BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos Terhadap Ekonomi Keluarga di Desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Kontribusi Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution yang artinya

keikutsertaaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Kontribusi dapat

diartikan berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman kepada pihak lain demi kebaikan bersama. Sedangkan kontribusi

sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian

memberikan dampak terhadap pihak lain nggal 25 mei

2014 Pukul 21.05 WIB).

  Berkontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meingkatkan efisiensi dan

efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cata meminjamkan posisi perannya,

sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis agar lebih tepat sesuai dengan

kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai yaitu pemikiran, kepemimpinan,

profesionalisme, finansian, dan lainnya. Dari rumusan kontribusi tersebut maka dapat

diartikan bahwa kontribusi adalah sebuah keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang

yang kemudian memposisikan dirinya terhadap perean dalam keluarga sehingga

memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.

  2.2 Perempuan

2.2.1 Pengertian Perempuan

  Sebagai perempuan, seseorang tentu kerap dipanggil dengan panggilan yang

berbeda-beda. Kadang cewek, kadang perempuan, dan yang paling terdengar elegan

adalah wanita. Perbedaan makna perempuan dan wanita akan dibahas lebih lanjut di sini. Berikut beberapa penjelasannya antara lain:

a. Makna etimologis Dalam etimologi Jawa, kata wanita berasal dari frasa ‘Wani Ditoto’ atau berani diatur.

  

Sebutan wanita dimaknai berdasarkan kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada

lelaki sesuai dengan perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Sementara itu menurut bahasa Sansekerta, kata perempuan muncul dari kata per – empu –an. 'Per'

memiliki makna makhluk dan 'Empu' artinya mulia, tuan, atau mahir. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah makhluk yang mulia, atau memiliki

kemampuan.

  b.

  Pengertian dalam kamus Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata perempuan bermakna seperti:

  1) Orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui wanita

  2) Istri yaitu bininya sedang hamil

  3) Betina (khusus untuk hewan)

  4) Kata wanita bermakna perempuan dewasa yaitu kaum-kaum putri

  (dewasa)

  Pengertian kata wanita menurut Kamus Kuno Jawa-Inggris dahulu bermakna

‘yang diinginkan’, dalam hal ini perempuan dianggap sebagai objek, sesuatu yang

diinginkan oleh pria. Sebaliknya, kata keperempuanan menurut KBBI di tahun 1988

justru bermakna 'kehormatan sebagai perempuan'.

  c.

  Perubahan makna Kata wanita ternyata mengalami proses perubahan makna yang semakin positif,

sebutan tersebut merupakan bentuk halus dari kata perempuan. Sebaliknya, kata perempuan justru mengalami penurunan di mata masyarakat. Ini sebabnya nama lembaga

yang ada adalah ‘Komnas Perempuan’ dan bukan ‘Komnas Wanita’, atau nama Kementerian yang melindungi kesejahteraan perempuan adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan bukannya Kementerian Pemberdayaan Wanita. Kata wanita yang terdengar indah dan elegan itu memiliki sejarah panjang sisa-sisa sistem

feodal dan nuansa patriarki pada zaman

dahuluakses tanggal 24 mei 2014 pukul 15.34 WIB).

2.2.1 Perempuan Pengrajin

  Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja tidaklah terjadi dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam diri perempuan maupun karena pengaruh lingkungan yang mendesak untuk bekerja. Peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi karena:

  a.

  Adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagikaum wanita dan pria. Makin disadarinya perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam pembangunan b. Adanya kemauan wanita untuk bermandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan penghasilan sendiri c.

  Makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap pekerja wanita, misalnya munculnya kerajinan tangan dan industri ringan.

2.3 Kerajinan

  2.3.1 Pengertian Kerajinan Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan),

kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini

menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini

diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang. Arti lain dari kerajinan

adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh semangat

ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam

melakukan suatu karya (Kadjim, 2011 : 10).

  Dari data tersebut dapat dikatakan, kerajinan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus yang berkaitan dengan perbuatan tangan atau kegiatan

tangan yang menghasilkan suatu karya. Berdasarkan pengertian tersebut, kerajinan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kerajinan yang menggunakan kapas dan

menghasilkan kerajinan tangan. Keterampilan menenun yang diperoleh pengrajin secara

otodidak dari orang tuanya serta dorongan kebutuhan akan pakaian pada zaman dahulu.

