Tabel Permasalahan yang dihadapi Komponen Pembangunan PSD Permukiman

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Kapuas

BAB IV
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1
RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
4.1.1
Petunjuk Umum
Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor
meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan), di
perdesaan (termasuk daerah-daerah tertinggal dan terpencil) maupun kawasankawasan tertentu (perbatasan, pulau-pulau kecil/terluar).
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah
(RP4D) dimaksudkan :
ƒ Sebagai skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan rencana sektor terkait
bidang perumahan dan permukiman (pertanahan, perumahan, pembiayaan,
prasarana/sarana, dll)
ƒ Sebagai payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara
perumahan dan permukiman (pemerintah, swasta, dan masyarakat)
ƒ Sebagai cerminan aspirasi / tuntutan masyarakat terhadap perumahan dan

permukiman
Rincian Kegiatan Pembangunan
1. Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
ƒ Rincian alokasi lahan (kasiba/lisiba, ijin lokasi developer, dll)
ƒ Rencana pengembangan jaringan prasarana dasar (mis. air bersih, sanitasi,
drainase, sampah) meliputi lokasi, konstruksi, fungsi dan kapasitas
ƒ Rencana investasi jaringan prasarana
ƒ Rencana fasilitas umum
2. Peningkatan Kualitas Permukiman (yang sudah ada)
ƒ Rincian lokasi, yg mencakup luas, penduduk, bentuk penanganan (mis.
peremajaan, KIP, revitalisasi, dll)
ƒ Rincian Lisiba BS
ƒ Rencana peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana (fungsi, kapasitas,
dll)
ƒ Rencana fasilitas umum (jenis, jumlah, waktu, pihak yang membangun)
4.1.2
Profil Pembangunan Permukiman
4.1.2.1 Kondisi Umum
4.1.2.1.1 Gambaran Umum
Kabupaten Barito Timur merupakan salah satu gerbang masuk ke Propinsi Kalimantan

Tengah. Urbanisasi masuk terkonsentrasi di kawasan Kabupaten Barito Timur. Ada 4
kelompok kawasan permukiman di lingkungan khas budaya Kabupaten Barito Timur
seperti lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan
kolonial, permukiman di bantaran sungai serta permukiman di kawasan kampung kota.

IV-1

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Kawasan Kabupaten Barito Timur merupakan pusat pertumbuhan Aglomerasi
Perkotaan. Di kawasan tersebut terdapat beragam pusat aktivitas kota mulai
perkantoran, komersial, kebudayaan sampai sebagian fungsi pendidikan. Di sektor
perumahan, penyediaan perumahan kampung tradisional secara langsung menjadi
pendukung tumbuhnya beragam fungsi ditengah kota.
4.1.2.1.2 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Penyampaian pelayanan sarana prasarana dasar mikro telah mencakup sebagian
kawasan permukiman. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan
pemeliharaan menyebabkan kinerja sarana prasarana tidak berjalan optimal.
Rendahnya pengelolaan limbah kota serta pelayanan saluran drainasi menimbulkan
ancaman pencemaran bagi lingkungan permukiman juga kualitas sumberdaya air,

yang lebih jauh akan berdampak negatip terhadap kualitas kesehatan masyarakat.
Kuantitas dan kualitas penyediaan air perpipaan tidak konstan, terkadang keruh. Di lain
pihak kualitas pelayanan sumur dangkal kurang terjamin dari pencemaran limbah
domestik. Kepadatan kampung kota yang tinggi, disisi lain kualitas penanganan limbah
domestik yang tidak memadai cenderung memperburuk lingkungan permukiman. Daya
bayar masyarakat terhadap abonemen yang rendah menyebabkan tidak semua rumah
tangga mampu mengakses pelayanan komunal kota. Lokasi permukiman yang tidak
layak huni di Kabupaten Barito Timur yang sebagian besar ada di tepian sungai.
Kriteria tidak layak huni didasarkan pada: a) Kualitas sarana prasarana dasar mikro
yang rendah, b) Kerawanan kawasan permukiman terhadap bencana alam maupun
sumber pencemaran dan, c) Tidak ada legalitas hak pengelolaan kawasan yang
sangat jelas (slum areas).
4.1.2.1.3 Aspek Pendanaan
Pendanaan pembangunan PSD permukiman sebagian besar masih menjadi
tanggungan pemerintah pusat dan daerah baik provinsi maupun kota. Pada wilayah
perumahan yang dibangun pengembang swasta ditanggung oleh masyarakat. Daya
beli masyarakat rendah untuk diperlukan penyediaan rumah sehat yang terjangkau
daya beli masyarakat.
4.1.2.1.4 Aspek Kelembagaan
Kelembagaan pembangunan PSD Permukiman saat ini adalah:

1. SNVT Pengembangan Permukiman Ditjen. Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBN.
2. Kementerian Perumahan Rakyat melalui Dinas PU Kalimantan Tengah.
3. Bidang Cipta Karya Dinas PU Kalimantan Tengah mengelola pengembangan
permukiman yang dibiayai APBD Provinsi.
4. Bidang Permukiman Dinas PU Kabupaten Barito Timur mengelola pengembangan
permukiman yang dibiayai APBD Kabupaten.
4.1.2.2 Sasaran
Sasaran
menjelaskan target yang harus dicapai dalam pembangunan PSD
Permukiman terdiri dari target nasional dan target daerah. Selanjutnya bagian ini
menguraikan besaran masalah yang harus diselesaikan melalui PSD Permukiman,
IV-2

