BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Majelis Ta’lim 1. Pengertian Majlis Ta’lim - PERAN MAJLIS TA’LIM DALAM PENANAMAN NILAI AQIDAH PADA REMAJA (Studi Kasus di Majlis Ta'lim Remaja Desa Dukuh Warni Kelurahan Dawuhan Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes) - repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Majelis Ta’lim 1. Pengertian Majlis Ta’lim Secara bahasa kata majlis ta’lim berasal dari dua suku kata yakni

  majlis dan ta’lim. Kata majlis berasal dari bahasa arab yakni “jalasa-

  yajlisu- majlisan” yang berarti duduk. Kata majlis merupakan bentuk isim

  makan yang berarti menjadi tempat duduk (Munawir, 2007 : 239).

  Majlis ini bermula sejak zaman khulafa al Rasyidin, yang biasanya memberikan fatwa dan musyawarah serta diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Kemudian pada masa khalifah Abbasiyah berubah menjadi majlis sastra yang didalamnya membahas bukan hanya masalah-masalah kesusastraan, melainkan berbagai macam ilmu pengetahuan (majlis ilmu pengetahuan) dan berbagai kesenian (majlis kesenian) ( Zuhairini, 1994: 95-96).

  Sedangkan kata ta’lim adalah isim mashdar dari kata “allama-

  yu’allimu-ta’liman yang berarti mengajar. Kata al-ta’lim adalah al-tanbih al-nafs litashawwur al- ma’niy, yang artinya memperingatkan jiwa untuk

  menggambarkan berbagai pengertian. Adapun kata al-

  ta’allum berarti

  proses mengingatkan jiwa dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang berbagai makna. Kata

  ta’lim terkadang digunakan juga untuk

  pengertian memberitahukan, jika menggunakan kata

  ta’lim tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Kata al-

  ta’lim terkait erat dengan proses transfer of information

  (mengalihkan atau mengalirkan informasi) atau transfer of knowledge (mengalihkan atau mengalirkan ilmu pengetahuan). ( Nata, 2016: 75)

  Berdasarkan pengertian ta’lim di atas dapat disimpulkan bahwa ta’lim adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan tujuan untuk memberikan ilmu kepada yang membutuhkan atau dengan kata lain dari yang ahli kepada yang belum mengetahi.

  Majlis ta’lim dapat diartikan secara lughawi sebagi tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau menagjarkan ilmu agama

2. Peran Majlis Ta’lim

  Majelis ta'lim dapat dipahami sebagai suatu institusi dakwah yang menyelenggarakan pendidikan agama yang bercirikan non-formal, tidak teratur waktu belajarnya, para pesertanya disebut jamaah, dan bertujuan khusus untuk usaha memasyarakatkan Islam (Siregar & Shofiuddin, 2003: 16).

  Adanya majelis taklim di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama, sebagai ajang silaturahmi anggota masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya (Alawiyah, 1997: 78).

  Maksud diadakannya majelis taklim menurut M. Habib Chirzin (2000: 77) adalah: a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang gaib; b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta; c. Sebagai inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama; d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan selaras.

  Menurut peneliti secara garis besar majelis taklim merupakan wadah

untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka

membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

3. Materi Majlis Ta’lim Dalam suatu pembelajaran, materi bukanlah merupakan tujuan.

  Melainkan sebagai alat mencapai sebuah tujuan. Karena itu penentuan materi pengajaran harus didasarkan pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat kesulitan, maupun organisasinya (Toha dkk, 1999 : 16). Sebagai sebuah lembaga pendidikan, majelis taklim memiliki materi-materi yang disampaikan dan diajarkan kepada para pesertanya. Materi yang umumnya ada dan pelajari dalam majelis taklim mencakup pembacaan, al-

  Qur’an serta tajwidnya, tafsir bersama ulumul al- Qur’an, hadits dan fiqih serta ushul fiqh, tauhid, akhlak. Sedangkan menurut Pedoman Majelis taklim yang dikeluarkan oleh Koordinasi Dakwah Islam (KODI), materi yang disampaikan dalam majelis taklim adalah a. Kelompok Pengetahuan Agama, yang mencakup di dalamnya tauhid, tafsir, Fiqih, hadits, akhlak, tarikh, dan bahasa Arab b. Kelompok Pengetahuan Umum, yang langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan agama (Huda,

  1996/1997: 13).

4. Metode Dakwah yang Digunakan dalam Majlis Ta’lim

  Setiap pengajaran diperlukan metode-metode agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik. Beberapa metode pengajaran tersebut antara lain:

  a. Metode bercerita, yang dicantumkan pada hampir semua pokok bahasan, karena selain aspek kognitif, aspek afektif yang secara garis besar berupa tertanamnya aqidah islamiyah dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki nilai akhlak yang mulia.

  b. Metode ceramah, merupakan metode mau'idhoh hasanah dengan

bilisan agar dapat menerima nasihat-nasihat/pendidikan yang baik.

  c. Metode tanya jawab, bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan berpikir dan dapat mengembangkan pengetahuan yang berpangkal pada kecerdasan otak dan intelektualitas yang merupakan tujuan dalam aspek kognitif (Toha dkk, 1999 : 95-96).

  Sedangkan metode penyajian yang dilakukan di majelis taklim dapat dikategorikan menjadi: a. Metode Ceramah, terdiri dari ceramah umum, yakni pengajar/ustadz/kiai tindak aktif memberikan pengajaran sementara jamaah pasif dan ceramah khusus, yaitu pengajar dan jamaah sama- sama aktif dalam bentuk diskusi.

  b. Metode Halaqah, yaitu pengajar membacakan kitab tertentu, sementara jamaah mendengarkan.

  c. Metode Campuran, yakni melaksanakan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan. (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 121) Berikut adalah adalah penjabaran beberapa yang sering di gunakan didalam majlis ta'lim :

a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah penuturan bahasa pelajaran secara lisan.

  Metode ini tidak senantiyasa jelek bila penggunanya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunanya (Syah dkk, 2017: 139)

1) Kelemahan dalam metode ceramah

  a) terjadinya verbalisme (siswa tau dan hafal kata-kata tetapi tidak mengetahui makna yang terkandung didalamnya) b) Guru sulit mengukur tingkat penguasaan dan pemahaman isi materi pelajaran yang di sampaikan melalui ceramah.

  c) Siswa dengan kemampuan dirugikan dan lebih menguntungkan siswa yang memiliki kemampuan audiktif d) Siswa cendrung pasif dan tidak kreatif bahkan terjadi kecenderungan membuat kesimpulan yang salah e) Timbul kebosanan pada diri siswa bila disampaikan pada waktu yang lama

  Untuk mengurangi segi negatif metode ceramah sebaiknya pembimbing menggunakan metode ceramah digabungkan dan dikolaborasikan dengan metode-metode mengajar lainya.

2) Kelebihan metode ceramah

  a) Ceramah merupakan metode yang murah dan sekaligus paling mudah dilakukan b) Dengan menggunakan metode ceramah guru dapat dengan mudah menguasai kelas, mengorganisasikan tempat duduk dan kelas.

  c) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas dalam waktu yang relatif singkat.

  d) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

  e) Melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah. f) Metode ceramah dapat digunakan bagi jumlah siswa atau peserta didik yang sangat banyak atau dalam jumlah besar.

b. Metode Demonstrasi

  Demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik (Daradjat, dkk, 2014 : 296) Selain pengertian di atas, darwyn syah dkk (2007: 152) juga mengemukakan pendapat mengenai metode demonstrasi yakni cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan, atau bagaimana mengerjakan suatu perbuatan atau tindakan yang mana dalam meragakan disertai penjelasan lisan.

  Dari penegrtian diatas, didalam metode demonstrasi memiliki kelebihan serta kekuranagan dalam penggunaanya.

1) Kelebihan metode demonstrasi

  a) Menghindari verbalisme dan membuat pelajaran lebih menarik lebih jelas dan lebih kongrit.

  b) Memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan c) Siswa dituntut aktif dalam bentuk melakukan pengamatan, membandingkan antara teori dan kenyatannya serta mempraktekan secara langsung.

