26660633 Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Daerah Aliran Sungai
2.1.1
Pengertian Daerah Aliran Sungai
Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya
air yang berasal dari hujan disebut alur sungai dan perpaduan antara alur
sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai (Sosrodarsono, 1984:1).
Daerah dimana sungai memperoleh air merupakan daerah tangkapan
air hujan yang biasanya disebut daerah aliran sungai. Dengan demikian, DAS
dapat dipandang sebagai suatu unit kesatuan wilayah tempat air hujan
mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai. Garis batas antara DAS adalah
punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan
menjadi aliran permukaan di masing-masing DAS. Menutut Asdak (2002:4)
daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi
dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan
air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.
Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment area)
yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber
daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai
pemanfaat sumber daya alam.
2.1.2
Sempadan Sungai
Dalam mewujudkan pemanfaatan sungai serta mengendalikan daya
rusak sungai, perlu ditentukan garis sempadan sungai yaitu garis batas
perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini akan menjadi acuan pokok
dalam kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta pengembangan
permukiman di wilayah sekitar sungai.
Dalam penentuan garis sempadan sungai, ada tiga aspek penting yang
harus dipertimbangkan, antara lain :
1. Aspek Legal/Hukum
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-1
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
2.
Aspek Teknis
3. Aspek Sosial
Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan
bahwa sungai merupakan salah satu bentuk air permukaan yang harus dikelola
secara
menyeluruh,
terpadu
berwawasan
lingkungan
hidup
dengan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan
dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan
dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.
Sedangkan dalam Permen No. 63/KPR/1993 ini dijelaskan tentang
pengertian dan ketentuan garis sempadan sungai. Garis sempadan sungai
adalah garis batas luar pengamanan sungai. Penetapan garis sempadan sungai
dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan dan
pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan
waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari :
1.
Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan.
2.
Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
3.
Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.
4.
Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-2
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Gambar 2.1.1 Potongan melintang
Sempadan Sungai Tidak Bertanggul
Gambar 2.1.2 Potongan melintang
Sempadan $Sungai Bertanggul
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-3
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Gambar 2. 2.3 Potongan melintang
Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Tanpa Bantaran
Gambar 2. 3.4 Potongan melintang
Sempadan Sungai Bertanggul Tanpa Bantaran
(Surjono: 2009)
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-4
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Berdasarkan kriteria di atas penetapan garis sempadan sungai
ditentukan sebagai berikut :
1. Penetapan garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut :
a.
Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
b.
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
2. Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan.
a.
Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 (lima ratus) km2 atau lebih.
b.
Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) km2.
Pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan
Lindung disebutkan bahwa sempadan sungai adalah kawasan sempadan kiri
kanan sungai, untuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
merupakan manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Adapun kriteria atau batasan sempadan sungai, antara lain:
1. Sekurang-kurangnya 100 m dikiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri
kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.
2. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkenankan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 m.
Penetapan garis sempadan sungai berdasarkan Revisi RTRW Kota
Malang Tahun 2001-2010 (VI:42-43) adalah sebagai berikut :
1. Bagi kawasan permukiman yang ada di dalam garis sempadan sungai 15
meter dan dinyatakan sebagai daerah yang rawan bencana, maka tidak ada
pilihan lain dalam program penataan lingkungan permukiman ini selain
memindahkan penduduk ke daerah yang lebih aman. Lokasi yang telah
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-5
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
ditinggalkan penduduk harus segera diadakan penataan kembali sesuai
dengan tata guna lahan yang baru. Adapun yang dapat dikembangkan
menjadi :
a. Lokasi bekas permukiman tersebut dibersihkan dari bangunanbangunan fisik, ditata kembali sebagai daerah hijau atau daerah
konservasi sungai (hutan kota).
b. Lokasi bekas permukiman tersebut dikembangkan dengan daerah
sekitarnya sebagai kawasan peremajaan kota (meningkatkan
fitalitas yang ada).
c. Lokasi tersebut dikembangkan sebagai daerah rekreasi dan daerah
hijau kota (taman kota), khususnya bagi daerah yang maksimal
kelerengannya 30%.
2. Bagi kawasan permukiman yang berada diluar sempadan sungai lebih
besar dari 15 meter (sesuai dengan peraturan yang berlaku) dengan
kondisi lingkungan fisik yang belum baik dan teratur, tingkat kepadatan
yang tinggi, prasarana yang kurang memadai dapat diterapkan konsep
penataan lingkungan permukiman dengan pola membangun tanpa
menggusur (sesuai INPRES No.5 Tahun 1990). Kriteria yang diterapkan
dalam konsep peremajaan lingkungan ini adalah sebagai berikut :
a. Menata arah bukaan tiap-tiap unit rumah ke arah sungai agar
memperoleh arah pandangan yang lebih baik, dan melengkapinya
dengan prasarana jalan inspeksi yang membatasi lokasi bangunan
rumah dengan daerah sempadan sungai.
b. Mengurangi/membatasi tingkat kepadatan bangunan rumah, agar
diperoleh tingkat kepadatan bangunan yang ideal bagi lingkungan
permukiman
yang
sehat,
disamping
juga
mengupayakan
peningkatan kualitas fisik bangunan rumahnya secara berangsurangsur dengan sistem koperasi gotong-royong.
c. Melindungi bantaran sungai dengan pola penghijauan tanaman
lindung dan tanaman hias. Gerakan penghijauan dan kebersihan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-6
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
merupakan usaha untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang
secara simultan dapat memperkuat kegiatan masyarakat, interaksi
sosial dan mendorong timbulnya industri kecil.
d. Seluruh rangkaian kegiatan peremajaan disarankan dilakukan
dengan partisipasi masyarakat setempat sehingga masyarakat ikut
membantu memelihara daerah pengaliran sungai serta melarang
kebiasaan membuang kotoran dan sampah di sungai.
3. Bagi kawasan permukiman yang berada di luar dari sempadan sungai 15
meter dengan kondisi fisik lingkungan yang sudah baik, maka konsep
yang diterapkan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman dengan pola penghijauan kota dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan fungsi daerah pengaliran sungai sebagai daerah
konservasi. Dalam hal ini penghijauan tetap dipilih sebagai entry point
menuju kegiatan yang lebih luas dan kompleks, seperti manajemen
sampah,
sanitasi,
perbaikan
lingkungan,
dan
akhirnya
pada
pengembangan, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan sungai
(Program Prokasih).
4. Bagi daerah pengaliran sungai yang belum terjamah oleh kawasan
permukiman sama sekali, sebaiknya juga segara ditata untuk pragram
penghijauan kota disamping melindungi daerah tersebut dari kemungkinan
berkembangnya permukiman liar dengan cara memberikan jalan inspeksi,
juga
memberikan
rambu-rambu
peringatan
(misalnya
:
dilarang
membuang dan membuang sampah di daerah ini).
2.4
Sarana
Sarana adalah alat yang paling utama, dalam kegiatan sosial atau
kegiatan ekonomi.
Tiap aspek kehidupan sosial dan tiap sektor dari
kehidupan ekonomi mempunyai sarana sendiri, yang merupakan satuan
terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan. Dengan demikian, dalam
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-7
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
menyukseskan pembangunan, tiap lembaga kehidupan sosial dan tiap sektor
kehidupan ekonomi harus memperhatikan prasarananya. (Surjono:2009)
2.4.1
Fungsi sarana
Dari sisi fungsionalnya, dapat dikatakan sarana berfungsi bagi
kebudayaan, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan ekonomi.
Kebudayaan yang dimaksud disini adalah kebudayaan dalam arti luas, yang
mempunyai berbagai aspek. Dalam kegiatan sosial ekonomi terdapat suatu
istilah, yaitu ambang (theshold) yang berarti jumlah minimal penduduk yang
diperlukan untuk menunjang supaya suatu fungsi tertentu dapat berjalan
lancar. Misalnya suatu macam sarana yang lebih tinggi fungsinya, atau
diperlukan oleh jumlah penduduk yang besar jumlahnya (pasar, sekolah,
puskesmas, dsb) harus terletak di wilayah yang jangkauan pelayanannya yang
2.4.2
lebih luas, yaitu bukan di desa tetapi di kecamatan. (Surjono:2009)
Standar Sarana
Standar sarana menurut Surjono antara lain:
1. Sarana perdagangan dan jasa
A. Pertokoan
Berfungsi untuk menjual barang-barang keperluan sehari-hari
Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai tanpa menyeberang
Minimum didukung oleh 2.500 penduduk
Luas tanah yang dibutuhkan 100 m2 dengan Building Coverage 40%
Prosentase area yang dilayani=
Luas area x100% 1%
Luas area permukiman tingkat RW
Luas tanah 100% = 1%.
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 1.200 m2
Sarana pendukung yang baik antara lain :
Area parkir/ tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai
bersama kegiatan lain pada pusat lingkunan.
Sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan aktivitas ibu
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-8
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pos hansip
(Surjono:2009)
B. Warung
Berfungsi untuk menjual barang kebutuhan masyarakat sehari-hari
(sabun, gula, rempah-rempah, teh, kopi, dan lain-lain).
Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai dengan radius
maksimum 500 m
Minimum didukung oleh 250 penduduk
Luas lantai yang dibutuhkan 50 m2
Luas tanah apabila tidak bersatu dengan rumah = 100 m2
(Surjono:2009)
Pusat perbelanjaan kawasan 30.000 penduduk
Berfungsi untuk menyadiakan barang-barang kebutuhan sehari-hari
termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, pakaian, alat
pendidikan (buku tulis, pensil, bolpoin, dan lain-lain), alat rumah
tangga, barang-barang kelontong, dan lain-lain.
Lokasi ini berada di jalan utama lingkungan dan berkelompok dengan
pusat lingkungan
Memiliki terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan
Minimum didukung oleh 30.000 penduduk
Luas tanah yang dibutuhkan 13.500 m2
Prosentase terhadap area permukiman yang dilayani adalah 0.937%
(0.9 – 1%)
Terdiri dari pasar dan toko-toko lengkap dengan bengkel reparasi kecil
seperti radio, kompor, sepeda, setrika dan motor.
Sarana pendukung yang baik :
Area parkir
Pos polisi
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-9
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pos pemadam kebakaran
Kantor pos pembantu
Tempat ibadah
(Surjono:2009)
2.
Sarana pemerintahan dan fasilitas umum
Fasilitas pelayanan umum yang diperlukan di kawasan perencanaan
dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu : fasilitas pelayanan tingkat
lingkungan dan fasilitas pelayanan tingkat kawasan perencanaan.
Fasilitas pelayanan umum tingkat lingkungan meliputi balai RW/balai
pertemuan, pos hansip, pos polisi, kantor pos pembantu, pemadam
kebakaran dan gedung serba guna lingkungan.
Fasilitas pelayanan umum tingkat kawasan meliputi kantor cabang
pos, kantor polisi, dan kantor pemadam kebakaran, kantor telkom.
A. Balai RW/Balai pertemuan
Pada umumnya balai RW/balai pertemuan berfungsi sebagai tempat
untuk mengadakan pertemuan-pertemuan/rapat maupun kegiatan
lainnya pada tingkat unit lingkungan perumahan. Kriteria penyediaan
fasilitas balai RW/Balai Pertemuan antara lain:
Didukung jumlah penduduk minimum 2.500 orang.
Luas lahan/persil/kavling sekitar 300 m2 pada umumnya di dalamnya
sudah termasuk pos hansip.
Lokasi sebaiknya di tengah-tengah pemukiman dengan radius
pencapaian sekitar 500 meter.
B. Gedung serba guna lingkungan
Pada umumnya gedung serba guna lingkungan berfungsi sebagai
tempat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan maupun kegiatan
lainnya seperti hiburan-hiburan bahkan sebagai tempat resepsi
pernikahan. Tingkat pelayanannya berada pada tingkat unit lingkungan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
10
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
pemukiman.
Kriteria
penyediaan
fasilitas
gedung
serba
guna
lingkungan antara lain:
a. Didukung jumlah penduduk minimum 30.000 orang.
b. Luas lahan/persil/kavling sekitar 1.000 m2 pada umumnya di
dalamnya sudah termasuk tempat parkir.
C. Tempat parkir umum
Tempat parkir umum berupa lahan terbuka untuk tempat kendaraan
sementara yang terdiri dari tempat parkir umum lingkungan (unit
lingkungan) penduduk pendukung minimal 2.500 orang dengan
kebutuhan lahan 0,04 m2 per penduduk.
Tempat parkir pusat lingkungan (unit distrik) penduduk pendukung
minimal 30.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,03 m2 per
penduduk.
Tempat parkir pusat kawasan (unit pengembangan) penduduk
pendukung minimal 120.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,0012
m2 per penduduk.
Kebutuhan-kebutuhan akan sarana tersebut untuk setiap tingkatan
kelompok penduduk dan luas tanahnya adalah sebagai berikut:
a.
Kawasan 2.500 Penduduk (RW)
Kebutuhan akan sarana :
Pos hansip dan balai pertemuan dan bis surat : 300 m2
Parkir umum + MCK
: 100 m2
400 m2
Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang
dilayani sebesar 0,16m2/ penduduk. (Surjono:2009)
b.
Kawasan 30.000 penduduk (lingkungan)
Kebutuhan akan sarana :
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
11
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Kantor lingkungan
: 500 m2
Pos polisi
: 200 m2
Kantor pos pembantu : 100 m2
Pos pemadam kebakaran
Parkir umum
: 200 m2
: 1.000 m2
Bioskop
: 2.000 m2
4.000 m2
Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang
dilayani sebesar 0,13 m2/penduduk.
(Surjono:2009)
D. Sarana pendidikan
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu
dalam merencanakan sarana pendidikan harus senantiasa bertitik tolak dari
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Maka dalam pengadaan sarana
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Penetapan lokasi dan kebutuhan ruang
Ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk memberi kesempatan belajar
pada anak di usia sekolah.
b) Kebutuhan ruang belajar
Dalam menentukan kebutahan ruang perlu dihitung :
Banyaknya anak usia sekolah yang ada dalam lingkungan permukiman
Banyaknya unit ruang belajar yang sudah tersedia dan daya tampung
yang dimiliki
Proyeksi anak usia sekolah pada usia 5 tahun yang akan datang
Prosentase anak yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
12
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Bentuk- bentuk sarana pendidikan antara lain :
1. TK (Taman Kanak-Kanak)
TK adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 56 tahun. Terdiri dari 2 ruang kelas yang dapat menampung 35-40 murid
per kelas. Minimum penduduk dapat yang mendukung sarana ini adalah
1.000 penduduk.
Lokasi
di
tengah-tengah
aktivitas
masyarakat
perumahan. Luas tanah yang dibutuhkan 1.200 m 2 dan luas lantai
adalah 252 m 2 , sedangkan radius pencapaian dari area yang dilayani
jangan lebih dari 500 m.
2. SD (Sekolah Dasar)
SD adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak usia
antara 6-12 tahun yang terdiri dari 6 kelas masing-masing untuk 40
murid. Minimum didukung oleh 1.600 jiwa. Luas tanah yang dibutuhkan
= 3.600m 2 dan luas lantai = 400-600 m 2 . Radius pencapaian dari area
yang dilayani maksimal 1.000 m 2 .
3. SMP (Sekolah Menengah Pertama)
SMP adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SD. Terdiri dari 2 unit, jadi 6 kelas masing-masing untuk 30 murid.
Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa.
Lokasinya digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan
lainnya, serta tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang
digunakan adalah 2.700 m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 , sedangkan
untuk yang khusus membutuhkan luas tanah sebesar 5.000 m 2 . Aktivitas
yang biasa dilakukan pada pagi dan sore hari. Memiliki sarana pelengkap
seperti parkir, dan lapangan olahraga.
4. SMA ( Sekolah Menengah Umum )
SMA adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SMP. Terdiri dari 3 kelas masing-masing untuk 40 murid. Minimum
penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa. Lokasinya
digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan lainnya, serta
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
13
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang digunakan adalah 2.700
m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 .
E.
Sarana kesehatan
Macam dari fasilitas kesehatan yang ada antara lain :
1. Balai pengobatan (BP)
Fungsi sarana ini adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
bidang kesehatan yang titik beratnya adalah penyembuhan (currative) dan
vaksinasi (preventif). Lokasinya haruslah terletak di tengah-tengah
lingkungan keluarga (neighbourhood) dimana radius pencapaiannya tidak
boleh lebih dari 1.000 m2. Minimum penduduk yang dapat mendukung
sarana ini adalah 3.000 jiwa (kira-kira 1 RW).
2. Balai kesehatan ibu dan anak dan rumah bersalin
Fungsi utama dari sarana ini untuk melayani ibu-ibu sebelum pada waktu
dan sesudah melahirkan serta melayani anak-anak usia sampai dengan 6
tahun. Lokasinya harus terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga dan
diusahakan
tidak
menyeberang
jalan-jalan
lingkungan.
Radius
pencapaiannya maksimal kurang dari 2.000 m. Minimum penduduk yang
mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa (4 RW). Sarana pendukung
yang baik antara lain tempat parkir, pertokoan, taman kanak-kanak, balai
pengobatan.
3. Tempat praktek dokter
Tempat praktek dokter ini sebaiknya juga merupakan salah satu sarana
yang tidak dapat dipisahkan dari area perumahan dan didukung oleh 5.000
penduduk. Lokasi pencapain tempat praktek dokter ini 1.500m,yang
berada di tengah-tengah kelompok keluarga. Luas tanah yang dibutuhkan
dapat bersatu dengan rumah tinggal biasa.
