PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DALAM UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI YANG DIALAMI SISWA KELAS VIII SMPN 3 NEGARA BATIN PADA KONSEP GAYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

DALAM UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI

YANG DIALAMI SISWA KELAS VIII SMPN 3 NEGARA BATIN

PADA KONSEP GAYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

ALBERTUS DENY KUSUMA ADI

  

Nim : 041424006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  Pembelajaran fisika di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa sehingga, pembelajaran yang berlangsung sungguh membantu siswa dalam mengenal dan memahami fisika secara tepat. Sering kali siswa dalam mengenal dan memahami fisika mengalami miskonsepsi atau kekeliruan konsep. Metode pembelajaran yang tepat tentu akan membantu siswa dalam mengurangi miskonsepsinya tersebut. Dalam rangka mencari metode pembelajaran yang tepat, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) konsepsi awal siswa sehubungan dengan konsep gaya; (2) miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada siswa sehubungan dengan konsep gaya; (3) adakah perbedaan penurunan miskonsepsi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah.

  Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 3 Negara Batin Lampung. Sampel penelitian ini terdiri dari 74 siswa. Siswa tersebut terbagi dalam 2 kelas yaitu, 37 siswa kelas kontrol (kelas dengan metode ceramah) dan 37 siswa kelas eksperimen (kelas dengan metode problem solving). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dan interview. Metode analisis data dilakukan pengkodingan data dari hasil tes dan interview.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) konsepsi awal siswa berkaitan dengan konsep gaya cukup bervariasi, tidak seluruhnya benar sesuai konsep ilmiah tetapi juga tidak seluruhnya miskonsepsi; (2) miskonsepsi- miskonsepsi yang muncul terdapat pada tiap sub materi gaya (3) terdapat perbedaan penurunan miskonsepsi yang dialami siswa antara yang mendapat pembelajaran dengan metode problem solving dan metode ceramah.

  Siswa dengan metode problem solving lebih banyak mengalami penurunan miskonsepsi dibandingkan siswa dengan metode ceramah. Dengan demikian pembelajaran fisika dengan metode problem solving pada pokok bahasan gaya dapat mengurangi miskonsepsi yang dialami siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Physics learning in schools needs to be arranged much well so that it can help students in understanding physics rightly. Students often have misconceptions. The good learning method can help the students to decrease misconceptions. This research aimed to know (1) the basic conceptions of students about the force concept; (2) the students misconceptions about the force concept; and (3) is there any different of decreasing misconceptions from students who followed problem solving method with the students who followed lecture method in learning.

  The sample of this research is 74 students of junior high school at SMPN 3 Negara Batin Lampung. The students were devided in two classes, 37 students as control class and 37 students as experiment class. The collection of data was done by using test method and interview. Data analysis method was done by coding the data from the result of test and interview.

  The result of this research shows that: (1) basic conceptions of students about force concept were various, not all the concept are appropriated with the scientific concept; (2) the misconceptions appeared in every sub topics of force concept; (3) there were different decreasing misconceptions between students who used problem solving method and lecture method in learning.

  The students who used problem solving method decreased much more misconceptions than the students who used lecture method.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir penyusunan skripsi saya yang berjudul ”Penerapan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika dalam Upaya Mengurangi Miskonsepsi yang dialami Siswa Kelas Viii SMPN 3 Negara Batin Pada Konsep Gaya”.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan pihak lain. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Romo Dr. Paul Suparno, S.J., MST selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

  2. Bapak Jaman Mulyadi, S.Pd selaku kepala sekolah SMPN 3 Negara Batin Lampung yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

  3. Bapak Alexander Jony TH, S.Kom selaku guru SMPN 3 Negara Batin Lampung yang telah berkenan memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.

  4. Bapak dan Ibu yang tercinta, atas dorongan semangat, doa yang tulus, dan biaya yang diberikan kepada penulis hingga dapat diselesaikannya penulisan skripsi ini.

