HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWI KOST Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI
DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWI KOST
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Katarina Kartika
NIM : 029114148
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
SKRIPSI
HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI
DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWI KOST
Oleh :
Katarina Kartika
NIM : 029114148
Telah Disetujui oleh :
PembimbingA. Tanti Arini, S.Psi., M.Si Tanggal :
SKRIPSI HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWI KOST Dipersiapkan dan ditulis oleh Katarina Kartika
NIM : 029114148 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 16 Mei 2007 Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda tangan Ketua : A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si ……………. Sekretaris : Dr.T. Priyo W, M.Si ……………. Anggota : C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi. …………….
Yogyakarta, ……………….
Fakultas Psikologi Univeritas Sanata Dharma Dekan
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan, Terimakasih untuk semua yang telah t erjadi dalam dunia ini
U ntuk kebahagiaan dan penderitaan U ntuk keindahaan alam dan bencana alam, untuk kelahiran dan kematian
U ntuk t erangnya siang dan gelapnya malam U nt uk mereka yang menyukaiku dan juga unt uk yang t idak menyukaiku
U nt uk kemudahan yang t ersedia dan untuk tant angan yang menghadang U ntuk keberhasilan dan kegagalan
Terimakasih untuk kesempatan bahwa aku boleh mengalami semua ini Terlebih lagi untuk penemuan makna dari semua pengalaman itu
Bahkan Engkau selalu hadir dalam semua pengalaman itu Sekalipun pada saat saat t ert entu aku t idak memahami rencana-M u
Sekalipun demikian aku selalu ingin berusaha M embuka diri dalam memahami rencana-M u
K arna aku yakin bahwa Engkau selalu hadir D alam set iap rencana-M u
Amin
DARI HATI Y AN G PALIN G DALAM KUPERSEM BAHKAN KARY A Y AN G SEDERHAN A IN I KEPADA TUHAN , HAN Y A KAREN A EN GKAULAH KARY A IN I TERWUJUD JUGA KEPADA SEM UA Y AN G TELAH M ELIM PAHKAN KASIH SAY AN G DAN CIN TA KEPADAKU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Sumber Segala Pengetahuan, karena dengan
terang-Nya skripsi yang berjudul HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
BERAFILIASI DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWI KOST dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana psikologi.Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. sebagai dekan Fakultas Psikologi .
2. Ibu Sylvia CMYM.,S.Psi., M.Si. sebagai Kepala Program Studi Fakultas Psikologi.
3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat berarti dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu MM. Nimas Eki S, S.Psi., Psi. dan Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi.
5. Bapak Dr.T. Priyo W, M.Si sebagai dosen penguji dan sebagai Kepala P2TKP yang telah memberikan dukungan, masukan dan saran kepada penulis serta memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat mengalami
berbagai pengalaman yang berharga selama menjadi asisten P2TKP.
6. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi. sebagai dosen penguji yang memberikan banyak masukan , saran serta pengalaman yang berharga bagi penulis.
7. Kedua orangtuaku, Bapak F.X Sardjono dan Ibu Theresia Tumi, Kakak- kakakku tercinta Mas Budi & Mba’Warni, Mba’Yanti & Kak Rey, Mba’Kustin, dan Mas Uki, yang tak hentinya memberi kasih sayang dukungan dan semangat bagi penulis. Tak lupa Chandra, Norma, dan David tiga keponakanku yang selalu memberi keceriaan.
8. Keluarga Pandean : Pa’le dan bu’le, Yuli, Trimbil, Wanto, Yudi, Apri dan
Keluarga Karanglo : Mbah Mardi, Le’Ti, Le’Ni ,Om Parman, Awang, Bima dan Nika yang setia mendampingiku selama kuliah di Yogya.
9. Agus Galih Purbajati, seorang yang selalu ada untukku, selalu mengasihi,
menyayangi dan mendukungku.
10. Ajeng, Ratih, Lenta, Archie, Mei yang telah membantuku menyebarkan
skala penelitian Teman-teman mahasiswi yang telah bersedia menjadi subjek penelitian., terima kasih banyak.
11. Karyawan-karyawan Fakultas Psikologi : Mba’ Nanik, Mas Gandung yang
selalu membantu diiringi senyuman yang tulus, Mas Muji yang selalu memberi semangat selama penulis menjadi asisten praktikum, Mas Doni, terima kasih atas jurnal-jurnalnya. Tak lupa Pak Gi yang selalu tersenyum ramah sepanjang hari sehingga menambah keceriaan fakultas tercinta.
12. Sahabatku Henda, dari SD sampe kuliah kita bareng terus ya. Trims buat
doa dan semua bantuannya.
13. Teman-teman seperjuangan : Sutri, Cecil, Winda, Dina, Friska, Verdin,
Ayu, Ika terima kasih atas kebersamaan, pengertian, masukan, dan kritik yang membuatku “terbangun”.
14. Teman-teman angkatan Psikologi’02, Oha, Dodi, Cyril, Tina, Eu, Vika, Irna
Nining, kebersamaan kita tak terlupakan. Tak lupa juga buat Siska dan Meliana trims buat semua ide dan masukannya.
15. Teman-teman Mat : Bani, Ijup, Aan, Markus, Taim, Feliks, Priska, dan
Djembath terima kasih atas pengalaman-pengalaman yang mengesankan.Tak lupa juga Kak Andi “jasamu takkan kulupakan”.
16. Mas Mbong yang selalu sabar dalam melatih vokal dan teman-teman PSM-
CF, Elen, Bayu, Beni yang selalu ceria. Teman-teman Katarsis, Mas Yudis,17. Teman-teman Asisten PPKM, Asisten Inventori&TAT yang membuat masa-masa kuliahku lebih berwarna.
18. Teman-teman di P2TKP : mba’Etik, Mba’Tyo, Mba’Nita, mba’Desi, trimakasih atas bubu dan informasinya, Mba’Thia, Mas Adi, Mba’Rani, Mas Eko, mas Cwt, Jule, Desta, Kobo, Lisna, Ina, Iput, Tita, Elvin, Otik, Obet, AB. Tidak lupa juga untuk Pak’Toni dan Bu Tiwik, terima kasih telah mengajariku banyak hal.
Skripsi ini bukanlah sebuah karya yang sempurna, masih ada kekurangan-
kekurangan dalam skripsi ini yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.Yogyakarta, Juni 2007 Penulis
ABSTRAK
Katarina Kartika (2007) Hubungan pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan
tingkat stres pada mahasiswi kost. Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan
berafiliasi dengan tingkat stres pada mahasiswi kost. Hipotesis yang diajukan yaitu
ada hubungan negatif antara pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan tingkat stres
pada mahasiswi kost.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 71 mahasiswi tingkat satu, dua dan
tiga, yang berusia 18-21 tahun, tinggal di kost, frekuensi pulang ke rumah orangtua
paling cepat dua minggu sekali. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran
skala pemenuhan kebutuhan berafiliasi dan skala tingkat stres yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya.Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson
, menunjukan bahwa ada hubungan negatif antara pemenuhan kebutuhan
berafiliasi dan tingkat stres pada mahasiswi kost. Artinya semakin terpenuhi
kebutuhan berafiliasi subjek, tingkat stresnya semakin rendah, begitu pula sebaliknya.
ABSTRACT
Katarina Kartika (2007) Correlation between the fulfillment of the affiliation
needs and stress level at board women university students. Faculty of
Psychology of Sanata Dharma University.This research was performed to find out the correlation between the
fulfillment of the affiliation needs and stress level at board women university
students. The hypothesis tested weather there was a negative correlation between the
fulfillment of the affiliation needs and stress level at board women university
students.The subjects of the research was 71 subjects, whose the age were about 18-21
years old, women university student at one, two, three level, and stayed in board, the
minimum frequency they return to their parent’s house was once for two weeks. Data
collection had been tested for their item reliability and validity through a pre research.