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran pembangunan PSD
Permukiman baik dari segi teknis, kelembagaan dan keuangan.
Tabel Permasalahan yang dihadapi Komponen Pembangunan PSD Permukiman
Kabupaten Barito Timur Tahun 2011

Kondisi Sistem yang
Ada
ƒ Backlog 1.285 Unit
ƒ Kondisi rumah
tidak layak huni
25%

Target Nasional
Terfasilitasinya prasaran dan
sarana permukiman yang
layak huni dan terjangkau
sebanyak 1,3 juta unit dan
dukungan Rusunawa 60 ribu
unit dan Rusunami 65 ribu unit
dn meningkatkan permukiman
di perdesaan di 665 kawasan
serta terentaskannya
kemiskinan 6 ribu KK (Renstra
PU 2008-2013)


Rencana Strategi
Pembangunan Kota
Kondisi rumah di
Kabupaten Barito
Timur pada tahun
2011 yang layak huni
mencapai 90% dari
seluruh rumah yang
ada (RPJMD
Kabupaten Barito
Timur 2008-2013)
Backlog ketersediaan
rumah 5%.

ƒ
ƒ
ƒ
ƒ

ƒ


Besaran
Permasalahan
Ketersediaan
rumah kurang
Keterbatasan
lahan
Harga lahan
mahal
Permukiman
padat dan
kumuh
Kurangnya
Infrastruktur
Permukiman

4.1.3
Permasalahan Pembangunan Permukiman
4.1.3.1 Analisis Permasalahan
Masalah utama dalam bidang perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan

adalah kebutuhan fasilitas perumahan di perkotaan yang semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Sementara itu ketersediaan lahan di wilayah perkotaan menjadi
semakin langka. Kelangkaan ini telah menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di
wilayah perkotaan. Adanya kelebihan permintaan terhadap lahan perumahan di
wilayah perkotaan ini telah menyebabkan kenaikan harga lahan perumahan yang luar
biasa di wilayah perkotaan. Tingginya harga lahan perumahan di wilayah perkotaan
telah mendorong masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk tinggal di
kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan
meningkatnya biaya transportasi, waktu tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan
mobilitas dan produktivitas masyarakat. Menengah ke bawah tersebut.
Sedangkan sebagian masyarakat tetap berupaya untuk tinggal di kawasan yang tidak
jauh dari pusat aktivitas ekononomi, sehingga menyebabkan ketidak-teraturan tata
ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan kumuh baru di perkotaan. Masalah ini
diperparah dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang jauh lebih cepat bila
dibandingkan dengan pertambahan penduduk di perdesaan, yang disebabkan karena
fenomea urbanisasi aktif, yaitu berpindahnya penduduk desa ke wilayah perkotaan,
terutama di wilayah kumuh perkotaan. Urbanisasi di wilayah perkotaan di Kabupaten
Barito Timur juga disebabkan oleh fenomena urbanisasi pasif yaitu penduduk
pedesaan yang tiba-tiba menjadi penduduk perkotaan yang disebabkan terjadinya
pemekaran wilayah perkotaan. Pemekaran wilayah perkotaan ini telah menimbulkan

kawasan-kawasan kumuh baru.

IV-3

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Hal ini telah menyebabkan kondisi kemasyarakatan di kawasan perkotaan menjadi
lebih kompleks berikut permasalahan yang timbul. Terutama dengan bertambahnya
jumlah masyarakat kawasan permukiman yang tidak layak huni, kurang sarana –
prasarana, dan tidak teratur (kumuh). Permukiman kumuh tersebut cenderung berada
pada kawasan yang tidak diperuntukan sebagai kawasan hunian seperti pinggir kali,
pinggir rel kereta api, dan areal tidak resmi lainnya. Akibatnya berbagai dampak
lingkungan lanjutan seperti banjir, penyakit menular dan keamanan lingkungan
menambah tugas pekerjaan rumah bagi pemerintah kota dan pusat.
Permasalahan lainnya adalah ketersediaan rumah terbatas backlog kebutuhan rumah
1.285 Unit. Sedangkan tiap tahun kebutuhan akan rumah layak terus bertambahnya
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Permasalahan backlog kebutuhan rumah
akan terus bertambah besar jika tidak pengembangan perumahan tidak dilakukan.
Berdasarkan gap analisis berikut akan terlihat kesenjangan antara kebutuhan dan
ketersediaan rumah akan semakin besar jika tidak melakukan pengembangan

perumahan lima tahun ke depan. Gap analisis mengasumsikan pertumbuhan rumah
sejalan dengan pertumbuhan KK (0,90%).

