JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTA (1)

MAKALAH

Manajemen Kinerja dan Kompensasi
“Manajemen Penilaian Kinerja”

Kelompok 6 :
Erwin Nurhuda

105030204111010

Kharisma Widi

105030200111095

Sherli Astri P

105030201111050

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2013

Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (Performance Appraisal) merupakan fungsi kunci untuk melaksanakan
manajemen sumberdaya manusia secara efektif. Namun dalam banyak kondisi, fungsi penilaian
kinerja hanya dipandang sebelah mata oleh para pengambil kebijakan dalam organisasi dan
dianggap sebagai ritual tahunan. mereka beranggapan bahwa kegiatan penilaian kinerja
menghabiskan begitu banyak waktu, dan sebagian besar orang – orang ( para karyawan dan
eksekutif ) dalam organisasi tidak begitu menyukainya, meskipun mereka berkepentingan secara
langsung terhadap fungsi tersebut. Penilaian kinerja merupakan alat yang baik untuk
meningkatkan kinerja organisasi, namun untuk menjadikan aktivitas ini dapat berfungsi dengan
efektif, bukanlah sebuah pekerjaan yang sederhana. Tidak tepatnya sistem penilaian kinerja dan
pandangan bahwa penilaian kinerja hanya sebagai acara ritual tahunan merupakan ciri-ciri
praktik penilaian kinerja yang tidak efektif. Perencanaan penilaian, pelatihan dan bimbingan
yang terus-menerus, dan memotivasi personalia pelaksana penilaian adalah ciri-ciri praktik
penilaian kinerja yang efektif. Sementara memfokuskan penilaian pada aspek perilaku,
menekankan perbaikan pelaksanaan pekerjaan dan kontribusi terhadap pengembangan sistem
secara seimbang serta melakukan penilaian dengan standar absolut merupakan ciri-ciri praktik
penilaian kinerja yang mengacu pada kualitas.

Begitu juga, sistem pendukung penilaian yang tidak efektif memiliki karakteristikkarakteristik buruknya sistem komunikasi penilaian dan sistem yang tidak dimonitoring. Sistem
penilaian kinerja yang efektif ditandai dengan adanya dukungan top manajemen, keterkaitan
kegiatan penilaian kinerja dengan tujuan strategis organisasi serta peninjauan sistem secara terusmenerus. Sedangkan sistem pendukung penilaian kinerja yang mengacu pada kualitas ditandai
dengan melakukan evaluasi sistem penilaian dan menyerahkan tanggung-jawab penilaian kepada
manajer. Agar penilaian kinerja menjadi efektif, setiap individu yang terlibat dalam
organisasi/perusahaan harus memiliki cara pandang yang sama mengenai tujuan dari penilaian
kerja yang dilakukan. Agar penilaian kinerja berjalan dengan efektif hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan program penilaian kinerja yaitu :
1. Tujuan penilaian harus sudah ditetapkan di awal
2. Instrumen penilaian jelas

3. Standar penilaian harus ditetapkan terlebih dahulu untuksebagai acuan penilaian dengan
tujuan mengurangi ketidakpuasan orang yang dinilai
4. Menetapkan Siapa yang menilai
5. Menetapkan Siapa yang dinilai
6. Waktu penilaian yaitu Kapan harus menilai
7. Melakukan Pelatihan bagi penilai untuk mendapatkan pemahaman yang sama atas
instrument penilaian
8. Umpan balik dan mengimplikasikan penilaian
Pengertian Penilaian Kinerja

Dalam buku yang berjudul :”Manajemen Sumber Daya Manusia” (1995:327), menurut
Henry Simamora kinerja karyawan adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai
persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan sistem penilaian kinerja ialah proses yang mengukur kinerja
karyawan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja karyawan adalah :
1.
2.
3.
4.

Karakteristik situasi
Deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja pekerjaan,
Tujuan-tujuan penilaian kinerja,
Sikap para karyawan dan manajer terhadap evaluasi

Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja yang baik tidak saja mengevaluasi kinerja karyawan, tetapi juga
mengembangkan dan memotivasi karyawan sehingga hal-hal yang harus disepakati oleh
perusahaan dalam hal ini diwakili oleh penyelia atau penilai maupun karyawan. Tujuan
diadakannya penilaian kinerja bagi para karyawan dapat kita ketahui dibagi menjadi dua, yaitu:



Tujuan Evaluasi

Seorang manajer menilai kinerja dari masa lalu seorang karyawan dengan menggunakan ratings
deskriptif untuk menilai kinerja dan dengan data tersebut berguna dalam keputusan-keputusan
promosi, demosi, terminasi dan kompensasi.


Tujuan Pengembangan

Seorang manajer mencoba untuk meningkatkan kinerja seorang karyawan dimasa yang akan
datang. Sedangkan tujuan pokok dari si stem penilaian kinerja karyawan adalah: sesuatu yang
menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan prilaku dan kinerja anggota
organisasi atau perusahaan.
Selain itu, menurut Nurmianto dan Wijaya (2003) tujuan penilaian prestasi kinerja dapat
dilihat dari tujuan yang berorientasi pada masa lalu dan masa depan.
Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa lalu :



Mengendalikan perilaku karyawan dengan menggunakan hasil penilaian sebagai
instrumen untuk memberikan ganjaran, hukuman, dan ancaman



Mengambil keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi



Menempatkan karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan tertentu

Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa depan :


membantu karyawan untuk semakin banyak mengerti tentang perannya dan mengetahui
secara jelas fungsi-fungsinya



membantu karyawan mengerti kekuatan dan kelemahan dirinya dikaitkan dengan peran

dan fungsi dalam perusahaan



menambah adanya kebersamaan antar karyawan dan penyelia sehingga setiap karyawan
memiliki motivasi, rasa senang bekerja, dan sekaligus mau memberikan kontribusi pada
perusahaan



memberi peluang bagi karyawan untuk mawas diri dan evaluasi diri, serta menetapkan
sasaran pribadi sehingga terjadi pengembangan yang direncanakan dan dimonitor sendiri



membantu mempersiapkan karyawan untuk memegang pekerjaan pada jenjang yang
lebih tinggi

Manfaat penilaian kinerja karyawan



Manfaat bagi pekerja : terutama sebagai feedback (umpan balik) tentang prestasi
kerjanya selama ini c sangat berguna bagi pekerja untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan yang ada pada dirinya, untuk tujuan pengembangan diri lebih lanjut



Manfaat bagi perusahaan : antara lain sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang

promosi

(jabatan/gaji),

transfer

(mutasi),

demosi,


PHK,

atau

untuk

mengidentifikasi kebutuhan training
Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia
sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan
karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana karyawan tersebut
bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal
seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir.
Dan bagi organisasi atau perusahaan sendiri, hasil penilaian tersebut sangat penting
artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi
kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitment, seleksi, program pengenalan,
penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses dari manajemen
sumber daya manusia secara efektif.
Pengertian Konsep Manajemen Imbalan
Kompensasi atau imbalan merupakan salah satu fungsi yang penting dalam Manajemen

Sumber Daya Manusia (MSDM), pengertian kompensasi jika disimpulkan secara umum dari
pendapat para ahli yaitu segala imbalan yang diterima dalam bentuk uang maupun manfaat
karena telah melakukan pekerjaan dalam suatu organisasi. Tanpa kompensasi yang cukup,
menyebabkan karyawan tidak puas, mengurangi kinerja, dan mengarah pada tindakan-tindakan

fisik dan psikologis, seperti meningkatnya ketidakhadiran dan turnover karyawan. Jika terjadi
kelebihan pembayaran, juga akan menyebabkan perusahaan dan individu berkurang daya
kompetisinya dan menimbulkan kegelisahan, perasaan bersalah, dan suasana yang tidak nyaman
di kalangan karyawan.
Masalah mendasar yang senantiasa dihadapi oleh manajer adalah bagaimana seorang bawahan mau
berusaha mengerahkan segenap kemampuan, sesuai dengan kepentinganperusahaan. Penyelesaian terhadap
masalah ini dapat dilakukan dengan menerapkansistem penilaian kinerja (system of performance appraisal) dan
menciptakan hubunganantara imbalan (reward) dengan tingkat kinerja yang dicapai. Sistem
penilaian kinerjamempunyai dua elemen pokok, yakni:
1. spesifikasi pekerjaan yang harus dikerjakan oleh bawahan dan kriteria yangmemberikan
penjelasan bagaimana kinerja yang baik (good performance) dapat dicapai (sebagai contoh :
anggaran operasi, target produksi tertentu)
2. adanya mekanisme untuk pengumpulan informasi dan pelaporan mengenai cukuptidaknya perilaku
yang terjadi dalam kenyataan dibandingkan dengan kriteria yangberlaku ( sebagai contoh:
laporan bulanan manajer dibandingkan dengan anggaran danrealisasi kinerja ( budgeted and actual

