Hubungan antara perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SOSIAL DALAM

KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh :

SILVA STEVANI SITOMPUL

NIM : 019114055

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  THE STORY OF YOUR LIFE (Anonymous) Don’t say you’re not important It simply isn’t true The face that you were born Is proof, GOD has a plan for you

The path may seem unclear right now

But one day you will see

  That all that came before Was truly meant to be GOD wrote the book that is your life That’s all you need to know Ecah day that you are living Was written long ago GOD only writes best sellers So be proud of who you are Your character is important In this book you are the “Star” Enjoy the novel as it reads It will stand throughout the ages Savor each chapter as you go Taking time to turn the pages

  

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk

Tuhan YME

  

Untuk kesempatan dan berkat pada setiap hembusan nafasku

Alm. Papa

  

Sebagai panutan dalam hidupku

Mama

  

Untuk kasih yang tidak berkesudahan, dukungan dan kepercayaan

Orang-orang yang mengasihiku

  

Untuk dukungan dan semangat mu

Almamater Universitas Sanata Dharma

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SOSIAL DALAM

KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Silva Stevani Sitompul

Fakultas Psikologi

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku

sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar. Jenis penelitian ini

adalah penelitian korelasional dengan dua variabel, yaitu perilaku sosial dalam

kelompok teman sebaya sebagai variabel bebas dan motivasi belajar sebagai variabel

tergantung.

  Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP

BOPKRI 3 Yogyakarta yang berjumlah 74 orang. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan skala perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya dan skala

motivasi belajar yang keduanya disusun oleh peneliti sendiri. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan tehnik korelasi product moment.

  Dari hasil analisa data, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar

0,243 dengan nilai signifikansi 0,037 (probabilitas 5 % atau p<0,05). Hal tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku sosial dalam

kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar namun korelasinya lemah.

Sumbangan efektif (koefisien determinasi) yang diberikan oleh perilaku sosial dalam

kelompok teman sebaya sebesar 5,90%.

  Kata kunci : perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya, motivasi belajar

  

ABSTRACT

A RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL BEHAVIOUR AMONG

PEER GROUP AND THEIR LEARNING MOTIVATION

Silva Stevani Sitompul

Sanata Dharma University

  

Yogyakarta

2009

The research is aimed to find out the relationship between social behaviour

among peer group and their learning motivation. The type of the research is

correlational research with two variables, that is, social behaviour among peer group

as the free variable and learning motivation as the dependent variable.

  The subject of the research are class VIII students of SMP BOPKRI 3

Yogyakarta. They are 74 students. The data was collected by using the social

behaviour among peer group scale and the learning motivation scale which are made

by the writer. The data was analyzed using Product Moment Correlation Technique.

  The result of data analysis showed that score of coeffecient correlation (r) was

0,243 with the 0,037 as the significant score (probabilitas 5% atau p<0,05). It showed

that there was a significant relationship between social behaviour among peer group

and learning motivation. Yet, the correlation still looked weak. The coefficient

determination which was given by social behaviour among peers group was 5,90% Keywords : social behaviour among peer group, learning motivation

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa yang telah berkenan melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dengan segala

kerendahan hati penulis sungguh menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak

lepas dari campur tangan, bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Sylvia C.M.Y.M, S.Psi., M.si., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Segenap dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis selama kuliah.

  4. Bapak Paryadi, S.Pd., selaku kepala sekolah Sekolah Menengah Pertama BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

  

5. Ayah tercinta Surya B.P Sitompul, M.Hum. (alm), mama terkasih Elvira L.,

kakakku Eva, S.Pd dan adikku Shandy, yang tiada henti memberikan perhatian, dukungan, motivasi, semangat dan doa kepada penulis.

  

6. Ostian R.M. Siagian, ST., yang selalu menyayangiku dan online 24 jam untuk

memberikan semangat, dukungan, cinta, perhatian serta doa kepada penulis.

  

7. Gank A-26 (Anas, Lina, Nina, Nining, Siska) yang telah memberikan banyak

kenangan baik itu tawa maupun tangis yang membuat penulis tegar menghadapi hidup (Finally, I did it!!)

  

8. Punguan Naposo Sitompul Boru-Bere se-DIY, terima kasih untuk canda tawa

kalian yang selalu menghibur penulis dalam keadaan apapun. Teruntuk Advendo yang membantu penulis dengan meminjamkan printernya selama penyusunan skripsi.

