DESKRIPSI TINGKAT ASERTIVITAS SISWA KELAS XI SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20052006

  

DESKRIPSI TINGKAT ASERTIVITAS SISWA KELAS XI

SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Ol eh :

Erawaty Wijaya

Nim: 011114051

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur”

  (Filipi 4 : 6)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan

kepadaku”

  (Filipi 4 : 13) “TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! (Mazmur 138 : 8)

  Dengan penuh syukur kepada Tuhanku Yesus Kristus, kupersembahkan skripsi ini untuk :

  Tuhan Yesus Kristus Papa dan Mama Eva, Albert Sahabat-sahabatku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 18 April 2007 Penulis

  Erawaty Wijaya

  

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT ASERTIVITAS SISWA KELAS XI DI SMA

GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006

Erawaty Wijaya

  

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2007

  Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan survei. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. Jumlah anggota populasi adalah 110 orang. Penelitian ini menggunakan teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling kelompok acak sederhana (Cluster Random Sampilng).

  Instrumen penelitian adalah kuesioner asertivitas yang disusun peneliti dengan inspirasi kuesioner yang disusun oleh Riati Hia (2004) dengan memodifikasi beberapa pernyataan item dan mengubah jumlah alternatif jawaban. Alat yang dipakai untuk uji coba memiliki 52 butir pernyataan dan setelah uji coba ada 4 item pernyataan yang tidak valid sehingga jumlah item yang dipakai dalam penelitian sebanyak 48 butir pernyataan.

  Aspek-aspek asertivitas meliputi: (1) kemampuan menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia, (2) kemampuan bertindak demi kepentingan sendiri, (3) kemampuan menyadari dan mengungkapkan perasaan, keyakinan dan pikiran secara jelas, langsung, dan jujur tanpa merasa cemas atau merasa bersalah, (4) kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi dan membela diri sendiri, dan (5) kemampuan menghormati orang lain sebagai pribadi.

  Teknik analisis data yang digunakan adalah penggolongan tingkat asertivtias berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Kualifikasi tingkat asertivitas digolongkan menjadi lima yaitu: “sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup tinggi”, “rendah”, dan “sangat rendah”.

  92 siswa (83,6 %) memiliki asertivitas “cukup tinggi”, 12 siswa (10,9 %) memiliki asertivitas “rendah”, dan tidak ada (0 %) siswa yang memiliki asertivitas yang “sangat rendah”. Secara keseluruhan perkembangan asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 belum ideal.

  

ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE XI GRADE STUDENTS ASSERTIVEBESS

LEVEL AT GAMA SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR OF

2005/2006

Erawaty Wijaya

  

Sanata Dharma Yogyakarta University, 2007

  The purpose of this research was to obtain better perspective on the XI grade students assertiveness level in GAMA Yogyakarta Senior High School, class of 2005/2006.

  This research was a descriptive survey. The population was the XI grade students of GAMA Yogyakarta Senior High School, class year of 2005/2006. Total number of population is 110 students. Sampling technique was also implemented in this research. The technique used was simple random group sampling technique (Cluster Random Sampling).

  The instrument used by the researcher for the resarch was assertiveness quetionnaire, inspired by similar quetionnaire composed by Riati Hia (2004) by modifying some of the item statements and changing the number of alternative answer. The instrument used for testing comprised of 52 statements, which then was reduced by 4 invalid statements resulting in 48 statements used in the research.

  Assertiveness aspects were: (1) the ability to show equality in human relationship, (2) the ability to act for his/her own interest, (3) the ability to acknowledge and express his/her own emotions, beliefs and thoughts clearly, directly, and honestly without anxiety or guilt, (4) the ability to uphold his/her own personal rights and self-defense, and (5) the ability to respect other individuals.

  Data analysis technique used was the assertiveness level classification

  The results showed that no students (0%) had very high assertiveness level, 6 (5,4%) had high, 92 (83,6%) had quite high, 12 (10,9%) had low, and none (0%) had very low assertiveness. Overall, assertiveness development in GAMA Yogyakarta Senior High School XI grade student was not yet ideal.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan dan berkat yang terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersususn berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  T uhan Yes us Kr is t us

  1. Bapa dan sahabat terbaikku, . Terima kasih selalu ada bagiku. Engkau kekuatan dan sumber sukacitaku. I am nothing without YOU. Terima kasih atas kepercayaanMU dan menyelesaikan skripsi ini bagiku. YOU are my all in all JESUS. Love U LORD.

