PERBEDAAN SENSE OF SCHOOL BELONGING ANTARA SISWA KELAS TUJUH YANG BERASAL DARI KOTA DAN DESA SKRIPSI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERBEDAAN SENSE OF SCHOOL BELONGING
ANTARA SISWA KELAS TUJUH YANG BERASAL
DARI KOTA DAN DESA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Yulianti Awang
NIM : 099114041

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Segala sesuatu ada waktunya, tetap berdoa dan berusaha
(Bapa & Mama)

Masih ada harapan untuk hari depanmu
(Yeremia 31 : 17a)

iv


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan bagi:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai langkah hidupku.
Keluarga yang selalu mendoakan dan mendukungku
(Bapa Umbu, Mama Ita, Messy, Jellyn, Janet & Shania).

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Agustus 2014
Penulis

Yulianti Awang

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERBEDAAN SENSE OF SCHOOL BELONGING ANTARA SISWA
KELAS TUJUH YANG BERASAL DARI KOTA DAN DESA

Yulianti Awang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan sense of school belonging antara siswa
kelas tujuh yang berasal dari kota dan dari desa. Hipotesis yang diajukan yaitu 1). Ada perbedaan
sense of belonging antara siswa kota dan siswa desa yang bersekolah di perkotaan; 2) Tidak ada
perbedaan sense of belonging antara siswa kota dan siswa desa yang bersekolah di pedesaan.
Subjek dalam penelitian ini adalah 410 siswa kelas tujuh SMP yang terdiri dari 4 kelompok
subjek yaitu 110 siswa kota yang bersekolah di perkotaan, 100 siswa kota yang bersekolah di
pedesaan, 100 siswa desa yang bersekolah di perkotaan, dan 100 siswa desa yang bersekolah di
pedesaan. Jenis penelitian ini adalah komparatif dengan teknik pengambilan sample menggunakan
purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan skala Psychological Sense of School
Membership (Goodenow, 1993) yang diadaptasi oleh peneliti. Data kemudian dianalisis dengan
menggunakan Mann-Whitney Two Independent Sample Test dan Independent Sample t-test. Hasil

analisis data menghasilkan nilai p sebesar 1). 0,005 (p < 0,05) artinya hipotesis diterima bahwa ada
perbedaan sense of belonging antara siswa kota dan siswa desa yang bersekolah di perkotaan. 2).
0,677 ( p > 0,05) artinya hipotesis diterima bahwa tidak ada perbedaan sense of belonging antara
siswa kota dan siswa desa yang bersekolah di pedesaan.
Kata kunci : sense of school belonging, siswa kota, siswa desa

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

THE DIFFERENCE OF SENSE OF SCHOOL BELONGING BETWEEN
SEVENTH GRADES STUDENTS WHO COMES FROM URBAN AND
RURAL AREA

Yulianti Awang

ABSTRACT
This research aims to see the difference of sense of school belonging between seventh
grades students who comes from the urban and rural. The hypothesis that had been propose was 1)
there is a difference on sense of belonging between urban students and rural student who study in
the urban area. 2) there is no difference on sense of belonging between urban student and rural
students who study in the rural area. Subject of this study are 410 seventh graders in junior high
school students which consist of four groups of subjects are 110 urban students who study in the
urban area, 100 urban students who study in the rural area, 100 rural students who study in the
urban area, and 100 rural students who study in the rural area. Type of this research is comparative
with purposive sampling method. Data was collected by Psychological Sense of School
Membership scale (Goodenow, 1993) which is adapted by the researcher. Data then analyze with
Mann-Whitney Two Independent Sample Test and Independent Sample t-test. Result shows p
score 1) 0,005 (p < 0,05) which means the hypothesis is accepted, there is a difference in sense of
belonging between urban students and rural student who study in the urban area. 2). 0,677 (p >
0,05) means that the hypothesis is accepted, that there is no difference on sense of belonging
between urban student and rural students who study in the rural area.
Keywords : sense school of belonging, urban students, rural students

viii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yulianti Awang
NIM

: 099114041

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Perbedaan Sense Of School Belonging Antara Siswa Kelas Tujuh Yang
Berasal Dari Kota Dan Desa”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perputakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet dan media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 6 Agustus 2014
Yang menyatakan,

( Yulianti Awang )
ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
anugerah dan tuntunan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul Perbedaan Sense Of School Belonging Antara Siswa Kelas 7
Yang Berasal Dari Kota dan Desa.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-saran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si., selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ibu Ratri Sunar Astuti S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada
peneliti selama penyusunan skripsi.
4. Bapak Y. Agung Santoso S.Psi., M.A., M.Si selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan selama
peneliti belajar di Universitas Sanata Dharma.
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Psikologi, yang telah memberikan
bantuan serta pelayanan yang baik kepada peneliti selama menempuh studi

di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Bapa Oktavianus Dj. T. Awang dan Mama Habrita Logo yang sangat
pengertian serta selalu menyayangi dan mendoakan penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
7. Adik-adikku sayang (Messy, Jellyn, Janet, & Shania), Ma ope dan tanta
nonavaya atas doa dan dukungan bagi penulis selama ini.
8. Gank Buntu (Christi, Keket, Detha dan Steny) dan Ita yang selalu
mendukung dan menyemangati penulis selama berkuliah.
9. Kefa crew : Esy, Carla, Copa, Juan, Nita, & Dirk yang sudah menemani
dan menghibur penulis selama di Jogja.
10. Tommy yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Sahabat-sahabatku: Yenny, Yunny, Erna, Astrela, Ineqe, James, Dyantsa,
yang pernah membantu dan menghibur penulis.
12. Seluruh elemen di SMPK St. Antonius Padua Kefamenanu, SMPN
Neonbat Kefamenanu, SMPK Aurora Kefamenanu, dan SMPK Xaverius
Putra Kefamenanu atas bantuannya pada penulis dalam pengambilan data
penelitian.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.
Penulis,
Yulianti Awang
xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii
BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH .......................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................... 5
C. TUJUAN PENELITIAN .......................................................... .5
D. MANFAAT PENELITIAN ...................................................... .5

BAB II

LANDASAN TEORI ...................................................................... 6
A. SENSE OF BELONGING ........................................................ 6
1. Pengertian Sense of Belonging .......................................... 6
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Aspek Sense of Belonging ................................................. 8
3. Faktor yang Mempengaruhi Sense of Belonging ....... .........9
B. KARAKTERISTIK DAERAH PERKOTAAN DAN
DAERAH PEDESAAN .......................................................... 13
1. Daerah Perkotaan ............................................................... 13
2. Daerah Pedesaan ................................................................. 14
C. KARAKTERISTIK SISWA KOTA DAN SISWA DESA ....... 16
1. Siswa Kota ......................................................................... 16
2. Siswa Desa .......................................................................... 17
D. REMAJA DALAM MASA TRANSISI DARI SEKOLAH
DASAR KE SMP .................................................................... 18
E. DINAMIKA ANTAR VARIABEL ......................................... 20
F. HIPOTESIS .............................................................................. 22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 23
A. JENIS PENELITIAN ............................................................... 23
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ......................... 23
C. DEFINISI OPERASIONAL .................................................... 23
1. Sense of Belonging ............................................................ 23
2. Perbedaan Asal .................................................................. 24
D. SUBJEK PENELITIAN ............................................................ 24
E. METODE PENGUMPULAN DATA ....................................... 25
F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ....................................... 26
1. Validitas ............................................................................. 26
xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Reliabilitas ......................................................................... 27
G. METODE ANALISIS DATA ................................................... 28
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 29
A.

PELAKSANAAN PENELITIAN ........................................... 29

B.

DATA PENELITIAN ............................................................ 30
1. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................ 30
2. Deskripsi Data Penelitian ................................................... 30

C.

UJI HIPOTESIS 1 .................................................................. 32
1. Uji Normalitas .................................................................... 32
2. Uji Homogenitas ................................................................ 33
3. Uji Mann-Whitney ............................................................. 33

D.

UJI HIPOTESIS 2 .................................................................. 34
1. Uji Normalitas .................................................................... 34
2. Uji Homogenitas ................................................................ 35
3. Uji t .................................................................................... 36

E.
BAB V

PEMBAHASAN ..................................................................... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 40
A.

KESIMPULAN ...................................................................... 40

B.

SARAN ................................................................................... 40
1. Bagi Siswa Desa ................................................................. 40
2. Bagi Guru ........................................................................... 40
3. Bagi Orangtua ..................................................................... 41

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42
LAMPIRAN ....................................................................................................... 46

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Skor Berdasarkan Kategori Jawaban................................................... 26
Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Asal Siswa, Lokasi Sekolah
dan Jenis Kelamin ............................................................................................... 30
Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 31
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Siswa di Perkotaan ............................................ 32
Tabel 4.4 Levene’s Test for Equality of Variances Siswa di Perkotaan ............ 33
Tabel 4.5 Uji Mann-Whitney Siswa di Perkotaan ............................................... 34
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Siswa di Pedesaan...............................................35
Tabel 4.7 Levene’s Test for Equality of Variances Siswa di Pedesaan ............... 36
Tabel 4.5 Uji t Siswa di Pedesaan ....................................................................... 37

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Skala Sense of Belonging ............................................................... 48
Lampiran B. Uji Normalitas Kelompok Siswa di Perkotaan ............................ 54
Lampiran C. Uji Levene Kelompok Siswa di Perkotaan..................................... 56
Lampiran D. Uji Mann-Whitney Kelompok Siswa di Perkotaan ....................... 58
Lampiran E. Uji Normalitas Kelompok Siswa di Pedesaan ............................... .60
Lampiran F. Uji Levene Kelompok Siswa di Pedesaan ...................................... .62
Lampiran G. Uji t Kelompok Siswa di Pedesaan ................................................ .64
Lampiran H. Reliabilitas Skala Sense Of Belonging .......................................... .66

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Siswa kelas tujuh berada pada masa remaja awal yang merupakan
masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan juga bersamaan
dengan beralihnya dari tingkat SD ke tingkat SMP. Bersamaan dengan
masa transisi ini, banyak masalah dan perubahan dialami oleh remaja
antara lain dibidang sosial. Dari bidang sosial, remaja memiliki kebutuhan
yang tinggi untuk diterima oleh lingkungan. Menurut Karcher, Holcomb,
dan Zambrano (2008), remaja membutuhkan hubungan yang sehat dengan
keluarga, teman, lingkungan tempat tinggal dan sekolah. Oleh sebab itu
pada masa transisi yang dialami remaja awal, sangat dibutuhkan
penerimaan dari lingkungannya.
Sense of belonging adalah perasaan yang dirasakan oleh seseorang
bahwa dirinya diterima dan dilibatkan oleh seluruh elemen dalam sebuah
kelompok atau kelas (Goodenow dan Grady, 1993). Menurut Akos dan
Galassi (2004) sense of belonging merupakan indikator suksesnya seorang
siswa menjalani masa transisi sekolah. Dalam penelitian Booker (2007)
ditemukan bahwa siswa yang memiliki sense of belonging yang kuat
membuat mereka merasa tidak rendah diri terhadap oranglain. Siswa kelas
tujuh yang berada pada tahap sekolah menengah pertama lebih rentan
mengalami sense of belonging yang rendah jika dibandingkan dengan
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