  

9. Last-minute Friends (Aris, Aan, Adri “pongki”, Dessy, Jelly, Mira, Rini, Sius,

Seto, Tumbur), kenangan yang tidak akan terlupakan bersama kalian.

  Kehadiran kalian sangat berarti buatku. Terima kasih banyak atas semangat dan bantuan kalian yang membuat penulis bangkit dari keterpurukan, seperti kata band DEWA “Hadapi dengan senyuman segala perkara”. Teruntuk Jelly yang bersedia menjadikan kamar kostnya sebagai base camp pengetikan, pengeditan, penggosipan sampai tengah malam.

  

10. Teman-teman Multimedia GPIB (Kak Novi, Ajeng, Alfred, Alfa, Claussie,

Debby, Kara, Pepi, Rosi), terima kasih atas perhatian dan bantuannya, yang mau bergantian menggantikan tugas penulis di gereja selama penyusunan skripsi.

  

11. Keluarga Siagian di Medan (Amangboru, Namboru, Kak Tety, Kak Dela,

Osmond, Dek Oli dan Dek Ola), terima kasih atas dorongan serta doa kepada penulis.

  

12. Mas Dian yang mau berbagi ilmu soal statistik, Iban Oik dan Yenny atas

semangat dan dukungan doa, Adhit yang selalu siap membantu penulis, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tulisan

ini masih banyak kekurangannya sehingga penulis mengharapkan masukan demi

perbaikan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

  Yogyakarta, Oktober 2009 Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

  

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

A. Remaja ........................................................................................ 7

  1. Perkembangan Sosial Remaja .............................................. 8

  2. Ciri-ciri Masa Remaja .......................................................... 9

  3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja .................................... 15

  

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan

Tugas-tugas Perkembangan Remaja .................................... 16 B. Perilaku Sosial ............................................................................ 18

  1. Pengertian Kelompok Teman Sebaya .................................. 23

  2. Hakekat Kelompok Teman Sebaya ...................................... 24

  3. Peranan Kelompok Teman Sebaya ...................................... 24

  D. Motivasi Belajar ......................................................................... 26

  1. Pengertian Motivasi Belajar ................................................. 26

  2. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik .......................... 27

  3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ............ 29

  4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Menurunnya Motivasi Belajar .................................................................................. 32 E. Hubungan Antara Perilaku Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya dan Motivasi Belajar ...................................................... 33 F. Hipotesis ..................................................................................... 35

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 36

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 36 B. Identifikasi Variabel ................................................................... 36 C. Definisi Operasional ................................................................... 36 D. Subyek Penelitian ....................................................................... 37 E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 38 F. Pertanggungjawaban Skala ........................................................ 41

  1. Validitas ............................................................................... 41

  2. Seleksi Item .......................................................................... 42

  3. Reliabilitas ........................................................................... 43

  G. Prosedur Penelitian ..................................................................... 44

  H. Metode Analisis Penelitian ........................................................ 44

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 45

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ........................................ 45

  1. Perijinan Uji coba dan Penelitian ......................................... 45

  B. Hasil Uji Coba Alat Ukur ........................................................... 47

  1. Uji Validitas ......................................................................... 47

  2. Analisis Item ........................................................................ 48

  3. Uji Reliabilitas ..................................................................... 51

  C. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 52

  D. Hasil Penelitian .......................................................................... 53

  1. Deskripsi Data Penelitian ..................................................... 53

  2. Uji Asumsi Penelitian .......................................................... 57

  a. Uji Normalitas ................................................................ 57

  b. Uji Linieritas .................................................................. 59

  c. Uji Hipotesis .................................................................. 59

  E. Pembahasan ................................................................................ 60

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 61

A. Kesimpulan ................................................................................ 61 B. Kelemahan Penelitian ................................................................. 64 C. Saran-saran ................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

LAMPIRAN ......................................................................................................... 68

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel Blue Print Skala Perilaku Sosial dalam Kelompok

Teman Sebaya Sebelum Uji Coba ........................................................ 39

Tabel 2. Hasil Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba ................ 41

Tabel 3. Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba ......................... 49

Tabel 4. Blue Print Skala Perilaku Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya

Sebelum Uji Coba ................................................................................ 50

Tabel 5. Blue Print Skala Motivasi Belajar (Setelah Uji Coba) ......................... 51

Tabel 6. Deskripsi Statistik Data Hipotetik ........................................................ 53

Tabel 7. Norma Kategorisasi Skor Perilaku Sosial dalam Kelompok

Teman Sebaya dan Motivasi Belajar .................................................... 55

Tabel 8. Kategorisasi Skor Perilaku Sosial dalam Kelompok

Teman Sebaya ...................................................................................... 55

Tabel 9. Kategorisasi Skor Motivasi Belajar ..................................................... 56

Tabel 10. Deskripsi Statistik Data Empiris ........................................................ 57

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Perilaku Sosial dalam Kelompok

Teman Sebaya dan Motivasi Belajar .................................................. 58

Tabel 12. Hasil Uji Linieritas Data Perilaku Sosial dalam Kelompok

Teman Sebaya dan Motivasi Belajar .................................................. 59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki motivasi yang melatarbelakangi berbagai macam

  tingkah laku dalam kehidupannya. Di antara sekian banyak motivasi yang melatarbelakangi tingkah laku manusia salah satunya adalah motivasi belajar.

  Motivasi pada dasarnya terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali ada anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, suka mencontek saat ujian dan lain sebagainya. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa adalah kurangnya motivasi untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan segenap tenaga dan pikirannya dan dapat mencapai prestasi yang diharapkan. Menurut Winkel (1987) faktor yang mendasari motivasi belajar siswa menurun adalah :

  1. kehidupan diluar sekolah menawarkan banyak bentuk rekreasi yang dapat membuat orang merasa puas, meskipun rasa puas itu tidak dapat bertahan lama

  2. pengaruh dari teman-teman yang tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di sekolah dan prestasi di bidang lain. 3. kekaburan mengenai cita-cita kehidupan sesudah tamat sekolah 4. keadaan keluarga yang kurang menguntungkan, karena sejak kecil anak kurang ditantang untuk memberikan prestasi yang patut dibanggkan atas dasar usahanya sendiri. 5. sikap kritis sejumlah orang muda terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan kegunaan dari belajar di sekolah.

  Dalam proses belajar, motivasi sangat dibutuhkan karena siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan memiliki semangat dalam melakukan belajar. Siswa yang termotivasi dalam belajar menunjukkan minat, kegairahan dan ketekunan yang tinggi dalam belajar (Prayitno,1989).

  Dalam penelitian ini, peneliti mengambil remaja berusia berusia 14-15 tahun sebagai subyek penelitian, dimana masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan (Calon dalam Monks,2001) karena masa remaja belum memperoleh status orang dewasa tapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Pada umumnya remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart&Friedman,1987; Ingersoll,1989). Remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya.

  Individu dalam pertumbuhan dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungannya. Pengaruh-pengaruh tersebut tidak hanya berasal dari keluarga melainkan dapat berasal dari kelompoknya maupun lingkungan sosialnya, yaitu kelompok teman sebaya. Remaja pada umumnya mudah terpengaruh oleh kelompok teman sebayanya. Oleh karena itu masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. (http://komunitasmahasiswa.info/category/teori-psikologi-sosial/)

  Menurut Ali (2004) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Teman sebaya menjadi ukuran bahkan pedoman dalam remaja bersikap dan berperilaku. Remaja merasa ada kelekatan dan kebersamaan dengan kelompok sebaya, oleh karena itu sering kita melihat adanya kebudayaan remaja yaitu kesamaan dalam cara berpakaian, cara berbicara yang sama, mempunyai hobi yang sama serta sikap dan perilaku yang sama pula termasuk di dalamnya perilaku belajar. Menurut prinsip motivasi dari teori behavioristik menyatakan seorang siswa yang duduk di sekolah tingkat pertama lebih termotivasi belajar jika penguatan dari teman sebaya dibandingkan guru (Prayitno, 1989). Dengan adanya motivasi, akan memberi arah pada perilaku sosial remaja. Siswa mampu menyalurkan energinya untuk menyelesaikan tugas akademis, mengembangkan hubungan sosialnya dengan teman sebaya serta meningkatkan rasa mampu karena siswa termotivasi untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya.

  Menurut Santosa, di dalam kelompok teman sebaya tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya (1999). Kenyataan di lapangan, sebagian siswa berusaha menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan dari teman-teman kelompoknya. Bagi remaja awal, ada unsur-unsur yang menjadi laku, minat atau kesenangan, kepribadian atau nilai yang dianut. Apa yang mereka jadikan standar dilihatnya tentang keserasian dan kesamaannya.

  Semakin besar atau banyak keserasian yang mereka miliki maka semakin erat pula persahabatan diantara mereka. Dalam kelompok teman sebaya, teman adalah tempat berkaca, sebagai orang yang paling dekat dan teman bisa member gambaran tentang diri sendiri dari dekat.

  Seperti halnya terjadi di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, menurut informasi guru pembimbing dan observasi di lapangan, para siswa di sekolah ini telah memiliki kelompok teman sebayanya sendiri-sendiri, yang dalam pemilihannya tidak ditentukan oleh jenjang kelas (sekolah) dan tidah harus dalam satu kelas.

  Selain itu rata-rata dalam satu kelompok memiliki minat atau kesenangan serta pola tingkah laku yang sama. Sehingga jika dalam suatu kelompok, ada anggota kelompok yang memiliki prestasi yang baik, maka anggota lainnya akan termotivasi untuk meraih hasil yang tidak jauh beda. Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya oleh Lestari (2003) yang menyatakan bahwa teman-teman sekelas yang sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membantu memotivasi siswa yang belum termotivasi belajarnya, sehingga siswa yang mengalami motivasi belajar rendah merasa ingin juga memiliki motivasi tinggi seperti teman-teman yang telah memperoleh prestasi.

  Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis.

  Melihat hal diatas, mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana hubungan perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar. Mengingat subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SLTP yang termasuk pada masa remaja awal, dimana kohesi kelompok cenderung kuat.

  Sehingga pengambilan keputusan dan perilakunya ditentukan oleh teman sebaya.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa-siswi kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa-siswi kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :

  1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagaimana perilaku sosial remaja di sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar sehingga pencapaian hasil belajar siswa yang optimal dapat tercapai.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi orang tua Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua mengenai perilaku sosial remaja dalam kelompok teman sebayanya.

  b. Bagi Siswa menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam belajar serta mampu memotivasi teman yang lain.

  c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

  d. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dimanfaatkan sebagai bagian dari proses belajar dan berlatih lebih teliti, cermat, berpikir kritis dalam menganalisa, mengolah data dan mengambil kesimpulan khususnya dalam penulisan ilmiah dan dapat mengembangkan pengetahuan baik teoritis

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang

  berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Masa remaja ini berada diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa, bukan termasuk golongan anak tetapi juga bukan termasuk golongan orang dewasa (Monks, 1999).

  Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Calon dalam Monks, 1999). Sehingga kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa, ia seringkali dituduh “terlalu besar celananya” dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa (Hurlock, 1994). Monks, dkk (1999) membagi remaja dalam tiga tingkat usia, yaitu:

1. Early adolescence (Remaja Awal)

  Berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa ini merupakan masa negatif karena menurut Buhler (dalam Mappiare, 1982) pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak. Individu sering merasa bingung,

  2. Middle adolescence (Remaja Pertengahan) Dengan rentang usia 15 sampai 18 tahun. Pada masa ini individu menginginkan atau mendambakan sesuatu dan mencari-cari sesuatu.

  Merasa sunyi dan merasa tidak bias mengerti dan tidak dimengerti oleh orang lain (Ahmadi, 1999).

  3. Late Adolescence (Remaja Akhir) Berkisar pada usia 18 sampai 21 tahun. Pada masa ini individu mulai merasa stabil. Mulai mengenal dirinya, mulai memahami arah hidup dan menyadari tujuan hidupnya. Mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola hidup jelas (Ahmadi, 1999).

1. Perkembangan Sosial Remaja

  Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Monks (1999) bahwa dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak. Dua macam gerak tersebut adalah Pertama, memisahkan diri dari orang tua, kedua, menuju ke arah teman- teman sebaya. Oleh karena itu mendapat pengakuan dari kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya.

2. Ciri-Ciri Masa Remaja

  Periode remaja ini seperti halnya dengan periode yang lainnya, dimana merupakan periode penting selama rentang kehidupan. Pada masa remaja terdapat cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Menurut Hurlock (1994) ciri-ciri tersebut adalah:

  a. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

  Pada periode remaja, baik akibat fisik dan akibat psikologis sama pentingnya. Perkembangan fisik yang cepat perlu disertai dengan perkembangan mental yang cepat pula. Karena semua perkembangan menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1994).

  b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

  Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Hal ini berarti, apa yang telah terjadi sebelumnya akan tetap dibawa pada apa yang terjadi sekarang dan akan datang. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepada remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (Hurlock, 1994).

c. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

  Pada awal masa remaja perubahan fisik berlangsung pesat yang diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang pesat juga. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku dan sikap menurun juga. Ada empat perubahan yang sama dan hampir bersifat universal.

  Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologisnya yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikan menurut kepuasannya. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Sesuatu yang dianggap penting pada masa kanak-kanak, setelah dewasa tidak penting lagi. Misalnya sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas, tetapi kualitas lebih penting daripada kuantitas. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut (Hurlock, 1994)

  d. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah

  Masalah pada remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki atau remaja perempuan, karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya mengerti bahwa cara penyelesaian masalah tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Hurlock, 1994).

  e. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas

  Pada tahun-tahun awal masa remaja,penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi remaja laki-laki dan perempuan,tetapi mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Hal ini menimbulkan suatu kebingungan yang menyebabkan krisis identitas atau identitas-ego pada remaja. Hal ini dijelaskan oleh erikson (dalam Hurlock, 1994) sebagai berikut:

  “Identitas diri yang dicari remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau orang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah?...Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang rasa tau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau gagal?”

  Erikson selanjutnya menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini mempengaruhi perilaku remaja: “Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara artificial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh; dan mereka selalu siap untuk menempatkan idoal dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencari identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjunlahan identikasi masa kanak-kanak.” Salah satu cara untuk mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan symbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya (Hurlock, 1994).

f. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan

  Menurut Majeres (dalam Hurlock, 1994) banyak anggapan tentang remaja yang mempunyai arti bernilai, tetapi sayang banyak diantaranya yang bersifat negatif. Anggapan dari masyarakat bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung membimbing dan mengawasi kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal atau wajar.

  Anggapan dari masyarakat ini mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja. Menurut Anthony (Hurlock, 1994) bahwa anggapan dari masyarakat berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri remaja sendiri yang kemudian dianggap sebagai gambaran yang asli, dan remaja akan membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran ini.

  Melihat anggapan dan keyakinan bahwa orang dewasa dan atau masyarakat mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan ke masa remaja terlihat sulit. Hal ini banyak menimbulkan pertentangan antara orang tua dengan anak sehingga terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua untuk mengatas pelbagai masalahnya (Hurlock, 1994).

g. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik

  Remaja melihat dirinya dan orang lain sesuai dengan yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya. Remaja mempunyai cita-cita yang kadang tidak realistik, dan hal ini tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, yang menyebabkan tingginya emosi. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau bila tidak berhasil mencapai tujuan yang

  Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, serta meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja yang lebih tua memandang dirinya, keluarga, teman-teman serta kehidupan pada umumnya secara lebih realistik. Dengan demikian, remaja tidak terlalu banyak mengalami kekecewaan seperti ketika masih lebih muda. Ini adalah salah satu kondisi yang menimbulkan kebahagiaan yang lebih besar pada remaja yang lebih besar.

  Menjelang berakhirnya masa remaja, pada umumnya remaja laki- laki atau wanita sering terganggu oleh idealisme yang berlebihan, bahwa mereka segera harus melepaskan kehidupan mereka yang bebas bila telah mencapai status orang dewasa. Bila telah mencapai usia dewasa ia merasa bahwa periode masa remaja lebih bahagia daripada periode masa dewasa. Adanya tuntutan dan tanggung jawab, terdapat kecenderungan untuk mengagungkan masa remaja dan kecenderungan untuk merasa bahwa masa bebas yang penuh bahagia telah hilang selamanya (Hurlock, 1994).

h. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa

  Semakin mendekati usia kematangan yang sah para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotype belasan tahun memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

  Masa remaja merupakan tahap kehidupan yang mempunyai segi-segi baik dan segi-segi buruk. Kebahagiaan remaja akan bertambah dengan meningkatnya kedewasaan sosial melalui pergaulan hidup (Soekanto, 1996). Dalam masa remaja ini terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan untuk mencapai kedewasaan sosial tersebut.

  Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas perkembangan remaja menurut Mappiare (1982) adalah: Pertama, petunjuk-petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia tertentu. Kedua, merupakan petunjuk bagi seseorang tentang apa dan bagaimana yang diharapkan dari dirinya pada masa yang akan datang, jika kelak telah tercapai. Tugas perkembangan masa remaja ini menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku, sehingga tidak semua remaja laki-laki dan wanita dapat menguasai tugas perkembangan tersebut selama awal masa remaja.

  Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) ada 8 tugas yaitu : a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan b. Memperoleh peranan sosial

  c. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif

  d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

  f. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

  g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

  h. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

  

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Tugas-tugas

Perkembangan Remaja

  Dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan remaja ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaannya, yaitu antara lain:

  a. Pertumbuhan fisik remaja, yang berarti bahwa pertumbuhan fisik pada masa remaja bias tumbuh secara wajar atau tidak. Jika kurang wajar dan terdapat kelainan-kelainan yang mencolok, maka remaja tersebut akan mengalami hambatan pelaksanaan tugas perkembangannya.

b. Perkembangan psikis remaja, artinya aspek yang menyangkut psikis

  (mental, sikap dan perasaan) dapat berkembang dengan wajar atau terjadi hambatan atau kelainan yang bersumber dari pembawaan.

  Seorang yang lambat perkembangan mentalnya akan sangat mungkin mengalami hambatan pelaksanaan tugas-tugas perkembangannya.

  c. Kedudukan atau urutan anak dalam keluarga, artinya remaja sebagai anak tunggal atau bukan, anak kandung atau anak angkat, anak dalam urutan pertama atau terakhir, banyak mempengaruhi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas perkembangannya.

  d. Kesempatan bagi remaja untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan, artinya ada atau tidak kesempatan yang akan memperlancar atau menghambat pelaksanaan tugas perkembangan bagi remaja. Remaja yang hidup dalam suatu asrama dengan peraturan yang kaku, seringkali mengalami hambatan dalam pelaksanaan tugas- tugas perkembangannya.

  e. Motivasi pada seseorang, artinya ada atau tidaknya, kuat atau lemahnya motivasi atau faktor pendorong yang ada dalam diri remaja akan memperlancar atau memperlambat pelaksanaan tugas perkembangannya. Motivasi ini dapat bersumber dari luar diri (ekstrinsik) dan dari dalam diri (intrinsik). Remaja yang hidup dalam suatu keluarga atau suatu masyarakat yang memberikan penghargaan dan penerimaan, akan mendorong remaja dalam kelompok masyarakat tersebut untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik.

f. Kelancaran pelaksanaan tugas-tugas perkembangan masa sebelumnya,

  perkembangan remaja dalam masa-masa sebelumnya (masa pubertas, masa kanak-kanak) akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja ini (Mappiare, 1982).

B. Perilaku Sosial

  Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh

  manusia dan dipengaruhi oleh adat , sikap , emosi , nilai , etika , kekuasaan , persuasi , dan atau genetika . Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam

  perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang .

  Dalam sosiologi , perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan

  sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan

  sebagai perilaku sosial , yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Hal ini selaras dengan yang dinyatakan Psikolog Rini dalam blognya ( www.rini.blogspot.com ) yang menyatakan bahwa perilaku sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi sosial, yakni bagaimana orang berpikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain.

  Konsep dasar perilaku sosial menurut Brian (http://komunitasmahasiswa.info/category/teori-psikologi-sosial/) adalah penguat/ganjaran/reward dan menitikberatkan pada tingkah laku actor dan lingkungan.

  Bentuk perilaku sosial (5 proposisi) yaitu :

  1. Proposisi keberhasilan Jika tindakannya sering mendapat ganjaran, maka semakin sering dilakukan.

  2. Proposisi stimulus Jika stimulus merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan ganjaran, maka semakin besar kemungkinan mengulangi seperti pada waktu lalu.

  3. Proposisi nilai Semakin bermanfaat maka semakin sering kemungkinan tindakan tersebut diulangi

  4. Proposisi Kejenuhan kerugian Semakin sering seseorang mendapatkan ganjaran yang istimewa, maka bagian yang lebih mendalam dari ganjaran tersebut menjadi kurang bermakna bagi orang lain.

  5. Proposisi persetujuan dan perlawanan Jika tidak mendapat ganjaran atau hukuman yang tidak diharapkan, ia akan marah dan semakin besar kemungkinan orang tersebut akan melakukan perlawanan dan hasil tingkah lakunya makin berharga bagi dirinya.

  Jika dapat ganjaran atau lebih, maka akan menunjukkan tingkah laku persetujuan. Dan hasil tingkah lakunya semakin berharga baginya.

  Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.

  Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan yaitu solidaritas. Kelompok teman sebaya menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri.