TINGKAT KECERDASAN MORAL SISWA PUTRA DAN PUTRI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20092010

TINGKAT KECERDASAN MORAL SISWA PUTRA DAN PUTRI KELAS

  XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun Oleh: Anting Pramusekar

  041114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

TINGKAT KECERDASAN MORAL SISWA PUTRA DAN PUTRI KELAS

  

XI

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Anting Pramusekar

  

041114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  

^xut|~tÇ twtÄt{ ut{tát çtÇz wtÑtà w|wxÇztÜ á| àâÄ| wtÇ u|át w|Ä|{tà á|

uâàtA

(Mark Twain)

fxâđàt| áxđçâẫ ẫxưâỦt~tđ ẩxđz~âđztđ çtđz ẫxẫuâtà áxztẩtđçt ẫxđ}tw|

ÄâÜâáA

  

(Phyllis Diller)

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ibu saya tercinta, mbah kakung (=) dan mbah putri (=) dan semua orang yang

berjasa membimbing saya hingga menjadi seperti sekarang ini.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 11 Februari 2010

Penulis

Anting Pramusekar

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Anting Pramusekar NIM : 041114009

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KECERDASAN MORAL SISWA PUTRA DAN PUTRI KELAS

  XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 beserta

perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 11 Februari 2010 Yang menyatakan, Anting Pramusekar

  

ABSTRAK

TINGKAT KECERDASAN MORAL SISWA PUTRA DAN PUTRI KELAS

  

XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Anting Pramusekar

041114009

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

survei. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tingkat

kecerdasan moral siswa putra dan putri kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

tahun pelajaran 2009/2010. Masalah yang diteliti adalah: (1) Bagaimanakah

tingkat kecerdasan moral siswa putra kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun

  

pelajaran 2009/2010?, (2) Bagaimanakah tingkat kecerdasan moral siswa putri

kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010?, (3) Apakah

ada perbedaan jumlah antara siswa putra dengan siswa putri kelas XI SMA

BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dalam tingkat kecerdasan

moral? Tingkat kecerdasan moral siswa putra dan putri digolongkan dalam 2

kategori yaitu kategori tinggi (T) dan rendah (R).

  Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

tahun pelajaran 2009/2010 dengan sampel 74 orang. Alat pengumpul data yang

digunakan yaitu kuesioner kecerdasan moral yang terdiri dari 70 item dan dibagi

dalam 3 aspek yaitu aspek kebebasan moral (freedom), aspek kekuatan moral

(power), dan aspek akuntabilitas moral (accountability).

  Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan: (1) Tingkat kecerdasan

moral sebagian besar siswa putra kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun

pelajaran 2009/2010 yang dapat dikategorikan tinggi dalam kecerdasan moral ada

21 orang (54%) lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang termasuk kategori

rendah yaitu 18 orang (46%). (2) Tingkat kecerdasan moral sebagian besar siswa

putri kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang dapat

dikategorikan tinggi dalam kecerdasan moral ada 22 orang (63%) lebih banyak

daripada jumlah siswa putri yang termasuk kategori rendah yaitu 13 orang (37%).

(3) Tidak ada perbedaan jumlah antara siswa putra dengan siswa putri kelas XI

SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dalam tingkat

kecerdasan moral.

  

ABSTRACT

th

  

THE MORAL INTELLIGENCE LEVEL IN THE 11 GRADE MALE AND

FEMALE STUDENTS OF BOPKRI 2 SENIOR HIGH SCHOOL

YOGYAKARTA AT ACADEMIC YEAR 2009/2010

  

Anting Pramusekar

041114009

This research is a descriptive research that is done by using survey method.

The aim of this research is to gain the information about the moral intelligence

  th

  

level in the 11 grade male and female students of BOPKRI 2 Senior High School

Yogyakarta at academic year 2009/2010. The research problem are: (1) What is

  th

  

the moral intelligence level in the 11 grade male students of BOPKRI 2 Senior

High School Yogyakarta at academic year 2009/2010? (2) What is the moral

  th

  

intelligence level in the 11 grade female students of BOPKRI 2 Senior High

School Yogyakarta at academic year 2009/2010? (3) Is there any difference

  th

  

between the amount of male and female students of the 11 grade in BOPKRI 2

Senior High School Yogyakarta at academic year 2009/2010 in the moral

intelligence level? The moral intelligence level of male and female students are

classified into two categories (T) for high and (R) for low.

  th

  The population of this research is the 11 grade students of BOPKRI 2

Senior High School Yogyakarta at academic year 2009/2010 by using 74 students

as the sample. The data is submitted by using the moral intelligence questionnaire

that contain of 70 items and classified into 3 aspects such as the morality freedom,

the morality power, and the morality accountability.

  The overall result of the research show that: (1) The moral intelligence level

  th

  

of the most 11 grade male students of BOPKRI 2 Senior High School at

academic year 2009/2010 which can be categorized high in the moral intelligence

level are 21 students (54%) more than the amounts of the male students that

categorized in the low level are 18 students (46%). (2) The moral intelligence

  th

  

level of the most 11 grade female students of BOPKRI 2 Senior High School at

academic year 2009/2010 which can be categorized high in the moral intelligence

level are 22 students (63%) more than the amounts of the female students that

categorized in the low level are 13 students (37%). (3) There is not any

  th

  differentiation between the amount of the male and the female students of the 11

grade in BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta at academic year 2009/2010

in the moral intelligence level.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu

menyertai dan membimbing penulis selama pengerjaan skripsi ini. Terima kasih

pula tak lupa penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dan

memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai. Terima kasih yang tulus penulis

ucapkan pada:

  

1. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah

membimbing, memberikan motivasi dan tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Wens Tanlain, M.Pd., yang telah berjasa membantu penulis dalam penghitungan uji coba item-item kuesioner.

  

3. Drs. Gendon Barus, M.Si. dan A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. selaku

dosen penguji penulis yang telah memberikan banyak masukan yang berguna bagi perbaikan skripsi ini.

  

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan

bimbingan, dukungan dan juga ilmu yang berguna bagi penulis selama menjalani proses perkuliahan serta dukungan dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  

5. Sri Rahayuningsih, S.Pd, sebagai kepala sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

  

6. Bu Ning, sebagai koordinator BK di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah

banyak membantu penulis dalam melakukan uji coba dan penelitian di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

7. Bu Pras, yang telah membantu kelancaran penulis dalam melakukan uji coba dan penelitian di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

  

8. Para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran

2009/2010 yang telah mau bekerja sama untuk membantu penulis dalam menyelesaikan uji coba dan penelitian di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

  

7. Segenap karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dengan

sabar pengurusan segala keperluan administrasi penulis (Mas Moko dan Mas Anto).

  

8. Bapak dan ibuku yang merupakan suporter terbaik, yang telah rela

membanting tulang untuk membiayai kuliah penulis, dan membantu penulis dengan memberikan sumbangan-sumbangan pemikirannya.

  

9. Ardhy, partner, sahabat, dan juga kekasihku yang selalu memberikan

semangat dan mengingatkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, serta rela menjadi tempat keluh-kesah penulis selama pembuatan skripsi ini hingga selesai.

  

10. Intan yang telah membantu dalam pembuatan abstrak bahasa Inggris. Dita dan

teman mudikanya, yang telah sudi membantu peneliti dalam melakukan peneliltian di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

  

11. Sahabatku seperjuangan angkatan 2004: Acha, Priska, Tian, Leni, Dita, Sibey,

Ki’om, Ocha, Winggi, Mbak Ratna, Trias, Elshinta, Yasinta, Ayu, Irna, Erna,

  Lopez, Natal, Tina, Ria, Hanna, Rm.Agus, Br. Yulius, Tyo, Marcel, Sr. Lina, Sr. Yus, Sr. Eva, Sr. Hillaria, dan Komunitas Kolobendono Yogyakarta (Sigit, Pikal, Sepri, Kumis) serta angkatan lain: Mas Willy, Br. Cahyo, Estu, Sr. Mary Christ, genk BeABe (Bayu, Alel, Bismo), Mas Asep yang telah menjadi sahabat terbaik dan selalu mau membantu kesulitan peneliti terutama saat pengerjaan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

  Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

  

Penulis

Anting Pramusekar

DAFTAR ISI

  

HALAMAN JUDUL ..……………………………………………………………….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..…………………………………….ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………….iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………..v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN …………………………………….vi

ABSTRAK ………………………………………………………………………….vii

ABSTRACT ………………………………………………………………………..viii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. xii

DAFTAR TABEL …..……………………………………………………………...xv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. xvii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………………………….1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………..6 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………….6 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………………..7 E. Batasan Istilah dan variabel ……………………………………………………….8 BAB II: KAJIAN TEORI A. Pengertian Kecerdasan Moral…………………………………………………….10

B. Aspek-aspek Kecerdasan Moral

  

1. Kebebasan (Freedom) ………………………………………………………..13

  2. Kekuatan (Power) ……………………………………………………………17

  

3. Akuntabilitas (Accountability) ……………………………………………….22

  

C. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Tingkat Kecerdasan Moral yang Tinggi ………. 25

  

D. Perbedaan Kecerdasan Moral antara Siswa Putra dengan Putri ……………….. 29

  

E. Hipotesis Penelitian …………………………………………………………….. 30

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………………………..31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………………………… 31

C. Alat Pengumpulan Data ………………………………………………………… 32

D. Uji Coba ………………………………………………………………………… 37

E. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………………………….39

F. Teknik Analisis Data …………………………………………………………….39

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………………………………………………………………….43

B. Pembahasan ……………………………………………………………………...49

BAB V: PENUTUP A. Ringkasan ………………………………………………………………………..60

B. Kesimpulan ………………………………………………………………………61

C. Saran-saran ……………………………………………………………………….63

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..65

  DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Kuesioner Penelitian …………………………………………..33

Tabel 2: Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur ................................................ 36

Tabel 3: Pemberian Skor Kuesioner …………………………………………….. 37

Tabel 4: Tingkat Kecerdasan Moral Siswa Putra dan Putri

  Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 Secara Keseluruhan ..................................... 44 Tabel 5: Perbedaan Jumlah Siswa Putra dan Putri dan

  Kategori Tinggi Rendah dalam Kecerdasan Moral Siswa Putra dan Putri Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 ……………………………….. 44

  Tabel 6: Perhitungan Nilai Chi-Kuadrat tentang Perbedaan Frekuensi Tingkat Kecerdasan Moral Siswa Putra dan Putri Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 ………………………………. 46

  Tabel 7: Tingkat Kecerdasan Moral Siswa Putra dan Putri Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 pada Masing-masing Aspek ........................ 48

  

Tabel 8: Item-item Kuesioner yang Memperoleh Skor Terendah ………………. 56

Tabel 9: Penghitungan Koefisien Reliabilitas dan Validitas dengan Teknik Belah Dua Ganjil-Genap (uji coba) ……………………. 69

  

Tabel 10: Skor Kecerdasan Moral Siswa (uji coba) ………………………………. 72

  

Tabel 11: Analisis Item Faktorial (Kelompok Aspek) (uji coba)………………….. 73

Tabel 12: Koefisien Korelasi dan Kualisfikasi Tiap-tiap Item dengan Menggunakan Rumus Product-Moment Pearson (uji coba) ……………………………………. 76

  

Tabel 13: Revisi Item-item Kuesioner ……………………………………………. 78

Tabel 14: Penghitungan Koefisien Reliabilitas dan Validitas dengan Teknik Belah Dua Ganjil-Genap ………………………………. 80

  Tabel 15: Skor Kecerdasan Moral Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 ……………………………………………. 85

  

Tabel 16: Analisis Item Faktorial (Kelompok Aspek) ……………………………. 94

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Mean, dan Pengkategorian Skor Hasil Uji Coba ……………………………… 69

Lampiran 2 : Tabulasi Skor Hasil Uji Coba ……………………………………… 73

Lampiran 3 : Revisi Item-item Kuesioner ……………………………………….. 78

Lampiran 4 : Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Mean, dan Pengkategorian Skor Hasil Penelitian………………………………. 80

Lampiran 5 : Kuesioner Kecerdasan Moral ……………………………………… 87

Lampiran 6 : Lembar Jawaban Kuesioner Kecerdasan Moral ……………………. 93

Lampiran 7 : Tabulasi Skor Hasil Penelitian …………………………………….. 94

Lampiran 8 : Surat Ijin Melakukan Uji Coba dan Penelitian …………………….. 97

Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Coba dan Penelitian ……… 98

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin maju. Hal tersebut dapat diamati pada lingkungan sekitar kita, seperti semakin

  banyaknya produk-produk berteknologi tinggi di pasaran yang membuat pekerjaan manusia semakin efektif dan efisien, teknologi komunikasi yang semakin canggih, akses internet yang semakin mudah untuk diperoleh oleh semua kalangan, serta alat-alat canggih lainnya.