  5. Mas Jony, Mbak Emi, Mas Bayu, Paul, Farit, dan, Niken tersayang atas dorongan semangat, doa dan pengertian yang telah diberikan selama ini.

  6. Mr. Ble’e, Djoko, Ius, Pay, Sammy, Dion, Ade, Nanang, Gawier, dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dan akan dipertimbangkan dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

  Yogyakarta, 22 September 2008 Penulis

  DAFTAR ISI

  26 B. Desain Penelitian ....................................................................... 26 C. Populasi dan Sampel .................................................................

  60 C. Pembahasan................................................................................. 63

  39 B. Analisis Data ...............................................................................

  38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data.............................................................................

  36 I. Metode Analisi Data .................................................................

  30 H. Vailiditas Instrumen .................................................................

  28 G. Instrumen ..................................................................................

  28 F. Treatmen ..................................................................................

  28 E. Variabel Penelitian ...................................................................

  27 D. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .........................................................................

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

  16 E. Perumusan Hipotesis ................................................................ 25

  15 D. Konsep Gaya .............................................................................

  8 C. Cara Mengurangi Miskonsepsi .................................................

  6 B. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika ..................................

  4 BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika .............

  4 E. Manfaat Penelitian ...................................................................

  3 D. Tujuan Penelitian .....................................................................

  1 B. Perumusan Masalah ..................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 65 B. Keterbatasan Penelitian...............................................................

  66 C. Saran............................................................................................ 66 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  68 LAMPIRAN

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian .......................................................................

  27 Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Pilihan Ganda .......................................................

  31 Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel yang Diukur ..................................................

  37 Tabel 4.1 Hasil analisis konsepsi siwa tentang konsep gaya......................

  45 Tabel 4.2 Perbandingan konsepsi yang dialami siswa ........ .......................

  53 Tabel 4.3 Koding data yang menuju konsep ilmiah............ .......................

  61 Tabel 4.4 Koding data yang menuju miskonsepsi .............. .......................

  62 Tabel 4.5 Prosentase siswa yang miskonsepsi .................... .......................

  64

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ke Sekolah .............. ...........................

  71 Lampiran 2 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian.......... ........

  72 Lampiran 3 Garis Besar Pedoman Interview ..........................................

  73 Lampiran 4 Soal Pre Tes Dan Post Tes ..................................................

  76 Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa pada Kelas Eksperimen ......................

  87 Lampiran 6 Hasil Interview .....................................................................

  97 Lampiran 7 Hasil Analisis Konsepsi Siswa Tentang Konsep Gaya ........ 105 Lampiran 8 Data Hasil Tes Siswa................................. .......................... 117

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siswa beranggapan bahwa gaya ke atas oleh meja dan gaya ke bawah oleh benda A bekerja pada satu titik .........................

  13 Gambar 2.2 Gaya F dilukiskan dengan anak panah OA ..........................

  17 Gambar 2.3 Penjumlahan gaya .................................... ...........................

  18 Gambar 2.4 Selisih gaya .............................................. ...........................

  18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam mengikuti pembelajaran di kelas, siswa tidak datang dengan

  kepala kosong tetapi siswa membawa pengalaman-pengalaman yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Suparno mengatakan siswa bukanlah suatu

  tabula rasa atau kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran

  akan ditulisi oleh guru mereka. Siswa sudah membawa konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelum mengikuti proses pembelajaran formal di sekolah (2005: 2-3).

  Begitu juga dalam pembelajaran fisika, siswa sudah memiliki pengalaman sehari-hari yang berhubungan dengan konsep fisika. Menurut Van den Berg, semua siswa sudah berpengalaman tentang gerak, gaya, benda yang jatuh bebas, listrik, energi, dan banyak peristiwa fisika yang lain. Dengan pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan teori siswa mengenai peristiwa- peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia (1991: 1).

  Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi konsepsi awal siswa mengenai konsep fisika. Konsepsi awal yang siswa miliki tersebut tidak selalu sesuai dengan konsep ilmiah. Misalnya, konsep tentang bumi mengelilingi matahari. Pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari menghasilkan pengertian bahwa matahari yang mengelilingi bumi. Menurut siswa bumi hanya diam dan matahari yang bergerak mengelilingi bumi. Hal ini nampak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pada peristiwa terbitnya matahari di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat. Peristiwa ini menjadi sesuatu yang melekat dalam pikiran siswa karena kejadian tersebut nyata dalam kehidupan sehari-hari.

  Konsep ini dibawa pada saat pembelajaran fisika di kelas. Setelah guru menjelaskan konsep yang benar bahwa bumi yang mengelilingi matahari, siswa akan sulit mengubah konsep yang dibawanya. Siswa lebih cenderung untuk meyakini konsep yang dibawanya karena benar-benar terjadi dalam kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini terjadi karena guru tidak mengetahui konsepsi awal yang ada pada diri siswa. Guru hanya memberikan dan menjelaskan suatu konsep tanpa memikirkan konsep yang dimiliki siswanya.

  Konsepsi awal yang dimiliki siswa pada contoh di atas, yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah sering disebut miskonsepsi atau salah konsep.

  Oleh karena konsepsi awal siswa tersebut diperoleh dan dialami langsung dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya miskonsepsi siswa tersebut sulit diubah ataupun dihilangkan. Salah konsep tersebut akan bertahan lama pada diri siswa. Menurut Suparno, beberapa anak menggunakan konsep ganda, yaitu konsep ilmiah untuk digunakan di sekolah dan konsep sehari-hari untuk digunakan di masyarakat. Bila anak ditanya guru di sekolah, dia menjawab bumi mengelilingi matahari; bila di rumah dan bicara dengan tetangga di lingkungannya dia tetap menjelaskan bahwa matahari mengelilingi bumi (2005: 3-4).

  Dari uraian di atas, terlihat bahwa miskonsepsi yang dialami siswa berasal dari pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pelurusan konsepsi awal siswa yang kurang sesuai menjadi masalah serius bagi guru untuk mencari jalan keluar supaya konsepsi awal siswa sesuai dengan konsep ilmiah. Guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran dapat terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan, yaitu meluruskan konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Berdasarkan teori, penerapan metode problem solving dalam pembelajaran dapat mengurangi miskonsepsi siswa. Oleh karena itu, metode problem solving dipilih sebagai metode pembelajaran dalam upaya mengurangi miskonsepsi yang dialami siswa menjadi konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah konsepsi awal siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya?

  2. Miskonsepsi-miskonsepsi apakah yang terdapat pada siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya?

  3. Apakah penurunan miskonsepsi siswa SMPN 3 Negara Batin yang mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving berbeda dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.

  Konsepsi awal siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya.

  2. Miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya.

  3. Perbedaan penurunan miskonsepsi siswa SMPN 3 Negara Batin yang mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi: 1.

  Guru Berdasarkan miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa, guru fisika dapat menyiapkan metode pembelajaran yang tepat untuk mengubah atau mengurangi miskonsepsi tersebut menuju konsep ilmiah, sehingga pembelajaran berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Metode problem solving yang diterapkan dalam penelitian dapat menambah wawasan guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.

2. Siswa

  Dengan mengetahui konsepsi awal yang dimiliki, siswa dapat mengerti konsep yang dipunyai tepat atau menyimpang dengan konsep

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  gaya yang benar. Sehingga siswa benar-benar memahami konsep gaya yang sesuai dengan konsep ilmiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika Metode problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan

  keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin, 2004:1, dalam Nuriana, 2007).

  Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya.

  Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah, siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah (Suyitno, 2000:34, dalam Nuriana, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui siswa (Widiharto, 2004:8).

  Adapun proses dari metode problem solving, terdiri dari langkah- langkah sebagai berikut (Pepkin, 2004:2, dalam Nuriana, 2007):

  1. Klarifikasi masalah Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

  2. Pengungkapan pendapat Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.

  3. Evaluasi dan Pemilihan Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

  4. Implementasi Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut

  Dengan membiasakan siswa menggunakan langkah-langkah yang kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari fisika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika

  Suparno (2005) menyatakan bahwa bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Novak (1984) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown (1989; 1992) menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.

