Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

PERAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN TERHADAP

INTENSI BERHENTI MEROKOK

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh :

Betty Setika Purnaningrum

NIM : 049114064

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN TERHADAP

INTENSI BERHENTI MEROKOK

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh :

Betty Setika Purnaningrum

NIM : 049114064

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI PERAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN TERHADAP

  Oleh : Betty Setika Purnaningrum

  NIM : 049114064 Telah disetujui oleh :

  Pembimbing Tanggal ………………… V. Didik Surya H., S. Psi., M. Si.

  SKRIPSI

PERAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN TERHADAP INTENSI BERHENTI MEROKOK

  Dipersiapkan dan ditulis oleh Betty Setika Purnaningrum

  NIM : 049114064 Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji

  Pada tanggal…………………… Dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan 1. Ketua : V. Didik Surya H., S.Psi., M.Si. ……................

  2. Penguji I : A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. ………………

  3. Penguji II : YB. Cahyo Widiyanto, S.Psi., M.Si. ……………… Yogyakarta, …………………..

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  Dekan,

  

Karya ini aku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus, tempat aku bergantung

Bapak Petrus Purwanto

&

  

Ibu Agatha Supriyati

Keluarga

Sahabat –sahabatku

  Moto Hidupku : Apabila menghadapi keputusan – putuskanlah Apabila menghadapi pilihan – pilihlah

Tidak berbuat apa-apa hanya menambah ketegangan

Karena Anda tidak kalah…. Tetapi menang juga tidak!

  Barry Spilchuk

  ABSTRAK PERAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN TERHADAP INTENSI BERHENTI MEROKOK Betty Setika Purnaningrum

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2008 Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok. Penelitian dilakukan pada 60 pria perokok yang ingin berhenti merokok, sudah menikah, berusia 25-30 tahun, dan pasangan wanita bermasalah dengan kebiasaan merokok pasangannya. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok. Data penelitian diungkap dengan skala dukungan sosial pasangan yang mempunyai reliabilitas 0.961 dan skala intensi berhenti merokok yang mempunyai reliabilitas 0.947. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan korelasi sebesar 0.563, p = 0.000 (p <0.001), yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok pada taraf signifikasi 1 %. ABSTRACT THE ROLE OF COUPLE’S SOCIAL SUPPORT TOWARDS THE INTENTION

  TO STOP SMOKING Betty Setika Purnaningrum

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2008 This research was keen to find out whether a correlation exists between a social support from the couple and the intention to stop smoking. This research had done to 60 smokers who wish to stop smoking. Subjects are married man, aged 25-30 years old, having a wife who is bothered by his smoking habit. The hypothesis was that there is a positive correlation between the social support from the couple and the intention to stop smoking. The data was revealed by the scale of social support from couple with the reliability 0.961 and the intention to stop smoking scale was 0.947. The data was analyzed with Pearson Product Moment Correlation. The correlation coefficient that was shown by the result was 0.563, p = 0.000 (p < 0.001). It means that there is a significant positive correlation between social support from the couple and the intention to stop smoking at 1% significant level.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di surga yang selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis tidak sendirian. Skripsi ini tidak akan selesai apabila tidak ada mereka yang dengan tulus dan senang hati membantu penulis. Oleh karena itu, penulis dengan tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang sangat berperan dalam proses pengerjaan skripsi ini dan juga dalam kehidupan penulis :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas-fasilitas dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik.

  2. Bapak V. Didik Surya H., S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, masukan, dan waktu untuk memperbaiki skripsi ini, serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Mbak Etta selaku Dosen Pembimbing Akademik yang tidak lelah memberikan semangat, dukungan, dan menjadi tempat untuk berdiskusi.

  4. Bapak Heri yang dengan sabar mengajari penulis berkaitan dengan penghitungan statistik.

  5. A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji I

  6. YB. Cahyo Widiyanto, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji II

  7. Bapak Petrus Purwanto dan Ibu Agatha Supriyati yang selalu mendampingi penulis, memberikan nasehat-nasehat, memberikan dukungan materiil dan non materiil sehingga penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikan skripsi.

  8. Mbak Ary Setika yang selalu menjadi tempat mengeluh dan berdiskusi tentang pengerjaan skripsi juga dek Alfi yang selalu menghibur penulis dengan pelukan-pelukan kecil.

  9. Keluarga besar Pawiro Setiko dan Marto Suwito, terima kasih atas dorongan- dorongan dan nasehat yang diberikan.

  10. Yudi Widyantoro yang selalu sabar mendampingi penulis dan memberikan semangat. Terima kasih buat cinta dan kasih sayangnya selama 8 tahun ini semoga tahun-tahun selanjutnya bisa kita lewati juga.