tahap sekolah yang lain karena pada masa ini para remaja mengalami
penurunan dalam motivasi akademik (Anderman 2002).
Beberapa penelitian menunjukan rendahnya sense of belonging di
sekolah. Sebuah survei berjudul My Voice National Student Report pada
tahun 2012 di Amerika Serikat, menunjukan bahwa sebanyak 25% siswa
merasa kurang diterima, 49% siswa merasa kurang dihargai sebagai bagian
dari sekolah dan 42% siswa merasa para guru kurang peduli dengan
masalah atau perasaan mereka (dalam www. qisa.org). Di Indonesia
sebuah penelitian terkait dengan sense of belonging menemukan bahwa
sebanyak 24% siswa mengalami school connectedness (sense of
belonging) yang rendah (Pattihahuan,2012).
Wawancara yang dilakukan dengan beberapa murid SMP kelas
tujuh di SMPN 1 kota Kefamenanu pada bulan Agustus 2013 menunjukan
adanya perbedaan pengalaman antara anak yang berasal dari desa dan dari
kota. Anak desa yang bersekolah di sekolah perkotaan mengatakan bahwa
pada awal mereka masuk ke SMP mereka cenderung merasa kaku. Anak
desa mengaku bahwa mereka cukup susah mendapat teman dan beberapa
dari mereka ada yang mengalami penolakan dari teman mereka. Selain itu
anak desa cenderung mendapat teman setelah masa orientasi siswa selesai
dan telah dibagi ke dalam kelas-kelas. Anak desa juga menilai bahwa
guru-guru di SMP kurang dekat dengan mereka; berbeda dengan guruguru di SD yang lebih luwes berinteraksi dengan mereka. Mereka juga
merasa lebih nyaman ketika masih di SD dan masih merasa asing dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

lingkungan yang baru. Siswa desa yang bersekolah di sekolah kota
mengalami penurunan prestasi jika dibandingkan dengan prestasi mereka
ketika masih SD di desa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa
desa mengalami banyak masalah dan merasa kurang diterima di sekolah
perkotaan.
Sense of belonging yang dirasakan ternyata berhubungan dengan
asal siswa itu sendiri. Hal ini di karenakan kejadian yang dialami siswa
desa tidak dialami oleh siswa kota yang bersekolah di sekolah perkotaan.
Siswa kota tidak merasa kaku di sekolah dan cepat mendapat teman. Siswa
kota memiliki banyak teman seperti ketika masih di SD. Penilaian siswa
kota terhadap perlakuan guru-guru di SMP sama saja dengan perlakuan
guru semasa di SD. Mereka merasa lebih nyaman di sekolah dan merasa
tidak terlalu asing dengan lingkungan di SMP. Para siswa kota juga
mengalami penurunan prestasi ketika berada di SMP namun tidak
sebanyak siswa desa.
Perbedaan pengalaman dan perasaan antara siswa desa dan siswa
kota inilah yang memunculkan dugaan bahwa sense of belonging siswa
desa yang bersekolah di sekolah perkotaan lebih rendah dari siswa kota
yang bersekolah di sekolah perkotaan itu sendiri. Namun sense of
belonging pada siswa desa yang bersekolah di sekolah pedesaan sama
dengan sense of belonging pada siswa kota yang bersekolah di sekolah
pedesaan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trickett (1996)
menunjukkan bahwa siswa perkotaan memiliki sense of belonging yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang berada di pedesaan.
Sebaliknya pada penelitian yang dilakukan oleh Anderman (2002)
menemukan bahwa sense of belonging pada siswa di perkotaan lebih
rendah dari siswa yang berada di pinggiran kota dan pedesaan. Perbedaan
penemuan ini membuat peneliti ingin mendalami penelitian sebelumnya
dengan meninjau faktor asal siswa serta mengendalikan lokasi sekolah
siswa. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti mengenai perbedaan pendapat antara siswa kota dan dari
pinggiran kota atau dari desa tentang sense of belonging di sekolah.
Beberapa penelitian lain mengenai sense of belonging telah dilakukan
dengan tinjauan dari faktor gender, ras, etnis, umur, ukuran sekolah, dan
dukungan dari partner sosial (Akos dan Galassi, 2004; Booker, 2007;
Hamm & Faircloth, 2005; Ma, 2003; Witherspoon, Schotland, & Hughes,
2009).
Penelitian ini untuk melihat sense of belonging pada siswa kelas
tujuh SMP dengan tinjauan dari faktor asal siswa dan mengontrol lokasi
sekolah siswa. Data menunjukkan bahwa sense of belonging mempunyai
peranan penting bagi kehidupan siswa baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Penelitian tentang topik ini cukup jarang ditemukan di Indonesia,
karena peneliti hanya menemukan satu literatur yang berhubungan dengan
topik ini yang dilakukan oleh Pattihahuan (2012). Selain itu berdasarkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

literatur, sense of belonging merupakan faktor protektif dalam masalah
transisi dan dapat membantu menjawab masalah transisi sekolah yang
sedang terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan sense of belonging antara siswa kota dan
siswa desa di sekolah perkotaan dan pedesaan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sense of belonging antara
siswa kota dan siswa desa di sekolah perkotaan dan pedesaan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dalam dunia psikologi khususnya dalam bidang Psikologi
Pendidikan, mengenai sense of belonging di Indonesia khususnya
menyangkut faktor asal siswa dan lokasi sekolah.
2. Dari segi praktis, dengan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbangan informasi mengenai perbedaan sense of
belonging antara siswa kota dan siswa desa. Informasi ini juga dapat
menjadi

masukan

bagi

seluruh

elemen

meningkatkan perhatian bagi para siswa.

sekolah

agar

dapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. SENSE OF BELONGING
1. Pengertian Sense of Belonging
Sense of belonging (Anant dalam Hagerty, Lynch, Patusky,
Bouwsema, & Collier, 1992) berarti keyakinan seseorang bahwa dirinya
dirasa penting dalam suatu sistem sosial dan merasa bahwa dirinya
diterima serta diakui sebagai anggota dalam suatu kelompok masyarakat.
Menurut Goodenow (1993) sense of belonging merupakan perasaan
seseorang ketika merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial di
sekolah dan merasa diterima serta dihargai oleh para anggota kelompok
yang lain.
Sense of belonging mengacu pada perasaan ketika siswa merasa
secara personal diterima, dihargai, dilibatkan, dan didukung oleh
oranglain di lingkungan sekolah (Goodenow & Grady, 1993). Sense of
belonging mempresentasikan persepsi siswa terhadap konteks sosial di
sekolah sehingga sense of belonging merupakan salah satu elemen
penting dalam konteks sosial siswa di sekolah maupun dalam kelas.
Siswa akan merasa nyaman di sekolah ketika semua elemen di sekolah
ikut mendukung.
Sense of belonging diukur secara subjektif memakai fungsi
kognitif dan afektif dan individu akan menilai peran mereka dalam relasi
6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

mereka dengan sebuah kelompok dan hasil penilaian individu ini akan
mempengaruhi respon afektifnya (Hurtado & Carter, 1997). Faircloth dan
Hamm (2005) mendefinisikan sense of belonging pada siswa yang berada
pada masa remaja sebagai berikut : (1) remaja yang memiliki hubungan
yang positif dengan teman sebayadan merasa diakui di dalam sebuah
kelompok; (2) remaja yang memiliki hubungan yang positif dengan guru
atau orang dewasa lainnya dan mereka merasa dihargai, didukung, dan
yakin mereka akan dibantu dalam masa-masa sulit; (3) partisipasi dalam
berbagai kegitan ekstrakurikuler, budaya atau olahraga.
Sense of belonging memiliki arti yang sama dengan beberapa
istilah seperti school attachment, sense of relatedness, sense of school
community, atau school membership (Osterman, 2000). Mouratidis &
Sideridis (2009) mendefinisikan sense of school belonging sebagai
perasaan siswa saat mengidentifikasi diri mereka dalam sebuah
kelompok atau kelas
Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
sense of belonging seorang siswa merupakan perasaan siswa ketika
mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari sekolah dan akan
menghasilkan perasaan bahwa dirinya diterima, dihargai dan dilibatkan
oleh seluruh elemen di sekolah yang akan berimbas pada keterlibatan
secara aktif di sekolah.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

2. Aspek Sense of Belonging
Goodenow (1993) menyebutkan 4 indikator dalam sense of
belonging siswa yaitu:
a. Kesenangan siswa terhadap sekolah.
Perasaan senang dalam diri siswa dengan lingkungan sekolah
dan berbagai kegiatan yang ada di sekolah.
b. Persepsi siswa bahwa diterima secara personal dan dilibatkan di
sekolah.
Keyakinan dalam diri siswa bahwa dirinya diterima apa
adanya oleh seluruh elemen sekolah dan hal itu dinyatakan dengan
dllibatkannya siswa dalam berbagai kegiatan di sekolah.
c. Perasaan dihargai dan dorongan untuk berpartisipasi di sekolah.
Siswa merasa secara personal dihargai oleh seluruh
lingkungan sekolah sehingga membuat siswa terdorong untuk
berpartisipasi aktif baik itu di dalam maupun di luar kelas.
d. Perasaan

mengenai

respon

siswa,

guru dan staf terhadap

keterlibatannya di sekolah.
Perasaan yang timbul dalam diri siswa tentang respon dari
orang lain yang berada di sekolah tentang segala keterlibatannya di
sekolah baik itu di dalam maupun di luar kelas.
Aspek-aspek di atas merupakan aspek yang dipakai
Goodenow (1993) untuk menyusun skala Psychological Sense of
School Membership Scale (PSSM) yang kemudian dipakai peneliti

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan peneliti lain juga memakai
skala ini dalam meneliti sense of belonging siswa.
3. Faktor-faktor Sense Of Belonging
Berdasarkan berbagai sumber yang didapatkan peneliti,
peneliti mencoba memetakan faktor-faktor yang mempengaruhi
sense of belonging menurut beberapa ahli ke dalam dua faktor 2
yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu yang dapat mempengaruhi sense of
belonging seseorang. Dari beberapa hasil penelitian peneliti
menyimpulkan beberapa faktor yang dikelompokan menjadi
faktor internal yang meliputi: harga diri siswa, kesehatan siswa,
penyesuaian diri, pengalaman emosional di kelas dan konsep
diri (Anderman 2002; Ma, 2003; Kia & Ellis, 2007; Singh,
Chang, dan Dika, 2010; Skinner dan Furrer, 2003).
1) Harga diri siswa
Siswa yang memiliki harga diri yang tinggi
cenderung akan memiliki sense of belonging yang tinggi di
sekolah jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki
harga diri yang rendah di sekolah (Ma, 2003).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

2) Kesehatan siswa
Siswa yang memiliki kesehatan baik fisik maupun
psikis yang yang baik cenderung akan memiliki sense of
belonging yang tinggi di sekolah jika dibandingkan dengan
siswa yang kurang sehat baik dari segi fisik maupun
psikologis (Ma, 2003).
3) Penyesuaian diri
Siswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik di
sekolah akan memiliki sense of belonging yang tinggi di
sekolah. Sedangkan siswa yang kurang bisa menyesuaikan
diri di sekolah cenderung memiliki sense of belonging yang
rendah di sekolah (Kia & Ellis, 2007)
4) Pengalaman emosional di kelas
Disimpulkan bahwa siswa yang pernah memiliki
pengalaman emosional yang positif di kelas sebelumya
cenderung akan memiliki sense of belonging yang tinggi di
kelas selanjutnya. Sebaliknya siswa yang pernah memiliki
pengalaman emosional yang negatif di kelas sebelumnya,
cenderung akan memiliki sense of belonging yang rendah di
kelas-kelas berikutnya (Skinner & Furrer, 2003).
5) Konsep diri
Siswa yang memiliki konsep diri yang baik akan
menghasilkan sense of belonging yang tinggi di sekolah,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

jika dibandingkan dengan siswa dengan konsep diri yang
buruk cenderung memiliki sense of belonging yang rendah
di sekolah (Singh, Chang, dan Dika, 2010).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal individu adalah faktor-faktor penyebab
yang berasal dari luar individu. Dari beberapa hasil penelitian
peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang dikelompokan
menjadi faktor eksternal meliputi prestasi akademik, grade,
lokasi sekolah, dukungan keluarga, penerimaan sosial (teman
sebaya, guru dan staf di sekolah), iklim sekolah, dan status
sosial ekonomi (Anderman 2002; Ma, 2003; Sari, 2012; Singh,
Chang, dan Dika, 2010; Skinner dan Furrer, 2003).
1) Prestasi akademik
Siswa dengan prestasi akademik yang tinggi
cenderung memiliki sense of belonging yang tinggi di
sekolah jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki
prestasi akademik yang rendah cenderung memiliki sense of
belonging yang rendah di sekolah (Anderman, 2002).
2) Grade
Siswa dengan tingkatan (grade) yang lebih tinggi di
sekolah cenderung memiliki sense of belonging yang lebih
tinggi di sekolah. Dibandingkan dengan siswa dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

tingkatan yang lebih rendah di sekolah cenderung memiliki
sense of belonging yang lebih rendah (Anderman, 2002).
3) Lokasi sekolah
Siswa yang bersekolah di lokasi seperti pusat kota
cenderung memiliki sense of belonging yang lebih tinggi di
sekolah.Di sisi lain siswa yang bersekolah di lokasi seperti
pinggiran kota atau desa cenderung memiliki sense of
belonging yang lebih rendah (Trickett, 1978).
4) Dukungan keluarga
Siswa yang didukung oleh keluarga dalam setiap
aktivitasnya cenderung memiliki sense of belonging yang
tinggi. Sebaliknya, siswa yang

kurang didukung oleh

keluarga cenderung memiliki sense of belonging yang
rendah (Singh, Chang, dan Dika, 2010).
5) Penerimaan sosial (teman sebaya, guru dan staf di sekolah)
Siswa yang diterima oleh teman sebaya, guru dan
staf di sekolah cenderung memiliki sense of belonging yang
tinggi, jika dibandingkan dengan siswa yang

kurang

diterima teman sebaya, guru dan staf di sekolah, cenderung
memiliki sense of belonging yang rendah (Ma, 2003).
6) Iklim sekolah
Iklim sekolah yang suportif akan menumbuhkan
sense of belonging yang tinggi pada diri siswa. Sementara

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

itu, iklim sekolah yang kurang suportif akan menumbuhkan
sense of belonging yang rendah juga pada diri siswa (Ma,
2003).
7) Status sosial ekonomi
Disimpulkan bahwa siswa yang berasal dari
keluarga dengan status sosial ekonomi yang tinggi
cenderung memiliki sense of belonging yang tinggi di
sekolah, jika dibandingkan dengan siswa yang berasal dari
keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah
cenderung memiliki sense of belonging yang rendah di
sekolah (Sari, 2012).
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi sense of
belonging dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
B. KARAKTERISTIK PERKOTAAN DAN PEDESAAN
1. Daerah Perkotaan
Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 (dalam Rahayu,
Lestari, & Maryadi, 2009) tentang otonomi daerah, kawasan perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa, pemerintah,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi serta memiliki jumlah penduduk
lebih dari 20.000 jiwa.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Menurut Rahayu, Lestari, & Maryadi (2009) istilah kota juga
sering disebut dengan urban, city (pusat kota), town (kabupaten), dan
township (kota kecamatan). Secara fisik, kota harus menyediakan berbagai
macam fasilitas yang lengkap, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran,
pusat bisnis, rekreasi, dan olahraga. Hal ini berdampak pada sifat-sifat
kehidupan masyarakat kota. Beberapa sifat masyarakat perkotaan yaitu
hubungan sosial antarwarga bersifat sementara dan formal serta adanya
heterogenitas sosial. Kemudian sikap hidup penduduk perkotaan bersifat
egois dan individualistik dan rumah-rumah penduduk yang memisah atau
berkompleks. Selain itu norma keagamaan di perkotaan kurang ketat
seperti di desa dan pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional.
Dari paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa daerah
perkotaan mempunyai beberapa karakteristik seperti penduduknya
minimal berjumlah 20.000 jiwa, masyarakatnya sangat heterogen,
hubungan sosial di perkotaan sangat individualis, tersedianya berbagai
fasilitas yang sangat lengkap dan kemajuan teknologi yang pesat.
2. Daerah pedesaan
Menurut Soekanto (2006), desa merupakan wilayah yang letaknya
jauh dari keramaian kota dan tidak padat penduduk. Masyarakat desa
cenderung homogen dan berada pada status sosial ekonomi yang rendah.
Masyarakat desa tidak materialiastis dan berpegang pada sistem
kekeluargaan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Di Indonesia, penjelasan desa secara administratif dituangkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 (dalam
Rahayu, Lestari, & Maryadi, 2009 ), desa adalah wilayah dengan pertanian
menjadi kegiatan utama masyarakat kesatuan dan masyarakat hukum yang
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di dalam daerah kabupaten. Jumlah penduduk di desa tidak lebih
dari 20.000 jiwa.
Desa memiliki tata ruang yang lebih sederhan dan secara fisik desa
tidak menyediakan berbagai fasilitas yang lengkap seperti di perkotaan.
Oleh sebab itu berdampak pada sifat-sifat kehidupan masyarakat desa
yaitu hubungan sosial antar warga lebih akrab dan berlangsung lama
karena lebih homogen. Kemudian sikap hidup penduduk pedesaan bersifat
kekeluargaan dan tidak individualistis.
Dari paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa daerah
perkotaan mempunyai beberapa karakteristik seperti penduduknya
minimal berjumlah 20.000 jiwa, masyarakatnya modern dan sangat
heterogen, hubungan sosial di perkotaan sangat individualis. Selain itu
mata pencaharian masyarakatnya lebih variatif. Tersedianya berbagai
fasilitas umum yang sangat lengkap dan kemajuan teknologi yang pesat.
Sebaliknya daerah pedesaan memiliki karakteristik seperti penduduknya
tidak lebih dari 20.000 jiwa, masyarakatnya sederhana dan homogen,
hubungan sosial yang lebih kekeluargaan. Selain itu sektor pertanian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

menjadi mata pencaharian utama dan mendominasi di daerah pedesaan.
Fasilitas umum di pedesaan tidak selengkap dan semaju di daerah
perkotaan.
C. KARAKTERISTIK SISWA KOTA DAN SISWA DESA
1. Siswa Kota
Remaja kota telah terbiasa dengan stratifikasi sosial yang tajam,
dan terbiasa untuk berjuang dengan kemampuannya sendiri. Hal ini
disebabkan oleh lingkungan perkotaan yang mempunyai penduduk yang
heterogen sehingga menciptakan persaingan diantara para penduduk
(Soekanto, 2006).
Pengaruh dari status sosial ekonomi siswa kota yang berada pada
level menengah ke atas membuat siswa kota cenderung memiliki
kepercayaan diri yang lebih tinggi dari remaja desa (Breen & Quaglia
dalam Bajema, Miller, & Williams, 2002). Kemudian remaja kota
memiliki harga diri yang lebih tinggi dan penyesuaian diri yang lebih baik
di sekolah (Acharya & Deshmukh, 2012; Venkateshaiah & Sampath,
2013).
Siswa kota cenderung menghadapi sekolah dengan ukuran yang
besar dan lingkungan sekolah yang heterogen (Bouck, 2004). Kemudian
siswa kota memiliki sumber belajar yang banyak dan mudah didapat
karena didukung oleh teknologi yang memadai jika dibandingkan dengan
siswa desa yang agak tertinggal dalam mendapatkan sumber belajar (Fan
& Chen, 1999).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

2. Siswa Desa
Remaja desa lebih terbiasa dengan kesederhanaan dan sifat
kekeluargaan. Hal ini disebabkan oleh lingkungan pedesaan yang
mempunyai

penduduk

yang

homogen

dan

lebih

mementingkan

kepentingan bersama. Remaja desa terbiasa dengan aspek-aspek kehidupan
yang relatif seragam seperti kelas ekonomi, bahasa, pekerjaan, dan sistem
kekerabatan yang erat sehingga remaja desa cenderung hidup tanpa beban
tanpa merasa ada persaingan (Soekanto, 2006).
Status sosial ekonomi yang rendah pada siswa desa membuat siswa
desa cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah dari siswa
kota ( Breen & Quaglia dalam Bajema, Miller, & Williams, 2002; Fan &
Chen, 1999). Selain itu siswa desa juga memiliki harga diri dan
penyesuaian diri yang kurang baik dari siswa kota (Acharya & Deshmukh,
2012; Venkateshaiah & Sampath, 2013).
Siswa yang berasal dari pedesaan terbiasa dengan ukuran sekolah
yang kecil dan homogen (Bouck, 2004). Selain itu siswa desa lebih
tertinggal dalam kemajuan teknologi yang merupakan salah satu sumber
belajar bila dibandingkan dengan siswa kota (Fan & Chen, 1999).
Peneliti menyimpulkan bahwa, ada perbedaan antara karakteristik
siswa kota dan siswa desa. Siswa kota telah terbiasa dengan ukuran
sekolah yang besar,kemajuan teknologi, lingkungan penduduk yang
heterogen, dan status sosial ekonomi yang berada pada level menengah
keatas. Selain itu kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik, tingkat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

kepercayaan diri yang lebih tinggi,dan harga diri lebih tinggi jika
dibandingkan dengan siswa desa (Acharya & Deshmukh, 2012; Breen &
Quaglia dalam Bajema, Miller, & Williams, 2002; Venkateshaiah &
Sampath, 2013).

Sementara itu siswa yang berasal dari desa terbiasa

dengan ukuran sekolah yang kecil, lingkungan yang cenderung homogen,
sistem

kekeluargaan

yang

sangat

erat,

dan

penduduk

yang

mayoritasberstatus sosial ekonomi yang rendah (Bouck,2 004; Fan &
Chen, 1999). Selain itu siswa desa lebih tertinggal dalam kemajuan
teknologi yang merupakan salah satu sumber belajar bila dibandingkan
dengan siswa kota (Fan & Chen, 1999).

D. Remaja dalam Masa Transisi Dari Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa
dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagau persiapan
memasuki masa dewasa (Gunarsa, 1988). Dalam Papalia, Old, & Feldman
(2008) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan
besar fisik, kognitif, dan psikososial. Usia remaja awal berlangsung antara
umur 11 atau 12 sampai 14 tahun dan usia remaja akhir berkisar dari 15
tahun sampai usia 20 tahun.
Pada masa remaja awal hubungan sosial dengan masyarakat sekitar
merupakan hal yang sangat penting. Salah satu kebutuhan yang paling

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

dibutuhkan oleh para remaja awal adalah keinginan untuk diterima oleh
masyarakat baik itu orang dewasa maupun teman sebaya.Para remaja sangat
ingin mengalami penerimaan dari orang lain dan tidak suka jika mengalami
penolakan. Diterima atau tidaknya seorang remaja akan mempengaruhi
tingkah lakunya (Soesilowindradini, 1982).
Menurut Soesilowindradini (1982) para remaja akan diterima oleh
lingkungan jika seorang remaja dipandang sebagai pribadi yang aktif, dapat
membantu sesama, bersikap sopan, dapat dipercaya, dan bisa menahan
emosi negatif. Selain itu remaja yang memiliki fisik yang menarik dan rapi,
selalu menaati peraturan serta mampu menjalankan kewajiban yang
diemban, dan kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dalam berbagai
situasi dengan baik juga bisa dengan mudah diterima oleh lingkungan
sekitar.
Ketika seorang anak mulai memasuki SMP, mereka diindikasikan
telah memasuki masa remaja awal. Salah satu perubahan pada masa remaja
awal yaitu terjadinya perubahan dalam dunia sekolah. Para remaja akan
mengalami masa transisi dari Sekolah Dasar

(SD) menuju Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Lingkungan pada tingkat SMP, tentunya
mempunyai tuntutan yang berbeda dengan lingkungan pada tingkat SD.
Para remaja di lingkungan SMP akan menghadapi iklim kelas yang baru,
tuntutan untuk lebih mandiri dalam proses belajar. Selain itu pelajaran yang
semakin sulit dan gaya interaksi antara guru dan murid berubah menjadi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

kurang hangat dikarenakan guru semakin banyak dan beragam (Schunk,
Pintrich, & Meece, 2008).

E. Perbedaan Sense Of Belonging Antara Siswa Yang Berasal dari
Perkotaan dan Siswa Yang Berasal dari Pedesaan
Siswa yang berasal dari perkotaan dan pedesaan memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga dapat memperngaruhi sense of
belonging yang tumbuh dalam diri siswa. Peneliti berasumsi bahwa antara
siswa kota dan siswa desa yang bersekolah di sekolahperkotaan memiliki
sense of belonging yang berbeda. Namun antara siswa kota dan siswa desa
yang bersekolah di sekolah pedesaan tidak memiliki sense of belonging
yang berbeda.
Siswa desa semakin banyak yang pergi bersekolah ke perkotaan
karena ingin mendapat pendidikan yang lebih baik (Li, 2010). Namun yang
terjadi ketika siswa desa bersekolah di sekolah perkotaan adalah mereka
kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menghasilkan
prestasi yang buruk. Siswa desa terbiasa dengan lingkungan yang sederhana
sehingga tidak sebanding dengan lingkungansiswa kota yang lebih modern.
Hal inilah yang mempengaruhi adanya perbedaan sense of belonging antara
siswa desa dan siswa kota yang bersekolah di sekolah perkotaan. Selain itu
pada masa ini para remaja memiliki berbagai macam masalah dan salah
satunya adalah hubungannya dengan masyarakat dan pengaruh lingkungan
pada

masa

remaja

cukup

kuat

dalam

menentukan

perilaku

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

(Soesilowindradini, 1982). Menurut Karcher, Holcomb, dan Zambrano
(2008), remaja membutuhkan hubungan yang sehat dengan

keluarga,

teman, lingkungan tempat tinggal dan sekolah. Siswa sangat ingin diterima
oleh semua masyarakat dimana saja dirinya berada. Oleh sebab itu siswa
desa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah merasa kurang
diterima di lingkungan perkotaan yang bersifat individual dan heterogen
(Breen & Quaglia dalam Bajema, Miller, & Williams, 2002).
Siswa kota memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang lebih
baik dari siswa desa (Venkateshaiah & Sampath, 2013). Kemampuan inilah
yang mempengaruhi sense of belonging dalam diri siswa kota tidak berbeda
dengan siswa desa walaupun siswa kota pergi bersekolah ke sekolah
pedesaan. Tingkat kepercayaan diri siswa kota yang lebih tinggi dari siswa
desa membuat siswa kota tidak merasa minder dengan siswa desa di
pedesaan (Breen & Quaglia dalam Bajema, Miller, & Williams, 2002).
Selain itu siswa kota telah terbiasa dengan ukuran sekolah yang besar,
kemajuan teknologi, lingkungan penduduk yang heterogen, dan status sosial
ekonomi yang berada pada level menengah keatas (Bouck, 2004; Fan &
Chen, 1999). Siswa kota juga memiliki harga diri yang lebih tinggi dari
siswa yang berasal dari desa sehingga membuat siswa kota mampu
menghadapi persaingan yang ketat dalam lingkungannya (Acharya &
Deshmukh, 2012). Hal-hal di atas mempengaruhi tidak adanya perbedaan
sense of belonging yang dirasakan oleh siswa kota dengan siswa desa yang
bersekolah di sekolah pedesaan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

F. Hipotesis
a. Ada perbedaan sense of belonging antara siswa kota dan siswa desa
yang bersekolah di perkotaan.
b. Tidak ada perbedaan sense of belonging antara siswa kota dan siswa
desa yang bersekolah di pedesaan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif komparasi.
Penelitian

komparasi

atau

perbandingan

adalah

penelitian

yang

menitikberatkan pada subjek penelitian dan membandingkan variabel yang
diteliti pada kelompok subjek yang diperbandingkan (Arikunto, 2006).
Berdasarkan pengertian tersebut, peneltian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan sense of belonging terhadap sekolahantara siswa kota dan siswa
desa.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel merupakan objek peneltian yang diperhatikan dan penting
dalam penelitian (Arikunto, 2006).

Variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : siswa kota dan siswa desa atau asal siswa.
2. Variabel tergantung : sense of belonging.
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Variabel Tergantung
Sense of belonging terhadap sekolah merupakan perasaan siswa
ketika mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari sekolah dan akan
menghasilkan perasaan bahwa dirinya diterima, dihargai dan dilibatkan

23

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

oleh seluruh elemen di sekolah yang akan berimbas pada keterlibatan
secara aktif di sekolah.
Sense of belonging diukur dengan skala Psychological Sense of
School Membership (PSSM)yang disusun oleh Goodenow (1993) dan
kemudian diadaptasi oleh peneliti.
Hasil dari skala ini menunjukkan tingkat sense of belonging
siswa di sekolah. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala sense
of belonging berarti semakin tinggi pula sense of belonging yang
dimiliki siswa di sekolah dan sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh dari skala sense of belonging berarti semakin rendah pula
sense of belonging yang dimiliki siswa di sekolah.
2. Variabel Bebas
Perbedaan asal siswa merupakan pengkategorian berdasarkan
asal siswa yang berada dalam sebuah sekolah yang sama, untuk
membedakan siswa yang berasal dari perkotaan dan siswa yang berasal
dari pedesaan. Untuk mendapatkan informasi mengenai asal siswa ini,
peneliti membuat pertanyaan dalam skala penelitian tentang asal SD
dan alamat tempat tinggal siswa.
D. Subjek Penelitian
Teknik sampling digunakan dengan tujuan untuk menggeneralisasi
hasil penelitian. Sampel yaitu bagian populasi yang mewakili untuk
menjadi subjek penelitian. Dengan demikian, sampel yang diambil harus

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

representatif atau dapat

menggambarkan keadaan populasi

yang

sebenarnya (Arikunto, 2006).
Teknik pengambilan subyek menggunakan metode purposive
sampling yaitu mengambil subyek dengan kriteria tertentu. Subjek
penelitian ini adalah siswa dan siswi yang berasal dari daerah perkotaan
dan pedesaan. Subjek penelitian dibagi menjadi empat kelompok yaitu
kelompok siswa kota yang bersekolah di perkotaan dan pedesaan dan
kelompok siswa desa yang bersekolah di daerah perkotaan dan pedesaan.
Kelompok-kelompok ini dibandingkan sense of belonging yang dirasakan
di sekolah. Adapun kriteria pemilihan subyek dalam penelitian ini
berdasarkan tingkat pendidikan dan asal. Subjek adalah siswa-siswi yang
duduk di kelas 7 SMP yang berasal dari daerah perkotaan dan pedesaan.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah skala. Skala adalah alat ukur psikologi yang dapat mengungkap
atribut tertentu (Azwar, 2010). Peneliti mengadaptasi skalaPsychological
Sense of School Membership (PSSM) yang disusun oleh Goodenow (1993)
untuk mengukur sense of belonging siswa.
Skala ini merupakan jenis skala likert dengan 5 alternatif respon
jawaban dengan rentang nilai 1 sampai 5. Semakin mendekati 1 berarti
tidak benar sama sekali dan semakin mendekati 5 berarti benar sekali.
Skala sense of belonging terdiri dari 13 item yang bersifat favorable dan 5
item yang bersifat unfavorable.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

Pemberian skor skala pada skala sense of belonging, pada item
favorable bergerak dari skor 5 sampai 1. Sementara pada item unfavorable
skor bergerak dari 1 sampai 5. Pemberian skor tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 3. 1
Skor berdasarkan Kategori Jawaban.
Katego