  Feldsine (1987), menemukan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Hanya Fowler (1987), menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar (dalam Suparno, 2005:4-5).

  Dari pengertian di atas, miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang tidak cocok dengan pengertian yang diterima oleh ilmuwan.

  Sadia menyatakan miskonsepsi siswa mungkin pula diperoleh melalui proses pembelajaran pada jenjang pendidikan sebelumnya (Sadia, 1996:13, dalam Wilantara, 2005:49). Oleh karena itu miskonsepsi didefinisikan sebagai suatu konsepsi siswa yang berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah yang sekarang diterima oleh para ahli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Clement menyatakan jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal (Clement, 1987, dalam Suparno, 2005:6-7). Dari sini tampak bahwa pengalaman siswa dengan konsep-konsep itu sebelum pembelajaran formal di kelas, sangat mewarnai miskonsepsi yang dipunyai. Hal ini juga berarti, siswa sebenarnya sejak awal, bahkan sejak kecil, sudah terus mengkontruksi konsep-konsep lewat pengalaman hidup mereka. Semenjak kecil, siswa sudah belajar untuk mengetahui sesuatu, bukan hanya sejak sekolah formal (Suparno, 2005:7).

  Dalam menangani miskonsepsi yang dipunyai siswa, kiranya perlu diketahui lebih dahulu konsep-konsep alternatif apa saja yang dipunyai siswa dan dari mana mereka mendapatkannya. Diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi salah pengertian tersebut yaitu melalui peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes essai, interview klinis, diskusi kelas, dan praktikum dengan tanya jawab.

1. Peta Konsep (Concept Maps)

  Novak (1985 : 94) mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Peta itu mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta konsep disusun hierarkis, konsep esensial akan berada pada bagian atas peta konsep. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melihat hubungan antara dua konsep apakah benar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  atau tidak. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep (dalam Wilantara, 2005:51).

  Pearsal (1996 : 199) menyatakan bahwa dengan peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi konsep-konsep mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya. Untuk lebih melihat latar belakang susunan peta konsep tersebut ada baiknya peta konsep itu digabung dengan interview klinis.

  Dalam interview itu siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gagasannya (dalam Wilantara, 2005:51).

2. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Treagust menggunakan pilihan ganda dengan alasan (reasoning).

  Dalam bagian alasan, siswa harus menulis mengapa ia memilih jawaban itu (Treagust, 1987, dalam Suparno 2006:45). Beberapa peneliti menggunakan pertanyaan pilihan ganda digabungkan dengan alasan yang sudah tertentu. Jadi siswa tidak dibebaskan memberikan alasan seperti model di atas, tetapi alasan-alasannya sudah dipilihkan. Model ini dipilih, biasanya dengan alasan untuk lebih memudahkan dalam menganalisis.

  Kelemahan model ini adalah alasan siswa tidak tercantum dalam pilihan itu, tidak terungkap (Suparno, 2005:124).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Tes Esai Tertulis

  Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan salah pengertiannya, beberapa siswa dapat diwawancarai untuk lebih mendalami mengapa mereka punya gagasan seperti itu. Dari wawancara itulah akan kentara dari mana salah pengertian itu dibawa (Suparno, 2005:126).

  4. Interview

  Menurut Suharsimi Arikunto, interview yang juga disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Secara fisik interview dapat dibedakan atas interview terstruktur dan interview tidak terstruktur.

  Ditinjau dari pelaksanaannya, interview dibedakan atas: a.

  Interview bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.

  b. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.

  c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin (2006:155-156).

  Interview dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang essensial dari bahan yang mau diajarkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut (Wilantara, 2005:52).

  5. Diskusi dalam Kelas

  Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi apakah gagasan/ide mereka tepat atau tidak (Harlen, 1992:176, dalam Wilantara, 2005:52). Dari diskusi tersebut, guru atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga sebagai penjajakan awal (Suparno, 2005:127-128).

