Realitas Film Jokowi Sebagai Media Kampanye Politik (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce) - FISIP Untirta Repository

  

Realitas Film Jokowi Sebagai Media Kampanye

Politik

(Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)

  SKRIPSI

  

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Jurnalistik

Program Studi Ilmu Komunikasi

  

Oleh

Rangga Andriana

NIM 6662103245

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

  PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN IMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

  MOTTO & PERSEMBAHAN ….dan berbicaralah kepada mereka Dengan pembicaraan yang berbekas pada

  Jiwa mereka (Al-

Qur’an 4:63)

Skripsi ini kupersembahkan untuk Papah yang ada di Surga, dan Mamahku yang terus berjuang dalam hidupnya agar anaknya dapat mengangkat harkat, martabat dan derajat Keluarga untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

  

ABSTRAK

Rangga Andriana. NIM. 6662103245. Skripsi. Realitas Film Jokowi Sebagai

Media Kampanye Politik (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce).

Pembimbing I: Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom dan Pembimbing II: Puspita Asri

Praceka, S.Sos, M.Ikom

  Film mempunyai kemampuan untuk memberikan tekanan kepada masyarakat dan juga pemerintah mengenai sebuah realitas yang saat itu diangkat oleh sutradara. Film Jokowi adalah penggambaran realitas perjalanan hidup ketika Joko Widodo kecil hingga dewasa, namun peneliti melihat bahwa film ini juga digunakan sebagai media kampanye politik Jokowi. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana tanda, objek, interpretant dan realitas film Jokowi sebagai media kampanye politik. Penelitian ini menggunakan paradigm interpretif dan pendekatan kualitatif fenomenologi dengan metode yang digunakan dalam menafsirkan makna adalah metode analisis semiotika model tiga unsur makna Charles Sanders Peirce yaitu Sign/tanda, objek, dan intrepetant. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi tidak langsung yaitu mengamati Film Jokowi dan melakukan wawancara kepada informan untuk menguatkan hasil interpretasi data. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa fenomena dalam film ini mempunyai makna sign, objek dan intrepetant yang saling berhubungan satu sama lain dalam proses konstruksi realitas dalam film Jokowi. Selain itu fenomena Realitas film ini termasuk kedalam kegiatan kampanye politik, karena film tersebut membangun citra yang ingin ditanamkan dalam alam bawah sadar masyarakat menaruh simpati dan berprilaku sebagaimana yang diharapkan dalam kegiatan politik yaitu mendukung Jokowi. Film ini muncul bukan sebagai refleksi dari tokoh dan apresiasi dalam kehidupan seorang tokoh politik, tetapi film ini sengaja didesain sebagai media kampanye politik.

  Kata Kunci: Realitas, Film, Semiotika, Peirce, Kampanye Politik, Interpretif

  

ABSTRACT

Rangga Andriana. NIM. 6662103245. Undergraduate Thesis. Reality Film

Jokowi As Political Campaign Media (Semiotics Analysis of Charles Sanders

Peirce) Advisor I: Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom and Advisor II: Puspita Asri

Praceka, S.Sos, M.Ikom

Film has the ability to exert pressure on the community and the government

regarding a reality when it was appointed by the director. Jokowi movie is a

depiction of the reality of life's journey when Joko Widodo childhood to adulthood,

but researchers noticed that the film is also used as a medium for political

campaigns Jokowi. This study aims to see how the sign, object, interpretant and the

reality of the film as a medium Jokowi political campaigns. This study uses an

interpretive paradigm and phenomenological qualitative approach to the method

used in interpreting the meaning is the method of semiotic analysis model of the

three elements, namely the meaning of Charles Sanders Peirce Sign / signs, objects,

and intrepetant. Data collection techniques using indirect observation of observing

Film Jokowi and conducted interviews to informants to corroborate the results of

data interpretation. Results of the study revealed that the phenomenon in this film

has meaning sign, object and intrepetant are interconnected to one another in the

process of construction of reality in the film Jokowi. Besides the phenomenon of

reality this film included into the activities of a political campaign, because the film

that wants to build the image embedded in the subconscious of society sympathetic

and behave as expected in political activities that support Jokowi. This film appears

not as a reflection of the character and appreciation of the life of a political figure,

but the film is deliberately designed as a medium for political campaigns.

