Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi

(1)

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL

DALAM FILM JOKOWI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh :

Ishmatun Nisa

NIM 1110051000065

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, November 2014


(5)

i ABSTRAK Ishmatun Nisa

Analisis Semiotika Pesan Moral Film Jokowi

Seiring berkembangnya zaman, penyampaian pesan dakwah yang salah satunya adalah pesan moral yakni dengan menggunakan media elektronik, media cetak, dan internet. Begitu juga dengan film, yang menjadi sarana bagi para movie

maker untuk menuangkan ide kreatifnya tanpa batas. Keberadaan film juga

disukai berbagai kalangan masyarakat, dari anak-anak, remaja, sampai dewasa yang juga sebagai media komunikasi. Dengan media film bisa meningkatkan inovasi dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah termasuk pesan moral.

Film Jokowi adalah film fiksi yang dibuat berdasarkan kehidupan masa kecil Jokowi seorang anak miskin yang ingin merubah kehidupannya hingga dia menjadi walikota Solo, kemudian gubernur DKI Jakarta, dan sekarang adalah sebagai calon presiden Republik Indonesia. Dimana dalam cerita kehidupan masa kecilnya mengandung banyak pesan moral yang memang ditujukan untuk seluruh kalangan masyarakat khususnya kaum muda. Kemudian muncul pertanyaan,

representamen, object, dan interpretant apa saja yang terdapat dalam film

Jokowi? Kemudian, apa saja pesan moral yang terdapat dalam film Jokowi?

Teori yang digunakan adalah teori Charles Sanders Pierce yaitu dengan melihat tanda representamen (ikon, indeks, simbol), object, dan interpretant. Ikon, indeks, dan simbol adalah trilogi tanda dalam teori ini. Dan tanda-tanda tersebut bekerja untuk menghasilkan makna.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Data yang didapatkan dalam penelitian ini bersumber dari DVD Film

Jokowi digabungkan dengan buku-buku yang membahas mengenai film dan pesan

moral, wawancara, dan juga dokumentasi.

Kesimpulannya adalah dalam film Jokowi ini dari sepuluh Scene ini menjelaskan tentang sifat toleransi, hubungan kepada Tuhan, berbakti kepada orang tua, syukur, tolong menolong, rajin, ulet, dan sebagainya. Sepuluh Scene tersebut mengandung pesan-pesan moral yang bisa dicontoh untuk para anak-anak agar tertanam pada diri mereka sifat-sifat atau moral yang mulia. Serta bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk mencapai masa depan yang gemilang.

Kata kunci: Film Jokowi, Joko, semiotika, semiotika Charles S. Pierce, pesan moral.


(6)

ii

berkah, kekuatan, dan atas izin yang diberikan-Nya. sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir karya tulis ilmiah ini.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada yang tersayang, penyeru kebenaran, pembawa keberkahan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita tetap istiqomah menjadi umatnya hingga hari kiamat. Aamiin.

Selama proses penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM FILM JOKOWI penulis banyak mendapat bantuan, dukungan, serta bimbingan baik secara moril, materil, maupun akademis dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Bapak Suparto Ph.D, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr. Sunandar Ibnu Noer, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA, dan Sekertaris Jurusan KPI Ibu Fita Fathurrokmah, SS., M.Si yang membantu penulis dalam menjalankan


(7)

iii

proses birokrasi yang ada. Serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang baik dan benar.

4. Bapak Drs. S. Hamdani, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Staf Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpusatakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari bahan referensi penelitian ini.

7. Kedua orang tua saya, Bapak Abdul Kalim dan Ibu Titing Aisyah, S.Pd.SD, yang tidak pernah lelah dalam mendidik anak-anaknya, terimakasih untuk kasih sayang, do’a, nasihat, serta fasilitas yang diberikan. Adik saya Nur Muhammad Imannuddien dan Aghnia Ulya Musyarrofatul Maula terimakasih untuk warna-warni dalam kesehariannya. Emak Saya, dan keluarga terimakasih sudah bekerja di rumah dan membantu saya dengan kesabaran yang luar biasa selama 18 tahun ini.

8. Keluarga Besar Drs. H. A. Mumun Solihin dan Hj. Ai Aminah (Kota Sukabumi, Jawa Barat) dan Keluarga Besar (Alm) Bakri dan (Alm) Siti


(8)

iv

sayang, pengertian, waktu, tenaga, fasilitas, dan semua motivasi dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Terimakasih untuk Azhar Kinoi Lubis, selaku narasumber penulis yakni sutradara film Jokowi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan data-data untuk melengkapi skripsi ini.

11.Sahabat tercinta Iveta Rahmalia dan Gina Dwi Nur Afifah terimakasih atas pengertian, kesabaran, dan keceriaan yang luar biasa selama ini dan dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.

12.Alvionita Jayussarah, S.Kom.I dan Marisa Febrilian, S.I.Kom terimakasih telah membantu memberikan arahan dan pinjaman buku yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Teman-teman Kece (Andari Novianti, Alfia Nurlayla, Ais Muflihah, Diana Nopiana, Miftakhul Aida, dan Safitri) dan seluruh anggota KPI B 2010 terimakasih untuk kesabaran, bantuan, dukungan, dan keceriaan selama pembuatan skripsi ini dan selama 4 tahun ini.

14.Teman-teman dan senior dari HMJ KPI dan HMI Komfakda terimakasih atas ilmu dan pengalamannya selama saya bergabung.

15.Seluruh bagian yang membantu saya selama ini yang tidak tercantum dalam halaman ini, saya ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila adanya kesalahan yang saya lakukan.


(9)

v

Tangerang Selatan, November 2014


(10)

vi

KATA PENGANTAR………...………ii

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR………...………... viii

DAFTAR TABEL………..……….…... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..……….. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………... 4

D. Tinjauan Pustaka………..………. 5

E. Metodologi Penelitian………... 6

F. Sistematika Penulisan……….. 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Semiotika …...…...…...……….. 11

1. Pengertian Semiotika …….………...…..………...…….. 11

2. Semiotika Charles Sanders Pierce ……… 12

B. Pesan Moral………..15

C. Tinjauan Tentang Film……….………... 17

1. Pengertian Film………..………..……… 17

2. Unsur-unsur Pembentuk Film ………..………… 18

3. Jenis dan Klasifikasi Film………..………... 19

4. Struktur Film…………..………... 22

5. Sinematografi………..……….. 23


(11)

vii

BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI

A. Sekilas Tentang Film Jokowi……...……... 27

B. Konsep Film Jokowi ……….. 29

C. Visi dan Misi film Jokowi………... 29

D. Sinopsis Film Jokowi ………. 29

E. Karakter Pemain…….………. 31

F. Profil Sutradara ……….. 32

G. Profil Pemain Inti Film Jokowi ……….. 33

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Temuan Data………..………... 40

B. Makna Representamen, Object, dan Interpretant ………….. 44

C. Interpretasi Penulis Terhadap Film Jokowi.……….... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………..………..…… 78

B. Saran ………..………..………... 79

DAFTAR PUSTAKA……….……….… 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

Gambar 2.2 Unsur-unsur Pembentuk Film ………..……… 18

Gambar 3.1 Foto Azhar Kinoi Lubis……..………..………...…. 32

Gambar 3.2 Foto Teuku Rifnu Wikana………. 33

Gambar 3.3 Foto Prisia Nasution..……… 34

Gambar 3.4 Foto Susilo Badar……….. 35

Gambar 3.5 Foto Ayu Diah Pasha...……… 36

Gambar 3.6 Foto Landung Simatupang………...………. 37


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Tanda Teori Semiotika Pierce……….. 13

Tabel 2.2 Skema Genre Induk Primer dan Sekunder………..……….. 22

Tabel 4.1 Scene 1: Kakek Bercerita Menggunakan Wayang Kepada Joko …… 45

Tabel 4.2 Scene 2: Tarti Mengajak Joko Pergi Bersama ………... 48

Tabel 4.3 Scene 3: Anto Memberi Joko Uang ………. 51

Tabel 4.4 Scene 4: Ibu Guru Mengumumkan Nilai Ulangan ………... 54

Tabel 4.5 Scene 5: Bapak dan Joko Sedang Memancing di Sungai ……… 57

Tabel 4.6 Scene 6: Joko Akan Berangkat Sekolah ……….. 60

Tabel 4.7 Scene 7: Joko Sedang Memili Kaset Musik Rock ………... 63

Tabel 4.8 Scene 8: Ibunda Joko Sedang Berdo’a Setelah Shalat ……… 66

Tabel 4.9 Scene 9: Joko Menebus Jam Tangan Bapak ……… 68


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak pernah luput dari komunikasi. Proses interaksi berinteraksi sosial melalui simbol dan sistem pesan. Komunikasi pasti memiliki tujuan. Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima. Harold Laswell menegaskan bahwa “cara paling sederhana menggambarkan komunikasi adalah Siapa? Berkata apa? Melalui saluran apa? Kepada siapa? Dan dengan efek apa?”1

Di zaman globalisasi saat ini, kemajuan teknologi media komunikasi dengan berbagai jenis terus meningkat. Ini membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat dunia. Banyak faktor yang mengajak manusia untuk hidup serba instan, mewah, dan budaya barat yang telah masuk ke masyarakat Indonesia dari berbagai sisi. Hal ini menjadikan adanya pergeseran tata nilai moral dan budaya yang terjadi.

Beragam media komunikasi baik visual dan audiovisual pun hadir di masyarakat. Hal ini menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia. Apalagi inovasi yang terus muncul dalam media komunikasi menjadikan menjadi lebih canggih dari sebelumnya. Ini dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebagai media berdakwah dalam peningkatan iman dan takwa. Media komunikasi juga dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam

1

Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Kelima, (Jakarta, Erlangga, 2008), h. 5.


(15)

2

2

Islam atau yang diterima masyarakat. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk lebih berinovasi melalui media komunikasi dalam menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.

Pesan moral yang disampaikan melalui media komunikasi sangat banyak jenisnya. Salah satunya adalah melalui media film yang bersifat komprehensif bagi masyarakat. Film merupakan karya estetika dan alat informasi yang memiliki sifat penghibur dan dapat menjadi sarana edukasi bagi penikmatnya. Di sisi lain juga dapat menyebarluaskan nilai-nilai budaya baru.

Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya memiliki kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film juga sangat berpengaruh.2

Film muncul dari kreatifitas. Diperlukan ide-ide, konsep, teknis, dan memerlukan waktu dan proses yang panjang untuk menghasilkan karya yang berkualitas secara visual dan verbal. Pencarian ide atau gagasan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti mengangkat kisah dari novel, kisah nyata, cerpen, puisi, dongeng, atau bisa juga mengacu pada catatan pribadi. Salah satu film yang diangkat dari kisah nyata adalah Jokowi.

Film Jokowi berusaha memberi warna pada perfilman Indonesia. Film ini banyak mengungkap pesan-pesan moral dan sosial yang ditujukan bagi generasi muda agar semangat menggapai kehidupan yang lebih baik lagi. Film ini merupakan kisah nyata anak tukang kayu yang miskin yang sukses memimpin

2

Rivers, L. William, dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 252.


(16)

3

kota Solo yakni Ir. H. Joko Widodo. Dari pesan moral yang dia dapatkan dari orang tua, situasi, pengalaman, dan keadaan yang dia rasakan mengungkap bahwa untuk maju tidak perlu melihat latar belakang yang susah. Semua dapat maju asalkan terus berusaha dan berdo’a.

Sosok Jokowi memiliki nilai lebih di mata masyarakat. Saat kepemimpinannya sebagai walikota Solo beliau masuk ke dalam sepuluh besar walikota terbaik di dunia. Dan juga banyak gebrakan-gebrakan dalam kebijakan dan hasil-hasil yang ditunjukkan dari kepemimpinannya. Hal ini langsung menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Kota Solo berhasil maju drastis di berbagai sektor melalui tangan Jokowi.

Film ini mendapat sambutan yang sangat baik bagi masyarakat Indonesia. Saat peluncuran film ini, beliau sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta. Beliau dikenal merakyat, sederhana, dan gemar blusukan. Karena sosok pemimpin seperti ini sudah jarang ditemui di Indonesia. Hal ini menjadikan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) terus meningkat di masyarakat Indonesia. Apalagi saat ini beliau adalah salah satu calon presiden 2014-2019.

Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tanda-tanda komunikasi yang tersirat di dalamnya dan makna simbolis mengenai pesan moral yang disampaikan pada film Jokowi. Dari apa yang telah dipaparkan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skripsi, yaitu: ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM FILM “JOKOWI”.


(17)

4

4 B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka apa yang menjadi sorotan dalam film ini adalah sepuluh adegan (scene) baik secara visual dan verbal yang berisi pesan moral. Peneliti menganalisis tanda-tanda sebagai bentuk representasi yang terkandung di dalamnya.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Apa representamen, object, dan intrepretant yang terdapat dalam

film Jokowi?

b. Bagaimana interpretasi penulis terhadap film Jokowi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Melihat permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitan ini adalah mengetahui dan memahami representamen,

object, dan intrepretant yang terdapat dalam film Jokowi.

2. Manfaat penelitian terbagi menjadi: a. Manfaat Akademis

Menambah informasi dan referensi perkembangan dunia film sebagai sarana komunikasi dan fungsinya sebagai penyampaian pesan-pesan positif diberbagai sisi. Salah satunya adalah pesan moral.


(18)

5

Adanya kesadaran masyarakat bahwa film saat ini tidak hanya sekadar tontonan atau hiburan saja, tetapi dapat berdiri sendiri, menyampaikan pesan, dan penuh makna.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para akademisi dakwah dalam mengemas pesan melalui media audio visual yaitu film. Moral selain itu, dapat menambah informasi bagi penelitian yang sama dalam pembahasan analisis semiotika film.

D. Tinjauan Kepustakaan

Sebelum peneliti melakukan analisis semiotika terhadap film Jokowi, telah ada penelitian-penelitian sebelumnya yang menganalisis makna dan tanda menggunakan semiotika sebagai metode analisis maupun penelitian yang meneliti film dengan metode yang sama ataupun berbeda. Adapun dua penelitian terdahulu yang menggunakan semiotika sebagai metode penelitian untuk menganalisis makna dan film sebagai unit analisisnya.

1. “Analisis Semiotik Pesan Moral Film Three Idiots”, oleh Mohamad Samlawi, tahun 2013, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. “Analisis Semiotika Film CIN(T)A Karya Sammaria Simanjuntak”, oleh Nurlaelatul Fajriah, tahun 2011, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(19)

6

6

Banyaknya skripsi mengenai semiotika yang ada, tetapi penulis tidak menemukan skripsi tentang Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis adalah orang pertama yang mengambil skripsi mengenai hal tersebut.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif. Jenis penelitian kualitatif berfungsi untuk menjelaskan suatu fenomena atau objek penelitian sekomprehensif mungkin melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.3 Disamping itu, pendekatan ini juga memungkinkan peneliti untuk menggunakan data sebaik mungkin hingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis, konseptual, kategoris, dan fleksibel.

“Menurut Denzim dan Lincoln (1987), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.”4

Penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang mengandalkan data, tidak menjadikan populasi atau sampling sebagai prioritas. Yang ditekankan kualitas bukan kuantitas. Dalam proses pembentukannya, penelitian kualitatif ini dikemas secara deskriptif. Sifat penelitian deskriptif ini

3

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 56.

4

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, h. 5.


(20)

7

bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.5

Penelitian kualitatif-deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dan semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

lainnya.6

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik, yang secara umum bersifat kualitatif deskriptif. “Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.”7

Peneliti memilih analisis semiotika Charles S. Pierce untuk menganalisis film Jokowi ini.

3. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada pemeran penting dalam film ini yakni sosok Joko. Beberapa potongan gambar dalam film ini diamati dan dianalisis berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

5

Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 69.

6

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11.

7


(21)

8

8 4. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan dokumen maupun literatur yang mendukung penelitian. Data-data yang dikumpulkan dalam teknik ini terbagi dua, yaitu:

1) Data Primer

Studi dokumentasi yang dilakukan penulis dengan melakukan pencarian sebelas scene film Jokowi yang mengandung pesan moral. Sepuluh scene itu diambil dari DVD Original Film Jokowi sebagai data primer.

2) Data Sekunder

Selain pengumpulan data primer, penulis juga melakukan pencarian melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini sebagai data sekunder. Mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi penelitian melalui buku, artikel, dan internet.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Proses percakapan ini dilakukan langsung (face to face) dengan penulis yang merupakan sutradara film Jokowi yakni Azhar Kinoi Lubis untuk mengklarifikasi tentang informasi film Jokowi.


(22)

9 5. Unit Analisis

Berdasarkan subjek pada penelitian ini yakni film, maka unit analisis dalam penelitian ini meliputi tanda-tanda verbal dan tanda-tanda visual (non verbal) yang terdapat dalam setiap scene dengan menggunakan teknik semiotika.

6. Teknik Analisa Data

Penulis menggunakan mertode analisis semiotika dengan teori Charles S. Pierce untuk teknik analisis datanya. Analisis ini bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian tanda bekerja untuk membentuk suatu realitas atau makna tertentu. Dalam penelitian ini, semiotika Charles S. Pierce dipilih untuk menganalisa makna dibalik tanda-tanda yang tersaji dalam scene film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis.

Karya film yang akan dianalisis dalam penelitian ini memiliki latar belakang pesan moral yang cukup kental. Peneliti harus mempelajari dan memahami definisi pesan moral pada umumnya.

Menurut Kriyantono, analisis semiotika berupaya untuk menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada penggunaan tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil dari pengaruh berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada.8

8


(23)

10

10 F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi tentang konsep semiotika, semiotika Charles Sanders Pierce, pesan moral, film, klasifikasi film, struktur film, sinematografi, dan jenis suara dalam film fiksi. BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI

Pada bab ini pembahasan gambaran umum film Jokowi, profil pemain, dan sinopsis film.

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas tentang analisis penelitian yang mencakup analisis semiotika gambar (film Jokowi) model Semiotika Charles S. Pierce) dan interpretasi penulis terhadap film tersebut.

BAB V PENUTUP

Penulis mengakhiri skripsi ini dengan memberikan kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah pada bab I dan disertai dengan saran-saran dari penulis.


(24)

11 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Semiotika 1. Pengertian Semiotika

Kata “semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsir tanda” Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika.

Semiotika pada dasarnya merupakan studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna.

Menurut Charles S. Pierce semiotika yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda” (the formal doctrine of signs); sementara bagi Ferdinand de Saussure semiologi adalah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat” (a science that studies the life if signs within society). Dengan demikian, bagi Pierce semiotika adalah suatu cabang dari filsafat; sedangkan bagi Saussure semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial.1

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to

communicate).2

1

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 3. 2


(25)

(26)

Istilah kata semiotika disamping kata semiologi sampai kini masih dipakai. Selain istilah semiotika dan semiologi dalam istilah linguistik adapula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang.3

Tujuan analisis semiotik yakni “berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Yang dimaksud “tanda’ ini sangat luas. Peirce membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index).”4

2. Semiotika Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Pierce kata Aart van Zoest adalah seorang filsuf Amerika yang paling orisinil dan multidimensional. Pierce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839 (ayahnya, Benjamin adalah seorang profesor matematika di Harvard). Pada tahun 1859, 1862, dan 1863 secara berturut-turut ia menerima gelar B.A., M.A., dan B.Sc. dari Universitas Harvard.

Gambar 2.1

Teori Charles Sanders Pierce

3

Ibid. h. 11.

4

Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006, ed. 1, h. 264.

Semiosis interpretant

representamen object sign


(27)

13

Teori dari Pierce sering kali disebut ‘grand theory’ dalam semiotika karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural, dari semua sistem penandaan. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S. Pierce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain oleh Pierce disebut interpretant dinamakan sebagai interpretant dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Pierce, sebuah tanda atau

representamen memiliki relasi ‘triadik’ langsung dengan interpretan dan

objeknya.Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis’ merupakan suatu proses yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas lain yang disebut objek. Proses ini oleh Pierce disebut sebagai signifikasi.5

Tabel 2.1

Jenis Tanda Teori Charles Sanders Pierce Jenis Tanda

(Representamen)

Hubungan antar Tanda dan Sumber Acuannya

Contoh

Ikon Tanda dirancang untuk

merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya, dalam ikon).

Segala macam gambar (bagian, diagram, dan lain-lain), photo, kata-kata onomatopoeia, dan seterusnya.

Indeks Tanda dirancang untuk

mengindikasikan sumber acuan atau saling

Jari yang menunjuk, kata keterangan seperti, di sini, sana,

5

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi : Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17-24.


(28)

menghubungkan sumber acuan.

kata ganti seperti aku,

kau, ia, dan

seterusnya.

Simbol Tanda dirancang untuk

menyandikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan.

Simbol sosial seperti mawar, simbol matematika, dan seterusnya.

Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Pierce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak dibilang sederhana. Pierce membedakan tipe-tipe tanda menjadi: ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya sebagai berikut.6

a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kausalitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakantanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.

b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamendan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang ‘tamu’ di rumah kita.

6


(29)

15

c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tak sedikit rambu lalu lintas yang bersifat simbolik.

B. Pesan Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral menurut istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.7

Pengertian moral juga dijumpai dalam The Advanced Leaner’s Dictionary

of Current English. Di buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai

berikut.

1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk;

2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah; 3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa “moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral,

7


(30)

maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.”8

Achmad Charris Zubair dalam bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral erat hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, gewetan, dan dalam bahasa Arab disebut dengan qalb fu’ad. Dan kesadaran moral mencangkup tiga hal, yakni perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral, kesadaran moral juga dapat berwujud rasional dan obyektif, dan kesadaran moral juga dapat muncul dalam bentuk kebebasan.9

Moral atau Moralitas berarti suatu orientasi aktivitas yang impersonal. Tindakan demi kepentingan diri sendiri tidak pernah dianggap bersifat moral. Tetapi jika perilaku yang bersifat moral tidak diorientasikan kepada diri sendiri, obyek manakah yang pantas menjadi fokusnya? “Karena orang lain tidak dapat menuntut secara sah kepuasan yang jika ditujukan kepada diri kita sendiri akan bersifat amoral, maka obyek perilaku moral haruslah sesuatu yang berada di luar diri seseorang atau di luar seseorang sejumlah orang dari sejumlah orang lain.”10

Kategori berdasarkan pesan moral terbagi menjadi tiga macam, yaitu:11 a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri

c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam.

8

Ibid, h. 92-93.

9

Ibid, h. 94-95.

10

Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. xi.

11

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1998), h. 323.


(31)

17

Pesan moral ditangkap melalui penafsiran cerita film. Adegan-adegan yang mengandung suatu materi atau gagasan mengenai ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan atau nilai luhur dalam film tersebut merupakan pesan moral yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya. Hal ini berhubungan dengan kehidupan seperti sikap, tingkah laku, prinsip, pendirian, dan sebagainya. Penyampaian hal tersebut melalui penampilan aktor-aktor pada cerita.

C. Tinjauan Teoritis Film 1. Pengertian Film

Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).12

“Film adalah gambaran hidup, juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Pengertian secara harfiah, film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema dan tho artinya phytos (cahaya), graphie atau graph (tulisan atau gambar atau citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak denga cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera.”13

12

Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h. 125.

13

AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 27.


(32)

2. Unsur-unsur Pembentuk Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dapat dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film.

Gambar 2.2

Unsur-unsur Pembentuk Film

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan peristiwa

FILM

Unsur Naratif Unsur Sinematik

Mise en scene Sinematografi Editing Suara


(33)

19

terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif.

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni,

mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Mise-en-scene adalah

segala hal yang berada di depan kamera. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) lainnya. Sedangkan suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. Seluruh unsur sinematik tersebut saling terkait, mengisi, serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan.14

3. Jenis dan Klasifikasi Film

Secara umum film dapat dibagi menjadi menjadi tiga jenis, yakni:15 a. Film Dokumenter

Kunci utama dalam film dokumenter adalah adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter tidak memiliki plot namun

14

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1-2.

15


(34)

memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis, konflik, serta penyelesaiannya. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagi maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya.

b. Film Fiksi

Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola pengembangan cerita yang jelas. Dari sisi produksi dan manajemen film fiksi terbilang lebih kompleks.

c. Film Eksperimental

Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental umumnya juga tidak bercerita apapun bahkan kadang menentang kausalitas, seperti yang dilakukan para sineas surealis dan dada .Film-film eksperimental umumnya bersifat abstrak dan tidak mudah dipahami.


(35)

21

Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.

Terdapat berbagai macam metode dalam mengklasifikasi film. Adapun metode yang paling mudah dan sering digunakan dalam mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti seperti setting, isi, subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut kemudian menghasilkan genre-genre populer.

Hollywood sebagai industri film terbesar di dunia sejak awal

dijadikan sebagai titik tolak perkembangan genre-genre besar dan berpengaruh. Genre-genre besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu:16

a. Genre Induk Primer

Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Bisa dikatakan bahwa setiap film pasti mengandung setidaknya satu unsur genre induk primer. Namun lazimnya sebuah film adalah kombinasi dari beberapa genre induk sekaligus.

b. Genre Induk Sekunder

Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer.

16


(36)

Genre induk sekunder memiliki ciri-ciri dan karakter yang lebih khusus.

Tabel 2.2

Skema Genre Induk Primer dan Sekunder

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder

Aksi Drama Epik Sejarah

Fantasi Fiksi-Ilmiah

Horor Komedi Kriminal dan Gengster

Musikal Petualangan

Perang Western

Bencana Biografi Detektif Film noir Melodrama

Olahraga Perjalanan

Roman Superhero Supernatural

Spionase Thriller

4. Struktur Film

Secara fisik film memiliki struktur dan dapat dipecah menjadi unsur-unsur, yakni:17

a. Shot

Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dimatikan (off) atau sering diistilahkan satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot setelah

17


(37)

23

film telah jadi (pasca produksi) memiliki artian satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan beberapa shot biasanya biasanya dapat dikelompokkan menjadi beberapa adegan.

b. Adegan

Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya tediri dari beberapa shot yang saling berhubungan.

c. Sekuen (Sequence)

Sekuan adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.

5. Sinematografi

Sinematografi mencangkup perlakuan sineas terhadap kamera serta stok filmnya. Dalam framing yang merupakan bagian dari sinematografi terdapat karakteristik jarak. Jarak yang dimaksud adalah dimensi jarak kamera terhadap obyek dalam frame. Kamera secara fisik tidak perlu berada dalam jarak tertentu karena dapat dimanipulasi menggunakan lensa

zoom.Adapun dimensi jarak kamera terhadap objek dapat dikelompokkan

menjadi tujuh, yaitu:18

18


(38)

a. Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak.

b. Long Shot merupakan jarak kamera dimana tubuh fisik manusia telah

nampak jelas namun latar belakang masih dominan.

c. Medium Long Shot merupakan jarak dimana tubuh manusia terlihat

dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.

d. Medium Shot memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.

Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

e. Medium Close-up memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas.

Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan.

f. Close-up umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah

obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas dan gestur yang mendetil.

g. Extreme Close-up mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari

wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah objek.

6. Jenis Suara dalam Film Fiksi

Pada dasarnya ada jenis suara dalam film fiksi, yaitu pembicaraan


(39)

25

dengan dialog. Pada beberapa kasus, kategori ini bisa saling overlap (menumpuk). Berikut penjelasan lebih rinci:19

a. Pembicaraan terdiri dari

1) Dialog, pembicaraan antara dua orang atau lebih dimana sumber suara atau pembicaranya muncul dalam frame atau tempat kejadian.

2) Monolog, pembicaraan satu orang dimana tokohnya bisa kelihatan berbicara dalam frame atau tokohnya tidak berbicara namun suaranya terdengar. Yang terakhir ini sering disebut monolog interior.

3) Narasi, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara tidak muncul dalam frame atau tidak berada di ruang kejadian.

4) Direct Address, pembicaraan dimana sumber suara atau

pembicara muncul dalam frame dan mengarahkan

pandangannya langsung ke arah kamera, yang berarti ke arah penonton.

b. Musik, terdiri dari:

1) Musik fungsional, yaitu musik yang sumber suaranya tidak tampak pada gambar tetapi mempunyai hubungan fungsional dengan gambar.

2) Musik realistik, musik yang sumber suaranya muncul di dalam adegan frame atau berada di dalam ruang kejadian film.

19

Ming Muslimin, Jenis Suara Pada Film Fiksi, artikel ini di akses pada 30 Oktober 2014 pukul 18.25 WIB dari www.academia .edu/8012843/JENIS_SUARA_PADA_FILM_FIKSI


(40)

c. Efek suara, terdiri dari:

1) Efek suara realistik, yaitu efek suara yang sumber suara muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.

2) Efek suara fungsional, efek suara yang sumber suaranya tidak tampak pada gambar tetapi memiliki hubunga fungsional dengan gambar.


(41)

27 BAB III

GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI

A. Sekilas tentang Film Jokowi

Jokowi adalah fenomena, semenjak menjabat Walikota Solo, pria yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini sudah banyak disebut dimana-dimana, termasuk target pemberitaan media-media kecil maupun besar. Punya nama lengkap Joko Widodo, Jokowi dikenal suka melakukan terobosan-terobosan baru yang justru menyenangkan rakyatnya, bukan sebaliknya menyusahkan, khususnya Kota Solo.

Beliau berhasil merelokasikan pedagang kaki lima tanpa berujung rusuh adalah salah satu terobosannya, seperti yang biasa kita lihat di televisi. Saat bangsa ini kekurangan sosok pemimpin yang ideal, Jokowi kemudian tampil bak “Ratu Adil” yang selama ini dinanti-nantikan. Namanya pun makin santer dibicarakan saat di aterjun dalam bursa pemilihan calon Gubernur DKI Jakarta dan berduet bersama Basuki Tjahaja Purnama, atau lebih dikenal dengan Ahok. Ahok dan Jokowi akhirnya memang orang yang dipilih untuk memimpin Ibukota yang punya setumpuk masalah ini. Setelah resmi menjabat, Jokowi pun melakukan gerak cepat merealisasikan visi dan misi ketika berkampanye dulu, membuat namanya hampir tidak pernah absen dari pemberitaan media.

Terkesan aji mumpung, KK Dheeraj produser film terkenal pun gerak cepat, memfilmkan Jokowi di bawah bendera productionhouse K2K. “Jokowi” tidak saja menjadi kesempatan untuk KK Dheeraj untuk lebih mengenal Pak


(42)

Gubernur yang juga suka musik metal tersebut. Disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis dengan judul awal “Cerita Kecil Dari Solo”, “Jokowi” mengawali ceritanya dengan kisah masa kecil Joko Widodo, lahir di lingkungan keluarga yang bisa dibilang miskin, Jokowi kecil sudah biasa hidup susah, bahkan harus rela pindah kesana-kemari ketika Bapaknya tak bisa melunasi uang kontrakan rumah. Hanya mengandalkan upah dari kerja sebagai tukang kayu, Bapaknya masih tetap bisa menyekolahkan anaknya dan Jokowi tak menyia-nyiakan kerja keras orang tuanya, di sekolah dia anak yang berprestasi. Dari Sekolah Dasar sampai SMA dan kemudian lanjut kuliah mengambil jurusan kehutanan, Jokowi terus memperlihatkan kalau otaknya memang cemerlang. Kepintarannya pun diikuti oleh perilaku yang terpuji, hasil dari didikan petuah-petuah kebaikan dari Bapak dan kakeknya yang didapat sedari kecil.

Sebuah film biopik dengan formula yang bisa dikatakan basi, “from zero

to hero” yang menyuguhkan seorang tokoh yang dipuja-puji tanpa cela. Jokowi di

film ini benar-benar seperti malaikat, sedikit pun noda tak dibiarkan menyentuh Jokowi dan kesempurnaannya yang sudah dibangun sejak awal film. Satu-satunya kesalahan yang diperlihatkan Jokowi hanya kedapatan berkelahi, akhirnya kena marah oleh Bapaknya, walaupun sebenarnya Jokowi kecil dipukul karena dia menolak uang sogokan dari temannya, balas memukul pun tidak.1

1

Rangga Adithia, Review: Jokowi (2013), artikel ini diakses pada tanggal 17 September 2014 pukul 15.00 WIB dari http://raditherapy.com/2013/06/review-jokowi-2013/


(43)

29

B. Konsep Film Jokowi

Konsep film Jokowi menceritakan kehidupan Jokowi saat kecil yang sumbernya diambil dari ibu, keluarga, dan kerabatnya. Hal itu dikarenakan sang tokoh tidak dapat menjadi sumber dan sulit ditemui. Film ini tidak ada batasan dan penulis cerita bebas berekspresi yang penting tidak melewati konsep yang ada. Hanya saja Jokowi berpesan untuk tidak menyentuh ranah politik dalam ceritanya. Akhirnya difokuskan kepada konsep cerita masa kecil beliau yang bisa menjadi motivasi bahwa orang miskin tidak akan selamanya miskin yang penting kita mau berusaha pasti akan maju.2

C. Visi dan Misi Film Jokowi

Visi yang diangkat adalah menampilkan kehidupan Jokowi dari beliau lahir khususnya masa kecil beliau yang belum banyak masyarakat tahu hingga menjadi sukses seperti sekarang ini.3

Misinya lewat film ini mampu menampilkan kehidupan beliau dan memberikan pesan moral dan pelajaran besar bagi masyarakat khususnya kaum muda dalam menjalani kehidupan. Senantiasa berusaha dan tidak putus asa dalam menggapai impian untuk mencapai kesuksesan.4

D. Sinopsis Film Jokowi

Film Jokowi berkisah tentang seorang anak tukang kayu bernama Joko Widodo, yang tinggal dan hidup di rumah kecil pinggiran sungai. Masa

2

Azhar Kinoi Lubis, Sutradara Film Jokowi, Wawancara Pribadi, pada 7 Agustus 2014.

3 Ibid. 4


(44)

kanak yang jauh dari istilah kecukupan telah dilaluinya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat anak kampung pemburu telor bebek ini meneruskan sekolahnya ke pendidikan yang lebih tinggi. Kecintaanya pada musik rock yang tetap bertahan hingga saat ia menjabat menjadi pemimpin besar nantinya itu, seolah mampu memotivasi semangat hidupnya.

Kisah Cinta dengan Iriana, seorang gadis sederhana yang merupakan teman sekolah adiknya menjadi pendorong semangat sang pemimpin masa depan ini untuk menghadapi berbagai tantangan. Sepeninggal Pak Notomiharjo, orang tua, guru sekaligus sahabatnya, Joko seperti tak mau tenggelam dalam kedukaan. Usahanya untuk membuktikan semua pelajaran dari sang ayah, makin keras ia lakukan. Dan waktu mengantarkan anak bantaran kali ini, menjadi sosok yang bukan hanya besar dimata orang-orang disekitarnya namun juga rendah hati dan selalu memanusiakan sesamanya. Dari pinggiran sungai di desa kecil yang bernama Srambatan, Joko telah mampu tampil menjadi pemimpin Kota Solo yang menulis lembaran baru.

Setiap orang bangga akan kepemimpinannya, Kota Solo seperti menemukan pahlawan baru. Joko Widodo kini lebih dikenal sebagai Jokowi, sebuah nama yang diberikan seorang pengusaha Prancis yang mengaguminya, yang mana telah menjadi tokoh yang berpengaruh bagi masyarakat Solo dan kelas akan menjadi tokoh yang berpengaruh di Indonesia.5

5

Indosinema, Sinopsis: Film Jokowi (2013), artikel ini diakses pada Rabu, 3 September 2014 pukul dari http://indosinema.com/2013/05/sinopsis-film-jokowi/


(45)

31

E. Karakter Pemain 1. Teuku Rifnu Wikana

Teuku Rifnu Wikana merupakan pemeran utama yakni Joko. Dia berperan sebagai tokoh protagonis. Dia baik hati, rendah hati, sederhana, sopan, pemalu, dan tidak pantang menyerah.

2. Prisia Nasution

Sosok Iriana yang diperankan oleh Prisia Nasution adalah termasuk tokoh protagonis. Ia memiliki karakter sopan, rendah hati, pemalu, sederhana, dan setia.

3. Susilo Badar

Susilo Badar memerankan tokoh protagonis yakni sebagai Notomiharjo (ayahanda Joko). Sosok yang banyak memberikan pelajaran kepada Jokowi ini memiliki sifat pekerja keras, tanggungjawab, penyayang, mandiri, dan apa adanya. Selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Ia sedikit keras kepada anaknya apabila melakukan kesalahan tanpa harus menyakitinya.

4. Ayu Diah Pasha

Tokoh Sujiatmi (ibunda Joko) diperankan oleh Ayu Diah Pasha. Sebagai tokoh protagonis tokoh ini berkarakter keibuan, penyayang, dan setia. 5. Landung Simatupang

Sebagai pemeran Wiharjo (kakeknya Joko). Landung Simatupang memiliki karakter penyayang, berpendirian teguh, dan banyak


(46)

memberikan nasihat kepada Jokowi. Ia lebih banyak muncul pada bagian Jokowi kecil.

6. Ratna Riantiarno

Tetangga Joko yang diperankan oleh Ratna Riantiarno bernama Bu Harjo memiliki agama yang berbeda dengan agama keluarga Jokowi. Tetapi beliau tetap saling tenggang rasa, peduli, dan saling membantu satu sama lain.

F. Profil Sutradara Film Jokowi

Gambar 3.1 Foto Azhar Kinoi Lubis

Azhar Kinoi Lubis lahir di Kisaran, 20 April 1980, dikenal sebagai Direktur Film. Dia lulus dari departemen Film, Film mengarahkan utama, film dan televisi fakultas, Institut Kesenian Jakarta tahun 2003. Beliau memulai karirnya dengan "Peron", sebuah omnibus berkolaborasi dengan 9 Direktur, bernama "Belkibolang" yang diputar di JIFFEST 2010, Festival Film Internasional Rotterdam 2011, Festival Film Internasional Hongkong 2011, Udine Film Festival 2011. Sekarang, ia sudah mengarahkan 2 film, "Jokowi" dan "Di Balik Pintu Istana".


(47)

33

Sebelum "Belkibolang", dia menjadi asisten sutradara dalam 24 judul film, 37 TV proyek komersial dengan beberapa direktur wellknown, seperti Garin Nugroho, Teddy Soeriaatmadja, Ari Sihasale, Hanny R. Saputra, Nan T. Achnas, dll. Dan ia juga memiliki 9 film pendek independen.6

Filmography Azhar Kinoi Lubis sebagai sutradara, meliputi: 2 film (Film Jokowi (2013) dan Film Dibalik Pintu Istana 2014, 22 film televisi, dan 9 film pendek. Sedangkan kiprahnya sebagai asisten sutradara, meliputi: 24 film lokal, 42 video clip/TVC/PSA, dan 6 FTV/sinetron.7

G. Profil Pemain Inti Film Jokowi 1. Teuku Rifnu Wikana

Gambar 3.2 Foto Teuku Rifnu Wikana

Bermodal sedikit ilmu akting, ditinggalkannya kampung halaman di pelosok Sumatera Utara itu. Saking kuatnya tekad untuk mengadu nasib di ibukota, bangku kuliah pun tak lagi diperdulikannya. Menjadi aktor, itu tekadnya. Ilmu akting dirasa cukup bagi Rifnu untuk percaya diri. Keahlian

6

Azhar Kinoi Lubis, About Me, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/About_Me.html

7

Azhar Kinoi Lubis, Filmography, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/Filmography.html


(48)

itu diasahnya lewat kelompok teater di kampung halaman sejak usia belia. Tak heran, tatkala Rifnu mulai merambah Jakarta 2003, sebuah ajang kompetisi film independen pun dicobanya. Sayangnya, nasib Rifnu masih belum beruntung. Hidup di Jakarta menjadi seorang seniman, tepatnya aktor teater, masih belum cukup, bahkan untuk hidupnya yang masih serabutan. Untunglah, perjuangan itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar setahun di ibukota nasibnya segera berubah. Sudah jamak cerita, jika orang yang mengantar ikut juga diminta ikut audisi. Benar saja, kendati sempat terpikir di benak Rifnu jika dia dikadali, peran itu diperolehnya juga.

Bersama sineas Rudy Soedjarwo, jalan karir Rifnu lumayan mulus.Bukan porsi peran yang besar memang. Namun, peran dalam 9 Naga hingga Mendadak Dangdut bisa segera direngkuhnya tanpa banyak kesulitan berarti. Tampang Rifnu pun perlahan mulai familiar di benak pecinta film tanah air. Setelah dengan sabar menanti, akhirnya ada juga film yang menempatkan Rifnu pada porsi penting.8

2. Prisia Nasution

Gambar 3.3 Foto Prisia Nasution

8

Teuku Rifnu Wikana, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 10.00 WIB


(49)

35

Prisia Wulansari Nasution, atau lebih dikenal dengan nama Prisia Nasution. Prisia, yang akrab di sapa Phia lahir di Jakarta, 1 Juni 1984. Dia ini adalah seorang artis Indonesia, namanya cukup dikenal oleh masyarakat karena seringnya dia muncul di layar televisi sebagai pemain FTV yang tayang di SCTV.9 Dia juga aktif sebagai model dan pembawa acara. Beragam judul FTV telah dimainkan, dan 4 film sudah yang dibintanginya, seperti Sang Penari, Rectoverso, Laura & Marsha, dan Jokowi. Filmnya yang berjudul Sang Penari (2011) berhasil mengantarkan wanita ini, meraih penghargaan Aktris terbaik FFI 2011 (Festival Film Indonesia).10

3. Susilo Badar

Gambar 3.4 Foto Susilo Badar

Susilo Badar adalah seorang aktor dan produser. Film yang telah diperankannya antara lain Angkerbatu (2007), Pokun Roxy (2013), dan

9

Rahasia, Biodata Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 10.04 WIB dari http://mencari-rahasia.blogspot.com/2013/05/biodata-prisia-nasution.html

10

Metrotvnews.com, Profil Tokoh: Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 9.54 WIB dari http://profile.metrotvnews.com/read/53/prisia-nasution


(50)

Jokowi (2013). Sedangkan pada film Wanita Tetap Wanita beliau bertindak sebagai line producer.11

4. Ayu Diah Pasha

Gambar 3.5 Foto Ayu Diah Pasha

Ayu Diah Pasha lahir di Makassar, 4 Februari 1964. Sarjana Hukum lulusan Universitas Trisakti Jakarta ini menambah wawasan dan keterampilannya dengan berbagai pendidikan yang berkaitan erat dengan upaya pengayaan diri. Ayu sering tampil sebagai peragawati dan kini aktif sebagai pembicara dan moderator dalam berbagai seminar dan talk show, MC di berbagai acara, juga pemain sinetron, film & teater. Pengalamannya sebagai pengajar grooming, etiket, komunikasi dan body language untuk berbagai kalangan boleh dikatakan tak terbilang.12

Ayu Diah Pasha memang lebih sering terlihat di layar televisi. Puluhan sinetron telah dia bintangi. Selain dunia sinetron, dia juga aktif tampil di sebagai host di beberapa acara televisi, aktor dalam berbagai pertunjukkan teater, serta dunia perfilman. Film yang pernah dibintanginya,

11

Susilo Badar, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.09 WIB dari

http://www.imdb.com/name/nm2682075/ 12

Ayu Diah Pasha, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.03 WIB darihttp://ayudyahpasha.wordpress.com/about/


(51)

37

yaitu: Petualangan 100 Jam (2004), Mengejar Matahari (2004), Dunia Mereka (2006), Menebus Impian (2010), Cinta 2 Hati (2010), My Last Love (2012), Cinta Tapi Beda (2012), Jokowi (2013), dan Soul Quest (upcoming).13

5. Landung Simatupang

Gambar 3.6 Foto Landung Simatupang

Landung lahir di Yogyakarta, 25 Nopember 1951. Dia adalah seorang aktor dan sutradara teater yang berdomisili di Yogyakarta. Perjalanan karirnya dimulai dengan terjun kedalam dunia teater saat kuliah di Gadjah Mada. Sejak itu, ia mulai terlibat dalam pementasan teater luar negeri bersama dengan Black Swan Theater Company, dari Perth, Australia. Dengan berbagai kelompok Teater, Landung telah menyutradarai dan memainkan naskah-naskah Indonesia maupun asing.

Keahliannya dalam berbahasa Inggris dimanfaatkan sebagai penerjemah, dan mengajar bahasa Inggris di berbagai sekolah, yang kemudian menggembangkannya pula sebagai editor dan peneliti. Salah satunya pernah mengajar di Fakultas Sastra UGM jurusan Inggris dan

13 Ibid.


(52)

menjadi asisten publikasi Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, asisten peneliti Lembaga Pengkajian Kebudayaan UGM, dan peneliti Seksi Monitoring Sosial Yayasan Dian Desa.

Filmografi Landung Simatupang, yaitu: Pendekar Tongkat Emas (2014), Negeri Tanpa Telinga (2014), Jokowi (2013), Optatissimus (2013), Ambilkan Bulan (2012), Rindu Purnama (2011), Sang Penari (2011), Soegija (2011), Rumah Dan Musim Hujan (2011), Garuda Didadaku (2009), dan Sang Pemimpi (2009).14

6. Ratna Riantiarno

Gambar 3.7 Foto Ratna Riantiarno

Ratna Riantiarno adalah seorang aktris, manajer seni pentas dan juga aktivis teater Indonesia. Lahir di Manado, 23 April 1952, Ratna mengenal dunia kesenian lewat seni tari, yang kemudian mengantarkan dirinya berkeliling dunia.

Sementara seni drama digeluti pada 1969 dengan pementasan pertamanya bersama Teater Kecil dalam lakon Kapai Kapai (1969). Disusul

14

Landung Simatupang, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.15 WIB dari


(53)

39

perannya dalam beberapa pementasan karya Arifin C. Noer, seperti Sumur

Tanpa Dasar, Mega-Mega, Madekur Tarkeni, dan Kocak-Kacik.

Ratna kemudian ikut mendirikan Teater Koma, pada 1 Maret 1977. Bermain dalam banyak lakon karya penulis drama dan sutradara, N. Riantiarno, yang kemudian pada 1978 menikahinya. Bersama Teater Koma, lakon yang pernah didukungnya seperti Rumah Kertas, Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Primadona, Sampek Engtay, Konglomerat Burisrawa,

Suksesi, Kala, Republik Bagong, Presiden Burung-Burung, Republik Togog,

dan Maaf.Maaf.Maaf. Selain seni panggung, Ratna juga mengeluti dunia

film. Film Akibat Buah Terlarang, Jangan Ambil Nyawaku,

Petualang-Petualang, Jakarta 66, Opera Jakarta, Petualangan Sherina, Brownies,

Rindu Purnama, dan Jokowi adalah sejumlah film yang turut dibintanginya.

Di sisi lain Ratna juga pernah bekerja sebagai asisten kehumasan Majalah Pertiwi, direktris perusahaan PR, RR & Associates dan pernah menduduki sejumlah jabatan penting di bidang kebudayaan, termasuk sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta, periode 1996-2003.15

15

Profil Ratna Riantiarno, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.16 WIB dari http://www.kapanlagi.com/indonesia/r/ratna_riantiarno/


(54)

40 A. Temuan Data

Terdapat berbagai macam metode dalam mengklasifikasi film. Adapun metode yang paling mudah dan sering digunakan dalam mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre. Film Jokowi termasuk ke dalam genre drama. Film drama umumnya berhubungan dengan cerita, tema, karakter, dan suasana yang memotret kehidupan nyata. Alur cerita dalam film drama terkadang membuat penonton tersenyum, sedih, bahkan sampai meneteskan air mata. Karena film ini mengisahkan realita kehidupan masa kecil sosok yang berasal dari keluarga miskin dan perjuangan hidupnya hingga menjadi orang besar.

Di Indonesia banyak film yang hampir mirip dengan film ini. Hanya saja biasanya cerita fiksi. Atau kisah nyata seseorang biasa yang inspiratif yang diangkat ke layar lebar. Untuk film Jokowi ini sosok yang di angkat adalah sosok dari kalangan pemerintahan yang menarik perhatian seluruh masyarakat Indonesia saat ini. Sangat jarang ini terjadi. Jika itu ada, sosok yang di angkat sudah meninggal atau pahlawan.

Film berjudul Jokowi mengusung tema perjuangan hidup dan cinta. Film ini diangkat dari kisah nyata sosok Jokowi dari mulai beliau lahir sampai dilantiknya beliau menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dalam film ini diceritakan dari beliau adalah seorang anak miskin, hingga menjadi pengusaha mebel, dan menjadi orang nomor 1 di Jakarta. Penderitaan-penderitaan yang terjadi pada Jokowi dan


(55)

41

keluarganya banyak dikisahkan. Dapat dikatakan alur ceritanya adalah alur mundur. Karena mengisahkan kejadian tahun 1961-2012.Padahal film ini diproduksi pada tahun 2013.

Film ini berlatar tahun 1961 saat Jokowi lahir. Dan 1965 saat Jokowi Balita.Tahun 1973 saat Jokowi Sekolah Dasar. Dan tahun 1976 saat Jokowi SMA.Semua berlatar Surakarta. Saat Jokowi kuliah di UGM berlatar Yogyakarta. Film ini memiliki konsep Jawa. Hal itu terlihat pula dengan gaya pakaian, bentuk rumah, adat istiadat, tradisi, alat transportasi, dan tempat makan angkringan yang digunakan sangat cocok dengan latar tahun yang diceritakan. Memang sekilas terlihat biasa. Namun bagi orang yang sudah lama tinggal di kota dan khususnya yang masih berdarah Jawa membuat mereka nostalgia dengan masa lalu. Beberapa wilayah yang digunakan sebagai lokasi syuting yaitu Kali Anyar, Keraton, Kauman, Pasar Gede, dan Laweyan.

Dalam film ini pemain dapat memerankan peran mereka dengan baik.Mulai dari Jokowi kecil. Jokowi saat masih bayi diperankan oleh Ilham Ridho Ilahi, saat usia 4 tahun diperankan oleh Vincentius Aldy Pyo, dan saat usia 10 tahun diperankan oleh Ilham Rohman Wijaya. Mereka bukan aktor tetapi anak-anak asli pinggiran Kalianyar yang benar-benar baru belajar akting saat itu dan tidak memiliki pengalaman sama sekali. Setelah diberi arahan dan dididik mereka sanggup memerankan tokoh Jokowi kecil dengan sangat baik. Tokoh utama yang ditampilkan, yakni Jokowi dewasa diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana dengan sangat menjiwai dan sesuai dengan sosok Jokowi. Sosok Ibu Iriana yang diperanan Prisia Nasution juga optimal diperankan. Begitu pula sosok kakek


(56)

(Landung Simatupang), ayah (Susilo Badar), dan ibu (Ayu Diah Pasha), dan Bu Hardjo tetangga Jokowi (Ratna Riantiarno) membuat para penonton tersentuh dengan akting yang dibawakan.

Film ini berdurasi 117 menit. Bagian pertama film ini bercerita tentang realita. Dimana kehidupan Jokowi sangat berbeda 100% dari sekarang. Hal ini sangat baik jika ditonton oleh anak-anak karena sangat inspiratif. Menurut saya, bagian ini merupakan bagian paling spesial di hati masyarakat. Karena selama ini mereka hanya tahu kehidupan Jokowi saat sudah sukses. Tapi mereka tidak tahu dengan kehidupan masa kecilnya. Bagian kedua bercerita tentang asmaranya dengan Iriana yang membawa kebahagiaan dan tawa bagi penonton. Saat itu masih berstatus mahasiswa. Dan bagian ketiga adalah bagian sedih dimana saat dimarahi bapaknya tapi bapaknya malah menyalahkan dirinya sendiri, saat rumahnya di hancurkan oleh petugas, dan saat dia kehilangan orang tua yang dicintainya yaitu kakek dan bapaknya.

Beberapa pesan moral yang ditunjukkan disini diantaranya adalah selalu berusaha, tidak mudah putus asa, dan ulet terhadap kehidupan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Insyirah ayat 1-8 berikut:























“(1) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, (2) Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, (3) yang memberatkan punggungmu?, (4) Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.(5) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6)


(57)

43

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, (8) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

Dari ayat diatas terdapat isi kandungan:1

1. Sabar atau berlapang adalah kunci menghilangkan kesulitan, rintangan dan cobaan. Kita harus menerima ujian dari Allah SWT dengan hati yang tenang (sabar dan ikhlas) agar beban yang dipikul kita tidak terasa. Allah meringankan beban Nabi Muhammad sengan beberapa cara sebagai berikut.

a. Allah mengangkat derajat Nabi Muhammad dengan cara meninggikan dan memuliakan akhlaknya di sisi Allah.

b. Penyebutan lafaz Allah selalu berdampingan dengan nama Muhammad. Contohnya dalam dua kalimat syahadat.

c. Dimasukkannya seorang umat, Adikknya Umar Bin Khatab, Fatimah.

2. Dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Ulet adalah sifat yang harus kita miliki. Orang yang ulet akan selalu mencari jalan keluar dalam memecahkan masalah. Tentunya dengan disertai sabar dan tidak mudah putus asa.

3. Bekerja keras disertai niat sungguh-sungguh, insya Allah keinginan kita dapat terkabul. Orang yang terbiasa hidup kerja keras mereka selalu bekerja menyelesaikan masalah yang belum tuntas. Pekerja

1

Arsyadini Basnur, Jangan Menyerah!! (Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Menghindari Perilaku Berputus Asa), artikel ini diakses pada tanggal 17 Septermber 2014 pukul 01:23 WIB dari


(58)

keras juga orang yang pandai membagi waktu. Bayangkan saja, apabila mereka menggunakan waktu untuk nongkrong dipinggir trotoar, hidup mereka tidak akan sukses. Karena sesungguhnya kebanyakan orang sukses berasal dari kerja keras. Berusaha dari nol dan pantang menyerah.

Untuk mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti, penulis membuat tabel yang membedakan Representamen (Ikon, Indeks, Simbol), Object,

dan Interpretant yang terdapat dalam teori Charles Sanders Peirce, serta yang

mangandung makna pesan moral dalam film Jokowi. Selain itu penulis juga menambahkan gambar beserta tokoh-tokohnya yang mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti, serta melihat tanda-tanda yang ada dalam film Jokowi.

Kemudian penulis menambahkan pada sub bagian terakhir mengenai interpretasi penulis terhadap film Jokowi yang mengandung makna pesan akhlak.

B. Makna Representamen, Object, dan Interpretant

Pada bagian ini dipilih sepuluh scene yang akan dijabarkan makna

representamen (ikon, indeks, dan simbol), object, interpretant, serta pesan moral

yang terkandung dalam masing-masing scene. Penjabaran kategori tersebut berdasarkan visual (gambar) dan verbal (dialog) yang terdapat dalam scene tersebut. Pemilihan scene berdasarkan pada latar belakang masalah yang diusung.


(59)

45

Tabel 4.1

Scene 1: Kakek Bercerita Menggunakan Wayang Kepada Joko

Visual Verbal

Mbah: (sambil memainkan wayang)

”Oe.. Lay… Lay..

Panjenengan sedoyo Pandowo

Lelimo. Kedah tansah elingdateng

Sang Hyang Widi mangkeden.

Monggo kulo aturi sing tetep. Tansah damel kabicikan dateng sesama. Mekateden tuwukipun sedoyonipun dados sae. Yo kakang tak estokke dawuh.

Joko: (memperhatikan)

Mbah: “Ini siapa ini namanya le?” Joko: “Semar.”

Mbah: “Semar. Ini cuma abdi. Dia bukan yang punya pangkat bukan pembesar tapi ini Raden Janoko majikannya nurut sama Semar ini. Sebab apa? Semar walaupun cuma abdi atau pembantu, dia ini titisan dewa. Dewa Ismoyo namanya, dewa yang sakti.”

No. Tipe Tanda Data

1 Representamen (X): Ikon

- Gambar 1, seorang kakek menggunakan baju khas Jawa dan penutup kepala bermotif batik (Wiharjo). Dan seorang anak laki-laki (Joko). Keduanya memegang wayang. Terdapat sepeda yang terparkir dibelakangnya menunjukkan latar tempat berada di teras depan rumah.

Indeks Kakek bercerita ke Joko sambil memegang wayang

menunjukkan kakek memperkenalkan budaya Indonesia yang berasal dari Jawa

Simbol Kesenian Jawa

2 Objek (Y) Wayang Semar dan Raden Janoko

3 Interpretan (X=Y) Representasi orang yang bermain wayang menunjukkan kaum priyayi.

Berdasarkan analisis penulis, gambar di atas mempresentasikan seorang kakek yang menggunakan baju khas Jawa dan kepala yang diikat kain batik


(60)

menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang masih memelihara nilai-nilai kebudayaan. Seperti yang ditujukkan juga pada kolom indeks sang kakek bermain wayang karena ingin memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada cucunya. Untuk simbol tercantum bahwa wayang memberikan nasihat. Dalam setiap pertunjukan, wayang selalu memberikan nasihat positif melalui para tokohnya. Kakek berharap Joko akan mengikuti nasihat yang diberikan yakni selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan objeknya adalah wayang. Wayang terlihat dimainkan oleh kakek dan cucunya. Wayang merupakan pertunjukan kesenian Indonesia yang berkembang pesat di Jawa dan Bali. Dalam dialog dikatakan wayang tersebut merupakan adalah Pandawa Lima, tokoh Semar dan Raden Janoko. Pandawa Lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Semar adalah salah satu tokoh wayang yang sangat sakti karena ketinggian ilmunya. Dia memiliki tubuh bulat seperti bumi yang dapat diartikan ia memiliki pribadi yang rendah hati, bulat sempurna dan punya sifat bumi. Raden Janoko adalah nama lain dari Arjuna yang memiliki sifat cerdik, pandai, lemah lembut budinya, berani, dan suka melindungi yang lemah. Dan kakek Joko beharap sekali Joko kelak akan memiliki sifat-sifat terpuji yang dimiliki tokoh itu.

Penulis menginterpretasikan gambaran ini adalah gambaran orang priyayi. Priyayi menganggap bahwa wayang adalah salah satu perwujudan kesenian yang alus.dan kesenian itu mengekspresikan nilai- nilai priyayi.


(61)

47

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang dapat kita ambil yaitu:

1. Melestarikan budaya Indonesia. Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan manusia lain dan lingkungannya.

2. Harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa untuk membantu sesama. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan dalamQS. Al Baqarah ayat 152 berikut:









“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar di atas adalah teknik medium close up. Dimana terlihat tubuh manusia (kakek) dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara kakek dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.


(1)

Online Editor Su Kaiyun

All Music Mix and Mastered by Yovial Tri Purnnomo Virgi

Seruling Player Saat

Vocal by Christine Theodosia Lubis

Camera and Lighting Equipment PT. Cinerent Sumber Sarana, Jkt

DCP Mastering at Fresto

Drivers Theo

Yadi Yanto Agung Asep Sound Devi

Yono Asep Art Agus Bocor Iwan

Madi Purnomo Tilip

Birin Adang Joni Kholid Kholik Didit


(2)

Lembar Pertanyaan Wawancara

Narasumber : Azhar Kinoi Lubis

Jabatan : Penulis dan Sutradara Film Jokowi Hari, tanggal : Kamis, 7 Agustus 2014

Waktu : 12.20-13.00

Tempat : Jl. Moch. Kahfi 1 Gg. Kakas No. 7 Ciganjur, Jagakarsa

1. Apa yang melatarbelakangi Anda untuk membuat film Jokowi?

Pada awalnya saya ingin memperkenalkan sosok Jokowi saat dia kecil. Karena masyarakat kan sudah tau bagaimana Jokowi saat menjabat sebagai walikota solo hingga menjadi gubernur DKI Jakarta. Tapi apakah masyarakat tahu bagaimana kehidupan Jokowi saat kecil? Dan Jokowi juga bukan berasal dari kalangan atas, tapi kalangan orang miskin. Bapaknya hanya tukang kayu. Nah, itu dia yang ingin diangkat dalah film ini yakni bagaimana kehidupan Jokowi saat masih kecil hingga bisa sukses seperti sekarang ini.

2. Bagaimana konsep yang disuguhkan dalam film ini?

Menceritakan biografi Jokowi saat kecil yang sumbernya diambil dari ibu, keluarga, dan kerabatnya. Dan ini bener-bener saya membuat film ini tidak ada batasan dan bebas berekpresi dengan ceritanya. Tidak seperti film Habibie dan Ainun yang harus persis sesuai faktanya dan diawasi langsung oleh narasumbernya. Untuk film ini sangat sulit. Karena Jokowi tidak mau menjadi narasumber. Beliau hanya ingin fokus ke pekerjaannya saat kami temui. Justru beliau merasa belum pantas untuk kehidupannya dibuat sebuah film. Wong saya ndeso katanya. Beliau hanya berpesan jangan ada berbau politiknya dalam film tersebut. Akhirnya saya fokus ke konsep cerita masa kecil beliau yang bisa menjadi motivasi bahwa orang miskin tidak akan selamanya miskin yang penting kita mau berusaha pasti akan maju.

3. Apa visi misi film Jokowi?

Visinya menampilkan kehidupan Jokowi dari beliau lahir khususnya masa kecil beliau yang belum banyak masyarakat tahu hingga menjadi sukses seperti sekarang ini.


(3)

Misinya lewat film ini mampu menampilkan kehidupan beliau dan memberikan pelajaran besar bagi masyarakat khususnya kaum muda untuk bisa menjadi lebih baik.

4. Apa tujuan yang dicapai dalam pembuatan film ini?

Memberikan motivasi dan pesan moral ke masyarakat melalui sosok Jokowi ini. Bahwa orang miskin atau desa itu juga bisa sukses.

5. Bagaimana proses penggarapan skenario film ini?

Karena Jokowi tidak mau menjadi narasumber, maka kami mencari narasumber lain. Tidak hanya tidak mau menjadi narasumber. Orang lain yang ingin membuat buku tentang beliau juga sama sulit mencari info melalui beliau. Saya baca buku-buku tentang beliau. Kami survei langsung ke Solo. Kami cari informasi selengkap-lengkapnya melalui ibunda Jokowi, adik-adik Jokowi, kerabatnya, dan warga pinggiran Kalianyar yang menjadi saksi saat itu.

6. Bagaimana proses pemilihan pemain dalam film ini?

Untuk pemilihan pemain kami tidak mengadakan casting. Pemain dipilih oleh saya dan KK Dheeraj selaku produser film ini. Untuk pemeran Iriana KK Dheeraj menginginkan Prisia Nasution. Okelah menurut saya. Tapi untuk pemeran Jokowi dia menginginkan artis yang menurut saya tidak sesuai dengan sosok Jokowi. Jokowi kan mukanya ndeso jadi ya harus sesuai. Saya mengajukan Teuku Rifnu Wikana. Dia belum pernah menjadi pemeran utama selama dia berkancah di entertainment. Awalnya produser tidak setuju. Tapi saya tekankan muka Jokowi kan ndeso ya sesuai dengan mukanya Teuku Rifnu Wikana. Dan yang sulit adalah suara yang bisa mirip dengan suara Jokowi. Cuma Teuku Rifnu Wikana yang suaranya mirip dengan Jokowi. Untuk Ratna Riantiarno, Ayu Diah Pasha, dan Landunk Simatupank ya tidak ada masalah lah. Saat mencari pemeran bapaknya Jokowi itu sangat sulit. Produser memilih artis kawakan. Dan tidak melirik Susilo Badar yang saya ajukan. Akhirnya saya jelaskan mukanya Susilo Badar kan muka jawa trus muka susah kan. Ini justru yang dicari. Mukanya mendukung. Akhirnya setuju. Nah saat mencari pemeran Jokowi kecil itu yang sulit. Jokowi dibawah lima tahun dan Jokowi SD. Produser menginginkan artis cilik yang terkenal. Tapi saya tidak setuju. Apakah mau artis itu saya minta turun jalan disungai? Pasti cara jalannya juga berbeda. Dan feelnya juga gak dapet. Akhirnya saya ya itu tadi


(4)

survei ke pinggiran sungai Kalianyar. Saya interaksi dengan warga disana. Akhirnya saya memilih anak-anak asli sana untuk memerankan Jokowi kecil. Anak-anak disana kan ga mengerti acting. Melihat kamera pun mereka anggap asing. Dan mereka juga seneng bisa lihat diri mereka besar di film. Saya bilang ke produser. saya yakini, saya yang akan ajarkan mereka. Dan saya akan bentuk mereka untuk dapat memerankan tokoh tersebut.

7. Bagaimana karakter Jokowi menurut Anda?

Ini yang saya bangga. Awalnya saya kan tidak tahu Jokowi itu bagaimana orangnya. Hanya tau sebagai walikota Solo yang senang blusukan. Tapi yang membuat saya tertarik saat mengetahui beliau mendapat penghargaan sebagai 10 besar walikota terbaik sedunia. Disitu saya langsung cari tahu tentang beliau. Ternyata orangnya luar biasa. Merakyat, rendah hati, dan sederhana.

8. Berapa lama proses pembuatan film ini?

Seluruh proses memakan waktu kurang lebih 5 bulan.

9. Sebagai penulis dan bertindak sebagai sutradara, Apa kendala yang dialami dalam pembuatan film ini?

Adanya perbedaan pendapat dalam memilih tokoh dengan produser. Dan mencari informasi tentang sosok Jokowi.

10.Apa hal yang paling menyenangkan selama pembuatan film ini?

Selama pembuatan film, tokoh yang dipilih sesuai dengan cerita yang diinginkan dan dapat memerankan peran masing-masing dengan baik.

11.Apa pesan yang ingin disampaikan dalam film ini? Pesan moral?

Bahwa kita itu untuk sukses tidak memndang kita miskin atau kaya. Keteguhan, ketegaran sosok Jokowi ini patut dicontoh.


(5)

Semoga film ini menjadi contoh yang patut ditiru dan dijadikan pelajaran bagi masyarakat khususnya kaum muda. Untuk membuat film serupa tidak ada rencana lagi kecuali jika diminta dari pihak tertentu. Tapi kemungkinan besar tidak ada rencana lagi.

13.Terakhir, Apa pesan dan harapan Anda untuk perfilman Indonesia?

Semoga perfilman Indonesia menjadi terus maju dan banyak sisi positif yang dibangun. Film-film yang berkualitas terus ditingkatkan.

Narasumber


(6)

FOTO BERSAMA PENULIS DAN SUTRADARA FILM JOKOWI (AZHAR KINOI LUBIS)