  6. Praktikum dengan Tanya Jawab

  Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut (Suparno, 2005:128).

  Miskonsepsi sangatlah resisten dalam pembelajaran bila tidak diperhatikan dengan seksama oleh guru. Di bawah ini diberikan beberapa contoh miskonsepsi yang sering dijumpai pada siswa tentang konsep gaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Banyak siswa bingung dengan konsep dari gaya, massa dan berat. Dalam fisika, berat (G) adalah suatu gaya (F) dan punya unit newton; sedangkan massa (m) punya satuan kilogram, dan ini bukan gaya. Namun, banyak siswa menuliskan bahwa berat adalah suatu massa dan punya satuan kilogram (Wilantara, 2005:54).

  Beberapa siswa menghubungkan gaya dengan suatu aksi dan gerak. Maka mereka menangkap bahwa jika tidak ada suatu gaya, tidak akan ada suatu gerakan. Akibatnya, mereka berpikir bahwa bila tidak ada gerak sama sekali, juga tidak ada gaya. Misalnya, jika seorang mendorong suatu kereta dan kereta itu bergerak, siswa mengatakan ada suatu gaya bekerja pada kereta itu. Namun, bila kereta itu tidak bergerak, mereka mengatakan bahwa tidak ada gaya pada kereta tersebut, meski orang itu mendorong kereta dengan energi yang besar. Dalam fisika, meski kereta tidak bergerak, tetap ada gaya yang bekerja padanya (Suparno, 2006:42).

  Banyak siswa berpikir, gaya aksi dan reaksi dalam hukum III Newton bekerja pada titik yang sama dari obyek yang sama (lihat gambar 2.1).

  Benda A meja

Gambar 2.1. Siswa beraggapan bahwa gaya ke atas oleh meja dan gaya ke bawah oleh benda A bekerja pada satu titik

  Mereka menganggap gaya ke atas yang dilakukan meja pada benda A, dan gaya yang dilakukan benda A pada meja, bekerja pada satu titik, yaitu titik antara meja dan benda A. padahal menurut fisika, dua gaya itu bekerja pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  obyek yang berbeda. Bila kedua gaya aksi reaksi itu bekerja pada titik yang sama, maka sama saja tidak ada gaya apapun, karena mereka bekerja pada satu titik yang sama, dengan besaran yang sama dan arah terbalik, sehingga saling melenyapkan.

  Beberapa siswa memahami bahwa benda yang diam di atas meja, tidak mempunyai gaya yang bekerja pada benda tersebut. Alasannya karena benda itu diam saja di atas meja. Padahal menurut fisika, benda itu mempunyai gaya yang bekerja pada meja. Benda itu tetap diam karena sebagai reaksinya, meja melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang besarnya sama tetapi berlawanan arah (Suparno, 2005:16).

  Dari beberapa miskonsepsi pada konsep gaya yang telah dikemukakan, ada beberapa faktor kemungkinan penyebab miskonsepsi tersebut, antara lain: (1) buku pelajaran yang memuat rumus atau uraian materi yang salah dapat memicu miskonsepsi; (2) guru-guru yang mengalami miskonsepsi dengan sendirinya akan menjadi penyebab utama munculnya miskonsepsi pada siswa; (3) kesalahan bahasa, dalam banyak kasus kesalahan bahasa ini muncul akibat budaya masyarakat yang terlanjur salah-kaprah dalam mendefinisikan sesuatu secara ilmiah, misalnya pengertian berat dan massa; (4) intuisi yang salah, ini merupakan faktor yang paling dominan mengakibatkan miskonsepsi di kalangan siswa, misalnya anggapan benda diam tidak mengalami gaya; (5) metode mengajar yang tidak tepat, metode mengajar yang tidak tepat akan dapat memicu munculnya miskonsepsi (Wilantara, 2005:57).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Cara Mengurangi Miskonsepsi

  Secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi yaitu mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasinya (Suparno, 2005).

