Karakteristik Massa Intrabronkial dengan Sitologi Sel pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Bronkoskopi merupakan suatu prosedur tindakan medis pemeriksaan yang

telah memberikan kontribusi yang cukup bermakna dalam bidang kesehatan,
khususnya

pulmonologi

(Yarmus

dan

Feller-Kopman,

2010).


Melalui

bronkoskopi, keadaan saluran nafas yang dimulai dari laring, trakea (WebMD,
2011), bronkus, dan bronkiolus dapat dilihat secara langsung dan jelas (National
Heart,Lung,and Blood Institute, 2012). Pada saat ini, prosedur bronkoskopi
mempunyai status yang penting, karena mempunyai tiga fungsi yang sangat
bermanfaat, yaitu sebagai alat diagnostik, terapeutik (Dugdale et al., 2012), dan
penilaian preoperatif. (Arief dan Rasmin, 1992)
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, bronkoskopi terbagi menjadi dua jenis
yaitu bronkoskopi kaku (rigid bronchoscopy) dan bronkoskopi serat optik lentur
(BSOL) (Hoad-Robson dan Kenny, 2012). Bronkoskopi kaku sudah jarang
dipakai sebagai alat diagnostik dan penilaian preoperatif karena sifatnya yang
kaku, tidak fleksibel, dan penggunaan anestesi umum. Bronkoskopi kaku lebih
sering digunakan sebagai alat terapeutik yaitu untuk menyingkirkan benda asing
yang mengganggu jalan napas, mengambil contoh jaringan yang cukup besar
untuk biopsi, dan lain-lain (WebMD, 2011). Sedangkan bronkoskopi serat optik
lentur (BSOL) lebih sering digunakan karena sifat pipa yang tipis dan lentur,
penggunaan anestesi lokal, dan gambaran saluran napas terlihat lebih jelas karena
adanya cahaya pada ujung pipa (Schiffman dan Balentine, 2012). BSOL sering
digunakan untuk mengambil spesimen (Parhusip, 2004) dan melihat berbagai

kelainan pada paru, yaitu yang paling sering menurut penelitian Umar dkk. (2006)
dalam Jurnal Respirologi Indonesia adalah gambaran keganasan 81,1%.
Berdasarkan penemuan gambaran keganasan yang cukup tinggi pada
bronkoskopi, dapat dilihat bahwa jenis keganasan paru yang paling banyak yaitu
kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) sebanyak 85%, dengan
KPKBSK jenis karsinoma sel skuamosa (25%) yang sebagian besar kasus

Universitas Sumatera Utara

berlokasi di sentral paru, adenokarsinoma (40%) dan karsinoma sel besar (10%)
yang sebagian besar kasus berlokasi di bagian tepi (perifer) paru. Sedangkan
kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) hanya kira-kira 15% dan biasanya
lokasi massa terdapat di bagian sentral paru. (American Cancer Society, 2013)
Epidemiologi kanker paru khususnya kanker paru karsinoma bukan sel
kecil di Indonesia belum memiliki data yang jelas dan lengkap. Namun, menurut
Zailirin (2012), epidemiologi kanker paru karsinoma bukan sel kecil di Indonesia
mempunyai persentase yang sama dengan dunia. Dilihat dari segi usia, untuk
semua jenis kanker paru, paling sering timbul pada usia antara 40 tahun dan 70
tahun, dengan insidens puncak pada usia 50-an dan 60-an. Hanya 2% dari semua
kasus yang muncul pada usia kurang dari 40 tahun (Husain dan Kumar, 2010).

Adenokarsinoma dan karsinoma sel skuamosa paling banyak dijumpai pada usia
40-60 tahun, yaitu sebanyak 64,44% dan 57,58%. (Kasuma, 2011)
Dari segi jenis kelamin, laki-laki dengan riwayat perokok lebih sering
djumpai menderita karsinoma sel skuamosa atau karsinoma sel besar. Sedangkan
adenokarsinoma menjadi bentuk tersering kanker paru pada wanita, dan dalam
banyak penelitian juga dijumpai pada pria (Husain dan Kumar, 2010). Dari
penelitian, diketahui bahwa adenokarsinoma maupun karsinoma sel skuamosa
paling sering dijumpai pada laki-laki, yaitu dengan persentase 73,3% dan 81,8%.
Pada perempuan, adenokarsinoma dijumpai sebanyak 26,7% sedangkan
karsinoma sel skuamosa dijumpai hanya 18,2%. (Kasuma, 2011)
Menurut hasil penelitian Kasuma (2011) mengenai deskripsi jenis sel
kanker berdasarkan penampakan bronkoskopi, diperoleh gambaran massa
intrabronkial pada adenokarsinoma 13,3% dan karsinoma sel skuamosa 48,5%,
mukosa infiltratif pada adenokarsinoma 11,1% dan karsinoma sel skuamosa 9,1%,
stenosis infiltratif pada adenokarsinoma 46,7% dan karsinoma sel skuamosa
39,4%, peradangan pada adenokarsinoma 17,8% dan karsinoma sel skuamosa 0%,
bronkus normal pada adenokarsinoma 11,1% dan karsinoma sel skuamosa 3%.

Universitas Sumatera Utara


1.2.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti ingin melihat

bagaimana karakteristik massa intrabronkial dengan sitologi sel pada pasien
kanker paru karsinoma bukan sel kecil.

1.3.

TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk melihat karakteristik massa intrabronkial dengan sitologi sel
pada pasien kanker paru karsinoma bukan sel kecil.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui karakteristik (usia dan jenis kelamin)
penderita kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK).


2.

Untuk melihat gambaran jenis sel kanker paru karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK) yang paling banyak dijumpai.

1.4.

MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber pengetahuan, sehingga dapat menambah wawasan
masyarakat mengenai tindakan bronkoskopi serat optik lentur
dalam menegakkan diagnosis kanker paru.
1.4.2. Bagi Institusi
Sebagai karya tulis ilmiah terbaru yang dapat diterbitkan di website
institusi yang bersangkutan, dalam hal ini yaitu FK USU.
1.4.3. Bagi Peneliti
Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran
dan sebagai sarana untuk memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Universitas Sumatera Utara