  2) Kekurangan metode demonstrasi

  Selain memiliki segi kelebihan, bukan berarti memiliki kekurangan didalam pelaksanaanya, kekurangan tersebut antara lain: a) Guru dituntut memiliki keterampilan khusus terhadap hal-hal yang akan didemonstrasikan b) Sulitnya memenuhi peralatan atau benda yang dibutuhkan untuk keperluan demonstrasi c) Diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang

  d) Penggunaan waktu yang lama akan menyita waktu pengajaran

  3) Dasar pertimbangan pemilihan metode demonstrasi

  a) Mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu atau menggunakan komponen sesuatu

  b) Memvbandingkan satu cara dengan cara lain

  c) Mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu

  d) Ingin menunjukan suatu keterampilan c.

   Metode Diskusi

  Metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya, misalnya metode ceramah dan yang lainya karena metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan suatu masalah (problem solving).

  Adanya satu jawaban atau beberapa jawaban atau jalan pemecahan tidak menjadi masalah, yang terpenting dari segala kemungkinan itu bagaimanakah kita mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Dalam metode diskusi ini peran guru atau pembimbing sangat penting dalam rangka menghidupkan gairah anak didik dlam berdiskusi. Jelas diperlukan diantaranya ialah : 1) Guru atau pembimbing diskusi harus berusaha dengan semaksimal nungkin agar anak didik turut aktif dan berperan dalam diskusi tersebut

  2) Guru atau pembimbing diskusi sebagai pengatur lalu lintas pembicaraan, harus bijaksana dalam mengarahkan diskusi, sehingga diskusi tersebut berjalan lancar dan aman. 3) Membimbing diskusi agar samapai kepada suatu kesimpulan

  (Daradjat, dkk, 2014 : 292-293) Dari penegertian lain diskusi ialah percakapan yang responsip yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis dan diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya. Sedangkan metode diskusi adalah satu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan pada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah atas suatu masalah.

  1) Kelebihan metode diskusi

  a) Mendorong partisipasi dan kreatifitas siswa untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap permasalahan yang sedang didiskusikan.

  b) Mengembangkan sikap toleransi, demokratis, kritis, berpikir sistematis dan menghargai pendapat orang lain.

  c) Membiasakan peserta didik untuk bermusyawarah dalam mengambil suatu keputusan untuk kepentingan bersama.

  d) Peserta didik belajar mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku.

  e) Memperluas wawasan dan cakrawala berpikir siswa.

  2) Kekurangan metode diskusi

  a) Tidak semua peserta memiliki kesempatan berpartisipasi memberikan sumbangan pemikiran terhadap permasalahan yang sedang dibahas, karena keterbatasan waktu.

  b) Terjadinya penyimpangan pembahasan dan perdebatan yang tidak perlu serta memakan waktu yang panjang.

  c) Hasil diskusi sulit sulit diramalkan.

  d) Tidak dapat dipakai untuk kelompok besar e) Peserta mendapat informasi yang terbatas.

  3) Pertimbanagan menggunakan metode diskusi

  Metode diskusi digunakan dalam proses pembelajaran apabila hendak : a) Memanfaatkan berbagai yang ada (dimiliki) oleh para anak didik

  b) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyalurkan kemampuan masing-masing c) Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai d) Membantu anak didik berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai materi pelajaran serta kegiatan lainya.

  e) Membantu para anak didik belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temanya (orang lain) f) Membantu para anak didik menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat "baik" dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran yang telah di sampaikan

  g) Menembangkan motifasi untuk belajar lebih lanjut (Syah, dkk,2007 : 141-144)

d. Metode Tanya Jawab

  Metode tanya jawab adalah cara penyajian pengajaran oleh guru dengan memberikan pertanyaan dan meminta jawaban kepada siswa.

  Metode tanya jawab dapat merangsang anak didik untuk dapat mengemukakan pendapat dan pikiran masing-masing. Melalui pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing/pendidik, anak didik terdorong untuk mencari jawaban yang tepat dan memuaskan dengan merangkai pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya (Syah, dkk, 2007 : 137).

  Sementara itu Daradjat (2014 :307) juga mengemukakan pendapat tentang metode tanya jawab. Metode tanya jawab adalah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan guru memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.

  Bebrapa alternatif dapat terjadi dalam metode tanya jawab yaitu :

  1) Segi kecepatan menuangkan bahan ajaran

  dalam hal menerangkan bahan-bahan pelajaran pada anak didik, penggunaan metode tanya jawab lebih lamban apabila dibandingkan dengan metode ceramah. Akan tetapi metode tanya jawab dari segi kepastian lebih tajam, karena guru/pembimbing memberikan suatu pertanyaan untuk suatu jawaban tertentu, dan guru dan guru/pembimbing dapat mengetahui dengan segera apakah anak didiknya mengerti atau tidak. Kalu terjadi hal demikian guru/pembimbing dapat segera menjelaskan kembali segi-segi yang belum jelas.

  2) Dapat terjadi penyimpangan dari pokok persoalan

  Guru/pembimbing dalam melaksanakan tanya jawab lebih besar kemungkinannya menyimpang dari pokok-pokok persoalan. Hal ini dapat terjadi bila anak didik memberikan jawaban, lalu berbalik memberikan pertanyaan yang menimbulkan masalah-masalah baru diluar yang sedang dibicarakan.

3) Dapat terjadi perbedaan pendapat antara murid dan guru

  Dalam metode ceramah biasanya guru/pembimbing sulit mengetahui apakah anak didik menyetujui atau tidak isi ceramah yang diberikan kecuali kalau dibuka tanya jawab. Denga adanya tanya jawab kemungkinan jawaban anak didik berbeda dengan yang diinginkan guru/pembimbing. Apabila guru/pembimbing menyatakan salah terhadap jawaban anak didik maka anak didik yang berani cenderung mempertahankan jawabannya (Daradjat, 2014 :308-309) Dari pernyataan-pernyataan tersebut ada beberapa dasar pertimbanagan penggunaan metode tanaya jawab, adalah sebagai berikut :

  1) Apabila ingin mengulang bahan pelajaran 2) Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran oleh anak didik.

  3) Ingin membangkitkan perhatian anak didik 4) Sebagai selingan metode lainya 5) Merangsang anak didik untuk berfikir kreatif dan inofatif 6) Pemberian kesempatan kepada anak didik mengajukan permasalahan sehubungan dengan bahan materi pelajaran yang disampaikan (Syah,dkk, 2007 : 138)

  Sementara itu Darwyn Syah (2007 :138) juga menjelaskan bahwa terdapat kelemahan serta kelebihan metode tanya jawab yaitu :

  1) Kelebihan metode tanya jawab

  a) Dapat menarik perhatian anak didik walaupun keadaan kelas kurang terkendali b) Melatih dan merangsang daya nalar serta daya ingatan anak didik c) Melatih keterampilan menjelaskan serta keberanian anak didik mengemukakan pendapat secara lisan dengan tertib dan teratur.

  2) Kelemahan metode tanya jawab

  a) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan pemahaman anak didik b) Tidak semua anak didik berani mengemukakan pendapat dan terampil menjelaskan dan memberikan jawaban secara lugas dan teratur

  c) Akan banyak menyita waktu bila terjadi oerbedaan dan silang oendapat d) Adanya keterbatasan waktu, sehingga tidak memungkinkan semua anak didik mendapat giliran menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan

  e) Adanya dominasi kegiatan pembelajaran oleh anak didik yang memiliki keterampilan bertanya dan menjelaskan dengan kemampuan yang memadai.

B. Nilai Aqidah 1. Nilai

  Dalam kamus besar bahasa Indonesia nilai diartikan sebagai harga, ukuran, angka yang mewakili prestasi serta sifat-sifat yang penting yang berguna bagi kemanusian, guna menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya (KBBI :2016)

  Menurut Dr. H. syahidin nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, dan prilaku. (e-book, Begawan tarbiyah, 2016 : 2)

  Berdasarkan uraian tersebut, jadi nilai adalah rujukan dan seperangkat keyakinan yang dianggap penting bagi manusia yang memberikan corak khusus terhadap pola pikir, perasaan keterikatan dan prilaku.

2. Aqidah

  Secara etimolois (lughotan), aqidah berakar dari kata

  aqoda- ya’qidu-aqdan-aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian

  dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. (ilyas,2009: 1)

  Secara terminologis (istilah), terdapat beberapa definisi anatara lain Mmenurut kutipan dari Hasan Al-Bana adalah sebagai berikut : Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercanpur sedikitpun dengan keragu- raguan. (al-bana: 465 dalam Ilyas, 2009: 1)

  Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy : Aqidah adalah sejumlah kebenara yang dapat diterima secara umum

  (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenan itu dipraktikan (oleh manusia) didalam hati (serta) diyakini kesahihannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. (Al-Jazairy,1978: 21 dalam Ilyas,2009: 2)

  Dari beberapa pendapat mengenai definisi aqidah oleh para ahli, penulis menarik kesimpulan pengertian aqidah adalah kebenran yang ada dalam hati dan diyakini dengan sepenuh hati sehingga menjadi keyakinan yang kuat,kokoh yang digunakan untuk menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran yang di yakininya.

  Dengan memercayai aqidah itu barulah seseorang disebut mukmin. Karea aqidah merupakan sendi agama (Shalut,1994: 52) a.

   Istilah Lain Aqidah

  Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah, yaitu : iman dan tauhid,dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu : ushuluddin, ilmu kalam, dan fikih akbar. 1) Iman

  Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah, dan ada yang membedakannya. Bagi yang membedakan, aqidah hanya dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya berupa keyakinan dan aspek luarnya berupa pengakuan dengan liasan dan pembuktian dengan amal.

  2) Tauhid Tauhid artinya mengesakan (mengesakan Allah-Tauhidullah).

  Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikan juga dengan istilah tauhid.

  3) Ushuluddin Artinya pokok-pokok agama. Aqidan, iman, dan tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan pokok-pokok ajaran agama islam. 4) Ilmu Kalam

  Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamai dengan ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Pembicaran dan perdebatan luas seperti itu terjadi setelah berfikir rasional dan filsafati mempengaruhi pemikir dan ulama islam.

  5) Fikih Akbar Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh fiddin yang di perintahkan Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fikih, tentu, dan lebih masalah aqidah (Ilyas, 2007 : 4-5)

3. Nilai-Nilai Aqidah

  Berdasarkan urian diatas mengenai nilai dan aqidah, dapat di simpulkan bahwa nilai aqidah adalah seperangkat keyakinan dan rujukan yang dianggap penting bagi seorang dalam hubungannya dengan Allah sebagi Tuhannya yang mampu memberikan corak khusus terhadap pola pikir, dan prilakunya.

  Dalam mengajarkan aqidah, terdapat 3 dasar keimanan, yakni :

  a. Rukun iman 1) Iman kepada Allah 2) Iman kepada malikat 3) Iman kepada kitab-kitab-Nya 4) Iman kepada Rosul-Nya 5) Iman kepada hari kiamat 6) Iman kepada takdir-Nya, yang baik maupun yang buruk.

  b. Rukun islam 1) Mengucapkan dua kalimat syahadat 2) Mengerjakan shalat 3) Membayar zakat 4) Berpuasa dibulan Ramadhan 5) Menunaikan ibadah haji.

  c. Ikhsan Ikhsan adalah melaksanakan ibadah dengan khusyuk, dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT senantiasa melihat dirinya, sehingga pada akhirnya berhadapan langsung dengan Allah SWT, bahkan dapat merasakan, melihat-Nya dengan mata hatinya, semua ini diperoleh jika dilandasi dengan ibadah yang ikhlas. Tingkat keimanan seseorang tidaklah dapat dikur oleh sesama manusia melainkan keimanan yang benar dan baik tercermin dari prilaku, ketaatan serta ibadah seseorang tersebut dikehidupan sehariharinya (Thoha, Zuhri, Yahya, 1999 :93-94)

  Adapun nilai aqidah yang menjadi keyakinan umat islam adalah :

  a. Nilai Rububiyah Nilai ini, Allah SWT dipandang sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, termasuk penciptaan manusia Allah menempuh proses yang memperlihatkan konsentrasi dan keteraturan berdasarkan aturan-aturan alamiah yang ditetapkan oleh Allah sendiri dalam alam semesta dan sebagai bentuk pengimanannya adalah manusia senantiasa selalu menjaga setiap ciptaan-Nya serta yang tidak lain adalah tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini.

  b. Nilai Uluhiyah Nilai uluhiyah adalah nilai dimana Allah dalam kapasitas ke-Illahiyan- Nya, yaitu Allah sebagi zat yang disembah atau sembahan dan totalitas ketundukan manusia. Nilai ke-Illahian ini menjiwai kesadaran manusia bahwa puncak pengabdian manusia adalah penghambaan pada tuhan semesta. Nilai ini berfungsi sebagai pembentukan individu yang memiliki komitmen ketuhanan yang kuat serta stabil.

  c. Nilai Al-Asma' Wa Ash Merupakan nilai keesaan pada sfat-Nya, yang berarti bahwa Allah SWT memiliki sifat yang tidak sama dengan makhluk ciptaan-Nya, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan untuk menunjukan sifat yang sama. Yang termasuk didalamnya meniadakan semua penyerupaan nama Allah SWT dengan nama sifat makhluk.

  Nilai-nilai aqidah didalam kehidupan yang memiliki kandungan kebenaran, keyakinan, serta ketaatan. Dimana nilai-nilai tersebut akan membentuk pribadi yang baik, bijak, bermanfaat bagi lingkungan sehingga secara otomatis menciptakan masyarakat yang rukun, berakhlak mulia, serta bertakwa kepada Allah SWT (Alfian, 2014 : 6-9)

  Kemudian dari nilai-nilai yang terkandung dalam akidah ini akan menimbulakan sifat yang tidak lain untuk menjadikan remaja yang bercirikan islami. Berikut ciri-ciri remaja muslim :

  1) Salimul Aqidah

  Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT

  2) Shahihul Ibadah

  Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul sallallah ’alaihi wasallam yang penting, dalam satu hadisnya; beliau menyatakan: “solatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku solat”.Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul sallallah ’alaihi wasallam

  3) Matinul Khuluq

  Akhlak yang kukuh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah mahupun dengan makhluk- makhluk

  4) Qowiyyul Jismi

  Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani bererti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fizikalnya yang kuat.

  5) Mutsaqqoful Fikri

  Intelek dalam berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fathonah (cerdas). Muslim yang cerdas akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

  6) Mujahadatun Linafsihi

  Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.

  7) Harishun 'ala Waqtihi

  Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya.

  8) Munazhzhamun fi Syu'unihi

  Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik.

  9) Qodirun 'alal Kasbi

  Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan.

  10) Naafi'un Lighoirihi

  Bermanfaat bagi orang lain (nafi'un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.

  (http://edisikisahremajamasakini.blogspot.co.id/2016/10/10-ciri-ciri- remaja-muslim.html)

a. Ruang Lingkup Aqidah

  Menurut Hasan al-Bana ruang lingkup pembahasan aqidah adalah sebagai berikut : 1) Ilahiat : yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan), Allah) seperti wujud Allah, nama-nama, dan sifat-sifat Allah.

  2) Nubuwat : yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rosul, termasuk pembahasan tentang kitab- kitab Allah, mu’jizat, karamat dll. 3) Ruhaniat : yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh dll. 4)

  Sam’iyyat : yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzah, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dll (Ilyas, 2007 : 6).

b. Sumber Aqidah

  Sumber aqidah islam adalah Al- Qur’an dan Sunnah. Artinya apasaja yang disampaikan Allah dalam Al-

  Qur’an dan oleh rosul dalam sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).

  Akal pikiran tindakan menjadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau perlu membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-

  Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk Allah SWT. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa berita tentang hal-hal ghaib di buktikan secara ilmiah oleh akal pikiran (Ilyas, 2007 : 6).

c. Fungsi Aqidah

  Aqidah adalah dasar fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunannya yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Karena tidak ada bangunan tanpa fondasi. Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Akan tetapi Allah tidak akan memberi nilai kalau perbuatan yang dilaksanakan dilandasi dengan aqidah yang benar (iman).

  Itulah sebabnya kenapa Rosulullah selama 13 tahun periode makkah memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan islam dengan mudah berdiri di madinah dan bangunan itu akan bertahan terus sampai akhir kiamat.

  (Ilyas, 2009 : 10) C.

   Remaja 1. Pengertian Remaja

  Menurut Hurlook menyimpulkan bahwa masa puber (remaja) adalah masa terjadinya perubahan tertentu yang tidak terjadi pada periode lainnya. Dikatan periode tumpang tindih karena dua tahun masa anak- anak akhir dan dua tahun awal masa remaja awal sehingga disebut pula periode unik (Rumini, Sundari,2004 : 53-55).

  Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa remaja ada yang memberi istilah : puberty (Inggris), pubertiet (Belanda), pubertas (Latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelai- lakian. Ada pula yang menggunakan istilah adulescentio (Latin) yaitu masa muda.

  Selain pubertas ada istilah lainya yakni adolescentia. Berbeda dengan istilah pubertas, yang berkaitan dengan tercapainya tanda kematangan fisik, adolescentia dikaitan dengan masa yang berbeda-beda.

  Dari kepustakaan Belanda menyimpulkan adolescentia dimulai sesudah tercapai kematangan seksual secara biologis, sesudah pubertas.

  Jadi, masa adolescentia adalah masa perkembangan sesudah masa pubertas, yakni antara 17 tahun sampai 22 tahun. Sedangkan menurut kepustakaan Inggris menyatakan masa adolescentia merupakan masa peeralihan dengan semua perubahan psikis, yakni antara umur 12 tahun sampai 17 tahun (Gunarsa, 2008: 202)

  Beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja harus dibimbing untuk memiliki aqidah yang kuat sehingga dapat membantu menjadikan seorang individu yang memiliki keimanan yang kuat dan akhlak yang baik, sehingga dapat menyelamatkannya di kehidupan dunia dan akherat

2. Tugas Remaja

  Tugas-tugas dalam perkembangan remaja ini antara lain :

  a. Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri

  Bagi remaja, sejak masa awal diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri sendiri (self control) atas perbuatan-perbuatannya.

  Diantara perbuatan-perbuatan itu ada yang boleh dan ada yang tidak, untuk itu perlu adanya pengontrolan diri agar dirinya dapat berprilaku yang diterima masyarakat.

  b. Memperoleh kebebasan Hal ini berarti remaja diharapkan belajar dan berlatih bebas membuat rencana, bebas menentukan pilihan, dan bebas membuat keputusan.

  Hal ini diharapkan dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua dan orang lainya dalam banyak hal.

  c. Mengembangkan keterampilan Untuk mempersiapkan diri menuju masa dewasa, remaja diharapkan melatih dan mengembangkan berbagai keterampilan-keterampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup dimasa dewasa kelak.

  d. Memiliki citra diri yang realistis Diharapkan remaja dapat memberikan penilaian kepada diri sendiri secara apa adanya. Mereka diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan apapa yang lebih dan kurang pada dirinya serta dapat menerima apa adanya serta memelihara dan memanfaatkannya secara positif (Mappiare : 106)

D. Hasil Penelitian Terdahulu

  Dari obserfasi yang telah peneliti lakukan, penelitan mengenai peran majlis ta’lim dan implementasi nilai aqidah sudah ada sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu : 1.

  Skripsi dengan judul “Peranan Remaja Pengajian Majlis Ta’lim Darussaadah dalam upaya menanggulangi kenakalan remaja”. Oleh Rahmawati di jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta 2003. Dalam penelitian tersebut peran dari majlis ta’lim itu belum sepenuhnya tercapai dalam menanggulangi kenakalan remaja yang terjadi. Hal itu dapat dilihat dari hasil yang diperoleh di mana hanya membatasi agar remaja yang belum pernah melakukan kenakalan remaja tidak kemudian melakukannya. Berarti peran mejlis ta’lim itu belum bisa mengubah remaja telah melakukan kenakalan remaja yang ada dalam lingkungan di mana majlis ta’lim itu berdiri kembali ke jalan kebenaran sesuai syariat islam.

2. Skripsi dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam

  Pembelajaran Aqidah Akhlak Di MTs Negri Godean” yang diajukan oleh Risman Munawar Di Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adapun hasil penelitian tersebut antara lain : a) disiplin peserta didik baik, b) kesehatan dan kebersihan cukup baik, c) tanggung jawab cukup baik, d) sopan santun cukup baik,

  e) percaya diri cukup baik, f) kompetitif cukup baik, g) hubungan sosial baik, h) kejujuran peserta didik cukup baik, i) pelaksanaan ibadah dan ritual cukup baik, j) kerja social sangat baik. Dengan demikian penelitian tersebut belum sepenuhnya meluruh sebab sebagian besar penelitian tersebut mengacu pada masalah yang menyangkut akhlaq. Sedangkan masalah aqidah belum sepenuhnya di teliti, di terapkan dan diamalkan oleh para peserta didik.

3. Skripi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap

  Tingkah Laku Siswa (Studi Kasus Di MTs Swasta Babussalam Kabupaten Aceh Tamiang) menyatakan bahwa korelasi antara pendidikan aqidah akhlak terhadap prilaku siwa adalah baik. Namun, pada penelitian tersebut lebih menekankan kepada akhlaknya. Sedangkan nilai-nilai akidah belum sepenuhnya tercapai. Hal itu dapat dilihat dengan sejauh mana siswa mau menganal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta seberapa dekat mereka mau mendekatkan diri dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.

  Beberapa referensi penelitian yang penulis baca tersebut, penulis menggaris besari permasalahan yang peneliti ingin teliti. Dimana peran majlis taklim belum sepenuhnya termasimalkan dan juga nilai-nilai aqidah yang di ajarkan kepada para muridnya belum sepenuhnya dapat menjadikan para peserta didik menjadi individu yang memiliki landasan iman yang kuat. Perbedaan penelitian ini adalah pada bagaimana cara atau langkah-langkah majlis ta'lim dalam menanamkan aqidah pada anggota majlis ta'lim remaja yang kemudian menghasilkan sifat-sifat tertentu pada remaja anggota majlis ta'lim tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu peneliti merasa termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul ”Peran Majlis Taklim Dalam Penanaman Nilai Aqidah Pada Remaja (Studi Kasus Di Majlis Ta'lim Remaja Desa Dukuh Warni Kel. Dawuhan Kec. Sirampog Kab. Brebes)

Dokumen yang terkait

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KOMUNIKASI DAKWAH DI MASYARAKAT TENGGER(Study Tentang Aktivitas Dakwah Majlis Ta’lim Darul Hijrah, KecamatanWajak, Kabupaten Malang)

4 69 3

BAB III MAJLIS TA’LIM A’ISYAH DAN RETORIKA DAKWAH K.H.MUHAMMAD DAINAWI A. Selintas Tentang Majlis Ta’lim A’isyah 1. Sejarah Terbentuknya Majelis Ta’lim A’isyah - BAB III PROFIL

0 0 23

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TA’LIM JAMI’IYAH ISTIGHOSAH AL-MU’AWWANAH DESA CINTAMULYA A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Jami’iyah Istighosah Al-Mu’awwanah - MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH PADA MAJELIS TA’LIM JAMI’IYAH IS

0 0 22

KOMUNIKASI PERSUASIF DA’I DAN MAD’U DALAM PEMAHAMAN PESAN DAKWAH (Studi di Majlis Ta’lim Al-Hidayah Kelurahan Waydadi, Sukarame, Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 105

BAB II LANDASAN TEORI A. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas - PERAN RELIGIUSITAS TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Majelis Ta’lim Masjid Nur Sa’id Villa Citra Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 47

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN A. Gambaran Umum Majelis Ta’lim Masjid Nur sa’id - PERAN RELIGIUSITAS TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Majelis Ta’lim Masjid Nur Sa’id Villa Citra Bandar Lampung) - Raden Intan R

0 0 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Majlis Dzikir 1. Pengertian majlis - PERAN MAJLIS DZIKIR HADRAH BASAUDAN AL LUYUTS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERIBADAH JAMAAHNYA DI DESA KALIPUCANG WETAN WELAHAN JEPARA - STAIN Kudus Repository

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian - Rahmat Dwi Yanto BAB II

0 0 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok Pada Remaja 1. Pengertian Remaja - Catur Putri Irmawati BAB II

0 1 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja - RISA AUDINA GALIH BAB II

0 0 23