4. Posyandu
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
14
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Posyandu berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam hal
penyembuhan (currative) tanpa pencegahan, pada waktu tertentu juga
memberikan vaksinasi (preventive). Lokasinya harus berada di tengahtengah pemukiman, dengan radius pencapaian tidak lebih dari 1.000 m
dan minimum penduduk pendukung sarana ini adalah 2.000 jiwa. Karena
posyandu mempunyai intensitas pelayanan yang rendah (berkala/tidak tiap
hari), maka tidak memerlukan tempat permanen jadi dapat menggunakan
fasilitas yang ada, seperti Balai RW, tempat tinggal dan lainnya.
5. Apotek
Fungsi dari sarana ini adalah untuk melayani penduduk dalam bidang
obat-obatan. Lokasinya tersebar di antara kelompok keluarga dan terletak
di pusat-pusat RW atau pusat lingkungan. Minimum penduduk yang dapat
mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa dan luas tanah yang dibutuhkan
adalah 350 m 2 . Dengan sarana pendukung yaitu tempat parkir.
F.
Sarana peribadatan
1. Langgar/ Mushola
Langgar secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan
kaki. Langgar sebaiknya dipersiapkan di setiap 300 unit perumahan.
Kelompok penduduk 2.500 (RW)
langgar :
300 m2
2. Masjid
Masjid secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan
kaki. Mesjid sebaiknya dipersiapkan di setiap 3000 unit perumahan.
Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan)
1 masjid lingkungan :
1.750 m2
Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan)
1 masjid kecamatan
:
4.000 m2
Kelompok penduduk 1.000.000 (tingkat kota)
1 masjid kota (Surjono:2009)
3. Gereja
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
15
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Kristen.
4. Pura
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Hindu.
5. Vihara
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Budha.
Tabel 2.4.2
Standar Kebutuhan Saran
Jumlah
Jenis Sarana
Kebutuhan
Luas
penduduk Luas
lantai
lahan
yang
dilayani
PERDAGANGAN dan JASA
Pertokoan
2.500
Warung
250
Keterangan
(m2)
(m2)
50
1.300
100
Standar 0,52 m2/p
Radius maks. 500
30.000
-
13.500
m
Standar 0,45 m2/p
Perbelanjaan
PEMERINTAHAN
Balai Pertemuan
2.500
Kantor Kelurahan 30.000
PENDIDIKAN
TK
1.000
-
300
500
Standar 0,12 m2/p
Standar 0,02 m2/p
252
1.200
Kawasan
2 ruang kelas
@ 35-40 murid
SD
1.600
400-600
3.600
Radius
maks.
500 m
6 ruang kelas
@ 40 murid
Radius
maks.
1000 m
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
16
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Jumlah
Kebutuhan
Luas
penduduk Luas
lantai
lahan
yang
Jenis Sarana
dilayani
4.800
SLTP
(m2)
1.514
(m2)
2.700
Keterangan
3 ruang kelas
@ 40 murid
KESEHATAN
Bidan
Praktek Dokter
10.000
5.000
-
-
Radius
maks.
maks.
Balai Pengobatan
3.000
150
300
1.500 m
Radius
Posyandu
2.000
-
-
1.000 m
Radius
maks.
Apotek
10.000
-
350
1.000 m
Radius
maks.
-
86.400
1.500 m
-
-
1.000
1.500
-
Standar 1.2 m2/p
Standar 0,058 m2/p
Standar
1.2
Rumah
Sakit 240.000
Wilayah
PERIBADATANMushola
Masjid
Gereja
500
5.000
-
m2/jamah
RUANG TERBUKA HIJAU
Taman
250
Lapangan
Jalur Hijau
Makam
30.000
-
-
250
Standar
1
9.000
-
m2/penduduk
Standar 0,3 m2/p
Standar 15 m2/p
Standar
2
m2/penduduk
Sumber :
2.4.3
(Surjono:2009)
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
RTH juga merupakan bagian dari sarana. Elemen vegetasi adalah unsur yang
dominan dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH). Vegetasi dapat ditata sedemikian
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
17
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian suhu
udara,dan memperbaiki kondisi tanah.
2.4.3.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat
langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan tersebut.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat
diklasifikasi menjadi :
bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung)
bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota,
pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman,
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi :
bentuk RTH kawasan (areal, non linear)
bentuk RTH jalur (koridor, linear)
Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi
menjadi:
RTH kawasan perdagangan
RTH kawasan perindustrian
RTH kawasan permukiman
RTH kawasan pertanian
RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga,
alamiah.
Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi :
RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau
lahan yang dimiliki oleh peme-rintah (pusat, daerah)
RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahanlahan milik privat.
2.4.3.2 Fungsi dan Manfaat
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
18
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama
(intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi
arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. RTH berfungsi ekologis, yang
menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu
bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu
wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga
kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar.
RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan
RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu
sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur
kota.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung
(dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahanbahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar),
keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat
intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau
keanekaragaman hayati.
2.4.3.3 Tujuan RTH
Tujuan RTH pada prinsipnya tidak berbeda dari tujuan umum
rehabilitasi hutan dan konservasi tanah. Khusus untuk RTH, tujuan tersebut
adalah:
(1) Menciptakan 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas vegetasi yang
berfungsi ekologis sebagai hutan' dalam satuan ruang Daerah Aliran
Sungai (DAS).
(2) Keberhasilan terciptanya 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas
vegetasi yang berfungsi sebagai hutan' tersebut diharapkan dapat memberi
sumbangkan kepada upaya:
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
19
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pengendalian banjir, yakni mengurangi debit maksimum aliran sungai
pada musim hujan dan meningkatkan debit minimum aliran sungai
pada musim kemarau.
Pencegahan tanah longsor, yakni memperkuat ikatan partikel tanah
dan daya tampung tanah terhadap air (water holding capacity),
sehingga ketika tanah dalam kondisi jenuh air pada musim hutan tidak
akan longsor.
Pengendalian erosi, yakni memperbaiki erosivitas tanah karena
penutupan permukaan oleh vegetasi semakin baik, sehingga partikel
tanah tidak mudah hanyut oleh air limpasan-atas permukaan (overland
flow).
Perbaikan dan pemeliharaan kesuburan tanah, yakni memperbaiki
kesuburan tanah yang sempat merosot sejalan dengan proses
perusakan hutan dan tanah selama ini, dan memelihara kesuburan
tanah di masa-masa mendatang, sehingga produktivitas tanah hutan
dan tanah pertanian tetap terpelihara guna mendukung budidaya
tanaman hutan dan tanaman pertanian.
Peningkatan potensi sumberdaya air, yakni meningkatkan kemampuan
ekosistem DAS dalam penyediaan air alami sepanjang tahun, baik
berupa mataair alami (natural spring), aliran sungai (river discharge),
ataupun air bumi (groundwater), untuk keperluan irigasi, keperluan
rumah tangga, dan keperluan industri.
2.5
Prasarana
Prasarana
adalah
kelengkapan
dasar
fisik
lingkungan
yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
2.5.1
Jalan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
20
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1980 Tentang Jalan yang disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan
yang penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional, seperti
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya
keadaan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta dalam jangka panjang
terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan,
sendiri, menuju suatu masyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan
didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sementara itu, jalan umum adalah jalan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan umum ini dikelompokkan
dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.
2.5.1.1 Sistem Jaringan Jalan
Pada sistem distribusi, sistem jaringan jalan memegang peranan
penting, karena peningkatan pelayanan pemasaran tidak lain adalah
peningkatan kepadatan jasa distribusi, yang menuntut pengembangan
prasarana perhubungan antara lain jaringan jalan.
Dalam rangka berfungsinya bagian-bagian jaringan jalan dengan baik,
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah pengaruh sebagai unsur
penting guna terwujudnya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya perlu
dibangun jalan-jalan berspesifikasi bebas hambatan justru di daerah-daerah
yang sudah tinggi perkembangannya. Dengan memperhatikan rasa keadilan,
pembangunan
jalan-jalan
tersebut
di
atas
diselenggarakan
dengan
pembangunan Jalan Tol.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
21
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang
terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan
mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan
keterhubungan antarkawasan dan atau dalam kawasan perkotaan, dan
kawasan pedesaan. Berdasarkan hierarkinya, pembagian sistem jaringan jalan
yang dapat dibedakan sebagai sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder dan jalan yang terdapat dalam kawasan studi ini hanya
memiliki sistem jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara
menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke
persil.
2.5.1.2 Fungsi Jalan
Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Masingmasing fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Fungsi jalan pada sistem jaringan primer dibedakan
atas arteri primer, kolektor primer, lokal primer, dan lingkungan primer
sehingga dinyatakan sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan
lokal primer, jalan lingkungan primer.
Sementara itu, pada sistem jaringan jalan sekunder dibedakan atas
arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder
sehingga dapat dinyatakan sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor
sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.
Tabel 2.5.1
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
22
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Tabel Jenis Jalan Sistem Jaringan Sekunder dan Kegunaannya
No. Jenis Jalan
1.
Jalan arteri skunder
Kegunaan
Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder
2.
Jalan kolektor sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
3.
Jalan lokal sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga
Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan,
4.
kawasan
sekunder
ketiga
dan
seterusnya sampai ke perumahan.
lingkungan Menghubungkan antar persil dalam kawasan
Jalan
sekunder
perkotaan.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
2.5.1.3 Persyaratan Teknis Jalan
Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,
kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap,
perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak
terputus. Selain hal tersebut, persyaratan teknis jalan harus memenuhi
ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.
Sementara itu,sistem jaringan jalan sekunder jika dilihat berdasarkan
fungsinya dan dikelompokkan berdasarkan ketentuan persyaratan teknis,
maka dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.5.2
Tabel Persyaratan Teknis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jenis Jalan Primer
No. Persyaratan
Teknis Jalan
1.
Kecepatan
rencana
Jalan
Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lingkungan
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
≥ 30 km/jam
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
23
FT_UB
≥ 20 km/jam
≥ 10 km/jam
≥ 10 meter
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
2.
Lebar
jalan
badan
≥ 9 meter
3.
Kapasitas
4.
Persimpangan
sebidang
5.
Bangunan
jalan
6.
Perlengkapan
jalan
Jalan dilengkapi
dengan
perlengkapan
jalan
yang
berkaitan
langsung
dan
tidak langsung
dengan
pengguna jalan.
7.
Penggunaan
Pada jalan arteri Pada
≥ 7,5 meter
Kapasitas jalan
lebih
besar
daripada volume
lalu lintas ratarata.
Harus memenuhi
ketentuan
tentang
kecepatan
rencana,
lebar
badan jalan, dan
kapasitas.
Kapasitas jalan
lebih besar dari
pada
volume
lalu lintas ratarata.
Harus
memenuhi
ketentuan
tentang
kecepatan
rencana, lebar
badan jalan, dan
kapasitas..
Jalan dilengkapi Jalan dilengkapi
dengan
dengan
bangunan
bangunan
pelengkap yang pelengkap yang
disesuaikan
disesuaikan
dengan fungsi dengan fungsi
jalan.
jalan.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
24
FT_UB
Jalan dilengkapi
dengan
perlengkapan
jalan
yang
berkaitan
langsung dan
tidak langsung
dengan
pengguna jalan.
Jalan
dilengkapi
dengan
bangunan
pelengkap
yang
disesuaikan
dengan fungsi
jalan.
Jalan
dilengkapi
dengan
perlengkapan
jalan
yang
berkaitan
langsung dan
tidak langsung
dengan
pengguna
jalan.
; bagi
jalan
lokal
lingkungan
sekunder yang tidak
diperuntukkan bagi
kendaraan roda tiga
atau lebih.
Diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor
beroda tiga atau
lebih.
Jalan
dilengkapi
dengan
bangunan
pelengkap
yang
disesuaikan dengan
fungsi jalan.
Jalan
dilengkapi
dengan
perlengkapan jalan
yang
berkaitan
langsung dan tidak
langsung
dengan
pengguna jalan.
jalan
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
jalan
sekunder,
lalu
lintas cepat tidak
boleh terganggu
oleh lalu lintas
lambat.
kolektor
sekunder,
lintas
tidak
terganggu
lalu
lambat.
lalu
cepat
boleh
oleh
lintas
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
2.5.1.4 Jenis Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 menyatakan
bahwa jalan umum dibangun menjadi 5, yaitu:
a. Jalan Nasional, yang terdiri dari jalan arteri primer, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis
nasional.
b. Jalan
Provinsi,
yang
terdiri
atas
jalan
kolektor
primer
yang
menghubungkan antaribukota kabupaten, jalan strategis provinsi, dan
jalan di DKI Jakarta.
c. Jalan Kabupaten, yang terdiri atas jalan kolektor primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan
dengan desa, dan antardesa, serta jalan sekunder yang tidak termasuk jalan
provinsi dan jalan strategis kabupaten.
d. Jalan Kota, yang merupakan jalan umum pada jaringan jalan sekunder di
dalam kota.
e. Jalan Desa, yang merupakan jalan lingkungan primer dan jalan lokal
primer yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan,
dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa.
Selain jalan umum, ada pula jalan khusus yang dibangun dan
dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan sendiri. Suatu
ruas jalan khusus apabila digunakan untuk lalu lintas umum, sepanjang tidak
merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus dibangun sesuai dengan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
25
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
persyaratan jalan umum. Jalan khusus dapat digunakan untuk lalu lintas
umum sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus
berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.
Penyelenggara jalan khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada
pemerintah kabupaten atau kota untuk dinyatakan sebagai jalan umum.
Pemerintah kabupaten atau kota dapat mengambil alih suatu ruas jalan khusus
tertentu untuk dijadikan jalan umum dengan pertimbangan:
a. Untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara;
b. Untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan
suatu daerah
c. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2.5.1.5 Kelas Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, kelas jalan
dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan
dibagi berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas serta jalan
yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan.
Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan, kelas jalan
dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan
kecil. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan
masuk, persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median,
serta pagar. Berikut disajikan tabel mengenai pengelompokkan penyediaan
prasarana jalan berdasarkan ketentuannya.
Tabel 2.5.3
Tabel Ketentuan Jalan berdasarkan Klasifikasi Kelas Jalan
No. Klasifikasi
Ketentuan
1.
Jalan
Bebas - Pengendalian jalan masuk secara penuh.
Hambatan
- Tidak ada persimpangan sebidang.
- Paling sedikit mempunyai 2 lajur setiap arah, dan lebar
lajur paling sedikit 3,5 meter.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
26
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
- Dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median jalan.
- Jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas.
- Jumlah lajur paling sedikit adalah 2 buah untuk setiap
arah dengan lebar lajur minimal 3,5 meter.
- Dilengkapi dengan median jalan.
- Jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan
kawasan yang lain.
- Digunakan untuk kendaraan bermotor.
- Digunakan oleh masyarakat umum.
- Dibiayai oleh perusahaan negara.
- Penggunaannya
diatur
oleh
undang-undang
pengangkutan.
3.
Jalan Sedang
- Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi.
- Memiliki lajur minimal 2 buah untuk 2 arah dengan lebar
jalur minimal 7 meter.
4.
Jalan Kecil
- Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat.
- Memiliki jumlah lajur minimal sebanyak dua buah untuk
2 arah dengan lebar jalur minimal 5,5 meter.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 dan Wikipedia
Sementara itu berdasarkan Sunaryo dalam Permudah Akses Bagi
2.
Jalan Raya
Pengguna Jalan, menyatakan bahwa pada sistem penggolongan klas jalan
dengan pembedaan klas fungsinya pada sistem jaringan jalan terpadu, antara
jalan penghubung (rural road) dan jalan pengarah (collector road), sehingga
diperoleh beberapa kelompok klas jalan:
a. Jalan bebas hambatan (jalan tol) diberi kode pengelompokan M (Motor
way).
b. Jalan Penghubung Utama antar centra bisnis (kota) diberi kode
pengelompokan A (arteri primer). Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan
Nasional.
c. Jalan Penghubung Sekunder diberi kode pengelompokan B (arteri sekunder).
Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Propinsi.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
27
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
d. Jalan Penghubung Tersier diberi kode pengelompokan C (arteri tersier).
Umumnya disetara kan dengan Jalan Kabupaten atau Kotamadya.
e. Jalan Penghubung Kuarter diberi kode pengelompokan D (arteri kuarter).
Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Kecamatan atau Desa.
f. Jalan Pengarah biasanya diberlakukan pada daerah perkotaan yang meliputi
sentra industri/pasar atau perumahan dan pada umumnya diberlakukan
dengan pemberian nama jalan.
2.5.1.6 Bagian Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, bagian-bagian
jalan dipisahkan berdasarkan pemanfaatanya menjadi ruang manfaat jalan,
ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.
a. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang telah
ditetapkan. Peruntukkan ruang manfaat jalan adalah pada median jalan,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar bagi
lalu lintas pejalan kaki, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
Setiap
orang
dilarang
memanfaatkan
ruang
manfaat
jalan
jika
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
Tabel 2.5.4
Tabel Ketentuan Ruang Manfaat Jalan Berdasarkan Klasifikasi
No. Ruang
Manfaat Ketentuan
Jalan
1.
Badan Jalan
- Diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan.
- Dilengkapi dengan ruang bebas unutk menunjang
pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta
pengamanan konstruksi jalan.
- Ruang bebas dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
28
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
kedalaman tertentu.
- Lebar ruang bebas harus sesuai dengan lebar badan
jalan, sedangkan tinggi ruang bebas bagi jalan arteri
dan jalan kolektor minimal 5 meter dan kedalaman
ruang bebas bagi jalan arteri serta jalan kolektor
minimal 1,5 meter dari permukaan jalan.
2.
Saluran Tepi Jalan
- Diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air
agar badan jalan bebas dari pengaruh air.
- Ukuran saluran tepi jalan ditetapkan sesuai dengan
lebar permukaan jalan dan keadaan lingkungan.
- Saluran tepi jalan dibangun dengan konstruksi yang
mudah dipelihara secara rutin.
- Saluran tepi jalan dapat diperuntukkan sebagai saluran
lingkungan dalam hal tertentu dan dengan syaratsyarat tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara
jalan.
3.
Ambang Pengaman - Berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan
Jalan
pengaman yang berada di antara tepi badan jalan dan
batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan
bagi pengamanan konstruksi jalan.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
b. Ruang Milik Jalan
Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di
luar ruang manfaat jalan. Sejalur tanah tertentu tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan. Ruang milik
jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan
tinggi tertentu. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Ruang milik jalan memiliki lebar
minimal sebagai berikut:
-
Jalan Bebas Hambatan memiliki lebar ≥ 30 meter
-
Jalan Raya memiliki lebar ≥ 25 meter
-
Jalan Sedang memiliki lebar ≥ 15 meter
-
Jalan Kecil memiliki lebar ≥ 11 meter
Pada ruang milik jalan diberi tanda batas ruang milik jalan yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan. Jika terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
29
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
milik jalan, maka penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk
kepentingan pengguna jalan.
c. Ruang Pengawasan Jalan
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Selain itu, ruang
pengawasan jalan ruang juga dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu. Ruang
pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan
pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. Lebar ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan dengan ukuran minimal sebagai
berikut.
-
Jalan Arteri Primer memiliki lebar 15 meter.
-
Jalan Kolektor Primer memiliki lebar 10 meter.
-
Jalan Lokal Primer memiliki lebar 7 meter.
-
Jalan Lingkungan Primer memiliki lebar 5 meter.
-
Jalan Arteri Sekunder memiliki lebar 15 meter.
-
Jalan Kolektor Sekunder memiliki lebar 5 meter.
-
Jalan Lokal Sekunder memiliki lebar 3 meter.
-
Jalan Lingkungan Sekunder memiliki lebar 2 meter.
-
Jembatan memiliki lebar 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara
jalan yang bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan
larangan terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas
pengemudi dan konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan
tertentu untuk menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan.
2.5.1.6 Pemanfaatan Bagian Jalan
Peman faatan bagian-bagian jalan meliputi bangunan utilitas,
penanaman pohon, dan prasarana moda transportasi lain.
-
Bangunan Utilitas
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
30
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pada tempat tertentu di ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan dapat
dimanfaatkan untuk penempatan bangunan utilitas. Bangunan utilitas pada
jaringan jalan di dalam kota dapat ditempatkan di dalam ruang manfaat jalan
dengan ketentuan berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari
tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak menimbulkan hambatan
samping bagi pemakai jalan atau berada di bawah tanah ditempatkan di luar
jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak
mengganggu keamanan konstruksi jalan. Bangunan utilitas pada jaringan
jalan di luar kota, dapat ditempatkan di dalam ruang milik jalan pada sisi
terluar. Penempatan, pembuatan, dan pemasangan bangunan utilitas harus
direncanakan dan dikerjakan sesuai dengan persyaratan teknis jalan yang
ditetapkan.
Dalam hal ruang manfaat jalan dan/atau ruang milik jalan bersilangan,
berpotongan, berhimpit, melintas, atau di bawah bangunan utilitas maka
persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya, ditetapkan bersama oleh
penyelenggara jalan dan pemilik bangunan utilitas yang bersangkutan, dengan
mengutamakan kepentingan umum.
-
Penanaman Pohon
Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang
manfaat jalan dan untuk penanaman pohon di dalam kota dapat dilakukan di
batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah.
-
Prasarana Moda Transportasi Lain
Dalam hal ruang milik jalan digunakan untuk prasarana moda transportasi
lain, maka persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya ditetapkan
bersama oleh penyelenggara jalan dan instansi yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di
bidang
prasarana
moda
transportasi
yang
bersangkutan dengan mengutamakan kepentingan umum.
2.5.1.7 Bagian-bagian jalan
Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan terdiri dari 3
variabel, yaitu:
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
31
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
a. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan), yaitu daerah yang direncanakan
sebagai tempat sirkulasi kendaraan bermotor dan termaksud pemanfaatan
untuk sistem parkir on-street yang terdiri dari badan jalan dan bahu jalan.
b. Rumija (Ruang Milik Jalan), yaitu daerah yang digunakan sebagai
media sirkulasi, parkir on-street, media untuk drainase, dan kegiatan
pejalan kaki (pedestrian), batasannya sampai dengan pagar rumah kirikanan jalan.
c. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan), yaitu daerah yang termaksud
jangkauan pandangan pengguna jalan sehingga dengan adanya Ruwasja
pengguna jalan tidak mengalami gangguan pandangan. Ruwasja diukur
mulai dari tembok rumah sebelah kiri jalan dengan tembok rumah sebelah
kanan jalan. Ruwasja untuk mempermudah pelebaran jalan.
Gambar 2.5.1 Penampang Geometrik Jalan
Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan raya antara ujung luar lajur lalu lintas
dan ujung dalam pinggiran pembatas jalan, atau kelandaian. Jalan raya yang
terpisah juga mungkin memiliki bahu lajur dalam dan median. Bahu
menyediakan tempat untuk kendaraan parkir ketika keadaan darurat atau
alasan lainnya. Jika rancangan mengabaikan bahu jalan atau jika daerah yang
sempit, kapasitas jalan akan menurun dan kemungkinan kecelakaan akan
meningkat. Lebar bahu jalan minimum 1.50-2.00 meter, untuk jalan perkotaan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
32
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
biasanya diambil 2.50 meterdan untuk keperluan parkir 3.00 meter yang
biasanya berupa bahu jalan diperkeras dan dilapis.
Median Jalan
Pemisahan antara arus lalu lintas yang berlawanan dengan arah
median terbukti lebih efektif mengurangi jumlah kecelakaan. Median dengan
berbagai bentuk merupakan persyaratan yang mutlak untuk jalan bebas
hambatan. Pada persimpangan atau jalan kota yang penting, mdian jalan juga
sangat diperlukan. Untuk ruas luar kota pada sistem antar kota dalam daerah
datar atau perbukitan, leb
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Daerah Aliran Sungai
2.1.1
Pengertian Daerah Aliran Sungai
Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya
air yang berasal dari hujan disebut alur sungai dan perpaduan antara alur
sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai (Sosrodarsono, 1984:1).
Daerah dimana sungai memperoleh air merupakan daerah tangkapan
air hujan yang biasanya disebut daerah aliran sungai. Dengan demikian, DAS
dapat dipandang sebagai suatu unit kesatuan wilayah tempat air hujan
mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai. Garis batas antara DAS adalah
punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan
menjadi aliran permukaan di masing-masing DAS. Menutut Asdak (2002:4)
daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi
dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan
air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.
Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment area)
yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber
daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai
pemanfaat sumber daya alam.
2.1.2
Sempadan Sungai
Dalam mewujudkan pemanfaatan sungai serta mengendalikan daya
rusak sungai, perlu ditentukan garis sempadan sungai yaitu garis batas
perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini akan menjadi acuan pokok
dalam kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta pengembangan
permukiman di wilayah sekitar sungai.
Dalam penentuan garis sempadan sungai, ada tiga aspek penting yang
harus dipertimbangkan, antara lain :
1. Aspek Legal/Hukum
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-1
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
2.
Aspek Teknis
3. Aspek Sosial
Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan
bahwa sungai merupakan salah satu bentuk air permukaan yang harus dikelola
secara
menyeluruh,
terpadu
berwawasan
lingkungan
hidup
dengan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan
dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan
dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.
Sedangkan dalam Permen No. 63/KPR/1993 ini dijelaskan tentang
pengertian dan ketentuan garis sempadan sungai. Garis sempadan sungai
adalah garis batas luar pengamanan sungai. Penetapan garis sempadan sungai
dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan dan
pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan
waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari :
1.
Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan.
2.
Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
3.
Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.
4.
Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-2
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Gambar 2.1.1 Potongan melintang
Sempadan Sungai Tidak Bertanggul
Gambar 2.1.2 Potongan melintang
Sempadan $Sungai Bertanggul
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-3
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Gambar 2. 2.3 Potongan melintang
Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Tanpa Bantaran
Gambar 2. 3.4 Potongan melintang
Sempadan Sungai Bertanggul Tanpa Bantaran
(Surjono: 2009)
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-4
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Berdasarkan kriteria di atas penetapan garis sempadan sungai
ditentukan sebagai berikut :
1. Penetapan garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut :
a.
Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
b.
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
2. Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan.
a.
Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 (lima ratus) km2 atau lebih.
b.
Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) km2.
Pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan
Lindung disebutkan bahwa sempadan sungai adalah kawasan sempadan kiri
kanan sungai, untuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
merupakan manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Adapun kriteria atau batasan sempadan sungai, antara lain:
1. Sekurang-kurangnya 100 m dikiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri
kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.
2. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkenankan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 m.
Penetapan garis sempadan sungai berdasarkan Revisi RTRW Kota
Malang Tahun 2001-2010 (VI:42-43) adalah sebagai berikut :
1. Bagi kawasan permukiman yang ada di dalam garis sempadan sungai 15
meter dan dinyatakan sebagai daerah yang rawan bencana, maka tidak ada
pilihan lain dalam program penataan lingkungan permukiman ini selain
memindahkan penduduk ke daerah yang lebih aman. Lokasi yang telah
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-5
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
ditinggalkan penduduk harus segera diadakan penataan kembali sesuai
dengan tata guna lahan yang baru. Adapun yang dapat dikembangkan
menjadi :
a. Lokasi bekas permukiman tersebut dibersihkan dari bangunanbangunan fisik, ditata kembali sebagai daerah hijau atau daerah
konservasi sungai (hutan kota).
b. Lokasi bekas permukiman tersebut dikembangkan dengan daerah
sekitarnya sebagai kawasan peremajaan kota (meningkatkan
fitalitas yang ada).
c. Lokasi tersebut dikembangkan sebagai daerah rekreasi dan daerah
hijau kota (taman kota), khususnya bagi daerah yang maksimal
kelerengannya 30%.
2. Bagi kawasan permukiman yang berada diluar sempadan sungai lebih
besar dari 15 meter (sesuai dengan peraturan yang berlaku) dengan
kondisi lingkungan fisik yang belum baik dan teratur, tingkat kepadatan
yang tinggi, prasarana yang kurang memadai dapat diterapkan konsep
penataan lingkungan permukiman dengan pola membangun tanpa
menggusur (sesuai INPRES No.5 Tahun 1990). Kriteria yang diterapkan
dalam konsep peremajaan lingkungan ini adalah sebagai berikut :
a. Menata arah bukaan tiap-tiap unit rumah ke arah sungai agar
memperoleh arah pandangan yang lebih baik, dan melengkapinya
dengan prasarana jalan inspeksi yang membatasi lokasi bangunan
rumah dengan daerah sempadan sungai.
b. Mengurangi/membatasi tingkat kepadatan bangunan rumah, agar
diperoleh tingkat kepadatan bangunan yang ideal bagi lingkungan
permukiman
yang
sehat,
disamping
juga
mengupayakan
peningkatan kualitas fisik bangunan rumahnya secara berangsurangsur dengan sistem koperasi gotong-royong.
c. Melindungi bantaran sungai dengan pola penghijauan tanaman
lindung dan tanaman hias. Gerakan penghijauan dan kebersihan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-6
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
merupakan usaha untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang
secara simultan dapat memperkuat kegiatan masyarakat, interaksi
sosial dan mendorong timbulnya industri kecil.
d. Seluruh rangkaian kegiatan peremajaan disarankan dilakukan
dengan partisipasi masyarakat setempat sehingga masyarakat ikut
membantu memelihara daerah pengaliran sungai serta melarang
kebiasaan membuang kotoran dan sampah di sungai.
3. Bagi kawasan permukiman yang berada di luar dari sempadan sungai 15
meter dengan kondisi fisik lingkungan yang sudah baik, maka konsep
yang diterapkan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman dengan pola penghijauan kota dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan fungsi daerah pengaliran sungai sebagai daerah
konservasi. Dalam hal ini penghijauan tetap dipilih sebagai entry point
menuju kegiatan yang lebih luas dan kompleks, seperti manajemen
sampah,
sanitasi,
perbaikan
lingkungan,
dan
akhirnya
pada
pengembangan, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan sungai
(Program Prokasih).
4. Bagi daerah pengaliran sungai yang belum terjamah oleh kawasan
permukiman sama sekali, sebaiknya juga segara ditata untuk pragram
penghijauan kota disamping melindungi daerah tersebut dari kemungkinan
berkembangnya permukiman liar dengan cara memberikan jalan inspeksi,
juga
memberikan
rambu-rambu
peringatan
(misalnya
:
dilarang
membuang dan membuang sampah di daerah ini).
2.4
Sarana
Sarana adalah alat yang paling utama, dalam kegiatan sosial atau
kegiatan ekonomi.
Tiap aspek kehidupan sosial dan tiap sektor dari
kehidupan ekonomi mempunyai sarana sendiri, yang merupakan satuan
terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan. Dengan demikian, dalam
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-7
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
menyukseskan pembangunan, tiap lembaga kehidupan sosial dan tiap sektor
kehidupan ekonomi harus memperhatikan prasarananya. (Surjono:2009)
2.4.1
Fungsi sarana
Dari sisi fungsionalnya, dapat dikatakan sarana berfungsi bagi
kebudayaan, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan ekonomi.
Kebudayaan yang dimaksud disini adalah kebudayaan dalam arti luas, yang
mempunyai berbagai aspek. Dalam kegiatan sosial ekonomi terdapat suatu
istilah, yaitu ambang (theshold) yang berarti jumlah minimal penduduk yang
diperlukan untuk menunjang supaya suatu fungsi tertentu dapat berjalan
lancar. Misalnya suatu macam sarana yang lebih tinggi fungsinya, atau
diperlukan oleh jumlah penduduk yang besar jumlahnya (pasar, sekolah,
puskesmas, dsb) harus terletak di wilayah yang jangkauan pelayanannya yang
2.4.2
lebih luas, yaitu bukan di desa tetapi di kecamatan. (Surjono:2009)
Standar Sarana
Standar sarana menurut Surjono antara lain:
1. Sarana perdagangan dan jasa
A. Pertokoan
Berfungsi untuk menjual barang-barang keperluan sehari-hari
Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai tanpa menyeberang
Minimum didukung oleh 2.500 penduduk
Luas tanah yang dibutuhkan 100 m2 dengan Building Coverage 40%
Prosentase area yang dilayani=
Luas area x100% 1%
Luas area permukiman tingkat RW
Luas tanah 100% = 1%.
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 1.200 m2
Sarana pendukung yang baik antara lain :
Area parkir/ tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai
bersama kegiatan lain pada pusat lingkunan.
Sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan aktivitas ibu
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-8
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pos hansip
(Surjono:2009)
B. Warung
Berfungsi untuk menjual barang kebutuhan masyarakat sehari-hari
(sabun, gula, rempah-rempah, teh, kopi, dan lain-lain).
Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai dengan radius
maksimum 500 m
Minimum didukung oleh 250 penduduk
Luas lantai yang dibutuhkan 50 m2
Luas tanah apabila tidak bersatu dengan rumah = 100 m2
(Surjono:2009)
Pusat perbelanjaan kawasan 30.000 penduduk
Berfungsi untuk menyadiakan barang-barang kebutuhan sehari-hari
termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, pakaian, alat
pendidikan (buku tulis, pensil, bolpoin, dan lain-lain), alat rumah
tangga, barang-barang kelontong, dan lain-lain.
Lokasi ini berada di jalan utama lingkungan dan berkelompok dengan
pusat lingkungan
Memiliki terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan
Minimum didukung oleh 30.000 penduduk
Luas tanah yang dibutuhkan 13.500 m2
Prosentase terhadap area permukiman yang dilayani adalah 0.937%
(0.9 – 1%)
Terdiri dari pasar dan toko-toko lengkap dengan bengkel reparasi kecil
seperti radio, kompor, sepeda, setrika dan motor.
Sarana pendukung yang baik :
Area parkir
Pos polisi
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
FT_UB
II-9
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pos pemadam kebakaran
Kantor pos pembantu
Tempat ibadah
(Surjono:2009)
2.
Sarana pemerintahan dan fasilitas umum
Fasilitas pelayanan umum yang diperlukan di kawasan perencanaan
dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu : fasilitas pelayanan tingkat
lingkungan dan fasilitas pelayanan tingkat kawasan perencanaan.
Fasilitas pelayanan umum tingkat lingkungan meliputi balai RW/balai
pertemuan, pos hansip, pos polisi, kantor pos pembantu, pemadam
kebakaran dan gedung serba guna lingkungan.
Fasilitas pelayanan umum tingkat kawasan meliputi kantor cabang
pos, kantor polisi, dan kantor pemadam kebakaran, kantor telkom.