  2. Drs. A. Samana, M.Pd sebagai pembimbing pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran selama proses penyusunan skirpsi.

  3. Drs. Puji Purnomo, M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Bimbingan Konseling yang telah menyetujui topik skripsi ini.

  5. Para Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  6. Dra. Sun Lestari sebagai Kepala sekolah SMA GAMA Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

  7. Drs. Djasiman sebagai Koordinator Bimbingan dan Konseling SMA GAMA Yogyakarta yang dengan penerimaan penuh dan memberi semangat kepada penulis.

  8. Ibu Nathalia, S.Pd sebagai Guru Bimbingan dan Konseling SMA GAMA Yogyakarta yang telah membantu penulis dengan tulus selama penulis penelitian.

  9. Para guru dan siswa-siswi kelas II SMA GAMA Yogyakarta yang telah berperan serta dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  10. dan Mama yang selalu mendukungku, menyemangati dan

  P apa

  mendoakanku. Terutama buat mama yang rajin telpon dan bertanya soal skripsi, memberi kata-kata penguatan, meyakinkanku “ PASTI BISA” dan selalu mendorongku untuk lulus..^-^ xie2 ni a ma..I`m so proud of you mom, wo ai ni ma dan buat Papa yang selalu ada di hatiku, Era kangen..kangen..kangen Papa. Er udah lulus^-^ Love u always pap..

  11. My dear sister and bro..Eva yang selalu sabar dan udah banyak ngalah buat Alber t aku..thanks yah Va. yang lucu, cie kangen.

  12. Keluargaku di Jogja..Tua i dan atio, ii yang sering ajak er jalan2 dan masakin waktu er sakit.. xie2 ie. Buat Se Ku (Joseph) thanks..udah banyak mendukung dan membantu sejak awal era di jogja. All of my cousins: Shia yang uda lulus

  Tamiang..toke ikan euyy..katanya mo ke New Zealand..kpn neh?? Pin2

  

  congratz yah udah jadi mahasiswa, Tina..si kecil yang uda gede cie kagum ma mandirinya lu, `n the little one..”LaLa”.

  13. Sahabat-sahabatku Tina dan Paul yang selalu menyemangatiku..salut lihat ketekunan kalian..Tina yang udah lulus duluan, thanks buat ‘peninggalan’mu yah.

  14. Eka yang udah banyak memberikan waktu buat aku, membantu dan menyemangatiku. Thanks yah Ka. Sugeng yang udah lulus dulu…sukses selalu yah Eng. Nancy yang penuh semangat, senang banget setiap kali ketemu kamu 

  15. Hendra “Sorong”, Sigit, Via yang selalu ingat sama aku. Seneng banget bisa kenal kalian. Sorong yang selalu mendorongku untuk rajin dan sabar mendengarkan keluh kesahku, TQ friend. Sigit..ayo kumpul berempat lagi.Vi…akhirnya lulus juga yah..ffhh…sukses buat S2 mu friend..jia you!!,

  16. Temen-temen kost Barokah 6A, Sinta yang selalu bikin aku ketawa dan t4 curhatku, Adeline yang penuh semangat, Seevi yang rajin, thanks udah jagain waktu aku sakit ^-^, K`Teny, Aiti, Silvy yg uda lulus dulu, Kak Nova `imut`, Tresy yang selalu memberiku semangat dan ngajak aku doa bareng, Lenny `adik Jepun`, Nita `geulis`, Monik `India`, Tian `ex 6A`, Mawar, dan Mbak Waty aku akan merindukan kalian semua.

  If I can say .., K` Hendra, K`

  17. Keluarga rohaniku sejak awal: Kak Ana,

  Anne..thank u udah jadi contoh dan inspirasi buat aku. Luv u mi, ci Fenny, ci Lian, Shia lagi, Elvirah, Ruth, Ester, Tina lagi, Debra, ci Ika thank u buat doa kalian semua.

  18. Teman-teman BK angkatan 2001, Rm Emil, Fr. Frans yang telah banyak membantu aku..makasih yah ter.., Tina lagi, Paul lagi, Sugeng lagi, Kak Fa, Sr. Vero, Sr. Tress, Fetri, Yuni, Ari, Veron, Agus, Okta, Desy, Kenit, Sipry, Mala, Dista, Endra, Okta, Dedy, Maya, Humam, Pehalina, Page, Anas, Yuyun, Mbak Didi, Anggiat, Paulina, Nur dan teman-teman lain yang tidak penulis sebutkan yang telah menjadi teman belajar selama kuliah.

  19. Siapa saja yang telah banyak membantu dan berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Thank you so much.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa hasil yang disajikan belum merupakan hasil yang sempurna. Masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada apada penulis. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak umumnya.

  Penulis Erawaty Wijaya

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... ii KATA PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………… v ABSTRAK ................................................................................................ vi ABSTRACT .............................................................................................. viii KATA PENGANTAR……………………………………………………… x DAFTAR ISI………………………………………………………………… xiv DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xvii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xviii

  BAB I: PENDAHULUAN………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang……………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 5 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 6 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 6 E. Batasan Istilah………………………………………………………... 7 BAB II: KAJIAN PUSTAKA………………………………………………… 8 A. Asertivitas……………………………………………………………. 8

  2. Aspek-aspek Asertivitas………………………………………….. 10

  3. Manfaat Asertivitas dalam Bersosialisasi……………………… 12

  4. Hambatan-hambatan Mewujudkan Asertivitas………………… 14

  5. Langkah-langkah Mewujudkan Asertivitas……………………. 15

  B. Remaja……………………………………………………………….. 16

  1. Pengertian Remaja………………………………………………. 16

  2. Tugas Perkembangan Remaja…………………………………... 18

  C. Bimbingan Klasikal…………………………………………………. 22

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 24 A. Jenis Penelitian………………………………………………………. 24 B. Subjek Penelitian……………………………………………………... 25 C. Instrumen Penelitian…………………………………………………. 25 D. Prosedur Pengumpulan Data………………………………………… 33

  1. Tahap persiapan………………………………………………… 33

  2. Tahap Pelaksanaan……………………………………………… 33

  E. Teknik Analisis Data…………………………………………………. 34

  BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………… 37 A. Hasil Penelitian……………………………………………………… 37 B. Pembahasan…………………………………………………………. 38 BAB V: RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN…………………… 44 A. Ringkasan…………………………………………………………… 44

  DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 48 LAMPIRAN……………………………………………………………….. 51

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 : Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Asertivitas………………………..26 Tabel 2 : Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Asertivitas Setelah Uji coba

  Setelah Uji coba……………………………………………………..29 Tabel 3 : Rincian Responden Penelitian Siswa Kelas XI

  SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006………………..34 Tabel 4 : Penggolongan Asertivitas Berdasarkan PAP Tipe I…………………36 Tabel 5 : Penggolongan Asertivitas Siswa Kelas XI SMA GAMA

  Tahun Ajaran 2005/2006…………………………………………….37

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 : Kuesioner Uji Coba………………………………………….51 Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian…………………………………………56 Lampiran 3 : Tabulasi Skor-skor Uji Coba…………………………………60 Lampiran 4 : Tabulasi Skor-skor Penelitian………………………………...64 Lampiran 5 : Reliability..................................................................................72 Lampiran 6 : Deskripsi Tingkat Asertivitas

  Siswa Kelas XI SMA GAMA Tahun Ajaran 2005/2006……………………………………..73

  Lampiran 7 : Hasil Analisis Uji Validitas……………………………………77 Lampiran 8 : Surat Ijin Uji Coba……………………………………………..82 Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian…………………………………………….83

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disajikan apa yang menjadi latar belakang peneliti

  mengambil asertivitas sebagai topik penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

  Keberhasilan di dalam bidang apa pun tidak akan mungkin dicapai oleh seseorang jika ia tidak mengembangkan diri semaksimal mungkin.