4.3.4.1. Alternatif Pemecahan
Keterbatasan kemampuan pemerintah daerah merupakan hambatan utama bagi
penyediaan kawasan pemukiman penduduk yang layak di Kota Kabupaten Barito
Timur. Karena itu pemerintah daerah harus didorong untuk menjadi motor dalam
mengkondisikan penduduk agar dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan
permukiman mereka secara swadaya.
Selain itu pemerintah daerah juga harus mengupayakan penyediaan kawasan
permukiman beserta fasilitas inftrastruktur yang memadai, terutama di wilayah
hinterland di sekitar pusat pertumbuhan di pinggiran wilayah perkotaan. Hal ini
diharapkan akan terjadi pemerataan dalam hal ketersediaan area perumahan dan
permukiman antar wilayah di Kota Kabupaten Barito Timur, sehingga akan mengurangi
ketimpangan kepadatan penduduk antar wilayah di Kota Kabupaten Barito Timur.
Pemerintah daerah juga harus mampu mendorong inovasi teknologi yang dapat
diadaptasikan kepada lingkungan perumahan dan permukiman serta melakukan
penyebarannya. Hal ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan dan permukiman.
Melihat adanya keterbatasan keuangan daerah, maka pemerintah daerah juga

diharapkan mampu mendorong minat investor untuk membangun kawasan perumahan
dan permukiman sederhana
yang sehat beserta fasilitas pendukungnya bagi
masyarakat luas. Arah pembangunan infrastruktur sebagai daya dukung pembangunan
wilayah perumahan dan permukiman harus lebih diarahkan ke wilayah barat dan
selatan. Hal ini mengingat wilayah perumahan dan permukiman tumbuh jauh lebih
pesat di wilayah selatan dan Utara.

IV-4

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

4.3.4.1.
Rekomendasi
Rencana Kebijakan Program dan Rencana Kegiatan Pembangunan Perumahan dan
Pemukiman di Kabupaten Barito Timuryang diusulkan dalam lima tahun mendatang
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa fokus program, yaitu:
ƒ Penataan kawasan permukiman kumuh
ƒ Pencegahan penyimpangan penggunaan lahan
ƒ Pembangunan fasilitas infrastruktur perumahan dan permukiman
ƒ Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman
ƒ Penyediaan lahan-lahan untuk pembangunan perumahan seserhana untuk
mengatasi permasalahan backlock perumahan sederhana
ƒ Proses legalitas dan sosialisasi kebijakan pengembangan program perumahan
dan pemukiman di Kalimantan Tengah
4.1.4
Usulan Pembangunan Permukiman
4.1.4.1 Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman
Usulan program Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di Kabupaten Barito
Timur adalah Program bidang perumahan dan permukiman yang diusulkan dalam lima
tahun mendatang meliputi kegiatan-kegiatan :
1. Pembangunan Kawasan permukiman
2. Penataan dan Peremajaan Kawasan Permukiman perkotaan (Urban Renewal)
3. Pemeliharaan prasarana sarana permukiman
4. Pelestarian kawasan cagar budaya
5. Penataan lingkungan permukiman
6. Penyediaan lahan-lahan untuk permukiman baru
7. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM - P2KP)
8. Revitalisasi Kawasan
4.2
RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN
4.2.1
Petunjuk Umum
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan
lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan
berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan
selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan
yang produktif dan berkelanjutan.
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.
• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan
kurang mendapat perhatian

IV-5

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur



Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
• Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.
• Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi
untuk mendorong pertumbuhan kota.
• Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan
lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua kota, terutama kota Metro dan
Besar.
3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
• Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.
• Komitmen terhadap kesepakatan intemasional MDGs, bahwa pada tahun
2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua
Kabupaten/Kota bebas kumuh
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan
antara lain:
1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota,
2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota (lihat Buku Panduan 2: Rencana
Pembangunan Kabupaten/Kota,
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan,
seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya,
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan,
5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan)
Pengembangan Kota,
6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan,
7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada
setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya
dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk
maupun dalam perencanaan teknik,
8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang
tersedia,
9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan
lingkungan pada kota bersangkutan,
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan
masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta,
12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,
13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam
hal pemulihan biaya investasi,
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan,
perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut,
IV-6

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

15. Safeguard sosial dan lingkungan,
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih
detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung
merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan
gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang
belum menindak lanjutinya sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari:
1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan
Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama
Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan
Gedung;
2. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran
yang belum memiliki atau melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli
Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan
lingkungan;
3. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan pendataan
bangunan gedung;
4. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi
(SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru
hasil pembangunan sejak 2003-2006;
5. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen pencegahan
kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan berkala
terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar
selaku siap pakai setiap saat;
6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana
bagi penyandang cacat;
7. Masih banyak Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
8. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang terdegradasi
dan belum ditata ulang;
9. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan
kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang
secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab
Kabupaten/Kota;
10. Masih banyak Kabupaten/Kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan
permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian
masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang
berkelanjutan.
Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Urnum sebagai lembaga pembina teknis Penataan
Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan
IV-7

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Kabupaten agar mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan
Gedung. Untuk tahun anggaran 2008-20012, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahuntahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam
kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten.
Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang
wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive,
akomodatif dan responsif.
Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni: mengurangi
sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun
1990 (target 1); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015,
proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan
berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan
lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompk peduli dan dunia
usaha secara aktif.Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu
dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya melalui proses
pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP.

4.2.1.1 Strategi Pendukung
Grand Strategy 1: Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib,
Fungsional, Andal, dan Efisien
Tujuan :
Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras
dengan lingkungannya.
Sasaran :
• Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota/kabupaten di seluruh
Kalimantan Tengah tahun 2012.
• Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun 2012.
• Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang
efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan
bangunan gedung pada tahun 2012.
• Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan wasdal
kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di seluruh Kabupaten/Kota pada
tahun 2012.
• Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat
Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana
kerja pendukungnya pada tahun 2012.
• Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara, propinsi, kabupaten dan kota
berupa tanah dan bangunan gedung pada tahun 2012.

IV-8

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur



Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di
Kabupaten Barito Timur hingga tahun 2012

Grand Strategy 2: Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar
Produktif dan Berjatidiri
Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman,
serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.
Sasaran :
• Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah di
kawasan Kabupaten Barito Timur pada tahun 2013.
• Terberbaikinya dan terpenuhinya sarana parsarana kawasan permukiman
kumuh dan nelayan di kawasan Kabupaten Barito Timur pada tahun 2015.
• Terlaksananya pengelolaan RTH di Kabupaten Barito Timur tahun 2013.
Grand Strategy 3: Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Bangunan Agar Dapat Memberi Nilai Tambah Fisik, Sosial, dan Ekonomi
Tujuan:
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah
bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi
tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Sasaran :
• Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2014.
• Terlaksananya
pemberdayaan
bagi
masyarakat
untuk
menyelenggarakan revitalisasi kawasan.
Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk
Mewujudkan Arsitektur Perkotaan dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung
yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Lokal
Tujuan:
Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas
lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur
kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta
yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Sasaran :
Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan
bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan di
Kabupaten Barito Timur pada tahun 2015.
Grand Strategy 5: Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur
Bangunan Gedung untuk Menunjang Regional/Internasional yang Berkelanjutan
Tujuan:
Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan
teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk menarik
masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.
IV-9

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Sasaran :
Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi
dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten
pada tahun 2015.

4.2.1.2 Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kota
RPJMD Kabupaten Barito Timur 2008-2013 mengamanatkan Misi yaitu Mewujudkan
pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL
adalah Meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota. Dengan program Pengembangan Detail Tata Ruang Kawasan
dan Rencana Rinci Kawasan.

4.2.2 Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
4.2.2.1 Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Barito Timur secara umum saat ini
diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan
yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata
letak kota, bangunan-bangunan memiliki fungsi sebagaimana disebutkan di atas.
Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasikan menjadi bangunan berumur
muda,sedang dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak terdapat pada
bangunan perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan bangunan berumur
sedang dan tua banyak terdapat pada bangunan perkantoran, pendidikan dan
pemukiman. Selain itu bangunan berumur tua juga banyak terdapat pada kawasankawasan wisata tradisional.
Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari
bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas
pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum di Kabupaten Barito Timur
bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari
fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan
dari bangunan lainnya terurama kawasan pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa
tertata secara baik karena perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali
dan cenderung tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan – bangunan dan
kawasan di Kabupaten Barito Timur yang memiliki nilai historis tinggi karena
merupakan bangunan dan kawasan peninggalan sejarah baik itu kerajaan maupun
perjuangan kemerdekaan. Di Kabupaten Barito Timur Bangunan ini antara lain berada
di Kawasan Pusat Kota (Rumah Betang), Kawasan Pasar Jl A. Yani, Kawasan Gereja
GKE Tamiang Layang dan lain-lain.
Bangunan-bangunan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan
perdagangan dan jasa, perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja
memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai perbedaan ini bisa didasarkan pada
lokasi bangunan, fungsi bangunan, umur atau usia bangunan dan nilai historis
bangunan. Bangunan yang berada di kawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai

IV-10

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

ekonomi yang lebih tinggi dari pada yang berda di pedesaan. Begitu pula bangunan
fungsi perdaganan biasanya memilki nilai ekonomi yang kebih tinggi dari pada
bangunan perkantoran, pendidikan ataupun pemukiman. Bangunan yang memiliki nilai
historis sejarah dan berumur tua lebih tinggi nilai ekonominya dari bangunan biasa dan
berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan bangunan-bangunan
tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan tersebut serta nilai sejarah/historis
bangunan.
4.2.2.2 Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan
Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kabupaten kota di wilayah,
Kabupaten Barito Timur disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan,
keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan
sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain.
Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran, banjir, gempa
bumi, maka disyaratkan bangunan-banguna tersebut harus tahan dan memiliki tingkat
keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.
2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan
bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang
pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana
kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran,
supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana
hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang
telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat
penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang
tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi
maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan
membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki
oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.
3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Beberapa daerah kawasan di Kabupaten Kota di wilayah Kabupaten Barito Timur
memang telah memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat
penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL yang ada
belum disahkan yang berarti belum memiliki landasan hukum untuk ditegakkan.
Keadaan
demikian tentu saja sangat mengganggu proses perijinan pendirian
bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap
perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka
bermunculan
bangunan
gedung
yang
tidak
sesuai
dengan
fungsi
lahan/kawasan.Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah
direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan,

IV-11

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan
baik.
4.2.3
Permasalahan yang Dihadapi
4.2.3.1 Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sasaran dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah penegakan aturan
tata bangunan gedung dan lingkungan yaitu dengan menyusun peraturan dan legeslasi.
Dari sasaran ini maka dibutuhkan kemantapan kelembagaan penataan bangunan
gedung dan lingkungan serta peningkatan sarana parasarana pemeliharaan bangunan
dan lingkungan. Sasaran selanjutnya adalah ketercapaian indeks kenyamanan
lingkungan (IKL) sebesar 10%.
4.2.3.2 Rumusan Masalah
Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan bangunan
gedung dan lingkungan di Kabupaten di Wilayah Kota Kabupaten Barito Timur, maka
dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:
a. Belum tertatanya Bangunan dan Lingkungan
b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
c. Tidak
adanya
program
penataan
dan
pelestarian
bangunan
tradisonal/bersejarah
d. Belum tersedianya ruang terbuka hijau
e. Tidak ada penataan dan pembangunan sarana prasarana permukiman kumuh
f. Belum tertibnya sarana reklame, belum terkelolanya sarana parkir dan Belum
tertatanya perijinan Bangunan Telepon Selular (BTS)
g. Belum adanya penataan yang tepadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang,
bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung
Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :
1) Saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini berdampak pada
tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan.
2) Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang
berwenag terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada
sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya
pembanguan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
3) Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin
bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan
aglomerasi perkotaan Kabupaten Barito Timur sering menyulitkan
penanggulangan terhadap bencana kebakaran di kabupaten.

IV-12

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

2. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan
Pada bidang penataan lingkungan, dihadapi permasalahan sebagai berikut :
1) Saat ini terdapat banyak bangunan tradisional bersejarah yang tidak terpelihara,
rusak bahkan hilang karena pembangunan fasilitas perkotaan yang tidak
terencana, tertata dan terkendali. Di samping itu pula bencana gempa bumi
yang melanda Kabupaten Barito Timur beberapa tahun yang lalu banyak
menghancurkan bangunan-bangunan cagar budaya tersebut dan akhirnya
terjadi perubahan fungsi ruang dan bangunan pada masa rekonstruksi.
2) Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau dan taman jalan belum
tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan dan pemeliharaan
terhadap ruang terbuka hijau dan taman jalan ini. Selain itu pula banyaknya alih
fungsi ruang terbuka hijau akibat pemabngauan gedung yang tidak terencana
semakin menurunkan kuantitas dan kulaitas sarana lingkungan tersebut.
3) Banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat menyebabkan
penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata dan budaya.
Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana parasarana untuk
berkembang menjadi permukiman sehat.
4) Belum terkelolanya sarana parkir, reklame dan bus transmisi system (BTS)
menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial
dan lingkungan di wilayah perkotaan.
5) Keberadaan Usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib
ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan
selaras.
4.2.4
Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.2.4.1 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Setelah mengetahui beberapa permasalahan di atas selanjutnya dilakukan analisis
permasalahan dengan kerangka fikir analisis yaitu :
1. Mengetahui penyebab permasalahan yang terjadi
2. Mengetahui urgensitas permasalahan
3. Menawarkan solusi alternatif pemecahan masalah (rekomendasi)
Dari tiga aspek permasalahan di atas maka dapat dianalisis penyebab permasalahan
sebagai berikut :
1. Permasalahan di Bidang Bangunan Gedung
a. Tata Bangunan Gedung
Permasalahan yang muncul pada penataan bangunan yang tidak tertib karena
belum memiliki Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang lengkap
terutama pada kawasan-kawasan perkotaan. Salah satu bentuk ketidak tertiban
ini adalah munculnya overlapping pada fungsi lahan di perkotaan. Di sisi yang
lain permasalahan kota terus berkembang dan semakin kompleks sehingga
menuntut adanya penataan baik pada bangunan maupun lingkungan kota.
Pertumbuhan Kabupaten Barito Timur dalam Aglomerasi Perkotaan Kabupaten
Barito Timur sangat cepat, sehingga menuntut penataan kawasan yang serasi
melalui perencanaan tata bangunan dan lingkungan. Di samping itu adanya
penataan bangunan dan lingkungan secara baik dan terkendali dapat

IV-13

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

mengurangi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang kota, misalnya
penggunaan untuk usaha-usaha informal.
Adapun permasalahan tentang belum adanya penegakan hukum pada tata
bangunan gedung disebakan karena hampir seluruh RTBL yang telah disusun
belum mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang, yaitu Pemerintah
Kota dan DPRD setempat sehingga belum dapat dijadikan acuan dan landasan
hukum pelaksanaan penataan ruang, bangunan dan lingkungan. Ini juga dapat
menyebabkan lemahnya fungsi kontrol pemerintah terhadap persyaratan
bangunan dan penataan lingkungan kota. Lamanya proses pengesahan ini
diakibatkan panjangnya proses pengkajian dan pembahasan draft RTBL sampai
pada tingkat Pemerintah Kota.
b. Proteksi Kebakaran
Permasalahan lain yang dihadapi adalah tidak tertangani bencana kebakaran
secara maksimal pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan,
perkantoran dan pemukiman. Ini disebabkan karena semua kabupaten/kota
hingga saat ini belum memiliki Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.
Adanya rencana induk ini tentu saja akan mengatur tentang penyediaan
kebutuhansarana penaggulangan bencana kebakaran yang harus dimiliki oleh
bangunan gedung dan sesuai dengan kepadatan dan variasi bentuk bangunan
gedung.
2. Permasalahan di bidang penataan lingkungan
a. Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh merupakan fenomena yang sering muncul di daerah
perkotaan termasuk di Kabupaten Barito Timur. Di daerah perkotaan, kondisi ini
tidak lepas dari ketidakseimbangan pendapatan perekonomian masyarakat kota
dan desa sehingga memunculkan arus perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Perpindahan ini tidak diimbangi dengan penataan ruang perkotaan yang baik dan
peningkatan sumberdaya manusia yang terampil. Hal ini mendukung munculnya
daerah-daerah kumuh perkotaan.
Sedangkan di daerah perdesaan, faktor
kemiskinan dan ketidakpahaman masyarakat pedesaan terhadap pola hidup sehat
memicu munculnya kawasan permukiman kumuh dan tidak layak huni perdesaan.
Bila dianalisis maka kemiskinan ini disebabkan beberapa faktor yaitu:
1) kurangnya kebutuhan dasar
2) tidak mempunyai usaha produktif
3) tidak mempunyai keterampilan
4) tidak mempunyai modal
5) daerah tertinggal, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan daerah yang kurang
produktif.
Selama ini berbagi program penanganan penaggulangan kemiskinan oleh berbagai
pihak masih secara parsial dan terkesan kurang komprehensif dan terpadu.
b. Penataan Bangunan Tradisional Bersejarah
Kabupaten Barito Timur selain dikenal kota perdagangan juga dikenal sebagai kota
budaya dan wisata sejarah. Berbagai bangunan tradisonal bersejarah menjadi
objek wisata budaya yang merupakan peninggalan sejarah baik kerajaan maupun
IV-14

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

perjuangan kemerdekaan Indonesiai. Daerah-daerah yang menjadi tujuan wisata
antara lain :
1) Kawasan Betang Pasar Panas
2) Rumah Adat Betang Muara Bagok
3) Kawasan Makam Putri Mayang
4) Kawasan Bersejarah Kerajaan Soeta Uno di Telang Siong
5) Kawasan Makam Temanggung Jaya Karti.
Permasalahan yang sering dihadapi di daerah-daerah tersebut adalah menurunnya
kualitas dan citra daerah wisata dikarenakan pembangunan bangunan-bangunan
baru permanen maupun tidak permanen akibat penataan ruang tidak terkendali.
Munculnya bangunan-bangunan perdagangan dan jasa membuat kawasan
tersebut menjadi tidak teratur dan cenderung kumuh sehingga menghilankan
nuansa budayanya. Di sisi lain penataan ruang parkir menjadi problelm penting
mengingat kawasan tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan.
c. Ruang Terbuka Hijau dan Taman Jalan
Saat ini telah terjadi penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka kota yang
diakibatkan perubahan fungsi lahan sehingga membutuhkan penanganan yang
cepat terhadap pengadaan dan penataan ruang terbuka kota demi meningkatnya
citra kawasan kota. Ini juga disebabkan karena belum adanya sistem pengendalian
pemanfaatan ruang terbuka kota , tata bangunan dan lingkungan.
Keberadaan ruang terbuka kota sangat dibutuhkan karena mempunyai fungsi :
1. Media dan sarana sosial, misalnya sebagai ruang berkumpulnya individuindividu masyarakat untuk kegiatan-kegiatan informal
2. Estetika, yaitu menambah keindahan dan keasrian kota.
3. Lingkungan, yaitu mengurangi dampak polusi kota, pemanasan bumi serta
daerah resapan kota.
Selain itu pula kondisi jalan dan lingkungan belum tertata secara baik karena tidak
ada perencanaan yang detail terhadap penataan lingkungan jalan khususnya
taman jalan. Akibatnya beberapa sarana lingkungan jalan seperti taman sebagai
pendukung fungsi jalan tidak terfungsikan secara baik. Dengan adanya pengadaan
taman jalan yang terdiri pohon-pohon pelindung dan sarana taman lainnya dapat
membantu memberikan fungsi :
1. lingkungan, yaitu menyerap polusi udara jalan dan mengurangi panas bumi
2. estetika, yaitu menciptakan suasana indah dan asri/sejuk ruangdan dapat
meningkatkan citra kawasan
3. kenyamanan pengguna jalan, yaitu peneduhan
Untuk pemeliharaan taman jalan sampai saat belum dimiliki tenaga operasional
yang handal di bidang perawatan taman jalan beserta sarana pendukung
operasionalnya menyebabkan sarara lingkungan jalan yang telah ada mudah rusak
dan tidak terawat.
d. Sarana Parkir, Reklame dan Bangunan Telepon Selular (BTS)
Sarana reklame, seperti papan iklan, baliho, spanduk dll, merupakan salah satu
sarana yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk memberikan dan
memperoleh informasi Sampai saat ini sarana tersebut belum tertata secara baik.
Dalam melakukan pengadaan maupun penataan sarana reklame pada ruang
IV-15