performance)atau tingkat produksi dibandingkandengan angka penunjuk atau meteran suatu
mesin).
Memberikan imbalan kepada pegawai sesuai dengan pekerjaan yang dibebankan
kepadanya serta hasil kerjanya, merupakan suatu cara untuk membantu perusahaan berfungsi
lebih baik dan cara memperlakukan sumber daya manusia secara adil. Kompensasi yang adil
dapat memiliki dampak yang penting terhadap kepuasan kerja pegawai, karena itu kompensasi
harus memenuhi azas keadilan internal dan eksternal.
1. Keadialan internal adalah bagaimana suatu perusahaan menempatkan suatu nilai relatif
terhadap harga/nilai dari pekerjaan pada level yang sama dalam perusahaan, keadilan
internal bukanlah berarti perusahaan harus memberikan kompensasi yang sama besarnya
kepada

pegawai,

tetapi

kompensasi

yang


ditetapkan

untuk

pegawai

harus

mempertimbangkan kontribusi pegawai pada perusahaan. Untuk itu perlu dilakukan
evaluasi pekerjaan agar dapat ditentukan nilai relatif pekerjaan itu.
2. Keadilan eksternal adalah bagaimana gaji dari perusahaan dibandingkan dengan gaji yang
diterima oleh pegawai dari perusahaan sejenis. Keadilan eksternal akan tercapai apabila

perusahaan telah memberikan kompensasi yang tidak jauh lebih rendah dari pada tingkat
kompensasi yang diberikan oleh perusahaan lainnya yang sejenis untuk pekerjaan yang
sama. Selain itu, kompensasi yang ditetapkan untuk pegawai harus memperhatikan
ketaatan pada peraturan undang-undang yang dibuat oleh pemerintah, antara lain: bahwa
tingkat upah tidak boleh lebih rendah dari pada upah minimum regional (UMR), ketaatan
tarif lembur dan tunjangan tertentu. Untuk menilai efektifitas azas keadilan eksternal,
maka tingkat gaji yang ditetapkan perusahaan perlu dibandingkan dengan data survey
gaji wilayah setempat.
Penyusunan sistem kompensasi/imbalan yang adil dan bersaing merupakan pertimbangan
penting untuk mempermudah perekrutan pegawai dalam suatu perusahaan yaitu memperoleh
SDM yang berkualitas dan system kompensasi yang baik dapat pula diberikan untuk memotivasi
pegawai agar kinerjanya meningkat dan mempertahankan karyawan yang potensial
karena kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung jawab, dan perilaku-perilaku lainnya dihargai
oleh organisasi , serta merupakan faktor yang dapat menarik calon karyawan yang berkualitas
untuk bergabung.
Jenis-Jenis Kompensasi
Sofyandi (2008) menyatakan bahwa, “Kompensasi dapat dikategorikan ke dalam dua
golongan besar, yaitu:
1. Kompensasi Langsung (Direct Compensation). Kompensasi langsung adalah suatu balas

jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawan karena telah memberikan prestasinya
demi kepentingan perusahaan. Kompensasi ini diberikan, karena berkaitan secara
langsung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut. Sebagai contoh:
upah/gaji, insentif/bonus,
2. Kompensasi Tidak Langsung (Indirect Compensation). Kompensasi tidak langsung
adalah pemberian kompensasi kepada karyawan sebagai tambahan yang didasarkan
kepada kebijakan pimpinan dalam rangka upaya meningkatkan kesehjahteraan karyawan.
Tentunya pemberian kompensasi ini tidak secara langsung berkaiatan dengan pekerjaan
yang dilakukan oleh karyawan tersebut. Sebagai contoh: tunjangan hari raya, tunjangan
pensiun, termasuk fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang diberikan perusahaan.

Komponen-komponen Kompensasi
1. Gaji, merupakan balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan
tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan organisasi/ perusahaan. Atau, dapat juga
dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari keanggotaannya dalam
sebuah perusahaan
2. Upah, merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan, atau banyaknya pelayanan yang
diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat
berubah-ubah, bergantung pada keluaran yang dihasilkan
3. Insentif, merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena
kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Merupakan kompensasi tetap berdasarkan
kinerja (pay for performance plan)
4. Manfaat Merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan kebijakan
perusahaan terhadap semua karyawan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan
karyawan. Contohnya: fasilitas asuransi, tunjangan-tunjangan, uang pensiun, dll.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Ada

beberapa

faktor

dasar

yang

mempengaruhi

rancangan

suatu

rencana

Kompensasi/pembayaran, yaitu:
1. Legal, Intervensi pemerintah untuk menentukan besarnya kompensasi sangat diperlukan

dengan berbagai undang-undang menetapkan berbagai hal seperti upah minimum, upah
kerja lembur, dan tunjangan.
2. Serikat Pekerja, para karyawan yang tergabung dalam suatu serikat, dapat

mempengaruhi pelaksanaan ataupun penetapan kompensasi, karena serikat pekerja dapat
merupakan symbol kekuatan dalam menuntut perbaikan nasibnya.

3. Kebijakan dan kemampuan Perusahaan,

kebijakan penggajian yang dipakai

perusahaan, seperti mengusahan gaji di atas harga pasar dalam upaya menghadapi
persaingan, atau kebijakan untuk selalu memperhatikan serikat pekerja untuk mencegah
terjadinya kerusuhan. Kemampuan organisasi untuk memberi kompensasi baik berupa
financial maupun non financial, disesuaikan dengan dana yang tersedia.
4. Produktivitas kerja. Produktivitas pegawai merupakan factor yang mempengaruhi

penilaian prestasi kerja, sedangkan prestasi kerja merupakan factor yang diperhitungkan
dalam penetapan kompensasi,
5. Biaya hidup. Penyesuaian besarnya kompensasi dengan biaya hidup pegawai beserta

keluarganya sehari-hari merupkan suatu hal yang layak/wajar dan perlu mendapatkan
perhatian dalam penetapan kompensasi,
6. Keadilan, hal terakhir tetapi juga penting adalah bahwa tidak ada orang yang suka

berpikir bahwa ia dibayar kurang daripada hak mereka. Keadilan baik secara eksternal
atau internal, adalah sangat penting dalam menentukan pembayaran (Dessler, 2005).
Kompensasi harus berdasarkan pada kondisi riil yang telah dikerjakan oleh pegawai,
artinya disesuaikan dengan kemampuan, kecakapan, pendidikan, jenis pekerjaan, risiko
pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerja, memenuhi peryaratan internal dan jasa yang
telah ditunjukkan pegawai kepada organisasi,
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu Program pemberian upah dan gaji harus ditetapkan
atas asas adil dan layak serta memperhatikan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku.
Prinsip adil dan layak harus mendapat perhatian dengan sebaik-baiknya supaya upah dan gaji
yang akan diberikan merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawan


Asas Adil, Besarnya upah dan gaji yang dibayarkan kepada setiap karyawan harus
disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, risiko pekerjaan, tanggung jawab,
jabatan pekerja, dan memenuhi peryaratan internal konsistensi. Jadi, ADIL bukan berarti
setiap karyawan menerima upah dan gaji yang sama besarnya. Dengan asas adil, akan
tercipta suasana kerjasama yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilitas
karyawan akan lebih baik.



Asas Layak dan Wajar Upah dan gaji yang diterima karyawan dapat memenuhi
kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur layak adalah relatif,
penetapan besarnya upah dan gaji didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan
eksternal konsistensi yang berlaku. Manajer SDM diharuskan selalu memantau dan
menyesuaikan upah dan gaji dengan eksternal konsistensi yang sedang berlaku. Hal ini
penting agar semangat kerja karyawan yang qualified tidak berhenti, tuntutan Serikat
Pekerja dikurangi, dan lain-lain.