Result of data analysis by correlation technique from Pearson explained that
there was a negative significant correlation between the fulfillment of the affiliation
needs and stress level at board women university students. It was mean more and
more fulfilled the affiliation needs of subjects, more and more low their stress level,
and so just the opposite.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis initidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, Juni 2007 Penulis Katarina Kartika
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL……………………………….…………………...….…….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…….……………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………….……...…………….…….... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………….…………….….….…….. iv
ABSTRAK ….………………………………….…….………………...….……… v
ABSTRACT ……….………………...……………….………………...………... vi
KATA PENGANTAR ………………………………….…………...…………… vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………….………………………… x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………....…...…………. 1 B. Rumusan Masalah …………………………………….………………….. 6 C. Tujuan Penelitian ………………………….……………………………… 7 D. Manfaat Penelitian …………………………….…………….……………. 7BAB II LANDASAN TEORI …………………………….………...…………… 8
A. Mahasiswi…………………………...…..…………………....…………… 8 B. Stres …………………………………………… ………………………. 101. Pengertian Stres………………………………...…….….……………. 10
2. Sumber Stres…………..…………….…………..….………………… 11
3. Reaksi terhadap Stres………………………………….…………….. 13
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres ……….…………...………. 15
5. Stres Pada Mahasiswi kost…………………………….....………….. 17
C. Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi …….…………..…………….……... 18
1. Kebutuhan Berafiliasi……………………..……...…………….…… 18
2. Komponen Kebutuhan Berafiliasi…………...….……..….…………. 20
D. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi dengan Tingkat Stres pada
Mahasiswi yang Jauh dari orangtua...................………............................. 22 E. Hipotesis..................................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN …………………………...………..………….. 29
A. Jenis Penelitian…………..……………………………...……..………… 29 B. Identifikasi Variabel Penelitian………………………...…….….………. 29 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………...………..……….. 29 D. Subjek Penelitian……………………………………...…………..……... 30 E. Metode Pengumpulan Data……………………………………….………. 31 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.…………………………….………. 361. Validitas……………………………………………………………... 36
2. Reliabilitas…………………………………………………………… 36
G. Hasil Uji Coba Alat Ukur………………………………………………… 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….…………. 41
A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………….………… 41 B. Hasil Penelitian…………………………………………………….…….. 411. Deskripsi Subjek Penelitian………………………………………….. 41
2. Deskripsi Data Penelitian………………………………..…..……….. 42
3. Hasil Uji Asumsi……………………………………….…..…….…… 43
4. Hasil Uji Hipotesis……………………………………….……..….…. 44
C. Pembahasan………………………………………………………………. 45
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………….. 53
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 53B. Saran …………………………………………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….……….. 55
LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 56
DAFTAR TABEL ……………………………………………..………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. . xiii
Daftar Lampiran
Skala Uji Coba……………………………………………………………………. 59
Data Uji Coba Skala Tingkat Stres………………………………………………. 60
Analisis Reliabilitas Item Skala Tingkat Stres Uji coba…………………………… 65
Analisis Reliabilitas Item Skala Tingkat Stres Sahih……………………………… 67
Data Uji Coba Skala Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi…………………………. 69
Analisis Reliabilitas Item Skala Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi ……………. 74
Analisis Reliabilitas Item Skala Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi Sahih………. 76
Skala Penelitian…………………………………………………………………… 78
Data Penelitian Skala Tingkat Stres……………………………………………… 79
Data Penelitian Skala Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi………………………... 88
Uji Normalitas……………………………………………………………………. 95
Uji linearitas……………………………………………………………………… 96
Uji Korelasi……………………………………………………………………… 97
Daftar Tabel
Tabel 1 Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item sebelum uji coba........... 33
Tabel 2 Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item sebelum uji coba.......... 35
Tabel 3 Distribuasi item tiap aspek setelah uji coba …………………………….. 39
Tabel 4 Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item dengan nomor baru....... 39
Tabel 5 Distribuasi item tiap aspek setelah uji coba………………………………. 40
Tabel 6 Distribusi item tiap aspek dan kategori sifat item nomor baru…………. 40
Tabel 7 Gambaran subjek penelitian……………………………………………… 42
Tabel 8 Hasil Analisis Deskriptif………………………………………………….. 42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, masalah-masalah pribadi dan sosial dalam
kehidupan manusia semakin bertambah. Begitu banyak situasi yang menimbulkan masalah dan menghambat keinginan individu, baik dari luar maupun dari dalam diri individu. Masalah-masalah pribadi dan sosial ini dapat memicu munculnya stres dalam diri individu.
Stres merupakan suatu pengalaman emosional negatif yang menyebabkan perubahan biologis, fisiologis dan perilaku, karena individu tersebut berhadapan dan melakukan penyesuaian diri dengan keadaan yang menekan (Taylor,1995). Individu akan mengalami stres apabila ia mengalami ketidaksesuaian antara persepsinya terhadap kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan situasi (Makin and Lindley,1994).
Stres bersifat subjektif atau perorangan. Besar kecilnya tekanan yang dirasakan individu, tergantung pada diri individu dan cara individu melihat situasinya. Menurut Hardjana (1994) kejadian yang secara objektif dinilai dapat mendatangkan stres ringan, pada individu tertentu dapat mendatangkan stres berat. Hardjana (1994) juga mengungkapkan bahwa stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan, semua orang pernah atau akan mengalaminya.
Oleh karena itu tidak seorangpun dapat terhindar darinya, apalagi mahasiswa
2 Pada saat menjadi mahasiswa banyak perubahan yang terjadi, salah
satunya berupa perubahan sifat pendidikan, seperti kurikulum dan tingkat
kedisiplinan. Di Perguruan Tinggi kurikulumnya lebih sedikit daripada SMU,
tetapi lebih mendalam. Tingkat kedisiplinan di Perguruan Tinggi juga tidak
seketat di SMU, hal ini menyebabkan cara belajar mahasiswa menjadi lebih
bebas, sehingga seringkali menimbulkan kesulitan tersendiri (Gunarsa dan
Gunarsa, 2001). Perubahan yang dialami mahasiswa menuntut mereka untuk
melakukan penyesuaian. Selain tuntutan untuk penyesuaian, mahasiswa juga
menghadapi tuntutan dari berbagai aktivitas kuliah untuk dilaksanakan dan
diselesaikan. Aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas, ujian-ujian dan tugas-tugas yang diberikan
oleh dosen (D’Zurilla dan Sheedy, 1991).Banyaknya tuntutan dan transisi sosial yang dihadapi mahasiswa
menimbulkan berbagai masalah, dan menyebabkan mahasiswa berpotensi
terhadap stres. Hal ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan UCLA
(dalam Santrock, 2003) berdasarkan survey tersebut, didapat data bahwa
akhir-akhir ini mahasiswa baru perguruan tinggi lebih banyak mengalami stres
daripada mahasiswa sebelumnya. Stres yang mereka alami disebabkan mereka
lebih takut akan mengalami kegagalan serta banyaknya tekanan untuk berhasil
di perguruan tinggi.Pada tingkatan stres yang optimal, tidak terlalu banyak dan berat namun
juga tidak terlalu sedikit dan ringan, stres dapat memotivasi seseorang untuk
3
untuk terampil dalam mengatasinya. Setiap masalah yang dialami mahasiswa
perlu segera diselesaikan satu per satu agar tidak menumpuk. Namun pada
kenyataanya, tidak semua mahasiswa dapat mengatasi setiap masalahnya
dengan baik. Hal ini menyebabkan tingkat stresnya semakin tinggi.