  2.3.2 Tenun Menurut Sugiarto, Wartanabe (2003 : 115) kain di buat dengan azaz (prinsip)

yang sederhana dari benang yang di gabung secara memanjang dan melintang dasar,

diantaranya tenunan sederhana atau polos, tenunan kepar dan tenunan satin, ketiga

tenunan dasar dapat diuraikan sebagai berikut:

  a.

  Tenunan sederhana (plain waever) Tenunan sederhana adalah tenunan yang paling sederhana dari kain tenun, masing-masing dengan sebuah benang lungsing dan benang pakan naik turun bergantian sambil saling menyilang, kain tenunan ini memiliki kekuatan dan banyak dipakai.

  b.

  Tenunan kepar (twill) Pada tenunan kepar benang pakan menyilang dibawah dua benag lungsing, kemudian diatas sebuah benang lungsing, silih ganti. Memperlihatkan tenunan kepar tiga kepar yang paling sederhana, dan sebuah tenunan lengkap terdiri dari tiga benang pakan dan seutas benang lunsing. Terdapat juga tenunan empat kepar, lima kepar dan dst. Pada tenunan kepar titik pertemuan antara lungsing dan pakan (titik tenun) berjalan miring, yang membuat garis miring pada kain tenunnya c. Tenunan saten

  Pada tenunan saten, titik-titik tenun antara lungsing dan pakan dibuat sesedikit mungkin, dan lagi pula titik-titik tenun harus dihamburkan dan bukannya terus menerus, sehingga seolah-olah hanya benang langsing saja yang mengapung di atas permukaan kain. Tenunan dengan benang lungsing yang mengapung pada permukaan dinamakan saten lungsing, dan dimana benang pakannya yang mengapung pada permukaan dinamakan saten pakan.

2.4 Ulos

2.4.1 Pengertian Ulos

  Ulos adalah sejenis pakaian yang berbentuk selembar kain tenunan khas batak

dengan pola dan ukuran tertentu yang digunakan untuk melindungi tubuh. Menurut

catatan bebearapa ahli tekstil, ulos dikenal masyarakat Batak pada abad 14 sejalan

masuknya aat tenun dari india, artinya sebelum masuknya tenun kedaerah Batak, masyarakat Batak belum mengena ulos (mangulosi) mengenakan ulos sebagaimana yang dilakukan untuk acara-acara adat Batak (Vergouwen, 1986).

  Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat (http://www.Kamusbesarbahasa Indonesia, diakses tanggal 24 mei 2014 pukul 22.00).

2.4.2 Nama dan Jenis-jenis Ulos

  Ulos di beri nama berdasarkan besar dan kecilnya bentuk dari ulos, dan cara pembuatan ulos tersebut. Ada pun nama dan jenis-jenis ulos yaitu :

  a.

  Ulos Pinunsasaan, mempunyai arti yang mana induk dari Ulos b. Ulos Ragi idup digunakan untuk menari pada acara saurt matua oleh anak dan Parumaen dari Almarhum c.

  Ulos sibolang, memiliki bermacam warna digunakan untuk para pemuda saat manartor di acara saur matua terutama sewaktu melayat orang meninggal d. Sitoluntuho, ulos yang memiliki tiga garis e. Ulos Mangiring, biasanya di gunakan untuk pesta anak yang baru lahir suku Batak f.

  Bintang Maratur g.

  Ragi Hotang digunakan untuk pengantin h. Ulos sampetua adalah ulos yang diberikan kepada seorang nenek atau kakek yang ditinggal mati oleh pasangannya i.

  Ulos parsirangan adalah ulos penutup jenazah seorang yang belum berumah tangga j.

  Ulos tujung adalah yang dikerudungkan kepada suami atau isteri yang ditinggal mati k.

  Ulos sedum penggunaannya sudah sangat meluas kadang-kadang tidak sesuai lagi dengan peruntukannya, mungkin karena tampilannya yang indah dan menarik (Sianipar, 2013: 70-71.

2.4.3 Cara pembuatan Ulos

  Setiap ulos memiliki corak, motif, dan fungsi yang berbeda-beda. Namun

walaupun berbeda-beda, bahan yang digunakan ulos adalah sama, yaitu sejenis benang

yang dipintal dari kapas. Hal yang membedakan ulos satu dengan ulos yang lain ialah

cara pembuatannya. Proses pembuatan ulos merupakan demonstrasi keahlian orang batak merubah benang menjadi kain yang kaya nilai. Pembuatan kain ini merupakan rangkaian

proses panjang dari mangunggas (memintal), makhulhul (menggulung), mangani

(membentuk), dan manotar (menelun). Ada pun cara pembuatan ulos adalah sebagai

berikut:

  a.

  Pengadaan bahan Tahapan pertama pembuatan kain ulos menyiapkan bahan dasarnya, dengan proses sebagai berikut:

1. Pengadaan kapas Pada zaman dahulu, kapas disediakan secara oleh masyarakat dengan cara berani.

  

Namun saat ini, kapas biasanya didapat dengan cara membeli kepada penjual kapas.

Kapas kemudian di beberkan. Pembeberan bertujuan agar kapas mengembang sehingga

memudahkan pemintal membentuk keseragaman ukuran benang. Dilanjutkan dengan

pemintaan. Pemintalan benang menggunakan alat yang disebut sorha. Untuk mengoperasikannya, dibutuhkan dua orang. Satu memintal benang, dan satunya memutar sorha. Namun seiring perkembangan zaman, sorha telah dimodifikasikan sedemikian rupa sehingga pemintalan benang dapat dilakukan dengan tenaga satu orang saja.

2. Pewarnaan

  Pewarnaan merupakan salah satu proses paling rumit dalam pembuatan benang

ulos. Hal ini karena proses pewarnaan menggunaan bahan-bahan alami sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama, berbulan-bulan atau bahkan tahunan 3.

  Jenis penentuan ulos

  Setelah proses pewarnaan benang selesai, tahapan selanjutnya yang tidak kalah

pentingnya adalah menentukan jenis ulos yang hendak dibuat. Ha ini disebabkan karena

jenis sebuah ulos menentukan tata cara pembuatannya (Vergouwen, 1986).

2.4.4 Penggunaan Ulos

  Pada awalnya ulos adalah merupakan pakaian sehari-hari masyarakat Batak

sebelum kedatangan budaya Barat. Perempuan Batak yang beum menikah melilitkanya

diatas dada, sedangkan perempuan yang sudah menikah melilitkanya di bawah dada. Ulos juga dipakai untuk memangku anak, sebagai selendang, dan selimut di malam hari.

  Secara spesifik, pada masa pra kristen, ulos sehari-harinya dijadikan medium (perantara) pemberian berkat, seperti media dari mertua atau keluarga kepada menantu,

kakek-nenek pada cucu, paman kepada anak keponakannya, dan raja kepada rakyatnya.

Dalam perkembangan sejarah nenek moyang orang Batak, kostum atau tekstil sehari-hari ini menjadi simbol medium pemberian acara pada adat Batak.Menurut Vergouewen, ulos

menjadi salah satu diantara sarana yang dipakai oleh keluarga untuk mengalihkan anak

dan menantu.

  Ulos itu dibentangkan menutupi badan si penerima, diiringi dengan kata Batak “ sai horas ma helanami maruloshon ulos on, tumpahon ni Ompunta martua Debata dohot tumpahon ni sahala name” yang mempunyai arti selamat sejahteralah kau menantu kami,

  

semoga peruntungan baik menjadi milikmu dengan menggunakan kain ini dan semoga

berkat Tuhan dan sahala kami menopangmu. Sebagai imbalan si penerima ulos member

piso dalam bentuk uang dan makanan.

  Secara umum pemberian uos dilaksanakan pada acara Batak yaitu saat

pernikahan, tujuh bulan ketika mengandung anak pertama, dan waktu kemalangan. Pada

acara pernikahan pihak hulahula memberikan tiga lembar ulos (dua helai untuk orang tua pengantin laki-laki yaitu ulos pansamot dan pargomgom; satu helai untuk menantu yang disebut ulos hela). Ketika memberikan ulos pansamot pihak hulahula mengucapkan kata-

kata yang mengandung pesan dan harapan: “On ma ulos pansamot lae, asa gogo hamu

mansamot tu joloanon, mangalului sipanganon ni borungku naung gabe parumaenmu,

siulosi pahompu di anak, siulosi pahompu di boru, donganmu sarimatua” (Inilah ulos

pansamot = mencari nafkah, agar kamu kuat mencari nafkah bagi kebutuhan puteri saya

yang telah menjadi menantumu; ulos ini menghangatkan cucu laki-laki maupun

perempuan, sebagai teman hingga akhir hayatmu). Demikian juga ketika memberikan

ulos pargomgom disampaikan juga pesan dan harapan: “On ma ulos pargomgom di

hamu, manggomgom pahompu anak, menggomgom pahompu boru situbuhonon ni

parumaenmu tu joloanon. Horas ma hamu manggomgom parumaenmi” (Inilah ulos

pargomgom= pengayom bagi kalian, mengayomi cucu laki-laki dan perempuan yang

akan dilahirkan oleh menantumu pada hari yang akan datang. Selamatlah kalian mengayomi menantumu).

  Acara adat kedua adalah pada masa-masa anak perempuan yang sudah menikah

menunggu kelahiran anak pertama, yang disebut acara “pasahat ulos tondi/mulagabe”.

  Acara ini bertujuan untuk menguatkan jiwa dan semangat si wanita agar menjaga kehamilannya dengan baik, sekaligus permohonan kepada Tuhan agar si bayi dapat lahir dengan semalat demikian juga ibu yang melahirkannya. Vergouwen mensinyalir kain ini dianggap memiliki daya istimewa yang mampu melindungi dan memberikan berkat yang

didambakan, dan akhirnya kain ini akan menjadi benda keramat bagi pemiliknya

  

seketurunan. Apabila dilihat dari ungkapan atau syair yang disampaikan pihak hulahula

pada saat menyerahkan ulos ini, apa yang disinyalir oleh Vergouwen nampaknya perlu

dicermati dan ini nanti akan ditinjau pada bagian berikut. Kata-kata yang disampaikan

pada penyerahan ulos ini: “ On ma ulos mula gabe di hamu, ulos sibahen na las badan dohot tondimuna. Asi ma roha ni Tuhan dipargogoi hamu, lumobi ho inang, asa tulus na

taparsinta I jaloonmuna sian Tuhan. Horas ma hamu, horas ma hita paima haroan

nanaeng pasahaton ni Tuhan di hita” (Inilah ulos mula gabe bagi kamu, ulos yang

menghangatkan badan dan rohmu. Kiranya Tuhan memberi kekuatan khususnya bagi

putriku, agar apa yang kita harapkan dapat terkabul. Selamatlah kalian, selamatlah kita

menantikan kelahiran anak yang diberikan diberika oleh Tuhan).

  Makna pemberian ulos ini adalah sebagai tanda bahwa pihak hulahula tetap mengasihi yang meninggal hingga akhir hayatnya dan waktu meninggalpun

diberangkatkan dengan baik. Ulos saput secara hurufiah berarti pembungkus. Ulos

parsirangan dan ulos saput fungsinya sama, yaitu menutup jenazah dan maknanya pun

sama. Hanya istilah yang membedakan, kalau bagi yang belum berkeluarga disebut ulos

parsorangan dan diserahkan oleh saudara laki-laki dari si ibu yang kemalangan

(Vergouwen, 1986).

2.5 Ekonomi Keluarga

2.5.1 Ekonomi

  Pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang pendapatan dan pengeluaran yang diperoleh seseorang yang telah bekerja, adapun arti pendapatan adalah suatu upah yang diterima oleh seseorang yang telah bekerja.

2.5.2 Keluarga

  a. Pengertian

  Secara umum keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan

dengan pertalian darah, perkawinan, atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal

bersama. Menurut Ernest Burgess keluarga adalah sekelompok manusia yang disatukan

oleh jalinan perkawinan, darah, adopsi yang membentuk sebuah rumah tangga,

berinteraksi, berkomunikasi dalam aturan sosial mereka (suami, istri, ayah, ibu, anak laki- laki dan anak perempuan, kakak dan adik) dan menciptakan serta mengembangkan suatu kultur (Burges dalam Su’adah. 2005: 26).

  Keluarga adalah sutau kelompok yang terdiri atas seorang pria dan wanita serta

anak-anaknya yang masih bergantung padanya yang terikat oleh perkawinan atau

hubungan darah. Keluarga merupakan sumber keamanan dan sumber perlindungan,

karena didalam keluaraga orang tua merupakan sumber pertama kesejahteraan jasmani

dan rohani bagi anak. Orang tua memberi cinta kasih kepada anak-anaknya dengan segala apa yang dibutuhkan (Taryati. 1999: 32).

  Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak pasal 1 ayat 3 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau

suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga

sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga.

  a.

  Ciri-ciri struktur keluarga Menurut Anderson Carter yang merupakan ciri-ciri struktur keluarga adalah sebagai berikut:

  1. Terorganisasi yaitu saling berhubungan, ketergantungan antara anggota keluarga

  2. Ada keterbatasan yaitu setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing 3. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing b.

  Peranan keluarga

  Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarag, kelompok, dan masyarakat. berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah:

  1. Peranan ayah

  Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai

anggota masyarkat dari lingkungannya

  2. Peranan ibu

  Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah

satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarkat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarga 3.

  Peran anak

  Anak-anak dalam melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Ramlan, 2001: 47- 49).

  a.

  Tugas-tugas keluarga

  Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga yaitu: 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggota keluarga 2.

  Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing

4. Sosialisasi antar anggota keluarga 5.

  Pengaturan jumlah keluarga 6. Pemeliharaan keterlibatan anggota keluarga 7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarkat yang lebih luas 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluargaakses tanggal 24 Mei 2014 pukul 19.08WIB).

  b.

  Fungsi keluarga Ada beberapa fungsi yang dijalankan oleh keluarga, yaitu: 1. Fungsi pendidikan, dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa 2. Fungsi sosialisasi anak, dimana hal ini tugas keluarga adalah mempersiapkan anak menjadi anggota masyarkat yang baik

  3. Fungsi perlindungan, dalam hal ini keluarga bertugas melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman 4. Fungsi perasaan, dalam hal ini keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah dunia ini

  5. Fungsi ekonomi, dimana tugas kepala keluarga dalam fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain. Kepala keluarga bertujuan untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan tersebut, sehingga dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan keluarga 6. Fungsi rekreatif, dimana fungsi keluarga dalam hal ini adalah harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan didalam rumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebagainya 7. Fungsi biologis, dimana dalam hal ini fungsi keluarga yaitu meneruskan keturunan sebagai generasi penerus

  8. Fungsi kasih sayang, dimana dalam hal ini keluarga memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara anggota keluarga serta membina kepribadian anggota keluarga (Partowisastro, 1997: 89).

2.5.3 Ekonomi Keluarga

  Untuk melihat kedudukan ekonomi dapat dilihat dari segi pendapatan ataupun

penghasilan. Berdasarkan hal tersebut masyarakat dapat digolongkan ke dalam

kedudukan ekonomi rendah, sedang dan tinggi, dibawah ini: a.

  Golongan masyarakat bergolongan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain b.

  Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan harga cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung c.

  Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatan itu ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan lain.

  Dalam kehidupan, manusia mempunyai banyak kebutuhan dan sudah menjai

keharusan baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik moral maupun materil.

  

Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak terlepas dari manusia lain. Kebutuhan

pokok atau human needs dapat dijelaskan sebagai sebuah kebutuhan yang sangat penting

guna kelangsungan hidup manusia. Kehidupan ekonomi adalah berhubungan dengan

pendapatan dan pemanfaatannya. Berbicara kehidupan ekonomi berarti juga mambahas

tentang bagaiamana seseorang memperoleh pendapatan. Jadi kehidupan ekonomi

merupakan strategi yang diterapkan seseorang dalam menghasilkan pendapatn, serta

pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang didapat.

  Manusia dikatakan hidup layak jika mampu memenuhi kebutuhan hidup

minimalnya. Kebutuhan tersebut meliputi pangan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

  

Abraham Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia terdiri atas lima tingkatan

yaitu:

  a.

  Kebutuhan fisik atau biologik dengan indikator lapar, haus, seks, rasa enak, tidur, dan istirahat b.

  Kebutuhan rasa aman dengan indikator psikologik terhindar dari bahaya dan bebas dari rasa takut ataupun ancaman c.

  Kebutuhan disertakan, rasa cinta dan aktivitas sosial dengan indikator psikologik berupa rasa bahagia, berkumpul, berserikat, perasaan diterima dalam kelompok, rasa bersahabat, atau afeksi d.

  Kebutuhan rasa hormat dengan indikator psikologik seperti menerima keberhasilan diri, kompetensi, keyakinan, rasa diterima orang lain, serta apresiasi dengan martabat

  e. Kebutuhan aktualisasi diri dengan indikator psikologik berupa keinginan mengembangkan diri secara optimal melalui usaha sendiri, kreativitas, dan ekspresi (Maslow, dalam Danim, 1995: 34-35).

2.6 Home Industry

  Menurut Sumoatmojo (1998:179) industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi (manufacturing industry). Industri kerajinan termasuk industri kecil yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dan pengerjaannya dilakukan di rumah sendiri. Sehingga dapat disebut home industry dalam arti industri rumah tangga yang dimiliki keluarga dan dikerjakan di rumah sendiri. Adapun pengelompokan industri berdasarkan kapasitas pekerja yang diperlukan meliputi: a.

  Industri rumah tangga (home industry), menggunakan tenaga kerja 1 sampai 4 orang b.

  Industri kecil, menggunakan tenaga kerja 5 sampai 19 orang.

  c.

  Industri sedang, menggunakan tenaga kerja 20 sampai 99 orang.

  d.

  Industri besar, menggunakan tenaga kerja 100 orang atau lebih

  Industri kecil atau industri kerajinan sangat bermanfaat bagi penduduk, terutama

penduduk golongan ekonomi lemah, karena sebagian besar pelaku industri kecil adalah

penduduk golongan tersebut. Industri ini di pedesaan mempunyai manfaat yang besar, karena: a.

  Dapat memberikan lapangan kerja pada penduduk pedesaan yang umumnya tidak bekerja secara utuh b.

  Memberikan tambahan pendapatan tidak saja bagi pekerja atau kepentingan keluarga, tetapi juga anggota anggota keluarga lain c.

  Dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding industri besar (Mubyarto, 1983: 216).

  Hal lain yang perlu diperhatikan terhadap industri kecil adalah lokasi industri.

Lokasi industri sangat berpengaruh terhadap kemajuan usaha industri tersebut. Secara

teoritis yang berlokasi ditempat yang mudah mendapatkan bahan baku, tenaga kerja,

modal, pemasaran akan dapat berkembang dengan baik. Adapun syarat lokasi yang baik

meliputi: tersedianya bahan mentah atau dasar, tersedianya sumber tenaga alam maupun

manusia, tersedianya tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli untuk dapat mengolah

sumber sumber daya, tersedianya modal, transportasi yang lancar, organisasi yang baik

untuk melancarkan dan mengatur segala sesuatu dalam bidang industri. Keinsyafan dan

kejujuran masyarakat dalam menanggapi dan melaksanakan tugas, mengubah dari daerah agraris ke daerah industri (Bintarto, 1977: 88).

2.7 Kesejahteraan Sosial

  Menurut Walter Freidlander (1961), kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial lembaga-lembaga yang bertujuan untuk emmbentu individu dan kelompok untuk mencapai standari hidup dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1992: 1).

  Sementara itu, Elizabeth Weckenden mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial termasuk didalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan, dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat.

  Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial mendefinisikan kesehjahteraan sosial sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dalam mewujudkan kesejahteraan tersebut dilakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial pasal 5 ayat 1 yang ditujukan kepada: a.

  Perseorangan b. Keluarga c. Kelompok d. Masyarakat

  Pada pasal 5 ayat 2 sebagai berikut penyelenggaraan kesejahteraan sosiak

diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara

kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti: a.

  Kemiskinan b. Keterlantaran c. Kecacatan (disablitas) d. Keterpencilan e. Keturunan sosial dan penyimpangan perilaku f.

  Korban bencana g.

  Korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi (Depsos Republik Indonesia, 2009).

  Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi yaitu: a. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial b.

  Institusi, yaitu arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagi profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial c. Aktivitas, yaitu suatu kegiatan-kegiatan atau usaha terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2009: 2).

2.8 Kerangka Pemikiran

  Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, memahami suatu kemiskinan adalah menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah. Masalah kemiskinan tidak saja menjadi perhatian serius Pemerintah Indonesia saja tetapi juga telah menjadi perhatian pemerintah seluruh dunia. Sebagian besar orang miskin di Indonesia adalah perempuan. Konsep feminisasi kemiskinan dengan jelas menggambarkan ketidakadilan dalam soal keterwakilan wanita di antara orang miskin dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, kaum wanita miskin lebih menderita karena pada sebagian besar masyarakat, wanita juga menjadi subyek dari nilai-nilai sosial yang membatasi mereka dalam meningkatkan kondisi ekonomi atau menikmati akses yang sama ke pelayanan umum.

  Oleh sebab itu, sangat penting untuk memutuskan mata rantai kemiskinan dan jender karena beberapa hasil riset menunjukkan bahwa kemiskinan di kalangan wanita mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak lebih daripada pria. Ketika penghasilan wanita meningkat dan jumlah wanita miskin berkurang, anak-anak juga memperoleh manfaat dari perkembangan itu karena dibandingkan dengan pria, wanita lebih banyak membelanjakan uang mereka untuk keluarga dan khususnya untuk anak-anak. Akibatnya perempuan pun ikut masuk ke dunia kerja.

  Salah satu usaha jenis pekerjaan bagi perempuan yaitu pengrajin. usaha mikro yang menjanjikan yang diilaksanakan oleh pengrajin perempuan adalah Ulos. Ulos merupakan salah satu kerajinan tradisional khas batak. Kain yang diproduksi secara home industry ini cara pembuatan dan alatnya sama seperti pembuatan kain songket khas Palembang. Para pengrajin melakukan penenunan sambil duduk dengan penuh kesabaran, menenun untaian benang berwarna emas dan perak untuk menghasilkan sebuah kain ulos yang indah dan artistik. Bagi orang Batak, kain ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga untuk upacara adat. Pemakaian kain ini secara garis besar ada tiga cara, yaitu dengan cara dipakai, dililit di kepala atau di letakkan di bahu, dililit di pinggang.

  Desa Lumban Siagian, salah satu desa yang terletak di kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara merupakan desa yang menghasilkan produktivitas ulos

tertinggi diantara desa lainnya. Pekerjaan menenun atau membuat ulos dikerjakan oleh

kaum perempuan atau ibu-ibu di desa ini. Bila ditilik dari karakteristik usia, umumnya

para pengrajin ulos adalah perempuan yang berusia paruh baya. Terkadang mereka

sendiri merupakan gabungan dari kelompok ibu-ibu yang memiliki kemampuan

menenun. Umumnya mereka adalah perempuan yang dikenal memiliki ketekunan dan

  

ketelatenan dalam menenun kain ulos. Meski begitu, banyak dijumpai dilapangan

pengrajin perempuan rata-rata hanya diberikan jatah untuk menenun saja dengan pola

yang seringkali sudah ditentukan. Bila memiliki akses yang lebih, rata-rata perempuan

pengrajin bisa mendirikan sendiri sentral usaha ulos dengan pen gelolaan secara mandiri.

  

Selain itu dari sekian banyaknya pengrajin jarang sekali diantara mereka yang memiliki

pendidikan riwayat yang tinggi. Umum nya mereka lulusan SD hingga SMP atau bahkan

tidak bersekolah sama sekali. Terkadang yang menjadi fakta banyak diantaranya yang

juga menjadi penopang keluarga, mereka harus berbagi peran antara keluarga dan

pekerjaan. Industry kecil rumah tangga ini dapat menyerap banyak tenaga kerja tanpa

memerlukan pendidikan tinggi, dapat dilakukan dirumah tanpa meninggalkan pekerjaan

utama sebagai petani. Hal yang demikian merupakan peluang bagi para perempuan didesa

Lumban Siagian Julu untuk bisa berusaha dan bekerja tanpa meninggalkan peran utama

sebagai ibu rumah tangga, sehingga dapat membantu ekonomi keluarga.

  Kondisi perekonomian yang ada di desa Lumban Siagian Julu cukup

memprihatinkan. Ini dikarenakan karena lapangan pekerjaan yang ada didesa Lumban

Siagian Julu adalah petani yang mana petani mendapatan keuntungan dalam jangka waktu tertentu karena terdapat berbagai kendala saat musim tanam.

  Adapun pendapatan yang dihasilkan dari penjualan ulos yang diterima oleh pengrajin ulos dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga baik pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, pakaian, kebutuhan akan pendidikan anak-anak, atau tabungan ke bank daerah yang ada di desa.

  Adapun tujuan pengrajin perempuan memilih ulos sebagai salah satu alternatif mencari pendapatan tambahan adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan pengrajin ulos ada yang berpendapatan kecil, sedang atau tinggi tergantung kepada tingkat produktivitas ulos itu sendiri.

  Bagan Alur Pikir Kemiskinan Pengrajin Perempuan

  Ekonomi Keluarga : a.

  Pendapatan b. Pendidikan c. Kesehatan d. Konsumsi e. Tabungan f

2.9 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.9.1 Definisi Konsep

  Konsep merupakan istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1993: 33).

  Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136 & 138).

  Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

  1. Kontribusi dalam penelitian ini adalah sebuah keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap perean dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.

  2. Perempuan pengrajin ulos dalam penelitian ini adalah perempuan yang berprofesi sebagai pengrajin yang menghasilkan sejenis pakaian yang berbentuk selembar kain tenunan khas batak.

  3. Ekonomi keluarga dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang pendapatan dan pengeluaran yang dialami oleh sebuah keluarga

2.9.2 Definisi Operasional

  Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur dengan membaca suatu definisi operasional dalam suatu penelitian, seseorang peneliti akan tahu pengukuran suatu variable, sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya pengukuran (Singarimbun, 1989: 46).

  Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan definisi operasional merupakan langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Definisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan definisi operasional ditunjukkan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011: 141).

  Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah a. Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos

  1) Modal, adapun indikator modal meliputi dari mana modal berasal, jenis modal yang disalurkan, status modal apakah pinjaman atau uang pribadi

  2) Sasaran penjualan ulos, adapun indikator sasaran penjualan ulos meliputi tujuan penjualan ulos, siapa yang menjadi sasaran penjualan ulos, jenis ulos yang ditawarkan, harga jual ulos

  3) Pemasaran, adapun indikator pemasaran yaitu tujuan pemasaran, jenis ulos yang dipasarkan, pemasaran apakah pasar modern atau tradisional b.

  Ekonomi keluarga Adapun indikator ekonomi keluarga adalah pendapatan. Pengertian ekonomi ialah ilmu yang mempelajari pendapatan dan pengeluaran yang diperoleh seseorang yang telah bekerja. Pengertian pendapatan ialah suatu upah yang diterima oleh seseorang yang telah bekerja. Adapun indikator pendapatan meliputi

  1) Sumber pendapatan

  Adapun indikator sumber pendapatan yaitu darimana pendapatan itu berasal, jenis pendapatan, dan lain-lain 2)

  Pengeluaran konsumsi Adapun indikator pengeluaran konsumsi yaitu frekuensi makan, banyak pengeluaran untuk konsumsi, jenis makanan dan lain-lain.

  3) Pengeluaran kesehatan

  Adapun indikator pengeluaran kesehatan yaitu frekuensi berobat, kemana berobat, pengeluaran untuk kesehatan dan lain-lain.

  4) Pengeluaran pendidikan

  Adapun indikator pengeluaran pendidikan yaitu bentuk pendidikan, biaya pendidikan, jenjang pendidikan, dan lain-lain 5)

  Tabungan

  Adapun indikator tabungan yaitu frekuensi menabung, dimana menabung, dan lain-lain.

Dokumen yang terkait

Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos Terhadap Ekonomi Keluarga di Desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

3 102 107

Dampak Industri Tradisional Tenun Ulos Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sigaol Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Tapanuli Utara (1970-2000)

7 117 115

Sistem Pembuatan Instalasi Listrik Rumah Tinggal Di Desa Lumban Gaol, Kecamatan Pahae Julu Tapanuli Utara

2 52 67

Hubungan Sub Kontrak Antara Partonun Dengan Toke (Studi Kasus Pada Industri Kerajinan Ulos Di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara )

1 51 160

Tinjauan Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

2 37 111

Analisis konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015

0 25 208

Analisis Konsumsi Tuak Pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015

1 10 204

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Repon - Respon Masyarakat Kecamatan Pahae Julu Terhadap Kehadiran Pt. Sarulla Operation Limited (SOL) di Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Desa Silantom Julu Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.1.1 Jamban Keluarga - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Sipange Julu Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013

0 2 21