Aktivitas Manajemen Kinerja
Aktivitas Manajemen Kinerja Menurut Williams (1998), terdapat empat tahapan utama
dalam pelaksanaan manajemen kinerja. Aktivitas ini menjadi suatu siklus manajemen kinerja
yang saling berhubungan dan menyokong satu dengan yang lain :
1. Tahap pertama: directing/planning. Tahap pertama merupakan tahap identifikasi perilaku
kerja dan dasar/basis pengukuran kinerja. Kemudian, dilakukan pengarahan konkret
terhadap perilaku kerja dan perencanaan terhadap target yang akan dicapai, kapan
dicapai, dan bantuan yang akan dibutuhkan. Indikator-indikator target juga didefinisikan
di tahap ini. Menurut Khera (1998), penentuan target/goal akan efektif bila mengadopsi
SMART. SMART merupakan singkatan dari Spesific, Measureable, Achievable,
Realistic, dan Timebound (dalam Ilyas, 2006, p. 28). Sebuah target harus jelas apa yang
akan dicapai dan bagaimana mencapainya (spesific), terukur keberhasilannya
(measureable) dan orang lain dapat memahami/melihat keberhasilannya. Target harus
memungkinkan untuk dicapai, tidak terlalu rendah atau berlebihan (achievable), masuk
akal dan sesuai kondisi/realita (realistic), serta jelas sasaran waktunya (timebound)
2. Tahap kedua: managing/supporting. Tahap kedua merupakan penerapan monitoring pada
proses organisasi. Tahap ini berfokus pada manage, dukungan, dan pengendalian terhadap
jalannya proses agar tetap berada pada jalurnya. Jalur yang dimaksudkan disini adalah
criteria maupun proses kerja yang sesuai dengan prosedur berlaku dalam suatu organisasi.
3. Tahap ketiga: review/appraising. Tahap ketiga mencakup langkah evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan flashback/review kinerja yang telah dilaksanakan. Setelah itu,
kinerja dinilai/diukur (appraising). Tahap ini memerlukan dokumentasi/record data yang

berkaitan dengan obyek yang dievaluasi. Evaluator harus bersifat obyektif dan netral agar
didapat hasil evaluasi yang valid.
4. Tahap keempat: developing/rewarding. Tahap keempat berfokus pada pengembangan dan
penghargaan. Hasil evaluasi menjadi pedoman penentu keputusan terhadap action yang
dilakukan selanjutnya. Keputusan dapat berupa langkah perbaikan, pemberian
reward/punishment, melanjutkan suatu kegiatan/prosedur yang telah ada, dan penetapan
anggaran.

Menjelaskan Seberapa Jauh Umpan Balik Penilaian Kinerja dan Imbalan
Penilaian kinerja (Performance Appraisal) adalah proses yang dipakai oleh organisasi
untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Dalam penilaian kinerja dinilai
kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode tertentu dan juga terdapat dukungan,
bimbingan, dan umpan balik agar tercipta peluang terbaik untuk meraih sasaran yang menyertai
peningkatan komunikasi antara atasan dan bawahan. Manajemen kinerja juga dapat dijadikan
umpan balik untuk pengembangan karier dan pengembangan pribadi SDM. Motivasi karyawan
untuk bekerja, mengembangkan kemamapuan pribadi dan meningkatkan kemampuan di masa
depan semua dipengaruhi oleh umpan balik mengenai kinerja masa lalu dan pengembangan.
Definisi umpan balik itu sendiri adalah informasi tentang perilaku masa lalu, disampaikan
pada saat ini dan dimungkinkan memengaruhi perilaku pada waktu yang akan datang dimana
yang menjadi penanggung jawab dari umpan balik adalah manajer dan pekerja, karena keduanya
mendapat manfaat dari komunikasi. Umpan balik kinerja (Performance Feeback) memungkinkan
karyawan mengetahui seberapa baik mereka bekerja apabila dibandingkan dengan standar
organisasi. Sekiranya penilaian kinerja dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia mereka,
departemen sumber daya manusia, dan akhirnya organisasi akan diuntungkan dengan pemastian
bahwa upaya individu memberi kontribusi kepada fokus strategik organisasi.
Pemberian umpan balik kinerja merupakan pemberian informasi objektif mengenai
perilaku atau kinerja yang ditampilkan karyawan. Umpan balik yang diberikan dapat berupa
umpan balik negatif (informasi mengenai perilaku atau tampilan kinerja yang tidak sesuai
standar atau harapan), bisa pula umpan balik positif (informasi mengenai perilaku atau tampilan
kinerja yang sesuai atau melebihi standar atau harapan). Di dalam organisasi modern, penilaian
kinerja merupakan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan

tujuan dan standar kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya. Penilaian
kinerja menjadi basis bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi,
pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi kepegawaian lainnya.
Penilaian kinerja berbicara tentang kinerja karyawan dan akuntabilitas. Ditengah
kompetisi global, perusahaan menuntut kinerja yang tinggi. Seiring dengan itu, kalangan
karyawan membutuhkan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman perilakunya di masa
depan.