Mahasiswa yang mengalami stres pada tingkat yang sangat tinggi, akan
mengalami ketegangan. Ketegangan yang dirasakannya akan mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi fisiknya sehingga ia tidak akan mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal, selain itu
kualitas belajarnya juga akan menurun. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Iswinarti dan Haditono (1999), bahwa tingkat stres
berkorelasi negatif dengan prestasi belajar.Banyaknya tuntutan dan transisi sosial yang dihadapi mahasiswa akan
lebih banyak lagi dialami oleh mahasiwa kost. Mahasiswa kost mengalami
perubahan lingkungan tempat tinggal yang disebabkan jauhnya tempat tinggal
orangtua dengan kampus. Hal ini menuntut mereka untuk tinggal di kost dan
terpisah dari orangtua mereka. Dalam hal ini mahasiswa kost juga perlu
melakukan lebih banyak penyesuaian.Lingkungan kost pada umumnya terdiri dari mahasiswa yang berasal
dari berbagai daerah. Hal ini menuntut mahasiswa kost untuk menyesuaikan
diri dalam berinteraksi dengan lingkungan di sekitar mereka. Hal ini perlu
dilakukan agar dapat terjalin hubungan yang baik diantara sesama penghuni
kost. Terpisahnya mahasiswa kost dari orangtua mereka juga menyebabkan
4
perlengkapan pribadi maupun makan. Berbagai hal tersebut menyebabkan
mahasiswa kost menghadapi sumber stres yang lebih banyak dibanding
mahasiswa yang tinggal bersama orangtua mereka.Kasus mengenai stres pada mahasiswa kost cukup banyak diberitakan
akhir-akhir ini. Pada kondisi yang luar biasa, tingkat stres yang sangat tinggi
pada mahasiswa kost dapat menjadi sebuah awal malapetaka, seperti yang
terjadi pada kasus berikut : seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi
swasta di Bandung ditemukan tewas bunuh diri di kamar kosnya, hal ini
diduga terjadi karena korban stres menghadapi kuliahnya (Pikiran Rakyat, 24
Maret 2006).Hardjana (1994) mengungkapkan bahwa apabila saat-saat stres sudah
terlihat dan sumber stres sudah diketahui sebelumnya maka individu perlu
mengambil sikap bersiap diri dengan meminta bantuan orang lain, karena stres
yang dihadapi seringkali terlalu berat untuk diatasi sendirian. Dalam keadaan
seperti itu, individu perlu mencari pertolongan dari orang lain untuk mencegah
stres. Mahasiswa memerlukan dukungan sosial untuk membantunya dalam
mengatasi masalah yang dihadapi. Dukungan sosial ini dapat berupa dukungan
emosional seperti perhatian dan penerimaan, maupun dukungan informasi
yang berkaitan dengan penyelesaian masalah. Sarafino (1990)
mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat mengurangi potensial stres. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh French, dkk (dalam Berry
and Houston, 1993) mengungkapkan bahwa dukungan emosional yang
5 Penelitian yang dilakukan oleh Ismudyanti dan Hastjarjo (2003) terhadap
anak jalanan juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat membantu
anak jalanan dalam menghadapi tekanan-tekanan baik dari dalam maupun dari
luar dirinya.Mahasiswa perlu berinteraksi dan membina hubungan yang baik dengan
orang-orang di sekitarnya, agar ia lebih mudah mendapatkan dukungan sosial
pada saat menghadapi masalah-masalahnya. Kebutuhan untuk hidup bersama
dan menjalin relasi dengan orang lain merupakan kebutuhan berafiliasi.
Menurut Murray (dalam Hall and Lindzey, 1993) kebutuhan berafiliasi
diwujudkan dengan mendekatkan diri, membuat senang dan mencari afeksi
dari objek yang disukai, bekerjasama, patuh dan setia kawan atau membalas
ajakan orang lain yang menyukainya.Perilaku afiliasi pada mahasiswa diwujudkan dalam bentuk
penggabungan diri dengan kelompok teman sebaya di lingkungan kampus
maupun luar kampus, orang yang lebih muda, juga yang lebih tua darinya.
Apabila mereka diterima oleh kelompok sosialnya, mereka dianggap mampu
mengadakan penyesuaian sosial yang baik dalam masyarakat.Setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang menuntut untuk
dipenuhi, begitupun dengan kebutuhan berafiliasi. Apabila mahasiswa dapat
memenuhi kebutuhan berafiliasinya, maka mereka akan merasa
keberadaannya diterima oleh lingkungannya. Selain itu mereka juga tidak
akan merasa sendirian dalam menghadapi masalah dan mengatasi perubahan-
6 orang di sekitarnya membuat mereka dapat saling berbagi tentang masalah- masalah yang mereka hadapi.
Hoffmann mengungkapkan bahwa kebutuhan affiliasi pada wanita lebih tinggi daripada pria. Sejalan dengan ungkapan tersebut, Kartini Kartono (dalam Martaniah, 1984) manambahkan bahwa dalam kehidupan sosialnya wanita diharapkan bersikap ramah,lebih memusatkan kepada kepentingan orang lain dan memelihara hubungan dengan orang lain. Harapan akan sikap wanita ini menunjang berkembangnya kebutuhan berafiliasi. Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitian ini, subjek penelitian dibatasi pada mahasiswi saja, hal ini dilakukan untuk menjaga homogenitas.
Penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan afiliasi telah dilakukan sebelumnya oleh Afida (2000) dan Andianti (2004), namun pada penelitian mereka variabel tergantungnya adalah tingkat depresi, selain itu subjek penelitian mereka adalah lanjut usia. Pada penelitian ini, peneliti hendak meneliti hubungan pemenuhan kebutuhan berafiliasi dan tingkat stres pada mahasiswa. Hal ini disebabkan mahasiswa kost begitu rentan terhadap stres dan kasus mengenai stres pada mahasiswa kost juga cukup banyak diberitakan akhir-akhir ini, seperti yang terungkap pada paragraf sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan tingkat stres pada
7 C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji ada tidaknya hubungan antara pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan tingkat stres pada mahasiswi kost.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah : Penelitian ini ingin menyumbangkan informasi dalam bidang psikologi klinis mengenai stres dan psikologi sosial mengenai kebutuhan berafiliasi.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi mahasiswi tentang variabel yang dapat membantu mengurangi tingkat stres pada mahasiswi kost, dalam hal ini melalui pemenuhan kebutuhan berafiliasi.
BAB II LANDASAN TEORI A. Mahasiswi Mahasiswi merupakan mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan
(Poerwadarminta, 1987). Setelah lulus SMU, apabila seseorang melanjutkan ke Pendidikan Tinggi, maka ia mulai memasuki dunia mahasiswa. Rata-rata remaja di Indonesia menyelesaikan sekolah lanjutan atas pada usia kurang lebih 18 tahun, sedangkan batas kedewasaan di Indosesia sekitar 21 tahun (Monks dan Knoers, 2004). Mahasiswa tingkat I, II, dan III (apabila kenaikannya lancar) dianggap belum mencapai dunia dewasa tetapi masih berada pada masa remaja akhir. Hal ini disebabkan mereka pada umumnya belum mampu berdiri sendiri, menentukan tindakan sesuai kedewasaannya dan melepaskan diri dari ketergantungan orang lain (Gunarsa dan Gunarsa,2001).
Remaja yang melanjutkan studinya ke perguruan tinggi mengalami berbagai perubahan, mulai dari status pelajar menjadi mahasiswa sampai pada sifat pendidikan. Sifat pendidikan di SMU, berbeda dengan di perguruan tinggi. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2001) perbedaan sifat pendidikan di SMU dan perguruan tinggi meliputi :
a. Kurikulum Isi kurikulum di Perguruan Tinggi lebih sedikit tetapi lebih mendalam.
9 b. Disiplin Di Perguruan Tinggi biasanya tidak seketat ketika di SMU karena memang sudah dianggap lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan pada mahasiswa yang bersangkutan.
c. Hubungan dengan tim pengajar Pola hubungan dengan tim pengajar sangat berbeda dibandingkan ketika di SMU. Di Perguruan tinggi cara dosen memberi kuliah sebagian besar hanya menerangkan tanpa memperdulikan pamahaman mahasiswa.
Selain banyaknya perubahan yang dialami mahasiswa, mereka juga
sering menghadapi berbagai masalah. Gunarsa dan Gunarsa (2001)
mengungkapkan bahwa masalah yang dihadapi mahasiswa antara lain :a. Bersumber pada kepribadian Ambisi dan kepercayaan diri yang terlalu kuat dapat menimbulkan ketegangan dan mengakibatkan terganggunya konsentrasi belajar, misalnya pada tipe kepribadian neurotik.
b. Prestasi akademik Kegagalan dalam prestasi akademik dapat disebabkan karena bakat dan kemampuan dasarnya tidak menunjang, atau mahasiswa tersebut kurang dapat mempergunakan cara belajar yang tepat c. Kondisi yang kurang menunjang Keadaan fisik yang kurang mendukung (misalnya lingkungan yang bising) keadaan psikologis di lingkungan tempat tinggal maupun keadaan
10
B. Stres
1. Pengertian Stres
Santrock (2003) mendefinisakan stres sebagai respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Menurut Crider (1983) stres merupakan suatu pola gangguan psikologis dan suatu reaksi fisiologis yang terjadi ketika peristiwa- peristiwa di lingkungan mengancam kepentingan dan melebihi kemampuan yang dimiliki dalam mengatasi situasi tersebut. Sejalan dengan pengertian tersebut, Gunarsa dan Gunarsa (2001) menambahkan bahwa stres merupakan setiap tekanan, ketegangan yang mempengaruhi seseorang dalam kehidupan, pengaruhnya dapat bersifat wajar ataupun tidak, tergantung reaksinya terhadap ketegangan tersebut. Menurutnya
faktor individual menentukan reaksi individu terhadap keadaan stres.
Pengertian stres menurut Hardjana (1994) yaitu keadaan atau kondisi yang tercipta ketika seseorang mengalami ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, sosial yang ada padanya. Orang yang sedang mengalami stres secara psikologis menderita ketegangan yang membuat pola berpikir, emosi dan perilakunya kacau. Sarafino (1990) juga menganggap bahwa stres merupakan suatu kondisi sebagai hasil dari transaksi individu dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya kesenjangan antara tuntutan
11 situasi dan sumber biologis, psikologis dan sistem sosial seseorang (Sarafino,1990).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan individu sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan untuk mengatasi tuntutan tersebut.
2. Sumber Stres
Banyak faktor, baik besar maupun kecil yang dapat menghasilkan stres. Menurut Sarafino (1990) sumber-sumber stres diantaranya: a. Peristiwa yang melibatkan tuntutan yang sangat kuat
b. Transisi hidup
c. Waktu transisi, peristiwa yang terjadi terlalu cepat atau terlalu lambat
d. Ambiguitas atau kurang jelasnya situasi
e. Keinginan atau ketidakinginan akan situasi Hadjana (1994) mengungkapkan bahwa sumber stres yang terbagi atas :
a. Sumber Eksternal : dari luar diri individu atau dari lingkungan sosial seperti perubahan sosial, ekonomi, budaya, diskriminasi, keluarga, tuntutan pekerjaan, persaingan,
b. Sumber Internal : dari dalam diri individu seperti penyakit, tingkat intelegensi,harga diri, konflik internal, rasa tidak puas, rasa bersalah.
12 Menurut Gunarsa danGunarsa ( 2001) sumber stres meliputi :
a. Perubahan yang pesat Meliputi perubahan lingkungan alam dan perubahan keadaan b. Hubungan sosial Meliputi persaingan materi maupun persaingan prestasi c. Kebutuhan yang meningkat Meningkatnya kebutuhan perlu diimbangi dengan meningkatkan perhatian dan usaha dalam pekerjaan yang semaksimal mungkin, dengan kemungkinan berhasil atau menderita stres.
d. Harapan yang tidak realistis Misalnya harapan tentang masa depan dan keberhasilan yang seringakali tidak sesuai dengan kemampuan. Kecenderungan menjalani hidup tanpa persiapan yang baik dan bekal pengetahuan yang cukup akan membawa stres dalam menghadapi kehidupan yang penuh perubahan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber stres dapat dikelompokkan menjadi : a. Sumber Eksternal Meliputi perubahan lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, keluarga, tuntutan pekerjaan, persaingan, peristiwa yang melibatkan tuntutan yang sangat kuat, transisi hidup, waktu transisi, peristiwa yang terjadi terlalu cepat atau terlalu lambat, kurang jelasnya situasi, persaingan,
13 b. Sumber Internal Meliputi penyakit, konflik internal, rasa tidak puas, rasa bersalah keinginan atau ketidakinginan akan situasi, harapan yang tidak realistis serta kebutuhan yang meningkat.
3. Reaksi Terhadap Stres
Crider dkk (1983) mengemukakan reaksi umum yang dialami oleh individu yaitu berupa : a. Gangguan emosional Gangguan emosional biasanya berwujud keluhan-keluhan seperti khawatir, tertekan, perasaan bersalah, mudah marah, sedih, gelisah. Secara umum merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan atau emosi negatif.
b. Gangguan kognitif Gangguan kognitif gejalanya tampak pada gangguan fungsi berpikir, mental image yang negatif, konsentrasi yang menurun dan ingatan terganggu. Dalam kondisi normal, individu dapat berpikir rasional, logis dan fleksibel, namun dalam keadaan stres, fungsi berpikir akan terganggu, daya ingatnya menurun, pikiran kacau, karena dipengaruhi oleh kekhawatiran berkaitan dengan konsekuensi yang terjadi maupun evaluasi diri yang negatif. Mental image yang negatif merupakan citra diri dalam bentuk kegagalan yang sering mendominasi kesadaran
14 menimbulkan imajinasi visual menakutkan dan emosi negatif, selain itu individu yang berada dalam keadaan stres juga sering melamun.
Konsentrasi diartikan sebagai kemampuan untuk memusatkan pada suatu stimulus yang spesifik dan tidak mempedulikan stimulus lain yang tidak berhubungan. Ingatan pada individu yang mengalami stres akan terganggu dalam bentuk sering lupa dan bingung. Hal ini disebabkan karena terhambatnya kemampuan memilah dan menggabungakan ingatan-ingatan jangka pendek.
c. Gangguan fisik Gangguan terbagi menjadi dua kelompok yaitu : 1) Gejala otot skeletal meliputi : sakit kepala, mulut terasa kering, tegang dan gugup, tubuh terasa lemas, dada terasa nyeri serta perasaan terguncang. 2) Gejala visceral atau organ internal, meliputi : jantung berdebar- debar, buang air kecil berlebihan, tangan dan kaki dingin, kehilangan gairah seksual, nafas terasa sesak, perut terasa mual dan tangan gemetar.
15
4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stres
Santrock (2003) mengungkapkan bahwa stres dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang menyebabkan stres adalah berbagai situasi, tuntutan atau masalah dari lingkungan keluarga, akademik, dan teman sebaya.
1) Sumber stres dari keluarga, meliputi terganggunya interaksi antara anak dan orangtua, harapan orangtua yang berlebihan.
2) Sumber stres akademik, meliputi terlalu banyaknya tugas, ujian, dan kesulitan dalam belajar.
3) Sumber stres dari teman sebaya, misalnya buruknya lingkungan pergaulan, penolakan dari teman sebaya, dan konflik dengan teman.
b. Faktor Kepribadian Kepribadian pola tingkah laku tipe A cenderung memiliki kemauan keras, rasa kompetitif yang berlebihan dan tidak sabar, sedangkan kepribadian pola tingkah laku tipe B cenderung kurang bersifat kompetitif, lebih menghargai proses daripada hasil, dan tetap ingin mencapai sesuatu tetapi tidak terlalu bersikeras. Oleh karena itu remaja yang termasuk dalam kepribadian pola tingkah laku tipe A lebih rentan terhadap stres.