  Saat ini kita hidup dalam abad yang ditandai dengan kemajuan dalam berbagai bidang, yakni: kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Berada di posisi apa pun seseorang atau tanggungjawab apa pun yang harus dijalani seseorang, baik sebagai pelajar, guru dan pekerjaan yang lain ia perlu mengembangkan diri semaksimal mungkin. Goleman (1997: 26) mengatakan, “ Kunci utama keberhasilan seseorang adalah kecerdasan emosional.” Salah satu wujud kecerdasan emosional yang penting untuk perkembangan diri seseorang adalah kemampuan bersosialisasi yang baik.

  Cawood (1997) menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan sosial yang baik akan lebih mudah mengembangkan dan oleh kecerdasan emosionalnya, antara lain: mengenali perasaan diri sendiri, dan membina hubungan dengan orang lain.

  Salah satu kemampuan sosial yang perlu dimiliki oleh setiap orang adalah kemampuan untuk berperilaku asertif (Cawood, 1997; Lloyd, 1991; Adams, 1995). Berperilaku asertif adalah mengekspresikan secara langsung, jujur dan pada tempatnya, isi pikiran, perasaan, kebutuhan atau hak-haknya tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Orang yang asertif berani menyatakan pikiran, perasaan dan keyakinannya, sekaligus mampu mempertahankan hak-hak pribadinya dan tetap mampu menunjukkan penghargaan atau hormat kepada orang lain. Perilaku asertif penting karena seseorang yang memiliki perilaku asertif menunjukkan kepekaan akan kebutuhan orang lain.

  Pendidikan di sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas menunjukkan bahwa proses belajar lebih menekankan perolehan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain pendidikan di sekolah lebih mengembangkan, memperhatikan segi intelektual atau kognitif para siswa. Pengetahuan yang diperoleh para siswa di sekolah lebih banyak berupa teori-teori saja yang disusun dalam bentuk materi pelajaran. Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) semakin jelas menunjukkan pemberian materi pelajaran yang semakin banyak bagi para siswanya. Semakin baik seorang siswa menguasai materi berhasil secara akademik belum tentu berhasil juga dalam sosialisasi atau pergaulan dengan orang-orang di sekitarnya karena kecerdasan emosional yang tidak turut dilatih selama di sekolah. Seperti yang dikemukakan Goleman (1997) keberhasilan seseorang sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan emosional juga. Jadi belajar siswa di sekolah hendaknya tidak hanya diukur dari segi intelektual saja.

  Kecerdasan emosional siswa bisa dilihat dari keberanian dia mengungkapkan pikiran dan perasaan secara terbuka dengan tetap menunjukkan penghargaan atau hormat kepada orang lain atau yang disebut bersikap asertif. Dengan sistem pendidikan di SMA yang penekanannya lebih pada teori dan hanya mengukur keberhasilan siswa dari segi kognitif saja kecerdasan emosional siswa kurang berkembang sehingga siswa kurang berani dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Pendidikan SMA yang berat sebelah ini membuat siswa kurang terlatih untuk berperilaku secara asertif. Tidak semua siswa dengan mudah menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain sekalipun kepada orang yang sudah akrab dengan mereka. Kesulitan bersikap asertif lebih terasa lagi jika siswa dihadapkan dengan orang yang lebih tua dari mereka. Mereka lebih memilih tidak mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka daripada harus mengalami konflik dalam hubungan mereka dengan orang lain. Orang-orang yang mampu bersikap asertif menghargai diri sendiri dia juga menghargai dan peka akan kebutuhan orang lain.

  Mengingat setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda maka kemampuan asertif setiap orang pun berbeda satu dengan yang lain.

  Ada orang yang mudah mengungkapkan perasaan secara terbuka, namun bagi sebagian orang mengungkapkan perasaan, khususnya mengungkapkan perasaan negatif secara terbuka merupakan hal yang sulit dilakukan. Orang beranggapan bahwa mengungkapkan perasaan negatif secara terbuka dan jujur akan menimbulkan perasaan tersinggung dan sakit hati. Oleh karena itu orang cenderung bersikap diam agar sebuah hubungan tampak tetap baik atau harmonis. Cawood (1997) mengatakan berperilaku asertif dalam komunikasi dengan sesama adalah mengungkapkan diri seperti pikiran, perasaan, kebutuhan, dan hak-haknya secara langsung dan jujur tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Orang yang terlalu menghargai diri sendiri cenderung membentuk perilaku non- asertif. Orang yang non-asertif tidak dapat menyatakan perasaan, ide, kebutuhan, keinginannya secara terbuka. Perilaku non-asertif seringkali menghambat seseorang dalam berkomunikasi yang artinya menghambat seseorang dalam bersosialisasi juga.