Kinerja Karyawan

Penilaian Kinerja

Umpan Balik
Karyawan

Ukuran Kinerja

Standar Kinerja

Keputusan SDM

Dokumen Karyawan

Gambar : Hubungan manajemen kinerja dan timbal balik

Terdapat dua fungsi dari umpan balik manajemen kinerja:
1.

Fungsi Instruksional: apabila mengklarifikasi atau memperjelas peran/perilaku baru.
Contoh: manajer yang menegur bawahan karena tidak mampu memenuhi targetnya, dan
selanjutnya memberi petunjuk tentang bagaimana memperbaiki kinerja bawahan.

2.

Fungsi Motivasional: apabila digunakan sebagai alat pemberian penghargaan (reward).

Manfaat dan Pentingnya umpan balik manajemen kinerja bagi penilai (manajer, supervisor,
HRD) dan karyawan, adalah:
1.

Mengukuhkan dan menunjang kinerja

Umpan balik kinerja (Performance Feedback) adalah kebutuhan pengembangan yang
utama karena hampir semua karyawan ingin mengetahui bagaimana penyelia menilai kinerja
mereka. Mereka ingin mengetahui apakah hasilnya memuaskan dan apakah mereka berperilaku
sebagaimana yang diharapkan. Mereka mengingikan informasi ini tidak hanya untuk kepuasan
pribadi yang diberika oleh umpan balik positif saja, tetapi juga untuk membantu mereka
membenahi kinerja agar memenuhi syarat untuk balas jasa organisasional seperti promosi dan
merit pay. Umpan balik kinerja sangat penting bagi karyawan, dan dalam ketiadaan umpan balik
yang berarti dari penyelia, para karyawan akan menempuh jalur informal untuk menilai kinerja
mereka. penggunaan penilaian kinerja sebagai instrumen pengembangan karyawan dapat
menempatkan penyelia dalam peran pengukuhan dan penunjang kinerja. Dengan menyediakan
umpan balik atas kinerja masa lalu, penyelia dapat mendorong para karyawan untuk meneruskan
trayektori positif. Pujian dapat melengkapi imbalan keuangan yang diterima oleh karyawan.
2.

Meningkatkan Kinerja
Penilaian kinerja yang bertujuan pengembangan juga mencakup pemberian pedoman

kepada karyawan untuk kinerjanya di masa depan. Umpan balik ini mengenali kekuatan dan
kelemahan kinerja masa lalu dan menentukan arah apa yang harus diambil karyawan guna
memperbaikinya. Karyawan biasanya ingin mengetahui bagaimana mereka dapat menanjak di
masa depan. Karena penilaian kinerja dirancang untuk menanggulangi kesulitan kinerja yang
buruk, penilaian sepatutnya dirancang untuk mengembangkan karyawan yang lebih baik.
Penyelia dapat memakai penilaian kinerja untuk menetapkan cara-cara dimana para karyawan
dapat bekerja lebih baik di masa mendatang. Penyelia dapat menunjuk kekuatan dan kelemahan
serta membantu para karyawan mengidentifikasi kiat yang lebih efektif untuk merampungkan
tugas penting. Lebih jauh, penyelia dapat membahas sasaran kerja dengan karyawan dan
menyetujui daftar untuk mencapai tujuan tersebut.
3.

Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk memotivasi dan mengembangkan
keterampilan karyawan.
Aspek pengembangan dari penilaian kinerja memacu pertumbuhan karyawan. Aspek ini

menyikapi kebutuhan yang bersifat pengembangan dari anggota organisasi, termasuk keahlian,
pengalaman, atau pengetahuan yang dibuyuhkan seseorang supaya melaksanakan pekerjaan saat
ini secara lebih baik, keahlian atau pengetahuan yang harus dicapai seseorang untuk menunaikan

pekerjaan di masa depan, dan tipe tanggung jawab yang harus di delegasikan kepada seseorang
guna mempersiapkannya untuk penugasan di masa yang akan datang.
4.
Menentukan Tujuan Progesi Karir
Sesi penilaian kinerja merupakan kesempatan bagi penyelia dan karyawan untuk
membahas tujuan dan rencana karir jangka panjang. Penyelia dapat melontarkan saran yang
perlu diambil untuk meraih tujuan ini. Berdasar kinerja masa lalu, penyelia dapat memberi saran
jangka pendek spesifik tentang kiat meningkatkan kinerja dengan cara yang akan membantu para
karyawan mencapai tujuan karir jangka panjang.
5.

Menentukan Kebutuhan Pelatihan
Dengan mengumpulkan kekurangan kinerja di segala pekerjaan, eksekutif puncak dan

spesialis sumber daya manusia dapat mengidentifikasi kebutuhan pelatihan di seluruh organisasi.
Beberapa organisasi menggunakan penilaian kinerja sebagai sumber analisis kebutuhan
pelatihan. Kelemahan keahlian atau kebutuhan pengembangan dicantumkan didalam formulir
penilaian kinerja. Setelah itu manajer pelatihan memakai formulir ini untuk menentukan jenis
pekatihan seperti apa yang sebaiknya ditawarkan oleh perusahaan dan siapa yang perlu
mengikutinya. Bahkan, meskipun perusahaan tidak memiliki program formal untuk menilai
kebutuhan semacam itu, manajer sering menemukan bahwa program pelatihan dapat digunakan
untuk menolong karyawan mengatasi kelemahan kinerja. Dengan demikian, kebutuhan
pembenahan ditemukan selama penilai kerja, manajer mencari program untuk membantu
karyawan memecahkan masalahnya.
Penilaian kinerja dapat menentukan kebutuhan pelatihan masing-masing karyawan.
Karyawan tertentu tidak berkinerja sesuai harapan, program pelatihan dapat memampukan para
karyawan mengoreksi setiap kekurangan keahlian dan pengetahuan mereka. Karyawan yang
berprestasi diatas rata-rata dapat dimasukkan dalam program pengembangan yang akan
menyiapkan mereka untuk promosi ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Penilaian kinerja juga
memasok informasi yang akurat dalam membuat program pelatihan yang akan selaras dengan
kebutuhan sebagian besar karyawan. Sebagai contoh, apabila keahlian komunikasi para
karyawan dinilai rendah, perusahaan dapat membuat program yang menekankan kebutuhan ini.
Umpan balik yang baik antara lain:
1.

Menghubungkan umpan balik pada tujuan kinerja yang ada dan harapan yang jelas

2.

Memberikan umpan balik secara spesifik

3.

Menghubungkan umpan balik pada bidang yang menjadi hasil utama

4.

Memberikan umpan balik sesegera mungkin

5.

Memberikan umpan balik positif untuk perbaikan proses kinerja, informasi akurat dan
kredibel

Adapun penyebab gagalnya umpan balik adalah:
1.

Umpan balik digunakan untuk menghukum dan menjatuhkan karyawan

2.

Penerima umpan balik merasa tidak relevan dengan pekerjaannya

3.

Informasi umpan balik diterima lambat

4.

Keluhan pekerja karena harus mengumpulkan dan mencatat data umpan balik

5.

Informasi umpan balik terlalu kompleks dan sulit dipahami
Dalam penjelasan mengenai seberapa jauh umpan balik bagi manajemen kinerja dapat

ditarik Kesimpulan bahwa umpan balik yang disertai dengan pengarahan dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Dimana para karyawan membutuhkan informasi (umpan balik)
mengenai kinerja mereka, disertai dengan arahan dalam meraih tingkat hasil berikutnya. Tanpa
umpan balik yang baik, kecil kemungkinan para karyawan mengetahui bahwa perilaku tersebut
tidak singkron dengan tujuan yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA


Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bagian penerbitan sekolah



ekonomi ykpn: Yogjakarta.
Hadari, Nawawi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Kompetitif.



Gajah Mada University: Yogjakarta.
Hasibun, H. Malayu S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi kedua.




BPFE/UGM: Yogjakarta.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Grafindo: Jakarta.
http://dansite.wordpress.com/2009/04/10/pengertian-tujuan-dan-manfaat-penilaian-



kinerja-karyawan/
http://juliharyono.wordpress.com/2012/01/08/penilaian-kinerja/