Tradisi Marsirumpa Pada Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Palipi: Kajian Tradisi Lisan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode berasal dari kata metode dan logos. Metode adalah cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu dan logos merupakan ilmu pengetahuan. Sudaryono
(1982:2) mengungkapkan

bahwa “metodeologi adalah cara atau teknik dan

straegi untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama
untuk mencapai suatu tujuan.
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan
menganalisis, sampai dengan menyusun laporan. Jadi metode penelitian adalah
ilmu mengenai suatu cara yang dilakukan untuk mencapai suatu pembahasan.

3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriftif kualitatif

yaitu salah satu jenis metode penelitian yang berusaha


menggambarkan teknik dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya,
sehingga memberikan penyelesaian yang ada pada sistem gotong-royong dengan
cara penganalisisan berdasarkan data-data yang diperoleh dari informan.
Menurut Sibarani, dkk (2014:272) metode kualitatif berusaha menggali,
menemukan, mengungkapkan dan menjelaskan “meaning” (makna) dan
“patterns” (pola) objek peneliti yang diteliti secara holistik. Tujuan metode

Universitas Sumatera Utara

kualitatif dapat dipahami sebagai makna menjelaskan bagaimana fungsi, nilai,
norma, dan kearifan lokal, sedangkan pola dapat dipahami sebagai kaidah,
struktur, formula yang pada gilirannya dapat menghasikan model.
Penelitian kualitatif ini mengikuti langkah-langkah Miles dan Huberman
(Sibarani2014:24-27) yakni:
1) Data colection (pengumpulan data), yakni mengumpulkan data berupa
kata-kata dengan cara wawancara, pengamatan, intisari dokumen,
perekaman, dan pencatatan.
2) Data reduction(reduksi data) yakni merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
“menyisihkan” yang tidak perlu.

3) Datadisplay

(penyajian

data)

yakni,

memperlihatkan

data,

mengklasifikasikan data, menyajikannya dalam bentuk teks yang bersifat
naratif atau bagan.
4) Conclusion drawing/ verification(penarikan kesimpulan/verifikasi), yakni
penarikan kesimpulan dan verifikasi sehingga dapat merumuskan
temuan-temuan peneliti.
Demikian halnya pada tradisi gotong-royong

tersebut, bahkan sampai


sekarang tradisi gotong-royong tersebut masih diterapkan di tempat tersebut.

Universitas Sumatera Utara

3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Palipi yang memiliki jumlah 15 Desa.
Namun disini penulis memilih lokasi penelitian empat Desa dari keseluruhan
jumlah Desa yang ada di Kecamatan Palipi. Empat Desa tersebut ialah Desa
Simbolon Purba, Desa Hatoguan, Desa pardomuan Nauli, Desa Saor Nauli
Hatoguan, Alasan penulis untuk

memilih lokasi penelitian ini adalah karena

penduduknya asli etnis Batak Toba dan juga masih menerapkan kegiatan gotongroyong tersebut. Dari empat Desa di Kecamatan Palipi

ini penulis dapat

memperoleh keterangan bagaimana cara melestarikan kebiasaan atau warisan
tersebut. Sumber data penelitian ini adalah data lapangan yang melalui wawancara

dengan informan antara 5-6 orang dari beberapa desa yang ada di Kecaman Palipi
tersebut.
3.3 Sumber Penelitian
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah
ketersediaan sumber dan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian
adalah subjek darimana data diperoleh.
Sumber penelitian terbagi atas dua bagian, yaitu :
1) Sumber Data Primer
Sumber

data primer adalah sumber data-data mentah yang diperoleh dari

lapangan dan belum pernah dianalisis.
2) Sumber Data Sekunder

Universitas Sumatera Utara

Sumber data sekunder adalah sumber data yang sudah pernah diteliti dan
dijadikan acuan


untuk penelitian selanjutnya dari sudut pandang orang

lain.Dalam penyusunanskripsi ini penulis,menggunakan sumber data primer
yang berupa hal-hal yang merangkum keterangan tradisi lisan Marsirumpa di
Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir.

3.4 Instrumen Penelitian .
Data mempunyai kedudukan penting dalam penelitian karena data merupakan
gambaran variabel yang diteliti. Instrumen penelitian adalah keseluruhan alat yang
dipakai untuk mengumpulkan, mengoreksi, mengolah, menganalisis, dan
menyajikan data-data secara sistematis dan objektif dengan tujuan menyelesaikan
suatu permasalahan. Dengan ini, penulis menggunakan instrumen penelitian
berupa daftar pertanyaan yang diajukan ketika melakukan wawancara dengan
informan. Dalam wawancara tersebut, penulis menggunakan alat bantu, yaitu:
1) Alat rekam (tape recorder).
2) Pulpen
3) Buku
4) Daftar pertanyaan (kuisioner)

Universitas Sumatera Utara


3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi merupakan cara pengambilan data
secara langsung dari lokasi penelitian untuk memperoleh imformasi data dari
objek yang diteliti.
Nawawi (1991) mengatakan observasi adalah pengamatan dan pencataan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak pada suatu gejala atau
masalah yang didalam objek.
3.5.2 Metode Wawancara Mendalam dan Terbuka
Metode ini dilakukan secara purporsive sampling kepada para informan
terpilih untuk menjawab pertanyaan pertama, kedua, dan ketiga. Wawancara
mendalam dan terbuka ini dilakukan kepada masyarakat yang sering terlibat
dalam gotong-royong. Hasil wawancara ini direkam dan dicatat sehingga tidak
ada informasi yang tertinggal. Sesuai dengan kriteria pendekatan kualitatif,
jumlah informan ditentukan berdasarkan keadaan, kecukupan, dan keakuratan
data sehingga jika tidak terdapat lagi informan baru (redundant) pada informasi
tertentu, maka pencarian informasi dari informan dicukupkan sampai disitu.
Panduan wawancara yang mencantumkan pertanyaan-pertanyaan mengenai
rumusan masalah dipersiapkan pada waktu pengumpulan data wawancara

mendalam, dan terbuka, sebagai contoh :
1) Apa

dan

bagaimanakah

jenis

dan

wujud

marsirumpa

(gotong-

royong)padamasyarakat Batak Toba?

Universitas Sumatera Utara


2) Apakah ada ungkapan-ungkapan untuk melakukan

gotong-royong itu

danseperti apa ungkapan-ungkapan tersebut?
3)

Bagaimana

peran

performansi

marsirumpa

pada

kehidupan


sosial

masyarakat?
Metode ini dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lengkap tentang
gotong-royong sebagai objek yang diteliti, sehingga didapatkan data gotongroyong secara sepenuhnya.
3.5.3 Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah mengumpulkan data dengan membaca bukubuku yang relevan untuk membantu dalam menyelesaikan dan melengkapi data
yang berhubungan dengan penulisan skripsi.