  Keywords: Reality, Movie, Semiotics, Peirce, Political Campaign

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Realitas Film Jokowi Sebagai Media Kampanye Politik (Analisis Semiotika Charles Sander Peirce)” dengan baik. Adapun penelitian ini dilakukan dan disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Dalam melakukan penelitian ini, penulis tetap bertumpu pada landasan akademis dan menggunakan teori komunikasi yang ada untuk mengupas dan mengemas hasil penelitian ini sehingga menjadi sebuah karya ilmiah yang diharapkan bermanfaat dan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya yang berhubungan dengan analisis semiotika.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan-kekurangan yang ada, sebagaimana fitrah manusia yang diciptakan oleh Tuhan tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Dan selama masa penyusunan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan, dorongan dan motivasi penting dari semua pihak. Maka dalam kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menghaturkan terima kasih yang

  1. Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW.

  2. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

  4. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos. M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi dan dosen pembimbing akademik penulis dari semester awal sampai akhir.

  5. Ibu Mia Dwianna S.Sos, M.Ikom selaku dosen pembimbing pertama yang telah banyak memberi waktu, bimbingan ilmu, arahan dan kesempatan pengalaman kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

  6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos. M.Ikom, selaku Sekertaris Jurusan Prodi Ilmu Komunikasi dan dosen pembimbing kedua yang juga telah banyak membagi ilmu dan masukan yang berarti kepada penulis.

  7. Bapak Idi Dimyati S.Ikom, M.Ikom yang telah banyak membantu penulis ketika penulis menjalani masa perkuliahan.

  8. Para Dosen dan staf TU Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas segala sumbangsihnya.

  9. Mamah tercinta yang tidak pernah lelah berdoa yang terbaik untuk anak mu ini, papah yang sekarang sudah bahagia di surga. Skripsi ini adalah bukti Rangga berhasil menyelesaikan pendidikan S1.

  10. Keluarga kecilku, istriku Dika Harisa S.Pd dan little son Adzka Fathir Andriana yang telah menemani, mengisi, memberi asa dan kebahagiaan

  11. Adik-Adiku tersayang Inka Cahya Ramadhani dan Fanny Cahya Megantari yang menjadi motivasi bagi penulis.

  12. Sahabat yang sudah seperti keluarga yaitu Edward Daniel Wehantau & Erends Lukas yang menemani penulis dari kecil hingga dewasa ini.

  13. Dua sahabat yang telah menemani penulis dari awal perkuliahan Nicko Rizfyanda Utama beserta keluarga dan Agung Gumelar beserta keluarga yang terus mendukung penulis sampai saat ini.

  14. Keluarga Besar Dugong Nadia Putri Riyanti, Sausan Saidah Sallam, Kinda Handayani, Indra Handayani dan Arfian Ssr yang selalu ada dikala senang atau pun susah dan selalu memberikan dukungan kepada penulis.

  15. Teman-Teman Jurnalistik Komunikasi Kelas J Angkatan 2010, Putut Wiro Reksono, Alief Krisna Fauzi, Sumardi Noviono, Lacuk, Maulana Yusuf, Otnay aka Suryanto, Romi Fatullah, Windi Tresnanda. Selalu semangat dalam menempuh perjanalan kuliah ini.

  16. Teman-teman seperjuangan Teguh Cipta, M. Fandi, Dhamar Indraloka, Step Ian Akbar, Akmal Alamsyah, Tirta Lestari Coppo, Natasya, Bunda Shinta, Sari Puji Fitriani dan Puput Jolie. Semangat buat kalian semua.

  17. Seluruh rekan BEM Fisip pimpinan Bang Dace. Terimakasih atas pengalaman yang berharga

  18. Seluruh rekan BEM Universitas pimpinan Bang Adam dan Bang Qubil.

  Terimakasih atas pengalaman yang berharga.

  19. Teman-teman KKM 109 Angkatan 2014 dan Seluruh Pengurus Desa

  20. Teman-Teman Pengurus Purna Paskibraka Kota Serang 2014 yang telah memberikan pelajaran pengalaman, etika, moral dan bekal ilmu kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan kalian semua dengan yang lebih baik, Amin. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, namun untuk seluruh pembaca pada umumnya.