  1. Mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa

  Secara umum kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah mencari atau mengungkap bentuk kesalahan atau miskonsepsi yang dimiliki siswa. Tanpa mengetahui kesalahan atau miskonsepsi yang dilakukan siswa, kiat kita akan sia-sia. Cara mengungkap miskonsepsi siswa dapat dilakukan melalui peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes esai tertulis, interview klinis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan tanya jawab.

  2. Menemukan penyebab miskonsepsi tersebut

  Dalam langkah ini guru mencari penyebab atau asal dari miskonsepsi yang dialami siswa. Untuk menemukan penyebab ataupun asal dari miskonsepsi, guru dapat melakukan wawancara lebih lanjut bagaimana siswa sampai mempunyai miskonsepsi tersebut. Yang biasanya dapat digunakan untuk menggali sebab miskonsepsi, antara lain: (1) Guru melakukan wawancara pribadi ataupun umum di kelas, bagaimana siswa mempunyai gagasan yang tidak tepat tersebut; (2) melalui pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa, ada baiknya disatukan dengan miskonsepsi siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasinya

  Langkah terakhir adalah mencari jalan, bagaimana membantu memperbaiki miskonsepsi siswa. Pemilihan langkah terakhir ini sangat dipengaruhi oleh penyebab dan situasi siswa sendiri. Disini peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam membantu miskonsepsi siswa, pemilihan metode atau strategi pembenahan yang tepat akan membantu mengatasi miskonsepsi siswa.

D. Konsep Gaya

  Gaya didefinisikan sebagai besarnya tarikan atau dorongan yang dilakukan oleh orang atau benda terhadap orang atau benda lain (Kartika Budi, 2000, dalam Kristian Purwo, 2006:11). Penjelasan mengenai materi gaya di bawah ini semua diambil dari buku Marthen Kanginan tahun 2006 halaman 197-259.

1. Gaya Sentuh dan Gaya Tak Sentuh

  Gaya sentuh merupakan gaya yang terjadi ketika dua benda bersentuhan. Contoh gaya sentuh, yaitu pada saat menarik benda terjadi gaya otot yang merupakan gaya sentuh, karena titik kerja gaya otot langsung bersentuhan dengan benda. Gaya yang berarah sejajar bidang sentuh dan cenderung menantang arah gerak disebut gaya gesek. Gaya yang mempunyai arah tegak lurus bidang sentuh disebut gaya normal.

  Gaya gesek dan gaya normal termasuk gaya sentuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Gaya tak sentuh merupakan gaya yang timbul meskipun kedua benda tidak bersentuhan secara langsung. Contoh gaya tak sentuh, yaitu gaya gravitasi bumi, gaya listrik, gaya tolak menolak antara dua kutub magnet yang sejenis.

  Perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh gaya, yaitu: a.

  Benda diam menjadi bergerak

  b. Benda bergerak menjadi diam c.

  Bentuk dan ukuran benda berubah

  d. Arah gerak benda berubah Mengukur Gaya Gaya diukur dengan menggunakan neraca pegas atau dinamometer.

  Posisi jarum pada neraca pegas menunjukkan besar gaya. Satuan gaya dalam SI adalah newton (N).

  Melukis Penjumlahan dan Selisih Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang memiliki besar/nilai dan arah.

  Dalam Fisika, besaran yang memiliki besar dan arah disebut besaran vektor. Misalnya sebuah gaya F dilukiskan dengan anak panah OA seperti gambar berikut:

  F

  O A

Gambar 2.2. gaya F dilukiskan dengan anak panah OA

  Metode Poligon Langkah-langkah:

  a. ) Lukis salah satu gaya (misal F

  

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b.

  2 ) dengan titik tangkapnya berimpit dengan

  Lukis gaya kedua (misal F ujung vektor pertama c. + F ) dengan menghubungkan titik tangkap

  Jumlahkan kedua gaya (F

  1

  

2

F 1 dengan titik ujung F

2 F

  2 F 1 +F

  2 F

  2 F F F

  1

  1

  1 Langkah

  1 Langkah

  2 Langkah

  3 Gambar 2.3. Penjumlahan Gaya Melukis Selisih Gaya (F - F )

  1

2 Secara matematis: F - F = F + (- F )

  1

  2

  1

  2

  (- F

  2 ) adalah gaya yang besarnya sama dengan gaya F 2 tetapi arahnya

  berlawanan. Dengan menggunakan langkah-langkah metode poligon, maka

   F

1 F

  1 F

  2 F

  1

  • F

  2 F 1 - F 2 - F

  2 Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Gambar 2.4. Selisih Gaya 2.

   Resultan Gaya

  Jika gaya F

  1 dan F 2 yang bekerja pada suatu benda, maka resultan

  gaya R adalah R = F + F . resultan gaya merupakan penjumlahan dari

  1

  2 dua gaya atau lebih.

  Resultan Gaya dari Gaya-Gaya yang Segaris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  a.

  Searah Besar resultan gaya R pada gaya-gaya segaris yang searah merupakan penjumlahan besar tiap-tiap gaya secara aljabar biasa.

  R = F 1 + F

  2

  b. Berlawanan Arah Besar resultan gaya R pada gaya-gaya segaris dan berlawanan arah mempunyai penjumlahan besar tiap-tiap gaya, dengan catatan gaya yang lebih besar bernilai positif dalam gaya yang lebih kecil harus bernilai negatif.

  Contoh: F A = 5 N ke kenan, F B = 2 N ke kiri. Maka, R = F

  1 + F

2 R = 5 N – 2 N = 3 N ke kanan

  Arah resultan gaya R pada penjumlahan gaya-gaya segaris dan berlawanan arah merupakan searah dengan gaya yang terbesar.

  Syarat Terjadinya Keseimbangan Keseimbangan benda adalah keadaan ketika dua gaya yang sama besarnya segaris dan berlawanan arah bekerja pada suatu benda.

  Keseimbangan terjadi ketika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol. Benda yang berada dalam keadaan seimbang tidak mengalami perubahan gerak. Keseimbangan terdiri dari dua macam, yaitu:

  a. Keseimbangan statis, yaitu keseimbangan gaya-gaya pada benda yang diam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Contoh: Sebuah batu diletakkan di atas meja. Batu tetap diam meskipun ada gaya gravitasi karena ada gaya vertikal (gaya normal) yang dialami batu yang ditimbulkan oleh meja. Gaya vertikal sama besar dengan gaya gravitasi sehingga batu tetap diam (seimbang).

  b. Keseimbangan dinamis, yaitu keseimbangan gaya-gaya pada benda yang bergerak lurus beraturan.

  Contoh: Pesawat terbang yang bergerak lurus beraturan. Gaya vertikal yaitu gaya angkat pesawat berarah ke atas sama dengan gaya berat pesawat, dan gaya mesin yang seimbang dengan gaya gesekan udara. Oleh karena itu terjadi keseimbangan dinamis.

3. Hukum Newton

  a. Hukum I Newton Tiap benda terus dalam keadaan diam atau terus dalam keadaan gerak teratur dengan kelajuan tetap pada garis lurus, kecuali jika benda itu dipaksa untuk mengubah keadaannya (diam atau bergerak) oleh gaya-gaya yang bekerja padanya.

  Hukum I Newton dinyatakan sebagai berikut:

  Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda mula-mula diam akan terus diam, sedangkan jika benda mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap (inersia atau kelembaman).

  Secara matematis Hukum I Newton dirumuskan:

  F = 0 ∑

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b.

  Hukum II Newton Hukum II Newton membahas benda yang resultan gayanya tidak sama dengan nol, kecuali tidak tetap, terdapat percepatan.

  Percepatan berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada benda, percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.

  Hukum II Newton berbunyi:

  Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan

resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda.

  Secara matematis Hukum II Newton dirumuskan:

  Fa = atau F = ma

  ∑ m

  Contoh: Sebuah mobil balap mampu menghasilkan gaya 10.000 N. Berapa percepatan mobil balap jika massa mobil 1.500 kg dan total gesekan permukaan jalan dan gesekan angin adalah 1.000 N? Jawab: 10000 N, gaya yang dihasilkan mobil

  1000 N, gaya gesekan angin Resultan gaya yang bekerja:

  10000 1000 9000 F = NN = N

  ∑

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Percepatan mobil:

  F

  9000 N

  2 ∑ a = = =

  6 m/s

  m 1500 Kg

  c. Hukum III Newton Gaya terjadi sedikitnya ada dua benda yang berinteraksi. Pada interaksi ini gaya-gaya selalu berpasangan. Jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A. Gaya pertama disebut aksi dan gaya kedua disebut reaksi. Besar aksi sama dengan besar reaksi tetapi arah kedua gaya berlawanan. Oleh karena itu, Hukum III Newton berbunyi:

  Jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.

  Secara matematis Hukum III Newton dirumuskan: aksi = - reaksi Aksi dan reaksi tidak saling meniadakan karena bekerja pada dua benda yang berbeda, sehingga tidak terjadi keseimbangan.

4. Gaya Gesekan

  Gaya gesekan merupakan gaya yang terjadi ketika dua benda bersentuhan dan arahnya selalu berlawanan dengan kecenderungan gerak benda. Gaya gesekan bekerja ketika benda bergerak di udara, air, dan benda padat.

  Gaya gesekan yang dialami benda ketika benda masih diam disebut gaya gesekan statis (f s ). Gaya gesekan yang dialami benda ketika benda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bergerak disebut gaya gesekan kinetik (f k ). Gaya gesekan kinetik besarnya tetap, dan selalu lebih kecil dari gaya gesekan statis maksimum (f k <f sm ).

  Hal-hal yang mempengaruhi gaya gesekan:

  a. Kekasaran permukaan kedua benda Makin kasar permukaan, makin besar gaya geseknya. Sebaliknya, makin halus permukaan, makin kecil gaya geseknya.

  b. Benda beroda Besar gaya gesekan pada benda beroda jauh lebih kecil daripada besar gaya gesekan pada benda tak beroda.

  c. Luas bidang sentuh Luas bidang sentuh mempengaruhi besar gaya gesekan hanya pada saat benda bersentuhan dengan udara. Makin besar luas bidang sentuh, makin besar gaya gesekan udara.

  Gaya gesekan ada yang menguntungkan dan yang merugikan. Contoh gaya gesekan yang menguntungkan:

  a. Gesekan menyebabkan kita dapat berjalan di atas tanah

  b. Gesekan pada ban mobil, menyebabkan mobil dapat berjalan c.

  Gesekan pada piringan rem

  d. Gesekan udara memperlambat laju penerjun payung Contoh gaya gesekan yang merugikan:

  a. Gesekan yang menyebabkan keausan pada mesin-mesin dan kopling

  b. Gesekan udara pada mobil menyebabkan mobil tidak dapat bergerak dengan kelajuan tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  c.

  Gesekan air laut yang memperlambat gerak kapal laut 5.

   Gaya Berat

  Perbedaan Massa dan Berat Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Massa benda selalu tetap. Massa hanya memiliki besar, tidak mempunyai arah. Dalam fisika besaran yang hanya mempunyai besar dinamakan besaran skalar. Berat adalah gaya gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda. Karena percepatan gravitasi di mana benda berada berbeda-beda, maka berat benda berbeda-beda. Selain mempunyai besar, berat juga mempunyai arah sehingga berat termasuk besaran vektor.

  Oleh karena itu, perbedaan massa dan berat suatu benda dinyatakan sebagai berikut:

  Massa benda di mana saja di alam semesta ini adalah tetap, sedangkan berat benda di alam semesta ini berbeda-beda, bergantung

  .

  percepatan gravitasi di mana benda berada

  Hubungan Massa dan Berat Berat benda (w) adalah berbanding lurus dengan massa benda (m).

  Secara matematis dapat dirumuskan: w = mg

  2