PROGRAM STU DI PEND IDI KA N BIOLOGI JURUS AN PEND IDI KA N MIPA FAKULTA S KE GU RUA N DA N I LMU PENDIDI KA N UNIVE RSIT AS MATA RAM 2018
KELIMPAHAN DAN STRUKTUR POPULASI Ophiocoma scolopendrina
(OPHIUROIDEA) DI KAWASAN INTERTIDAL PANTAI PEWARINGAN
KABUPATEN LOMBOK BARAT
ARTIKEL
Oleh
NI KOMANG AYU NITA PUJAYANTI
E1A014031
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pendidikan Biologi
PROGRAM STU DI PEND IDI KA N BIOLOGI
JURUS AN PEND IDI KA N MIPA
FAKULTA S KE GU RUA N DA N I LMU PENDIDI KA N
UNIVE RSIT AS MATA RAM
2018
KELIMPAHAN DAN STRUKTUR POPULASI Ophiocoma scolopendrina
(OPHIUROIDEA) DI KAWASAN INTERTIDAL PANTAI PEWARINGAN
KABUPATEN LOMBOK BARAT
(The Abundance and the Population Structure of Ophiocoma scolopendrina (Ophiuroidea) at Intertidal Area of Pewaringan Beach West Lombok)
Oleh:
1
1
1 Ni Komang Ayu Nita Pujayanti , Imam Bachtiar , Khairuddin
1 Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP, Universitas Mataram
Jalan Majapahit 62 Mataram Email: [email protected]
ABSTRAK
Bintang mengular Ophiocoma scolopendrina adalah salah satu biota laut yang dominan di kawasan intertidal. Keberadaanya sangat penting dalam keseimbangan lingkungan. Penelitian deskriptif eksploratif ini dilakukan di perairan Pantai Pewaringan Sekotong Lombok Barat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kelimpahan dan struktur populasi O. serta mengeksplorasi perbedaan kelimpahan dan ukuran diameter cakram antar
scolopendrina
transek. Data kelimpahan dan struktur populasi O. scolopendrina diambil dengan metode transek kuadrat. Tiga transek dibuat tegak lurus dengan bibir pantai dengan jumlah kuadrat sebanyak 59 kuadrat. Perbedaan kelimpahan dan perbedaan ukuran diameter cakram O.
scolopendrina antar transek uji menggunakan One Way Anova. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata (±SD) kelimpahan O. scolopendrina adalah 6,19±7,78 individu per
2 kuadrat atau 123,80 individu per are (100 m ). Tidak ada perbedaan rata-rata kelimpahan O.
scolopendrina antar transek. Struktur populasi O. scolopendrina di Pantai Pewaringan terdiri
atas 28,76% individu dewasa dan 71,23% individu belum dewasa. Rata-rata (±SD) ukuran diameter cakram O. scolopendrina adalah 10,40±2,02 mm. Tidak ada perbedaan rata-rata ukuran diameter cakram O. scolopendrina antar transek.
Kata kunci : Populasi, Ophiocoma scolopendrina, Kawasan Intertidal, Pantai Pewaringan.
ABSTRACT
Britlle star Ophiocoma scolopendrina is one of marine biota predominating intertidal area. Its existence is very important for environmental balance. This explorative descriptive research was conducted at Pewaringan Beach, Sekotong Lombok Barat. The purpose of this research was to describe the abundance and population structure of O. scolopendrina and to explore abundance and population structure were collected by using transect-quadrate method. Three transects was made perpendicular to the beach with 59 quadrats. The results showed that the average of O. scolopendrina abundance was 6.19±7.78 individual per quadrate or 123.80 individual per 100 m
2
. There is no differences found in the averages of O. scolopendrina abundance among transects. The population structure of O. scolopendrina at Pewaringan Beach consists of 28.76% reproductive individuals and 71.23% non reproductive individuals. The average of disc diameter size of O. scolopendrina was 10.40±2.02 mm. There was no average differences on disc diameter size of O. scolopendrina among transects.
Keywords: Population, Ophiocoma scolopendrina, Intertidal Area, Pewaringan Beach.
PENDAHULUAN
Di kawasan intertidal Pantai Pewaringan memiliki banyak biota yang sudah diidentifikasi, yaitu diantaranya terdapat bulu babi (Echinoidea), bintang laut (Asteroidea), dan bintang mengular (Ophiuroidea) (Susila, 2018). Akses atau jalan menuju Pantai Pewaringan tergolong baik dan aman untuk dilalui menggunakan kendaraan bermotor. Pantai Pewaringan terletak di pinggir jalan dan dekat dengan pemukiman warga. Gelombang air laut di Pantai Pewaringan tergolong tenang dan tidak berbahaya bila digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian maupun digunakan sebagai tempat kegiatan praktikum lapangan. Waktu surut air laut di pantai Pewaringan memiliki durasi cukup lama, oleh karena itu di Pantai Pewaringan perlu lebih banyak penelitian untuk dapat meningkatkan potensi lokasi tersebut.
Penelitian struktur populasi O.
scolopendrina di kawasan intertidal Pantai
Pewaringan belum dilakukan. Struktur populasi penting diteliti untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan populasi. Di kawasan intertidal Pantai Pewaringan O.
scolopendrina merupakan makrobentos
yang paling dominan dibandingkan dengan Echinodermata lainnya. Jumlah total individu O. scolopendrina yang diperoleh di kawasan intertidal Pantai Pewaringan yaitu sebanyak 2.599 individu, dengan kelimpahan rata-rata (±SD) 61,88±92,92 individu/30 m
2 (Susila, 2018).
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kelimpahan dan struktur populasi O. scolopendrina serta mengeksplorasi perbedaan kelimpahan dan ukuran diameter cakram antar transek. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan serta dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pengayaan materi Biologi khususnya yang berhubungan dengan ekologi mengenai keberadaan Echinodermata berdasarkan populasinya serta untuk lebih meningkatkan upaya pelestarian khususnya di kawasan intertidal Pantai Pewaringan.
Metode Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kawasan intertidal Pantai Pewaringan Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 14-16 Juli (pada saat bulan purnama) dan 28-30 Juli 2018 (pada saat bulan gelap), pada hari-hari pasut terendah. Aplikasi GPS pada Hand Phone digunakan untuk menandai titik awal dan titik akhir transek penelitian. Roll-meter ukuran 100 m digunakan untuk membuat transek, sedangkan tali rapia digunakan untuk membuat kuadrat ukuran 5x1 m
2
Kabupaten Gunungkidul pada substrat terumbu karang Nugroho (2014) melaporkan bahwa kelimpahan O.
2
) atau 123,80 individu per are (100 m
2
) atau 12.380 individu per hektar (10.000 m
2
). Kelimpahan O. scolopendrina yang lebih tinggi ditemukan di lokasi lain. Di perairan Pantai Sudak dan Pantai Kukup
scolopendrina yaitu 11,65 individu/5 m
scolopendrina tidak ditemukan pada substrat berpasir di daerah padang lamun.
2
atau 233 individu per are (100 m
2 ).
Swartimah et al. (2017) melaporkan pada substrat rataan terumbu karang di Pantai Krakal Gunung Kidul kelimpahan rata- rata O. scolopendrina 20,05 individu/m
2 .
Oak and Scheibling (2006) juga melaporkan pada substrat rataan terumbu karang di Pantai Tiwi, Kenya kelimpahan rata-rata O. scolopendrina mencapai 22 individu/5 m
Populasi O. scolopendrina di kawasan ini memiliki kelimpahan rata-rata (±SD) 6,19±7,785 individu per kuadrat (5 m
substrat yang keras dan bersembunyi di bawah celah-celah terumbu karang. O.
dan tongkat kayu berukuran 1 meter digunakan sebagai penanda ke empat sudut kuadrat. Alat perlengkapan yang lain berupa, ember, alat tulis, jangka sorong dan kamera.
Tabel 1. Posisi Geografis Lokasi Transek Penelitian Transek
Pengambilan data kelimpahan dan ukuran diameter cakram O. scolopendrina diambil dengan menggunakan metode transek kuadrat. Kedua data diambil pada transek dan kuadrat yang sama. Penempatan transek dilakukan berdasarkan perkiraan keterwakilan (haphazard). Di setiap transek dibuat sejumlah kuadrat berukuran 5x1 m
2
ditempatkan secara sistematis di setiap meter ke-10. Jumlah kuadrat pada Transek 1 yaitu 22 kuadrat, Transek 2 berjumlah 18 kuadrat dan Transek 3 berjumlah 19 kuadrat. Posisi awal dan akhir ketiga transek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Kelimpahan O. scolopendrina dihitung rata-rata perkuadrat dan mendeskripsikan struktur populasinya berdasarkan ukuran diameter cakramnya. Rata-rata ukuran diameter cakram dan rata-rata kelimpahan O. scolopendrina di ketiga transek diuji menggunakan Analysis of Variance (Anova). Sampel O.
scolopendrina diambil di dalam semua kuadrat dan dimasukkan ke dalam ember.
Pengukuran diameter cakram dilakukan di pinggir pantai menggunakan jangka sorong plastik dan jangka sorong besi, dengan ketelitian 0,05 mm. Setelah pengukuran, semua hewan sampel dikembalikan ke laut, ditebarkan di lokasi yang banyak cerukan batuan agar mereka tidak terseret gelombang.
Penelitian Posisi Geografis
Hasil dan Pembahasan 1. Kelimpahan O. scolopendrina Di Pantai Pewaringan, O. scolopendrina banyak ditemukan pada
Titik Awal Transek Titik Akhir Transek Lintang Selatan Bujur Timur Lintang Selatan Bujur Timur
1 08°46'21,9" 115°54'29,4" 08°45'43,3"
115°53'49,6"
2 08°46'21,4"
115°54'27,2" 08°45'43,6" 115°53'51,1"
3 08°46'22,2"
115°54'31,6" 08°45'42,7" 115°53'48,3"
2 . Kelimpahan populasi O.
scolopendrina pada ketiga transek
35
menunjukkan variasi yang besar (Gambar
30
1). Transek 1 mempunyai rata-rata (±SD) Transek 1 kelimpahan populasi 8,05±10,50 individu
25 Transek 2 i
Transek 3 per kuadrat. Transek 2 memiliki rata-rata
ns
20
5,67±5,88 individu per kuadrat. Transek 3
kue
memiliki rata-rata 4,53±5,14 individu per
15 re
kuadrat. Walaupun perbedaan rata-rata F
10
tersebut besar, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan rerata kelimpahan O.
5
scolopendrina antar transek (F=1,10; df=2, 56; P>0,05). 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Jarak dari Garis Pantai (meter)
8.05
20
)
18
2 Gambar 2. Distribusi Kelimpahan O.
16
scolopendrina dari Darat ke Arah Laut r 5m
14
5.67 (pe
12 2.
Populasi O. scolopendrina
4.53 n
10
ha
8
pa
Struktur populasi penting diteliti untuk
6
im
mengetahui bagaimana pertumbuhan
el
4 populasi. Pertumbuhan populasi dapat
K
2 dilihat dari mortalitas, natalitas, umur, ukuran serta bagaimana interaksi antara
Transek 1 Transek 2 Transek 3 organisme di suatu habitat (Bachtiar et al., 2016).
Struktur populasi O. scolopendrina Distribusi kelimpahan O. dibuat berdasarkan ukuran diameter
scolopendrina di kawasan intertidal Pantai
cakram dari sampel 365 individu. Struktur Pewaringan menunjukkan jarak yang populasi O. scolopendrina di ketiga berbeda tiap transek. O. scolopendrina transek disajikan pada Gambar 3. Di terdistribusi dari meter ke 110 pada
Pantai Pewaringan O. scolopendrina Transek 1, dari meter ke 80 pada Transek berukuran ≥12 mm sebanyak 105 2, dan dari meter ke 90 pada Transek 3
(28,76%). Mereka merupakan kelompok (Gambar 2). Jarak tersebut berkaitan yang sudah dewasa atau bisa bereproduksi. dengan akhir batas vegetasi lamun ke arah yang berukuran 5 mm
O. scolopendrina
laut yang menunjukkan O. scolopendrina sampai 11 mm (< 12 mm) sebanyak 260 terdistribusi pada substrat yang keras di individu (71,23 %). Kelompok ini masih bawah celah-celah terumbu karang. Di belum dewasa atau belum bisa daerah padang lamun yang substratnya bereproduksi. Ukuran O. scolopendrina berpasir tidak ditemukan O. reproduktif lebih sedikit dibandingkan scolopendrina . Pada Transek 1, O. dengan ukuran yang belum reproduktif.
scolopendrina terdistribusi paling
Ukuran diameter cakram O. scolopendrina melimpah pada titilk ke 210 meter dengan yang paling kecil berukuran 5 mm yaitu jumlah 30 individu, pada Transek 2 dari sebanyak 0,27% sedangkan ukuran titik ke 130 meter berjumlah 15 individu, diameter cakram paling besar yaitu 19 mm dan pada Transek 3 dari titik ke 170 meter sebanyak 0,27%. Diameter cakram O.
scolopendrina yang paling tinggi
Transek 1 frekuensinya berukuran 9-11 mm
45
41
sebanyak 55,34%. Struktur populasi
37
40
tersebut bagus bagi O. scolopendrina,
35
28
karena banyaknya individu muda. Lokasi
30
25 ensi
25
20
penelitian sangat mendukung pertumbuhan
ku
20
14
populasi O. scolopendrina. Individu muda
re
15 F
akan berkembang menjadi individu
10
5 1 1 2 2
1
5
dewasa dan akan berreproduksi sehingga populasi O. scolopendrina akan terus
5 7 9 11 13 15 17 19
berkembang di kawasan intertidal Pantai Diameter cakram (mm) Pewaringan.
80
73
64
65
70 Transek 2
60
45 i
44
40
50 ns
35 38 i
25
40
30 ns kue
25
27
16 re
30
20
21 kue
13
12 F
10
15
9 re
8
17
20
10
6 F
9 1 1 1
5 10 3 2
1
1
5 7 9 11 13 15 17 19 5 6 7 8 9 10111213141516171819
Diameter cakram (mm) Diameter (mm)
Transek 3
Gambar 3. Struktur Populasi O.
45 Berdasarkan Ukuran scolopendrina
40 Diameter Cakram di Kawasan Intertidal
35 i
Pantai Pewaringan. Warna Merah
30
25
19
19 Merupakan Individu Berukuran Muda, dan kuens
20
11
13 Warna Biru Merupakan Individu
10
10 re
15 F Berukuran Dewasa.
10
2 1 1
5
5 7 9 11 13 15 17 19
Struktur populasi berdasarkan ukuran diameter cakram O. scolopendrina di Diameter cakram (mm) ketiga transek berbeda (Gambar 4).
Walaupun menunjukkan perbedaan anggota populasi yang belum dewasa Gambar 4. Perbandingan Struktur selalu dominan di ketiga transek.Anggota Populasi O. scolopendrina di Ketiga populasi yang belum dewasa di Transek 1 Transek. Warna Merah Merupakan
Individu Berukuran Muda, dan Warna 59,32%, di Transek 2 80,39% dan di Transek 3 86,04%. Biru Merupakan Individu Berukuran Dewasa. Di Pantai Pewaringan ukuran diameter cakram O. scolopendrina memiliki rata-rata (±SD) 10,40±2,02 mm dengan median 10,35 mm, dan modus 9,75 mm. Rentang ukuran diameter cakram O. scolopendrina di Pantai Pewaringan yaitu 13,35 mm. Ukuran terbesar dan terkecil secara berurutan yaitu 5,15 mm dan 18,50 mm.
Tidak terdapat perbedaan rata- rata ukuran diameter cakram O.
2
Ketiga Transek
Aizenberg, J., Tkachenko, A., Weiner, S., Addadi, L., dan Gordon. 2001.
Calcitic microlenses as part of the photoreceptor system in Brittlestars. Nature 4 (2): 81-89.
11.25
9.61
9.57
4
Penelitian ini sulit untuk diselesaikan tanpa bantuan teman-teman seperjuangan saya Eti Komalasari, Sandrian Jasa, Novi Syopiana Putri, Rian Rahmandi dan Intan Muslihah karena telah membantu dalam penelitian skripsi ini secara tulus dan menjadi teman perjalanan yang menyenangkan.
6
8
10
12
14 Transek 1 Transek 2 Transek 3
D ia m et er ca kra m (m m )
Gambar 5. Perbandingan Rata-rata Ukuran Diameter Cakram O. scolopendrina di
Ucapan Terima Kasih
scolopendrina di ketiga transek.
2
Ukuran rata-rata diameter cakram O.
scolopendrina di ketiga transek
berturut-turut dari Transek 1 memiliki rata-rata (±SD) 11,25±1,81 mm, Transek 2 yaitu 9,61±2,04 mm, dan Transek 3 yaitu 9,57±5,25 mm. Rata- rata ukuran diameter cakram O.
scolopendrina juga dapat dilihat Gambar 5.
KESIMPULAN 1.
Di kawasan intertidal Pantai Pewaringan Lombok Barat kelimpahan populasi O. scolopendrina rata-rata (±SD) 6,19±7,785 individu per kuadrat (5 m
) atau 123,80 individu per are (100 m
berdasarkan ukuran diameter cakram terdiri dari 28,76% individu yang dewasa dan 71,23% individu belum dewasa di Pantai Pewaringan. Diameter cakram O. scolopendrina rata-rata (±SD) 10,40±2,03 mm. Tidak ada perbedaan rata-rata ukuran diameter cakram O. scolopendrina antar transek.
2
) atau 12.380 individu per hektar (10.000 m
2
). Tidak ada perbedaan rerata kelimpahan O.
scolopendrina antar transek.
2. Struktur populasi O. scolopendrina
DAFTAR PUSTAKA
Alfarizi, A. 2017. Struktur Populasi Anggota Kelas Bulu Babi (Echinodea) di Zona Intertidal Pantai Batu Lawang Taman Nasional Alas Purwo. S1 Skripsi.
Management of Aquatic Resources 4 (2) : 65-74.
Fadil, Widiana, R. dan Zakaria, I.J. 2017.
Bioekologi . Jakarta: Bumi Aksara.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling
Zootaxa 4098 (2): 273 –297.
Boissin, E., Hoareau, T.B., Paulay, G., dan Bruggemann, H. 2016. Shallow- Water reef Ophiuroids (Echinodermata: Ophiuroidea) of réunion (Mascarene Islands), with biogeographic considerations.
Komunitas Echinodermata di Pantai Mandalika Kabupaten Lombok Tengah. Biosfera (in perss).
Pp. 73. Bachtiar, I., Merta, I.W., Kusmiyati dan Syachruddin A.R. 2018.
Laporan Kemajuan Lembaga Penelitian Universitas Mataram untuk Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).
Kajian potensi dampak-dampak pembangunan danau di Distrik The Lagoon terhadap Komunitas cacing Nyale di Mandalika Resort: Potensi Dampak dan Rekomendasi.
Bachtiar, I., Karnan., Al Hakim, I.I., Japa, L., Pradjoko, E., Syaffrudin. 2016.
Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram.
Pendidikan Biologi. Mataram:
Bachtiar, I. 2016. Statistika Dasar
2015. Perbedaan kelimpahan bintang mengular (Ophiuroidea) pada daerah teluk dan daerah lepas pantai pada perairan Pantai Krakal, Gunungkidul, Yogyakarta.
Universitas Jember. Angreni, F., Litaay, M., Priosambodo D., dan Moka, W. 2017. Struktur
Oseana 19 (2) : 23-32 Aziz, D.R., Suryanti, dan Ruswahyuni.
Aziz, A. 1994. Pengaruh salinitas terhadap sebaran fauna Ekhinodermata.
(2) : 13-22.
Aziz, A. 1991. Beberapa catatan tentang bintang mengular (Ophiuroidea) sebagai biota bentik. Oseana 16
Intertidal Pantai Mandalika Lombok Tengah Sebagai Sumber Belajar Biologi. S1 skripsi ,Universitas Mataram.
Mathaei (Echinoidea) di Kawasan
Tasikmalaya Jawa Barat. S1 skripsi , Universitas Pasuruan. Aulia, B. W. 2018. Populasi Echinometra
Aulia, N. 2016. Korelasi Komunitas Lamun Dengan Komunitas Echinodermata Di Pantai Sindangkerta K ecamatan Cipatujuh Kabupaten
IPA. Manajer Pendidikan 9(1): 57-64.
Astuti, T. 2015. Manajemen Praktikum Pembelajaran
Ariyanto,T.P. 2016. Keanekaragaman Dan Kelimpahan Echinodermata di Pulau Barang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makasar. S1 skripsi , UIN Alauddin Makasar.
Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Selatan. Jurnal Biologi Makassar 2 (1) : 46-55. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
Komunitas Echinodermata di Padang Lamun Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi
Komposisi Ophiuroidea (Bintang Mengular) Di Pantai Nirwana Kota Padang. S1 skripsi, Universitas Andalas Sumatera Barat.
Fernandez, R.G., Perezul, M.D.H., Perez, R.A.L., Hernandez, L., Zaragoza, F.A.R., Jones, R.W., dan Lopez, R.P. 2014. Ophiuroidea (Echinodermata) from coral reefsin the Mexican Pacific. Zookeys 406: 101-145.
Struktur Populasi dan Pola Sebaran
Ophiocoma scolopendrina
Oak, T., dan Scheibling, R.E. 2006. Tidal activity pattern and feeding behaviour of the Ophiuroid
dan Teknologi Kelautan Tropis 4 (2): 709-716.
Keanekaragaman bintang mengular (Ophiuroidea) di perairan pulau Talise, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu
Nurdiansah, D. dan Supomo. 2017.
Aquatic Resources 3 (4): 51-57.
2014. Kelimpahan bintang mengular (Ophiuroidea) di perairan Pantai Sundak Dan Pantai Kukup Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Management Of
Nugroho,W., Ruswahyuni dan Suryanti.
terumbu bagian selatan Pulau Bunaken. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 1(1): 34-41.
Acanthaster planci di rataan
A. 2013. Struktur populasi
Timur. S2 Tesis, Institut Pertanian Bogor. Napitupulu, P., Tioho, H., dan Windarto,
Syzygium di Gunung Baung, Jawa
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Jakarta. Mudiana, D. 2012. Keanekaragaman,
Fourgon, D., Jangoux, M., dan Eeckhaut, I. 2007. Biology of a “Babysitting” symbiosis in Brittle Stars: analysis of the Interactions between
Baku Mutu Air Laut . Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004.
Bulletin of Marine Science 33(2):363-372.
Taman Nasional Baluran. S1 Skripi, Universitas Jember. Mladenov, P.V. 1983. Breeding patterns of three species of Caribbean brittle stars (Echinodermata: phiuroidea).
Mahmudi, Z. 2016. Pola Distribusi Populasi Kelas Ophiuroidea di Zona Intertidal Pantai Bama
Katili, A.S. 2011. Struktur Komunitas Echinodermata Pada Zona Intertidal Di Gorontalo. S2 thesis, Universitas Negeri Gorontalo.
Irawan, H. 2014. Studi biologi dan ekologi hewan filum Echinodermata di perairan litoral Pesisir Timur Pulau Bintan. Dinamika Maritim 4 (2): 9- 23.
Studi Keanekaragaman Echinodermata di Kawasan Kepulauan Rubiah Nanggro Aceh Darussalam . S1 Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Yogyakarta: Kepel Press. Hutauruk, E.L. 2009.
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan.
S1 Skripsi , Unpas.
Hanifa, Q. 2016. Struktur Komunitas Echinodermata di Pantai Sindangkerta Kecamatan Cipatujuh Kabupaten Tasikmalaya.
Ophiomastix venosa and Ophiocoma scolopendrina. Invertebrate Biology 126 (4): 385- 395.
on a Kenyan reef flat. Coral Reefs 25: 213-222. Odum, E.P. 1983. Basic Ekologi. Saunders
College Publishing . University of Georgia. New York.
Jurnal Perikanan 8 (2): 282-289.
Yusron, E. 2013. Biodifersitas fauna Ekhinodermata (Holothuroidea Echinodea Asteroidea dan Ophiuroidea) di Perairan Pulau Lombok. Zoo Indonesia 22 (1): 1- 10.
(Indonesian Journal of Marine Sciences) 15 (2): 85-90.
Yusron, E. 2010. Keanekaragaman species Ekhinodermata di Perairan Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Ilmu Kelautan
Makara Sains 14 (1): 45-49.
Yusron, E. 2009. Keanekaragaman jenis Ekhinodermata di perairan Teluk Kuta, Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Bios Logos 5 (2): 66-70.
Tahe, O.S., Marnix, L.D.L., Deidy, Y., Katili dan Papu, A. 2013. Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Tanamon Kecamatan Sinonsayang Sulawesi Utara.
Swartimah, K., Wati, D.S., Endrawati, H., dan Hartati, R. 2017. Komposisi Echinodermata di rataan litoral terumbu karang Pantai Krakal, Gunung Kidul,Yogyakarta. Buletin Oseanografi Marina 6 (1): 53-60.
I.P.M. 2018. Komunitas Echinodermata Pada Padang Lamun Pantai Pewaringan dan Pantai Lenggolong di Sekotong Lombok Barat. S1 skripsi , Universitas Mataram.
Susila,
Susetiono. 2004. Komposisi Spesies Ekhinodermata di Perairan Tanjung Pai Padaido, Biak Numfor-Papua.
Oktavianti, R., Suryanti, Purwanti, F.
Jurnal Saintek Perikanan 6 (1) : 62-67.
Perbedaan kelimpahan bulu babi (Echinoidea) pada ekosistem karang dan lamun di Pancuran Belakang, Karimunjawa Jepara.
Suryanti dan Ruswahyuni. 2014.
Setiawan, R. 2013. Pilihan Habitat Ophiuroidea Di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. S2 Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Skripsi, FPS IKIP Bandung.
Sumber Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Atas. S1
2008. Hubungan faktor fisik-kimia lingkungan dengan keanekaragaman Echinodermata pada daerah pasang surut Pantai Kairatu. MIPA 1(37): 77-85. Rustaman, W. 2003. Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Lingkungan
Rumahlatu, D., Gofur, A., dan Sutomo, H.
Biologi Laut . Jakarta: Djambatan.
Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2007.
2014. Kelimpahan Echinodermata pada ekosistem padang lamun di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Journal of Maquares 3(4): 243-249.
Yusron, E. 2015. Struktur komunitas Ekhinodermata (Holothuroidea, Echinoidea Dan Ophiuroidea) di daerah padang lamun di Pantai Gunung Kidul, Yogyakarta. Zoo Indonesia 24 (2): 73-82.