HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ANTAR ORANGTUA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA PUTERI

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ANTAR ORANGTUA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Zipora Stephanie NIM: 089114049 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012  

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ANTAR ORANGTUA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Zipora Stephanie NIM: 089114049 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012  

  Masa depan itu dibeli dari masa sekarang

  • Samuel Johnson-

  Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.

  • Mario Teguh-

  

Ku tak akan menyerah, pada apapun juga. Sebelum kucoba semua

yang ku bisa Tetapi ku berserah, kepada kehendakNya, hatiku percaya Tuhan punya rencana..

  _song : Jonathan Prawira_ Jika anda terlahir dalam kemiskinan itu bukanlah kesalahan anda, tapi jika anda mati dalam kemiskinan itu adalah kesalahan anda. _Bill Gates_  

    Menang, bukan berarti menjadi “paling”.

  Tetapi menang adalah karena Anda yang berusaha lebih baik dari sebelumnya.

  _Bennie Blair_

  SKRIPSI ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus

  Yang selalu memegang, menopang serta menuntun hidupku dalam kebahagiaan dan kesedihan, Serta

  Untuk keluargaku terkasih dan harta terindahku dalam hidup Papa, Mama, Ci Ita, Ko Nuh Adi, Ko Adiel

  Yang selalu mendukung dan memberikan cinta kasih yang sempurna

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ANTAR ORANGTUA DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA PUTERI

  Zipora Stephanie ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan positif antara

konflik antar orangtua dengan perilaku agresif pada remaja puteri. Hipotesis yang

diajukan adalah ada hubungan positif antara konflik antar orangtua dengan perilaku

agresif pada remaja puteri. Subjek penelitian ini adalah 112 remaja puteri dengan batasan

usia 12 tahun sampai 19 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala

konflik antar orangtuadan skala perilaku agresif. Koefisien reliabilitas dari skala konflik

antar orangtua adalah 0.923 dan koefisien reliabilitas dari skala perilaku agresif adalah

0.916. Hasil uji linearitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel yaitu

variabel konflik antar orangtua dan perilaku agresif linier karena memiliki probabilitas

sebesar 0.001 (p< 0.05). Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment

untuk mengetahui hubungan antara konflik antar orangtua dengan perilaku agresif pada

remaja puteri. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0.297

dengan probabilitas 0,001(p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif

antara konflik antar orangtuadengan perilaku agresif pada remaja puteri. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konflik antar orangtua, maka semakin tinggi

perilaku agresif pada remaja puteri.

  Kata kunci : Perilaku Agresif, Konflik Antar Orangtua, Remaja Putri

  

CORRELATION BETWEEN CONFLICTBETWEENPARENTS

WITH AGGRESSIVENESS IN GIRLS ADOLESCENT

Zipora Stephanie

ABSTRACT

  This research aim was to find if there was a positive correlation between

conflictbetweenparents andaggressivebehavior in girls adolescent. The hypothesis proposed

that there was a positive correlation between conflictbetweenparents andaggressivebehavior in

girls adolescent. The research subject were 112 girls adolescent from 12 to 19 years old. Data

collecting was distributing the conflictbetweenparents scaleand aggressivebehavior scale. The

reliability coefficient of the conflictbetweenparents reliability coefficient was 0.923

andaggressivebehavior scale was 0.916. Result of the linearity test in this study suggesting that

two variables, which were conflictbetweenparents andaggressivebehavior, was linier since

they have probability by 0.001 (p < 0.05). This research used Product Moment correlation

technique to finding out relationship between conflictbetweenparents and aggressivebehavior

in girls adolescent. Coefficient correlation (r) obtained in this study was 0.297 with probability

by 0.001 (p < 0.05). This means that there was positive correlation between

conflictbetweenparents and aggressivebehavior in girls adolescent. Thus, it can be concluded

that the higher conflictbetweenparents, the higher aggressivebehavior girls adolescent.

  Key word: AggressiveBehavior, ConflictbetweenParents, Girls Adolescent

   

KATA PENGANTAR

  Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Konflik Antar Orangtua dengan Agresivitas Pada Remaja Puteri” ini dapat diselesaikan dengan baik.

  Selama menulis Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak pihak yang telah memberikan bantuan dengan caranya masing-masing, sehingga Skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi. H., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik.

  2. Ibu Ratri Sunar Astuti, S. Psi., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si. selaku Dosen PembimbingSkripsi.

  Terima kasih atas ilmu yang telah dibagikan dan membimbing saya dalam mengerjakan skripsi hingga selesai.

  4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, terima kasih untuk ilmu-ilmunya.

  5. Seluruh karyawan Fakultas psikologi, Ibu Nanik, Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji, dan Pak Gie terima kasih untuk keramahan dan pelayanan selama menjalani perkuliahan.

  6. Bapak Paulus Sumardi, Selaku Kepala Sekolah SMP Bruderan Purwokerto yang telah memberikan ijin dalam menjalankan penelitian dan telah membantu dalam sarana penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar.

  7. Bapak Anton Bagjiantoro selaku Kepala Sekolah SMA Bruderan Purwokerto, Serta Bapak Cahyana selaku Guru di SMA tersebut yang telah memberikan ijin untuk dilakukannya penelitian. Terimakasih untuk bantuan dan pendampingan selama penelitian berlangsung.

  8. Papa Akong Riyanto dan Mama Gianti Rutwati yang telah menjadi malaikat dalam hidupku. Trimakasih atas dukungan, doa, bantuan baik dalam biaya sekolah sejak kecil hingga sekarang. Trimakasih atas cinta yang papa dan mama berikan untukku. Selama Fani di Yogyakarta, hanya hasil ini yang dapat fani berikan pada papa dan mama. Tetapi, usaha dan keinginan untuk membahagiakan papa dan mama akan terus fani perjuangkan selama-lamanya. Thanks for your love unconditioning daddy and mom... i love you..

  9. Saudara kandung Ci drh. Mei Ita Riyanti M.Sc, dan Ooh Adiel Rahmanto, S.Si, serta kakak ipar Ko drh. Nuh Adi Irawan M.Sc, Terimakasih atas doa, suport, dan semangat yang kalian berikan. Terimakasih juga atas bantuan dan pendampingan selama mengikuti kuliah dan menulis skripsi. Kalian selalu menjagaku dan selalu menghiburku disaat aku merasa bosan dan saat aku merasa sangat lemah dan putus asa.I Love You so Much.

  10. Seseorang yang selalu ada di hatiku, Yose Yordan. Trimakasih untuk dukungan, semangat, dan kesabarannya dalam menjalani hari-hari bersamaku. Trimakasih untuk cinta yang diberikan dengan mengerti segala kekuranganku namun terus melengkapiku dan menyemangatiku untuk menjadi seorang yang lebih baik. Kau tak akan terganti. Terimakasih juga untuk keluarga ko Yordan, trimakasih untuk dukungan dan semangatnya selama ini. I Love You so much.

  11. Untuk keponakanku, Mochan dan Mopy, juga untuk Alm Molexa.

  Terimakasih karena kalian terlah menghiburku, menemaniku, dan menjadikanku semangat dan terhibur.

  12. Untuk keluarga di Solo, Om drh. Bambang Irawan, Tante Debora Iis, Ci dr. Erika Irawan, dan Hana Amelia Irawan. Juga untuk Ci Vika Yolanda di Semarang, terimakasih untuk doa dan dukungan selama ini.

  13. Untuk sahabatku yang akan selalu ada di hatiku, Nia, Ivana, Nony, Maria, Titin, Ivone, Melisa, Lisa. Walaupun kalian jauh, tapi kalian tetap yang terbaik untukku. Terimakasih untuk sukacita kita selama ini. Terimakasih untuk semangat dan dukungan kalian.

  14. Untuk teman-teman di gereja, ka Tien Tamba, Danank, Daniel, mas Agiel, Mas Andri, Aris, Mba ari, dll. Terimakasih atas dukungan dan doa kalian selama ini. Terimakasih karena terus menyemangatiku ketika aku sedang putus asa.

  15. Sahabatku di kampus selama, Desy, Nindy, Dian, Mitha, Ci Lita, Irin, Aldo, Siska, Rina, Henry, Nopai, Agnes, Ricky, Skolastika, Ines, dan teman-teman yang lain. Terimakasih atas kebersamaan kalian dan perjuangan kita bersama dari Semester I.

  16. Teman-teman satu dosen pembimbing, cik Grace, Valle, Anna, Dian, Vicke, Anggun, Waldi, Mba Ayu, Mba Manda, dll. Terimakasih atas ilmu- ilmu yang saling diberikan. Terimakasih untuk kebersamaan dan suka duka dalam menulis skripsi.

  Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan Skripsi ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

  Yogyakarta, September 2012 Penulis

  Zipora Stephanie

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii HALAMAN MOTTO ........................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................... vi vii ABSTRAK .............................................................................................

  

ABSTRACT ........................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..... ix KATA PENGANTAR ........................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv

xviii DAFTAR TABEL .................................................................................

  

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xix

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................

  1

  1 A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

  9 B. Rumusan Masalah .....................................................................

  9 C. Tujuan Penelitian ......................................................................

  9 D. Manfaat Penelitian ....................................................................

  BAB II. LANDASAN TEORI ..............................................................

  11

  11 A. Remaja .........................................................................................

  11

2. Tahap Perkembangan Remaja ...........................................

  12

3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja ................................

  16

4. Tugas Perkembangan Pada Remaja Puteri ......................

  18 B. Perilaku Agresif .........................................................................

  18

1. Pengertian Perilaku Agresif ................................................

  19

2. Aspek-aspek Perilaku Agresif .............................................

  20

3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif .........................................

  24

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ......

  28

5. Perilaku Agresif Pada Remaja Puteri ................................

  29 C. Konflik ........................................................................................

  29

1. Pengertian Konflik ..............................................................

  30

2. Pengertian Konflik Antar Orangtua .................................

  32

3. Aspek-aspek Konflik Antar Orangtua ...............................

  33

4. Sumber Konflik Antar Orangtua .......................................

  D. Dinamika Hubungan Antara Konflik Antar Orangtua dan

Perilaku Agresif ..........................................................................

  36

  41 E. Hipotesis Penelitian ....................................................................

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................

  42

  42 A. Jenis Penelitian ...........................................................................

  42 B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................

  42 C. Definisi Operasional ...................................................................

  42

1. Konflik Antar Orangtua .....................................................

  49 D. Subjek Penelitian ........................................................................

  49 E. Metode Pengumpulan Data .......................................................

  52 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................

  52

1. Estimasi Validitas .................................................................

  53

2. Seleksi Item ...........................................................................

  58

3. Estimasi Reliabilitas .............................................................

  59 G. Teknik Analisis Data ..................................................................

  59

1. Uji Asumsi .............................................................................

  59 a. Uji Normalitas .................................................................

  59 b. Uji Linearitas ..................................................................

  60

2. Uji Hipotesis ..........................................................................

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................

  61 A. Pra Penelitian, Pelaksanaan Penelitian dan Data

Demografi ....................................................................................

  61

  61

1. Pra Penelitian ........................................................................

  62

2. Pelaksanaan Penelitian ........................................................

  64

3. Data Demografi .....................................................................

  64 B. Analisis Data ...............................................................................

  64

1. Uji Normalitas .......................................................................

  65

2. Uji Linearitas ........................................................................

  66

3. Uji Hipotesis ..........................................................................

  67

4. Uji Tambahan .......................................................................

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................

  75

  75 A. Kesimpulan ................................................................................

  76 B. Keterbatasan Penelitian ...........................................................

  76 C. Saran .........................................................................................

  DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

  78

  83 LAMPIRAN ..........................................................................................

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blueprint Skala Perilaku Agresif ...........................................

  50 Tabel 2 Blueprint Skala Konflik Antar Orangtua .............................

  52 Tabel 3 Blueprint Skala Perilaku Agresif Sebelum Uji Coba ..........

  54 Tabel 4 Blueprint Skala Perilaku Agresif Setelah Uji Coba .............

  55 Tabel 5 Blueprint SkalaPerilaku Agresif Setelah Dilakukan

Penyusunan Ulang ..................................................................

  56 Tabel 6 Blueprint SkalaKonflik Antar Orangtua Sebelum Uji Coba

  56 Tabel 7 Blueprint Skala Konflik Antar Orangtua Setelah Uji Coba 57 Tabel 8 Blueprint Skala Konflik Antar Orangtua Setelah Dilakukan

Penyusunan Ulang ..................................................................

  58 Tabel 9 Deskripsi Usia Subjek Penelitian ...........................................

  64 Tabel 10 Ringkasan Uji Normalitas ...................................................

  65 Tabel 11 Ringkasan Uji Linearitas ......................................................

  66 Tabel 12 Hasil Skor Korelasi Antara Konflik Antar Orangtua

Dan Perilaku Agresif ............................................................

  67 Tabel 13 Ringkasan Uji T .....................................................................

  68 Tabel 14 Ringkasan Mean Perilaku Agresif .......................................

  69 Tabel 15 Perbandingan Mean Teoritik Dan Mean Empirik Perilaku

Agresif ...................................................................................

  69 Tabel 16 Perbandingan Mean Teoritik Dan Mean Empirik Konflik

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skala Penelitian ................................................................

  83 Lampiran 2Hasil Penelitian .................................................................

  95

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif merupakan fenomena yang umum terjadi di masyarakat. Fenomena ini tidak pernah surut bahkan cenderung meningkat. Hal tersebut terbukti dari banyaknya berita di media massa terkait dengan Perilaku agresif yang dilakukan remaja. Sebagai contoh di daerah UKI

  (Universitas Kristen Indonesia) Jakarta pada tanggal 18 Febuari 2007 terjadi tawuran antara pelajar SMK Bakti-Cawang dan STM Penerbangan-blok M, yang mengakibatkan salah seorang siswa terkena luka bacok di kepala (“Tawuran antar pelajar SMK Bkati Cawang”, 2007). Di Blok-M Jakarta Selatan pada tanggal 4 Oktober 2007 terjadi tawuran antara 2 SMA yaitu SMA 6 Mahakam dan SMA 70 Bulungan yang melibatkan ratusan siswa dari masing-masing sekolah (“Tawuran antar 2 SMA”, 2007). Kemudian di Jakarta Selatan pada tanggal 20 Februari 2009 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari 50 siswa yang berasal dari SMU Cendrawasih dan STM Bakti Data (“Tawuran antar pelajar”, 2009). Selain tawuran-tawuran yang terjadi, ada banyak tindakan perilaku agresif lain yang dilakukan remaja seperti yang di laporkan oleh Kepala Bapas Surakarta antara lain selama tahun 2001 sebanyak 98 kasus. Dari kasus tersebut, remaja yang melakukan pencurian sebanyak 50 kasus, melanggar lalu lintas 3 kasus, melakukan pengrusakan 2 kasus, melakukan penganiayaan 14 kasus, melakukan tindakan asusila 9 kasus, perkelahian menggunakan senjata tajam 1 kasus, pengeroyokan 1 kasus, pemerkosaan 7 kasus, dan melakukan tindakan kekerasan 2 kasus. (“Laporan Kepala Bapas Surakarta”, 2001).

  Perilaku agresif yang sering terjadi memang didominasi oleh remaja putera, namun perilaku agresif juga dapat dilakukan oleh para remaja puteri.

  Sebagai contoh pada akhir tahun 2011 di Bali, terjadi pengroyokan yang dilakukan oleh geng motor puteri dengan korbannya yang juga salah satu anggota motor tersebut. Pengroyokan tersebut disebabkan oleh hal sepele namun para pelakunya sudah merencanakan pengroyokan tersebut dengan menyiapkan botol bir dan gunting untuk menganiaya korbannya. Kejadian tersebut sangat meresahkan warga Bali karena takut terjadi kerusuhan yang semakin meluas. (“Pengroyokan remaja puteri di Bali”, 2011). Selain itu pada 22 Oktober 2008 di Tulungagung, Jawa Timur, terjadi perilaku agresifyang dilakukan oleh geng siswi SMU favorit di Tulungagung. Anggota geng siswi yang menamakan dirinya sebagai “Geng Nyik-nyik” ini melakukan penganiayaan pada seorang siswi lainnya di depan kantin sekolah. Pelaku terlihat menampar muka dan menjambak rambut korbannya. Korban berusaha melawan, namun tidak berdaya karena dikeroyok oleh beberapa siswi. Hal ini dikarenakan korban tidak mau membelikan makanan untuk geng tersebut. (“Geng cewek nyik-nyik”, 2008). Tentu contoh-contoh tersebut tidaklah mewakili semua bentuk perilaku agresif yang terjadi. Di luar itu masih banyak perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja yang telah terjadi.

  Setidaknya, contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa perilaku agresifremaja sangat marak terjadi dan begitu mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat kita. Bukan hanya para remaja putera saja yang menjadi pelaku, namun remaja puteri juga sudah menunjukan perilaku agresif.

  Banyak hal yang dapat menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif di kalangan remaja. Salah satu tokoh psikologi sosial mengelompokan penyebab perilaku agresif. Tokoh tersebut adalah Baron dan Byrne (1984) yang mengelompokan tiga penyebab dasar perilaku agresif, yaitu perilaku agresif sebagai perilaku bawaan, dorongan yang berasal dari luar, dan pembelajaran sosial. Dari tiga penyebab dasar agresivitas tersebut, oleh beberapa ahli kemudian dikelompokkan sebagai faktor internal dan faktor eksternal. Kondisi internal bisa terdiri dari : kepribadian, hubungan interpersonal, dan kemampuan. Sedangkan kondisi eksternal bisa terdiri dari : frustrasi, provokasi, dan model yang kurang baik yang dipengaruhi dari : media massa, pengaruh lingkungan keluarga, dan pengaruh lingkungan sebaya.

  Setelah dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal, Monks (2002) menambahkan penjabaran lebih detail dengan menyatakan bahwa faktor yang berasal dari kondisi internal dapat berupa remaja yang masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Hal ini dikarenakan, remaja sedang mengalami berbagai perubahan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikologis. Hal tersebut membawa dampak psikologis terutama berkaitan dengan adanya gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan-aturan dan norma- norma sosial yang berlaku. Ketegangan-ketegangan yang dialami remaja kadang-kadang tidak terselesaikan dengan baik yang kemudian menjadi konflik berkepanjangan. Ketidakmampuan remaja dalam mengantisipasi konflik akan menyebabkan perasaan gagal yang mengarah pada frustrasi.

  Bentuk reaksi yang terjadi akibat frustrasi diantaranya perilaku kekerasan yang dilakukan untuk menyakiti diri atau orang lain, yang sering disebut agresi. Frustrasi tersebut sering mengganggu inteligensi dan kepribadian anak sehingga kalut batinnya lalu melakukan perkelahian, kekerasan, kekejaman, teror terhadap lingkungan dan perilaku agresif lainnya. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif.

  Salah satu faktor ekternal yang dapat memicu remaja melakukan tindakan agresif adalah dari tayangan televisi yang berisi kekerasan. Menurut penelitian yang telah dilakukanoleh Apollo dan Ancok (2003), diperoleh hasil adanya hubungan yang signifikan antara intensitas menonton tayangan televisi yang berisi kekerasan dengan kecenderungan agresivitas remaja. Hal ini dikarenakan televisi dapat menjadi sebuah pendorong sekaligus guru bagi norma-norma perilaku anti-sosial ketika menyadarkan betapa banyak karakter di televisi yang melakukan perilaku anti-sosial. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa perkembangan dan perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh televisi. Salah satu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Tucher (1897) yang melaporkan bahwa remaja yang menonton televisi pada tingkat rendah ternyata lebih sehat secara fisik, emosi lebih stabil, imajinatif, santai, aktif secara fisik, dapat mengontrol diri, cerdas, bermoral, berpendidikan, religius, dan lebih percaya diri daripada remaja yang sering menonton televisi, dan mereka juga tidak banyak mempunyai masalah psikologis.

  Faktor eksternal lain yang dapat memicu remaja menjadi berperilaku agresif adalah teman sebaya. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan Puspitawati (2008) menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara teman sebaya dengan perilaku agresif. Pergaulan dengan teman sebaya sangat berguna bagi remaja karena merupakan fundamental bagi kehidupan bermasyarakat. Namun, perlu diwaspadai karena pengaruh teman sebaya dapat memberikan peluang penyimpangan perilaku yang mengarah pada kemerosotan moral.

  Terdapat banyak faktor yang dapat memberikan kemungkinan remaja berperilaku agresif. Salah satu faktor tersebut adalah hubungan antara kedua orangtua. Hurlock (1987) menyatakan bahwa anak-anak yang berada pada hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan mempersepsikan rumah mereka sebagai suatu tempat yang menyenangkan untuk hidup, dan keluarga mereka adalah kelompok individu yang menyenangkan. Namun, apabila hubungan keluarga buruk, maka akan mempengaruhi anggota keluarga lain, dan tercipta suasana yang tidak menyenangkan. Pernyataan tersebut juga serupa dengan pernyataan Hawari (1997) yang menyatakan bahwa keharmonisan keluarga sebenarnya terletak pada erat tidaknya hubungan antar anggota keluarga, seperti ayah, ibu, dan anak. Rendahnya kualitas dan kuantitas konflik antara suami istri dalam keluarga merupakan indikasi dari keluarga yang harmonis.

  Hawari (1997) juga menambahkan bahwa suatu keluarga yang baik merupakan model bagi setiap individu yang terlibat didalamnya. Anak biasanya mengamati dan memodeling perilaku orangtua. Karena pada awalnya mereka belajar dari mengamati dan memodeling perilaku orangtuanya. Dengan mengamati keadaan keluarga dan sikap yang dimiliki oleh orangtuanya, anak memperoleh gagasan tersendiri mengenai kehidupan berkeluarga dan perkawinan. Sayangnya hubungan dalam keluarga tidak senantiasa sempurna. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap keluarga akan timbul konflik dan persoalan yang tidak terelakan.

  Apollo dan Ancok (2003) menambahkan bahwa apabila konflik antara orang tua terjadi secara terus menerus, maka akan membuat anak menjadi tumbuh dalam situasi berkonflik, walaupun konflik tersebut bisa jadi tidak melibatkan anak mereka ataupun anak ikut menjadi pelampiasan konflik.

  Situasi tersebut menimbulkan frustrasi bagi anak mereka. Frustrasi tersebut muncul dari anak yang seringkali merasa tertekan melihat pertengkaran yang terjadi diantara kedua orangtuanya. Walaupun remaja sudah memiliki pemikiran secara kritis mengenai apa yang baik dan yang buruk, namun permasalahan yang terjadi pada orangtua yang membuat anak menjadi frustrasi karena tekanan-tekanan dan perasaan kebimbangan akan situasi yang ada ditengah-tengahnya memiliki pengaruh pada anak untuk berperilaku agresif.

  Peran orangtua merupakan titik sentral dalam usaha menciptakan suasana rumah yang aman bagi anak mereka. Suasana yang aman bagi anak dapat berupa hubungan keharmonisan antar anggota keluarga. Hal ini serupa dengan pernyataan Apollo dan Ancok (2003)bahwa cara orangtua mengembangkan pola hubungan yang harmonis diantara pasangan, akan menjadi teladan bagi anak mereka dalam mengembangkan hubungan yang harmonis pula dengan kedua orangtuanya. Pada akhirnya juga akan mempengaruhi pola hubungan yang dikembangkan anak dengan saudara- saudaranya dan dengan orang lain. Sedangkan apabila konflik-konflik yang berkembang antara orangtua menjadi berlarut-larut, dapat menimbulkan berbagai hal yang negatif, baik bagi remaja itu sendiri maupun dalam hubungannya antara remaja dan orangtuanya. Kondisi demikian merupakan suatu keadaan yang tidak baik bagi remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks, baik fisik maupun sosial termasuk pendidikan, antara lain dapat menimbulkan keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya maupun berbagai permasalahan agresivitas.

  Penelitian yang mengarah pada hubungan antara konflik antara orangtua dengan perilaku agresif remaja sudah pernah ada yang meneliti.

  Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lewis (2010) yang dilakukan pada subjek 365 mahasiswa dengan rata-rata umur putera 19,49 dan rata-rata umur puteri 19,62. Hasil dari penelitian tersebut hanya menunjukkan perilaku agresif dalam khas remaja putera. Selain itu, penelitian lain dilakukan oleh Puspitawati (2008) yang hanya dilakukan di STM dengansubjeknya berjenis kelamin remaja putera. Oleh karena itu, kebanyakan dari penelitian yang sudah ada melakukan penelitian pada subjek remaja putera dan memberikan hasil perilaku agresif dalam khas remaja putera. Hal ini melatar belakangi peneliti ingin meneliti mengenai “hubungan antara konflik orangtua dengan perilaku agresif remaja”. Namunpeneliti ingin menggunakan subjek penelitian pada remaja puteri. Oleh karena itu, peneliti ingin menfokuskan pada “hubungan antara konflik antar orangtua dengan perilaku agresif pada remaja puteri”.

  Menurut Kartono dan Kartini (2006), remaja puteri memiliki peran penting pada masa depannya. Hal ini dikarenakan remaja puteri akan menjadi seorang ibu. Seorang ibu akan memiliki tanggung jawab yang besar dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka. Hal ini dikarenakan relasi seorang ibu pada anak sangat penting. Apabila seorang ibu memiliki riwayat masa remaja yang berperilaku agresif, anak tersebut memiliki kemungkinan untuk berperilaku agresifpada masa dewasanya. Oleh karena itu,perilaku agresif tersebut dapat ditiru atau dimodeling oleh anak mereka nantinya.

  Perilaku agresif tersebut juga dapat terjadi karena adanya proses pembelajaran. Pembelajaran yang secara terus menerus akan membuat anak menjadi lebih dapat mengeluarkan ekspresi negatif mereka. Jika hal tersebut terjadi maka akan berdampak negatif pada diri anak sendiri dan relasi dengan orang lain.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian: Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara konflik antar orangtua denganperilaku agresif pada remaja puteri? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut: Untuk melihat hubungan positif yang signifikan antara konflik antar orangtuadengan perilaku agresif pada remaja puteri.

  D. Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Secara Teoritik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, khususnya ilmu psikologi sosial dan psikologi perkembangan yang dapat memasukan gambaran mengenai hubungan antara konflik antar orangtua dengan perilaku agresif pada remaja puteri.

  2. Secara Praktis

  a. Manfaat bagi remaja puteriadalah agar dapat menambah pengetahuan mengenai hubungan antara konflik antar orangtua dengan perilaku agresif pada remaja puteri. Melalui pengetahuan tersebut, remaja puteri dapat mengolah emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan serta dengan cara yang dapat diterima masyarakat sehingga dapat mengurangi angka agresivitas yang terjadi.

  b.

  Manfaat bagi orangtua adalah untuk dapat memberikan gambaran mengenai hubungan konflik antar orangtua dengan perilaku agresivitas yang terjadi pada remaja puteri, sehingga dapat mempertimbangkan cara-cara menangani konflik.

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja

  1. Pengertian Remaja

  MenurutMonks(2002), istilah adolesensiatau remaja berasal dari kata latin yaitu ‘adolescere’ yang berarti perkembangan menjadi dewasa.

  Piaget (dalam Hurlock,1999) menambahkan pernyataan tersebut bahwa istilah adolescence mempunyai arti lebih luas yaitu mencakup emosional, mental, sosial dan fisik. Dari dua definisi adolescene yang diberikan oleh Monks dan Piaget tersebut, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, emosi dan sosial, sesuai dengan yang dinyatakan oleh Santrock (2003).

  2. Tahap Perkembangan Remaja

  Batasan usia yang ditetapkan para ahli untuk masa remaja berbeda- beda. Rentan usia remaja menurut Santrock (2003) adalah antara 12 sampai 19 tahun. Santrock membagi 2 masa remaja menjadi 2 fase, yaitu remaja awal (early adolescence) yaitu antara 12 sampai 15 tahun yang diperkirakan sama dengan masa sekolah menengah pertama dan sedang mengalami masa pubertas dan masa perubahan dan perkembangan, dan remaja akhir (late adolescence) yaitu 16 sampai 19 tahun.

  Pendapat yang hampir sama dengan Santrock adalah Hurlock (1999) yang menyatakan rentang usia remaja berkisar pada usia 13-18 tahun. Hurlock (1999) membagi usia remaja menjadi dua bagian, yaitu awal masa awal remaja yang berlangsung dari usia 13 tahun sampai 17 tahun, dan masa akhir remaja yang bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun.

  Berbeda dengan pendapat Hurlock dan Santrock yang membagi usia remaja menjadi dua bagian, Monks (2002) menyatakan bahwa batasan usia remaja antara 12 sampai 21 tahun, yang terbagi dalam tiga fase yaitu remaja awal yakni antara usia 12 hingga 15 tahun, remaja tengah/madya antara usia 15 hingga 18 tahun dan remaja akhir yang berusia antara 18 hingga 21 tahun.

  Senada dengan pendapat Monks, Suryabrata (1981) membagi masa remaja menjadi tiga, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Pada masa remaja mengalami perkembangan kematangan alat kelamin fisik, dimana remaja puteri mengalami menstruasi yang berkisar pada usia 11 hingga 15 tahun. Berdasarkan data diatas, peneliti menggunakan rentang usia 12 hingga 19 tahun sesuai dengan pandangan Santrock (2003).

3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja

  Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah suatu masa dimana terjadi berbagai perubahan dan perkembangan. Pada masa remaja terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik secara aspek fisik, kognitif, emosi maupun sosial. Aspek-aspek tersebut antara lain: a.

  Perkembangan Fisik Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur. Dampak dari produksi hormone tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Atwater (1992) adalah dengan menstruasi, membesarnya pinggul, buah dada dan puting susu semakin tampak menonjol. Tumbuh rambut dikemaluan, ketiak, lengan kaki serta kulit wajah. Terjadi perubahan suara dari kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodious).

  Kelenjar keringat lebih aktif sehingga kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori bertambah besar.

  Perubahan perkembangan remaja puteri berlangsung dengan cepat. Friedman (1998) menyatakan bahwa remaja puteri membutuhkan dukungan dari orangtua dan keluarga. Apabila keluarga mengalami berbagai macam konflik, maka dukungan pada remaja menjadi terabaikan. Hal ini memungkinkan remaja menjadi tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri dan berpengaruh terhadap psikologis remaja. b.

  Perkembangan Kognitif Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka. Dimana informasi yang didapat tidak langsung begitu saja diterima ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding lainnya, lalu remaja juga sudah mampu menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Remaja puteri mengalami perkembangan kognitif dengan melibatkan juga perkembangan emosional. Friedman (1998) menyatakan bahwa apabila yang dialami dan diamati oleh remaja puteri adalah suatu bentuk pertikaian diantara orangtua, remaja puteri menggunakan pengolahan pemikiran dan juga perasaan untuk juga dapat merasakan apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga dan juga orangtua. Hal ini membuat remaja puteri diharapkan sudah dapat mengolah sendiri apa yang terjadi. Hal ini dikarenakan remaja sudah dapat memberi penilaian tersendiri dan mengolah pemikiran tersendiri.

  c. Perkembangan Sosial-Emosional Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm dan stress.

  Peningkatan emosional remaja didukung dari segi kondisi sosial, dimana pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada remaja. Remaja puteri memiliki emosional yang lebih halus. Hal ini dikarenakan tuntutan remaja puteri yang diharapkan mampu menjaga emosi secara tidak berlebih dan mengeluarkan emosi secara tepat. Namun pada perkembangannya, remaja juga mengalami tuntutan dan tekanan yang berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan dari masyarakat. Misalnya,tuntunan yang remaja puteri peroleh adalah mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus mandiri dan bertanggung jawab serta harus menjaga peran sebagai remaja puteri. Selain itu, menurut Friedman (1998), tekanan yang diperoleh dari remaja adalah permasalahan- permasalahan yang terjadi pada keluarga membuat remaja menjadi kurang nyaman dengan situasi tersebut. Dengan demikian, seiring dengan perkembangannya remaja akan mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrim dan mampu mengekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat.

  Oleh karena itu, Hurlock(1999), memberikan istilah bahwa remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil. Nuryoto (1992) menambahkan pandangan tersebut dengan memaparkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: (1) tidak bersikap kekanak-kanakan. (2) bersikap rasional. (3) bersikap objektif (4) dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut. (5) bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. (6) mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

4. Tugas Perkembangan Pada Remaja Puteri

  Secara khusus, remaja puteri juga memiliki tugas perkembangan, menurut Havighurs (dalam Yusuf, 2008) tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:

  a. Menerima keadaan fisik. Remaja puteri mengalami pertumbuhan lebih cepat dalam hal pertumbuhan fisik bila dibandingkan dengan remaja putera. Friedman (1998) menyatakan bahwa remaja puteri memerlukan dukungan dari keluarga dan orangtua. Apabila remaja puteri mengalami pengabaian dukungan dari orangtua dikarenakan orangtua mengalami konflik pribadi, maka remaja puteri mengalami ketidak percayadiri. Hal ini membuat dukungan dari orangtua cukup penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada remaja puteri sehingga remaja tersebut dapat menerima diri mereka.

  b. Menerima peran sebagai wanita. Remaja puteri diharapkan mampu menjaga peran sebagai wanita yang pada budaya Indonesia masih menjunjung tinggi peran wanita yang baik. Friedman (1998) menyatakan bahwa peran orangtua juga dapat menjadi panutan remaja puteri dalam membangun perannya sebagai seorang wanita. Oleh karena itu, remaja puteri harus dapat menentukan peran wanita yang seperti apa yang akan menjadi langkah remaja selanjutnya.

  Peran remaja puteri sekarang lebih diberikan kebebasan daripada remaja puteri pada generasi sebelumnya, sebagai contoh remaja puteri dapat memilih secara mandiri untuk bekerja dalam bidang bisnis atau profesi lainnya.

  c.

  Menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Pada usia remaja, apabila remaja mengalami ketidaknyamanan dalam lingkungan keluarga, maka remaja tersebut akan mencari lingkungan yang dapat menjadi tempat perkembangan remaja. Pada remaja puteri akan cenderung membentuk “kelompok”. Hubungan dengan teman sebaya diharapkan dapat membuat remaja puteri menjadi lebih nyaman dan dapat mengganti ketidaknyamanan dari konflik antar orangtua.

  d. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain, yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan tentang tingkah laku pribadinya sendiri.

  e. Memperoleh kebebasan untuk mengatur ekonomi/keuangan. Hal ini dikarenakan remaja puteri lebih memiliki perhitungan dan pengaturan ekonomi yang lebih baik dari remaja putera.

  f. Memilih dan mempersiapkan diri pada suatu pekerjaan atau jabatan. g.

  Mengembangkan ketrampilan dan konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara.

  h.

  Menginginkan dan berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.

  Remaja puteri diharapkan dapat berperilaku patuh, mengikuti arturan, tidak bersikap arogan dan bersikap tertib. i.

  Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.

B. Perilaku Agresif 1. Pengertian Perilaku Agresif

  Banyak ahli atau tokoh yang mengartikan agresi dengan makna yang hampir serupa. Secara umum perilaku agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap organisme lain atau objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri (Dayakisni dan Hudaniah, 2003). Dari pengertian secara umum tersebut, Krahe (2005) menjelaskan dengan membagi perilaku agresif dalam tiga faktor perilaku agresif yaitu, akibat yang merugikan/menyakiti, niat dan harapan untuk merugikan, dan keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk menghindari stimulus yang merugikan itu.

  Hal ini didukung oleh Robert Baron (dalam Koeswara, 1998) yang menyatakan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban, dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.

  Medinnus dan Johnson (1974), menjelaskan bahwa perilaku agresif bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal.

  Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan dengan niat untuk mencelakai/melukai organisme lain atau objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri dan menimbulkan harapan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan suatu akibat yang dirasakan oleh individu atau pun kelompok dengan adanya keinginan korban untuk menghindarinya.