Adversity quotient pada fasilitator program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri [PNPMM] di Kabupaten Boyolali - USD Repository
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ADVERSITY QUOTIENT PADA FASILITATOR PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
(PNPMM) DI KABUPATEN BOYOLALI
S k r i p s i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Nastiti Anggarini Wiraputri
NIM: 029114084
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bapa Surgawi ajarku mengenal betapa dalamnya kasihMu
Bapa Surgawi buatku mengerti betapa kasihMu padaku
Semua yang terjadi di dalam hidupku
Ajarku menyadari Kau s’lalu sertaku
B’ri hatiku s’lalu bersyukur padaMu
Karena rencanaMu indah bagiku
Bahagiaku ini kupersembahkan bagi-Mu yang selalu menemani setiap langkah hidupku...
Bapak Willy…Ibu Made…Yudha…Putri…Keluarga Lembong…dan teristimewa untuk malaikat kecilku Ranggaputra…Skripsi ini juga kupersembahkan untuk kalian. Terima kasih untuk segala kasih, doa dan dukungannya selama ini…
Tuhan memberkati
Jesus never said life is going to be easy He never tell that you’ll never struggle But He promise that He always be there for you
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPMM) DI KABUPATEN
BOYOLALI
Oleh : Nastiti Anggarini Wiraputri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Adversity Quotient pada fasilitator PNPMM di kabupaten Boyolali. Adversity Quotient adalah pola tanggapan yang ada dalam pikiran individu terhadap kesulitan, yang selanjutnya menentukan bagaimana tindakan individu tersebut terhadap kesulitan yang dihadapinya. Fasilitator PNPMM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri) adalah orang yang memudahkan warga untuk membangun proses dialog diantara mereka untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi. Fasilitator PNPMM dihadapkan pada berbagai kesulitan kerja baik dalam diri sendiri maupun dari lingkungan kerja serta dari masyarakat dimana fasilitator itu bertugas. Kemampuan fasilitator PNPMM dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya dapat diketahui melalui Adversity Quotient (AQ).
Data diperoleh dengan pemberian skala Adversity Quotient yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya kepada 40 orang fasilitator PNPMM di kabupaten Boyolali. Reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,756. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif melalui program SPSS 11,5 for
windows.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa seluruh subjek penelitian sebanyak 40 orang (100%) memiliki Adversity Quotient dalam kategori sedang. Mean empirik yang diperoleh dalam skala penelitian ini adalah 93,38 sedangkan mean teoritiknya adalah 92,5. Skor minimum yang didapatkan adalah 37, dengan skor maksimum 78.
Kata Kunci: Adversity Quotient dan Fasilitator PNPMM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ADVERSITY QUOTIENT IN THE PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPMM) FACILITATOR IN
BOYOLALI REGENCY
By: Nastiti Anggarini Wiraputri
ABSTRACT
This research is purposed to known the picture of Adversity Quotient in PNPMM facilitator in Boyolali regency. Adversity quotient is defined as a pattern of response in people mind to difficulty and next will determine about how an individual react to the difficulties that they are up against. The PNPMM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri) facilitator is a person who will help and ease the society to build the dialogue between themselves to identify and solve the problems that occurred. The PNPMM facilitator is faced various difficulty of work, both comes from themselves and the work environment and also from the society where the facilitator works. The ability of the PNPMM facilitator in exceed the difficulties could be known by the Adversity Quotient (AQ).
The data was acquired by giving the Adversity Quotient scale which had been tested its validity and reliability to 40 people of PNPMM facilitator in Boyolali regency. The reliability in this research was 0,756. Then the data was analyzed by using descriptive statistic method through the program SPSS 11,5 for windows.
The result of this research describes that all of the research subject as much as 40 people (100%) have the Adversity Quotient in the average category. The empiric mean that had been got in this research scale is 93,38 while the theoretic mean is 92,5. the minimum score is 37, and the maximum score is 78.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya yang menuntun dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini demi meraih gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, hingga memperlancar pengerjaan skripsi ini. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Jesus Christ, My Savior…Hanya Kau yang selalu setia saat aku mengalami jatuh dan bangun di dalam hidup ini.
2. Bapak Eddy Suhartanto, S. Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Santa Dharma yaitu Ibu Sylvia Carolina, S.Psi., M.Si.
4. Pembimbing skripsi saya, Ibu Nimas yang dengan sabar menghadapi keterbatasan saya dan membantu serta selalu memberi pencerahan dan semangat kepada saya. Terima kasih banyak bu...
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mengajarkan berbagai pengetahuan.
6. Mas Gandung, Mba Nani, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi dan semua karyawan yang telah membantu selama ini.. Terima kasih.
7. Para fasilitator PNPMM di KMW 13 khususnya fasilitator di kabupaten kebumen dan boyolali. Terimakasih banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Keluargaku tercinta atas dukungannya dalam segala hal; Bapak yang selalu memberi dukungan dan mengajarkan banyak hal dalam menghadapi hidup, terimakasih banyak. Ibu yang tidak pernah lelah memberi semangat dan selalu menerima keluh kesahku dengan kesabaran yang luar biasa berarti untukku.
Terimakasih banyak.. Yudha dan Putri, meskipun jarang ketemu tapi aku yakin kalian selalu mendukung aku... (heuheuheu...)
9. Malaikatku, Jan Ranggaputra Wiratama Lembong… Sumber semangatku yang terbesar karena kamu mengajariku banyak hal untuk terus bertahan di dalam hidup ini… Love U ! 10.
Q, terima kasih.
11. Papa Robby, Mama Edith dan piping, terimakasih banyak atas doa dan dukungannya. God Bless U all.
12. My bestfriend Sentia, Ratih, Ck, Anie…Thanx buat semua dukungan dan persahabatan kita… Love U all...
13. Ci’monic, bita dan mas sigit…terimakasih banyak ya… Tuhan memberkati.
14. Teman-teman yang kusayangi: Laora (trims untuk berbagai pandangan dan masukan yang berarti..), rosa (makasih banyak atas semuanya ya jeng…), dey, k’bimo, dyah_japlun, gery, stef_epan (thanx idenya), keluarga pelangi (bapak & ibu Gatot, dan semua anak kos), cahya, mitha, ika, epot, andriy_papi kera, anna_jugul, lois, heru, gaban, bang jo, mas aan, don, mba senny, may, dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tuhan Memberkati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Judul………………………………………………………………… i Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing…………………………………….. ii Halaman Pengesahan Penguji………………………………………………….. iii Halaman Persembahan……………………………………………………….... iv Halaman Pernyataan Keaslian Karya..………………………………………… v Abstrak………………………………………………………………………... vi Abstract……………………………………………………………………….. vii Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah………………………………… viii Kata Pengantar………………………………………………………………… ix Daftar Isi………………………………………………………………………. xii Daftar Tabel…………………………………………………………………… xv Daftar Lampiran………………………………………………………………. xvi A. Latar Belakang…………………………………………….
1 B. Rumusan Masalah…………………………………………
6 C. Tujuan Penelitian………………………………………….
6 D. Manfaat Penelitian…………………………………………
6 1. Manfaat Teoritis………………………………………..
6
2. Manfaat Praktis…………………………………………
7 BAB II LANDASAN TEORI………………………………………….
8 A. Adversity Quotient…..……………………………………. 8
1. Definisi Adversity Quotient……………………………
8
2. Dimensi Adversity Quotient…………………………… 8 3. Faktor-faktor Adversity Quotient……………………....
11 B. Fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM)…………………………………………………… 14
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM)……………………………………………….. 14 2. Definisi Fasilitator……………………………………….
15
3. Kualifikasi Fasilitator PNPMM…………………………. 16 4. Tugas dan Peran Fasilitator PNPMM…………………....
16
5. Kesulitan Fasilitator........................................................... 18 C. Adversity Quotient pada Fasilitator PNPMM………………..
19 D. Pertanyaan Penelitian................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………. 23 A. Jenis Penelitian………………………………………………. 23 C. Subjek Penelitian…………………………………………….. 24 D. Metode dan Alat Pengumpulan Data………………………… 24 E. Kredibilitas Alat Pengumpul Data…………………………… 27
1. Validitas…………………………………………………. 27
2. Seleksi Item……………………………………………… 27
3. Reliabilitas……………………………………………….. 30
F. Analisis Data……………………………………………….… 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 32 A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………… 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Persiapan Penelitian............................................................ 32
2. Pelaksanaan Penelitian........................................................ 32
3. Subjek Penelitian................................................................. 32
B. Hasil Penelitian......................................................................... 33
1. Deskripsi Data Penelitian…………………………………. 33
2. Kategorisasi……………………………………………….. 33
C. Pembahasan…………………………………………………... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….……. 38 A. Kesimpulan………………………………………………….. 38 B. Saran…………………………………………………………. 38 C. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 38 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 40 LAMPIRAN……………………………………………………………………… 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blueprint jumlah item sebelum Try Out……………………….…… 25 Tabel 2. Skor Item berdasarkan Jenis Pilihan Respon………..………………
26 Tabel 3. Distribusi Item Setelah Try Out…………………………………….. 28 Tabel 4. Distribusi Item Sahih………………………………………………..
29 Tabel 5. Tingkat Relibilitas berdasarkan Nilai Alpha……………………….. 30 Tabel 6. Hasil Uji Relibilitas Skala Adversity Quotient fasilitator PNPMM…
30 Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian……………………………………………
33 Tabel 8. Norma Kategorisasi………………………………………………….. 34 Tabel 9. Kategorisasi Skor Adversity Quotient……………………………….. 34 Tabel 10. Frekuensi Subjek dan Presentase Adversity Quotient……………….. 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skala Adversity Quotient pada fasilitator PNPMM (Try Out)……………………. 43 Data Try Out………………………………………………………………………. 50 Reliabilitas Try Out…………………………………………………….................. 52 Skala Adversity Quotient pada fasilitator PNPMM (Penelitian)………………….. 54 Data Item Sahih…………………………………………………………………… 59 Reliabilitas Item Sahih……………………………………………………………. 60 Statistik Deskriptif………………………………………………………………… 61 Surat Keterangan Fakultas Untuk Melakukan Penelitian…………………………. 62 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian…………………………………… 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini ada orang-orang yang lebih berbakat dibandingkan
dengan yang lain. Ada yang dianugrahi kecerdasan luar biasa, bakat-bakat khusus, jasmani yang sangat kuat, dan sumber daya yang tidak terbatas, sementara ada yang sangat kekurangan dalam hal-hal tersebut. Dalam bukunya Adversity Quotient, Stoltz (2000) memunculkan pertanyaan inti tentang kesuksesan, mengapa banyak orang yang jelas-jelas sangat berbakat gagal menunjukkan potensi mereka, sementara orang lain yang hanya memiliki sepersekian sumber daya dan kesempatan yang sama bisa lebih unggul dan mempunyai prestasi melebihi yang diharapkan.
Dahulu yang dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan seseorang dalam pendidikan, pekerjaan dan kehidupannya adalah kecerdasan. Konsep kecerdasan pertama dikenal dengan istilah IQ atau Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual), yang dicetuskan oleh William Stern. Konsep ini muncul pada awal abad ke-20. Secara umum IQ merupakan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah logis / strategis. Pada saat itu, IQ dianggap sebagai faktor penentu kesuksesan seseorang, namun seiring dengan perkembangannya ditemukan banyak orang dengan IQ tinggi tidak mewujudkan potensinya.
Goleman (1996) menjelaskan mengapa beberapa orang yang IQ-nya tinggi mengalami kegagalan, sementara banyak orang lain dengan IQ yang sedang-sedang saja bisa berkembang pesat. Konsep yang dipopulerkannya adalah Emotional
Quotient yang sering disebut sebagai EQ. EQ mencerminkan kemampuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 berempati dengan orang lain, menunda rasa gembira, mengendalikan dorongan-dorongan hati, sadar diri, bertahan, dan bergaul secara efektif dengan orang lain. Dengan kata lain, EQ merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola emosinya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, dengan berdasarkan pada pengalaman masa lalunya, sehingga ia dapat membuat suatu keputusan untuk menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan keputusan yang akan diraihnya. Goleman (1999) secara meyakinkan mengungkapkan bahwa dalam kehidupan, EQ lebih penting daripada IQ. Namun seperti halnya IQ, tidak setiap orang memanfaatkan EQ yang dimilikinya.
Sejumlah orang memiliki IQ tinggi dengan segala aspek kecerdasan emosional tetapi mereka gagal menunjukkan kemampuannya, misalnya ada orang yang memiliki kemampuan akademis dan empati yang baik tetapi mudah menyerah terhadap hal-hal yang dianggapnya sebagai sebuah kesulitan. Agaknya bukan IQ ataupun EQ yang menentukan suksesnya seseorang, tapi keduanya memainkan suatu peran. Baik IQ maupun EQ, secara terpisah atau dikombinasikan, tidak cukup untuk menjelaskan keseluruhan kompleksitas manusia. Maka pada beberapa tahun belakangan ini muncul konsep-konsep baru, salah satunya adalah Adversity Quotient atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan AQ. AQ digunakan untuk membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan mereka dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari sambil tetap berpegang pada prinsip dan impian mereka (Stoltz, 2000).
Kemampuan untuk mengatasi kesulitan merupakan bagian dari Adversity
Quotient . Menurut Stoltz (2000), AQ merupakan pola tanggapan yang ada dalam pikiran
individu terhadap kesulitan, yang selanjutnya menentukan bagaimana tindakan individu terhadap masalah yang dihadapinya. AQ menggambarkan pola tanggapan dalam pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 secara seketika atas semua bentuk dan intensitas dari kesulitan, mulai dari kesulitan yang kecil hingga yang kompleks. Semuanya ini mengenai cara menanggapi kesulitan pada tingkat yang paling mendasar di mana otak dan setiap sel dalam tubuh individu bekerja secara otomatis dalam menanggapi kesulitan itu. Seseorang dengan AQ tinggi akan menunjukkan prestasi, produktivitas, kreativitas, ketekunan, daya tahan dan vitalitas yang lebih besar dibandingkan seseorang yang memiliki AQ rendah (Stoltz, 2000). Seseorang dengan AQ tinggi akan lebih optimis dalam menghadapi kesulitan kerja dan juga ketika mengatasi kesulitan. Sebaliknya, seseorang dengan AQ rendah akan merasa pesimis dan tidak berdaya dalam menghadapi kesulitan yang pada akhirnya membuat seseorang menghindar dan memandang kesulitan sebagai hambatan, beban, atau halangan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM) adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPMM berada dibawah Departemen Pekerjaan Umum yang pendanaannya bersumber dari Anggaran Pengeluaran Belanja Negara (APBN), dana daerah, kontribusi dunia usaha dan swadaya masyarakat. PNPMM Perkotaan tahun 2008 akan dilaksanakan di 916 kecamatan perkotaan yang tersebar di 245 kota / kabupaten dari 33 propinsi se- Indonesia (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Program-program yang tercakup dalam PNPMM adalah program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, dengan ciri-ciri menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat, melakukan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan kegiatan program dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat. Pelaksanaan PNPMM di tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 masyarakat perlu didampingi fasilitator yang merupakan komponen dukungan bantuan teknis untuk pengelolaan dan pengembangan program PNPMM.
Fasilitator adalah orang yang mendampingi warga untuk menggali pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri. Fungsi fasilitator dalam proses pembelajaran untuk memberdayakan warga masyarakat adalah mempermudah proses tukar pengalaman, pengetahuan dan nilai-nilai di antara warga masyarakat untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman baru yang akan berguna bagi menuju kehidupan yang lebih baik (Modul Khusus Fasilitator, 2008). Dalam membantu membangun proses pembelajaran di masyarakat, fasilitator harus menjalankan beberapa peran, antara lain sebagai moderator, motivator, narasumber dan mediator. Selain itu, fasilitator juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai agen perubahan dalam masyarakat.
Fungsi fasilitator di masyarakat adalah agen perubahan dalam membangun masyarakat yang tadinya tidak berdaya menjadi berdaya dan mandiri. Dengan kata lain, fasilitator mempunyai tanggung jawab untuk memfasilitasi proses pemberdayaan di masyarakat (Modul Khusus Fasilitator, 2008). Seorang fasilitator harus mempunyai kepedulian terhadap permasalahan masyarakat dan mempunyai tanggung jawab sebagai karakter yang penting.
Profesi sebagai fasilitator PNPMM di kabupaten Boyolali dihadapkan pada berbagai kesulitan. Dari wawancara pada fasilitator PNPMM, dapat diketahui berbagai kesulitan yang dihadapi oleh fasilitator PNPMM kabupaten Boyolali baik dari dalam maupun dari lingkungan kerja dan masyarakat sekitarnya. Kesulitan yang terjadi dari dalam adalah kemampuan komunikasi yang berbeda antara fasilitator PNPMM dengan masyarakat sehubungan dengan pekerjaan fasilitator yang disebabkan oleh latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 pendidikan yang berbeda. Rakhmat (1996) dalam bukunya ’Psikologi Komunikasi’ mengatakan bahwa betapa seringnya kita bertengkar hanya karena pesan kita diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Hal ini menunjukkan dalam berkomunikasi terkadang seseorang mengalami kesulitan, begitu juga dengan fasilitator PNPMM.
Kesulitan dari lingkungan kerja adalah terjadinya penyimpangan terhadap master
schedule (acuan pokok para pelaku PNPMM dalam menjalankan setiap proses kegiatan
agar selalu berkesinambungan dan tepat waktu). Selain itu, tingkat kepedulian masyarakat yang berbeda-beda terhadap program-program pemberdayaan masyarakat menyebabkan fasilitator PNPMM mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Dari wawancara awal dengan beberapa fasilitator, diketahui bahwa ada fasilitator yang memandang kesulitan sebagai sesuatu yang tidak bisa dikerjakan sendiri dan orang lain juga tidak bisa membantu, sedangkan fasilitator lainnya memandang kesulitan sebagai suatu masalah yang muncul tetapi pasti ada cara untuk mengatasi masalah tersebut meskipun harus dengan bantuan orang lain. Setiap fasilitator PNPMM mempunyai cara yang berbeda dalam menanggapi dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ada fasilitator PNPMM yang menganggap kesulitan yang ada merupakan tantangan yang akan membawa kemajuan bagi pembentukan mental jika terjadi masalah di masa yang akan datang. Disisi lain, ada fasilitator lainnya yang menjadi patah semangat dan membutuhkan waktu untuk menenangkan diri karena kesulitan yang tidak kunjung selesai. Hal itu menunjukkan perbedaan pandangan fasilitator terhadap kesulitan.
Perbedaan tanggapan fasilitator PNPMM dalam menghadapi masalah selama mereka bekerja berkaitan erat dengan kemampuan fasilitator PNPMM dalam mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 kesulitan yang dihadapinya. Hal itu dapat diketahui melalui Adversity Quotient (AQ). Melalui konsep AQ akan didapatkan fakta tentang kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi selama mereka bekerja di masyarakat dan bagaimana sikap mereka dalam menghadapi dan mengatasi setiap kesulitan yang mereka alami. Bagi konsultan Departemen Pekerjaan Umum, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan mengenai gambaran AQ fasilitator PNPMM yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan bimbingan dalam hal pengembangan diri bagi tenaga fasilitator.
A. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, peneliti mengajukan permasalahan “Bagaimana gambaran
Adversity Quotient pada fasilitator PNPMM di Kabupaten Boyolali?” B.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Adversity Quotient pada fasilitator PNPMM di Kabupaten Boyolali.
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi disiplin ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan Adversity
Quotient .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Manfaat Praktis
Dalam prakteknya, penelitian ini bermanfaat bagi khalayak umum, khususnya bagi para fasilitator PNPMM. Bagi konsultan Departemen Pekerjaan Umum, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan mengenai gambaran AQ fasilitator PNPMM yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan bimbingan dalam hal pengembangan diri bagi tenaga fasilitator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. Adversity Quotient 1. Definisi Adversity Quotient Stoltz (2000) mengungkapkan bahwa Adversity Quotient (AQ) merupakan
pola tanggapan yang ada dalam pikiran individu terhadap kesulitan, yang selanjutnya menentukan bagaimana tindakan individu tersebut terhadap kesulitan yang dihadapinya. AQ menggambarkan pola seseorang dalam mengolah tanggapan akan semua bentuk dan intensitas dari kesulitan, mulai dari tragedi yang besar sampai gangguan yang kecil. Dalam situasi yang penuh dengan perubahan dibutuhkan orang-orang yang tangguh dan memiliki sikap serta kemampuan untuk menghadapi dan menanggulangi rintangan maupun kemalangan yang disebut sebagai adversity quotient (Stoltz dalam Winarno, 2004). Stoltz dalam Kristiyani (2005) mendefinisikan AQ sebagai kemampuan untuk tetap tegar dan tangguh ketika kesulitan datang serta untuk terus berjuang meraih tujuan itu.
2. Dimensi Adversity Quotient
Stoltz (2000), membagi adversity Quotient menjadi beberapa dimensi, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 a. Control ( Kendali).
Control yaitu seberapa jauh seseorang merasa dapat mengendalikan
rintangan yang dihadapi. Pada umumnya, kendali bersifat internal dan sering kali sangat individual. Kendali diawali dengan pemahaman bahwa sesuatu dapat dilakukan terhadap suatu situasi atau kesulitan.
Menurut Hidayat (2001), seseorang dengan AQ tinggi bila menghadapi kesulitan akan berpikir bahwa ini memang sulit tapi saya pernah menghadapi yang lebih sulit lagi, pasti ada yang bisa saya lakukan, tidak mungkin saya tidak berdaya menghadapi hal seperti ini, selalu ada jalan keluar, atau siapa berani dan tegar berusaha akan berhasil.
Sebaliknya, seseorang dengan AQ rendah akan berpikir bahwa ini diluar jangkauan kemampuan saya, sama sekali tidak ada yang bisa saya lakukan, atau saya tidak berani melakukannya.
b. Origin (Asal-usul) rintangan tersebut. Origin berkaitan dengan rasa bersalah. Rasa bersalah dalam ukuran yang tepat akan menggugah seseorang untuk bertindak.
Orang dengan AQ rendah cenderung merasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi dan dalam banyak hal mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atau asal-usul kesulitan tersebut. Tingkat AQ yang rendah akan membuat seseorang berpikir bahwa ini semua kesalahan saya, saya memang bodoh sekali, saya memang orang yang gagal, atau saya sudah mengacaukan segalanya (Hidayat, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 Sebaliknya, tingkat AQ yang tinggi akan membuat seseorang berpikir bahwa waktunya tidak tepat, seluruh industri saat ini sedang menderita kelesuan, seluruh lingkaran pemerintahan sedang dilanda kemelut, atau tidak seorangpun bisa meramalkan kondisi seburuk itu.
c. Ownership (Pengakuan).
Ownership yaitu seberapa jauh seseorang bertanggung jawab terhadap munculnya rintangan. Rasa bersalah tidak sama dengan tanggung jawab.
Mengakui akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kesulitan mencerminkan tanggung jawab.
Orang dengan AQ tinggi akan berorientasi pada tindakan dan bertanggung jawab. Sebaliknya, orang dengan AQ rendah mungkin sekali akan gagal bertindak dan menyerah, menyalahkan orang lain, tidak berkembang dan kinerja berkurang (Hidayat, 2001).
d. Reach (Jangkauan). bagian lain dari kehidupan seseorang. Membatasi jangkauan kesulitan merupakan hal yang sangat diharapkan karena memungkinkan seseorang untuk berpikir jernih dan mengambil tindakan. Tingkat AQ yang tinggi akan membuat seseorang membatasi masalah hanya pada satu masalah tertentu saja.
Sebaliknya, tingkat AQ yang rendah akan membuat seseorang menganggap kesulitan yang sederhana sebagai bencana yang akan menyebar akibatnya ke semua arah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11 e. Endurance (Daya Tahan).
Endurance yaitu seberapa lama suatu rintangan akan berlangsung dan
seberapa lama penyebab rintangan akan bertahan. Dengan AQ yang tinggi seseorang dapat melihat suatu cahaya terang di ujung suatu masalah betapapun panjang dan lamanya masalah itu. Seseorang dengan AQ yang rendah akan berpikiran bahwa suatu masalah selalu terjadi dan terjadinya akan lama sekali, segala sesuatunya tidak akan pernah membaik, dan disebabkan karena saya memang pemalas, atau karena saya selalu gagal.
1. Faktor-faktor Adversity Quotient
Faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient yaitu:
a. Pembelajaran Tinggi rendah AQ seseorang merupakan hasil dari proses belajar.
Psikologi kognitif berperan dalam faktor ini sebagai ilmu yang dipakai untuk atau tidak sengaja orang yang membiasakan diri dengan respon-respon destruktif seperti menyerah terhadap semua kesulitan yang muncul sama artinya dengan belajar untuk tidak berdaya. Orang yang selalu membiasakan diri untuk mengendalikan rasa putus asa, tidak berdaya dan tidak mau berusaha, belajar meningkatkan pemberdayaan diri. Orang yang belajar tidak berdaya mempunyai AQ yang rendah sedangkan orang yang mau belajar meningkatkan pemberdayaan diri mempunyai AQ yang tinggi (Stoltz, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12 b. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang membuat orang cenderung menuntut diri sendiri untuk berusaha lebih keras. Orang akan semakin berusaha lebih keras dalam pekerjaan jika orang yang bersangkutan ditantang -dengan alasan kuat- untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung lebih gigih, realistis dan lebih suka bertindak dibandingkan dengan orang yang mempunyai berbagai pola motivasi lain (Gellerman, 1984). Hal ini dipengaruhi juga oleh ilmu neurofisiologis yang menyumbang pengetahuan bahwa kebiasaan seseorang berespon terhadap kemalangan dapat diinterupsi dan segera diubah sehingga kebiasaan lama akan melemah dan kebiasaan baru dapat berkembang. Hal itu dapat terjadi jika seseorang memiliki motivasi di dalam dirinya untuk menjadi lebih baik.
c. Kreativitas Kreativitas melibatkan dua unsur penting, yaitu kefasihan dan keluwesan.
Kefasihan ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk suatu pemecahan masalah. Hal utama yang mendorong munculnya kreativitas adalah kecenderungan sentral manusia untuk mengaktualisasikan, merealisasi dan mengungkapkan diri.
Orang yang kreatif mempunyai motivasi besar dan kemampuan tinggi untuk mengenali intisari suatu masalah serta mempunyai kemauan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 melibatkan pikiran sadar dan tidak sadarnya dalam usaha pemecahan suatu masalah atau kesulitan tersebut (Olson, 1998).
d. Advertunity
Advertunity adalah kemampuan memegang kendali dalam usaha
merubah kesulitan sebagai suatu peluang dengan tujuan tertentu. Tingkat
advertunity seseorang dapat dilihat dari cara pandang atau persepsi terhadap
kesulitan, sifat tahan banting, keuletan dan efektivitas diri.Sifat tahan banting adalah suatu perasaan tentang tantangan, komitmen dan pengendalian diri. Hal ini merujuk pada kemampuan manusia dalam menghadapi kondisi kehidupan yang keras. Orang yang memiliki sifat tahan banting cenderung bersikap optimis terhadap suatu kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang memiliki sifat tahan banting. Hal ini didukung oleh ilmu pengetahuan psikoneuroimunologis yang menyumbangkan bukti adanya hubungan fungsional antara otak dan sistem kekebalan, antara apa yang kita kita. Bagaimana seseorang menghadapi kemalangan mempengaruhi fungsi- fungsi kekebalan dan kerentanan terhadap penyakit-penyakit yang mengancam hidup.
Keuletan adalah kemampuan menyusun rencana-rencana strategis untuk upaya penyelesaian masalah dan dapat memanfaatkan kesulitan sebagai sebuah peluang belajar. Sedangkan efektivitas diri adalah keyakinan seseorang terhadap penguasaan kehidupan dan kemampuan menghadapi tantangan sewaktu tantangan tersebut muncul. Albert Bandura –pakar psikologi Stanford- merumuskan bahwa orang-orang yang memiliki efektivitas diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 mampu bangkit kembali dari kegagalan. Orang seperti ini selalu berusaha mencari alternatif pemecahan masalah dan bukan mencemaskan apa jadinya bila nanti terjadi kekeliruan (Stoltz, 2000). Berdasarkan beberapa konsep yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa AQ adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan, hambatan atau tantangan hidup. Kemampuan ini banyak dipengaruhi oleh faktor pembelajaran, motivasi berprestasi, kreativitas dan advertunity. Kemampuan ini terdiri dari dimensi pokok yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance .
A. Fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM) 1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM)
PNPMM adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan dan lapangan kerja yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Program-program yang tercakup dalam PNPMM adalah program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, dengan ciri-ciri menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat, melakukan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan kegiatan program dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Definisi Fasilitator
Marnia Nes dalam Modul Tugas dan Fungsi Fasilitator (2008) mendefinisikan fasilitator sebagai orang yang memudahkan warga (peserta belajar) untuk membangun proses dialog diantara mereka untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dalam proses dialog melalui berbagai metode seperti diskusi dan musyawarah, fasilitator harus mendorong warga yang biasa terpinggirkan untuk mengungkapkan pengalaman, permasalahan dan pikirannya. Hal itu memudahkan bagi warga yang biasanya mendominasi pembicaraan dan pengambilan keputusan untuk memberi ruang kepada warga lainnya untuk berbicara, terlibat dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Dengan cara inilah fasilitator memberdayakan semua pihak, memberdayakan yang lemah menjadi kuat dan memberdayakan yang kuat untuk mampu menurunkan dominasinya, sehingga proses pembangunan manusia -yang memanusiakan manusia- terjadi. pengalaman mereka sendiri, artinya dalam proses pembelajaran untuk memberdayakan masyarakat fasilitator mempermudah proses tukar pengalaman, pengetahuan dan nilai-nilai di antara warga masyarakat untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman baru yang akan berguna bagi menuju kehidupan yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Kualifikasi Fasilitator PNPMM
Kualifikasi fasilitator PNPMM adalah sebagai berikut:
a. Minimal Lulusan Sarjana Muda (D-3), berbagai jurusan; lebih diutamakan jurusan Sosial, Teknik Sipil/Arsitek dan Ekonomi Akuntansi.
b. Mempunyai pengalaman dalam program pemberdayaan minimal 1 tahun.
Pengalaman Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) akan lebih diutamakan dan mempunyai kinerja yang baik sebelumnya, dibuktikan adanya surat keterangan dari Team Leader sebelumnya semasa tugas.
c. Wajib bertempat tinggal di lokasi yang strategis untuk menjangkau kelurahan sasaran yang menjadi tanggungjawab selama masa kontrak.
d. Mau belajar memahami budaya dan bahasa setempat.
e. Memiliki komitmen dan keberpihakan yang tinggi terhadap masyarakat miskin.
4. Tugas dan Peran Fasilitator PNPMM a. Tugas Fasilitator PNPMM
Untuk menjalankan fungsi sebagai pemberdaya, tugas fasilitator PNPMM meliputi:
1. Menjalankan pendampingan (fasilitasi), mediasi dan advokasi kepada masyarakat untuk mengenali dan memecahkan masalah kemiskinan melalui tahapan siklus PNPMM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Memberikan pelatihan dan coaching kepada relawan, Lurah/Kades untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menjalankan peran dan tugasnya untuk penanggulangan kemiskinan.
3. Memberi informasi dan mendorong perubahan di dalam masyarakat melalui kegiatan sosialisasi.
4. Memenuhi kewajiban administrasi proyek yang berupa laporan kegiatan secara tertulis.
b. Peran Fasilitator PNPMM
Beberapa peran yang bisa dijalankan oleh fasilitator dalam membangun proses pembelajaran di masyarakat (Marnia Nes,2008):
1. Moderator Peran moderator dilakukan apabila didalam proses belajar warga dan fasilitator sama-sama mempunyai pengetahuan dan pengalaman mengenai objek yang sedang dibahas. Fasilitator lebih pengalamannya, menganalisis dan mengembangkan gagasan-gagasan berdasarkan pengalaman masyarakat.
2. Motivator Peran motivator dijalankan apabila pengetahuan dan pengalaman tertentu hanya dipunyai oleh sebagian warga belajar.
Fasilitator harus mendorong warga belajar untuk bersedia belajar dari orang lain. Fasilitator harus mendorong keyakinan mereka bahwa setiap orang pasti punya pengetahuan dan pengalaman yang khas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18 bisa dibagikan kepada orang lain, sehingga pengetahuan dan pengalaman itu sangat berharga dan memperkaya mereka.
3. Narasumber Apabila topik pembahasan merupakan hal baru bagi warga, fasilitator dapat menjadi narasumber dengan memberi penjelasan dan memberi tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik kepada warga, yang penting tidak dilakukan dengan cara menggurui.
4. Mediator Seorang fasilitator tidak harus mengetahui segala hal, yang paling penting adalah fasilitator mengetahui dan menyadari apa yang tidak dia ketahui. Apabila baik fasilitator maupun masyarakat tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup mengenai topik yang dibahas, maka peran fasilitator adalah memediasi agar bisa mendatangkan narasumber yang dibutuhkan.
5. Kesulitan Fasilitator PNPMM
Dalam menjalankan tugasnya para fasilitator menghadapi berbagai kesulitan, antara lain: a. Kesulitan masing-masing fasilitator, yaitu kemampuan komunikasi yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang berbeda
(sarjana teknik, sarjana sosial, dan sarjana ekonomi), latar belakang budaya dan kepribadian yang dimiliki masing-masing fasilitator. Kesulitan lain yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan adalah kemampuan penguasaan teknis dalam melaksanakan program (misalnya, fasilitator