  Kemajuan teknologi tersebut tidak saja memberi dampak yang positif yakni semakin mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan, tetapi juga memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kemajuan teknologi tersebut adalah kemerosotan moral manusia.

  Gejala kemerosotan moral manusia nampak dalam kehidupan di sekitar kita sehari-hari. Korupsi, anarkisme, kriminalitas, penyimpangan seksualitas, serta penyalahgunaan obat-obatan sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari lewat televisi, radio, maupun surat kabar. Semakin hari, semakin bertambah pula jumlah pemberitaan mengenai hal-hal tersebut.

  Salah satu korban dari kemerosotan moral tersebut adalah remaja.

Kemerosotan moral yang dialami kalangan remaja dapat diamati dari perilaku-

perilaku mereka yang menunjukkan gejala kemerosotan moral. Remaja dalam

  2

hal ini terutama para siswa yang masih duduk di bangku SMA. Para siswa

SMA masih memiliki sifat umum remaja yakni sifat labil dan sifat mudah

terpengaruh. Selain itu, para siswa SMA masih berada pada tahap pencarian

identitas diri, sehingga cenderung menyukai tantangan yang dihadapkan

padanya.

  Tuntutan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ternyata

juga turut andil dalam memperburuk moral para siswa SMA. Penguasaan

  

IPTEK membuat para siswa SMA semakin mudah untuk mengakses internet

yang menyediakan begitu banyak situs yang berbau pornografi, penyiksaan,

dan bahkan penghasutan terhadap kelompok tertentu yang tidak mustahil akan

banyak mempengaruhi pemikiran para siswa SMA yang mengaksesnya.

  

Selain itu, teman sebaya juga mampu memberikan pengaruh buruk bagi para

siswa tersebut sebab teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap

solidaritas siswa SMA.

  Berbagai bentuk tindakan yang diakibatkan oleh semakin merosotnya

moral para siswa SMA dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari.

  

Beberapa tindakan tersebut di antaranya adalah terjadinya tawuran antar

pelajar, tindak pemerkosaan yang dilakukan oleh siswa SMA, kasus hamil di

luar nikah atau pernikahan dini yang disebabkan oleh trend pergaulan bebas

(free sex), hilangnya rasa hormat siswa terhadap guru di sekolah atau orang

tua di rumah, meningkatnya kebiasaan mencontek dan membolos siswa, serta

semakin meningkatnya kasus penyalahgunaan obat-obatan pada siswa SMA.

  3 Hasil survei yang dilakukan oleh berbagai badan survei tentang perilaku-

perilaku buruk remaja menunjukkan fakta tentang gejala kemerosotan moral

remaja, khususnya remaja di Indonesia yang membuat banyak pihak

tercengang. Mengenai perilaku seksual siswa, hasil survei dari BKKBN tahun

2008 yang menyatakan bahwa sebanyak 63% remaja Indonesia usia SMP dan

SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah (Yahdillah, 2008:1).

  

Synovate Research tahun 2004 melakukan survei di 4 kota besar di Indonesia

(Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan) yang menghasilkan 44% responden

pernah punya pengalaman berhubungan seks di usia 16-18 tahun, dan 16%

responden mengaku pernah punya pengalaman seks di usia 13-15 tahun

(Husamah, 2008:1). Pada Seminar Kebijakan Perlindungan Perempuan dan

Remaja Putri diungkapkan bahwa kasus aborsi di Indonesia ada 2,6 juta kasus

tiap tahunnya dan 700.000 di antaranya dilakukan oleh remaja putri (Andrea,

2009). Tidak kalah mengejutkannya pernyataan dari Dr. Boyke bahwa 50%

dari pengunjung klinik aborsi berusia 15-20 tahun (Boyke, 1999).

  Mengenai kasus pornografi, SMP N 7 Mataram pada tahun 2009

mensurvei 1.415 siswa dan ditemukan 91% siswa “melek” pornografi dan

kebanyakan merupakan siswa putra (Andrea, 2009). VOA-Islam juga

mengungkapkan bahwa 90% pembuat video porno berasal dari kalangan anak

muda/pelajar SMP–Mahasiswa (VOA-Islam, 2009:1). Dari Yayasan Kita dan

Buah Hati tahun 2005 menyatakan bahwa lebih dari 80% anak usia 9-12 tahun

di Jabodetabek telah mengakses pornografi dengan rincian: (1) 25% dari

  4

handphone , (2) 20% dari situs porno di internet, (3) 12% dari majalah, dan (4)

12% dari film VCD dan DVD (PDPIIP, 2008:1-2).

  

Mengenai kasus narkoba, dari GRANAT Jatim pada bulan Agustus tahun

2001 mensurvei 41 SLTA di Surabaya dan hasilnya sebanyak 92% siswanya

menjadi pengguna dan dicurigai menggunakan narkoba (Astro, 2001:1). Dari

Yayasan Prospana pada tahun 2002 menyatakan bahwa 70% pelajar dari 2000

pelajar yang disurvei pernah mengkonsumsi narkoba (Astro, 2001:1). Dari

Depdiknas DKI Jakarta tahun 2001 menyatakan bahwa sebanyak 1.015 siswa

di 166 SMU se-DKI dipastikan telibat menggunakan dan sebagai bandar

narkoba (Astro, 2001:2).

  

Mengenai Kasus Kenakalan Remaja, dari Bogor tahun 2006 menyatakan

bahwa 67% dari 540 siswa putra dan 50% dari 127 siswa putri pernah

melakukan bolos, minggat, merokok, dan berpesta sampai malam

(Transmorfosis, 2006:2). Dari PBB tahun 2002 mensurvei 125 anak dan

  2

  1

hasilnya, anak laki-laki dan anak perempuan pernah mengalami

  3

  3

  1

kekerasan serta lebih dari anak perempuan pernah mengalami pemerkosaan

  4

(NN, 2009:3). Dari DEPKES pada tahun 2008 mensurvei 18 profinsi di

Indonesia dan hasilnya, 54% siswa senang berkelahi, 87% suka berbohong,

33% tidak peduli peraturan sekolah (NN, 2009).

  

Kebenaran fakta-fakta mengenai sejumlah tindakan yang dilakukan oleh

siswa SMA sebagai akibat dari kemerosotan moral membuat keprihatinan para

guru dan para orangtua siswa. Banyak orangtua siswa mengeluhkan tentang

perilaku anak-anaknya yang semakin tidak bisa diatur dan semakin berani

  5

melawan perintah atau nasehat mereka. Begitu pula di sekolah, banyak guru

tidak mampu mengatasi kenakalan para siswanya yang semakin sering

melanggar peraturan sekolah dan semakin tidak menghargai keberadaan guru

saat mengajar di dalam kelas.

  Banyak usaha telah dilakukan oleh sejumlah kalangan untuk membentengi

para siswa SMA dari pengaruh negatif media massa yang dapat merusak

moral para siswa tersebut. Usaha tersebut di antaranya adalah pemberian

rating usia yaitu suatu metode untuk menetapkan sebuah pilihan dari berbagai

alternatif yang ada (JSOP, 2008: 2) pada acara-acara yang disiarkan di televisi,

pemblokiran situs-situs porno di internet, serta pemberian pelatihan tentang

perkembangan kepribadian pada para siswa SMA seperti retret atau rekoleksi.

Namun usaha-usaha tersebut belum cukup untuk membentengi para siswa dari

pengaruh-pengaruh negatif tersebut. Benteng yang paling kuat hanya bisa

diperoleh dari dalam diri siswa-siswa tersebut, bagaimana ia bisa memilih

mana yang baik dan mana yang buruk yaitu lewat kecerdasan moral yang

dimiliki oleh para siswa tersebut.

  Kecerdasan moral siswa dapat dibangun sejak dini dengan bantuan dari

orang-orang yang ada di sekitar siswa tersebut. Dengan adanya kecerdasan

moral, siswa memiliki kesadaran, kekuatan, dan kebebasan untuk melawan

tekanan buruk yang ada di sekitarnya, serta dapat melakukan tindakan yang

benar dengan inisiatif sendiri. Semakin tinggi kecerdasan moral yang dimiliki

oleh siswa, semakin besar kesempatan siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir, berkeyakinan, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai

  6 moral yang ada dalam masyarakat. Selain itu, kecerdasan moral yang ada dalam diri siswa mampu menumbuhkan rasa malu untuk berbuat jahat dan rasa takut akibat perbuatan jahat.

  Informasi objektif mengenai kecerdasan moral siswa SMA dapat diperoleh melalui penelitian. Untuk itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang difokuskan pada kecerdasan moral para siswa putra dan putri kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.

B. Rumusan Masalah

  Masalah pokok di atas dapat dijabarkan menjadi:

  1. Bagaimanakah tingkat kecerdasan moral siswa putra kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010?

  2. Bagaimanakah tingkat kecerdasan moral siswa putri kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010?

3. Apakah ada perbedaan jumlah antara siswa putra dengan siswa putri kelas

  XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dalam tingkat kecerdasan moral?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat kecerdasan moral siswa putra kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun pelajaran 2009/2010.

  7

  2. Mengetahui tingkat kecerdasan moral siswa putri kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun pelajaran 2009/2010.

  3. Mengetahui perbedaan jumlah antara siswa putra dengan siswa putri kelas

  XI SMA BOPKRI 2 tahun pelajaran 2009/2010 dalam tingkat kecerdasan moral.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Praktis

  a. Bagi orang tua siswa, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi yang bisa memberikan manfaat implementatif dalam membantu meningkatkan tingkat kecerdasan moral siswa.

  b. Bagi guru pembimbing, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk membantu mengembangkan program bimbingan tentang kecerdasan moral kepada siswa putra dan putri SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dalam rangka meningkatkan kecerdasan moral siswa.

  2. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat merangsang penelitian baru yang akan mengkaji topik yang berkaitan dengan kecerdasan moral siswa.

  b. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling, penelitian ini dapat memberikan masukan baru bagi pengembangan program bimbingan dan konseling.

  8

E. Batasan Istilah dan Variabel

1. Batasan Istilah:

a. Moral adalah bidang kehidupan manusia yang berkenaan dengan baik- buruknya manusia sebagai manusia (Magnis Suseno, 1987:19).

  b. Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang baik dan yang buruk, yang disertai keyakinan etika yang kuat dalam bertindak,

sehingga orang bersikap benar dan terhormat (Borba, 2008: 4).

Kecerdasan moral yang akan diteliti terdiri dari 3 aspek yaitu:

1) Aspek kebebasan (freedom) adalah kemampuan seseorang untuk menentukan sendiri (secara bebas) apa yang mau dilakukannya serta mentaati kewajibannya atas dasar kesadarannya sendiri (Magnis Suseno, 1987:22,45). 2) Aspek kekuatan (power) adalah kekuatan kepribadian seseorang yang mantap dalam kesanggupannya untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya sebagai hal yang benar (Magnis Suseno, 1987:141). 3) Aspek akuntabilitas (accountability) adalah kesediaan untuk menanggung risiko keputusannya dan bersikap kesatria untuk memikul sendiri akibat perbuatannya (Kieser, 1987:144).

2. Variabel:

  a. Kecerdasan Moral adalah kemampuan memahami hal yang baik dan yang buruk serta melaksanakan dalam tindakan apa yang ia pahami sebagai hal yang baik tersebut.

b. Jenis kelamin yaitu identitas diri siswa yang terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Kecerdasan Moral Kecerdasan moral merupakan salah satu kecerdasan terpenting yang

  keberadaannya sedikit terlupakan, padahal kecerdasan moral ini sangat dibutuhkan keberadaannya dewasa ini. Coles (2003:3) menjelaskan bahwa kecerdasan moral itu dihidupkan oleh imajinasi moral, yaitu kemampuan kita yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah – dengan menggunakan sumber emosional maupun intelektual pikiran manusia. Imajinasi moral yang kita miliki dapat menjadi landasan bagi kita untuk membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan yang tidak baik yang dapat kita amati melalui perilaku manusia di sekitar kita.

  Kecerdasan moral tidak dapat dicapai hanya dengan sekedar membaca dan mengingat segala bentuk peraturan yang ada di lingkungan sekitar kita atau mendiskusikan secara abstrak saat di sekolah atau di masyarakat. Coles (2003:5) berpendapat bahwa:

  Kita tumbuh secara moral sebagai hasil mempelajari bagaimana bersikap terhadap orang lain, bagaimana berperilaku di dunia ini, pelajaran yang ditimbulkan oleh tindakan memasukkan ke dalam hati apa yang kita lihat dan kita dengar.

  Oleh karena itu, kita memerlukan model (orangtua, guru di sekolah, atau

orang-orang dewasa di sekitar kita) yang dapat memberi contoh perbuatan-

perbuatan dan tindakan-tindakan moral pada kita, sehingga kita mampu

  10

melakukan tindakan moral terhadap orang lain dan secara tidak langsung, kita

telah menjadi model bagi orang lain.

  Kecerdasan moral menekankan bagaimana kita berhubungan dengan

orang lain atau mengarahkan diri kita pada orang lain. Melalui hal tersebut,

seseorang dapat dinilai sebagai orang yang dianggap “baik” apabila ia mampu

mengarahkan dirinya pada hal-hal di luar dirinya terutama pada sesama

dengan memikirkan kepentingan dan hak-hak orang lain. Namun bila

seseorang tidak mampu mengarahkan dirinya pada orang lain atau memiliki

kecenderungan egois, ia cenderung mendapat predikat “buruk” atau bahkan

predikat “jahat” dari orang-orang di sekitarnya yang menjadi saksi tingkah

lakunya.

  Siswa dikatakan memiliki kecerdasan moral apabila siswa memahami

hal yang benar dan hal yang salah menurut pandangan masyarakat umum, dan

mampu bersikap dan bertindak secara benar sesuai dengan keyakinannya

terhadap suatu hal yang dipahaminya benar dan salah tersebut. Borba (2008:4)

mengungkapkan bahwa: Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah, artinya memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Pada pengertian kecerdasan moral di atas, terdapat 2 faktor penting

yang membentuk kecerdasan moral yaitu faktor batiniah dan faktor lahiriah.

  

Faktor batiniah dari kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang

benar dan yang salah serta berkeyakinan moral kuat terhadap pemahamannya

  11

tersebut. Sedangkan faktor lahiriah kecerdasan moral adalah tindakan yang

dilakukan berdasarkan keyakinan terhadap hal yang benar tersebut.

  Borba (2001:61) juga mengungkapkan bahwa hati nurani (suara hati)

merupakan inti bagi kecerdasan moral. Keberadaan suara hati memang sangat

erat kaitannya dengan kecerdasan moral seseorang sebab suara hati

memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang. Pentingnya hati nurani

ditegaskan lagi oleh Kieser (1987:95) yaitu jika kesadaran bersama akan

patokan menjadi kabur, maka perbuatan sering kali tergantung pada keyakinan

pribadi dan pada suara hati.

  Suara hati menjadi satu-satunya penentu keputusan yang harus diambil

apabila patokan moral dalam masyarakat sudah tidak jelas lagi. Hal tersebut

juga ditegaskan oleh Chang (2001:85) bahwa hati nurani dipandang sebagai

norma terakhir dalam pengambilan keputusan dan tindakan manusia.

  Suara hati/hati nurani sendiri diartikan oleh Bertens sebagai

penghayatan tentang baik atau buruk yang berhubungan dengan tingkah laku

konkret kita (Adimassana, 2000:62). Oleh karena itu, hati nurani tidak sama

dengan “semau gue” (Go, 2007: 205) sebab keputusan-keputusan yang berasal

dari suara hati telah melalui berbagai penghayatan dan perenungan mengenai

baik atau buruknya tindakan yang akan kita ambil.

  Suara hati sering dijadikan keputusan terakhir yang harus diambil oleh

seseorang saat menghadapi masalah moral tertentu. Kieser mengungkapkan

bahwa untuk mencapai disposisi hati yang mantap, suara hati memerlukan tiga

aspek penting yaitu: kebebasan moral (freedom), kekuatan moral (power), dan

  12 akuntabilitas moral (accountability) (Adimassana,2000:74). Seseorang dapat dikatakan cerdas secara moral apabila ia telah memiliki kemantapan dalam ketiga aspek tersebut.