih menggunakan alat-alat tradisional dan membutuhkan waktu produksi yang lebih lama, sehingga terkesan kurang efisien dalam pengerjaannya. Selain itu pemerintah tidak memberikan perhatian kepada penenun ulos di daerah ini. Bahkan nasib ratusan penenun ulos di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara, tidak masuk dalam skala prioritas agenda pada musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang), padahal pejabat daerah setempat mengakui jika di dalam wilayah kecamatan yang dipimpinnya memiliki jumlah penenun ulos dan sarung khas Tapanuli terbanyak di Kabupaten Tapanuli Utara. Camat Siatas Barita, Betty Sitorus menuturkan “Ada lebih dari 400 penenun yang ada di sini. Itu masih berdasarkan data kelompok per desa. Dimana setiap desa, ada tiga kelompok tenun yang sedikitnya beranggotakan 15 orang. Penyebarannya secara merata terdapat di sembilan desa se-Kecamatan Siatasbarita” (http://www.antarasumut.com).

Bila dilihat dalam skala nasional, industri rumah tangga di indonesia sudah banyak membantu perekonomian masyarakat. Contohnya seperti industri rumah tangga yang membuat kerajinan patung di Bali dan Usaha industri rumah tangga yang membuat sapu ijuk di Kawasan Kemas Rindo dan Ogan Baru, Palembang yang sudah menjadi mata pencaharian bagi mereka. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, setidaknya terdapat 68 juta perempuan yang terlibat secara langsung dan tidak langsung pada kegiatan industri rumahan. Rata-rata usia perempuan yang terlibat adalah 14-44 tahun (http://ekonomi.metrotvnews.com).


(7)

7

Indonesia menjadi negara yang kaya dengan warisan kerajinan dari berbagai daerah. Seperti halnya dengan kain tenun. Industri tenun ikat di Indonesia adalah satu penyum bang devisa yang penting. H al ini didukung oleh data nilai ekspor

produksi tenunan sutra saja, Indonesia pada tahun 2005 yang totalnya

mencapai US$ 9.815.469

Industri rumah tangga merupakan salah satu dari sektor informal. Sehingga banyak pihak yang memandang sebelah mata kegiatan industri rumah tangga. Usaha itu masih dianggap sebagai usaha sampingan sekedar untuk menambah pendapatan keluarga. Padahal jika dikelola dengan benar, industri ini bisa menjadi besar dan dapat berperan besar dalam meningkatkan perekonomian nasional. Pemberdayaan industri kecil tidak jauh beda dengan pembangunan yang juga merupakan suatu usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilaksanakan secara sadar, berkesinambungan oleh suatu bangsa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik.

Di desa Lumban Siagian Jae sendiri, sektor informal yang satu ini menjadi pilihan utama bagi setiap perempuan dan telah banyak membantu perekonomian keluarga di desa ini, khususnya golongan menengah ke bawah. Akan tetapi apabila sektor informal ini didukung dengan sepenuhnya oleh pemerintah maka akan menghasilkan materi yang lebih dari sekarang sehingga dapat mengangkat tingkat ekonomi para penenun di daerah tersebut.

Sehubungan dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kondisi sosial ekonomi penenun ulos di desa Lumban Siagian Jae, yang dituangkan dalam skripsi berjudul “Tinjauan sosial


(8)

8

ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka maka hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan “ Bagaimana kondisi sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara?”.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain: 1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu sosial

terutama pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, mengenai tinjauan sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai tinjauan sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.


(9)

9

I.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain: 1. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi penenun ulos di Desa

Lumban Siagian Jae mengenai kondisi sosial ekonominya.

2. Menjadi sumbangan informasi bagi instansi pemerintah terkait, hingga nantinya dapat memberikan dukungan yang membuat perubahan positif bagi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae.

3. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pembaca, pengamat sosial, dan pihak pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini mengenai kondisi sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.

I.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian , serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan defenisi operasional.


(10)

10

BAB III : METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data, dan penyajian data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Deskripsi lokasi penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Analisa data berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(1)

5

Tabel 1.1 Industri kecil di kabupaten Tapanuli Utara menurut kecamatan.

Sumber: Tapanuli Utara dalam angka 2014, Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan, Kabupaten Tapanuli Utara

Sebagai contoh, industri rumah tangga penenun ulos yang ada di tapanuli utara telah menjadi salah satu pekerjaan alternatif bagi kaum perempuan untuk membantu perekonomian keluarga. Industri rumah tangga ini sangat berkaitan dengan kebudayaan suku Batak yang ada di daerah tersebut. Selain motif ekonomi penenun tersebut juga telah melestarikan kebudayaan turun-temurun dari para leluhur. Berdasarkan situs resmi kabupaten Tapanuli Utara, industri rumah tangga penenun ulos di kabupaten tersebut tercatat sekitar 2.100 unit industri rumah tangga yang berada di kecamatan Tarutung, kecamatan Siatas Barita dan kecamatan Muara.

Desa Lumban Siagian Jae terdapat di Kecamatan Siatas Barita, sekitar 4 km dari Tarutung ibu kota kabupaten Tapanuli Utara. Desa ini hidup dari sebagian


(2)

6

besar mata pencaharian sebagai petani, akan tetapi banyak kaum perempuan yang menjadi penenun ulos, baik sebagai mata pencaharian utama maupun sebagai pekerjaan sampingan. Penenun Ulos tersebut masih menggunakan alat-alat tradisional dan membutuhkan waktu produksi yang lebih lama, sehingga terkesan kurang efisien dalam pengerjaannya. Selain itu pemerintah tidak memberikan perhatian kepada penenun ulos di daerah ini. Bahkan nasib ratusan penenun ulos di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara, tidak masuk dalam skala prioritas agenda pada musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang), padahal pejabat daerah setempat mengakui jika di dalam wilayah kecamatan yang dipimpinnya memiliki jumlah penenun ulos dan sarung khas Tapanuli terbanyak di Kabupaten Tapanuli Utara. Camat Siatas Barita, Betty Sitorus menuturkan “Ada lebih dari 400 penenun yang ada di sini. Itu masih berdasarkan data kelompok per desa. Dimana setiap desa, ada tiga kelompok tenun yang sedikitnya beranggotakan 15 orang. Penyebarannya secara merata terdapat di sembilan desa se-Kecamatan Siatasbarita” (http://www.antarasumut.com).

Bila dilihat dalam skala nasional, industri rumah tangga di indonesia sudah banyak membantu perekonomian masyarakat. Contohnya seperti industri rumah tangga yang membuat kerajinan patung di Bali dan Usaha industri rumah tangga yang membuat sapu ijuk di Kawasan Kemas Rindo dan Ogan Baru, Palembang yang sudah menjadi mata pencaharian bagi mereka. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, setidaknya terdapat 68 juta perempuan yang terlibat secara langsung dan tidak langsung pada kegiatan industri rumahan. Rata-rata usia perempuan yang terlibat adalah 14-44 tahun (http://ekonomi.metrotvnews.com).


(3)

7

Indonesia menjadi negara yang kaya dengan warisan kerajinan dari berbagai daerah. Seperti halnya dengan kain tenun. Industri tenun ikat di Indonesia adalah satu penyum bang devisa yang penting. H al ini didukung oleh data nilai ekspor

produksi tenunan sutra saja, Indonesia pada tahun 2005 yang totalnya

mencapai US$ 9.815.469

Industri rumah tangga merupakan salah satu dari sektor informal. Sehingga banyak pihak yang memandang sebelah mata kegiatan industri rumah tangga. Usaha itu masih dianggap sebagai usaha sampingan sekedar untuk menambah pendapatan keluarga. Padahal jika dikelola dengan benar, industri ini bisa menjadi besar dan dapat berperan besar dalam meningkatkan perekonomian nasional. Pemberdayaan industri kecil tidak jauh beda dengan pembangunan yang juga merupakan suatu usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilaksanakan secara sadar, berkesinambungan oleh suatu bangsa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik.

Di desa Lumban Siagian Jae sendiri, sektor informal yang satu ini menjadi pilihan utama bagi setiap perempuan dan telah banyak membantu perekonomian keluarga di desa ini, khususnya golongan menengah ke bawah. Akan tetapi apabila sektor informal ini didukung dengan sepenuhnya oleh pemerintah maka akan menghasilkan materi yang lebih dari sekarang sehingga dapat mengangkat tingkat ekonomi para penenun di daerah tersebut.

Sehubungan dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kondisi sosial ekonomi penenun ulos di desa Lumban Siagian Jae, yang dituangkan dalam skripsi berjudul “Tinjauan sosial


(4)

8

ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka maka hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan “ Bagaimana kondisi sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara?”.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain: 1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu sosial

terutama pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, mengenai tinjauan sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai tinjauan sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.


(5)

9 I.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain: 1. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi penenun ulos di Desa

Lumban Siagian Jae mengenai kondisi sosial ekonominya.

2. Menjadi sumbangan informasi bagi instansi pemerintah terkait, hingga nantinya dapat memberikan dukungan yang membuat perubahan positif bagi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae.

3. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pembaca, pengamat sosial, dan pihak pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini mengenai kondisi sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.

I.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian , serta sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan defenisi operasional.


(6)

10 BAB III : METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data, dan penyajian data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Deskripsi lokasi penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Analisa data berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP