ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN

  

ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE

PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Anton Purwoko

  

NIM : 071324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

  

PERSEMBAHAN

Ku per sem ba h k a n k a r ya i n i kepa d a :

  Ba pa k d a n I b u ya n g t el a h m em b esa r k a n sa ya t er i m a k a si h d o a d a n m em b i m b i n g n ya ser t a k eper ca ya a n ya n g d i b er i k a n k epa d a sa ya . Sa u d a r a - sa u d a r a d a n k el u a r g a b esa r t er i m a k a si h a t a s d u k u n g a n n ya d a n m o t i va si n ya .

  Ba pa k d a n I b u d o sen ya n g t el a h m em b i m b i n g d a n m en g a ja r k i t a .

  Tem a n - t em a n seper ju a n g a n PE’0 7 ya n g t el a h

m em b er i k a n sem a n g a t sem u a t el a h k i t a l ew a t i su k a d a n

d u k a d i b a n g k u k u l i a h .

Ku per sem b a h k a n k a r ya i n i u n t u k a l m a m a t er k u :

U n i ver si t a s Sa n a t a D h a r m a

  

MOTTO

“Hari depan dunia lebih banyak di tentukan moralitas keputusan

sekarang”

( Soedjatmoko-intelektual Indonesia)

  

“Tidak ada jalan keluar yang dipakai untuk mengindarkan didi

dari sesuatu kecuali berpikir”

( Thomas Alva Edison)

“Nalar hanya akan membawa anda dari A menuju B, namun

imajinasi mampu membawa anda dari A ke manapun”

( Albert Einstein)

  

“Saat salah satru pintu kabahagiaan tertutup, pintu yang lain

terbuka. Hanya sering kali kita terpaku begitu lama pada pintu

yang tertutup sehingga tak melihat yang telah terbuka untuk

kita”

  

( Helen Keller)

“Hidup di dunia bagaikan naik perahu yang terombang-

ambingkan ombak, tetapi jangan takut ada sang kapten yang

memimpin, mengawasi, menjaga, dan melayani seluruh awak

perahu dan penumpangnya, Yesus adalah Kapten dalam

hidupku”

  

ABSTRAK

ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE PEMBANGUNAN

PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN

ANTON PURWOKO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2013

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertanian, dampak dari konversi lahan pertanian, pengendalian konversi lahan pertanian dan untuk mengetahui pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonvesikan di kecamatan godean.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Sampel sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triagulasi dilakukan pada bulan Februari 2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, tahapannya melalui tahap reduksi.

  Hasil penelitian antara lain: 1) faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertanian terdiri atas: butuh uang, paksaan dari pihak pengembang, hasil pertanian yang tidak cukup memenuhi kebutuhan, pertambahan penduduk, pemilik lahan pindah kerja, dan pembangunan akses jalan raya. 2) Dampak dari konversi lahan pertanian terhadap petani yaitu terjadi perubahan matapencaharian, irigasi terhambat, dan produktivitas pertanian menurun. 3) Pengendalian konversi lahan pertanian yaitu melalui surat percepatan sertifikasi tanah, Peraturan Gubernur DIY Nomor 11 Tahun 2008 tentang pengelolaan Tanah Kas Desa di Provinsi DIY, dan meningkatkan kualitas produk pertanian. 4) Pola pemanfaatan lahan pertanian berubah fungsi menjadi perumahan.

  

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE CONVERSION OF AGRICULTURAL AREA

TO THE DEVELOPMENT OF DWELLING IN GODEAN DISTRICT

Anton Purwoko

Sanata Dharma University

  

2013

  This research aims to find out the factors that encourage the farmer to convert the agricultural area to become dwelling, the effects of the conversion, how to control of the conversion, and to find out the utilization pattern of converted agricultural area in Godean district.

  This is a descriptive research which uses a qualitative method. The samples were chosen purposively and had snowball sampling characteristics. The data were gathered in February 2013 by applying triangulation method. The data analysis technique was qualitative data analysis, through reduction stages.

  The results are: 1) factors that encourage the farmers to convert the agricultural area to become dwelling consist of: financial matters, the constraint of the developer, agricultural products that are not sufficient to meet the needs, population growth, landowners who change job, and good development of infrastructures; 2) the effects of the conversion toward the farmers are the changes of occupations, insufficient irrigation, and the decrease of agricultural productivity; 3) the conversion are controlled through acceleration letter of land certification, the Decree of the Governor Of Yogyakarta Special Region, no. 11, 2008 about communal land management in Yogyakarta Special Region, and improving the quality of agricultural products; 4) the utilization pattern of converted agricultural area changes its function to dwelling.

  KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kemurahan, berkat, dan penyertaan-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi, jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

  1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menguatkan, membimbing serta menemani dalam hidupku sehingga Skripsi ini selesai tepat waktu.

2. Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis .

  3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dhama Yogyakarta.

  4. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  5. Bapak DR. C. Teguh Dalyono, M.S. Selaku Dosen Pembimbing I yang meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, semangat dan mengarahkan dalam penulisan skripsi.

  6. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

  7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membantu dalam proses pendidikan selama di bangku kuliah.

  8. Bapak dan Ibu dengan penuh kasih sayang, doa, harapan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya demi keberhasilan penulis selama menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.

  9. Adikku, Kartika Candraningsih, Trimakasih Doanya.

  10. Simbah Putri Dan Mbah Kakung (Alm), matur nuwun mbah pandongone.

  11. Saudara-saudari MUKALOHANTU, trimakasih atas pendalaman imannya, tetap semangat dan kompak selalu kita semua bersaudara dalam Kristus.

  12. OMK Santa Maria Assumpta Gamping, matur nuwun sanget Geh.

  13. Saudara-saudara grup ronda pastoran, terimakasih doanya dan penghiburaanya, (satu kata “Lucous…”)

  14. Behringer team Santa Maria Assumpta Gamping, terimakasih banyak dan telah memberikan pelajaran tentang Sound system dan kerja sama.

  15. Keluarga besar Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2007, “Mona, Icha,

  Debby, Nilla, Tasya, Enggar, Lia, Resti, Dian, Chatrin, Isdarini, Yuli,, Deska, Natalia, Fika, Gita, Ina, Sinta, Debby Rumangun, Bagus, Pak de Daniel, Arif, Frater Willy, Hendra, Deddy, Hendri, Suranto, Sutrisno,

  Riza, Ugik, Fajar ”, atas support, bantuan, dan menjadi teman yang baik dalam suka maupun duka selama di bangku kuliah .

  16. Semua pihak dan teman-teman yang tak tersebut yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna. Akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini tetap bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, 20 Juli 2013 Anton Purwoko

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ vii

ABSTRAK ............................................................................................... vii

ABSTRACT .............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................. x

DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

  

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7 C. Definisi Operasional ................................................................. 8 D. Batasan Masalah ....................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian .................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 11

A. Deskripsi Teori ......................................................................... 11 B. Kajian Hasil Teori Yang Relevan .............................................. 20 C. Kerangka Teoretik .................................................................... 23

  

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 25

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 25 B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................... 25 C. Sampel Sumber Data ................................................................ 26 D. Variabel Yang Diteliti ............................................................... 28 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 28 F. Teknik Analisis Data ................................................................. 29 G. Rencana Pengujian Pengabsahan Data ....................................... 31

BAB IV GAMBARAM UMUM OBJEK PENELITIAN........................ 35

A. Letak Geografis ........................................................................ 35 B. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya ................................. 37 C. Gambaran Responden ............................................................... 40 D. Gambaran Kependudukan ......................................................... 44 E. Gambaran Ketenagakerjaan ....................................................... 45 F. Gambaran Pendidikan ............................................................... 46 G. Keagrarian ................................................................................ 47 H. Struktur Kepemilikan Lahan Dan Penguasaan Lahan ................ 49

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................. 52

A. Faktor-Faktor Yang Mendorong Konversi Lahan Pertanian ....... 52 B. Dampak Dari Konversi lahan Pertanian .................................... 61 C. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ................................... 64 D. Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian ........................................... 68

BAB VI PENUTUP .................................................................................. 71

A. Kesimpulan .............................................................................. 71 B. Saran ........................................................................................ 72 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 73

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

  LAMPIRAN 1 : Surat Keterangan Penelitian LAMPIRAN 2 : Pedoman Wawancara LAMPIRAN 3 : Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Dan Pendidikan LAMPIRAN 4 : Tabel Status Perijinan Bangunan Perumahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih

  diandalkan oleh Negara Indonesia karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Indonesia.

  Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional melalui salah satunnya adalah ketahanan pangan nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk sektor pertanian lebih diutamaka n .

  Dengan beras sebagai komoditi pangan utama di negara ini. Beras merupakan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Selama 10 tahun terakhir rata-rata konsumsi beras 148,44 kg/kapita/th dengan laju pertumbuhan 0,25 persen/tahun. Secara keseluruhan permintaan beras mencapai 30 juta ton dengan laju pertumbuhan 1,71 persen/tahun ( BPS, berbagai terbitan ).

  Pemerintah akan kesulitan mempertahankan produktifitas beras dalam negeri jika lahan yang digunakan untuk menanam pun sudah tidak ada. Teknologi yang masih minim, ditambah lagi upaya pencerdasan petani yang masih kurang, menambah kompleksnya masalah ini. Lalu, jika produktifitas menurun, mau tidak mau pemerintah harus mengimpor beras. Pilihan mengimpor beras pun sebenarnya akan merugikan petani dalam negeri, karena beras mereka harus bersaing dengan beras impor. Sementara itu pasar beras internasional sifatnya tidak stabil, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerawanan pangan dan pada gilirannya akan mengancam kestabilan nasional. Ketika lahan pertanian semakin banyak dikonversi menjadi tidak sesuai dengan peruntukkannya, dan di sisi lain terdapat pihak yang ingin membuka lahan pertanian yang baru, maka salah satu alternatifnya adalah dengan membuka hutan. Akhirnya kondisi pun berbalik, konversi lahan pertanian tidak lagi menjadi korban, namun menjadi tersangka yang menyebabkan terjadinya pengalih fungsian hutan.

  Ditambah lagi pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Permintaan akan lahan tersebut terus bertambah, sedangkan kita tahu bahwa lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Hal inilah yang mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke non-pertanian.

  BPS mencatat lahan pertanian di pulau jawa mengalami penyusutan dratis tiap tahun. Berdasarkan data departemen pertanian penyusutan terjadi sekitar 27 juta hektar tiap tahun. Penyusutan lahan pertanian diperkirakan karena maraknya konversi lahan pertanian produktif menjadi non-produktif seperti pembangunan perumahan.

  Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian menurut Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta 2010

  Dalam satuan Hektar Kabupaten/ Sawah Bukan Non- Total lahan kota Sawah pertanian

  

Kulonprogo 10.304 35.027 13.296 58.627

Bantul 15.465 13.628 21.592 50.685

Gunung Kidul 7.865 104.117 36.554 148.536

Sleman 22.819 16.643 18.020 57.482

Yogyakarta 85 187 2.978 3.250

  Sumber : Daftar SP-Lahan, Dinas Pertanian Kab./ Kota, Provinsi D.I . Yogyakarta Data di atas adalah data keseluruhan lahan pertanian dan bukan lahan pertanian yang berada di Provinsi Yogyakarta. Lahan pertanian yang masih luas berada di kabupaten sleman dan yang paling sedikit lahan pertanian berada di kota Yogyakarta. Hal tersebut bisa berubah setiap tahunnya, berdasarkan data Bidang Pertanian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta rata-rata pengyusutan lahan pertanian mencapai satu hektar setiap tahunnya.

  Pada awal 2011 lahan pertanian di Yogyakarta 85 hektar kemudian menyusut menjadi 83 hektar. Lahan pertanian produktif tersebar di 5 kecamatan dari 14 kecamatan. Yaitu di kecamatan Umbulharjo seluas 50 hektar, mantrijeron seluas 2 hektar, mergansan seluas 5 hektar, Tegalrejo 15

  Pada tahun 2012 Wilayah Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta, paling banyak dimanfaatkan untuk permukiman, ruko atau tempat usaha lainnya. Beberapa wilayah yang menjadi sasaran alih fungsi adalah Kecamatan Depok, Mlati, Gamping, Godean, dan Ngaglik. Saat ini luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang tersisa mencapai 21.000 hektare. Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Sleman untuk mempertahankan luas lahan tersebut, dengan bantuan pembuatan sertifikasi lahan pertanian. Setiap tahun ada sekitar 600 bidang lahan pertanian yang dibuatkan sertifikat baru.

  Data statistik Kabupaten Sleman menunjukkan terjadi konversi lahan pertanian cukup tinggi yang diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk dan luas areal terbangun. Pada tahun 1987 luas lahan pertanian sebesar 26.493 hektar dan pada tahun 2007 turun menjadi 23.062 hektar. Kondisi tersebut berbeda dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan sebanyak 730.889 jiwa di tahun 1987 naik menjadi 1.026.767 jiwa di tahun 2007. Demikian juga untuk luas areal terbangun, pada tahun 1987 tercatat 10.740 hektar menjadi 19.034 hektar di tahun 2007. Hal sama terjadi di kabupaten lain di provinsi daerah istimewa Yogyakarta. Penurunan lahan sawah di Kota Yogyakarta paling tinggi (-6.75%), sedangkan Kabupaten Sleman tercatat palin tinggi (-0.68%) dibandingkan tiga kabupaten lain Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul .

  Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman Desember 2011 telah menolak permohonan izin sebanyak 176 lokasi terdiri dari 149 lokasi Izin Perubahan Penggunaan Tanah (Pengeringan) dan 27 Izin Pemanfatan Tanah. Lokasi terbanyak berada di wilayah kecamatan Ngaglik sejumlah 35 lokasi, disusul kecamatan Gamping 32 lokasi dan Kecamatan Kalasan 25 lokasi dan selebihnya tersebar di beberapa kecamatan lainnya.

  Pada tahun 2011 DPPD telah meloloskan 478 permohonan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah. Izin tersebut terdiri dari izin Perubahan Penggunaan Tanah (Pengeringan) 192 lokasi, Izin Pemanfatan Tanah 276 lokasi, Izin Lokasi 9 lokasi dan Izin Konsolidasi Tanah 1 lokasi. Lokasi terbanyak ada diwilayah kecamatan Depok 115 lokasi, disusul kecamatan Ngaglik 62 lokasi serta Kecamatan Gamping 55 lokasi dan selebihnya tersebar di beberapa kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit dikeluarkan izinnya adalah Kecamatan Minggir dan Seyegan masing-masing 2 lokasi

  .

  Godean adalah sebuah kecamatan di kabupaten sleman, Yogyakarta. Kecamatan godean berada disekitar 10 km sebelah barat daya dari ibu kota kabupaten sleman. Pada tahun 2007 mempunyai tanah sawah 1.407,14 Ha, bangunan pekarangan 787,60 Ha, sedang kan pada tahun 2009 mempunyai

  tanah sawah 1.400 Ha, dan Bangunan pekarangan 788 Ha dan p ada tahun

  2010 kecamatan godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha. Bentangan wilayah dikecamatan godean berupa tanah datar dan sedikit berbukit. Tanah disebab karena Godean merupakan akses jalan alternatif dari kota Yogyakarta ke Jalur antar daerah di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta misalnya jalur semarang, mutilan, daerah jawa tengah dan daerah lainnya. Maka lahan sawah yang seharusnya diperuntukan bertani beralih menjadi ruko, industri maupun perumahan, dan tempat bisnis lainya terutama di jalur jalan godean yang paling banyak terkonversi. Sedangkan masyarakat mayoritas masih bertani.

  Karena pendidikan yang masih rendah, maka tidak jarang masyarakat lebih memilih untuk bercocok tanam. Namun, pendapatan petani masih sangat rendah dibanding sektor lain. Sedangkan kebutuhan hidup setiap tahun terus bertambah sehingga para petani bekerja juga selain di pertanian pasalnya usaha tani yang ada masih berskala kecil dan tidak menjamin untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta pertanian masih dipengaruhi oleh musim maksudnya setiap tahun selalu berganti tanaman pangan misalnya pada saat musim kemarau petani akan menanam jenis tanaman palawija yang tidak membutuhkan banyak air sedangkan jika musim penghujan petani akan menanam padi.

  Untuk memenuhi pupuk misalnya, para petani harus kredit tidak jarang mereka mempunyai utang yang tidak pernah lunas walaupun tanaman pangan petani, panen dengan hasil yang baik. Teknologi dan pasar yang masih rendah menjadi kendala yang dihadapi para petani. Setiap panen, hasil mereka tidak selalu dijual tetapi untuk kebutuhan sendiri dan ada juga yang sebagian dijual untuk keperluan lain seperti biaya untuk anak mereka sekolah.

  Maka banyak para petani mengalihkan lahan pertanian mereka menjadi pemukiman dan tempat usaha maupun dijual kepada perusahan untuk di jadikan perumahan, industri, dan perkantoran. Dengan harapan para petani bisa memperbaiki taraf hidup mereka. Namun, hal tersebut bisa mengancam ketahan pangan karena akan berkurangnya lahan pertanian.

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik utuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Konversi Lahan Pertanian Ke Pembangunan Perumahan di Kecamatan Godean”.

B. Rumusan Masalah

  Perumusan masalah dalam penelitian digunakan untuk mengungkapkan pokok - pokok pikiran jelas mengenai hakikat dari masalah tersebut sehingga mempermudah kita memahaminya.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Apa saja faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertaniannya ?

  2. Bagaimana dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean ?

  3. Bagaimana pengendalian konversi lahan pertanian di godean ?

  4. Bagaimana pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonversikan ?

C. Definisi Operasional

  1. Konversi lahan pertanian ke penggunaan non-pertanian adalah adanya penggunaan lahan di luar kegiatan pertanian baik sebagian maupun seluruhnya. Dalam hal ini, pengunaan yang dimaksud adalah pembagunan pemukiman dan tempat usaha. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk satuan hektar (Ha).

  2. Faktor pendorong terjadinya konversi lahan pertanian adalah kebutuhan pokok masyarakat petani, pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, membangun rumah tinggal yang sekaligus dijadikan tempat usaha peningkatan jumlah penduduk,

  ,

  tingkat pendidikan, pendapatan dan kemampuan ekonomi secara keseluruhan serta pajak tanah, harga tanah dan lokasi tanah.

  3. Dampak konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan adalah potensi yang di timbulkan karena konversi lahan pertanian. Meliputi produktivitas padi menurun, perubahan pendapatan rumah tangga petani, status sosial ekonomi, perubahan mata pencaharian, dan kesempatan kerja pertanian menurun, Pendapatan pertanian menurun dan meningkatnya kemiskinan masyarakat lokal.

  4. Pengendalian konversi lahan pertanian adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan untuk mengorganisir pemanfaatan lahan pertanian.

  Meliputi pembuatan peraturan, penyuluhan, dan seminar.

  5. Pola pemanfaatan lahan yang dikonversi adalah cara mendayagunakan lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi pemukinam maupun tempat usaha.

  D. Batasan Masalah

  Agar masalah tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertaniannya, dampak konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan, pengendalian konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan, pola pemanfaatan lahan yang dikonversi . Peneliti hanya meneliti faktor tersebut, karena faktor tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk mengalikan lahan pertanian menjadi usaha yang menguntungkan.

  E. Tujuan Penelitian

  1. Menganalisis faktor-faktor penyebab petani mengkonversikan lahan pertanian.

  2. Untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean.

  3. Untuk mengetahui pengendalian konversi lahan pertanian di kecamatan godean.

  4. Untuk mengetahui pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonvesikan.

F. Manfaat Penelitian

  Hasil dari dari penelitian ini diharapkan dapat :

  1. Bagi peneliti a. Sebagai langkah awal penerapan ilmu pengetahuan.

  b. Memberikan inspirasi bagi peneliti dapat dijadikan referensi dalam penelitian supaya peneliti ikut adil sumbangan.

  c. Sebagai pengalaman yang berguna pada saat nanti masuk dunia kerja maupun dikehidupan bermasyarakat.

  2. Bagi subyek penelitian

  a. Sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan dalam peralihan lahan pertanian.

  b. Untuk pengembangan lahan pertanian agar ketahan pangan dan kebutuhan akan beras tidak berkurang.

  3. Bagi fakultas a. Menambah bahan-bahan kajian terhadap teori-teori yang ada.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi teori

  1. Konversi lahan Utomo dkk (1992) mendifinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagaian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/ penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor- faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

  Sihaloho (2004) membagi konversi lahan kedalam tujuh pola antara lain : a. Konversi gradual berpola sporsdis ; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lahan yang kurang/ tidak produktif dankerterdesakan ekonomi pelaku konversi.

  b. Konversi sistematik berpola ‘enclave’ ; dikarenakan lahan kurang produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai tambah.

  c. Konversi lahan sebagai respon atas peryumbuhan penduduk ; lebih meningkatkannya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.

  d. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial ; disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan.

  e. Konversi tanpa beban ; dopengaruhi oleh faktor keinginan untuk mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin kelur kampong.

  f. Konversi adaptasi agraris ; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian.

  g. Konversi multi bentuk tanpa bentuk ; konversi dipengaruahi oleh berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk system waris yang tidak dijelaskan dalam konversi demografi.

  Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa konversi lahan merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar konversi lahan yang terjadi, menunjukan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan yang lebih didominasi oaleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin mendidrikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

  Menurut Irawan (2005) konversi lahan cenderung menular/meningkat disebabkan oleh dua faktor terkait. Pertama, sejalan yang terkonversi, maka aksesibilitas di lokasi tersebut semakin mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, meningkatnya harga lahan selanjutnya mendorong petani lain di sekitarnya untuk menjual lahannya. Pembeli tanah tersebut biasanya bukan penduduk setempat sehingga akan terbentuk lahan-lahan guntai yang secara umum rentan terhadap proses konversi lahan (Wibowo, 1996).

  2. Pembangunan ekonomi daerah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.

  a. Peran teori ekonomi Neo klasik Dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu Keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangn alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju yang berupah rendah. b. Teori lokasi Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biaya-biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluang untuk mendekati pasar. Model pengembangn industry kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya termurah antara bahan baku dan pasar.

  c. Teori tempat sentral Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdayanya (industry dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang meyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

  Perubahan struktur ruang/penggunaan lahan dapat terjadi karena investasi pemerintah ataupun investasi swasta. Investasi swasta perlu mendapat ijin/persetujuan pemerintah baik keberadaannya maupun lokasinya, sehingga pemerintah dapat mengandalkan/mengarahkan struktur tata ruang atau penggunaan lahan tersebut ke arah yang dianggap paling menguntungkan atau mempercepat tercapainya sasaran pembangunan. Sasaran pembangunan dapat berupa peningkatan pendapatan masyarakat, penambahan lapangan kerja, pemerataan pembangunan di dalam wilayah, tercapainya struktur perekonomian yang lebih kokoh, tetap terjaganya kelestarian lingkungan, dan memperlancar arus pergerakan orang dan barang ke seluruh wilayah termasuk ke wilayah tetangga (Tarigan, 2002).

  Menurut Widiatmaka (2007) kebijakan penggunaan lahan didasarkan pada berbagai aspek antara lain:

  a. Aspek teknis yaitu menyangkut potensi sumberdaya lahan yang dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi kesesuaian lahan.

  b. Aspek lingkungan yaitu dampaknya terhadap lingkungan.

  c. Aspek hukum yaitu harus sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

  d. Aspek sosial yaitu menyangkut penggunaan lahan untuk kepentingan sosial.

  e.

  Aspek ekonomi yaitu penggunaan lahan secara optimal yang memberi keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusak lahannya sendiri serta lingkungannya.

  f. Aspek politik yaitu kebijakan pemerintah.

  Kebijakan merupakan ketetapan pemerintah dalam berbagai hal termasuk menetapkan pengaturan pemanfaatan dan penggunaan lahan.

  Suatu kebijakan yang baik dapat menumbuhkan situasi atau keadaan yang kondusif. Hal ini harus didukung oleh lingkungan kebijakan itu sendiri (Irawan, 2008).

  3. Tanah sebagai modal Nilai modal tanah sebagai modal tetap, terjadi karena kelangkaan relatif yang memaksa manusia untuk mengambil tindakan pelestarian.

  Selanjutnya tergantung pada tindakan-tindakan itu (yang tergolong pada modal perbaikan tanah ) di satu pihak, dan pada letaknya terhadap tempat tinggal dan pasar di lain pihak. Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2004).

  Sebidang tanah yang letaknya dekat rumah, lebih disukai daripada yang letaknya jauh dari rumah. Ini dapat menyebabkan, bahwa bidang tanah itu sudah memiliki nilai modal tertentu, walaupun di tempat yang lebih jauh lagi orang masih dapat memperoleh tanah secara bebas. Juga alam mampunyai peranan di dalam nilai modal tanah, dalam batas arti bahwa bidang-bidang tanah yang lebih baik memiliki nilai modal yang lebih baik daripada bidang tanah yang tidak begitu baik.

  Alam juga dapat menambah nilai modal dengan, misalnya mengedapakanya lumpur di waktu banjir atau dengan lapisan tipis letusan gunung berapi. Lapisan tipis pasir yang ringan pada tanah berat atau tanah tak subur, dapat memberikan keuntungan yang dapat diwujudkan dengan segera atau di waktu yang akan datang.

  Alam juga dapat menurunkan atau melenyapkan nilai modal dengan banjir, letusan gunung berapi, pengikisan, dan lain-lain. Dalam banyak hal seharusnya manusia dapat mengawasi penurunan nilai modal itu, sehingga manusia secara tidak langsung bisa menjadi penyebab hancurnya nilai-nilai modal tanah tersebut.

  Letak tanah yang dekat dengan pasar pada umumnya merupakan suatu keuntungan, suatu factor yang menambah nilai modal. Namun hal ini tidak selamanya demikian. Jika sebuah kota berkembang keluar batasnya, sedangkan tanah-tanah di sekitarnya hanya cocok untuk ditanami padi, jadi hanya untuk tanaman yang menhendaki kerja banyak den menghasilkan uang sedikit, maka nilai modal tanah tadi akan turun, karena kemungkinan untuk mengolahnya secara baik menurun. Sebab, dengan semakin berkurangnya hasil bruto dalam bentuk uang, sulit untuk mengupah pekerja-pekerja yang semakin mahal dalam jumlah yang memadai. Orang tidak dapat bersing dengan daerah-daerah lainnya, tempat para pekerja diberi upah murah, karena padi adalah suatu produk yang dapat diangkut dengan mudah.

  4. Kerja dalam usaha keluarga Pada umumnya usaha di Indonesia merupakan usaha-usaha keluarga, di artikan suami, istri, anak-anak, dan tanggungan-tangungan lainnya. Juga usaha suku (bagian suku, keluarga) memiliki sifat usaha keluarga, sama dengan usahadesa yang sedikit banyak juga mempunyai penting antara usaha keluarga (usaha tani) dan usaha deviden (perusahan mencari keuntungan). Kerja yang dilakukan tergantung pada keuntungan- keuntungan yang dihasilkan oleh kerja itu dibandingkan dengan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut. jadi intensitas kerja tergantung pada pengawasan, peraturan kerja, cara menbayar, dan sifat para pekerja, terutama mengenai kebiasaan kerjanya.

  Dalam usaha tani tanpa upah kerja, atau dalam usaha tempat upah dimasukan kedalam keluarga, banyaknya kerja tergantung pada penilaian subyektif dari kerja upah yang dilakukan dan imbalannya, dan oleh karena itu pertama-tama perbandingan yang ada didalam keluarga antara jumlah konsumen dan jumlah tenaga kerja.

  5. Tipe-tipe keluarga petani

  a. Sifat persediaan pangan, dimana persediaan pangan langka, seperti halnya di kalangan banyak bangsa primitive, unit-unit yang lebih besar daripada keluarga inti akan mengalami kesulitan untuk tetap bersatu sepanjang waktu, dan mungkin mereka berkumpul dalam satu kelompok hanya selama mereka mempunyai surplus persediaan pangan atau hanya untuk tujuan-tujuan tertentu.

  b. Dalam situasi dimana tanah menjadi begitu langka sehingga sebuah keluarga tidak dapat lagi menggunakan tanah yang dimilikinya sebagai landasan bagi konsilidasi lebih lanjut dan harus berpaling ke sumber- sumber penghasilan lain untuk menutup kekurangannya. Hal itu terjadi proses pewarisan, sehingga tiap lahan kecil untuk menghidupi inti suatu keluarga sekalipun.

  c. Berlakunya sistem buruh upah merupakan kondisi yang ketiga bagi timbulnya keluarga inti. Begitu petani-petani berubah menjadi buruh upahan, kemungkinan bahwa keluarga inti akan merupakan hal yang lazim menjadi lebih besar, terutama di mana kontrak kerja menyangkut pertukaran upah dengan kerja yang didasarkan atas kepentingan tunggal tanpa adanya hubungan-hubungan tambahan antara majikan dan buruh.

  6. Perubahan Mata Pencaharian Semakin meningkatnya harga kebutuhan sehari-hari sebagai petani berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dari keadaan ini menyebabkan ketimpangan antara pendapatan dan kebutuhan hidup. Maka dicari sebuah cara agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi salah satunya adalah dengan alih profesi. Suryosumanto (2009) mengemukakan bahwa alih profesi adalah sebuah proses berubahnya profesi atau mata pencaharian. Perubahan ini disebabkan berbagai macam faktor diantaranya adalah mata pencaharian yang lama tidak cukup untuk mambiayai kehidupan sehari-hari.

  Selanjutnya suryosumanto menambahkan ada 3 alasan seseorang melakukan alih profesi antara lain antara lain profesi yang dijalani tidak sesuai dengan minat dan bakat, hubungan kerja dengan alasan yang semakin memburuk, pendapatan yang tidak bisa menutupi pengeluaran.

  Konversi lahan secara besar-besaran kepenggunaan lain meliputi pembangunan industri, pasar, perkantoran, perumahan juga faktor penyebab perubahan mata pencaharian. Masalah ini tidak hanya berkurangnya lahan pertanian disebabkan juga oleh tenaga kerja pertanian dikalangan generasi muda keinginan untuk menjadi petani berkurang. Seperti yang dikemukakan Sunny (2010) bahwa dalam hal pertanian, alih profesi bisa diakibatkan oleh keinginan masyarakat untuk bergelut sebagai petani semakin berkurang dari tahun ketahun. Yang kemudian memicu banyaknya masyarakat bekerja di pabrik, perkantoran, industri pariwisata, dan pegawai negeri sipil. Bagi mereka menekuni profesi sebagai petani tidak menjanjikan masa depan yang cerah di masa yang akan datang karena selain pekerjaannya berat mulai pengelohan tanah, pemeliharaan sampai dengan panen, juga tidak ada upaya nyata dari pemerintahan untuk membantu petani pada saat pasca panen dengan memperhatikan harga komoditas pertanian.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

  Skripsi dari Agus Subali (2005) berjudul “Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga Petani, Studi Kasus; Desa Batujajar,

  Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor “ mempunyai tujuan mengetahui dampak

  konversi lahan terhadap struktur rumah tangga Petani, mengetahui penggunaan uang hasil konversi.

  Hasil dari penelitian tersebut adalah penguasaan lahan dapat

  mengggambarkan kemampuan ekonomi rumah tangga responden. Perubahan luas peguasaan lahan antara sebelum dan sesudah terjadinya konversi pada rumah tangga responden yang melakukan konversi dapat dilihat pada tabel 19. Sebelum konversi, responden yang memiliki luas lahan di bukit lebih dari 0,5 hektar sebanyak 15 persen yang menguasai antara 0,25 hektar hingga 0,5 hektar sebanyak 45 persen, sedangkan yang kurang dari 0,25 hektar 40 persen. Setelah konversi, hampir 45 persen responden tidak memiliki lahan tegalan lagi.

  Alasan petani mengkonversi lahannya bukan alasan ekonomis. Faktor karena paksaan dan ikut-ikutan menjual lahan, lebih dominan daripada harga lahan yang tinggi. Hanya 6,6 persen responden menyatakan tertarik dengan harga yang ditetapkan perusahaan, dan setelah diteliti lebih lanjut responden yang menyatakan tertarik dengan harga oleh PT adalah Calo yang mendapat keuntungan dari perusahaan dengan adanya harga yang murah ditingkat petani. Uang hasil konversi dengan harga rendah kebanyakan dialokasikan bukan pada bidang yang produktif, tapi lebih pada kegiatan yang sifatnya konsumtif. Petani sebenarnya merasakan bahwa ganti rugi lahan yang diterimanya tidak memadai untuk membeli tanah baru yang sepadan, meskipun lahan di bukit hanya memproduksi hasil seperti buah-buahan dan sedikit tanaman perkebunan.

  Ada beberapa butir pokok yang dapat disimpulkan dari studi dan analisis “ Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga Petani” yakni :

  1. Faktor utama yang menyebabkan konversi lahan di desa Batujajar dibagi menjadi dua yaitu a. Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri masyarakat penjual lahan sendiri dalam hal ini, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman kerja dan juga ketergantungan terhadap lahan

  b. Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar masyarakat desa Batujajar dalam hal ini Investor, pengaruh tetangga, pengaruh aparat desa dan juga calo-calo tanah yang memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan.

  2. Konversi lahan di daerah Batujajar meskipun bukan pada lahan sawah, tetapi pada lahan kering (tegalan) yang ada di perbukitan, secara tidak langsung mempengaruhi akses dan kontrol masyarakat terhadap lahan yang pada akhirnya mempengaruhi juga aktivitas ekonominya. Minimnya penguasaan lahan secara perlahan merubah budaya “ berkebun” atau bertani pada generasi mudanya. Generasi muda lebih senang bekerja di luar sektor pertanian semisal sebagai tukang ojek atau merantau ke kota yang terdekat semisal ke Bogor atau ke Jakarta.

  3. Rendahnya pendidikan petani dan juga penguasaan lahan yang sempit baik lahan sawah ataupun tegalan mendorong mereka untuk memaksimalkan