3.6Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah satu cara yang dilakukan peneliti dalam
mengolah data mentah yang diperoleh dari infoman sehingga menjadi data akurat
dengan ilmiah. Pada dasarnya dalam menganalisis data diperlukan imajinasi
dengan kreativitas sehingga diuji kemampuan peneliti dalam menalar sesuatu.
Untuk menganalisis data penelitian ini, penulis menggunakan metode gotongroyong dan teori tradisi lisan.
Dalam metode gotong-royong dan teori tradisi lisan penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data dan menulis data yang diperloleh dari lapangan
2) Menerjemahkan data yang diperoleh kedalam bahasa indonesia


Universitas Sumatera Utara

3) Mencari atau mencocokkan ungkapan ungkapan (umpasa) pada tiap-tiap
kegiatan yang berhubungan dengan kebersamaan (gotong-royong).
4) Membuat kesimpulan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Jenis Istilah Marsirumpa pada Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan
Palipi
Setelah dilakukan penelitian, ditemukan semua istilah yang digunakan
untuk jenis gotong-royong yang terdapat pada masyarakat Batak Toba iyaitu
marsirumpa. Marsirumpa (gotong-royong) merupakan suatu pekerjaan yang
dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan beberapa orang untuk
menyelesaikannya, Sebelum

melakukan marsirumpa (gotong-royong) mereka


terlebih dahulu membuat kesepakatan untuk menentukan waktu kapan dilakukan
marsirumpa (gotong-royong) tersebut. Secara etimologis makna marsirumpa
yaitu

mengajak untuk bekerja bersama-sama dan bersama-sama untuk

memperjuangkan sehingga tercapai suatu hasil yang menguntungkan, baik secara
individu maupun secara bersama-sama. Pekerjaan yang diselasaikan dengan cara
bersama-sama pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan palipi secara umum
disebut dengan istilah marsirumpa yang artinya upaya kebersamaan untuk
meneyelesaikan sesuatu. Secara termomiologis masyarakat Batak Toba memiliki
jenis-jenis gotong-royong untuk menyelesaikan suatu kegiatan, akan tetepi dari
semua istilah tersebut menyangkut dengan bekerja bersama-bersama yang sama
maknanya dengan marsirumpa dan secara khusus terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara

(1) marsialapari atau marsiadapari iyaitu gotong-royong yang dilakukan
secara bergiliran atau bergantian dalam mengerjakan sawah dan ladang. Istilah
marsialapari lebih sering dikenal untuk mengerjakan sawah dan ladang, makna
marsialapariadalah mengambil atau menjemput hari dari orang lain sehingga
masyarakat itu dapat sekaligus bekerja bersama-sama di sawah atau di ladang.
(2) marhobas yaitugotong-royong yang dilaksanakan secara tolong-menolong
dan biasanya digunakan dalam Upacara adat. Istilah marhobas adalah bekerja
secara bersama-sama menyiapkan makanan dan keperluan pada waktu acara adat.
(3) marsiurupan yaitu gotong-royong yang dilakukan secara tolongmenolong dalam membatu warga yang kesusahan. Istilah marsiurupan memiliki
makna saling bekerja sama untuk memberi bantuan kepada orang yang
berkekurangan.
(4) martarikan, marjula-jula ialah gotong-royong yang dilakukan orangtua
baik laik-laki sebegai alternatif menabung untuk keperluan acara adat. Para
orangtua akan terlebih dahulu menentukan siapa pemegang uang tarikan dan
menentukan berapa jumlah uang yang dikumpulkan perbulan. Jika semua sudah
ditentukan mereka akan membuat pencabutan nomor. Secara etimologis makna
martarikan,marjula-jula yaitu saling bergantian. Sehingga makna martarikan
adalah semua anggota berhak mendapatkan uang secara begantian pada waktu
anggota melaksanakan acara adat.
5) pauli dalan, pauli mual, pauli bondar ialah gotong-royong yang dilakukan
secara bersama-sama untuk menyelesaikan kegiatan yang berbentuk umum.
sebelum melakukan pekerjaan umum mesyarakat terlebih dahulu berkumpul dan

Universitas Sumatera Utara

bermusywarah untuk menentukan hari, waktu melakukan gotong-royong pauli
dalan, pauli mual, dan pauli bondar. Namun seiring berkembangnya zaman
gotong-royong pauli dalan, pauli mual, pauli bondar masyarakat menyebut
sebagai kerja bakti.
6) Manumpahi ialah gotong-royong yang dilakukan masyarakat untuk memberi
sumbangan berupa sejumlah uang kepada orang yang mengundang dalam upara
adat. Secara etimologis makna manumpahi yaitu menyumbang atau memberikan.
Untuk melaksanakan upacara adat tentunya masyarakat sangat membutuhkan
materi yang cukup banyak. Dalam hal inilah setiap masyarakat yang hadir dalam
upacara adat memberi sumbangan

secara suka rela kepada pihak yang

melaksanakan upacara adat.
7) Maranggap ialah gotong royong yang dilakukan masyarakat secara
bergantian untuk menjagai perempuan yang baru melahirkan. sebelum melakukan
kegiatan maranggap pihak teman sekampung yang pergi mengajak temannya
untuk melakukan maranggap. Sesudah mengarahkan temannya maka mereka
akan bersama-sama datang menemui keluarga yang melahirkan untuk menemani
perempuan yang melahirkan tanpa mengharapkan imbalan atau upah berbentuk
apapun. Biasanya masyarakat yang dikecamatan palipi kegiatan maranggap sering
disebut acara melek-melekan atau sisoli-soli antara teman sekampung.
8) mangulosi ialah gotong-royong yang dilakukan untuk memberikan ulos
(kain tradisonal) pada waktu upacara adat baik dalam upacara adat kelahiran,
perkawinan, dan kematian. Secara etimologis makna mangulosi yaitu memberikan
ulos (kain trasdisional) sehingga yang mendapatkan memperoleh berkat dan doa

Universitas Sumatera Utara

dari pihak yang memberikan. Sebelum melakukan kegiatan Mangulosi dalam
upacara adat

pihak

yang

memberikan ulos terlebih dahulu mengajak

rombongannya untuk melakukan kegiatan mangulosi. Pada umumnya yang
melakukan kegiatan mangulos ini pihak hula-hula yang membawa rombongannya
untuk memberikan ulos kepada pihak borunya pada waktu upacara adat, baik
dalam upacara adat kelahiran, perkawinan, dan acara adat kematian.
Semua jenis gotong-royang yang menyangkut dengan bekerja bersama-sama
untuk menyelesaikan suatu kegiatan pada umumnya disebut

sebagai

istilah

marsirumpa. istilah marsirumpa lebih sering digunakan dalam mengerjakan
pekerjaan umum. Namum semua jenis gotong-royong yang terdapat pada
masyarakat Batak Toba maknanya hampir sama dengan istilah marsirumpa yang
tujuannya untuk melesaikan suatu kegiatan secara bekerja sama. Dan dapat dilihat
dalam bagan dibawah ini.

Mata
Pencaharian
GOTONG
ROYONG

Universitas Sumatera Utara

4.2 Jenis-Jenis Marsirumpa pada Siklus Mata Pecaharian, Upacara Adat, dan
Pekerjaan Umum yang Terdapat pada Masyarakat Batak Toba di
Kecamatan Palipi
Marsirumpa
No Klasifikasi
1

SiklusMata Pencaharian

Upacara Adat

Secara

• Marhobas

tolong

• Manumpahi

menolong

• Mangulosi

PekerjaanUmum

• Mamboan
boras sipir ni
tondi
• Marria raja
• Martonggo
raja
2

3

Secara



Menanam

Bergantian



Memenen



Mengerjakan ladang

• Marjula-jula
(arisan)
• Maranggap

Secara

• Pauli dalan

Bekerja

• Pauli mual

bersama-

• Pauli bondar

sama

Jenis-jenis marsirumpa khususnya dalam siklus sistem mata pencaharian,
upacara adat, dan pekerjaan umum pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan
Palipi yang dilakukan secara tolong-menolong, bergantian, dan bekerja bersamasama dengan kompak. Di Kecamatan Palipi kebiasaan marsirumpa masih tetap
dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Performansi Marsirumpa pada Siklus Mata Pencaharian, Upacara Adat,
dan Pekerjaan umum

pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Palipi
4.3.1 Marsirumpa dalam Siklus Mata Pencaharian
Jenis-jenis marsirumpa yang ada di Kecamatan Palipi adalah marsirumpa
yang dilakukan secara bergantian dalam bidang sawah dan ladang yakni, proses
menanam, proses memanen dan proses mengerjakan ladang merupakan
marsirumpa yang dilakukan secara bersama-sama. Akan tetapi istilah marsirumpa
yang digunakan untuk mengerjakan ladang atau sawah sering disebut sebagai
marsialapari. kegiatan marsialapari untuk mengerjakan ladang sudah mulai pudar
di Kecamatan Palipi.
4.3.1.1 Performasi marsialapari yang Dilakukan Secara Bergantian dalam
Kegiatan Menanam
Di kecamatan palipi marsialapari dalam kegiatan menanam yang pertama
dilakukan mangombak. Untuk melakukan marsialapari masyarakat yang di
Kecamatan Palipi membutuhkan tenaga sehingga memerlukan teman untuk
mencangkaul (mangombak).

Pada umumnya masyarakat yang di Kecamatan

Palipi mencari teman sebanyak 6 orang untuk mengerjakan lahannya, untuk
mencari teman ini, pihak masyarakat pergi kerumah pihak warga untuk mengajak
masyarakat marsialapari. Kemudian setelah bertemu dengan orang-orang yang
ingin ikut melakukan marsialapari, mereka akan berkumpul untuk bemusywarah
hal-hal yang perlu disepakati bersama bersama para marsialapari, seperti
menentukan hari mulai bekerja, ladang siapa yang pertama dikerjakan, dan
makanan.

Universitas Sumatera Utara

untuk menentukan lahan siapa terlebih dahulu dikerjakan mereka akan
membuat dengan cara cabut nomor sehingga tidak terjadi kesalah pahaman
diantara pekerja marsialapari, kemudian untuk menentukan makanan masyarakat
membicarakan dengan kesepakatan bersama.
Misalnya: jika lebih banyak menjawab makanannya disedikan oleh
pemilik lahan yang akan dikerjakan maka mereka akan sepakat bahwa
makanan disediakan oleh pemilik lahan begitu juga dengan sebaliknya.
Proses marsialapari dilakukan dengan cara Masyarakat terlebih dahulu
membagi waktu dalam lima hari, karena hari senin adalah waktu masyarakat
untuk belanja keperluan rumah tangga, maka masyarakat bekerja mulai hari selasa
sampai hari sabtu. Dengan waktu lima hari, masing-masing mendapat satu hari
untuk seminggu marsialapari. Peralatan yang digunakan untuk mencangkul
adalah cangkul (hudali). Sebelum mereka mencangkul terlebih dahulu
membersihkan atau memotong (mambabat) rumput-rumput yang ada pada lahan
dan dikumpulkan dipinggiran lahan yang suatu waktu rumput tersebut akan
dibakar dan dijadikan pupuk tananman kemudian mencangkul dengan kedalaman
6 cm dan membuang rumput yang sulit untuk dimatikan.
Setelah itu mereka akan membuat pembatas (sibatangi) supaya air yang didalam
tidak ada yang terbuang dan meratakan tanah (mangaresres) hingga hasilnya
layak untuk ditanam.
Akan tetapi, performansi marsialapari
jarang ditemukan karena

untuk mencangkul

sudah mulai

sebagian Desa mengolah tanah dibidang sawah

masyarakat sudah menggunakan mesin traktot (jetor) dan untuk Desa yang belum
dimasuki mesin traktor masyarakat sudah menggunakan hewan (sapi dan kerbau)

Universitas Sumatera Utara

untuk mengoloha sawahnya. Sehingga masyarakat tidak ada lagi berkeinginan
untuk marsialapari. Namum untuk menanam padi masi tetap dilakukan dengan
cara marsialapari. Untuk kegiatan menanam (marsuan) dilakukan setelah bibit
tanaman disedikan oleh pemilik lahan.
Marsialapari untuk menanam dapat melibatkan

banyak orang.

Di

Kecamatan Palipi proses menaman dilakukan dengan marsialapari terutama bagi
kaum perempuan yang melibatkan delapan orang untuk memarsialapari. untuk
mengumpulkan yang delapan orang, perempuan atau para istri pemilik lahan
mencari teman yang dapat ikut marsialapari dilahannya.Pada umumnya pemilik
lahan akan menyediakan makan siang para anggota marsialapari sehingga tidak
buang-buang waktu untuk pulang karena biasanya kegiatan marsuan dapat
memakan waktu yang banyak.
Strukutur pekerja marsialapari dalam proses menanam dilakukan dengan
cara, jika si A telah menerima hari kerja marsialapari dari si B,C dan D maka sia
A harus ikut marsialapari untuk membayar hari terhadap si B, C, dan si D
dengan waktu yang sama, begitu juga dengan yang lainnya. Meraka akan akan
tetap bersama-sama untuk menyelesaikan lahan sawahnya.
Nilai gotong-royong Marsialpari ini sangat bermanfaat bagi mayarakat Batak
Toba khusunya di Kecamatan Palipi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
cepat, karena adanya dorongan atau motivasi bersama-sama untuk menuntaskan
sebuah pekerjaan. Marsialapari untuk menanam masih tetap dilakukan hingga
pada saat ini di Kecamatan Palipi dan dapat dilihat pada saat masyarakat
melakukan kegiatan menanam yang menunjukkan kerja sama yang baik dan
bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

4.3.1.2Performansi Marsialapari yang Dilakukan Secara Bergantian dalam
Kegiatan Memanen di Kecamatan Palipi
Marsialapari memanen padi di Kecamatan Palipi dimulai dari menyabit padi
(manabi eme) ini masih dilakukan, akan tetapi sudah berbeda caranya dengan
zaman dahulu. Pada zaman dahulu masyarakat melakukan kegiatan marsirumpa
untuk menyabit padi dilakukan oleh kaum perempuan dan kaum laki-laki. untuk
memanen masyarakat membutuhkan tenaga yang cukup banyak sehingga
memerlukan teman untuk melakukannya. Selain membutuhkan tenaga kegiatan
memanen juga memilik langkah-langkah seperti menyabit padi, mengumpulkan
disuatu tempat kemudian membanting (mamampas) bilur-bilur padi.
Di Kecamatan Palipi biasanya membutuhkan 5 orang untuk melakukan
kegiatan marsialapari dalam

menyelesaikan lahannya. untuk mengumpulkan

yang 5 orang pemilik lahan pergi mencari dan mengajak temannya melakukan
marsialapari. Setelah yang 5 orang sudah ditemukan maka mereka terlebih
dahulu bermusiwarah atah membuat kesepakan dari lahan siapa yang terlebih
dahulu dekerjakan. Untuk menyediakan makanan dan perelatan biasnya pemilik
lahan, dan menyediakan makanan mulai serapan pagi samap makan siang sebagai
ucapan terimakasih atas panenya.

Proses memanen dilakukan dengan cara menyabit padi, mengumpulkan disuatu
tempat kemudian membanting (mamampas). Untuk membanting (mamampas)
yang 5 orang akan membagi-bagi pekerjaannya, satu orang untuk membagi padi,
dua orang dibantingan pertama dan satu orang dibantingan kedua dan satu orang

Universitas Sumatera Utara

bagian pembuang. Untuk orang yang diposisikan dibagian pembuangan harus
lebih teliti dan memisahkan bilur-bilur padi yang sudah kosong dan untuk tiga
orang yang diposisikan didalam bantingan akan memukulkan bilur padi sesuai
dengan hitungan yang telah disepakati bersama. Setelah selesai dibanting
kemudian dikipas (mamurpur) dengan menggunakan tampi (anduri) pekerjaan ini
biasanya dilakukan oleh pihak perempuan. Setelah itu dimasukkan kedalam
karung atau goni dan kemudian ditutup dengan tikar atau bisa juga ditutup dengan
batang pading yang sudah kosong (durame) untuk dijemurkan dihari esoknya.
Struktur pembuatan pekerja marsialapari pada proses memanen disusun dengan
secara apa bila si A sudah menerima marsialapari beberapa hari dari si B, C, dan
D maka si B juga akan menerima bebera hari dari si A, C, dan D demikianlah
seterusnya sampai semuan pekerja marsialapari dalam proses

memanen

mendapatkan jumlah hari dan waktu yang sama. Performansi

pekerja

marsialapari dalam proses memanen dapat dilakukan oleh pihak laki-laki maupun
pihak perempuan. Nilai gotong royong marsialaparipada saat memanen ini
terlihat adanya kebersamaan, saling mendukung, dan kompak ketika masyarakat
bekerja sama untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan cara bergantian.

4.3.1.3Performansi Marsialapari dalam Kegiatan Mengerjakan Ladang
Seperti Menanam Kopi pada Masyarakat di Kecamatan Palipi
Dikecamatan Palipi marsialapari dalam proses mengerjakan ladang,
masyarakat sering menggunakannya untuk mengerjakan ladang dalam kegiatan

Universitas Sumatera Utara

menanam kopi. Hal ini dilakukan karena mengerjakan ladang pada saat menanam
kopi sangat membutuhkan tenaga yang lebih sehingga masyarakat memerlukan
teman untuk menyelesaikan ladangnya. Untuk mengerjakan ladang dimulai dari
mencangkul (mangobak/mangalubang). Masyarakat yang di Kecamatan Palipi
untuk melakukan marsialapari mereka memerluka teman sebanyak 4 orang untuk
mengerjakan ladangnya. Untuk mengumpulkan 4 orang pemilik lahan pergi
mengajak temannya untuk melakukan marsialapari. Setelah yang 4 orang sudah
ditemukan mereka terlebih dahulu membuat kesepakatan bersama dari lahan siapa
yang terlebih dahulu dikerjakan kemudian menentukan kapan dimulai kegiatan
tersebut. Masyarakat akan mebagi-bagi waktu dalam lima hari karena hari senin
biasanya masyrakat pergi kepajak sehingga masyarakat melakukan pekerjaan
marsialaparimulai hari selasa. Masing-masing anggota marsialapari akan
mendapatkan satu hari dalam satu minggu. Peralatan yang digunakan untuk
mencangkul adalah cangkul (hudali) yang biasanya dibawa masing-masing para
pekerja marsialapari.
Proses menanam kopi dimulai dari mencangkul (mangalubang). Untuk
membersihkan lahan dilakukan dengan cara memotong rumput-rumput yang
berada dalam ladang kemudian mengumpulkan dipinggiran lahan untuk
dikemudian hari rumput tersebut akan dibakar dan dijadikan pupuk tanaman kopi
dan dilakukan mencangkul (magalubang). Mangalubang dilakukan dengan cara
mencangkul dengan kedalaman 15 cm yang beberbentuk empat persegi kemudian
meratakan tanah hingga berukuran kecil samapai tanah tersebut layak untuk
ditanami kopi. Untuk menanam kopi dilakukan dengan cara memasukkan bibit
kopi berdasarkan aturan lobang yang sudah ditentukan.

Pada zaman dahulu

Universitas Sumatera Utara

Mengolah ladang dikerjakan dengan cara marsialapari terutama bagi kaum lakilaki namun sudah berbeda dengan zaman sekarang, untuk mengerjakan ladang
masyarakat sudah menerima upah sehingga masyarakat tidak ada lagi
berkeinginan marsialapari untuk menyelesaikan pekerjaan ladang.
Struktur pembuatan pekerja marsialapari pada proses menanam kopi disusun
dengan cara kesepakatan bersama, apa bila si A sudah menerima satu hari dari si
B, C, dan D maka si B juga akan menerima satu hari dari si A, C, dan D
demikianlah seterusnya sampai semuan pekerja marsirumpa dalam proses
menanam kopi mendapatkan mendapatkan giliran dengan jumlah hari dan waktu
yang sama. Performansi

pekerja marsialaparidalam proses menanam kopi

biasanya dilakukan oleh pihak laki-laki tetapi pihak perempuan ada juga yang
ikut marsialapari.
Nilai gotong-royong marsialapari untuk mengerjakan ladang sangat bermanfaat
bagai masyarakat karena adanya kebersamaan, dorongan, dan saling mendukung
sehingga suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat.

4.3.2 Marsirumpa dalam Siklus Upacara Adat
jenis marsirumpa yang terdapat secara umum dalam upacara adat di
kecamatan palipi adalah yang dilakukan secara bergantian, yakni marjula-jula,
maranggap,

marsirumpa

yang

dilakukan

dengan

cara

tolong-menolong

Universitas Sumatera Utara

(marsiurupan) marhobas, marnumpahi,mambon boras sipir ni tondi, mangulosi,
marria raja, marttonggo raja, merupakan marsirumpa yang dilakukan secara
bersama-sama. Tradisi marsirumpa yang dilakukan dalam upacara adat masih
tetap berjalan langsung hingga pada saat ini.
4.3.2.1Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong
dalam Kegiatan Marhobas (Mempersiapkan Makanan dan Peralatan)
pada Waktu Upacara Adat
Di Kecamatan Palipidalam acara adat biasanya masyarakat memiliki banyak
persiapan, selain mempersiapkan materi untuk kebutuhan upacara adat masyarakat
yang melaksanakan upacara adat juga membutuhkan tenaga yang lebih sehingga
memerlukan teman untuk mempersiapkan (marhobas). Masyarakat yang di
Kecamatan Palipi memrlukan marhobas/parhobas biasanya dari seluruh dongan
sahuta (teman sekampung) baik kaum laki-laki maupun kaum perempuan untuk
mempersiapkan makanan dan perlengkapan lain pada waktu upacara adat.
Untuk mengumpulkan seluruh teman sekampung tersebut

pihak istri atau

suami yang mengarahkan untuk marhobas pada waktu upacara adatnya. Mereka
akan membagi-bagi pekerjaan tersebut denga cara, untuk kaum laki-laki akan
memotong ternak (pinahan) kemudian dimasak dan untuk kaum perempuan akan
memasak nasi, menyuci piring. Kemudian setelah selesai dipersiapkan maka
mereka akan kerja sama untuk memberikan makanan tersebut kepada seluruh
tamu atau undangan. Kegiatan marhobas akan terus dilakukan hingga upacara
adat selesai.

Universitas Sumatera Utara

Proses marhobas biasanya dimulai sebelum upacara adat dilaksanakan esok
harinya, mereka akan bekerja sama untuk memepersiapkan segala keperluan
dalam proses upacara adat yang mulai dari, memotong ternak, memasak nasi,
menyiapkan tikar untuk tempat dududk para tamu atau undangan dan
mempersiapkan peralatan lainnya yang disedikan oleh orang yang melaksanakan
upacara adat. Biasanya pembagian kerja sering dilakukan oleh pekerja marhobas
tersebut, untuk kaum laki-laki akan mengerjakan seperti memotong terngak
kemudian memasak dangin ternak dan memilah-milah bagian-bagian ternak yang
dianggap penting dalam proses acara adat (jambar), untuk kaum perempuan akan
memasak

nasi, air minum, dan mencuci piring. Kemudian setelah semuanya

sudah dipersiapkan, maka mereka akan bersama-sama untuk memberikan
makanan yang mereka masak kepada seluruh tamu atau undangan yang hadir pada
upacara adat. Proses kegiatan marhobas akan terus dilakukan sebelum hingga
sampai upcara adat selesai. Pada umumnya pada saat proses marhobas pihak yang
melaksanakan acara adat akan memberi rokok untuk laki-laki dan untuk
perempuan akan diberi minuman sehingga mereka tetap semangat untuk
melekukan kegiatan marhobas.
Struktur marhobas dalamupacara adat akan disusun oleh orang yang
melaksanakan acara adat dengan cara memilih salah satu warga yang dianggap
mampu mengarahkan dan mengkordinir semua pekerjaan dalam proses marhobas
yang disebut sebagai ketua marhobas. Kemudian ketua marhobas memilih orangorang yang dipercayainya untuk menangani setiap pekerjaan, seperti memilih
seksi peralatan (orang yang bertanggung jawab untuk mengawasi seluruh
peralatan yang digunakan pada waktu upacara adat, kemudian mengumpulakan

Universitas Sumatera Utara

dan melaporkan apabila ada barang yang digunakan pada waktu marhobas hilang
atau rusak), kemudian memilih satu orang untuk bertanggung jawab di seksi
komsumsi ( orang yang dipilih untuk bertanggung jawab dibidang makanan,
apabila beras habis atau kurang maka seksi komsumsilah yang meminta kepada
orang yang melasakana upacara adat agar beras ditambahkan.
komsumsi ( orang yang dipilih untuk bertanggung jawab dibidang makanan,
apabila beras habis atau kurang maka seksi komsumsilah yang meminta kepada
orang yang melasakana upacara adat agar beras ditambahkan.
Contoh struktur marhobas:
Ketua
marhobas

Seksi
peralatan

Seksi komsumsi

Anggota marhobas

Universitas Sumatera Utara

4.3.2.2 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong
dalam Kegiatan manumpahi / Memberi Sumbangan dalam Acara
Adat
Di Kecamatan Palipi manumpahi dilakukan dalam upacara adat dimulai dari
mengumpulkan sejumlah uang. Manumpahi dalam proses upacara adat pada
masyarakat di Kecamatan Palipi yang pertama dilakukan ialah dimana pihak
keluarga laki-laki terlebih dahulu mengumpulkan dongan tubu, boru, bere, dan
ibebere

untuk

melakukan

kegiatan manumpahi

kepada

keluarga

yang

melaksanakan acara adat. setelah semua pihak tersebut sudah dikumpulkan maka
mereka akan bersama-sama untuk manumpahi dengan memberi sejumlah uang
yang dimasukakan kedalam tempat yang sudah disediakan. Biasanya manumpahi
untuk saudara kandung sering disebut sebagai acara manggohi gajut sehingga
uang di berikan oleh pihak-pihak tersebut dimasukkan kedalam bakul (gajut)
sehingga sumbangan atau uang yang diberikan keluarga dekat pihak laki-laki
dimasukkan kedalam bakul (gajut).
Proses manumpahi untuk keluarga dekat pihak laki-laki biasanya terlebih
dahulu dilakukan pada malam hari, kemudian untuk seluruh undangan atau tamu
manumpahi dilakukan pada waktu upacara adat setelah selesai makan dengan cara
memasukkan uang kedalam amplop dan disalamkan kepada orang yang
melaksanakan acara adat atau bisa juga diserahkan salah satu dari anggota
keluarga yang ditunjuk untuk mengumpulkan uang dari orang yang manumpahi
pada proses upcara adat tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Struktur manumpahi pada upacara adat di Kecamatan palipi yang merupakan
keluaga dari pihak laiki-laki. Seperti dongan tubu, boru, bere, ibebere dan seluruh
undangan pihak keluarga laki-laki akan masuk dalam kegiatan manumpahi.
Contoh struktur manumpahi pada masyarakat di kecamatan palipi.

Dongan
tubu

Boru

pelaku
acara
adat

Undangan

Bere
,ibebere

Nilai gotong-royong dalam kegiatan Manumpahi sangat bermanfaat bagi
masyarakat ketika melaksanakan upacara adat sehingga dapat mengurangi beban
yang ditanggung oleh pihak yang melaksanakan upacara adat selain itu
manumpahi dapat juga mencerminkan kerja sama yang baik antar seluruh pihak
keluarga agar acara tersebut dapat berjalan dengan lacar.
4.3.2.3 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong
pada Acara Adat dalam Kegiatan Mangulosi Memberikan Ulos atau Kain
Tradisional Batak
Di Kecamatan Palipi Mangulosi dalam upacara adat yang pertama dilakukan
ialah memberikan ulos dalam upacara adat. Kegiatan mangulosi tersebut

Universitas Sumatera Utara

masyarakat membutuhkan teman untuk memberikan ulos. Pada umumnya yang
melakukan kegiatan mangulosi, pihak hula-hula yang membawa rombongannya
untuk memberikan ulos kepada pihak boru pada waktu upacara adat, baik acara
adat kelahiran perkawinan dan acara adat kematian. Sebelum melakukan kegiatan
mangulosi pihak hula-hula terlebih dahulu memberitahukan (manggokhon)
kepada seluruh pihak keluarganya bahwa saudara perempuannya akan
melaksanakan acara adat. kemudian setelah semua keluarga diberitahukan baik
dongan tubu dan borunya, maka pada waktu acara adat seluruh keluarga yang dari
pihak hula-hula akan bersama-sama mangulosi pihak yang melaksanakan acara
adat (boru).
Proses mangulosi dilakukan oleh pihak laki-laki maupun pihak perempuan
yang merupakan undangan dari pihak saudara perempuan dengan cara membawa
ulos (kain tradisional Batak Toba)

kemudian diserahkan kepada pihak boru.

Biasanya mangulosi dilakukan denga cara membukakan kain ulos kemudian
diletakkan di atas punggung yang menerima (boru), kecuali pada proses acara
adat perkawinan. proses mangulosi pada proses acara perkawinan biasanya pihak
yang memberikan ulos terlebih dahulu menari sambil membukakan ulos,
kemudian diserahkan dengan cara meletakkan ulos diatas punggung orang yang
melaksanakan acara adat ( pihak boru). kegiatan mangulosi dilakukan agar pihak
boru mendapatkan doa dan memperoleh banyak berkat karena pada umumnya
masyarakat Batak Toba bahwa hula-hul di sebut sebagai Debata na ni ida (orang
yang mampu meberi berkat kepihak boru). Selain itu memberi berkat kepihak
boru, kegiatan mangulosi dapat membantu pihak boru untuk mengurangi beban
yang ditanggung kerena pada

umumnya hula-hula memberikan ulos cukup

Universitas Sumatera Utara

banyak sehingga pihak borupun dapat mempergunakan ulos tersebut untuk
keperluan-keperluan lain. Biasanya sebagian ulos yang diberikan pihak hula-hula
akan dijual untuk menutupi biaya-biaya yang belum di lunasi setelah acara adat
selesai.
Struktur mangulosi dalam proses acara adat terdapat pada seluruh keluarga
yang dari pihak perempuan akan bekerja sama untuk melakukan kegiatan
mangulosi dalam proses acara adat tersebut baik dongan tubu, boru, dan seluruh
undangan dari pihak boru termasuk dalam struktur mangulosi. Kegiatan
mangulosi ini masih tetap dijalan di Kecamatan Palipi.
4.3.2.4 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menong
pada Acara adat dalam Kegiatan Mamboan Boras Sipir Ni Tondi
(Kegiatan Membawa Beras)
Kegiatan mamboan boras sipir ni tondi adalah kegiatan menerima beras dari
tamu yang hadir terutama dari pihak hula-hula (keluarga istri) teman semarga,
dan juga ale-ale atau kerabat dekat. Pada saat membawa beras (boras) pihak
hula-hula

mengajak rombongannya untuk mamboan boras sipir ni tondi

kepada pihak boru pada waktu upacara adat. Mamboan boras sipir ni tondi
pada waktu upacara adat dilakukan agar pihak boru yang melaksanakan
upacara adat memiliki jiwa yang kuat. Sebelum hula-hula melakukan kegiatan
mamboan boras sipir ni tondi kepihak boru, hula-hula terlebih dahulu
menemui dongan tubu dan keluargga lainnya untuk memberitahukan bahwa
saudara perempuannya akan melakukan acara adat pada hari yang sudah
ditentukan. Sesudah diberitahukan kepada dongan tubu dan borunya. Maka,

Universitas Sumatera Utara

pada hari yang sudah ditetapkan mereka akan bersama-sama mamboan boras
yang diserahkan secara kepada orang yang melakukan acara adat.
Misalnya: jika saya menikah maka keluarga dara pihak saya, yang disebut
dengan hula-hula akan secara keseluruhan membawa beras sipiri ni tondi baik
dongan tubu dan keluarga lainnya yang merupakan undangan dari pihak pihak
hula-hula.
Peroses mamboan boras sipir ni tondi

dilakukan pada waktu acara adat

dengan membawa beras didalam bakul (tandok). Untuk memberikan boras sipir ni
tondi dilakukan hula-hula dengan cara mengambil sedikit beras dari dalam bakul
kemudian diletakkan diatas kepala boru untuk memberi berkat sehingga pihak
boru memilik jiwa yang kuat seperti beras untuk menjalani kehidupannya.
Kemudian untuk beras yang tersisa didalam bakul (tandok) dimasukkan kedalam
karung untuk diserahkan kepihak boru. sehingga beras yang meraka berikan dapat
digunakan untuk keperluan lain. Biasanya untuk mamboan boras sipir ni tondi
dilakukan oleh pihak perempuan atau istri dari hula-hula karena pada masyarakat
Batak Toba bahwa laki-laki adalah raja sehingga tidak pantas untuk membawabawa tandok pada waktu acara adat, akan tetapi untuk mamboan boras sipir ni
tondi dilakukan dengan cara berbaris secara bersama-sama . Untuk melakukan
kegiatan proses mamboan boras sipir ni tondi pihak hula-hula tidak membatasi
jumlah orang yang ikut dalam membawa beras tersebut, tetapi beras yang mereka
berikan biasanya sebanyak 2-3 liter dari masing-masing hula-hula. Selain untuk
memberi berkat kepada pihak boru, pihak hula-hula juga ingin membantu pihak
boru sehingga beras yang mereka berikan dapat mengurangi dana untuk
melaksanakan upacara adat.

Universitas Sumatera Utara

Struktur mamboan boras sipir ni tondi pada waktu acara adat disusun secara,
bahwa seluruh pihak keluarga dari pihak perempuan seperti saudara laki-laki
perempuan (hula-hula), dongan tubu (hula-hula), dari hula-hula dan seluruh
undangan dari pihak hula-hula akan masuk dalam struktur mamboan beras sipir
ni tondi pada waktu acara adat.
Nilai gotong-royong mamboan boras sipir ni tondi sangat penting bagi
mayarakat terutama pihak hula-hula yang bekerja sama untuk membantu
mengurangi beban yang ditanggung oleh pihak boru. selain itu mamboan boras
sipir ni tondi juga dapat memupuk kerja sama dalam hubungang kekeluargaan
yang lebih baik. gotong-royong dalam kegiatan mamboan boras sipir ni tondi
masih tetep dilakukan hingga pada saat ini di Kecamatan Palipi dan dilihat pada
waktu masyarakat melakukan upacara adat.
4.3.2.5 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong
dalam kegiatan Marria Raja atau Kegiatan Merencanakan Upacara
Adat Kematian (Saur Sari Matua)
Kegiata marria raja adalah kegiatan untuk merencanakan upacara adat
kematian khususnya upacara adat kematian

saur sari matua. Untuk

merencanakan upacara adat ini tentunya masyarakat memerlukan teman atau
berbagai pihak didalamnya sehingga masyarakat dapat bertukar pikiran antara
yang satu dengan yang lain sehingga upacara adat dapat berjalan sesuai dengan
keinganan yang diharapkan. Untuk mengumpulkan berbagai pihak tersebut pihak
boru yang mengupulkan pihak hula-hula, dongan tubu, dongan sahuta, raja adat

Universitas Sumatera Utara

untu mengajak melakukan marria raja. setelah seluruh pihak yang terlibat sudah
berkumpal maka kegiatan marria raja akan dilakukan untuk merencanakan acara
adat kematian saur sari matua.
Setelah seluruh pihak tersebut sudah berkumpul maka mereka membicarakan
atau merencanakan tentang upacara adat orang yang meninggal seperi, tata
upacara adatnya, (apakah akan dibuat acar besar atau cuman acara berdoa),
kemudian menentukan berapa hari datahan dirumah, dan membicarakan kapan
upacara adatnya (maralaman).
Proses marria raja dilakukan dengan cara bermusywarah untuk merencanakan
proses acara adat kemtian saur sari matua. untuk merencanakan proses acara adat
mereka akan bersama-sama membicarakan tentang acara adat, apakah acara adat
besar atau acara adat kecil, kemudian menetukan kapan acara adatnya
dilaksanakan (andigan maralaman), kemudian menetukan juhut atau menentukan
hewan apa yang akan disembelih. Proses marria raja dilakukan pada malam hari
1-2 hari sebelum pelaksanaan acara adat orang meninggal, yang dilakukan oleh
pihak laki-laki dan perempuan.
Struktur marria raja raja pada waktu acara adat dilakukan oleh seluruh pihak
keluarga dari pihak saudara laki-laki maupun saudara dari perempuan, yang
termasuk pihak dalihan natolu, donga sahuta, dan raja adat akan akan bekerja
bersma-sama untuk menyelesaikan kegiatan marria raja. kegiatan ini masih tetap
dilaksanakan di Kecamatan palipi khususnya pada proses upacara adat kematian
saur sari matua.

Universitas Sumatera Utara

4.3.2.6 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong
dalam Upacara Adat dalam Kegiatan Tonggo Raja pada Masyarakat
Batak Toba di Kecamatan Palipi.
Kegiatan

Martonggo raja

adalah kegiatan merencanakan upacara adat

biasanya dilakukan khususnya upacara adat perkawinan. Di Kecamatan Palipi
untuk melakukan kegiatan martonggo raja dapat melibatkan

berbagai pihak

yang terlibat didalamnya seperti, pihak dalihan natolu, dongan sahuta, boru, bere,
ibebere untuk merencanakan acara adat. Untuk mengumpulkan berbagai pihak
pihak orang yang akan melakukan acara adat yang terlebih dahulu mengunjungi
pihak-pihak

warga untuk mengarakan

melaksanakan martonggo raja. Pada

umumnya kegiatan martonggo raja dilakukan oleh pihak laki-laki dan pihak
perempuan sebanyak 150 orang. Martonggo raja dilakukan suhut (pihak yang
melaksanakan acara adat) untuk mengambil hati para dongan tubu, dongan sahuta,
boru, bere, ibebere

sehingga mereka dapat bekerja sama untuk melakukan

kegiatan acara adat yang akan dilakukan.
Proses martonggo raja dilakukan dilakukan dengan oleh pihak laki-laki dan
pihak perempuan yang dilakukan dengan cara berkumpul dirumah pihak yang
melaksanakan acara adat untuk membicarakan kapan acara adat dilakukan,
menentukan tempat, jumlah sinamot, kemudian menentukan kordinator marhobas.
Proses martonggo raja pada umumnya dilakukan siang hari sekitar jam 12-16 sore
dimana sebelum melakukan tongg raja masyarakat yang di Kecamatan Palipi
terlebih dahulu memberi makan para tamu yang ikut dalam kegiatan martonggo
raja. Kegiatan martonggo raja yang dilakukan setelah pihak yang melaksanakan

Universitas Sumatera Utara

acara adat memberi makan orang-orang yang datang dalam kegiatan martonggo
raja yang dilaksanakan sekitar jam 11- 16 sore. Dalam kegiatan martonggo raja
masyarakat akan membicarakan bagaimana proses acara adat, menetukan tempat,
tanggal, menentukan koordinator marhobas.
Kemudian setelah selesai dibicarakan

secara keseluruhan dan sudah

disepakati bersama maka pihak yang melaksanakan acara adat mengucapkan
banyak terimakasi sambil memberikan uang Rp 2000 sebagai pesan agar mereka
yang terlibat dalam kegiatan martonggo raja tidak lupa hadir untuk melaksanakan
proses acara adat yang sudah mereka sepekati bersama yang disebut dengan ingotingot.
Struktur martonggo raja dibuat sesuai dengan unsur dalihan natolu yang ada
pada masyarakat Batak Toba yang ada di Kecamatan Palipi. Selain unsur dalihan
natolu masyarakat juga akan menghadirkan dongan sahuta dan pihak ale-ale
untuk melakukankegiatan martonggo raja. sehingga dapat kita lihat struktur
martonggo raja pada masyarakat batak toba di kecamatan palipi sebagai berikut.
1. Suhut

4. boru

2. Hula-hula

5. Dongan sahuta

3. Dongan tubu

6. Dan ale-ale

Nilai gotong-royong dalam kegiatan Martonggo raja dapat dilihat untuk
menjalin kerja sama secara tolong-menolong sehingga masyarakat bekerja sama
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Martonggo raja untuk merencanakan acara
adat perkawinan masih tetap dilakukan pada masyarakat Batak Toba di

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Palipi untuk sehingga pelaksanaan upacara adat tersebut dapat
berjalan dengan baik.
4.3.2.7 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Bergantian pada
Upacara Adat

dalam Kegiatan merjula-jula (Memberi dan

Menerima)
Di Kecamatan Palipi marjula-julaatau arisan dimulai dengan mengumpulkan
sejumlah uang. Untuk melakukan marjula-julatersebut masyarakat membutuhkan
materi sehingga memerlukan teman untuk melakukan kegiatan tersebut.
Masyarakat di Kecamatan Palipi melaksanakan marjula-jula dilakukan dengan
satu kumpulan marga yang berasal dari beberapa daerah. Untuk mengumpulkan
satu marga ini pihak borumengajak teman 30 orang untuk ikut melakukan
marjula-jula (arisan). Mengumpulkan uang dalam kegiatan marjula-jula(arisan)
dilakukakan

sesuai dengan anggapan dasar

yang telah disepakati bersama.

Kemudian diserahkan ketika salah satu dari anggota marjula-jula malaksanakan
upacara adat.
Proses marjula-jula mengumpulkan uang tersebut masyrakat melakukanya
dengan cara beriyuran atau dilakukan pertemuan sekali dalam satu bulan di rumah
setiap anggota yang telah disepakati bersama, persekutuan marga tersebut lebih
cenderung memilih hari minggu, karena mereka yakin bahwa pada hari minggu
adalah hari libur sehingga pekerja kantor, guru dan petani dapat menyediakan
banyak waktu luang untuk bisa bertatap muka dengan anggota lainnya. Kegiatan
marjula-jula (arisan) dilakukan dengan mengumpulkan uang sekali dalam satu
bulan dengan jumlah telah disepekati bersama yang biasanya jumlah uang yang

Universitas Sumatera Utara

mereka kumpulkan setiap melakukan pertemuan berkisar Rp 10.000 dan disimpan
oleh seorang yang mereka percayai.
Kemudian setelah ada salah satu dari persekutuan yang melakukan upacara
adat, maka mereka akan bersama-sama datang untuk memberikan uang atau beras
terhadap orang yang melaksanakan acara adat tersebut. jumlah uang yang mereka
berikan telah disepakati bersama biasanya Rp 300.000 atau beras 40 kg.
Disamping itu,

sebelum uang diserahkan kepada pihak anggota yang

melaksanakan acara adat mereka juga akan memberi ijin kepada setiap anggota
untuk meminjamkan uang jika angota mengalami kesusahan dan memberi batas
waktu 1 bulan untuk dikembalikan.
Struktur kegiatan marjula-jula pada proses acara adat dimulai dari memilih
orang-orang yang dipercayai mampu membina, membing-bidang dan bertanggung
jawab terhadap bidang yang ditangani. Struktur marjula-jula (arisan) pada
masyarakat Batak Toba di Kecamata Palipi.
Pembina

Ketua dan
Wakil Ketua
Sekretaris

Bendahara

Anggota

Universitas Sumatera Utara

4.3.2.8 Performansi Marsirumpa yang Dilkaukan Secara Bergantian pada
Adat Kelahiran dalam Kegiatan Maranggap (Kegiatan Menjagai
Perempuan yang Baru Melahirkan)
Kegiatan aranggap adalah kegiatan untuk menjagai perempuan yang baru
melahirkan. Untuk melakukan kegiatan maranggap pihak keluarga teman
sekampung yang terlebih dahulu datang menemui pihak perempuan yang
melahirkan. Untuk itu yang pertama dilakukan untuk marranggap dimulai dari
teman sekampung (dongan sahuta) yang mengajak temanya untuk maranggap.
Kemudian setelah sesama teman sekampung saling mengajak maka mereka akan
bersama-sama menjagain perempuan yang melahirkan yang disebut sebagai
maranggap.
Proses maranggap pada masyarakat Batak Toba khususnya di kecamatan
Palipi, dilakukan dengan cara menjagai perempuan yang baru melahirkan karena
perempuan yang baru melahirkan dianggap lemah dan masyarakat juga percaya
akan roh-roh jahat yang ingin mengangu perempuan yang baru melahirkan
sehingga perempuan yang baru melahirkan perlu ditemani dan juga membantu
menyiapkan keperluan perempuan dan bayi yang baru lahir. Kegiatan maranggap
dilakukan selama satu minggu yang dilaksanakan pada malam hari dimana setiap
warga kampung akan datang secara bergantian kerumah perempuan yang
melahirkan sambil membawa keperluan masing-masing, karena orang-orang yang
melakukan kegiatan maranggap biasanya akan tidur dirumah perempuan yang
baru melahirkan oleh karena itu masyarakat tidak ingin membebani pihak warga
tersebut. Untuk melakukan kegiatan maranggap dilakukan oleh kaum laki-laki

Universitas Sumatera Utara

maupun kaum perempuan yang sudah menikah ataupun yang belum menikah
tanpa ada batas dengan cara bergantian.
Selain untuk menjaga perempuan yang melahirkan pihak warga yang datang
dalam kegiatan maranggap memiliki banyak waktu untuk bertatap muka satu
sama lain sehingga sering kita jumpai warga yang ikut dalam kegiatan maranggap
melakukan kegiatan lain untuk menghidupkan suasana agar tetap ramai seperti,
main gitar, main catur dan main kartu. Pada umumnya warga yang melahirkan
akan menyodorkan kopi dan gula untuk diminum para warga yang datang dalam
kegiatan maranggap sehingga mereka tidak mudah mengantuk.
Kemudian Setelah terhitung tujuh hari tujuh malam maka pihak warga yang
melahirkan akan membuat acara makan bersama sebagai ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang rela memberi waktu selama tujuh malam untuk menjaga
istrinya yang baru melahirkan sekalian menutup kegiatan maranggap. Kegiatan
maranggap dilakukan oleh kaum perempuan dan kaum laki-laki dengan
berjumlah 14 -20 orang yang berasal dari satu kampung.
Strukur maranggap pada masyarakat di Kecamatan Palipi, jika si A dan B
tidur duluan maka si C dan D yang menemani perempuan yang melahirkan atau
jika kaum perempuan sudah tidur makan kaum laki-laki yang menemani
perempuan yang melahirkan sambil main kartu,dan catur.

Universitas Sumatera Utara

4.4.3 Marsirumpa dalam Siklus Pekerjaan Umum
Jenis marsirumpa yang terdapat dalam siklus pekerjaan umum di
KecamatanPalipi adalah yang dilakukan secara kerja sama seperti pauli dalan,
pauli bondar, dan pauli mual merupakan marsirumpa atau kerja baktiyang
dilakukan secara bersama-sama. Akan tetapi, marsirumpa atau kerja bakti tersebut
sudah mulai pudar pada masyarakat di Kecamatan Palipi.
4.4.3.1 Prformansi

Marsirumpa yang Dilakukan Secara Bersama-Sama

dalam Kegiatan Pauli Dalan (Perbaikan Jalan) pada Masyarakat di
Kecamatan Palipi
Di Kecamatan Palipi performansi kerja bakti dimulai dari pihak keluarga atau
pemuka kampung yang mengarahkan temannya atau warga satu kampung untuk
melakukan gotong-royong pauli dalan. Kemudian setelah pihak pemuka kampung
sudah mengajak warga, mereka akan terlebih dahulu bermusywarah untuk
menentukan dari mana yang terlebih dahulu dikerjakan, menetukan peralatan apa
saja yeng diperlukan, setelah disepakati bersama maka mereka akan bersamasama untuk pauli dalan. Kegiatan pauli dalan dilakukan oleh pihak laki-laki dan
juga pihak perempuan dengan jumlah 20 orang yang berasal dari kempung yang
berbeda. Untuk melaksanakan kegiatan marsirumpa dalam perbaikan jalan (pauli
dalan) pada masyrakat Batak Toba yang ada dikecamatan Palipi, biasanya ada
satu

orang sebagai penggerak

untuk memberi arahan yang bisa dipercayai

masyarakat sehingga kegiatan dapat terlaksana.

Universitas Sumatera Utara

Proses pauli dalan dilakukan oleh pihak laki-laki maupun pihak perempuan
dengan cara membawa peralatan masing-masing baik cangkul maupun piasu
(golok). Untuk kaum laki-laki mencangkul bagian jalan yang sudah mulai rusak
dan meratakan tanah yang dicangkul itu dengan jalan yang semula. Untuk kaum
perempuan akan memotong rumput-rumput disekitar jalan dan hasil pemotongan
rumput dilkumpulkan sehingga tidak mengganggu aktivitas warga yang lewat.
Biasanya proses pauli dalan (perbaikan jalan) dilakukan sekali seminggu pada
hari jumat sehingga setiap hari jumat pihak warga akan bersiap-siap untuk
bergotong-royong perbaikan jalan.
Struktur pauli dalan dibuat dengan cara setiap warga harus hadir untuk
melakukan kegiatan pauli dalan apa bila dia tidak datang lebih dari dua kali
berturut-turut akan dikenakan teguran berupa sepatah kata dari pihak pemuka
kampung agar dihari selanjutnya dia bisa datang karena perbaikan jalan bukan
untuk pri