  Serang, Februari 2015 Penulis Rangga Andriana

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Unsur Makna Peirce (Fiske 2006, 63) ................................... 24Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................. 40Gambar 3.3 Model Unsur Makna Peirce (Fiske 2006, 63) ................................... 55Gambar 4.4 Poster Film Jokowi ............................................................................ 58Gambar 4.5 Tokoh Notomiharjo ........................................................................... 59Gambar 4.6 Tokoh Sujiatmi .................................................................................. 60Gambar 4.7 Tokoh Jokowi .................................................................................... 60Gambar 4.8 Tokoh Iriana ...................................................................................... 61Gambar 4.9 Tokoh Wirorejo ................................................................................. 61Gambar 4.10 Bagian Scenes 1 .............................................................................. 65Gambar 4.11 Unsur Makna Scenes 1 .................................................................... 66Gambar 4.12 Bagian Scenes 2 .............................................................................. 72Gambar 4.13 Unsur Makna Scenes 2 .................................................................... 72Gambar 4.14 Lakon Wayang Semar ..................................................................... 75Gambar 4.15 Bagian Scenes 3 .............................................................................. 77Gambar 4.16 Unsur Makna Scenes 3 .................................................................... 78Gambar 4.17 Bagian Scenes 4 .............................................................................. 83Gambar 4.18 Unsur Makna Scenes 4 .................................................................... 84Gambar 4.19 Bagian Scenes 5 .............................................................................. 88Gambar 4.20 Unsur Makna Scenes 5 .................................................................... 89Gambar 4.21 Bagian Scenes 6 .............................................................................. 93Gambar 4.22 Unsur Makna Scenes 6 .................................................................... 93Gambar 4.23 Bagian Scenes 7 .............................................................................. 98Gambar 4.24 Unsur Makna Scenes 7 .................................................................... 99

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penjelasan Ikon, Indeks, Simbol ........................................................... 25Tabel 2.2 Perbedaan Kampanye Pemilu dan Kampanye Politik .......................... 38Tabel 2.3 Peneliti Terdahulu ................................................................................. 44Tabel 3.1 Sampel Unit Analisis ............................................................................ 53Tabel 4.1 Pembagian Tanda Scenes 1 ................................................................... 66Tabel 4.2 Pembagian Tanda Scenes 2 ................................................................... 73Tabel 4.3 Pembagian Tanda Scenes 3 ................................................................... 79Tabel 4.4 Pembagian Tanda Scenes 4 ................................................................... 84Tabel 4.5 Pembagian Tanda Scenes 5 ................................................................... 90Tabel 4.6 Pembagian Tanda Scenes 6 ................................................................... 94Tabel 4.7 Pembagian Tanda Scenes 7 ................................................................... 99

  

DAFTAR LAMPIRAN

   Lampiran 7 Transkip Wawancara Informan UtamaError! Bookmark not defined.

   Lampiran 9 Transkip Wawancara Informan Ahli . Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Media dalam sebuah komunikasi politik mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sarana publisitas politik terhadap masyarakat luas. Tentunya dengan tujuan khalayak mengetahui agenda politik setelah itu simpati dan menjatuhkan pilihannya kepada partai tersebut. Siapapun komunikator atau aktivis politik akan berusaha untuk menguasai media. Tak heran, barang siapa yang telah menguasai media, maka dia hampir memenangi pertarungan politik.

  Semenjak kemajuan teknologi dan informasi yang revolusioner, media cetak maupun elektronik mengantarkan informasi kepada khalayak sangat efektif.

  Pemanfaatan media untuk mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan bebas sejak Pemilu 1999 dan semakin menguat di Pemilu 2004 hingga Pemilu 2006 (Asfar 2006). Segala kegiatan yang ada nuansa politik diangkat media bertujuan tak hanya sebagai sarana publisitas namun juga mempengaruhi khalayak untuk memilihnya. Dengan itu penyaluran pesan kampanye politik dapat tersalurkan dengan efektif.

  Pesan di sini bisa dalam bentuk lambang-lambang pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan, atau bisa pula dengan melakukan kombinasi lambang hingga menghasilkan cerita, foto (still picture atau motion picture), juga media mekanis, teknik, dan sarana untuk saling bertukar lambang, namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan sebagai saluran komunikasi khususnya komunikasi politik.

  Media komunikasi yang dianggap efektif dan mempengaruhi khalayak diantaranya yaitu film. Selain sebagai sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, film juga sebagai salah satu media hiburan oleh masyarakat. Melalui media film, kekuasaan atau kelompok tidak hanya punya daya paksa tetapi juga mempunyai daya pukau yang sangat kuat serta mendominasi. Kekuasan yang dimaksud adalah dengan media film, orang tidak bisa mengelak atau menolak secara mentah-mentah sebab isi pesan dalam film. Film mempunyai kemampuan untuk memberikan tekanan kepada masyarakat dan juga pemerintah mengenai sebuah realitas yang saat itu diangkat oleh sutradara. Selain itu dengan media film, penyebaran isu/wacana dapat secara masiv disebar luaskan sehingga isu yang disampaikan dapat efektif. Hal tersebut juga berlaku bagi penyebaran kampanye politik dengan menggunakan media film.

  Film sebagai saluran komunikasi politik bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan politik yang akan mempermudahkan kepada setiap komunikator politik dalam menyampaikan dan memperkenalkan siapa dirinya kepada khalayak. Kehadiran film mampu memberikan warna tersendiri di tengah persaingan politik yang sedang terjadi, khususnya dalam penggunaan media kampanye politik. Film sebagai saluran media komunikasi politik bukan kali ini saja dilakukan, sudah sejak film penghianatan G 30-S PKI, dan Djakarta 1966 yang disutradai oleh Arifin C. Noer pada tahun 1982 yang digunakan oleh pemerintah pada saat itu sebagai alat propaganda.

  Film juga mempunyai nilai lebih dibanding dengan media lainnya seperti spanduk dukungan atau penggunaan media sosial. Dengan film, realitas yang diangkat dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga mempengaruhi emosi dan psikologis yang akan mempengaruhi khalayak sesuai yang diinginkan. Teknik pengambilan gambar, narasi cerita, aktor yang berperan, settingan waktu serta teknik permainan emosi dan psikologis yang dilakukan oleh pekerja film menjadi nilai lebih yang menjadikan film sebagai media dengan impact yang efektif.

  Film Jokowi hadir di tengah-tengah persaingan menjelang pemilihan presiden yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014. Film ini menjadi salah satu media kampanye Calon Presiden Joko Widodo & Jusuf Kalla yang disutradai oleh KK Dhereraj. Film Jokowi menceritakan kisah Joko Widodo sejak kecil hingga kuliah. Proses perjalanan hidup Joko Widodo yang panjang dirangkum menjadi film yang berdurasi selama kurang lebih dua jam.

  KK Dheraaj sebagai sang sutradara, membuat film tentang perjalanan hidup Jokowi. Tentu saja hal ini tergambar dengan jelas dari menit pertama bahwa KK Dheraaj hendak menjawab siapa Jokowi dan menjelaskan kampanye negatif yang menyebutkan Jokowi keturunan etnis Thionghoa dan beragama Kristen (Kapanlagi.com diakses 14 januari 2015).

  Dalam film Jokowi tersebut, khalayak tidak diperlihatkan secara langsung bahwa isi film terdapat unsur kampanye, seperti dukungan atau mengajak khlayak yang menonton untuk mendukung Joko Widodo. Namun khalayak diajak untuk melihat bagaimana perjalanan hidup Joko Widodo. Realitas Joko Widodo yang dibentuk oleh sutradara juga bukan sepenuhnya realitas yang telah terjadi. Realitas dalam film Jokowi dibentuk dan dikonstruksi dengan adegan-adegan seperti adegan dimana Jokowi “dibully” oleh teman sekelasnya, adegan rumah kontrakan yang digusur secara paksa, adegan dimana dia jatuh cinta dengan Iriana sehingga adegan- adegan tersebut sengaja dikonstruksi untuk mempengaruhi emosi dan psikologis penonton.

  Dalam penelitian ini akan dibahas masalah simbol, tanda, lambang dan gambar. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan analisis semiotik dari Charles Sanders Peirce dan peneliti akan menjelaskan tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal dan kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakan ia namakan intepretan dari tanda pertama, tanda itu menunjukkan sesuatu yakni obyeknya (Fiske 2006, 69).

