Rancang Bangun Alat Penumbuk Mekanis

TINJAUAN PUSTAKA
Udang Rebon
Udang rebon terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama
pantai timur Sumatera, pantai barat Sumatera (Meulaboh, Air Bangis, Padang,
Painan), pantai timur Lampung, pantai utara Jawa, pantai selatan Jawa, selat
Madura,

Banyuwangi,

Muncar,

Kalimantan

Barat,

Kalimantan

Selatan,

Kalimantan Timur, Pulau Laut, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Bima, Bintuni,
Kepulauan Aru, dan Laut Arafuru (Suyanto dan Mujiman, 2001).

Tabel 1. Kandungan Gizi Udang Rebon per 100 g
Kandungan gizi
Udang rebon kering
Energi (kkal)
299
Protein (g)
59,4
Lemak (g)
3,6
Karbohidrat (g)
3,2
Kalsium (mg)
2.306
Fosfor (mg)
265
Besi (mg)
21,4
Vitamin A (SI)
0
Vitamin B1 (mg)

0,06
Air (g)
21,6

Udang rebon segar
81
16,2
1,2
0,7
757
292
2,2
60
0,04
79,0

Sumber: Direktorat Gizi Depkes, 1992

Terasi Udang
Terasi udang memiliki aroma yang kuat, terasi merah muda dengan rasa

asin ini sering digunakan sebagai bahan makanan di beberapa daerah di Asia
Tenggara. Secara tradisional, terasi udang dibuat dari udang pada perairan
dangkal yang kemudian akan difermentasi di bawah sinar matahari. Terkadang
terasi ini dibentuk menjadi batangan kering sebelum dijual. Terasi merupakan
bahan makanan yang unik bagi masyarakat Malaysia. Udang sebagai bahan baku
dicampur dengan 15%-20% garam dan dibiarkan di dalam karung plastik. Bahan

5
Universitas Sumatera Utara

6

hasil pengadukan selanjutnya difermentasikan pada suhu 30-320C sepanjang
malam.

Pengadukan

udang

dan


garam

selanjutnya

ditumbuk

dengan

menggunakan lesung kayu. Namun, saat ini penggunaan blender listrik sudah
menggantikan fungsi lesung (Kim et al., 2014).
Pengolahan Udang Rebon Menjadi Terasi
Cara pembuatan terasi udang rebon sebagai berikut :
1. Pertama-tama, udang rebon dicuci dengan air bersih agar semua kotoran
terbuang. Selanjutnya udang rebon dimasukkan kedalam karung selama
semalam agar bahan baku tersebut menjadi setengah busuk.
2. Keesokan harinya udang rebon tersebut dicuci kembali dan langsung dijemur
dibawah sinar matahari sampai setengah kering (kurang lebih selama 1-2
hari). Selama penjemuran, udang rebon harus sering dibalik-balik agar
keringnya merata dan kotoran yang mungkin masih melekat dapat

dibersihkan.
3. Setelah agak kering, daging udang rebon ditumbuk sampai halus dan
dibiarkan lagi selama semalam agar protein yang terkandung didalamnya
benar-benar terurai.
4. Selanjutnya kedalam daging udang rebon ditambahkan garam secukupnya
untuk membunuh bakteri pembusuk. Jumlah garam yang ditambahkan
tergantung selera, maksimal 30% dari berat total udang rebon, agar terasi
yang diproduksi tidak terlalu asin.
5. Langkah selanjutnya adalah menggumpalkan dan membungkus bahan terasi
tersebut dengan daun pisang kering. Biarkan bahan terasi tersebut selama satu
malam agar bakteri pembusuk benar-benar mati. Setelah satu malam,

Universitas Sumatera Utara

7

gumpalan bahan terasi tersebut dihancurkan kembali dan dijemur dibawah
sinar matahari selama 3-4 hari.
6. Terasi yang telah kering kemudian ditumbuk kembali sampai benar-benar
halus dan dibungkus kembali dengan tikar atau daun pisang kering.

Selanjutnya terasi tersebut dibiarkan kembali selama 1-4 minggu, agar proses
fermentasi dapat berlangsung secara sempurna. Proses fermentasi dapat
dianggap selesai apabila telah tercium aroma terasi yang khas.
7. Daya tahan terasi diolah dengan cara seperti diatas dapat mencapai 12 bulan.
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).
Mutu Terasi Udang
Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2716.1-2009, dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 2. Persyaratan Mutu Terasi (SNI 01-2716.1-2009)
Jenis Uji
Satuan
I. Organoleptik
Angka (1-9)
II. Cemaran Mikroba *
- Escherichia coli
APM/g
- Salmonella
Per 25 g
- Staphylococcus aureus

Koloni / g
- Vibrio cholerae
Per 25 g
III. Kimia
- Kadar Air
% Fraksi Massa
- Kadar Abu Tak Larut dalam % Fraksi Massa
Asam
- Kadar Garam
% Fraksi Massa
- Kadar Protein
% Fraksi Massa
- Kadar Karbohidrat
% Fraksi Massa

Persyaratan
Minimal 7
Minimal < 3
Negatif
1 x 103

Negatif
30-50
Maksimal 1,5
Maksimal 10
Maksimal 15
Maksimal 2

Universitas Sumatera Utara

8

Komponen Alat Penumbuk Terasi
Rangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen alat lainnya yang
terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan
teknik pengelasan.
Motor bakar
Motor penggerak adalah motor yang dapat mengubah tenaga panas hasil
dari suatu pembakaran menjadi tenaga mekanik. Motor penggerak dapat
dibedakan dalam 2 golongan, yaitu:

1. Motor dengan pembakaran diluar.
2. Motor dengan pembakaran didalam silinder.
(Hadjosentono, dkk., 1996).
Minyak bakar yang disemprotkan kedalam silinder berbentuk butir-butir
cairan yang halus. Oleh karena udara didalam silinder pada saat tersebut sudah
bertemperatur dan bertekanan tinggi maka butir-butir tersebut akan menguap.
Penguapan butir bahan bakar itu dimulai pada bagian permukaan luarnya, yaitu
bagian yang terpanas. Uap bahan bakar yang terjadi itu selanjutnya bercampur
dengan udara yang ada disekitarnya. Proses penguapan itu berlangsung terus
selama temperatur sekitarnya mencukupi (Arismunandar dan Koichi, 2004).
Pada motor diesel, solar dibakar untuk memperoleh energi termal. Energi
ini selanjutnya digunakan untuk melakukan gerakan mekanik. Prinsip kerja motor
diesel secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu solar dari
boostpump dihisap masuk ke dalam silinder, udara murni dihisap dan
dikompresikan pada 8º-12º sebelum piston mencapai titik mati atas kemudian

Universitas Sumatera Utara

9


bahan bakar dikabutkan maka terjadilah pembakaran. Bila piston bergerak naik
turun didalam silinder dan menerima tekanan tinggi akibat pembakaran, maka
tenaga pada piston akan mengakibatkan piston terdorong ke bawah. Gerakan naik
turun pada torak diubah menjadi gerak putar pada poros engkol oleh connecting
rod. Selanjutnya gas-gas sisa pembakaran dibuang dan campuran udara bahan
bakar tersedia pada saat-saat yang tepat untuk menjaga agar piston dapat bergerak
secara periodik dan melakukan kerja tetap (Prasojo, 2013).
Puli (pulley)
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli
dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk
konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Rumus yang digunakan untuk menghitung percepatan putaran atau ukuran
roda transmisi adalah:
SD(penggerak) = SD(yang digerakan) .................................................... (1)
dimana:
S

= kecepatan pulley (rpm)


D

= diameter pulley (mm)

(Smith dan Wilkes, 1990).
Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

Universitas Sumatera Utara

10

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
(Mabie dan Ocvirk, 1967).
Sabuk-v (v-belt)
Sabuk-v terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacam di pergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa
tarikan yang besar. Sabuk-v dibelitkan di keliling puli yang berbentuk v pula.
Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Transmisi dengan
menggunakan sabuk hanya dapat menghubungkan poros-poros yang dengan arah
putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk
bekerja lebih halus dan tidak berisik (Sularso dan Suga, 2004).

Gambar 1. Konstruksi Sabuk-v
Menurut Sularso dan Suga (2004), Sabuk-v digunakan untuk menurunkan
putaran maka perbandingan yang umum di gunakan adalah:
n1/n2 = Dp/Dp ............................................................................ (2)
dimana:
n1

= putaran pulley penggerak

n2

= putaran pulley yang digerakan

Dp

= diameter pulley yang digerakan

Dp

= diameter pulley penggerak

Universitas Sumatera Utara

11

Sabuk bentuk trapesium atau v dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk v. Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk-v dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil dari pada sabuk yang pipih (Smith dan Wilkes, 1990).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menjadi poros transmisi (line shaft), spindle, gandar (axle), poros
(shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Poros umumnya berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran bentuk
dari poros adalah silinder baik pejal maupun berongga. Namun ukuran
diameternya tidak selalu sama. Biasanya dalam permesinan, dibuat bertangga agar
bantalan, roda gigi maupun puli mempunyai dudukan dan penahan agar dapat
diperoleh ketelitian mekanisme (Pratomo dan Irawanto, 1983).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.

Universitas Sumatera Utara

12

Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban
di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan kekeliruan
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran
kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang
terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang berhenti lama sampai batas-batas
tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difis, baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan dari baja yang
dideokasikan dengan ferrosilikon dan dicor. Poros-poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan
dengan kulit yang sangat tahan terhadap keausan seperti baja khrom nikel, baja

Universitas Sumatera Utara

13

khrom nikel molibden, baja khrom dan baja khrom molibden, dan lain-lain.
(Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan
poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat
bekerja secara semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan
peranannya dengan pondasi pada gedung. Bantalan radial, arah beban yang
ditumpu bantalan ini adalah gerak lurus sumbu poros, arah beban bantalan ini
sejajar sumbu poros. Bantalan gelinding khusus dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros (Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1.

Gerakan bantalan terhadap poros
- Bantalan luncur
- Bantalan gelinding

2.

Beban terhadap poros
- Bantalan radial
- Bantalan aksial
- Bantalan gelinding khusus

(Sularso dan Suga, 2002).
Menurut Anwir (1982) bantalan dengan gesekan menggelinding memiliki
keuntungan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

14

1.

Kerugian gesekan kecil, juga di waktu awal gerak

2.

Jumlah minyak pelumas yang akan digunakan sedikit

3.

Keausannya sedikit

4.

Bantalan hanya sedikit membutuhkan pengawasan

5.

Tidak mengalami kesulitan waktu percobaan berjalan

6.

Penyesuaian bantalan tidak perlu dilakukan

Lesung dan alu
Lesung pada dasarnya terbuat dari kayu utuh (glondongan-bahasa jawa)
dengan ukuran panjang yang bervariasi tidak ada ukuran yang baku. Adapun
batang kayu yang sering digunakan sebagai bahan dasar lesung adalah kayu
munggur, sawo, kayu asem dan kayu nangka. Sebagai alasan dipergunakannya
kayu tersebut karena mempunyai daya tahan dari kerusakan yang cukup lama,
asalkan diperhatikan dan dirawat dengan baik (Putranto, 2014).
Putranto (2014) menambahkan, untuk mendapatkan lesung yang baik
hendaknya batang kayu tadi dari tanaman yang berumur paling tidak 20 tahun
bahkan lebih. Hal ini dimaksudkan disamping lesung menjadi kuat dan awet, juga
tidak mudah rapuh dan tidak dimakan rayap. Setelah disiapkan dari batang kayu
yang memenuhi kriteria diatas kemudian kayu dipotong menjadi bentuk balok.
Dari batang kayu yang berbentuk balok pada bagian tengahnya dibuat lubang
persegi panjang (lumpang panjang) dalam bentuk bangun ruang dengan ukuran
panjang lubang dua pertiga bagian dari panjang badan baloknya. Sepertiga bagian
yang lain (pangkal batang) dibuat lubang kecil berbentuk bundar dalam bangun
ruang tabung dengan kedalaman atau tinggi bangun ruang disesuaikan dengan
kemauan.

Universitas Sumatera Utara

15

Alu sebagai alat penumbuk terbuat dari jenis batang kayu tanaman yang
memiliki serat kayu keras, ulet dan tidak mudah patah. Jenis kayu yang demikian
didapatkan pada pohon luyung, asem, sawo, petai cina, dan jati. Alu tersebut
berbentuk tongkat bulat panjang dan bagian tengah tongkat ukuran lingkarannya
lebih kecil dari kedua ujungnya sebagai pegangan sewaktu menumbuk. Dalam
pembuatan lesung dan alu tidak terdapat ukuran yang baku, melainkan menurut
selera pembuatnya sendiri (Putranto, 2014).
Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).
Sabuk-v dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk v. Selain koefisien
gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk-v lebih
sering dipakai (Sularso dan Suga, 2002).
Puli dapat dipasangkan antara lain secara vertikal, pemasangan puli
dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal.
Pada pemasangan vertikal ini akan mengakibatkan getaran pada bagian
mekanisme serta penurunan umur sabuk (Mabie dan Ocvirk, 1967).
Kapasitas Efektif Alat
Menurut Daywin, dkk., 2008, kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja

Universitas Sumatera Utara

16

dapat dokonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :
Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut :
Kapasitas Alat =

Produk yang dihasilkan
Waktu

......................................... (3)

Rendemen
Rendemen

adalah

presentase

produk

yang

didapatkan

dengan

membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat
kehilangan berat proses pengolahan. Rendemen didapat dengan cara menimbang
berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses di bandingkan dengan berat bahan
awal.
Rendemen

=

Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku

x 100% .. (4)

Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang
dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin
banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak
tergantung

pada

banyak

sedikitnya

produk

yang

akan

dihasilkan

(Soeharno, 2007).

Universitas Sumatera Utara

17

Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
Biaya pokok = [

BT
x

+BTT] C................................................. (5)

dimana :
BT

= total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT

= total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x

= total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C

= kapasitas alat (jam/satuan produksi)

1. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
- Biaya penyusutan (metode sinking fund)
Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) .................................................(6)
dimana:
Dt = biaya penyusutan tiap akhir tahun (Rp/tahun)
P = harga beli (Rp)
S = nilai akhir (10% dari P) (Rp)
n = perkiraan umur ekonomi (tahun)
t

= umur perkiraan mesin/alat pada permulaan tahun berikutnya

(Hidayat dkk, 1999).
- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya:
I=

i(P)(n+1)
2n

............................................................................. (7)

dimana :
i = total persentase bunga modal dan asuransi

Universitas Sumatera Utara

18

- Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesinmesin dan peralatan pertanian, beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya
pajak alat dan mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai
awalnya.
2. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan untuk motor bakar sebagai
sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi =

1,2% (P-S)

.................................................. (8)
x
Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji
pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Hidayat dkk, 1999).
Break even point
Break even point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan
tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang akan dilakukan dapat
membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya mampu berkembang sendiri
(selg growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.
Bila pemdapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan
usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan
memperoleh keuntungan.
Analisis BEP juga dapat digunakan untuk :
1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.
2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
untuk peralatan produksi.

Universitas Sumatera Utara

19

3. Tingkat

produksi

dan

penjualan

yang

menghasilkan

ekuivalensi

(kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi.
(Waldiyono,2008).
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak
untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk
menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk mendefinisikan
antara titik impas pada keuntungan (P) nol dan titik impas dengan kontribusi
keuntungan, keuntungan sebelum pajak (P) perlu diperhatikan, yakni:
S

FC + P

=SP - VC.......................................................................................(9)

Dimana:
S

= Sales variabel (produksi) (kg/tahun)

FC

= Fix cash (biaya tetap) (Rp/tahun)

P

=Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik
impas

SP

= Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)

VC

= Variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)

(Waldiyono, 2008).
Net present value
Net present value adalah selisih antara present value dari investasi nilai
sekarang dari penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Identifikasi
masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis
finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.

Universitas Sumatera Utara

20

Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi. Cash flow yang benefit saja
perhitungannya disebut dengan present worth of benefit (PWB), sedangkan jika
yang diperhitungkan hanya cash out (cost) disebut dengan present worth of cost
(PWC). Sementara itu NPV diperoleh dari PWB dikurangi PWC, yakni:
NPV = PWB – PWC ..........................................................................(10)
Dimana: NPV= Net Present value
PWB = Present worth of benefit
PWC = Present worth of cost
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis
atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV,
yaitu:
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
(Giatman, 2006).
Internal rate of return
Dengan menggunakan metode internal rate of return (IRR) akan
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow
dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % priode waktu.
Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam
mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi
(Giatman, 2006).

Universitas Sumatera Utara

21

Internal rate of return adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount
rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
IRR

NPV 1

= i1 – (NPV 2−NPV 1) (i1 – i2)........................................................ (11)

Dimana :
i1

= Suku bungabank paling atraktif

i2

= Suku bunga coba-coba

NPV1

= NPV awal pada i1

NPV2

= NPV pada i2

(Kastaman, 2006).

Universitas Sumatera Utara