Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos Terhadap Ekonomi Keluarga di Desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

KONTRIBUSI PEREMPUAN PENGRAJIN ULOS

TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI DESA

LUMBAN SIAGIAN JULU KECAMATAN SIATAS

BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh

100902091

FAISAL EDUWARD LUMBAN TOBING

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHATERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak

oleh :

Nama

: Faisal Eduward Lumban Tobing

Nim

: 100902091

Program Studi

: Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul

: Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos

Terhadap Ekonomi Keluarga di Desa Lumban

Siagian Julu Kecamatan Siatas barita

Kabupaten Tapanuli Utara

Medan, September 2014

Pembimbing

Mastauli Siregar S.Sos, M.Si

NIP 197102072001122001

.

Ketua Program Studi

NIP 197109271998012001

Hairani Siregar, S.sos, MSP

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.Adapun judul skripsi ini adalah

“KONTRIBUSI PEREMPUAN

PENGRAJIN ULOS TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI DESA

LUMBANSIAGIAN JULU KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN

TAPANULI UTARA”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah

kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini

dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis.

Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang

dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu selama penyelesaian skripsi ini. Dengan kerendahan

hati Penulis mengucapkan Banyak Terima Kasih secara khusus kepada :

1.

Bapak

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2.

Ibu

Hairani Siregar, S.Sos, MSP

, selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.


(4)

3.

Ibu

Mastauli Siregar S.Sos M.Si

, selaku dosen pembimbing dan telah

bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan

memberi dukungan serta membagikan ilmunya kepada Penulis dalam

penyelesaian Skripsi ini. Terima Kasih bu. Maaf kalo ada salah yang saya

perbuat buk. Ibu yang terbaik dari yang terbaik.

4.

Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP

USU yang telah membimbing dan membantu administrasi penulis serta

telah memberi segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

5.

Terima kasih kepada Bapak

Augustin Panggabean

, selaku Kepala Desa

Lumban siagian julu beserta seluruh Kepala Dusun, yaitu Bapak Beni

Panggabean, Jen Panggabean, Rudi Simanjuntak, Oberlin Panggabean,

dan Rudi Panggabean yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini

6.

Terimakasih kepada Mendiang Mamaku

Dra. Fatmawati Beddu

,

terimakasih ma atas apa yang mama berikan, walaupun mama tidak bisa

menemaniku sampai wisuda tapi aku bangga punya mama kayak mama,

Ma aku uda sidang kuharap mama bisa tenang diatas sana doakan anak mu

ini ya ma. Aku sayang mama.

7.

Terlebih lebih kepada Kedua Orangtuaku Bapak

Drs. M.L.Tobing

dan

ibu

Ir Anisa Worang

yang telah mendidik, memberi motivasi, bantuan

moril dan materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian

skripsi ini. Cucuran keringat dan air mata didalam doa kalian tidak akan

saya lupakan. Terima kasih buat semua doa bapa dan mama yang

senantiasa mengiringi langkahku. Maafkan anakmu yang tidak akan


(5)

sanggup untuk membalas semua jasa bapak dan mamak. Terima kasih buat

bapakku dan mamakku tersayang.

8.

Kakak tercinta

Theresia Tobing

jangan gemukin badan aja dan

Vanessa

Tobing

dengar-dengaran ama si gendut ya dek,Abang ipar

Jun

Karundeng

telah membimbing dan mendukung penulis saat penulis

mengetik skripsi ini. Terima kasih telah mendukung ku dalam menulis

penyusunan skripsi ini.

9.

Kepada Seluruh Keluarga Besar Bapak dan Mama yang telah memberikan

arahan, nasihat, dukungan yang tak henti-hentinya kepada saya, sehingga

saya bisa menyelesaikan skirpsi saya. Terima kasih saya ucapkan kepada

kalian semua.

10.

Kepada Team AXB(Akali Sampe Bisa), terima saya ucapkan kepada

Gerald Siahaan(Ketua Umum/ Joki), Bang Budi(Montir), Bg

Chain(Montir), Rudi, M ari alatas, dan rekan-rekan SM Raja sekalian,

terima kasih atas kebersamaanya selama beberapa tahun ini, walaupun

bengkelnya uda tutup kalian tetap menjadi kenangan yang indah, saya

bangga kenal dengan kalian. Terimakasih.

11.

Kepada Team Sarbal Gerald Siahaan, Daniel Simanjuntak(Lae), Aparaku

Saut Hutagalung, Aparaku Tatlo Tobing, Tulang Naga, Aparaku abdul,

Bang Sulu, Nasi uduk, Ibek (Wakapolsek Medan Utara), Adekku Putra

dan seluruh warga pintu air dan sekitarnya terima kasih ku ucapkan

kepada kalian selama ini saya tinggal bersama kalian banyak suka duka

yang saya alami bersama kalian, sekarang saya sudah mau wisuda doakan

ya wkwkw, terima kasih sekali lagi saya ucapkan.


(6)

12.

Kepada Team DOTA 2 SM RAJA Abib, dika, Fathur susu, endro, saleh,

dan adek-adek sekalian, terima kasih saya ucapkan kepada kalian yang

telah mau bermain DOTA bersama, jangan cupu-cupu kali ya, oh iya

abang uda wisuda dek, jadi agak sopan kalian ya.wkwkwk

13.

Kepada Team DOTA 2 Djams Laeku Gotirrr yang selalu curhat sama

oom, lai kalo bisa sama kita wisuda ya, masa kita main Dota sama wisuda

gak wkwkw oh iya langgeng sama best ku si Intan ramadani sama

mananya si misida itu lai jadinya dan agak dikurangi yang nyabun itu ya

guru ahahahahah, Dadang si homo, mo cepat kau tamat jgn begadang aja

mo ingat kejar skripsi mu ya mo dan agak kurangi juga sabun mu itu susu

jarang kita sukak menyabuni oom, Joni si Leboy, lai kejar wisuda lai,

jangan dipending-pending lagi lai kawkawkawk, Re-boot yang paling

muda makasih atas perhatian dan masukan nya bang selama kita bermain

DOTA kawkawkawkaw, Payimin si bintang(APAY) makasih bang selama

ini warnet abang jadi tumpuan kami, oh iya min kurangi main dota itu uda

hilang id mu kan? Wkkwkwk Enak?, bang godiel makasih atas arahanya

bang, Cumi si susu cum abang juga uda mau wisuda dek awkwakawkwak,

dan yang terpenting Angga si Ginting, terima kasih lai atas dukungan dan

kebersamaanya selama ini lai makasih banyak kuucapkan ama lae,

makasih buat kalian semua, saya bangga kenal dengan kalian.

14.

Terima kasih kepada semua anak kessos 2010 lamsar asu, anton purba,

meisyah rahmat hura pakcik(si SOLID), Om Bro(Agung Hercules Mantan

Anggota TNI-AD), Halasson si buncit, yohana purba(kawan dari

SD-Kuliah kan to), Sintong, Foniah, Juwita(raiso), Helen, desi, Rafni(anak


(7)

TK), Riada si Inang makasih buat masukan dan perhatian selama ini,

Intan ramadhani Best ku makasih ya best langgeeng sama si gotir kami itu

ya, dan anak kessos 2010 lainnya, banyak suka dan duka yang kita alami

bersama dari pertama masuk kuliah dan sampe akhir kita mau wisuda, dan

terima kasih buat wanita yang saya kagumi terimakasih buat anda yang

telah membuat saya semangat untuk kuliah, terima kasih cepat nyusul ya

kau gak akan terlupakan dan buat monica hutabarat terima kasih uda

mengisi hari-hariku kemaren, cepat wisuda ya dek hehe. Terima kasih

kuucapkan kepada kalian semua, saya bangga kenal dengan kalian.

15.

Buat abangda dan kakak

Kesos 2009

:Meychael Diego,

Rizky

Simamora,Evan Pinem ( agen lendir ), Jerico Kiko, Octo Plur,

Prandani,Brema, Rio, Udin upil, Jones, Eko, Surya, Gomos, Franky fb,

dan yang tidak bisa saya sebutkan terima kasih atas arahan kalian kepada

saya selama ini.

16.

Buat senior-senior

Kesos 2005

(B’Agung, B’Kiel, B’Ramot, K’Melle),

Kesos 2006

(B’Arjun, B’Imanuel, B’Tho, B’Nanta, B’Rahmat)

Kesos

2007

(K’Castry, B’Rio,B’Sun)

Kesos 2008

( B’Indra, K’Poppy, K’Ain,

B’Jones, B’erwin) dan Senior-Senior yang lain yang tidak dapat saya

sebutkan namanya satu-persatu, Terima Kasih atas bantuan dan arahannya

selama perkuliahan.

17.

Buat adik-adik junior kessos 2011-2013 terina kasih abang ucapkan

kepada kalian atas kebersamaanya selama di kampus, saya harap kalian

dapat cepat wisuda juga ya dek.


(8)

18.

Terima kasih atas teman-teman seperjuangan di SMA Over grand

hutauruk, lae aku uda mau wisuda lae cepat juga tamat ya biar bisa lagi

jumpa kita lae, buat kawan-kawan di terminal tarutung makasih apara dan

laeku atas semangat kalian, terima kasih saya ucapkan kepada kalian atas

dukungan kalian.

19.

Kepada Masyarakat Desa Lumban siagian julu saya ucapkan terima kasih

dan salam sejahtera bagi kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam skripsi ini.Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang

membangun guna menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik

lagi.Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Sekian

dan Terima Kasih.

Medan, April 2014

Penulis

Faisal Eduward Lumban Tobing

vi


(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Faisal Eduward L. Tobing

Nim

: 100902091

ABSTRAK

Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos Terhadap Ekonomi Keluarga di Desa

Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Kemiskinan merupakan masalah pribadi keluarga, masyarakat, negara

bahkan dunia. Masalah kemiskinan sangatlah kompleks dan bersifat

multidimensional. Sebagian besar orang miskin di Indonesia adalah perempuan.

Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk memerangi kemiskinan tersebut,

baik upaya yang dilakukan pemerintah ataupun individu itu sendiri. Seperti hal

nya yang dilakukan oleh para perempuan di Desa Lumban Siagian Julu, untuk

membantu ekonomi keluarga mereka bekerja sebagai pengrajin ulos. Maka dalam

penelitian ini akan digambarkan bagaimana kontribusi perempuan pengrajin ulos

terhadap ekonomi keluarga di Desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita

Kabupaten Tapanuli Utara.

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti yaitu bagaimana kontribusi

perempuan pengrajin ulos terhadap ekonomi keluarga di Desa Lumban Siagian

Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah populasi dalam

penelitian ini sebanyak 160 kepala keluarga yang berada di Desa Lumban Siagian

Julu. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel yang ada

yaitu sebanyak 16 orang. Dalam hal ini adapun penetapan kriteria sampel adalah

perempuan pengrajin ulos.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para perempuan pengrajin ulos di

desa Desa Lumban Siagian Julu telah berkontribusi terhadap perekonomian

keluarganya, walaupun pendapatan yang diperoleh dari kegiatan menenun ulos

namun mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ada beberapa kendala


(10)

yang dihadapi pengrajin dalam menjalankan usahanya, yaitu modal usaha dan

pemasaran hasil kerajinan ulos.

Kata kunci: Kontribusi, Perempuan Pengrajin Ulos, Ekonomi Keluarga

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY POLITIC AND SOCIAL SCIENCE

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Faisal Eduward L. Tobing

Nim

: 100902091

ABSTRACT

ContributionsUlosAgainstWomenArtisansinRuralFamilyEconomicSiagianLumba

nJuluDistrict ofNorth TapanuliSiatasBarita

Povertyis amatterof personalfamily, community, nationand eventhe world.

The problem of povertyis complexandmultidimensional. The majority

ofpoorpeopleinIndonesiaare women.

Therefore,efforts were made

tocombatpoverty, the effortmade by the governmentor theindividuals themselves.

As his caseisdonebythewomeninthe village ofSiagianLumbanJulu, tohelp

thefamily economyUlostheirworkascraftsmen. Soin this studywillbe describedhow

women's contributionsto thefamily economyUlosartisansin the

villagesubdistrictLumbanJuluSiagianSiatasBaritaNorth Tapanuli.

This study wasclassified asdescriptiveresearchthat

aimstodescribeobjectsandphenomenaunder study ishow women's contributionsto

thefamily economyUlosartisansin the

villagesubdistrictLumbanJuluSiagianSiatasBaritaNorth Tapanuli. The population

inthis study were160heads offamiliesresidingin the villageSiagianLumbanJulu.

Torepresentthe population,researchers tooksamplesthereas many as16people.

Inthis casethe criteriaas for thedetermination ofthe samplewasfemaleartisansUlos.

The results ofthis studyshowedthatwomenin theruralvillage

ofcraftsmenUlosSiagianLumbanJuluhas beencontributing to thefamilyeconomy,

althoughincome earnedfromweavingactivitiesUlosbuttheycanmeet theneeds of


(11)

family life. There areseveralconstraints faced bycraftsmenin the operations,

theventurecapitalandmarketing ofhandicraftsUlos.

Keywords: Contributions, WomenArtisansUlos, FamilyEconomics

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………...ii

Daftar Isi……… ...iii

BAB 1: PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah………...1

1.2. Rumusan Masalah………...10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...10

1.3.1.

Tujuan Penelitian………...10

1.3.2.

Manfaat Penelitian………...10

1.4. Sistematika Penelitian……….11

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontribusi………13

2.2. Perempuan………...13

2.2.1. Pengertian Perempuan………..13

2.2.2. Perempuan Pengrajin………15

2.3. Kerajinan……….16

2.3.1. Pengertian Kerajinan………16

2.3.2. Tenun………17

ix


(12)

2.4. Ulos……….18

2.4.1. Pengertian Ulos………18

2.4.2. Jenis-jenis Ulos……….18

2.4.3. Cara Pembuatan Ulos………...19

2.4.4. Penggunaan Ulos………..21

2.5. Ekonomi Keluarga………..24

2.5.1. Ekonomi………...24

2.5.1. Keluarga………..24

2.5.3. Ekonomi Keluarga………...28

2.6. Home Industry………29

2.7. Kesejahteraan Sosial……….31

2.8. Kerangka Pemikiran……….33

2.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional………..37

2.9.1. Defenisi Konsep………37

2.9.2. Defenisi Operasional………38

BAB III: METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian………40

3.2. Lokasi Penelitian………40

3.3. Populasi dan Sampel……….40

3.3.1. Populasi………..40

3.3.2. Sampel………41

3.4. Teknik Pengumpulan Data………..41

3.5. Teknik Analisis Data………..42

x


(13)

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis Lumban Siagian Julu………...44

4.1.1. Luas Wilayah………...44

4.2. Batas Administratif………...45

4.3. Kondisi Demografis Desa Lumban Siagian Julu………...45

4.3.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………...45

4.3.1.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama………...46

4.3.1.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku………...46

4.3.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...47

4.3.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….47

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Lumban Siagian Julu………48

4.4.1. Sarana Pendidikan………..48

4.4.2. Sarana Kesehatan………...49

4.4.3. Sarana Rumah Ibadah………....50

4.4.4. Sarana Jalan dan Transportasi………50

4.4.5. Sarana Pemerintahan Desa………51

4.5. Kegiatan Sosial………52

BAB V: ANALISIS DATA

5.1. Pengantar………...54


(14)

5.2. Krakteristik Umum Responden………..54

5.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...54

5.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Agama………...56

5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Status………...57

5.3. Pengenalan Tentang Ulos………..57

5.3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Ulos…...57

5.3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang Ikut Serta Sebagai

Pengrajin Ulos………57

5.3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bagaimana Pembuatan

Ulos...58

5.3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Berperan Sebagai

Pengrajin...58

5.3.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Ulos yang Diminati Oleh

Masyarakat...59

5.4. Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos………60

5.4.1.Modal……….60

5.4.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Modal………60

5.4.2. Sasaran Penjualan dan Pemasaran Ulos………61

5.4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Ulos yang

Dipasarkan...61

5.4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Jual Ulos…………...62

5.5. Ekonomi Keluarga………..63

5.5.1. Sumber Pendapatan………..63

xii


(15)

5.5.2. Pengeluaran Konsumsi………..65

5.5.3. Kesehatan………..68

5.5.4 Pendidikan………..71

5.5.4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pentingnya Pendidikan…….71

BAB VI: PENUTUP

6.1. Kesimpulan……….79

6.2. Saran………...80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(16)

DAFTAR BAGAN & TABEL

2.1. Bagan Alur Pikir………....36

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………....45

Tabel 4.2.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir....47

Tabel 4.3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian…………....48

Tabel 4.4

Distribusi Sarana Pendidikan Formal………...49

Tabel 4.5

Distribusi Sarana Pemerintahan Desa Lumban Siagian Julu…….51

Tabel 5.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Usia………55

Tabel 5.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir………..55

Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Modal………60

Tabel 5.4.

Distribusi Responden Berdasarkan Pemasaran Ulos………61

Tabel 5.5.

Distribusi Responden Berdasarkan Peminat Ulos………62

Tabel 5.6.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan ……….63

Tabel 5.7.

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pendapatan……….64

Tabel 5.8.

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Perolehan

Pendapatan...65

Tabel 5.9.

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pengeluaran………...65

Tabel 5.10.

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan…………...66

Tabel 5.11.

Distribusi Responden Berdasarkan Kecukupan Antara Pendapatan

dengan Pengeluaran ………67


(17)

Tabel 5.12.

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat Ketika

Sakit...68

Tabel 5.13.

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan

Kesehatan...68

Tabel 5.14.

Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Kesehatan………69

Tabel 5.15.

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Program

BPJS...70

Tabel 5.16.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan

Jumlah Anak Sekolah………...72

Tabel 5.17.

Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan…………73

Tabel 5.18.

Distribusi Responden Berdasarkan Status Sekolah………74

Tabel 5.19.

Distribusi Responden Berdasarkan Bantuan Pendidikan ……….74

Tabel 5.20.

Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Pendidikan…………..75

Tabel 5.21.

Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Menabung………...76

Tabel 5.22.

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menabung……….77

Tabel 5.23.

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menabung………….78

xv


(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Faisal Eduward L. Tobing

Nim

: 100902091

ABSTRAK

Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos Terhadap Ekonomi Keluarga di Desa

Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Kemiskinan merupakan masalah pribadi keluarga, masyarakat, negara

bahkan dunia. Masalah kemiskinan sangatlah kompleks dan bersifat

multidimensional. Sebagian besar orang miskin di Indonesia adalah perempuan.

Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk memerangi kemiskinan tersebut,

baik upaya yang dilakukan pemerintah ataupun individu itu sendiri. Seperti hal

nya yang dilakukan oleh para perempuan di Desa Lumban Siagian Julu, untuk

membantu ekonomi keluarga mereka bekerja sebagai pengrajin ulos. Maka dalam

penelitian ini akan digambarkan bagaimana kontribusi perempuan pengrajin ulos

terhadap ekonomi keluarga di Desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita

Kabupaten Tapanuli Utara.

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti yaitu bagaimana kontribusi

perempuan pengrajin ulos terhadap ekonomi keluarga di Desa Lumban Siagian

Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah populasi dalam

penelitian ini sebanyak 160 kepala keluarga yang berada di Desa Lumban Siagian

Julu. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel yang ada

yaitu sebanyak 16 orang. Dalam hal ini adapun penetapan kriteria sampel adalah

perempuan pengrajin ulos.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para perempuan pengrajin ulos di

desa Desa Lumban Siagian Julu telah berkontribusi terhadap perekonomian

keluarganya, walaupun pendapatan yang diperoleh dari kegiatan menenun ulos

namun mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ada beberapa kendala


(19)

yang dihadapi pengrajin dalam menjalankan usahanya, yaitu modal usaha dan

pemasaran hasil kerajinan ulos.

Kata kunci: Kontribusi, Perempuan Pengrajin Ulos, Ekonomi Keluarga

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY POLITIC AND SOCIAL SCIENCE

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Faisal Eduward L. Tobing

Nim

: 100902091

ABSTRACT

ContributionsUlosAgainstWomenArtisansinRuralFamilyEconomicSiagianLumba

nJuluDistrict ofNorth TapanuliSiatasBarita

Povertyis amatterof personalfamily, community, nationand eventhe world.

The problem of povertyis complexandmultidimensional. The majority

ofpoorpeopleinIndonesiaare women.

Therefore,efforts were made

tocombatpoverty, the effortmade by the governmentor theindividuals themselves.

As his caseisdonebythewomeninthe village ofSiagianLumbanJulu, tohelp

thefamily economyUlostheirworkascraftsmen. Soin this studywillbe describedhow

women's contributionsto thefamily economyUlosartisansin the

villagesubdistrictLumbanJuluSiagianSiatasBaritaNorth Tapanuli.

This study wasclassified asdescriptiveresearchthat

aimstodescribeobjectsandphenomenaunder study ishow women's contributionsto

thefamily economyUlosartisansin the

villagesubdistrictLumbanJuluSiagianSiatasBaritaNorth Tapanuli. The population

inthis study were160heads offamiliesresidingin the villageSiagianLumbanJulu.

Torepresentthe population,researchers tooksamplesthereas many as16people.

Inthis casethe criteriaas for thedetermination ofthe samplewasfemaleartisansUlos.

The results ofthis studyshowedthatwomenin theruralvillage

ofcraftsmenUlosSiagianLumbanJuluhas beencontributing to thefamilyeconomy,

althoughincome earnedfromweavingactivitiesUlosbuttheycanmeet theneeds of


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan

martabat manusia. Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari

solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan

merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. Dapat

dipahami bahwa masalah kemiskinan memerlukan perhatian khusus dari semua

pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Langkah pertama

penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu

masalah. Kemiskinan hingga kini masih menjadi masalah yang penting di

Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah

kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional sebab berkaitan

dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan terus

menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang

merupakan negara berkembang (Siagian, 2011).

Perspektif banyak orang mengenai kemiskinan sangat berbeda, ada yang menganggap kemiskinan sebagai sebuah tradisi yang turun temurun dari nenek moyang hingga turunannya, ada juga yang menganggap kemiskinan sebagai salah satu dampak kurang pedulinya pemerintah terhadap masyarakat ekonomi kebawah akibatnya daya beli keluarga masyarakat ekonomi bawah sangat kurang untuk bersaing dengan perkembangan zaman yang pesat, sebagian lagi masyarakat tidak menganggap mereka miskin, akibatnya mereka sangat antipati dengan keadaan mereka saat ini, antipati


(21)

terhadap internal keluarga, antipati terhadap lingkungan sosial serta antipati terhadap berbagai kebijakan pemerintah dalam membantu masyarakat miskin. Hal itu sangat beralasan dikarenakan dengan mereka menjadi peduli dengan sekitar, kehidupan mereka tetap tidak akan berubah meskipun dioles bagaimanapun, mereka menganggap mereka akan tetap miskin.

Sebagian besar orang miskin di Indonesia adalah perempuan. Konsep feminisasi kemiskinan dengan jelas menggambarkan ketidakadilan dalam soal keterwakilan wanita di antara orang miskin dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, kaum wanita miskin lebih menderita karena pada sebagian besar masyarakat, wanita juga menjadi subyek dari nilai-nilai sosial yang membatasi mereka dalam meningkatkan kondisi ekonomi atau menikmati akses yang sama ke pelayanan umum. Di Indonesia, nilai-nilai yang diberlakukan dalam masyarakat dapat berupa pernikahan di usia muda, keharusan segera memiliki anak, kehamilan berkali-kali untuk memperoleh anak laki-laki dan jam kerja yang panjang di rumah. Beberapa nilai sosial dapat langsung mempengaruhi asupan nutrisi bagi wanita, misalnya pembagian makanan dalam keluarga diutamakan untuk pria dan anak laki-laki. Ketika sumber daya dalam keluarga itu terbatas, akses ke pendidikan akan diutamakan kepada anak laki-laki.

Oleh sebab itu, sangat penting untuk memutuskan mata rantai kemiskinan dan jender karena beberapa hasil riset menunjukkan bahwa kemiskinan di kalangan wanita mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak lebih daripada pria. Ketika penghasilan wanita meningkat dan jumlah wanita miskin berkurang, anak-anak juga memperoleh manfaat dari perkembangan itu karena dibandingkan dengan pria, wanita lebih banyak membelanjakan uang mereka untuk keluarga dan khususnya untuk anak-anak. Dengan kata lain, mengurangi jumlah wanita miskin justru meningkatkan kesejahteraan anak, yang menjadi generasi masa depan.

Beberapa studi ekonomi makro menegaskan bahwa wanita yang lebih berpendidikan akan memberikan sumbangan yang lebih baik bagi kesejahteraan generasi


(22)

muda melalui penurunan angka kematian bayi dan anak-anak, tingkat kesuburan yang lebih rendah, dan peningkatan gizi anak-anak. Pada tingkat ekonomi makro, salah satu hasil studi menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu persen kepesertaan wanita dalam pendidikan sekolah menengah menghasilkan 0,3 persen peningkatan dalam pendapatan per kapita (Dollar dan Gatti, 1999: dalam Michael Bamberger dkk., hal. 341). Kesejahteraan wanita menjadi penentu utama dalam mewujudkan korelasi positif antara pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan. Kita tidak bisa berbicara tentang kemiskinan pada umumnya dan khususnya strategi pengentasan kemiskinan, tanpa mengatasi hubungan jender Mayling Oei Gardiner, dalam Kathryn Robinson & Sharon Bessell (eds) Women in Indonesia, Gender, Equity and Development, 2000

Perihal keterwakilan perempuan dalam penyerapan tenaga kerja, UMKM ternyata berperan sangat dominan. Pada tahun 2010 dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap oleh dunia kerja sebanyak 65,4 juta atau 66,2%. Angka ini ternyata terbagi menjadi sekitar 81 juta diantaranya diserap oleh jenis Usaha Mikro dan Kecil dan sekitar 4,4 juta tenaga kerja lainnya diserap oleh Usaha Menengah. Dengan demikian, hanya sekitar 3,4 juta pekerja yang diserap oleh usaha besar. Ini menunjukkan betapa kecilnya peran Usaha Besar dalam menciptakan kesempatan kerja. Padahal seperti disampaikan sebelumnya nilai produk yang dihasilkan usaha besar tidak jauh berbeda dari nilai produk yang dihasilkan UMKM.

Salah satu sektor yang sangat strategis untuk Indonesia adalah usaha kecil kerajinan tangan tradisional. Selain kehadiran UMKM yang besar di sektor ini terutama daerah-daerah yang menghasilkan produktivitas kerajinan tangan saat ini sudah mendapatkan pasar yang cukup luas dan memiliki pasar tersendiri. Apalagi, tidak sedikit pula produk kerajinan tangan tradisional Indonesia yang sudah sukses menembus pasar mancanegara dimana dikerjakan oleh kaum perempuan. Berkaitan dengan pengerahan sumber daya ekonomi yang dimiliki rumah tangga miskin, maka telah menuntut


(23)

perempuan sebagai istri untuk dapat menopang ketahanan ekonomi keluarga. Kondisi demikian merupakan dorongan yang kuat bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah.

Dalam beberapa tahun terakhir ini keterlibatan perempuan pada sektor publik menunjukkan angka yang terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi perempuan untuk bekerja di sektor publik semakin tinggi. Perempuan pada rumah tangga miskin, rata-rata mempunyai tingkat pendidikan yang relatif rendah karena kondisi ekonomi yang melatarbelakanginya. Perempuan ini masuk ke pasar kerja dengan tingkat pendidikan rendah dan ketrampilan rendah. Perempuan dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah inilah yang justru banyak masuk ke lapangan kerja, terutama pada sektor informal dengan motivasi menambah pendapatan keluarga.