  Berdasarkan pengamatan peneliti selama menjalankan Program Pengalaman Lapangan selama satu bulan di SMA GAMA Yogyakarta untuk mengungkapkan yang sebenarnya dia rasakan atau pikirkan selama proses wawancara konseling dengan guru pembimbing. Bahkan juga ditemukan ada siswa yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan teman karena tidak berani mengungkapkan perasannya. Mereka memilih tetap diam walaupun sebenarnya tidak nyaman menjalani hubungan yang tidak baik. Para siswa di SMA GAMA menurut peneliti perlu dibantu untuk berperilaku asertif sehingga tidak menghambat mereka dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

  Peneliti berpendapat bahwa para remaja perlu dilatih untuk berperilaku asertif agar mereka berani mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka secara terbuka dan jujur. Dalam bersosialisasi remaja tentu bergaul dengan teman-teman sebaya, para guru, orang tua dan saudara yang lain. Dalam situasi sosialisasi ini diharapkan remaja belajar berperilaku asertif. Remaja belajar menghargai diri sendiri dan orang lain. Siswa-siswi kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta sebagai remaja juga perlu dibimbing untuk berperilaku asertif.

  Berdasarkan fakta di lapangan yang ditemukan oleh peneliti selama menjalankan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA GAMA maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tingkat asertivitas siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta.

  B. Perumusan Masalah

  Bagaimanakah tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui tingkat asertivitas siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006.

   Manfaat penelitian D.

  1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi bidang bimbingan dan konseling khususnya pengembangan perilaku asertif pada remaja.

  2. Membantu siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 untuk mengetahui pentingnya sikap aserif.

  3. Memberikan gambaran tentang tingkat asertivitas siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 secara umum bagi para guru, sehingga para guru dan staf BK dapat memberikan pelayanan yang tepat untuk mengembangkan asertivitas.

  4. Bagi peneliti, penelitian ini diadakan untuk memperoleh gambaran tentang asertivitas para siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006.

  E Batasan Istilah

  1. Deskripsi Adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci (Depdikbud, 1989: 21).

  2. Tingkat Adalah suatu susunan yang berlapis-lapis atau ukuran yang menunjukkan tinggi rendah (Depdikbud, 1989: 950).

  3. Asertivitas Adalah kemampuan dan keberanian bertindak demi kepentingan sendiri, membela diri sendiri, mempertahankan hak-hak pribadi, dan mengkomunikasikan perasaan, pikiran, keyakinan dan nilai-nilai sendiri kepada orang lain secara jelas, jujur, tepat, tanpa merasa cemas atau bersalah sambil tetap menghormati orang lain sebagai pribadi berdasarkan pengakuan atau kesetaraan dalam hubungan antar pribadi.

  4. Tingkat asertivitas.

  Adalah variasi taraf kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, kebutuhan, keinginan, dan penolakan secara langsung, jujur, dan tegas serta untuk mendengarkan dan menerima kritik atau saran yang membangun.

  5. Para siswa kelas XI SMA di GAMA Yogyakarta Adalah semua siswa yang telah terdaftar sebagai siswa di kelas XI di

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini disajikan kajian teoritik mengenai asertivitas yang

  meliputi : pengertian asertivitas, aspek-aspek asertivitas, manfaat asertivitas, hambatan dalam mewujudkan asertivitas, langkah-langkah meningkatkan asertivitas; konsep remaja yang meliputi : pengertian remaja dan tugas-tugas perkembangan remaja; dan bimbingan klasikal.

   Asertivitas A.

1. Pengertian Asertivitas

  Asertivitas adalah kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam berperilaku asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanfaatkan atau pun merugikan pihak lain. (Rini, www.google.com).

  Asertivitas adalah “ bersikap jelas, jujur, mengkomunikasikan yang benar tentang diri sendiri, sambil tetap mampu menghormati orang lain” (Adams, 1995:5). Asertivitas menunjukkan kesetaraan dalam hubungan untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkal hak-hak orang lain. (Alberti dan Emmons, 2002:41-42).

  Perilaku asertif merupakan pengungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan seseorang secara jujur dan wajar, sehingga memunculkan pernyataan diri yang positif dan menghargai orang lain dalam kehidupan. Memilih untuk berperilaku asertif melatih seseorang untuk menghargai diri sendiri dan juga orang lain.

  Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa asertivitas adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhannya dengan jelas, jujur dan nyaman tanpa takut ditolak oleh penerima pesan. Asertivitas juga berarti mampu dan mau menghargai orang lain sebagai pribadi. Asertivitas membantu seseorang untuk membangun pikiran positif dan sikap positif sehingga selain menghargai diri sendiri juga menghargai orang lain.

  Selain asertivitas, ada dua hal yang juga penting dibahas dalam kaitannya dengan asertivitas, yaitu perilaku non-asertif dan perilaku agresif.

  Perilaku non-asertif dan perilkau agresif merupakan dua perilaku yang bertentangan dengan perilaku asertif.

  Perilaku yang agresif pada umumnya berakibat mengancam si penerima pesan. Seseorang yang agresif berperilaku cenderung memaksa karena tidak mampu bertindak atas kehendaknya sendiri sehingga hanya menuruti semua yang dikatakan orang lain (Alberti dan Emmons, 2002:44).

  Seseorang berperilaku non-asertif berarti tidak menyatakan perasaan, pikiran, kebutuhan, keinginan, pendapatnya kepada orang lain, kurang bertindak demi diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan (Lenz, 1995:25).

  Jika asertivitas membuat seseorang mampu bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan kebutuhannya kepada pihak lain tanpa merugikan pihak lain maka perilaku non-asertif membuat seseorang gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan kebutuhannya. Sikap non-asertif juga disebut sebagai sikap pasif. Sedangkan perilaku agresif mendorong seseorang cenderung untuk tidak melihat atau tidak mempertimbangkan kepentingan orang lain. Apa pun yang menjadi keinginannya itulah yang harus dilaksanakan. Perilaku agresif akan merugikan pihak lain karena bentuknya mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal atau pun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, ataupun menyindir penerima pesan.

  (Rini, www.google.com).

2. Aspek-aspek Asertivitas

  Aspek-aspek asertivitas (Alberti dan Emmons, 2002:42) adalah sebagai berikut: a. Kemampuan menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia. dirinya lebih tinggi atau lebih rendah daripada orang lain, dan mengusahakan setiap pihak diuntungkan dalam berbagai interaksi sosial (Hia, 2002:13).

  b. Kemampuan bertindak demi kepentingan sendiri.

  Kemampuan ini menunjukkan adanya kesanggupan orang asertif untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan bertindak demi dirinya sendiri. Keputusan ini dapat berupa hubungan dengan orang lain, tentang studi, mengatur jadwal dan mengorganisir kegiatan, berinisiatif mengawali pembicaraan dengan orang lain, menetapkan tujuan atas hidupnya dan berusaha meraihnya, serta terlibat dalam pergaulan.

  c. Kemampuan menyadari dan mengungkapkan perasaan, keyakinan dan pikiran secara jelas, langsung, dan jujur tanpa merasa cemas atau merasa bersalah. Orang asertif mampu mengungkapkan perasaan, pikiran, kebutuhan dan nilai-nilai hidup yang dipegangnya tanpa merasa cemas dan merasa bersalah, sanggup mengungkapkan ketidaksetujuan, berani mengakui perasaan takut dan cemas, mengekspresikan kasih sayang, serta bersikap spontan.

  d. Kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi dan membela diri sendiri.

  Kemampuan ini berhubungan dengan kesanggupan pribadi sebagai warga negara, sebagai anggota dari sebuah organisasi, sekolah, atau kelompok e. Kemampuan menghormati orang lain sebagai pribadi.

  Orang asertif memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain. Ia mempertahankan hak-haknya dan mengungkapkan dirinya dengan tetap berlaku adil dan hormat kepada orang lain. Ia memenuhi kebutuhannya tanpa menyakiti orang lain, dan tanpa mengurangi kebebasan orang lain.