  11. Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji, Pak Gie, dan Mbak Nanik yang membantu kelancaran kegiatan akademik.

  12. Sahabatku Agatha Tristanti, terima kasih buat persahabatan yang indah ini, cerewetnya dan bercandaannya…juga bantuannya buat terjemahin abstrak.

  13. Teman-temanku, Pikha, Cik Yen, Cik Woel, Cik Nyun, Adip, Wawan, dan Yoyok terima kasih buat kasih sayang dan saling memiliki. Adip….ini bukan perfeksionis atau ambisius tapi masalah cita-cita dan perjuangan tapi makasih juga buat semangat dan pemikiran bijakmu.

  14. Kakak-kakakku, Mba Ella dan Mba Ullin yang selalu siap membantu.

  15. Budi dan Badai, yang selalu mengingatkan untuk tetap fokus pada skripsi, membantu dengan iklas, dan menjadi tempat berdiskusi serta keluhan buat

  16. Andreas Wibi, buat bantuannya masalah komputer dan printer. 17. 367B’ers, Cik Woel, Widuk, Dee, Mba Dewik, Ma-Ir, Ajenx, Dex Nimas terima kasih buat seru-seruannya, semangat saat penulis bosan, kebersamaan, dan kasih sayang… Ma-Ir, terimakasih sudah membantu skoring.

  18. Teman-teman di P2TKP, Mba Tia, Mas Desta, AB, Mba Otic, Mba Gothe, Wiwid, Mas Rondang, Fani, Tina, Vania, Atiex, Weni, Lia, dan Mitha.

  19. Teman-teman 2004 yang selalu menjadi tempat berdiskusi, sasa, ndaru, mumun, elis, anggit, dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca dan bagi ilmu pengetahuan.

  Penulis Betty Setika Purnaningrum

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. iv HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. v HALAMAN KEASLIAN KARYA …………………………………………. vi ABSTRAK …………………………………………………………………... vii ABSTRACT ………………………………………………………………….viii KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ix DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xii DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………xvi

  BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 6 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 6 D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 6 BAB II. LANDASAN TEORI ……………………………………………… 8 A. Intensi Secara Umum ………………………………………….. 8

  1. Pengertian Intensi ………………………………………….. 8

  B. Intensi Berhenti Merokok ……………………………………... 12

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………... 24 A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 24 B. Subyek Penelitian ……………………………………………… 24 C. Identifikasi Variabel Penelitian ………………………………... 25 D. Definisi Operasional …………………………………………... 25

  1. Validitas …………………………………………………… 32

  G. Pertanggungjawaban Mutu ……………………………………. 32

  F. Prosedur Penelitian ……………………………………………. 31

  E. Alat Pengumpulan Data ……………………………………….. 26

  2. Dukungan Sosial Pasangan ………………………………... 25

  1. Intensi Berhenti Merokok …………………………………. 25

  E. Hipotesis Penelitian …………………………………………… 23

  1. Pengertian Intensi Berhenti Merokok ……………………... 12

  D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Pasangan Terhadap Intensi Berhenti Merokok …………………………………………....... 19

  3. Arti Dukungan Sosial Pasangan …………………………… 17

  2. Jenis Dukungan Sosial …………………………………….. 16

  1. Pengertian Dukungan Sosial ………………………………. 15

  C. Dukungan Sosial …….. ……………………………………….. 15

  2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berhenti Merokok …... 14

  2. Seleksi Item ………………………………………………... 33

  H. Analisis Data …………………………………………………... 35

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 36 A. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………... 36

  1. Deskripsi Subyek Penelitian ………………………………. 36

  2. Deskripsi Data Penelitian ………………………………….. 36

  B. Hasil Penelitian ………………………………………………... 37

  1. Uji Asumsi Data Penelitian ………………………………... 38

  2. Pengujian Hipotesis Penelitian ……………………………. 39

  C. Hasil Penelitian Tambahan ……………………………………. 40

  D. Pembahasan ……………………………………………………. 41

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 50 A. Kesimpulan ……………………………………………………. 50 B. Saran …………………………………………………………... 50 C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………... 51 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 52 LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………….. 55

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Distribusi Item Skala Intensi Berhenti Merokok Tabel 2 : Contah Item Skala Intensi Berhenti Merokok Tabel 3 : Distribusi Item Skala Dukungan Sosial Pasangan Tabel 4 : Contoh Item Skala Dukungan Sosial Pasangan Tabel 5 : Bentuk Final Skala Intensi Berhenti Merokok Tabel 6 : Bentuk Final Skala Dukungan Sosial Pasangan Tabel 7 : Deskripsi Data Penelitian Tabel 8 : Hasil Uji Normalitas Tabel 9 : Hasil Uji Linearitas Tabel 10 : Hasil Uji Normalitas Aspek Dukungan Sosial Pasangan Tabel 11 : Hasil Uji Linearitas Aspek Dukungan Sosial Pasangan Tabel 12 : Hasil Uji Korelasi Aspek Dukungan Sosial Pasangan