Yuniarti dan Haryanto (2005) pendapatan para pekerja wanita pada industri sandang mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Kontribusi perempuan dapat dikatakan sebagai katup pengaman (savety valve) atau penopang bagi rumah tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Perempuan Indonesia terutama di pedesaan sebagai sumber daya manusia cukup nyata partisipasinya khususnya dalam memenuhi fungsi keluarga dan rumah tangga bersama pria. Beberapa hasil penelitian menunjukkan peran serta wanita dalam berbagai industri di beberapa daerah cukup besar dan menentukan, dengan pengelolaan usaha yang bersifat mandiri, dan salah satu keterlibatan perempuan dalam dunia kerja yaitu banyaknya perempuan daerah yang menjadi pengrajin.

Sumatera Utara misalnya geliat para pelaku para pengrajin perempuan yang berada di Sumatera Utara terus meningkat pesat. Pelaku pengrajin perempuan batik dan ulos Medan misalnya. Dari awalnya hanya satu perajin saja, kini setelah tiga tahun batik ini banyak diminati, maka puluhan perajin batik Medan juga telah menyebar di Sumatera Utara. Tidak heran, jika produk batik dan ulos yang mereka hasilkan ini akan menembus pasar Jepang. Hal ini dikatakan Executive Vice President PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi, bahwa tembusnya produk mereka di pasar Jepang


(24)

merupakan hasil seleksi sejumlah UMKM. PT PNM sudah melakukan penandatangan kesepakatan (MOU) dengan Japan External Trade Organization (Jetro). Lewat kerja sama itulah, maka akan adanya pengembangan kapasitas dan penetrasi pasar bagi pelaku UMKM Indonesia ke Jepang (http://www.ayogitabisa.com/berita-gita/sumut-akan-ekspor-gede-gedean-ulos-dan-batik-ke-jepang.html).

Kain ulos merupakan salah satu kerajinan tradisional khas batak. Kain yang diproduksi secara home industry ini cara pembuatan dan alatnya sama seperti pembuatan kain songket khas Palembang. Para pengrajin melakukan penenunan sambil duduk dengan penuh kesabaran, menenun untaian benang berwarna emas dan perak untuk menghasilkan sebuah kain ulos yang indah dan artistik. Bagi orang Batak, kain ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari tetapi juga untuk upacara adat. Pemakaian kain ini secara garis besar ada tiga cara yaitu dengan cara dipakai, dililit di kepala atau di letakkan di bahu, dililit di pinggang. Namun demikian, tidak semua jenis. Kain yang didominasi warna merah, hitam, dan putih ini biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak. Dahulu, kain ini hanya digunakan sebagai selendang dan sarung untuk pasangan kebaya bagi wanita suku Batak namun pada saat ini telah mengalami modifikasi sehingga lebih menarik dan bernilai ekonomis, misalnya dijadikan sebagai produk souvenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet dan kain gorden.

Para pengrajin melakukan penenunan sambil duduk dengan penuh kesabaran, menenun untaian benang berwarna emas dan perak untuk menghasilkan sebuah kain ulos yang indah dan artistik. Bagi orang Batak, Kain Ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga untuk upacara adat. Pemakaian kain ini secara garis besar ada tiga cara, yaitu dengan cara dipakai, dililit di kepala atau di letakkan di bahu, dililit di pinggang. Namun demikian, tidak semua jenis Kain Ulos dapat dipakai dalam aktivitas sehari-hari.


(25)

Dalam keseharian, laki-laki Batak menggunakan sarung tenun bermotif kotak-kotak, tali-tali dan baju berbentuk kemeja kurung berwarna hitam, tanpa alas kaki. Bagi orang Batak, Kain Ulos tidak sekedar kain yang berfungsi melindungi tubuh dari hawa dingin, tetapi juga berfungsi simbolik, khususnya yang berkaitan dengan adat istiadat orang Batak. Kain Ulos dari jenis tertentu dipercaya mengandung kekuatan mistis dan dianggap keramat serta memiliki daya magis untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya. Kain Ulos juga menjadi bagian penting dalam upacara adat masyarakat Batak. Bilamana dalam suatu upacara adat Kain Ulos tidak digunakan atau diganti dengan kain yang lain, seperti dalam upacara kelahiran, kematian, pernikahan, memasuki rumah yang baru, atau upacara-upacara adat lainnya, maka pelaksanaan upacara adat menjadi tidak sah. Masing-masing suku batak memiliki kain ulos. Makna ulos pada setiap suku batak yang da di Sumatera Utara hampir semua sama. Hal yang membedakan dari kain ulos terserbut hanyalah ketebalan kain dan kecerahan warna-warna yang terdapat pada ulos tersebut.

Kain Ulos juga menjadi bagian penting dalam upacara adat masyarakat Batak. Bilamana dalam suatu upacara adat Kain Ulos tidak digunakan atau diganti dengan kain yang lain, seperti dalam upacara kelahiran, kematian, pernikahan, memasuki rumah yang baru, atau upacara-upacara adat lainnya, maka pelaksanaan upacara adat menjadi tidak sah. Masing-masing suku batak memiliki kain ulos. Makna ulos pada setiap suku batak yang da di Sumatera Utara hampir semua sama. Hal yang membedakan dari kain ulos terserbut hanyalah ketebalan kain dan kecerahan warna-warna yang terdapat pada ulos tersebut. Kain ulos mempunyai beraneka macam jenis, di antaranya: bintang maratur, ragiidup, sibolang, ragihotang, mangiring, dan sadum. Jenis-jenis Ulos tersebut mempuyai tingkat kerumitan, nilai, dan fungsi yang berbeda-beda, semakin rumit pembuatan sebuah Ulos, maka nilainya semakin tinggi dan harganya juga semakin mahal.

Salah satu bentuk kegiatan home industry yang ada di kabupaten Tapanuli Utara adalah kerajinan ulos yang mana pengrajin ulos di dominasi oleh kaum perempuan.


(26)

Kesehariannya, kelompok pengrajin ulos perempuan menghasilkan satu ulos seharga kisaran Rp 250.000 sampai dengan Rp 500.000 dengan periode waktu 8 jam dalam sehari periode 1 minggu. Periode satu bulan kelompok pengrajin perempuan ulos mendapatkan keuntungan berkisar 1,5 juta per bulan. Kabupaten Tapanuli Utara merupakan suatu daerah yang mana ekonomi masyarakat masih rendah. Di daerah ini penduduk mayoritas bekerja sebagai petani, namun kaum perempuan tidak mau hanya berdiam diri menunggu senja sembari menunggu suami mereka pulang kerumah. Alhasil, perempuan berinisiatif untuk mencari pengalaman kerja untuk menambah penghasilan rumah tangga sambil mereka merawat anak, dipilihlah kerajinan rumah tangga yaitu sebagai pengrajin ulos untuk menambah pendapatan keluarga. Ini di karenakan bahwa keterampilan yang dipunya oleh kaum perempuan lebih condong dengan keterampilan kerajinan ulos.

Bila ditilik dari karakteristik usia, umumnya para pengrajin ulos adalah perempuan yang berusia paruh baya. Terkadang mereka sendiri merupakan gabungan dari kelompok ibu-ibu yang memiliki kemampuan menenun. Umumnya mereka adalah perempuan yang dikenal memiliki ketekunan dan ketelatenan dalam menenun kain ulos. Meski begitu, banyak dijumpai dilapangan pengrajin perempuan rata-rata hanya diberikan jatah untuk menenun saja dengan pola yang seringkali sudah ditentukan. Bila memiliki akses yang lebih, rata-rata perempuan pengrajin bisa mendirikan sendiri sentral usaha ulos dengan pen gelolaan secara mandiri. Selain itu dari sekian banyaknya pengrajin jarang sekali diantara mereka yang memiliki pendidikan riwayat yang tinggi. Umum nya mereka lulusan SD hingga SMP atau bahkan tidak bersekolah sama sekali. Terkadang yang menjadi fakta banyak diantaranya yang juga menjadi penopang keluarga, mereka harus berbagi peran antara keluarga dan pekerjaan. Industry kecil rumah tangga ini dapat menyerap banyak tenaga kerja tanpa memerlukan pendidikan tinggi, dapat dilakukan dirumah tanpa meninggalkan pekerjaan utama sebagai petani. Hal yang demikian merupakan peluang bagi para perempuan didesa Lumban Siagian Julu untuk bisa


(27)

berusaha dan bekerja tanpa meninggalkan peran utama sebagai ibu rumah tangga, sehingga dapat membantu ekonomi keluarga.

Pengrajin ulos di Kabupaten Tapanuli Utara mayoritas merupakan masyarakat yang memiliki ekonomi yang rendah. Pengrajin ulos pada umumnya merupakan sosok perempuan yang sudah menikah. Kebutuhan ekonomi yang besar, mendorong kaum ibu atau perempuan membantu perekonomian keluarga. Ini di karenakan penghasilan petani di desa ini kurang memadai dan kurang memenuhi kebutuhan ekonomi dengan adanya musim panceklik, atau musim hama pemakan tanaman, membuat petani menjerit sehingga dibutuhkan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan keluarga, dan menambah tabungan.

Adanya home industry di kabupaten Tapanuli Utara dipercaya dapat membantu pendapatan ekonomi keluarga, baik dalam pengeluaran kebutuhan pendidikan, kesehatan, konsumsi, dan tabungan. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan ulos yang diterima oleh pengrajin ulos dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga baik pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, pakaian, kesehatan, kebutuhan akan pendidikan anak-anak, atau tabungan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kontribusi perempuan pengrajin ulos terhadap ekonomi keluarga Desa Lumban siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2

Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari sebuah penellitian. Untuk itu, penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah bagaimana kontribusi perempuan pengrajin ulos terhadap ekonomi keluarga Desa Lumban siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.