3. Manfaat Asertivitas dalam Bersosialisasi

  Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

  Asertivitas memberikan manfaat bagi individu dalam menjalani hidup bersama dengan orang lain. Di bawah ini adalah berbagai manfaat asertivitas, yaitu : a. Meningkatkan kepercayaan diri.

  Pilihan seseorang untuk mempertahankan hak, mengungkapkan pikiran dan perasaan, meningkatkan penghargaan atau kepercayaan terhadap diri sendiri, dengan demikian rasa tidak aman menjadi berkurang. Seseorang menjadi lebih kreatif dan lebih berani mengambil resiko (Cawood, 1997:26). b. Membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

  Asertivitas memberikan sumbangan besar bagi seseorang dalam membangun hubungan dengan orang lain. Asertivitas membantu seseorang berani dan mampu untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam kehidupan bersama orang lain., memperoleh banyak teman, membina hubungan yang lebih akrab dan lebih jujur dengan orang lain (Cawood, 1997:26).

  c. Mengarahkan pikiran ke masa depan.

  Asertivitas memampukan seseorang untuk mengarahkan pikirannya ke masa depan dan tidak hanya mengingat-ingat masa lalu (Hia, 2004:16).

  d. Mampu menghadapi situasi tidak menyenangkan.

  Menghadapi kritik atau penolakan merupakan saat yang tidak menyenangkan, namun orang yang asertif mampu mengendalikan dirinya dengan memberi kesempatan kepada pengkritik menyampaikan pendapatnya sehingga orang tersebut merasa tetap dihargai.

  e. Meningkatkan rasa tanggung jawab.

  Asertivitas membuat seseorang merasa bertanggung jawab dan konsekuen untuk melaksanakan keputusannya sendiri. Dalam hal ini, ia bebas untuk mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, dan perasaan secara terbuka sambil tetap memperhatikan pendapat orang lain (Susanto, www.google.com).

   Hambatan-hambatan Mewujudkan Asertivitas 4.

  Hanbatan-hambatan yang mungkin dihadapi seseorang dalam mewujudkan asertivitas (Aaron Beck, dalam Alberti dan Emmons, 2002:96-98), yaitu : a. Kecenderungan untuk berpikir kurang baik, terhadap diri sendiri.

  Misalnya, seorang siswa diminta menjadi ketua panitia untuk sebuah acara seni di sekolahnya. Sebenarnya dia memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas itu, tetapi dia merasa tidak pantas karena menganggap ada orang lain yang lebih mampu. Akhirnya dia menolak tugas itu dan minta digantikan dengan orang lain. Orang yang cenderung berpikir dirinya buruk merasa tidak layak untuk diserahi tanggung jawab.

  b. Kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah.

  Masalah yang dibesar-besarkan tidak membantu terwujudnya asertivitas karena dengan membesarkan masalah terdapat unsur ketidakjujuran dalam menyampaikan suatu hal.

  c. Sudut pandang egosentrik dalam menanggapi peristiwa-peristiwa dalam kehidupan.

  Memilki kecenderungan menganggap segala hal buruk yang terjadi dalam kehidupan adalah kesalahan diri sendiri. Keyakinan seperti ini menghambat seseorang untuk maju karena enggan berusaha yang menrendahkan dirinya dan tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan kebutuhan dan perasaannya.

  d. Pandangan yang sempit.

  Keyakinan bahwa hidup ini hanya dibatasi hitam-putih, ya-tidak, baik- buruk. Padahal pada faktanya masih ada sejumlah alternatif dalam berhubungan dengan orang lain dalam keidupan.

  e. Keinginan untuk menyenangkan orang lain.

  Keinginan ini disebabkan karena : 1) Membutuhkan persetujuan atau dukungan, 2) takut menyinggung perasaan orang lain, 3) takut mendapat penilaian yang tidak baik atau mendapat hukuman, 4) adanya perasaan bersalah, 5) ada perasaan diwajibkan atau diharuskan karena tugas, dan 6) keinginan mengorbankan diri demi kepentingn orang lain (Aaron Beck, dalam Alberti dan Emmons, 2002:96-98).

   Langkah-langkah Meningkatkan Asertivitas 5.

  Peningkatan asertivitas dalam diri seseorang perlu proses dan langkah berkesinambungan. Alberti dan Emmons (2002:123-129) menyebutkan langkah-langkah untuk meningkatkan asertivitas, yaitu :

  a. Merefleksikan perilaku sendiri. Langkah ini mengajak kita memeriksa diri apakah sudah merasa puas dalam hubungan antar pribadi dengan orang lain, dalam berhubungan dengan orang lain apakah sudah asertif b. Menetapkan tujuan yang realistik bagi diri sendiri. Maksud langkah ini adalah melakukan penilaian terhadap diri sendiri dengan cara menyeleksi target-target khusus bagi perkembangan asertivitas. Target- target khusus yang dimaksud adalah situasi dan dengan siapa ingin berkomunikasi asertif.

  c. Memusatkan perhatian pada situasi tertentu. Maksudnya, memberi waktu pada diri sendiri untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah dialami. Setelah itu dengan berani mengungkapkan pendapat dan perasaan yang timbul saat kejadian itu terjadi kepada lawan bicara.

  d. Memfokuskan diri pada pikiran-pikiran positif. Maksudnya, mencoba menenangkan diri apabila mulai cemas dan mengganti pikiran-pikiran yang negatif dengan pikiran-pikiran yang positif. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang positif atau menampilkan reaksi yang positif pada setiap situasi (Hia, 2004:19).

  e. Meminta bantuan apabila membutuhkan. Maksudnya, apabila merasa kesulitan untuk bersikap asertif, tidak enggan untuk meminta bantuan kepada orang lain yang diyakini lebih mampu.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

  “Remaja”, kata ini mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja adalah kelompok orang yang sering menyusahkan orang tua (Mappiare, 1982:11).

  Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi perkembangan semua aspek diri yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Gunarsa, 1983:17).

  Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan didorong serta dibimbing untuk “bertindak sesuai umurnya.” Kalau remaja berperilaku seperti orang dewasa, ia akan cenderung disalahkan atau dianggap sok pintar (Hurlock, 1997:58).

  Menurut Sarwono (1989: 14, 51) untuk masyarakat Indonesia, masa remaja berlangsuing pada usia 11-24 tahun. Remaja menjalani peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, bukan hanya dalam arti psikologik tetapi juga fisik. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam perkembangan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologik muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.

  Menurut peneliti yang dimaksud dengan remaja adalah masa peralihan. Manusia meninggalkan masa anak-anak, mengalami perubahan dan menjalani hal baru dalam hidup. Remaja masuk pada tahap lebih maju kehidupan mereka. Tugas-tugas baru itulah yang disebut sebagai tugas perkembangan.

2.Tugas Perkembangan Masa Remaja

  Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan dalam sikap dan pola perilaku anak. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada perubahan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja (Hurlock, 1997:209- 210) adalah : a. Belajar menerima keadaan fisik.

  Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima perubahan keadaan fisik. Remaja seringkali merasa tidak nyaman dengan perubahan yang baru dialaminya. Diperlukan waktu untuk mempelajari, menerima dan menyenangi perubahan fisik yang terjadi.

  b. Belajar mencapai hubungan baru dan matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

  Remaja memasuki pergaulan yang lebih dalam lagi dengan teman sebayanya. Remaja mempelajari hubungan baru terutama dengan lawan jenis.

  c. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. mudah dibangun tetapi bisa dilatih, karena itu asertivitas sangat diperlukan supaya dalam bersosialisasi remaja menjadi pribadi yang disenangi karena ketegasannya bukan hanya ikut-ikutan.

  d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.

  Remaja sangat mendambakan kemandirian secara emosional. Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang harus diselesaikannya.

  e. Membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai orang dewasa.

  Remaja belajar banyak untuk membentuk nilai-nilai dari sekolah, orang tua, teman atau saudara yang lebih tua dari mereka.

  f. Mengembangkan keterampilan intelektual yang penting bagi kecakapan sosial.

  Remaja aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi, ekstra kurikuler, lebih terampil dalam bersosialisasi, sedangkan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan luar sekolah cenderung menjadi lebih pasif dalam sosialisasi.

  g. Mencapai kemandirian ekonomik.

  Kemandirian ekonomik ini tidak akan dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Secara usia remaja

  Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst (Rifai,1984:2) adalah :

  a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan lain jenis.

  Remaja dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.

  b. Memiliki kemampuan dalam menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat.