Perbedaan Harga Diri Antara Anak Sulung Dan Anak Bungsu Pada Remaja

  

PERBEDAAN HARGA DIRI ANTARA ANAK SULUNG DAN ANAK

BUNGSU PADA REMAJA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Yustin Dita Septiani

  

079114076

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

  

SKRIPSI

Perbedaan Harga Diri Antara Anak Sulung Dan

Anak Bungsu Pada Remaja

  

Oleh:

Yustin Dita Septiani

NIM : 079114076

Telah disetujui oleh :

  Dosen Pembimbing,

  Y. Heri Widodo, M.Psi Tanggal :

  HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI PERBEDAAN HARGA DIRI ANTARA ANAK SULUNG DAN ANAK BUNGSU PADA REMAJA

  Dipersiapkan dan ditulis oleh :

  Yustin Dita Septiani 079114076

  Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada Tanggal 4 April 2011

  Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

  Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Y. Heri Widodo, M.Psi Sekretaris : P. Eddy Suhartanto, M.Si Anggota : Titik Kristiyani, M.Psi

  Yogyakarta

  , …………………

  Dekan

  

HALAMAN MOTTO

Pikiran kita ibarat parasut, hanya berfungsi ketika terbuka.

  ~ Thomas Dewar~

Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan.

  

~ Walt Disney~

Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah. Hidup adalah sebuah nyanyian, maka

nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah. Hidup adalah sebuah permainan,

maka mainkanlah. Hidup adalah cinta, maka nikmatilah

  

~Bhagawan Sri Sthya Sai Baba~

Orang-orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan- kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dengan cara yang berbeda

  ~Dale Carnegie~ Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat.

  ~ George Downing~

Kejarlah cita-cita sebelum cinta, apabila tercapainya cita-cita maka

dengan sendirinya cinta itu akan hadir.

  

~~Yustin Dita S~~

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 9 Mei 2011 Penulis,

  Yustin Dita Septiani

  

PERBEDAAN HARGA DIRI ANTARA ANAK SULUNG DAN ANAK

BUNGSU PADA REMAJA

Yustin Dita Septiani

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan harga diri antara anak sulung dan anak

bungsu pada remaja. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan harga diri antara anak sulung

dan anak bungsu pada remaja. Harga diri anak sulung lebih tinggi dibandingkan dengan anak bungsu.

Penelitian ini melibatkan 100 remaja yang terdiri dari 50 anak sulung dan 50 anak bungsu. Penelitian

ini menggunakan skala harga diri dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,945. Hasil penelitian

menghasilkan t sebesar 18,390 dan nilai p sebesar 0.00, hasil ini menunjukkan bahwa p < 0,05. Hal ini

berarti ada perbedaan yang signifikan dalam harga diri anak sulung dan anak bungsu pada remaja.

Harga diri anak sulung pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan anak bungsu pada remaja. Kata Kunci : Harga diri, Anak Sulung, Anak Bungsu

  

THE DIFFERENCE SELF ESTEEM OF ELDEST AND YOUNGEST

CHILDREN ON ADOLESCENT

Yustin Dita Septiani

  

ABSTRACT

The aim of this research is to observe the self esteem difference between the eldest children

and the youngest on adolescents. The hypothesis in this research is there is self esteem difference

between the eldest and youngest on adolescents. Self esteem of the eldest children is higher than the

youngest. This research followed by 100 adolescents, consisting 50 eldest children and 50 youngest

children. This research uses self esteem scale with alpha reliability coefficient for 0,945. The result of

the research produce t for 18,390 and p score for 0.00, this result showed that p < 0,05. It means that

there is significant difference in eldest and youngest children’s self esteem on adolescents. Self esteem

of the eldest children on adolescents is higher than the youngest children.

  Keywords: Self Esteem, Eldest Children, Youngest Children

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yustin Dita Septiani Nomor Mahasiswa : 079114076

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Perbedaan Harga Diri Antara Anak Sulung dan Anak Bungsu pada Remaja

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 9 Mei 2011 Yang menyatakan, ( Yustin Dita Septiani )

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, tiada kata yang indah yang diucapkan oleh seorang hamba selain rasa syukur kepada Allah SWT atas kemudahan yang masih saya rasakan hingga detik ini. Lebih khusus puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Harga Diri Antara Anak Sulung Dan Anak Bungsu Pada Remaja” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

  Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini.

  2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen penguji yang telah mendukung dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

  3. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membantu, meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan selama proses penyusunan skripsi ini hingga pada akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

  4. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan dukungan, saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

  5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  6. Seluruh karyawan Fakutas Psikologi (Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Pak Gie, Bu Nanik) yang telah membantu dan memotivasi sehingga proses penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  7. Kedua orang tuaku Papa Yulianto dan Mama Atin Suprihatin yang selalu memberikan doa, kesabaran dan dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai.

  Kalian adalah motivasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  8. Adikku Yustin Aldi Saputro yang memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Kakek dan Nenek ku di Indramayu, terimakasih buat semangatnya dan cepat sembuh ya kakek nenekku. Khususnya buat Kungkung dan Bobo yang sudah tenang berada disisi-Nya, aku sayang kalian. Dita kangen sama Kungkung Bobo. Dita minta maaf jika belum sempat memberikan yang terbaik saat menjadi cucu.

  10. Sahabat-sahabatku di Fakultas Psikologi (Nana Lombok, Clarijo, Nandrut, Simak, Bie Yatie, Adel Bergedel, Nana Cina, Hellen, Lanang, Adit, Ina, Ayu Unyil) Terima Kasih untuk kebersamaan kita selama ini dan untuk semua dukungan dan semangat yang kalian berikan. Friend Forever yaaa.

  11. Teman-teman di kantor Oriflame (Mba Nina, Mbok Nanik, Mba Vina, Retno), Terima Kasih atas pengertian dan dukungannya selama aku menyelesaikan skripsi ini. Tetap Semangat !!!

  12. Buat Bob Jovan Vivaldiz. Makasih buat semua kenangan indah yang sudah kita lalui. Semoga kita selalu mengukir kenangan indah bersama dalam hidup kita.

  Amien.  13. Teman-teman KKN di Bondalem (Seno, Riris, Yona, Dion, Fetri, Novi, Gabey).

  Terima Kasih atas kebersamaan selama 1 bulan di lokasi KKN, terimakasih atas inspirasi, dukungan dan semangatnya ya creeeet……

  14. Temen-temen BEMF Psikologi 2010, terimakasih untuk pengalaman organisasi, ide-ide dan inspirasinya.

  15. Teman-teman Psikologi 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu terima kasih banyak atas kebersamaan dan kenangannya selama ini.

  16. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas doa dan dukungannya selama ini.

  Semoga segala bantuan, dukungan, dan doanya kepada saya, dibalas Allah SWT dengan kebaikan yang berlimpah. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya

  Yogyakarta, 9 Mei 2011 Penulis

  Yustin Dita Septiani

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………....... i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………....... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… iii

HALAMAN MOTTO……………………………………………………………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………….... v

ABSTRAK…………………………………………………………………........... vi

ABSTRACT…………………………………………………………………........ vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………..... viii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………………....... xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..... xvii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...... xviii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xvix

  BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....... 1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………........ 1 B. Rumusan Masalah…………………………………............................... 9 C. Tujuan Penelitian……………………………………………................ 9 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 9

  

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………….. 11

A. Remaja...................................................................................................... 11

  1. Definisi Remaja……………….…………………………………. 11

  2. Tugas Perkembangan Remaja……………………………………. 12

  B. Harga Diri………...…………………………………………………….. 13

  1. Definisi Harga Diri………………………………………………. 13

  2. Aspek-Aspek Harga Diri………………………………………… 14

  3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri………..………... 16

  4. Pembentukan Harga Diri…………………...……………………. 18

  5. Karakteristik Harga Diri…………………………………………. 18

  6. Penelitian Tentang Harga Diri……………………...……………. 19

  C. Anak Sulung dan Anak Bungsu………………………………………. 23

  1. Anak Sulung…………………………………………...………… 23

  a. Pengertian Anak Sulung…………………………………. 23

  b. Karakteristik Anak Sulung………………………………. 23

  2. Anak Bungsu…………………………………………………….. 26

  a. Pengertian Anak Bungsu………………………………… 26

  b. Karakteristik Anak Bungsu……………………………… 26

  3. Penelitian Tentang Urutan Kelahiran……………………………. 29

  D. Perbedaan Harga Diri Antara Anak Sulung Dan Anak Bungsu…... 33

  E. Hipotesis………………………………………………………………. 39

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………... 43

A. Jenis Penelitian……………………………………………………….. 40 B. Variabel Penelitian…………………………………………………… 40 C. Definisi Operasional………………………..……………………….... 40 D. Subjek Penelitian……………………………………………………... 42 E. Sampling………………………………………………………………. 43 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data………………………………... 44 G. Kredibilitas Alat Ukur…………………………………….................. 47

  1. Estimasi Validitas……………………………………………..... 47

  2. Estimasi Reliabilitas ………………………………………….... 48

  3. Seleksi Item …………………………………………................. 48

  4. Hasil Uji Skala…………………………………………………. 49

  H. Metode Analisa Data……………………………………………........ 52

  1. Uji Asumsi……………………………………………………... 52

  2. Uji Hipotesis………………………………………………….... 52

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………... 53

A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………........ 53

  1. Persiapan Penelitian…...………………………………………. 53

  2. Proses Penelitian………………………………………………. 53

  3. Data Demografi Subjek Penelitian……………………………. 54

  B. Hasil Penelitian………………………………………….................... 59

  1. Uji Asumsi……………………………………………………. 59

  a. Uji Normalitas………………………………………… 59

  b. Uji Homogenitas……………………………………… 60

  2. Uji Hipotesis……………………………………….................. 60

  3. Uji Tambahan………………………………………………… 61

  C. Pembahasan…………………………………………….................... 63

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 69

A. Kesimpulan…………………………………………………………. 69 B. Saran……………………………………………………………....... 69

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 70

LAMPIRAN…………………………………………………………………... 74

  

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar 1

  Bagan Pola Perbedaan Harga Diri Antara Anak Sulung Dan Anak Bungsu……………............................ 38

  

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 1

  Data Jenis Kelamin Subjek Pada Anak Sulung………………… 56

  Tabel 16

  Data Mean Empiris Anak Sulung Dan Anak Bungsu…………. 61

  Tabel 15

  Data Jarak Umur Anak Bungsu Dengan Kakak Sulung……….. 59

  Tabel 14

  Data Jarak Umur Anak Sulung Dengan Adik Bungsu…………. 58

  Tabel 13

  Data Jumlah Saudara Subjek Pada Anak Bungsu……………… 57

  Tabel 12

  Data Jumlah Saudara Subjek Pada Anak Sulung………………. 56

  Tabel 11

  Data Jenis Kelamin Subjek Pada Anak Bungsu………………... 56

  Tabel 10

  Tabel 9

  Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Item……………. 45 Tabel 2

  Data Usia Subjek Pada Anak Bungsu………………………….. 55

  Tabel 8

  Data Usia Subjek Pada Anak Sulung…………………………... 55

  Tabel 7

  Skala Harga Diri Setelah Penyusunan Ulang Nomor Item…………………………………………………….. 51

  Tabel 6 Blue Print

  Skala Harga Diri Dengan Keseimbangan Jumlah Sebaran…………………………………………………………. 51

  Tabel 5 Blue Print

  Skala Harga Diri Setelah Uji Coba…………………. 50

  Tabel 4 Blue Print

  Skor Butir-butir Unfavorable Skala Harga Diri………………... 46

  Tabel 3

  Skor Butir-Butir Favorable Pada Skala Harga Diri……………. 46

  Data Mean Harga Diri Anak Sulung Dan Anak Bungsu

  DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN LAMPIRAN 1

  Skala Harga Diri……………………………………….. 75

  LAMPIRAN 2

  Korelasi Item Total dan Reliabilitas…………………… 89

  LAMPIRAN 3

  Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Beda................... 101

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seorang anak tumbuh dan berkembang dalam sebuah keluarga. Dalam

  sebuah keluarga terdapat orang tua dan anak. Orang tua dan anak akan selalu berinteraksi dalam menjalani kehidupan. Dalam berinteraksi terdapat perlakuan dan sikap yang ditampilkan oleh orang tua pada anak. Perlakukan dan sikap tersebut, akan menjadi sumber bagaimana individu menilai keberhargaan dirinya.

  Maka dari itu, anak pada akhirnya akan menilai dirinya sendiri (Coopersmith, 1967).

  Penilaian atau evaluasi terhadap dirinya, baik secara positif maupun negatif akan mempengaruhi tingkah laku sosial seseorang (Sarwono dan Meinarno, 2009). Penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif terhadap diri disebut harga diri (Deaux, Dane, dan Wrightsman dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu. Bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana individu melakukan penyesuaian sosial akan dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut menilai keberhargaan dirinya (Coopersmith, 1967).

  Dalam melakukan interaksi dengan lingkungan, remaja menjadi salah satu individu yang mengalaminya. Tugas perkembangan remaja adalah menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial dan mencapai perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab (Havighurts dalam Hurlock, 1991).

  Berdasarkan hasil-hasil studi yang panjang di berbagai negara menunjukkan bahwa masa yang paling penting dalam perkembangan harga diri seseorang adalah pada masa remaja (Tambunan, 2001). Hal ini dikarenakan masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitasi diri.

  Dalam proses pencarian identitas diri, remaja melibatkan perasaan harga diri. Harga diri merupakan kunci penting pada tingkah laku remaja dalam menilai dirinya sebagai orang yang berhasil atau tidak. Dalam proses pencarian identitas diri, remaja membutuhkan perjuangan untuk memiliki harga diri yang positif atau tinggi (Hall dalam Papalia dan Olds, 1986).

  Individu dengan harga diri yang tinggi adalah individu yang puas atas karakternya dan yakin pada kemampuan dirinya. Individu akan menerima dan memberikan penghargaan positif terhadap dirinya. Maka dari itu, individu akan merasa aman ketika menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial. Selain itu, individu dengan harga diri yang tinggi adalah individu yang aktif. Individu yang aktif akan mudah dalam membina persahabatan dan mampu mengekspresikan pendapatnya (Coopersmith, 1967).

  Individu dengan harga diri yang rendah dapat terjadi pada remaja. Remaja sebagai individu yang mengalami ”strom and stress” sangat membutuhkan perjuangan dalam memenuhi harga diri yang mantap (Hall dalam Papalia dan Olds, 1986). Apabila remaja gagal dalam perjuangan ini, maka remaja memiliki harga diri yang rendah. Individu dengan harga diri yang rendah adalah individu yang memiliki kepercayaan diri rendah sehingga tidak mampu menilai kemampuan dirinya. Penilaian pada kemampuan diri yang rendah mengakibatkan individu tidak mampu mengekspresikan diri dan merasa tidak puas dengan karakternya. Oleh karena itu, individu merasa tidak aman berada di lingkungan sehingga individu sulit dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial. Sementara itu, individu dengan harga diri yang rendah adalah individu yang pesimis dan perasaannya mudah dikendalikan oleh pendapat orang lain (Coopersmith, 1967).

  Remaja yang memiliki harga diri yang rendah, mereka akan terkait dengan dampak negatif. Secara khusus, dampak dari remaja yang memiliki harga diri rendah dapat muncul dalam berbagai masalah (Shope et al dalam Santrock, 2007). Harga diri rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya (Fenzel dalam Santrock, 2007).

  Selain itu, Susan Harter mendeskripsikan bahwa remaja yang memiliki harga diri yang rendah dapat terlibat dalam pembunuhan dan mengalami yang rendah dapat menyebabkan tingginya narsisme, rendahnya empati dan dengan pemikiran yang bengis pada remaja (Halter dan Mc.Carley dalam Santrock, 2007). Menurut Robinson et al (1991) penelitian tentang harga diri yang rendah berhubungan dengan kesepian, depresi, kecemasan sosial dan alienasi/pengasingan.

  Masalah nyata dalam kehidupan tercermin dalam kasus yaitu penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Koordinasi Narkotika Nasional tahun 2000, terdapat sekitar 3,5 juta orang penyalahguna narkoba di Indonesia. Mengkhawatirkannya, target utama pasar narkoba ini adalah para remaja. Misalnya di Jakarta, pada tahun 2000 terdapat lebih dari 166 SMTP dan 172 SLTA yang menjadi pusat peredaran narkoba dengan lebih dari 2000 siswa terlibat di dalamnya. Angka tersebut masih akan terus meningkat karena fenomena ini seperti gunung es yaitu yang tampak hanya permukaannya saja dan sebagian besar yang lain belum terlihat. Diperkirakan setiap 1 penyalahguna narkoba yang dapat diidentifikasi, terdapat 10 orang lainnya yang belum ketahuan. Terdapat faktor penyebab kasus penyalahgunaan narkoba tersebut yaitu faktor kepribadian. Remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba tersebut, memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah (Tambunan, 2001).

  Kasus lain yang terkait dengan harga diri rendah yaitu anoreksia nervosa. Kasus ini terjadi pada remaja putri bernama Sari seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Sari memiliki kebiasaan yang sudah dilakukan selama tiga tahun belakangan ini.

  “Sejak saya usia 19 tahun saya merasa badan saya terlalu

  

gemuk dan makan terlalu banyak. Kemudian, saya makan sedikit

sekali untuk mencapai berat badan ideal, bahkan sesekali saya

tidak makan sama sekali seharian. Kebiasaan itu terus

berlangsung sampai sekarang. Teman-teman mengatakan bahwa

saya sudah kurus, tetapi tetap saja saya tidak yakin dan masih

terus mengurangi makan. Saya sering mendapat saran dari teman

untuk tidak menurunkan berat badan lagi karena sudah sangat

kurus. Tetapi setiap kali saya makan, saya berfikir saya akan

gemuk dan itu sangat menakutkan bagi saya ”(Tambunan, 2001).

  Menurut Coopersmith (1967) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu faktor lingkungan keluarga, faktor urutan kelahiran dalam keluarga, faktor lingkungan sosial dan faktor sosial ekonomi. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri adalah urutan kelahiran dalam keluarga.

  Menurut Alfred Adler (1946) sebelum menilai individu harus mengetahui situasi individu tersebut dibesarkan. Selain itu, hal yang paling penting adalah mengetahui urutan kelahiran individu tersebut dalam keluarga. Urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Urutan-urutan tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan pada individu dalam menginterpretasikan setiap pengalaman dan pengasuhan yang didapat individu. Adapun urutan kelahiran yang dikemukakan adalah anak sulung, anak tengah, anak bungsu dan anak tunggal. Menurut Gunarsa (2003) keluarga. Anak bungsu adalah anak yang paling muda dan terakhir dalam keluarga (Tim Penyusun Kamus, 1995).

  Dalam kehidupan sehari-hari banyak fenomena mengatakan bahwa anak sulung dianggap sebagai anak yang cepat dewasa dan berwibawa. Di sisi lain, anak bungsu dianggap sebagai anak yang manja, tidak tegas dan lemah lembut (Gunarsa, 2003). Dalam salah satu situs blog pribadi anak sulung menuliskan:

  “Sebagai sulung, dari kecil saya sudah diterapkan untuk disiplin,

  

bertanggungjawab dan memberikan contoh yang baik pada

kedua adik saya. Orangtua juga menaruh harapan besar di

pundak saya untuk mewujudkan harapan-harapan mereka

  ” (“Si Anak Sulung”, 2009). Sementara itu, dalam sebuah blog tentang anak bungsu terdapat sebuah percakapan: A: “Kamu anak keberapa dalam keluarga?”

  B: “anak ke-3, anak bungsu.”

  A: “Waaahh… senang donk… pasti dimanjain banget yah.” (“Indahnya Menjadi Anak Bungsu”, 2010) Fenomena tersebut didukung oleh pendapat para ahli. Menurut Rothbart

  (dalam Santrock, 2002) orang tua memberi lebih banyak tekanan untuk berhasil dan bertanggung jawab. Orang tua juga mengikutsertakan anak yang lahir duluan dalam kegiatan-kegiatannya. Di sisi lain, anak bungsu adalah anak yang sering dimanja. Oleh karena pemanjaan tersebut, anak bungsu beresiko tinggi menjadi anak bermasalah. Anak bungsu mudah terdorong memiliki perasaan inferior yang kuat dan mudah tergantung. Akan tetapi, mereka sering termotivasi untuk melampaui kakak-kakaknya sehingga menjadi anak yang ambisius (Alwisol, 2008).

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gates et al (1988) menemukan bahwa skor konsep diri lebih tinggi untuk anak-anak sulung daripada anak-anak kedua lahir dan termuda lahir. Selain itu, menurut penelitian Brigham Young University menjelaskan bahwa anak sulung secara rata-rata akan menikmati waktu berkualitas sebanyak 3000 jam bersama orangtuanya daripada adik-adiknya saat berusia 4-13 tahun. Dengan perhatian yang tidak terbagi tersebut, membuat anak sulung cenderung menjadi orang yang berprestasi lebih tinggi (“Kuat dan Lemahnya Si Anak Sulung, 2010”). Hasil penelitian lain di Universitas Oslo, Norwegia mengungkapkan bahwa anak sulung mempunyai IQ lebih tinggi 2.3 poin dibandingkan adiknya. Sedangkan anak kedua mengungguli

  IQ adiknya sebesar 1.1 poin (“Apakah Anda Anak Sulung, 2008”).

  Hasil penelitian lain yang dilakukan Falbo (1981) di Kota Texas, Amerika Serikat menemukan bahwa harga diri anak sulung lebih tinggi daripada anak-anak yang kemudian dilahirkan. Falbo juga menemukan bahwa anak-anak sulung cenderung lebih kompetitif dibandingkan saudara muda. Pengembangan kepribadian individu sangat dipengaruhi oleh posisinya dalam keluarga, hubungannya dengan orang tua dan hubungannya dengan saudara kandung.

  Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, terdapat perbedaan ciri yang mencolok antara anak sulung dan anak bungsu. Dari perbedaan ciri anak anak bungsu. Maka dari itu, terdapat perbedaan harga diri antara anak sulung dan anak bungsu.

  Sekilas tentang budaya masyarakat di Amerika Serikat, remaja sudah diajari independen sejak kecil. Sebagian besar remaja Amerika sudah hidup pisah dengan orang tua sejak umur 17 sehingga mendorong mereka menjadi sangat mandiri. Situasi tersebut berbeda pada masyarakat di Indonesia. Di Indonesia ikatan keluarga masih kuat (Suryana, 2006).

  Secara khusus, pada kultur Jawa terdapat ciri khas pola asuh orang tua terhadap anak. Keluarga jawa biasanya berasumsi mempunyai banyak anak banyak rejeki. Istri didalam kehidupan rumah tangga adalah orang yang berkuasa dan menjadi tokoh utama bagi anak-anaknya serta penentu berbagai kegiatan penting yang terjadi dalam keluarga untuk menjamin kesejahteraan keluarganya. Dalam budaya jawa, orangtua mengatakan pada anak yang lebih tua untuk menjaga anak yang lebih kecil, anak yang paling muda mendapat perhatian yang lebih besar daripada kakak-kakaknya. Anak-anak jawa dari tingkat sosial manapun selalu diajarkan bahwa berlaku tidak baik terhadap saudara yang lebih tua yaitu balasan oleh hukum gaib, sehingga akan menjadi sakit dan celaka (Koentjaraningrat, 1990).

  Berangkat dari fenomena, teori dan penelitian yang mendukung tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan harga diri menurut urutan kelahiran.

  Urutan kelahiran yang dimaksud adalah anak sulung dan anak bungsu dalam perkembangan remaja pasa saat ini di Indonesia dengan mengambil sampel subjek di kota Yogyakarta.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang hendak diteliti lebih dalam adalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan harga diri antara anak sulung dan anak bungsu ?.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Peneliti ingin mengetahui perbedaan harga diri antara anak sulung dan anak bungsu.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Teoritis Sebagai sumbangan pemikiran dalam ilmu psikologi dan menambah wawasan pembaca, khususnya dalam psikologi perkembangan dengan cara memberi tambahan data empiris yang sudah teruji secara ilmiah. Selain itu, penelitian ini merangsang penelitian baru yang hendak mengkaji topik yang berkaitan dengan harga diri dan urutan kelahiran.

  2. Praktis

  a. Bagi Remaja Hasil penelitian ini menjadi bahan informasi sebagai acuan bagi remaja untuk semakin memahami tingkah laku dan pentingnya harga diri dalam kehidupan. b. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan informasi bagi para orang tua terutama dalam memahami harga diri dengan urutan kelahiran seorang anak pada saat masa remaja.

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja

1. Definisi Remaja

  Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa”. Menurut pandangan Piaget mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintergrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa bahwa tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial yang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13-16/17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16/17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat (Hurlock, 1990).

  Menurut ahli lain, Thornburg (dalam Dariyo, 2004) menggolongkan remaja menjadi 3, yaitu: a. Remaja awal : 13-14 tahun

  b. Remaja tengah : 15-17 tahun

  c. Remaja akhir : 18-21 tahun

2. Tugas Perkembangan Remaja

  Berikut ini adalah tugas perkembangan remaja menurut Havighurts (dalam Hurlock, 1991) yaitu :

  a. Mencapai hubungan dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

  b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

  c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

  d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.

  e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

  f. Mempersiapkan karier ekonomi.

  g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-mengembangkan ideologi.

B. Harga Diri

1. Definisi Harga diri

  Menurut Coopersmith (1967) harga diri adalah suatu sikap yang mengacu pada evaluasi yang dibuat oleh individu dan biasanya yang berkenaan dengan dirinya sendiri, hal itu mengekspresikan suatu sikap setuju/tidak setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu itu meyakini dirinya sendiri sebagai mampu, penting, berhasil, berharga. Selain itu, menurut Kohn (1994) harga diri diartikan sebagai cara bagaimana kita melihat diri kita dan karakteristik kita sendiri, yaitu berupa “personal

  judgement

  ” (anggapan terhadap betapa berharganya dirinya sendiri) yang diekspresikan melalui sikap orang itu sendiri.

  Hal yang senada diungkapkan oleh Rosenberg (dalam Burn, 1998) harga diri sebagai suatu sikap yang positif atau negatif terhadap suatu objek khusus yaitu diri. Selain itu menurut Tambunan (2001), harga diri mengandung arti suatu penilaian individu terhadap diri diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersikap negatif dan positif. Santrock (2002) mengatakan harga diri adalah evaluasi global dari diri.

  Sementara itu, Klass dan Hodge (dalam Widyastuti, 2005) mengemukakan bahwa harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dengan lingkungan, serta penerimaan penghargaan dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut. Di sisi lain, Stuart dan Sudden (dalam Tambunan, 2001) mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya.

  Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian diri dalam bentuk evaluasi diri yang dilakukan seseorang terhadap dirinya, berdasarkan pada hubungannya dengan orang lain yang menunjukkan sejauh mana individu memiliki rasa percaya diri, mampu, berhasil, berguna dan berharga.

2. Aspek-Aspek Harga Diri

  Coopersmith (1967) membagi harga diri dalam empat aspek yaitu :

  a. Kekuasaan (power) Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri dan orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain. Keberhasilan seseorang yang meliputi kemampuan untuk mengontrol diri sendiri, mengendalikan dan mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai tujuan dan kemampuan melakukan inisiatif yang baik.

  b. Keberartian (significance) Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari individu, individu akan semakin berarti. Apabila individu tidak/jarang memperoleh stimulus positif dari orang lain, maka kemungkinan besar individu akan merasa ditolak dan kemudian mengisolasikan diri dari pergaulan c. Kebajikan (virtue)

  Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan. Adanya kesesuaian diri dengan moral dan standart etik yang berlaku dilingkungan. Kesesuaian diri dengan moral dan standart etik diadaptasi individu dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh para orang tua. Permasalahan nilai ini pada dasarnya berkisar pada persoalan benar dan salah. Bahasan tentang kebajikan juga tidak akan lepas dari segala macam pembicaraan mengenai peraturan dan norma didalam masyarakat, juga hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, serta ketaatan dalam beragama.

  d. Kemampuan (competence) Kesuksesan dalam memenuhi tuntutan prestasi. Merupakan

  performance