  Serta dikaji dengan jenis-jenis tanda berdasarkan hubungan obyek dengan tanda, yaitu ikon yang menunjukkan kemiripan dengan obyeknya. Indeks merupakan tanda yang hubungan eksistensinya langsung dengan obyeknya, dan tersebut agar setiap simbol-simbol yang muncul dalam film bertema perjalanan hidup tersebut terbukti sebagai kampanye politik.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana realitas film Jokowi sebagai media kampanye politik (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)?

  ”

  1.3 Identifikasi Penelitian

  Setelah mengetahui rumusan masalah yang terjadi maka identifikasi penelitian sebagai berikut: 1)

  Bagaimana Makna Tanda/Representament yang digunakan di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

  2) Bagaimana Makna Objek yang digunakan di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

  3) Bagaimana Makna Intrepetant yang digunakan di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

  4) Bagaimana Realitas yang dibentuk di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

  1.4 Tujuan Penelitian

  1) Untuk mengetahui Makna Tanda/Representament yang digunakan di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

  2) Untuk mengetahui makna Objek yang digunakan di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

  3) Untuk mengetahui makna Intrepetant yang digunakan di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

  4) Untuk mengetahui Realitas yang dibentuk di Film Jokowi sebagai bentuk kampanye politik.

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian menggunakan analisis semiotika pada Film Jokowi

  1.5.1 Manfaat Akademis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontrIbusi bagi pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya pada kajian media film dengan menggunakan metode semiotika mengenai penggunaan media sebagai alat kampanye politik dalam hal ini media film.

  1.5.2 Manfaat Praktis

  Diharapkan penelitian tentang film Jokowi ini, bisa memberikan manfaat bagi banyak orang (khalayak), dalam menganalisis setiap pesan dari media massa, terutama film. Sehingga khalayak bisa menangkap dan menerapkan isi dari pesan tersebut, baik pesan yang tampak maupun pesan yang tidak tampak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Interpretif

  Ada berbagai cara pandang atau paradigma yang dapat digunakan oleh seseorang (peneliti) di dalam menjalani suatu proses kehidupan (mengkaji suatu persoalan ilmu). Penggunaan paradigma tertentu akan menghasilkan tindakan (simpulan temuan) tertentu pula, yang tindakan (simpulan temuan) itu akan sangat berbeda jika menggunakan paradigma yang lain.

  Dalam konteks akademik, paradigma dimaksudkan sebagai cara pandang seseorang (peneliti) dalam mengembangkan suatu pengetahuan (melalui penyelidikan ilmiah). Peneliti memiliki seperangkat keyakinan atas riset dan apa yang dilakukannya dalam suatu penyelidikan ilmiah tersebut. Di dalam riset ilmu sosial (dalam mana akuntansi ada di dalamnya) yang dimensinya meliputi obyektifisme dan subyektifisme, setidaknya dikenal empat paradigma utama yaitu fungsionalisme, interpretifisme, radikal humanisme, dan radikal strukturalisme (Burel and G. Morgan 1979, 82), atau tiga paradigma meliputi mainstream (positivisme), interpretifisme, dan kritisisme.

  Dalam buku Miller (2002) kehidupan sehari-hari kita dihadapkan kita dihadapkan sekaligus dengan keteraturan dan ketidakaturan interaksi komunikasi, situasi-situasi yang terjadi mungkin biasa (kecil) ataupun luar biasa (besar). mampu menangkap keruwetan, nuansa, dan kompleksitas dari interaksi manusia (Ardianto 2007, 124).

  Paradigma Interpretif menekankan bahwa penelitian pada dasarnya dilakukan untuk memahami realitas dunia apa adanya. Suatu pemahaman atas sifat fundamental dunia sosial pada tingkatan pengalaman subyektif. Pemahaman yang menekankan keberadaan tatanan sosial, konsensus, integrasi dan kohesi sosial, solidaritas dan aktualitas.

  Paradigma interpretif yang berakar dari tradisi pemikiran German ini mencakup suatu rentang pemikiran filosofis dan sosiologis yang luas, namun memiliki karakteristik upaya yang sama untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial. Kesamaan tersebut terutama berpangkal dari titik pandang bahwa aktor secara langsung terlibat dalam proses sosial. Dengan demikian maka dalam mengkonstruksi ilmu sosial seharusnya tidak berfokus pada analisis struktur oleh karena dunia sosial adalah realitas yang tidak independen dari kerangka pikiran manusia sebagai aktor sosial. Aliran-aliran pemikiran yang termasuk dalam paradigma interpretif ini adalah hermeneutika, solipsisme, fenomenologi, interaksionisme simbolik, dan ethnometodologi, serta etnografi (Burel and G.

  Morgan 1979, 235)

2.2 Tradisi Semiotik

  Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu bertalian dengan tanda. Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotik (tanda, pemaknaan, denotatum dan interpretan) dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan ada prasyaratnya dipenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan dan ada interpretasi.

  Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, ide, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri (Littlejohn 2011, 53).

  Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hamper semua perspektif yang sekarang ditetapkan pada teori komunikasi (Littlejohn 2011, 53).

  Konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain seperti ketika asap menandakan adanya api. Konsep dasar kedua adalah simbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan simbol. Tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak (Littlejohn 2011, 54).

  Menurut Morris (dalam Littlejohn 2001, 55) dalam kajiannya, tradisi semtiotik selalu dibagi ke dalam tiga wilayah kajian yaitu semantik, sitaktik, dan pragmatik. Wilayah kajian pertama yaitu Semantik, semantik berbicara tentang ditunjukkan oleh tanda- tanda. Kapanpun kita memberikan sebuah pertanyaan “Apa yang direpresentasikan oleh tanda?” maka kita berada dalam ranah semantik (Littlejohn 2011, 55). Sebagai contoh, kamus merupakan referensi semantik: ia mengatakan apa arti kata atau apa yang mereka representasikan. Sebagai prinsip dasar semiotic, representasi selalu dimediasi oleh interpretasi sadar seseorang dan interpretasi atau arti apa pun bagi sebuah tanda akan mengubah satu situasi ke situasi lainnya.

  Wilayah kajian kedua dalam semiotik adalah sintaktik atau kajian hubungan di antara tanda-tanda. Tanda-tanda sebetulnya tidak pernah berdiri dengan sendirinya. Hampir semuanya selalu menjadi bagian dari system tanda atau kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dalam cara-cara tertentu (Littlejohn 2011, 55). Oleh karena itu, sintaktik mengacu pada aturan-aturan yang dengannya orang mengombinasikan tanda-tanda ke dalam system makna yang kompleks.

  Semiotik tetap mengacu pada prinsip bahwa tanda-tanda selalu dipahami dalam kaitannya dengan tanda-tanda lain.

  Wilayah kajian ketiga yaitu Pragmatik, kajian ini memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial. Cabang ini memiliki pengaruh yang paling penting dalam teori komunikasi karena tanda-tanda dan system tanda dilihat sebagai alat komunikasi manusia (Littlejohn 2011, 56). Semiotika pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, semiotik menjadi dasar peneliti untuk mengkaji dan mengetahui pesan dari tanda- tanda yang muncul dalam film Jokowi.

2.3 Komunikasi Massa

2.3.1 Pengertian Komunikasi Massa

  Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin: communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

  Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy 2001, 9). Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos atau serba hadir. Artinya komunikasi berada di manapun dan kapanpun juga.

  Menurut Carl I. Hovland dalam karyanya yang berjudul Social

  

Communication memunculkan istilah science of communication yang didefenisikan

  sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara setepat- tepatnya asas-asas penstransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap (Effendy 2001, 13).Sedangkan menurut Fisher (Arifin, 2003:20), komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos atau serba hadir, artinya komunikasi berada di manapun dan kapanpun juga. Rumusan komunikasi yang sangat dikenal orang adalah rumusan yang dibuat oleh Harold Lasswell. Menurut Lasswell (Mulyana

  

effect”. jadi, jika dipilah-pilahkan akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam

  komunikasi, yaitu: 1. komunikator (communicator)

  Siapa yang mengatakan 2. pesan (message)

  Apa yang dikatakan 3. media (channel)

  Media apa yang digunakan 4. Kepada siapa pesan disampaikan komunikan (communicant)

  5. efek (effect) Akibat yang terjadi

  Pengertian komunikasi massa merujuk, kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass

  

communication is messages communicated through a mass medium to a large

number of people ). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa

  itu harus menggunakan media massa.

  Menurut Mulyana (Mulyana 2000, 75) komunikasi massa (mass

  

communication ) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak

  (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada

  Selain pengertian di atas, beberapa ahli komunikasi juga mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi massa. Joseph A. Devito merumuskan komuni kasi massa menjadi dua hal, yaitu: “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang bersifat audio atau visual. Komunikasi massa menjadi lebih logis jika didefenisikan menurut bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, tabloid, film

  , dan pita” (Ardianto, 2004:6). Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4).

  Menurut Joseph R. Dominick mendefenisikan komunikasi massa sebagai suatu proses di mana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.

  Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

  Menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri (Severin dan Tankard, 2007:4), yaitu:

  1.Komunikasi massa yang diarahkan kepada audience yang relatif besar, heterogen dan anonim.

  2.Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audience secara serempak dan sifatnya sementara.

  3.Komunikator cenderung berada atau beropersi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

2.3.2 Komponen Komunikasi Massa

  Komunikasi massa pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Walaupun komunikasi massa dalam prosesnya bersifat satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya.

  Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004:36-42). a.

  Komunikator Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara massal, dan didistribusikan kepada massa.

  b.

  Pesan Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya.

  c.

  Media Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instananeous).

  d.

  Khalayak Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak.

  e.

  Filter dan Regulator Komunikasi Massa Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan di – filter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya. f.

  Gatekeeper (Penjaga Gawang) Dalam proses perjalanannya sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeeper ikut terlibat di dalamnya. Gatekeeper dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima.

2.3.3 Karakteristik Komunikasi Massa

  Menurut Severin dan Tankard yang dikutip Suprapto dalam bukunya “Pengantar Teori Komunikasi” (2006:13-14) berdasarkan sifat-sifat komponen, komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut:

  1. Berlangsung satu arah Bandingkan dengan komunikasi antar personal yang berlangsung dua arah. Dalam komunikasi massa feedback baru akan diperoleh setelah komunikasi berlangsung.

  2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga Informasi yang disampaikan melalui media massa merupakan produk bersama.

  Seorang komunikator dalam media massa bertindak atas nama lembaga dan nyaris tak memiliki kebebasan individual.

  3. Pesan-pesan bersifat umum Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa pada umumnya bersifat umum (untuk orang banyak).

  4. Melahirkan keserempakan Bagaimana kekuatan sebuah radio siaran melalui acara tertentu memaksa pendengarnya untuk secara serempak mendengarkan acara tersebut. massa harus benar-benar mempersiapkan semua ide atau informasi yang akan disampaikan sebaik mungkin sebelum disebarluaskan.

2.3.4 Fungsi Komunikasi Massa

  Di samping memiliki cirri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” (2004:15-18) adalah sebagai berikut: 1.

  Surveillance (Pengawasan) Pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang mempekerjakan pengawasan.

  2. Interpretation (Penafsiran) Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga informasi beserta penafsiran mengenai suatu peristiwa tertentu. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.

  3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

  4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat dan dengan membaca, mendengar, dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

  5. Entertainment (Hiburan) Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali

2.4 Teori Interpretif

  Teori interpretif berarti pemahaman berusaha menjelaskan makna suatu tindakan. Karena tindakan dapat memiliki banyak arti, maka makna tidak dapat mudah diungkapkan begitu saja. Interpretif secara harfiah merupakan proses aktif dan inventif. Teori interpretif umumnya menyadari bahwa makna dapat berarti lebih dari apa yang dijelaskan oleh pelaku. Jadi interpretasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan makna.

  Pada teori ini karakteristik umum yaitu penekanan terhadap peran subjektifitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Makna merupakan konsep kunci dan pengalaman dipandang sebagai meaning centered, dan bahasa keputusan absolute tentang fenomena yang diamati. Pengamatan menurut interpretif hanyalah sesuatu yang bersifat tentative dan relatif. Dalam penelitian ini teori intepretif ditunjukkan untuk memahami fenomena yang diamati dan menginterpretasikan makna-makna yang muncul pada film Jokowi sebagai media kampanye politik.

2.5 Teori Fenomenologi

  Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Phainoai, yang berarti ‘menampak’ dan phainomenon merujuk pada ‘yang menampak’. Istilah ini diperkenalkan oleh Johann Heirinckh. Istilah fenomenologi apabila dilihat lebih lanjut berasal dari dua kata yakni; phenomenon yang berarti realitas yang tampak, dan logos yang berarti ilmu. Maka fenomenologi dapat diartikan sebagai ilmu yang berorientasi unutk mendapatan penjelasan dari realitas yang tampak. Lebih lanjut, Kuswarno menyebutkan bahwa Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas (pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain) (Kuswarno 2009, 2).

  Alfred Schutz merupakan orang pertama yang mencoba menjelaskan bagaimana fenomenologi dapat diterapkan untuk mengembangkan wawasan ke dalam dunia sosial. Schutz memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain, akan tetapi ia hidup dalam aliran kesadaran diri sendiri.

  Perspektif yang digunakan oleh schutz untuk memahami kesadaran itu dengan kehdupan-dunia (life-world) atau dunia kehidupan sehari-hari (Ritzer and Goodman 2007, 94).

2.6 Teori Semiotika Charles Sander Peirce

  Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti”tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dan dapat dianggap mewakil sesuatu yang lain (Sobur 2004, 95). Secara terminologis, semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengan; cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda- tanda lain, pengirimannya, dan penerimaan oleh mereka yang mempergunakannya (Sujiman and Zoest 1992, 5).

  Semiotik ini menekankan pada fungsi tentang yang tanda yang kita gunakan dalam rangka komunikasi baik itu secara verbal, non verbal dan maupun visual (Senel 2007, 118). Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks (Pawito 2007, 155-156). Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk sistem lambang

  

(sign) baik yang terdapat pada media massa maupun yang terdapat diluar media

massa.

  Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks berupa lambang-lambang (signs). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis yang oleh ilmu semiotika merupakan sebuah kode. Kode mempunyai sejumlah unit (atau kadang-kadang satu unit) tanda. Cara menginterpretasi pesan-pesan yang tertulis yang tidak mudah dipahami. Jika kode sudah diketahui, makna akan bisa dipahami. Dalam semiotik, kode dipakai untuk merujuk pada struktur perilaku manusia (Rachmat 2006, 269).

  Jika dalam teks kita dapat memilih dan menghubungkan tanda-tanda dalam hubungannya dengan kode-kode yang sudah kita kenali maknanya, selanjutnya dilanjutkan kepada sasaran informasi atau pembaca yang kita inginkan. Karena sistem tanda sifatnya konteksual dan bergantung pada pengguna tanda. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.

  Dalam membaca sebuah teks, pembaca menginterpretasikan tanda dengan acuan yang telah dipahami dan dimengerti. John Fiske menyebut bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi utama, yaitu (Fiske 2006, 60): a.

  Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

  b.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Makna Dan Bahasa Visual Pada Iklan Papan Reklame Kampanye Politik (Analisis Semiotika Iklan Papan Reklame Kampanye Politik Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2013)

2 75 185

Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi

8 66 109

Representasi Pesan Konspirasi Politik dalam Film Shooter (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Pesan Konspirasi Politik dalam Film Shooter)

4 32 98

Tinjauan Makna Dan Bahasa Visual Pada Iklan Papan Reklame Kampanye Politik (Analisis Semiotika Iklan Papan Reklame Kampanye Politik Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2013)

0 0 14

BUDAYA INDONESIA DALAM PROGRAM SERI KOMEDI MOCKUMENTARY “MALAM MINGGU MIKO 2” CERITA ‘MALAM BARU MIKO’ DI KOMPAS TV (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce) - Institutional Repository ISI Surakarta

0 1 151

REPRESENTASI ANAK SEKOLAH DALAM SINETRON LOVEPEDIA EPISODE “RUMUS CINTA GURU PRIVATE” DI TRANS TV (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce) - Institutional Repository ISI Surakarta

0 0 83

PENGADEGANAN TOKOH SOEGIJA DALAM FILM SOEGIJA KARYA GARIN NUGROHO (Studi Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce) - Institutional Repository ISI Surakarta

0 0 93

Pesan Moral dalam Film “7 Petala Cinta” (Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 4 97

Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama dalam Film "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 78

Perahu Pinisi Sebagai Lambang Kabupaten Bulukumba (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89