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

publik diperlukan masterplan sarana reklame. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kebutuhan dan lokasi penempatan sarana reklame. Di samping
itu dampak adanya aglomerasi perkotaan Kabupaten Barito Timur menuntut
keterpaduan dari berbagai aspek, diantaranya adalah sarana reklame. Sering
penempatan sarana reklame tidak tertata atau tertib dengan asal menempatkan
sesuai dengan keinginan sponsor, akibatnya sarana reklame ini sering
mengganggu pengguna jalan dan dalam jangka panjang dapat menurunkan
kualitas ruang kota.
Di sisi lain terbatasnya ruang publik untuk lokasi sarana reklame mengurangi
tingkat kenyamanan masyarakat untuk memberikan atau mendapatkan informasi
yang berkualitas. Selain itu informasi yang diharapkan tidak tersampaikan secara
baik kepada masyarakat dikarenakan posisi atau lokasi sarana reklame yang tidak
strategis dam mudah terbaca oleh masyarakat. Keterbatasan ruang publik untuk
lokasi sarana reklame juga berakibat munculnya sarana reklame ilegal dan
menyajikan informasi yang tidak berkualitas. Dengan demikian diperlukan
penataan sarana reklame di ruang publik kota.
Selain sarana reklame persoalan parkir juga perlu menjadi perhatian karena selalu
menjadi keluhan bagi pengguna jalan dan parkir itu sendiri. Sampai saat ini
penempatan parkir yang berada di kawasan perdagangan wilayah Kabupaten
Barito Timur masih banyak menggunakan ruang publik yaitu trotoar dan badan
jalan. Ini tentu saja berdampak kepada fungsi jalan sebagai sarana sirkulasi yang
tidak berjalan baik. Kemacetan lalu lintas, Kecelakaan lalu lintas
dan
ketidaknyamanan pejalan kaki dalam menggunakan trotoar merupakan dampak
negatif dari ketidaktertiban parkir selama ini. Sehingga ini menuntut penyediaan
kantong parkir yang kondusif yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kawasan
yang ada. Kawasan perdagangan merupakan kawasan yang sangat ramai
dikunjugi oleh masyarakat sehingga tentu saja membutuhkan kantong parkir yang
memadai
Tidak adanya manajemen yang baik terhadap sistem pengelolaan parkir bisa
berakibat pada munculnya pengelola parkir ilegal yang sering diawali dengan jual
beli/sewa lahan parkir yang juga ilegal. Hal ini biasanya disertai dengan penarikan
restribusi parkir yang tidak tertib dan tidak seragam.Pengelolaan parkir yang tidak
baik juga berdampak pada berkurangya jaminan tingkat keamanan kendaraan
pengguna parkir yaitu memicu tindakan kriminalitas dari pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Saat ini di Kabupaten Barito Timur telah berkembang banyak provider/operator
telepon seluler. Kabupaten Barito Timur telah menjadi pangsa pasar yang
menjanjikan perkembangan telepon seluler karena keberadaan masyarakat yang
menjadi pengguna telepon seluler tersebut. Persaingan untuk memberikan
pelayanan yang terbaik di antara masing-masing operator telepon seluler salah
satunya diwujudkan dengan perluasan jangkauan area sinyal. Untuk mendukung
hal ini pendirian BTS terus dikembangkan. Akibatnya penentuan lokasi bangunan
tidak terencana dengan baik karena berada pada kawasan permukiman kota.
Tentu saja hal ini memiliki dampak yang negatif pada sektor sosial, kesehatan
maupun kualitas lingkungan atau kawasan.

IV-16

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

e. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kabupaten Barito Timur merupakan daerah perdagangan dengan jumlah
pendatang sangat cukup tinggi. Meningkatnya jumlah PKL sehingga lokasi PKL
tidak tertata dan sering menggunakan ruang publik yang memiliki dampak negatif
pada pembangunan Oleh karena itu perlu dilakukan penataan PKL dengan terlebih
dahulu melakukan studi karakteristik PKL dan dampaknya terhadap pembangunan.
Sampai saat ini penataan PKL oleh pemerintah daerah sering dilakukan secara
sporadis bahkan represif tanpa didasari dengan perencanaan yang matang dan
didasari pedoman penataan yang baku.dan tawaran solusi yang tetap menjaga
eksistensi usaha informal. Oleh karena itu dibutuhkan pedoman penataan usaha
PKL yang terpadu dan dapat dijadikan landasan bersama baik pemerintah daerah
maupun PKL itu sendiri. Di samping itu kondisi bentuk bangunan usaha PKL yang
tidak rapi dan cenderung kumuh sering ditinggalkan oleh PKL setelah bekerja.
Kondisi bangunan yang tidak fleksibel dan sangat mengganggu/memenuhi ruang
publik menyebabkan bangunan usaha PKL tidak dapat ditata dengan baik. PKL
membutuhkan bangunan usaha yang lebih fleksibel dan ramah lingkungan.
Penggunaan ruang publik oleh PKL ini karena tidak tersedianya lahan-lahan untuk
usaha informal seperti PKL dan bentuk bangunan usaha PKL yang tidak fleksibel.
Akhirnya PKL cenderung tidak tertib dan mengeksploitasi ruang publik. Sehingga
dibutuhkan penertiban PKL pada semua aspek.
Dengan alasan untuk mendekati konsumennya PKL sering menempatkan
usahanya di sepanjang Jalan Protokol Kota sehingga menghilangkan citra
kawasan dan mengganggu pemandangan ketertiban jalan-jalan tersebut terutama
bila ada kunjungan tamu pemerintahan atau wisatawan.dan hal ini melanggar
Perda Jalan.
Salah satu kesulitan dalam menata PKL adalah dikarenakan mental PKL yang
cenderung tidak mau ditata, mau menguasai secara penuh lahan publik yang ada
dan tidak memiliki modal yang memadai untuk usaha, sering menyebabkan PKL
mengambil jalan pintas dan ilegal dalam menjalankan usahanya. Perilaku itu
tercermin perolehan lahan untuk usaha dengan cara dalam jual beli kapling ilegal,
penggunaan sarana listrik dan pembayaran restribusi yang ilegal. Di sisi lain PKL
juga sering tidak memahami pentingnya kebersihan dan perawatan lingkungan
membuat usaha PKL cenderung kumuh dan tidak ramah lingkungan.
3. Analisis Indeks Kenyaman Lingkungan
Indeks kenyaman lingkungan digunakan untuk mengukur tingkat kenyaman
lingkungan. Indeks kenyamanan lingkungan diasumsikan berkorelasi dengan
tingkat kepadatan penduduk. Indeks keyamaan lingkungan adalah perbandingan
antara kepadatan peduduk ideal (1000 jiwa/km2) dengan kepadatan penduduk.
Sehingga seiring pertambahan penduduk indeks kenyamanan angka semakin kecil
jika tidak melakukan upaya-upaya penataan lingkungan. Berikut gap analisis
indeks kenyaman lingkungan Kabupaten Barito Timur yang terus menurun jika
tidak ada upaya-upaya perbaikan penataan lingkungan.

IV-17

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

4.2.4.2 Rekomendasi
a. Penataan Bangunan Gedung
1. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung maka diperlukan
penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi daerah yang belum
memilikinya.
2. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan gedung perlu
dilakukan legalisasi rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah disusun.
3. Perlu ada sosialisasi RTBL yang telah disusun kepada masyarakat secara
umum
4. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan dalam penegakan
hukum di bidang penataan bangunan dan lingkungan.
5. Untuk menanggulangi bencana kebakaran perlu disusun Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran
b. Penataan Lingkungan
1. Pelestarian Bangunan Tradisional Bersejarah
Untuk melestarikan dan merevitalisasi kawasan wisata
dan bangunan
tradisonal bersejarah perlu disusun program penataan dan revitalisasi khusus
untuk kawasan wisata dan tradisional bersejarah
2. Permukiman Kumuh
Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan kumuh perlu
dilakukan penataan dan peningkatan sarana prasarana misalnya: perkerasan
jalan, pembuatan con block, pembuatan talud dan lain-lain.
3. Ruang Terbuka Hijau dan taman Jalan
a Perlu dilakukan pemetaan dan studi karakter ruang kota sehingga dapat
diketahui pola, tingkat kebutuhan dan lokasi pengadaan ruang terbuka kota
tiap kabupaten/ kota
b Perlu ada penyusunan masterplan taman jalan dan ruang terbuka
hijausebagai acuan pemerintah kabupaten/kota
c Perlu ada pemberdayaan SDM di bidang perawatan taman jalan dan
pengadaan ataupun penambahan sarana pendukung perawatan taman
jalan. Keberadaan tenaga opersional dibidang perawatan taman jalan harus
ditunjang dengan sarana pendukung perawatan, misalnya mobil penyiram
tanaman, mesing pemotong rumput dll.
4. Sarana Reklame, Parkir dan BTS
a Untuk menertibkan sarana reklame perlu dibuat master plane penataan
sarana reklame di ruang publik
b Untuk menertibkan kawasan parkir perlu dilakukan manajemen dan
pengelolan kawasan parkir
c Diperlukan penataan pendirian bis transmisi system dengan terlebih dahulu
melakukan studi dampak keberadaan bis transmisi system di kawasan
permukiman kota. Studi ini akan dilanjutkan dengan penyusunan regulasi
pendirian dan penataan BTS.

IV-18

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

5. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Diperlukan relokasi bagi PKL yang menempati Jalan Protokol Kota. Namun
demikian relokasi yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
PKL dan tidak semakin membebani usaha PKL
b. Perlu penyediaan bangunan usaha PKL yang baik
c. Diperlukan pembinaan oleh pemerintah daerah setempat melalui jalur
kelembagaan PKL misalnya koperasi atau paguyuban yang memberikan
berbagai macam pelatihan dan penyuluhan.
4.2.5
Program yang Diusulkan
4.2.5.1 Usulan dan Prioritas Program
Setelah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan menganalisis terhadap
permasalahan yang ditemui selanjutnya ditentukan alternatif pemecahan masalah,
maka usulan prioritas program tata bangunan lingkungan lima tahun ke depan (20112015) adalah Program Barito Timur Tertib Lingkungan.
A. Pembinaan Teknis B