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A : Skala Try Out Intensi Berhenti Merokok dan Dukungan Sosial Pasangan Reliabilitas Skala Intensi Berhenti Merokok dan Dukungan Sosial Pasangan Skala Penelitian Intensi Berhenti Merokok dan Dukungan Sosial Pasangan

  Lampiran B : Data Penelitian Lampiran C : Deskripsi Data

  Hasil Analisis One Sample T-test Lampiran D : Hasil Analisis Uji Normalitas

  Hasil Analisis Uji Linearitas Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment

  Lampiran E : Hasil Analisis Penelitian Tambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara

  berkembang maupun di negara maju (Verawati & Astuti, 2003). Di negara maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Laporan WHO tahun 1983 menyebutkan, jumlah perokok meningkat 2,1 persen per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 persen per tahun (Tandra dalam Kompas Cyber Media, 2003). Menurut survei yang dilakukan WHO, 75 % laki-laki dan 5% wanita di Indonesia adalah perokok (Verawati & Astuti, 2003). Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga 2004 menemukan bahwa Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar, 31.4 % atau 62.800.000 merokok. Jumlah perokok laki-laki sebesar 59.04% dan perokok perempuan sebesar 4.83% (Sriamin, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka merokok di Indonesia relatif tinggi.

  Berhenti merokok merupakan perubahan radikal dalam kebiasaan perokok dan hal yang sulit walaupun perokok sudah bersungguh-sungguh memutuskan untuk berhenti (Eiser dan Van der Pligt, 1986; Shiffman, menemukan bahwa dari 100% perokok yang mencoba berhenti, dalam satu tahun 93% kembali merokok. Dalam penelitian yang dilakukan Prof Soesmalijah Soewondo, diketahui para perokok tidak bisa berhenti merokok karena berhenti merokok akan mengakibatkan susah berkonsentrasi dan gelisah, sedangkan apabila merokok perokok akan merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide-ide atau inspirasi. Faktor-faktor psikologi inilah yang banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat sehingga seringkali perokok merasa kesulitan untuk mengurangi atau menghentikan perilaku merokok (Tandra dalam Kompas Cyber Media, 2003).

  Perokok yang kesulitan berhenti merokok mengatakan bahwa mereka sebenarnya ingin berhenti tetapi nikotin telah membuat mereka kecanduan secara fisik. Tembakau tidak membuat orang ketagihan secara fisik, seperti halnya heroin, kokain ataupun barbiturates sehingga kebiasaan merokok seolah-olah menjadi sesuatu yang dipaksakan kepada pecandu rokok. Hal itu disebabkan karena ketergantungan psikologis.

  Perokok merasa sangat tergantung pada tembakau dan merasa tidak dapat lepas lagi karena berpikir bahwa mereka telah kecanduan. Bagi perokok merokok itu memuaskan kebutuhan psikologis yang mendesaknya. Seorang pecandu rokok percaya bahwa merokok menolongnya untuk tetap tenang dalam ketegangan atau dalam pekerjaan yang penuh kekacauan, karena itu sangat sukar baginya untuk melepaskan diri dari kebiasaan mereka sudah membangun ketergantungan psikologis pada rokok, bukan karena rokok secara kimia menyebabkan kecanduan (Surjorahardjo, 1985).

  Schachter, dkk. (David, dkk., 2000) menemukan bahwa perilaku merokok akan meningkat pada kondisi stess. Pernyataan ini didukung oleh Murray, dkk. (David, dkk., 2000) yang menemukan bahwa perokok cenderung merokok pada kondisi stress. Dalam Sarafino (1990), faktor penting yang membuat kambuhnya merokok bagi perokok yang ingin berhenti adalah stress. Selain stress, faktor lain yang menghambat seorang perokok untuk berhenti merokok adalah kecemasan. (David, dkk., 2000).

  Menurut Ajzen (David, dkk., 2000) keberhasilan dalam berhenti merokok ditentukan oleh besarnya niat (intensi) untuk berhenti. Intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku (Smet, 1994). Individu yang mempunyai intensi cenderung lebih nyaman, lebih tertarik, bersemangat, dan mempunyai perasaan senang dalam melakukan perilaku tertentu (David, dkk., 2000). Intensi individu dalam melakukan perilaku nyata secara spesifik diprekdisikan sebesar 39%. Sedangkan intensi untuk melakukan perilaku nyata secara umum diprediksikan sebesar 27 % (Antonia & Kerry, 2006). Prilaku spesifik disini maksudnya adalah individu melakukan perilaku dengan menentukan waktu atau situasi, sedangkan perilaku secara umum merupakan perilaku yang dilakukan tanpa menentukan waktu atau situasi.

  Penelitian mengenai peran sikap dan efikasi diri terhadap intensi berhenti merokok dapat diperkuat dengan adanya peran sikap dan efikasi diri atau keyakinan terhadap diri sendiri. Keyakinan terhadap diri sendiri merupakan salah satu permasalahan psikologis yang harus dimunculkan oleh diri sendiri atau dengan bantuan orang lain. Penelitian Hartanti (2000) mengenai peran dukungan sosial terhadap depresi menunjukkan bahwa dukungan sosial bisa memberikan arti pada individu dalam mengatasi depresi. Dukungan sosial menolong individu secara psikologis dengan bantuan orang-orang di sekitar individu. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut peneliti ingin mengetahui apakah hal yang sama, yaitu dukungan sosial yang dapat mengatasi permasalahan psikologis atau dalam penelitian Hartanti adalah depresi juga berpengaruh pada menguatnya intensi berhenti merokok. Dalam hal ini dukungan sosial berasal dari pasangan mengingat pasangan mempunyai peran yang penting bagi kehidupan perokok.

  Topik ini penting untuk diketahui karena ketika perokok yang ingin berhenti merokok merasa kesulitan untuk berhenti, pasangan bisa membantu dan turut berperan dalam memperkuat intensi untuk berhenti merokok. Peran pasangan adalah dengan memberikan dukungan sosial pada perokok. Adanya bantuan pasangan, perubahan radikal ketika berhenti merokok bisa diatasi oleh perokok sehingga bisa berhenti merokok dan menerapkan pola hidup sehat.

  Penelitian ini dilakukan pada konteks pasangan menikah, dimana tidak mempunyai kebiasaan merokok. Konteks penelitian yang berkaitan dengan pembatasan jenis kelamin dilakukan mengingat jumlah perokok di Indonesia lebih banyak di kalangan pria daripada wanita dan laki-laki cenderung mengalami kesulitan berhenti merokok dibandingkan wanita (Seminar World No Tobaco Day dalam Rara, 2006). Selain itu, motivasi yang melatarbelakangi perilaku merokok antara laki-laki dan wanita juga berbeda. Livison dan Leino (David, dkk., 2000) menemukan bahwa motivasi wanita merokok adalah untuk mengurangi efek negatif dan sebagai kesenangan. Sedangkan untuk laki-laki, alasan merokok antara lain untuk penampilan pribadi, agar lebih percaya diri, untuk membangkitkan semangat terus bekerja, agar diterima oleh kelompok, dan agar kelihatan jantan (Target dalam Verawati & Astuti, 2003).

  Alasan lain dilakukan pembatasan jenis kelamin adalah karena dukungan sosial yang diberikan dan penerimaan dukungan sosial berbeda untuk jenis kelamin yang berbeda. Menurut David, dkk. (2000), wanita seringkali memberikan lebih banyak dukungan emosional pada keluarganya daripada yang mereka terima. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Antonia C. Lyons & Kerry C. (2006), bahwa wanita memberikan dukungan sosial yang lebih bervariasi, lebih sering, dan lebih efektif daripada laki-laki. Selain itu, wanita menerima dukungan sosial secara menyeluruh sedangkan laki-laki cenderung menerima dukungan sosial emosional dan dukungan sosial instrumental secara terpisah.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan positif antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok pada perokok laki-laki?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial pasangan terhadap intensi berhenti merokok.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat praktis Penelitian ini bisa memberikan informasi mengenai peran dukungan sosial dari pasangan yang dapat membantu perokok untuk meningkatkan niat atau intensi berhenti merokok.

  2. Manfaat teoritis

  a. Menambah pengetahuan mengenai peran atau kontribusi pasangan dalam memperkuat niat atau intensi berhenti merokok b. Adanya bukti empiris tentang penelitian yang berkaitan dengan variabel dukungan sosial pasangan dan variabel intensi untuk berhenti merokok. c. Memberikan sumbangan kepada bidang Psikologi Kesehatan dan Psikologi Sosial tentang pentingnya dukungan sosial pasangan untuk meningkatkan intensi berhenti merokok.

  d. Referensi atau literatur dalam melaksanakan penelitian yang relevan di masa datang.

BAB II DASAR TEORI A. Intensi Secara Umum

1. Pengertian Intensi

  Intensi berasal dari bahasa latin “intention” yang berarti usaha, upaya, perhatian, kehendak atau ujud. Shadilly (Cristina & Dewi, 2000) mendefinisikan intensi sebagai perbuatan berdasarkan kehendak seseorang untuk melaksanakan sesuatu.

  Intensi adalah niat seseorang untuk melakukan sesuatu yang bersifat kesegeraan dan kesiapan terhadap suatu perilaku yang akan dilakukan (Ajzen & Fishbein dalam Antonia & Kerry, 2006). Individu yang mempunyai intensi siap dengan segala sesuatu yang menyertai perilaku yang akan dilakukan, seperti pertimbangan waktu, target, atau situasi.

  Azwar (Cristina & Dewi, 2000) mengatakan intensi atau niat juga sangat menentukan perilaku tertentu akan dilakukan atau tidak akan dilakukan. Individu yang mempunyai intensi tinggi kemungkinan melakukan perilaku lebih besar daripada individu yang intensinya lebih rendah. Individu yang mempunyai intensi cenderung lebih nyaman, lebih tertarik, bersemangat, dan mempunyai perasaan senang dalam melakukan suatu perilaku (David, dkk., 2000).

2. Prediktor Intensi

  Menurut model Theory of Planned Behavior dari Ajzen & Fishbein intensi diprediksi oleh sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku (Ajzen & Fishbein dalam Antonia & Kerry, 2006).

  a. Sikap Sikap adalah keyakinan individu terhadap perilaku yang menjadi pertimbangan, dan hal tersebut ditentukan oleh keyakinan terhadap hasil perilaku dan apakah hasil itu bernilai.

  b. Norma subjektif Norma subjektif ditentukan oleh persepsi dari norma sosial, tekanan sosial, dan apa yang dipikirkan orang lain, seberapa besar memotivasi individu untuk melakukan apa yang orang lain katakan.

  c. Kontrol perilaku Kontrol perilaku adalah persepsi individu apakah mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan perilaku yang menjadi pertimbangan, dan persepsi ini bisa mempengaruhi baik intensi maupun perilaku secara langsung.

  Pada contoh perilaku berhenti merokok, perokok yang percaya bahwa merokok mengakibatkan kesehatan yang bertambah buruk (sikap), percaya bahwa orang lain berpikir bahwa dia harus berhenti merokok dan memotivasinya untuk berhenti merokok (norma subyektif), perilaku) akan lebih mempunyai niat untuk berhenti merokok. Semakin mendukung sikap terhadap berhenti merokok, norma subyektif berkaitan dengan perilaku berhenti merokok, dan kontrol perilaku untuk berhenti merokok semakin tinggi niat untuk berhenti merokok. Model Theory of

  Planned Behavior bisa dilihat pada gambar 1.

  Gambar 1 Model Theory of Planned Behavior Menurut Ajzen & Fishbein (Antonia & Kerry, 2006)

  Keyakinan tentang hasil Sikap terhadap perilaku

  Evaluasi hasil Pentingnya sikap orang lain

  Norma Intensi perilaku Perilaku

  Subjektif Motivasi untuk menuruti orang lain

  Faktor kontrol internal Kontrol

  Perilaku Faktor kontrol eksternal Menurut Ajzen & Fishbein (Smet, 1994), intensi dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan, yaitu : a. Behavior : tingkah laku yang akan dilakukan

  b. Target : tujuan dari perilaku yang akan dilakukan

  c. Time : waktu terjadinya perilaku

  d. Situation : keadaan pada saat tindakan akan dilaksanakan atau penyebab mengapa tingkah laku dilaksanakan Setiap elemen diatas memiliki tingkat kekhususan yang berbeda. Pada tingkat yang paling spesifik keempat elemen akan tercakup di dalamnya yaitu seorang individu bermaksud untuk melakukan suatu tindakan tertentu yang berhubungan dengan targetnya dalam situasi dan waktu tertentu (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004).

  Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan intensi adalah niat untuk melakukan sesuatu yang ditentukan oleh sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku serta dipengaruhi oleh pertimbangan tingkah laku, target, waktu, dan situasi.

  Pengukuran intensi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Ajzen & Fishbein (Anggraeni, 2004), pendekatan pengukuran intensi secara langsung dilakukan melalui pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada individu apakah individu tersebut akan melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak, penilaian untuk cara ini dilakukan dengan penilaian tunggal yaitu ya- langsung dilakukan dengan menggunakan skala yang menggunakan model pilihan jawaban dari sangat sesuai sampai tidak sesuai terhadap suatu perilaku tertentu.

  Kedua cara pengukuran ini mempunyai penekanan yang berbeda. Penekanan pengukuran intensi secara langsung adalah pada isi intensi atau spontanitas keinginan untuk melakukan suatu perilaku tertentu, tanpa memperhatikan proses yang mendahului terbentuknya intensi itu sendiri (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004). Pengukuran secara tidak langsung menekankan pada model kerangka konseptual pembentukan perilaku yaitu intensi terbentuk melalui sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Asumsinya semakin positif sikap, semakin besar pengaruh norma subjektif, dan semakin kuat kontrol perilaku individu terhadap perilaku tertentu maka akan semakin tinggi intensinya untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004). Markham melihat bahwa ketiga prediktor itu memiliki pengaruh yang kuat terhadap intensi sehingga dapat digunakan sebagai aspek (Markham, 2004).

B. Intensi Berhenti Merokok

1. Pengertian Intensi Berhenti Merokok

  Intensi berhenti merokok adalah niat untuk berhenti merokok yang ditentukan oleh sikap terhadap perilaku berhenti merokok, norma Intensi berhenti merokok diprediksikan oleh perspektif subyek mengenai hasil yang negatif dan kesehatan yang buruk berkaitan dengan perilaku merokok (pengukuran sikap), sikap orang-orang disekitar subyek berkaitan dengan perilaku berhenti merokok (pengukuran norma sosial), dan keyakinan mengontrol kemampuan untuk berhenti merokok (pengukuran kontrol perilaku) (David, dkk., 2000).

  Markham (2004) mengaplikasikan konsep Ajzen & Fishbein (Antonia & Kerry, 2006) untuk intensi berhenti merokok. Intensi itu meliputi : a. Sikap

  Individu memiliki keyakinan dan evaluasi terhadap hasil perilaku berhenti merokok, yaitu bahwa berhenti merokok memberikan keuntungan seperti kesehatan yang bertambah baik.

  b. Norma subjektif Norma subjektif berfokus pada penerimaan kemampuan berhenti merokok untuk memfasilitasi interaksi sosial. Norma subjektif ini dapat ditentukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung norma subjektif ditentukan oleh norma sosial dan tekanan sosial. Sedangkan secara tidak langsung ditentukan oleh

  modeling . Norma sosial adalah individu menerima harapan dari

  figur-figur lain yang penting (keluarga, pasangan, atau teman) untuk berhenti merokok. Tekanan sosial adalah pengalaman secara individu berhenti merokok karena meniru individu lain yang berpengaruh.

  c. Kontrol perilaku Kontrol perilaku adalah persepsi individu bahwa dia mampu untuk berhenti merokok.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berhenti Merokok

  Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berhenti merokok adalah : a. Persepsi individu terhadap resiko yang diterima akibat merokok

  Persepsi resiko yang akan diterima akan menumbuhkan intensi untuk berhenti merokok melihat akibat dan resiko yang diterima bernilai negatif. Persepsi bahwa merokok merusak kesehatan dan merugikan akan menumbuhkan niat pada perokok untuk berhenti merokok (Norman & Conner dalam Verawati & Astuti, 2003).

  b. Pengalaman berhenti merokok yang pernah dilakukan oleh individu Pengalaman yang pernah dilakukan membantu perokok untuk menilai apakah dia mampu atau tidak membangun intensi kembali untuk berhenti merokok (Norman & Conner dalam Verawati & Astuti, 2003). c. Stress Beberapa penelitian menemukan bahwa stress dihubungkan dengan merokok. Sarafino (1990) menyatakan faktor penting yang membuat kambuhnya merokok bagi perokok yang ingin berhenti adalah stress. Schachter (David, dkk., 2000) juga menemukan bahwa konsumsi rokok akan meningkat pada kondisi stress. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Lichtenstein et al. (Sarafino, 1990) yang menyatakan individu yang berhenti merokok akan cenderung merokok kembali ketika berada pada kondisi stress yang tinggi.

  d. Kecemasan Faktor kecemasan yang menghambat perokok untuk berhenti merokok ditekankan oleh David, dkk. (2000) yang menemukan bahwa kecemasan akan muncul ketika individu akan berhenti merokok.

C. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial

  Dukungan sosial menurut Cobb (Winnubst, dkk., 1996) adalah informasi yang membuat individu yang menerimanya meyakini bahwa orang lain mencintainya, peduli padanya (dukungan emosional), menghormatinya dan menghargainya (dukungan afirmatif) dan bahwa

  Gottlieb (Smet, 1994) memberikan definisi dukungan sosial sebagai informasi atau nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

  Sarafino (Smet, 1994) memberikan definisi dukungan sosial yang mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain.

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas, bisa disimpulkan dukungan sosial adalah informasi, bantuan nyata, tingkah laku yang membuat individu yang menerimanya meyakini bahwa orang lain mencintainya, peduli padanya (dukungan emosional), menghormatinya dan menghargainya (dukungan afirmatif) sehingga mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

2. Jenis Dukungan Sosial

  Jenis dukungan sosial (House dalam Smet, 1994) :

  a. Dukungan Emosional (Emotional support) Penerimaan empati, kepedulian, cinta, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan kenyamanan, ketentraman hati, merasa dimiliki, dan dicintai (Stroebe dalam b. Dukungan Penghargaan (Esteem support) Penerimaan penghargaan positif, meliputi dorongan untuk maju dan persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Hal ini membuat penghargaan atas diri sendiri, kompetensi, dan perasaan bernilai (Stroebe dalam Antonia & Kerry, 2006).

  c. Dukungan Instrumental (Instrumental support) Penerimaan bantuan secara langsung, seperti bantuan uang, pelayanan, dan membantu pekerjaan.

  d. Dukungan informasi (Informational support) Penerimaan nasehat, petunjuk, saran-saran, arahan, dan umpan balik. Wilcox & Verberg (Winnubst, dkk., 1996) menambahkan dukungan informasi adalah kerelaan seseorang untuk memberikan opini. Dukungan informasi bisa membantu orang lain dalam memahami atau mendefinisikan situasi, ketika situasinya ambigu atau sulit dimengerti (Goethal, Suls & Miller dalam Bishop, 1994).

3. Arti Dukungan Sosial Pasangan

  Pernikahan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap suami dan istri. Seorang perempuan atau istri secara konsisten lebih terbuka dan cenderung mengekspresikan kelembutan daripada pasangan mereka memberikan ciuman atau pelukan spotan pada suaminya pada saat sesuatu hal yang positif terjadi (Blumstein & Schwartz dalam Santrock, 1995). Secara umum, perempuan lebih ekspresif dan berperasaan daripada laki-laki dalam suatu pernikahan (Santrock, 1995).

  Menurut Cancian & Gordon (Santrock, 1995), sebagian besar laki-laki cenderung mengendalikan kemarahan. Suami juga tidak peduli pada kehidupan emosionalnya dan tidak mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka sehingga banyak istri yang mengeluh bahwa mereka harus mendorong suami untuk terbuka dan mengatakan apa yang suami rasakan (Rubin dalam Santrock, 1995).

  Perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin & Salovey dalam Smet, 1994). Winnubst (Smet, 1994) juga menambahkan dukungan sosial yang penting terletak pada konteks hubungan yang akrab atau ‘kualitas hubungan’. Dukungan sosial dalam perkawinan diberikan oleh pasangan kepada pasangan lainnya. Dukungan sosial pasangan adalah informasi, bantuan nyata, tingkah laku dari pasangan dalam suatu pernikahan yang membuat pasangan yang menerimanya meyakini bahwa pasangannya mencintainya, peduli padanya (dukungan emosional), menghormatinya dan menghargainya (dukungan afirmatif) sehingga mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pasangan yang menerima.

  

D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Pasangan Terhadap Intensi

Berhenti Merokok

  Merokok adalah perilaku yang merugikan, meskipun begitu banyak orang tetap merokok meskipun tahu merokok berbahaya bagi kesehatan (Evan dalam Sarafino, 1990). Kebiasaan merokok sulit dihentikan oleh perokok yang ingin berhenti merokok karena beberapa faktor-faktor psikologi seperti stress dan kecemasan (Tandra dalam Kompas Cyber Media, 2003). Menurut Cohen (Taylor, 1999) berhenti merokok adalah hal yang mudah jika merupakan keinginan sendiri. Hal itu didukung oleh Ajzen (David, dkk., 2000) yang menyatakan bahwa keberhasilan dalam berhenti merokok ditentukan oleh besarnya niat (intensi) untuk berhenti. Intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku (Smet, 1994). Individu yang mempunyai intensi cenderung lebih nyaman, lebih tertarik, bersemangat, dan mempunyai perasaan senang dalam melakukan perilaku tertentu (David, dkk., 2000).

  Dukungan sosial mempunyai peran penting untuk memberikan efek yang positif secara psikologis. Dukungan sosial yang paling efektif adalah dukungan sosial yang berasal dari pasangannya, khususnya pada pria (House, Robbin, Metzner, & Wickrama dalam Taylor, 1999). Menurut Sidney Cobb (Sarafino, 1990), orang dengan dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai, diperhatikan, berharga, bernilai, dan merasa menjadi suatu bagian dari jaringan sosial seperti keluarga. Individu yang merasa dicintai dan dihargai maka harga dirinya juga akan meningkat (Antonia & Kerry, 2006; Wirawan, 1998).

  Coopersmith (Prasetya, 2000) mengungkapkan bahwa harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri serta berdasarkan jumlah penghargaan, penerimaan dan perlakuan orang lain yang diterima oleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Ia juga menambahkan individu yang memiliki harga diri tinggi akan dapat mengontrol semua tindakannya, memiliki orientasi yang realistis, serta mampu berperilaku sesuai norma moral, etika, dan aturan.

  Subyek yang mempunyai harga diri yang tinggi dapat mengontrol semua tindakannya, memiliki orientasi yang realistis, serta mampu berperilaku sesuai norma moral, etika, dan aturan. Ia dapat mengontrol perilaku bahwa dia mampu berhenti merokok, memiliki orientasi yang realistis terhadap rokok seperti berhenti merokok memberikan keuntungan, dan berperilaku sesuai dengan norma, etika, ataupun aturan bahwa pasangannya menginginkan agar ia berhenti merokok. Hal tersebut dapat memperkuat intensi untuk berhenti merokok.

  Dukungan sosial dari pasangan dapat berperan secara langsung melalui perilaku modeling. Pasangan dapat mempengaruhi perokok untuk berhenti merokok dengan berperilaku tidak merokok sehingga dapat memperkuat intensi untuk berhenti merokok (Flay dalam Sarafino, 1994).

  Faktor-faktor stress dan kecemasan yang dapat menghambat sosial yang diberikan oleh pasangan. Menurut Fletcher dan Jones (Winnubst, dkk., 1996), menemukan bahwa dukungan sosial dapat berperan untuk mengatasi kecemasan. Smet (1994) menyebutkan bahwa dukungan sosial menunjuk pada hubungan interpersonal yang mampu melindungi diri dari konsekuensi negatif stress. Ia juga menambahkan bahwa individu dengan dukungan sosial yang tinggi dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi sehingga membuat mereka tidak begitu mudah diserang oleh stress. Hal itu didukung oleh penelitian Winnubst, dkk. (1996) yang menemukan bahwa dukungan sosial, khususnya dari pasangan dapat menurunkan stress.

  Dalam teori coping, dukungan sosial dilihat sebagai sumber coping terhadap stress yang potensial (Winnubst, dkk. 1996). Oleh karena bisa dikatakan bahwa dukungan sosial secara tidak langsung bisa memperkuat intensi berhenti merokok karena dukungan sosial membuat individu terlindungi dari stress sehingga perokok tidak perlu merokok lagi untuk mengurangi stress. Senada dengan pernyataan Shiffman (David, dkk., 2000) bahwa individu yang mempunyai cukup dukungan sosial cenderung tidak merokok karena dukungan sosial bisa digunakan untuk coping terhadap stress.

  22 I MEROKOK

  RHENT E NSI B

   INTE N A G DEN N A G BAGAN 2 PASAN AL AN SOSI G KUN DU N A G N U HUB

E. Hipotesis Penelitian

  Ada hubungan positif antara dukungan sosial pasangan dan intensi berhenti merokok.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk melihat hubungan yang terjadi antara

  variabel bebas dan variabel tergantung berdasarkan koefisien korelasi (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, untuk melihat hubungan dukungan sosial pasangan terhadap intensi berhenti merokok.

B. Subyek Penelitian

  Subyek pada penelitian ini adalah perokok pria yang ingin berhenti merokok, sudah menikah, pasangan wanita tidak merokok dan mempunyai masalah dengan kebiasaan merokok pasangannya. Perokok adalah individu yang dilaporkan merokok sekurang-kurangnya 1 batang dalam waktu 30 hari (Slovic, 2001). Metode pemilihan subyek dengan jenis sampel purposive

  sample . Kriteria subyek penelitian ini adalah : 1. Pasangan menikah berusia 25-30 tahun.

  Pemilihan usia dilakukan mengingat laki-laki di usia tersebut memiliki prevelansi perokok tertinggi (Rara, 2006).

  2. Pasangan tersebut bertemu selama 14-15 jam dalam sehari.

  Pembatasan ini dilakukan mengingat frekuensi bertemu akan

  C. Identifikasi Variabel Penelitian

  Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.

  1. Variabel Bebas : Dukungan sosial pasangan

  2. Variabel Tergantung : Intensi atau niat berhenti merokok

  D. Definisi Operasional

  1. Intensi Berhenti Merokok Intensi berhenti merokok adalah niat untuk berhenti merokok yang ditentukan oleh sikap terhadap perilaku berhenti merokok, norma subjektif yang berkaitan dengan perilaku merokok, dan kontrol perilaku. Intensi berhenti merokok dilihat dari aspek sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku.

  Variabel tersebut akan diukur dengan skala Intensi Berhenti Merokok. Interpretasi dilakukan berdasarkan skor total yang menunjukkan tinggi rendahnya intensi atau niatan untuk berhenti merokok. Semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi intensi untuk berhenti merokok. Semakin rendah skor total yang diperoleh, semakin rendah intensi untuk berhenti merokok.