(28)

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi perempuan pengrajin ulos terhadap ekonomi keluarga di desa Lumban siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.

1.3.2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam

rangka:

a.

Pengembangan teori-teori tentang ekonomi keluarga melalui aktivitas

pengrajin ulos di desa Lumban siagian Julu Kecamatan Siatas Barita

Kabupaten Tapanuli Utara

b.

Referensi bagi keilmuan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan pendapatan

ekonomi keluarga melalui aktivitas perempuan pengrajin ulos

c.

Bahan pertimbangan atau reeferensi dalam rangka pengembangan

konsep-konsep dan teori-teori ekonomi masyarakat.


(29)

1.4

Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung

dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan secara garis

besarnya dikelompokan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep dan definisi operasional

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data

BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution yang artinya keikutsertaaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Kontribusi dapat diartikan berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman kepada pihak lain demi kebaikan bersama. Sedangkan kontribusi sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak terhadap pihak lain 2014 Pukul 21.05 WIB).

Berkontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meingkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cata meminjamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansian, dan lainnya. Dari rumusan kontribusi tersebut maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah sebuah keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap perean dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.

2.2 Perempuan

2.2.1 Pengertian Perempuan

Sebagai perempuan, seseorang tentu kerap dipanggil dengan panggilan yang berbeda-beda. Kadang cewek, kadang perempuan, dan yang paling terdengar elegan adalah wanita. Perbedaan makna perempuan dan wanita akan dibahas lebih lanjut di sini. Berikut beberapa penjelasannya antara lain:


(31)

a.

Makna etimologis

Dalam etimologi Jawa, kata wanita berasal dari frasa ‘Wani Ditoto’ atau berani diatur. Sebutan wanita dimaknai berdasarkan kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada lelaki sesuai dengan perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Sementara itu menurut bahasa Sansekerta, kata perempuan muncul dari kata per – empu –an. 'Per' memiliki makna makhluk dan 'Empu' artinya mulia, tuan, atau mahir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah makhluk yang mulia, atau memiliki kemampuan.

b.

Pengertian dalam kamus

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata perempuan bermakna seperti:

1)

Orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil,

melahirkan anak, dan menyusui wanita

2)

Istri yaitu bininya sedang hamil

3)

Betina (khusus untuk hewan)

4)

Kata wanita bermakna perempuan dewasa yaitu kaum-kaum putri

(dewasa)

Pengertian kata wanita menurut Kamus Kuno Jawa-Inggris dahulu bermakna ‘yang diinginkan’, dalam hal ini perempuan dianggap sebagai objek, sesuatu yang diinginkan oleh pria. Sebaliknya, kata keperempuanan menurut KBBI di tahun 1988 justru bermakna 'kehormatan sebagai perempuan'.

c.

Perubahan makna

Kata wanita ternyata mengalami proses perubahan makna yang semakin positif, sebutan tersebut merupakan bentuk halus dari kata perempuan. Sebaliknya, kata perempuan justru mengalami penurunan di mata masyarakat. Ini sebabnya nama lembaga yang ada adalah ‘Komnas Perempuan’ dan bukan ‘Komnas Wanita’, atau nama


(32)

Kementerian yang melindungi kesejahteraan perempuan adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan bukannya Kementerian Pemberdayaan Wanita. Kata wanita yang terdengar indah dan elegan itu memiliki sejarah panjang sisa-sisa sistem

feodal dan nuansa patriarki pada zaman dahulu

2.2.1

Perempuan Pengrajin

Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja tidaklah terjadi dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam diri perempuan maupun karena pengaruh lingkungan yang mendesak untuk bekerja. Peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi karena:

a.

Adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama

pentingnya pendidikan bagikaum wanita dan pria. Makin disadarinya

perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam pembangunan

b.

Adanya kemauan wanita untuk bermandiri dalam bidang ekonomi

yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan mungkin juga

kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggungannya

dengan penghasilan sendiri

c.

Makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap pekerja wanita,

misalnya munculnya kerajinan tangan dan industri ringan.


(33)

2.3 Kerajinan

2.3.1 Pengertian Kerajinan

Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan), kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang. Arti lain dari kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya (Kadjim, 2011 : 10).

Dari data tersebut dapat dikatakan, kerajinan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus yang berkaitan dengan perbuatan tangan atau kegiatan tangan yang menghasilkan suatu karya. Berdasarkan pengertian tersebut, kerajinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kerajinan yang menggunakan kapas dan menghasilkan kerajinan tangan. Keterampilan menenun yang diperoleh pengrajin secara otodidak dari orang tuanya serta dorongan kebutuhan akan pakaian pada zaman dahulu.

2.3.2 Tenun

Menurut Sugiarto, Wartanabe (2003 : 115) kain di buat dengan azaz (prinsip) yang sederhana dari benang yang di gabung secara memanjang dan melintang dasar, diantaranya tenunan sederhana atau polos, tenunan kepar dan tenunan satin, ketiga tenunan dasar dapat diuraikan sebagai berikut:

a.

Tenunan sederhana (plain waever)

Tenunan sederhana adalah tenunan yang paling sederhana dari kain tenun,

masing-masing dengan sebuah benang lungsing dan benang pakan naik turun


(34)

bergantian sambil saling menyilang, kain tenunan ini memiliki kekuatan dan

banyak dipakai.

b.

Tenunan kepar (twill)

Pada tenunan kepar benang pakan menyilang dibawah dua benag lungsing,

kemudian diatas sebuah benang lungsing, silih ganti. Memperlihatkan

tenunan kepar tiga kepar yang paling sederhana, dan sebuah tenunan lengkap

terdiri dari tiga benang pakan dan seutas benang lunsing. Terdapat juga

tenunan empat kepar, lima kepar dan dst. Pada tenunan kepar titik pertemuan

antara lungsing dan pakan (titik tenun) berjalan miring, yang membuat garis

miring pada kain tenunnya

c.

Tenunan saten

Pada tenunan saten, titik-titik tenun antara lungsing dan pakan dibuat

sesedikit mungkin, dan lagi pula titik-titik tenun harus dihamburkan dan

bukannya terus menerus, sehingga seolah-olah hanya benang langsing saja

yang mengapung di atas permukaan kain. Tenunan dengan benang lungsing

yang mengapung pada permukaan dinamakan saten lungsing, dan dimana

benang pakannya yang mengapung pada permukaan dinamakan saten pakan.

2.4 Ulos

2.4.1 Pengertian Ulos

Ulos adalah sejenis pakaian yang berbentuk selembar kain tenunan khas batak dengan pola dan ukuran tertentu yang digunakan untuk melindungi tubuh. Menurut catatan bebearapa ahli tekstil, ulos dikenal masyarakat Batak pada abad 14 sejalan masuknya aat tenun dari india, artinya sebelum masuknya tenun kedaerah Batak,


(35)

masyarakat Batak belum mengena ulos (mangulosi) mengenakan ulos sebagaimana yang dilakukan untuk acara-acara adat Batak (Vergouwen, 1986).

Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat (http://www.Kamusbesarbahasa Indonesia, diakses tanggal 24 mei 2014 pukul 22.00).

2.4.2

Nama dan Jenis-jenis Ulos

Ulos di beri nama berdasarkan besar dan kecilnya bentuk dari ulos, dan cara pembuatan ulos tersebut. Ada pun nama dan jenis-jenis ulos yaitu :

a.

Ulos Pinunsasaan, mempunyai arti yang mana induk dari Ulos

b.

Ulos Ragi idup digunakan untuk menari pada acara saurt matua oleh

anak dan Parumaen dari Almarhum

c.

Ulos sibolang, memiliki bermacam warna digunakan untuk para

pemuda saat manartor di acara saur matua terutama sewaktu melayat

orang meninggal

d.

Sitoluntuho, ulos yang memiliki tiga garis

e.

Ulos Mangiring, biasanya di gunakan untuk pesta anak yang baru lahir

suku Batak

f.

Bintang Maratur

g.

Ragi Hotang digunakan untuk pengantin

h.

Ulos sampetua adalah ulos yang diberikan kepada seorang nenek atau

kakek yang ditinggal mati oleh pasangannya

i.

Ulos parsirangan adalah ulos penutup jenazah seorang yang belum

berumah tangga


(36)

j.

Ulos tujung adalah yang dikerudungkan kepada suami atau isteri yang

ditinggal mati

k.

Ulos sedum penggunaannya sudah sangat meluas kadang-kadang tidak

sesuai lagi dengan peruntukannya, mungkin karena tampilannya yang

indah dan menarik (Sianipar, 2013: 70-71.

2.4.3

Cara pembuatan Ulos

Setiap ulos memiliki corak, motif, dan fungsi yang berbeda-beda. Namun walaupun berbeda-beda, bahan yang digunakan ulos adalah sama, yaitu sejenis benang yang dipintal dari kapas. Hal yang membedakan ulos satu dengan ulos yang lain ialah cara pembuatannya. Proses pembuatan ulos merupakan demonstrasi keahlian orang batak merubah benang menjadi kain yang kaya nilai. Pembuatan kain ini merupakan rangkaian proses panjang dari mangunggas (memintal), makhulhul (menggulung), mangani (membentuk), dan manotar (menelun). Ada pun cara pembuatan ulos adalah sebagai berikut:

a.

Pengadaan bahan

Tahapan pertama pembuatan kain ulos menyiapkan bahan dasarnya,

dengan proses sebagai berikut:

1.

Pengadaan kapas

Pada zaman dahulu, kapas disediakan secara oleh masyarakat dengan cara berani. Namun saat ini, kapas biasanya didapat dengan cara membeli kepada penjual kapas. Kapas kemudian di beberkan. Pembeberan bertujuan agar kapas mengembang sehingga memudahkan pemintal membentuk keseragaman ukuran benang. Dilanjutkan dengan pemintaan. Pemintalan benang menggunakan alat yang disebut sorha. Untuk mengoperasikannya, dibutuhkan dua orang. Satu memintal benang, dan satunya memutar


(37)

sorha. Namun seiring perkembangan zaman, sorha telah dimodifikasikan sedemikian rupa sehingga pemintalan benang dapat dilakukan dengan tenaga satu orang saja.

2.

Pewarnaan

Pewarnaan merupakan salah satu proses paling rumit dalam pembuatan benang ulos. Hal ini karena proses pewarnaan menggunaan bahan-bahan alami sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, berbulan-bulan atau bahkan tahunan

3.

Jenis penentuan ulos

Setelah proses pewarnaan benang selesai, tahapan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan jenis ulos yang hendak dibuat. Ha ini disebabkan karena jenis sebuah ulos menentukan tata cara pembuatannya (Vergouwen, 1986).

2.4.4 Penggunaan Ulos

Pada awalnya ulos adalah merupakan pakaian sehari-hari masyarakat Batak sebelum kedatangan budaya Barat. Perempuan Batak yang beum menikah melilitkanya diatas dada, sedangkan perempuan yang sudah menikah melilitkanya di bawah dada. Ulos juga dipakai untuk memangku anak, sebagai selendang, dan selimut di malam hari.

Secara spesifik, pada masa pra kristen, ulos sehari-harinya dijadikan medium (perantara) pemberian berkat, seperti media dari mertua atau keluarga kepada menantu, kakek-nenek pada cucu, paman kepada anak keponakannya, dan raja kepada rakyatnya. Dalam perkembangan sejarah nenek moyang orang Batak, kostum atau tekstil sehari-hari ini menjadi simbol medium pemberian acara pada adat Batak.Menurut Vergouewen, ulos menjadi salah satu diantara sarana yang dipakai oleh keluarga untuk mengalihkan anak dan menantu.

Ulos itu dibentangkan menutupi badan si penerima, diiringi dengan kata Batak “ sai horas ma helanami maruloshon ulos on, tumpahon ni Ompunta martua Debata dohot tumpahon ni sahala name” yang mempunyai arti selamat sejahteralah kau menantu kami,


(38)

semoga peruntungan baik menjadi milikmu dengan menggunakan kain ini dan semoga berkat Tuhan dan sahala kami menopangmu. Sebagai imbalan si penerima ulos member piso dalam bentuk uang dan makanan.

Secara umum pemberian uos dilaksanakan pada acara Batak yaitu saat pernikahan, tujuh bulan ketika mengandung anak pertama, dan waktu kemalangan. Pada acara pernikahan pihak hulahula memberikan tiga lembar ulos (dua helai untuk orang tua pengantin laki-laki yaitu ulos pansamot dan pargomgom; satu helai untuk menantu yang disebut ulos hela). Ketika memberikan ulos pansamot pihak hulahula mengucapkan kata-kata yang mengandung pesan dan harapan: “On ma ulos pansamot lae, asa gogo hamu mansamot tu joloanon, mangalului sipanganon ni borungku naung gabe parumaenmu, siulosi pahompu di anak, siulosi pahompu di boru, donganmu sarimatua” (Inilah ulos pansamot = mencari nafkah, agar kamu kuat mencari nafkah bagi kebutuhan puteri saya yang telah menjadi menantumu; ulos ini menghangatkan cucu laki-laki maupun perempuan, sebagai teman hingga akhir hayatmu). Demikian juga ketika memberikan

ulos pargomgom disampaikan juga pesan dan harapan: “On ma ulos pargomgom di

hamu, manggomgom pahompu anak, menggomgom pahompu boru situbuhonon ni parumaenmu tu joloanon. Horas ma hamu manggomgom parumaenmi” (Inilah ulos pargomgom= pengayom bagi kalian, mengayomi cucu laki-laki dan perempuan yang akan dilahirkan oleh menantumu pada hari yang akan datang. Selamatlah kalian mengayomi menantumu).

Acara adat kedua adalah pada masa-masa anak perempuan yang sudah menikah menunggu kelahiran anak pertama, yang disebut acara “pasahat ulos tondi/mulagabe”. Acara ini bertujuan untuk menguatkan jiwa dan semangat si wanita agar menjaga kehamilannya dengan baik, sekaligus permohonan kepada Tuhan agar si bayi dapat lahir dengan semalat demikian juga ibu yang melahirkannya. Vergouwen mensinyalir kain ini dianggap memiliki daya istimewa yang mampu melindungi dan memberikan berkat yang


(39)

seketurunan. Apabila dilihat dari ungkapan atau syair yang disampaikan pihak hulahula pada saat menyerahkan ulos ini, apa yang disinyalir oleh Vergouwen nampaknya perlu dicermati dan ini nanti akan ditinjau pada bagian berikut. Kata-kata yang disampaikan pada penyerahan ulos ini: “ On ma ulos mula gabe di hamu, ulos sibahen na las badan dohot tondimuna. Asi ma roha ni Tuhan dipargogoi hamu, lumobi ho inang, asa tulus na taparsinta I jaloonmuna sian Tuhan. Horas ma hamu, horas ma hita paima haroan nanaeng pasahaton ni Tuhan di hita” (Inilah ulos mula gabe bagi kamu, ulos yang menghangatkan badan dan rohmu. Kiranya Tuhan memberi kekuatan khususnya bagi putriku, agar apa yang kita harapkan dapat terkabul. Selamatlah kalian, selamatlah kita menantikan kelahiran anak yang diberikan diberika oleh Tuhan).

Makna pemberian ulos ini adalah sebagai tanda bahwa pihak hulahula tetap mengasihi yang meninggal hingga akhir hayatnya dan waktu meninggalpun diberangkatkan dengan baik. Ulos saput secara hurufiah berarti pembungkus. Ulos parsirangan dan ulos saput fungsinya sama, yaitu menutup jenazah dan maknanya pun sama. Hanya istilah yang membedakan, kalau bagi yang belum berkeluarga disebut ulos parsorangan dan diserahkan oleh saudara laki-laki dari si ibu yang kemalangan (Vergouwen, 1986).

2.5

Ekonomi Keluarga

2.5.1 Ekonomi

Pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang pendapatan dan pengeluaran yang diperoleh seseorang yang telah bekerja, adapun arti pendapatan adalah suatu upah yang diterima oleh seseorang yang telah bekerja.


(40)

2.5.2 Keluarga

a. Pengertian

Secara umum keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan, atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Menurut Ernest Burgess keluarga adalah sekelompok manusia yang disatukan oleh jalinan perkawinan, darah, adopsi yang membentuk sebuah rumah tangga, berinteraksi, berkomunikasi dalam aturan sosial mereka (suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, kakak dan adik) dan menciptakan serta mengembangkan suatu kultur (Burges dalam Su’adah. 2005: 26).

Keluarga adalah sutau kelompok yang terdiri atas seorang pria dan wanita serta anak-anaknya yang masih bergantung padanya yang terikat oleh perkawinan atau hubungan darah. Keluarga merupakan sumber keamanan dan sumber perlindungan, karena didalam keluaraga orang tua merupakan sumber pertama kesejahteraan jasmani dan rohani bagi anak. Orang tua memberi cinta kasih kepada anak-anaknya dengan segala apa yang dibutuhkan (Taryati. 1999: 32).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak pasal 1 ayat 3 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga.

a.

Ciri-ciri struktur keluarga

Menurut Anderson Carter yang merupakan ciri-ciri struktur keluarga

adalah sebagai berikut:

1.

Terorganisasi yaitu saling berhubungan, ketergantungan antara anggota

keluarga


(41)

2.

Ada keterbatasan yaitu setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya masing-masing

3.

Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing

b.

Peranan keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarag, kelompok, dan masyarakat. berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah:

1.

Peranan ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarkat dari lingkungannya

2.

Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarkat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga

3.

Peran anak

Anak-anak dalam melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Ramlan, 2001: 47- 49).


(42)

Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga yaitu:

1.

Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggota keluarga

2.

Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3.

Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing

4.

Sosialisasi antar anggota keluarga

5.

Pengaturan jumlah keluarga

6.

Pemeliharaan keterlibatan anggota keluarga

7.

Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarkat yang lebih luas

8.

Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

b.

Fungsi keluarga

Ada beberapa fungsi yang dijalankan oleh keluarga, yaitu:

1.

Fungsi pendidikan, dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan

anak bila kelak dewasa

2.

Fungsi sosialisasi anak, dimana hal ini tugas keluarga adalah

mempersiapkan anak menjadi anggota masyarkat yang baik

3.

Fungsi perlindungan, dalam hal ini keluarga bertugas melindungi anak

dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa

terlindungi dan merasa aman

4.

Fungsi perasaan, dalam hal ini keluarga memperkenalkan dan mengajak

anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas


(43)

kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain

yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah dunia ini

5.

Fungsi ekonomi, dimana tugas kepala keluarga dalam fungsi ekonomi

adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi

keluarga yang lain. Kepala keluarga bertujuan untuk mencari penghasilan,

mengatur penghasilan tersebut, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan keluarga

6.

Fungsi rekreatif, dimana fungsi keluarga dalam hal ini adalah harus pergi

ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana berusaha untuk

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat

dilakukan didalam rumah dengan cara menonton televisi bersama,

bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebagainya

7.

Fungsi biologis, dimana dalam hal ini fungsi keluarga yaitu meneruskan

keturunan sebagai generasi penerus

8.

Fungsi kasih sayang, dimana dalam hal ini keluarga memberikan kasih

sayang, perhatian, dan rasa aman diantara anggota keluarga serta

membina kepribadian anggota keluarga (Partowisastro, 1997: 89).

2.5.3

Ekonomi Keluarga

Untuk melihat kedudukan ekonomi dapat dilihat dari segi pendapatan ataupun penghasilan. Berdasarkan hal tersebut masyarakat dapat digolongkan ke dalam kedudukan ekonomi rendah, sedang dan tinggi, dibawah ini:

a.

Golongan masyarakat bergolongan rendah, yaitu masyarakat yang

menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat

hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain


(44)

b.

Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan harga

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung

c.

Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat

memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatan itu

ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan lain.

Dalam kehidupan, manusia mempunyai banyak kebutuhan dan sudah menjai keharusan baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik moral maupun materil. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak terlepas dari manusia lain. Kebutuhan pokok atau human needs dapat dijelaskan sebagai sebuah kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Kehidupan ekonomi adalah berhubungan dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Berbicara kehidupan ekonomi berarti juga mambahas tentang bagaiamana seseorang memperoleh pendapatan. Jadi kehidupan ekonomi merupakan strategi yang diterapkan seseorang dalam menghasilkan pendapatn, serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang didapat.

Manusia dikatakan hidup layak jika mampu memenuhi kebutuhan hidup minimalnya. Kebutuhan tersebut meliputi pangan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Abraham Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia terdiri atas lima tingkatan yaitu:

a.

Kebutuhan fisik atau biologik dengan indikator lapar, haus, seks, rasa

enak, tidur, dan istirahat

b.

Kebutuhan rasa aman dengan indikator psikologik terhindar dari bahaya

dan bebas dari rasa takut ataupun ancaman

c.

Kebutuhan disertakan, rasa cinta dan aktivitas sosial dengan indikator

psikologik berupa rasa bahagia, berkumpul, berserikat, perasaan diterima

dalam kelompok, rasa bersahabat, atau afeksi


(45)

d.

Kebutuhan rasa hormat dengan indikator psikologik seperti menerima

keberhasilan diri, kompetensi, keyakinan, rasa diterima orang lain, serta

apresiasi dengan martabat

e.

Kebutuhan aktualisasi diri dengan indikator psikologik berupa keinginan

mengembangkan diri secara optimal melalui usaha sendiri, kreativitas, dan

ekspresi (Maslow, dalam Danim, 1995: 34-35).

2.6

Home Industry

Menurut Sumoatmojo (1998:179) industri adalah kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi

(manufacturing industry). Industri kerajinan termasuk industri kecil yang

mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dan pengerjaannya dilakukan di

rumah sendiri. Sehingga dapat disebut home industry dalam arti industri rumah

tangga yang dimiliki keluarga dan dikerjakan di rumah sendiri. Adapun

pengelompokan industri berdasarkan kapasitas pekerja yang diperlukan meliputi:

a.

Industri rumah tangga (home industry), menggunakan tenaga kerja 1

sampai 4 orang

b.

Industri kecil, menggunakan tenaga kerja 5 sampai 19 orang.

c.

Industri sedang, menggunakan tenaga kerja 20 sampai 99 orang.

d.

Industri besar, menggunakan tenaga kerja 100 orang atau lebih

Industri kecil atau industri kerajinan sangat bermanfaat bagi penduduk, terutama penduduk golongan ekonomi lemah, karena sebagian besar pelaku industri kecil adalah penduduk golongan tersebut. Industri ini di pedesaan mempunyai manfaat yang besar, karena:


(46)

a.

Dapat memberikan lapangan kerja pada penduduk pedesaan yang

umumnya tidak bekerja secara utuh

b.

Memberikan tambahan pendapatan tidak saja bagi pekerja atau

kepentingan keluarga, tetapi juga anggota anggota keluarga lain

c.

Dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan

penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih

murah dibanding industri besar (Mubyarto, 1983: 216).

Hal lain yang perlu diperhatikan terhadap industri kecil adalah lokasi industri. Lokasi industri sangat berpengaruh terhadap kemajuan usaha industri tersebut. Secara teoritis yang berlokasi ditempat yang mudah mendapatkan bahan baku, tenaga kerja, modal, pemasaran akan dapat berkembang dengan baik. Adapun syarat lokasi yang baik meliputi: tersedianya bahan mentah atau dasar, tersedianya sumber tenaga alam maupun manusia, tersedianya tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli untuk dapat mengolah sumber sumber daya, tersedianya modal, transportasi yang lancar, organisasi yang baik untuk melancarkan dan mengatur segala sesuatu dalam bidang industri. Keinsyafan dan kejujuran masyarakat dalam menanggapi dan melaksanakan tugas, mengubah dari daerah agraris ke daerah industri (Bintarto, 1977: 88).

2.7

Kesejahteraan Sosial

Menurut Walter Freidlander (1961), kesejahteraan sosial adalah sistem

yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial lembaga-lembaga yang

bertujuan untuk emmbentu individu dan kelompok untuk mencapai standari hidup

dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang

memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan


(47)

meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan

masyarakat (Muhidin, 1992: 1).

Sementara itu, Elizabeth Weckenden mengemukakan bahwa kesejahteraan

sosial termasuk didalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan, dan

pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi

kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman

dalam masyarakat.

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial

mendefinisikan kesehjahteraan sosial sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dalam

mewujudkan kesejahteraan tersebut dilakukan penyelenggaraan kesejahteraan

sosial pasal 5 ayat 1 yang ditujukan kepada:

a.

Perseorangan

b.

Keluarga

c.

Kelompok

d.

Masyarakat

Pada pasal 5 ayat 2 sebagai berikut penyelenggaraan kesejahteraan sosiak diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti:

a.

Kemiskinan

b.

Keterlantaran

c.

Kecacatan (disablitas)

d.

Keterpencilan


(48)

f.

Korban bencana

g.

Korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi (Depsos Republik

Indonesia, 2009).

Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi yaitu:

a.

Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yaitu terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial

b.

Institusi, yaitu arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga

kesejahteraan sosial dan berbagi profesi kemanusiaan yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial

c.

Aktivitas, yaitu suatu kegiatan-kegiatan atau usaha terorganisir untuk

mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2009: 2).

2.8

Kerangka Pemikiran

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, memahami suatu kemiskinan

adalah menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah. Masalah kemiskinan

tidak saja menjadi perhatian serius Pemerintah Indonesia saja tetapi juga telah

menjadi perhatian pemerintah seluruh dunia. Sebagian besar orang miskin di

Indonesia adalah perempuan. Konsep feminisasi kemiskinan dengan jelas

menggambarkan ketidakadilan dalam soal keterwakilan wanita di antara orang

miskin dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, kaum wanita miskin lebih

menderita karena pada sebagian besar masyarakat, wanita juga menjadi subyek

dari nilai-nilai sosial yang membatasi mereka dalam meningkatkan kondisi

ekonomi atau menikmati akses yang sama ke pelayanan umum.


(49)

Oleh sebab itu, sangat penting untuk memutuskan mata rantai kemiskinan

dan jender karena beberapa hasil riset menunjukkan bahwa kemiskinan di

kalangan wanita mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak lebih daripada

pria. Ketika penghasilan wanita meningkat dan jumlah wanita miskin berkurang,

anak-anak juga memperoleh manfaat dari perkembangan itu karena dibandingkan

dengan pria, wanita lebih banyak membelanjakan uang mereka untuk keluarga

dan khususnya untuk anak-anak. Akibatnya perempuan pun ikut masuk ke dunia

kerja.

Salah satu usaha jenis pekerjaan bagi perempuan yaitu pengrajin. usaha

mikro yang menjanjikan yang diilaksanakan oleh pengrajin perempuan adalah

Ulos. Ulos merupakan salah satu kerajinan tradisional khas batak. Kain yang

diproduksi secara home industry ini cara pembuatan dan alatnya sama seperti

pembuatan kain songket khas Palembang. Para pengrajin melakukan penenunan

sambil duduk dengan penuh kesabaran, menenun untaian benang berwarna emas

dan perak untuk menghasilkan sebuah kain ulos yang indah dan artistik. Bagi

orang Batak, kain ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga

untuk upacara adat. Pemakaian kain ini secara garis besar ada tiga cara, yaitu

dengan cara dipakai, dililit di kepala atau di letakkan di bahu, dililit di pinggang.

Desa Lumban Siagian, salah satu desa yang terletak di kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara merupakan desa yang menghasilkan produktivitas ulos tertinggi diantara desa lainnya. Pekerjaan menenun atau membuat ulos dikerjakan oleh kaum perempuan atau ibu-ibu di desa ini. Bila ditilik dari karakteristik usia, umumnya para pengrajin ulos adalah perempuan yang berusia paruh baya. Terkadang mereka sendiri merupakan gabungan dari kelompok ibu-ibu yang memiliki kemampuan menenun. Umumnya mereka adalah perempuan yang dikenal memiliki ketekunan dan


(50)

ketelatenan dalam menenun kain ulos. Meski begitu, banyak dijumpai dilapangan pengrajin perempuan rata-rata hanya diberikan jatah untuk menenun saja dengan pola yang seringkali sudah ditentukan. Bila memiliki akses yang lebih, rata-rata perempuan pengrajin bisa mendirikan sendiri sentral usaha ulos dengan pen gelolaan secara mandiri. Selain itu dari sekian banyaknya pengrajin jarang sekali diantara mereka yang memiliki pendidikan riwayat yang tinggi. Umum nya mereka lulusan SD hingga SMP atau bahkan tidak bersekolah sama sekali. Terkadang yang menjadi fakta banyak diantaranya yang juga menjadi penopang keluarga, mereka harus berbagi peran antara keluarga dan pekerjaan. Industry kecil rumah tangga ini dapat menyerap banyak tenaga kerja tanpa memerlukan pendidikan tinggi, dapat dilakukan dirumah tanpa meninggalkan pekerjaan utama sebagai petani. Hal yang demikian merupakan peluang bagi para perempuan didesa Lumban Siagian Julu untuk bisa berusaha dan bekerja tanpa meninggalkan peran utama sebagai ibu rumah tangga, sehingga dapat membantu ekonomi keluarga.

Kondisi perekonomian yang ada di desa Lumban Siagian Julu cukup memprihatinkan. Ini dikarenakan karena lapangan pekerjaan yang ada didesa Lumban Siagian Julu adalah petani yang mana petani mendapatan keuntungan dalam jangka waktu tertentu karena terdapat berbagai kendala saat musim tanam.

Adapun pendapatan yang dihasilkan dari penjualan ulos yang diterima

oleh pengrajin ulos dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga

baik pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, pakaian, kebutuhan

akan pendidikan anak-anak, atau tabungan ke bank daerah yang ada di desa.

Adapun tujuan pengrajin perempuan memilih ulos sebagai salah satu

alternatif mencari pendapatan tambahan adalah untuk mencukupi kebutuhan

keluarga. Tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan pengrajin ulos ada

yang berpendapatan kecil, sedang atau tinggi tergantung kepada tingkat

produktivitas ulos itu sendiri.


(51)

Bagan Alur Pikir

Kemiskinan

Pengrajin Perempuan

Ekonomi Keluarga :

a.

Pendapatan

b.

Pendidikan

c.

Kesehatan

d.

Konsumsi

e.

Tabungan


(52)

2.9

Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.9.1 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1993: 33).

Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan

bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Peneliti

berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu

sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti, jadi definisi

konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu

penelitian (Siagian, 2011: 136 & 138).

Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan,

maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1.

Kontribusi dalam penelitian ini adalah sebuah keterlibatan yang dilakukan

oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap perean dalam

keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek

sosial dan aspek ekonomi.

2.

Perempuan pengrajin ulos dalam penelitian ini adalah perempuan yang

berprofesi sebagai pengrajin yang menghasilkan sejenis pakaian yang

berbentuk selembar kain tenunan khas batak.

3.

Ekonomi keluarga dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang

pendapatan dan pengeluaran yang dialami oleh sebuah keluarga


(53)

2.9.2

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur

dengan membaca suatu definisi operasional dalam suatu penelitian, seseorang

peneliti akan tahu pengukuran suatu variable, sehingga ia dapat mengetahui baik

buruknya pengukuran (Singarimbun, 1989: 46).

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan

bahwa perumusan definisi operasional merupakan langkah lanjutan dari

perumusan definisi konsep. Definisi konsep ditujukan untuk mencapai

keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa,

maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan definisi operasional ditunjukkan

dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep

penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah

a.

Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos

1)

Modal, adapun indikator modal meliputi dari mana modal berasal, jenis

modal yang disalurkan, status modal apakah pinjaman atau uang pribadi

2)

Sasaran penjualan ulos, adapun indikator sasaran penjualan ulos meliputi

tujuan penjualan ulos, siapa yang menjadi sasaran penjualan ulos, jenis

ulos yang ditawarkan, harga jual ulos

3)

Pemasaran, adapun indikator pemasaran yaitu tujuan pemasaran, jenis

ulos yang dipasarkan, pemasaran apakah pasar modern atau tradisional

b.

Ekonomi keluarga

Adapun indikator ekonomi keluarga adalah pendapatan. Pengertian

ekonomi ialah ilmu yang mempelajari pendapatan dan pengeluaran yang


(54)

diperoleh seseorang yang telah bekerja. Pengertian pendapatan ialah suatu

upah yang diterima oleh seseorang yang telah bekerja. Adapun indikator

pendapatan meliputi

1)

Sumber pendapatan

Adapun indikator sumber pendapatan yaitu darimana pendapatan itu

berasal, jenis pendapatan, dan lain-lain

2)

Pengeluaran konsumsi

Adapun indikator pengeluaran konsumsi yaitu frekuensi makan, banyak

pengeluaran untuk konsumsi, jenis makanan dan lain-lain.

3)

Pengeluaran kesehatan

Adapun indikator pengeluaran kesehatan yaitu frekuensi berobat, kemana

berobat, pengeluaran untuk kesehatan dan lain-lain.

4)

Pengeluaran pendidikan

Adapun indikator pengeluaran pendidikan yaitu bentuk pendidikan, biaya

pendidikan, jenjang pendidikan, dan lain-lain

5)

Tabungan

Adapun indikator tabungan yaitu frekuensi menabung, dimana menabung, dan lain-lain.


(1)

16. Kemana saja ulos yang ibu hasilkan dipasarkan? a. Lokal

b. Nasional c. Internasional

17. Siapa yang sering menjadi peminat ulos yang ibu pasarkan atau tawarkan?

a. Wisatawan b. Orang-orang adat c. Masyarakat setempat

18. Apakah jenis ulos yang ditawarkan bernilai jual yang sama antara satu ulos dengan ulos lainnya?

a. Ya, b. Tidak

berikan alasan………

E. Ekonomi Keluarga E1. Sumber Pendapatam

19. Berapa pendapatan yang dihasilkan ibu selama menjadi pengrajin ulos?

a. Rp 500.000-Rp 1.000.000 b. Rp 1.000.000-Rp 1.500.000 c. >Rp. 1.500.000

20. Apakah pendapatan yang ibu peroleh murni dari hasil pengrajin ulos? a. Ya


(2)

berikan

alasan………. 21. Bagaimana frekuensi perolehan pendapatan yang ibu peroleh?

a. Perhari b. Perminggu c. Perbulan

E2. Pengeluaran Konsumsi

22. Berapa jumlah yang harus ibu keluarkan untuk kebutuhan konsumsi selama sebulan?

a. Rp. 100.000,- s/d Rp. 500.000,- b. Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- c. > Rp. 1.000.000,-

23. Bagaimana frekuensi makan ibu dalam sehari? a. Satu kali

b. Dua kali c. Tiga kali

24. Apakah dengan pendapatan yang ibu peroleh cukup untuk pengeluaran konsumsi sehari-hari?

a. Cukup b. Tidak cukup


(3)

E3. Kesehatan

25. Jika sakit, kemana ibu dan keluarga berobat? a. Rumah sakit

b. Obat tradisional c. Puskesmas

26. Apakah ibu sering periksa kesehatan selama menjadi pengrajin ulos? a. Sering

b. Kurang sering c. Tidak sering

27. Apakah dengan pendapatan yang ibu peroleh cukup untuk membiayai kesehatan ibu dan keluarga?

a. Cukup b. Tidak cukup berikan

alasan……….. 28. Apakah ibu dan keluarga tercatat sebagai Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan? a. Ya

b. Tidak

jika ya sejak kapan:………..

E4. Pendidikan


(4)

a. Sangat penting b. Penting

c. Tidak penting

berikan alasan……… 30. Berapa jumlah anak ibu yang bersekolah?

Sebutkan……… 31. Apa jenis jenjang pendidikan anak ibu?

a. SD b. SMP c. SMA

d. Perguruan Tinggi

32. Apa status sekolah yang di tempuh oleh anak ibu? a. Negeri

b. Swasta

33. Apakah anak ibu mendapatkan bantuan pendidikan dari sekolah untuk membantu pendidikan anak ibu?

a. Ya b. Tidak

jika ya, sebutkan jenis bantuan... 34. Dengan penghasilan yang ibu peroleh apakah cukup untuk membiayai

anak sekolah? a. Cukup


(5)

b. Tidak cukup

E5. Tabungan

35. Apakah tujan ibu menabung? a. Untuk kebutuhan modal usaha

b. Untuk kebutuhan di masa yang akan datang c. Untuk kebutuhan yang tidak terduga

36. Bagaimana frekuensi ibu menabung? a. Sering

b. Tidak sering c. Jarang

37. Jika menabung, kemana ibu menabung? a. Bank

b. Koperasi


(6)

Struktur Pemerintahan Desa Lumban Siagian Julu

Kepala Desa Augustin Panggabean

Kadus 1 Benni Panggabean

Kadus 2 Somare Simanjuntak

Kadus 3 Rudi Panggabean

Kadus 4 Oberlin Panggabean

Kadus 5 Jonggur Panggabean