A. Balai RW/Balai pertemuan
Pada umumnya balai RW/balai pertemuan berfungsi sebagai tempat
untuk mengadakan pertemuan-pertemuan/rapat maupun kegiatan
lainnya pada tingkat unit lingkungan perumahan. Kriteria penyediaan
fasilitas balai RW/Balai Pertemuan antara lain:
Didukung jumlah penduduk minimum 2.500 orang.
Luas lahan/persil/kavling sekitar 300 m2 pada umumnya di dalamnya
sudah termasuk pos hansip.
Lokasi sebaiknya di tengah-tengah pemukiman dengan radius
pencapaian sekitar 500 meter.
B. Gedung serba guna lingkungan
Pada umumnya gedung serba guna lingkungan berfungsi sebagai
tempat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan maupun kegiatan
lainnya seperti hiburan-hiburan bahkan sebagai tempat resepsi
pernikahan. Tingkat pelayanannya berada pada tingkat unit lingkungan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
10
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
pemukiman.
Kriteria
penyediaan
fasilitas
gedung
serba
guna
lingkungan antara lain:
a. Didukung jumlah penduduk minimum 30.000 orang.
b. Luas lahan/persil/kavling sekitar 1.000 m2 pada umumnya di
dalamnya sudah termasuk tempat parkir.
C. Tempat parkir umum
Tempat parkir umum berupa lahan terbuka untuk tempat kendaraan
sementara yang terdiri dari tempat parkir umum lingkungan (unit
lingkungan) penduduk pendukung minimal 2.500 orang dengan
kebutuhan lahan 0,04 m2 per penduduk.
Tempat parkir pusat lingkungan (unit distrik) penduduk pendukung
minimal 30.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,03 m2 per
penduduk.
Tempat parkir pusat kawasan (unit pengembangan) penduduk
pendukung minimal 120.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,0012
m2 per penduduk.
Kebutuhan-kebutuhan akan sarana tersebut untuk setiap tingkatan
kelompok penduduk dan luas tanahnya adalah sebagai berikut:
a.
Kawasan 2.500 Penduduk (RW)
Kebutuhan akan sarana :
Pos hansip dan balai pertemuan dan bis surat : 300 m2
Parkir umum + MCK
: 100 m2
400 m2
Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang
dilayani sebesar 0,16m2/ penduduk. (Surjono:2009)
b.
Kawasan 30.000 penduduk (lingkungan)
Kebutuhan akan sarana :
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
11
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Kantor lingkungan
: 500 m2
Pos polisi
: 200 m2
Kantor pos pembantu : 100 m2
Pos pemadam kebakaran
Parkir umum
: 200 m2
: 1.000 m2
Bioskop
: 2.000 m2
4.000 m2
Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang
dilayani sebesar 0,13 m2/penduduk.
(Surjono:2009)
D. Sarana pendidikan
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu
dalam merencanakan sarana pendidikan harus senantiasa bertitik tolak dari
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Maka dalam pengadaan sarana
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Penetapan lokasi dan kebutuhan ruang
Ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk memberi kesempatan belajar
pada anak di usia sekolah.
b) Kebutuhan ruang belajar
Dalam menentukan kebutahan ruang perlu dihitung :
Banyaknya anak usia sekolah yang ada dalam lingkungan permukiman
Banyaknya unit ruang belajar yang sudah tersedia dan daya tampung
yang dimiliki
Proyeksi anak usia sekolah pada usia 5 tahun yang akan datang
Prosentase anak yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
12
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Bentuk- bentuk sarana pendidikan antara lain :
1. TK (Taman Kanak-Kanak)
TK adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 56 tahun. Terdiri dari 2 ruang kelas yang dapat menampung 35-40 murid
per kelas. Minimum penduduk dapat yang mendukung sarana ini adalah
1.000 penduduk.
Lokasi
di
tengah-tengah
aktivitas
masyarakat
perumahan. Luas tanah yang dibutuhkan 1.200 m 2 dan luas lantai
adalah 252 m 2 , sedangkan radius pencapaian dari area yang dilayani
jangan lebih dari 500 m.
2. SD (Sekolah Dasar)
SD adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak usia
antara 6-12 tahun yang terdiri dari 6 kelas masing-masing untuk 40
murid. Minimum didukung oleh 1.600 jiwa. Luas tanah yang dibutuhkan
= 3.600m 2 dan luas lantai = 400-600 m 2 . Radius pencapaian dari area
yang dilayani maksimal 1.000 m 2 .
3. SMP (Sekolah Menengah Pertama)
SMP adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SD. Terdiri dari 2 unit, jadi 6 kelas masing-masing untuk 30 murid.
Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa.
Lokasinya digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan
lainnya, serta tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang
digunakan adalah 2.700 m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 , sedangkan
untuk yang khusus membutuhkan luas tanah sebesar 5.000 m 2 . Aktivitas
yang biasa dilakukan pada pagi dan sore hari. Memiliki sarana pelengkap
seperti parkir, dan lapangan olahraga.
4. SMA ( Sekolah Menengah Umum )
SMA adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SMP. Terdiri dari 3 kelas masing-masing untuk 40 murid. Minimum
penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa. Lokasinya
digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan lainnya, serta
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
13
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang digunakan adalah 2.700
m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 .
E.
Sarana kesehatan
Macam dari fasilitas kesehatan yang ada antara lain :
1. Balai pengobatan (BP)
Fungsi sarana ini adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
bidang kesehatan yang titik beratnya adalah penyembuhan (currative) dan
vaksinasi (preventif). Lokasinya haruslah terletak di tengah-tengah
lingkungan keluarga (neighbourhood) dimana radius pencapaiannya tidak
boleh lebih dari 1.000 m2. Minimum penduduk yang dapat mendukung
sarana ini adalah 3.000 jiwa (kira-kira 1 RW).
2. Balai kesehatan ibu dan anak dan rumah bersalin
Fungsi utama dari sarana ini untuk melayani ibu-ibu sebelum pada waktu
dan sesudah melahirkan serta melayani anak-anak usia sampai dengan 6
tahun. Lokasinya harus terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga dan
diusahakan
tidak
menyeberang
jalan-jalan
lingkungan.
Radius
pencapaiannya maksimal kurang dari 2.000 m. Minimum penduduk yang
mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa (4 RW). Sarana pendukung
yang baik antara lain tempat parkir, pertokoan, taman kanak-kanak, balai
pengobatan.
3. Tempat praktek dokter
Tempat praktek dokter ini sebaiknya juga merupakan salah satu sarana
yang tidak dapat dipisahkan dari area perumahan dan didukung oleh 5.000
penduduk. Lokasi pencapain tempat praktek dokter ini 1.500m,yang
berada di tengah-tengah kelompok keluarga. Luas tanah yang dibutuhkan
dapat bersatu dengan rumah tinggal biasa.
4. Posyandu
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
14
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Posyandu berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam hal
penyembuhan (currative) tanpa pencegahan, pada waktu tertentu juga
memberikan vaksinasi (preventive). Lokasinya harus berada di tengahtengah pemukiman, dengan radius pencapaian tidak lebih dari 1.000 m
dan minimum penduduk pendukung sarana ini adalah 2.000 jiwa. Karena
posyandu mempunyai intensitas pelayanan yang rendah (berkala/tidak tiap
hari), maka tidak memerlukan tempat permanen jadi dapat menggunakan
fasilitas yang ada, seperti Balai RW, tempat tinggal dan lainnya.
5. Apotek
Fungsi dari sarana ini adalah untuk melayani penduduk dalam bidang
obat-obatan. Lokasinya tersebar di antara kelompok keluarga dan terletak
di pusat-pusat RW atau pusat lingkungan. Minimum penduduk yang dapat
mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa dan luas tanah yang dibutuhkan
adalah 350 m 2 . Dengan sarana pendukung yaitu tempat parkir.
F.
Sarana peribadatan
1. Langgar/ Mushola
Langgar secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan
kaki. Langgar sebaiknya dipersiapkan di setiap 300 unit perumahan.
Kelompok penduduk 2.500 (RW)
langgar :
300 m2
2. Masjid
Masjid secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan
kaki. Mesjid sebaiknya dipersiapkan di setiap 3000 unit perumahan.
Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan)
1 masjid lingkungan :
1.750 m2
Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan)
1 masjid kecamatan
:
4.000 m2
Kelompok penduduk 1.000.000 (tingkat kota)
1 masjid kota (Surjono:2009)
3. Gereja
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
15
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Kristen.
4. Pura
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Hindu.
5. Vihara
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Budha.
Tabel 2.4.2
Standar Kebutuhan Saran
Jumlah
Jenis Sarana
Kebutuhan
Luas
penduduk Luas
lantai
lahan
yang
dilayani
PERDAGANGAN dan JASA
Pertokoan
2.500
Warung
250
Keterangan
(m2)
(m2)
50
1.300
100
Standar 0,52 m2/p
Radius maks. 500
30.000
-
13.500
m
Standar 0,45 m2/p
Perbelanjaan
PEMERINTAHAN
Balai Pertemuan
2.500
Kantor Kelurahan 30.000
PENDIDIKAN
TK
1.000
-
300
500
Standar 0,12 m2/p
Standar 0,02 m2/p
252
1.200
Kawasan
2 ruang kelas
@ 35-40 murid
SD
1.600
400-600
3.600
Radius
maks.
500 m
6 ruang kelas
@ 40 murid
Radius
maks.
1000 m
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
16
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Jumlah
Kebutuhan
Luas
penduduk Luas
lantai
lahan
yang
Jenis Sarana
dilayani
4.800
SLTP
(m2)
1.514
(m2)
2.700
Keterangan
3 ruang kelas
@ 40 murid
KESEHATAN
Bidan
Praktek Dokter
10.000
5.000
-
-
Radius
maks.
maks.
Balai Pengobatan
3.000
150
300
1.500 m
Radius
Posyandu
2.000
-
-
1.000 m
Radius
maks.
Apotek
10.000
-
350
1.000 m
Radius
maks.
-
86.400
1.500 m
-
-
1.000
1.500
-
Standar 1.2 m2/p
Standar 0,058 m2/p
Standar
1.2
Rumah
Sakit 240.000
Wilayah
PERIBADATANMushola
Masjid
Gereja
500
5.000
-
m2/jamah
RUANG TERBUKA HIJAU
Taman
250
Lapangan
Jalur Hijau
Makam
30.000
-
-
250
Standar
1
9.000
-
m2/penduduk
Standar 0,3 m2/p
Standar 15 m2/p
Standar
2
m2/penduduk
Sumber :
2.4.3
(Surjono:2009)
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
RTH juga merupakan bagian dari sarana. Elemen vegetasi adalah unsur yang
dominan dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH). Vegetasi dapat ditata sedemikian
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
17
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian suhu
udara,dan memperbaiki kondisi tanah.
2.4.3.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat
langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan tersebut.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat
diklasifikasi menjadi :
bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung)
bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota,
pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman,
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi :
bentuk RTH kawasan (areal, non linear)
bentuk RTH jalur (koridor, linear)
Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi
menjadi:
RTH kawasan perdagangan
RTH kawasan perindustrian
RTH kawasan permukiman
RTH kawasan pertanian
RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga,
alamiah.
Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi :
RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau
lahan yang dimiliki oleh peme-rintah (pusat, daerah)
RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahanlahan milik privat.
2.4.3.2 Fungsi dan Manfaat
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
18
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama
(intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi
arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. RTH berfungsi ekologis, yang
menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu
bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu
wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga
kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar.
RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan
RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu
sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur
kota.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung
(dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahanbahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar),
keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat
intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau
keanekaragaman hayati.
2.4.3.3 Tujuan RTH
Tujuan RTH pada prinsipnya tidak berbeda dari tujuan umum
rehabilitasi hutan dan konservasi tanah. Khusus untuk RTH, tujuan tersebut
adalah:
(1) Menciptakan 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas vegetasi yang
berfungsi ekologis sebagai hutan' dalam satuan ruang Daerah Aliran
Sungai (DAS).
(2) Keberhasilan terciptanya 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas
vegetasi yang berfungsi sebagai hutan' tersebut diharapkan dapat memberi
sumbangkan kepada upaya:
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
19
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pengendalian banjir, yakni mengurangi debit maksimum aliran sungai
pada musim hujan dan meningkatkan debit minimum aliran sungai
pada musim kemarau.
Pencegahan tanah longsor, yakni memperkuat ikatan partikel tanah
dan daya tampung tanah terhadap air (water holding capacity),
sehingga ketika tanah dalam kondisi jenuh air pada musim hutan tidak
akan longsor.
Pengendalian erosi, yakni memperbaiki erosivitas tanah karena
penutupan permukaan oleh vegetasi semakin baik, sehingga partikel
tanah tidak mudah hanyut oleh air limpasan-atas permukaan (overland
flow).
Perbaikan dan pemeliharaan kesuburan tanah, yakni memperbaiki
kesuburan tanah yang sempat merosot sejalan dengan proses
perusakan hutan dan tanah selama ini, dan memelihara kesuburan
tanah di masa-masa mendatang, sehingga produktivitas tanah hutan
dan tanah pertanian tetap terpelihara guna mendukung budidaya
tanaman hutan dan tanaman pertanian.
Peningkatan potensi sumberdaya air, yakni meningkatkan kemampuan
ekosistem DAS dalam penyediaan air alami sepanjang tahun, baik
berupa mataair alami (natural spring), aliran sungai (river discharge),
ataupun air bumi (groundwater), untuk keperluan irigasi, keperluan
rumah tangga, dan keperluan industri.
2.5
Prasarana
Prasarana
adalah
kelengkapan
dasar
fisik
lingkungan
yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
2.5.1
Jalan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
20
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1980 Tentang Jalan yang disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan
yang penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional, seperti
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya
keadaan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta dalam jangka panjang
terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan,
sendiri, menuju suatu masyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan
didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sementara itu, jalan umum adalah jalan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan umum ini dikelompokkan
dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.
2.5.1.1 Sistem Jaringan Jalan
Pada sistem distribusi, sistem jaringan jalan memegang peranan
penting, karena peningkatan pelayanan pemasaran tidak lain adalah
peningkatan kepadatan jasa distribusi, yang menuntut pengembangan
prasarana perhubungan antara lain jaringan jalan.
Dalam rangka berfungsinya bagian-bagian jaringan jalan dengan baik,
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah pengaruh sebagai unsur
penting guna terwujudnya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya perlu
dibangun jalan-jalan berspesifikasi bebas hambatan justru di daerah-daerah
yang sudah tinggi perkembangannya. Dengan memperhatikan rasa keadilan,
pembangunan
jalan-jalan
tersebut
di
atas
diselenggarakan
dengan
pembangunan Jalan Tol.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
21
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang
terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan
mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan
keterhubungan antarkawasan dan atau dalam kawasan perkotaan, dan
kawasan pedesaan. Berdasarkan hierarkinya, pembagian sistem jaringan jalan
yang dapat dibedakan sebagai sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder dan jalan yang terdapat dalam kawasan studi ini hanya
memiliki sistem jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara
menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke
persil.
2.5.1.2 Fungsi Jalan
Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Masingmasing fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Fungsi jalan pada sistem jaringan primer dibedakan
atas arteri primer, kolektor primer, lokal primer, dan lingkungan primer
sehingga dinyatakan sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan
lokal primer, jalan lingkungan primer.
Sementara itu, pada sistem jaringan jalan sekunder dibedakan atas
arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder
sehingga dapat dinyatakan sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor
sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.
Tabel 2.5.1
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
22
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Tabel Jenis Jalan Sistem Jaringan Sekunder dan Kegunaannya
No. Jenis Jalan
1.
Jalan arteri skunder
Kegunaan
Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder
2.
Jalan kolektor sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
3.
Jalan lokal sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga
Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan,
4.
kawasan
sekunder
ketiga
dan
seterusnya sampai ke perumahan.
lingkungan Menghubungkan antar persil dalam kawasan
Jalan
sekunder
perkotaan.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
2.5.1.3 Persyaratan Teknis Jalan
Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,
kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap,
perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak
terputus. Selain hal tersebut, persyaratan teknis jalan harus memenuhi
ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.
Sementara itu,sistem jaringan jalan sekunder jika dilihat berdasarkan
fungsinya dan dikelompokkan berdasarkan ketentuan persyaratan teknis,
maka dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.5.2
Tabel Persyaratan Teknis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jenis Jalan Primer
No. Persyaratan
Teknis Jalan
1.
Kecepatan
rencana
Jalan
Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lingkungan
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
≥ 30 km/jam
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
23
FT_UB
≥ 20 km/jam
≥ 10 km/jam
≥ 10 meter
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
2.
Lebar
jalan
badan
≥ 9 meter
3.
Kapasitas
4.
Persimpangan
sebidang
5.
Bangunan
jalan
6.
Perlengkapan
jalan
Jalan dilengkapi
dengan
perlengkapan
jalan
yang
berkaitan
langsung
dan
tidak langsung
dengan
pengguna jalan.
7.
Penggunaan
Pada jalan arteri Pada
≥ 7,5 meter
Kapasitas jalan
lebih
besar
daripada volume
lalu lintas ratarata.
Harus memenuhi
ketentuan
tentang
kecepatan
rencana,
lebar
badan jalan, dan
kapasitas.
Kapasitas jalan
lebih besar dari
pada
volume
lalu lintas ratarata.
Harus
memenuhi
ketentuan
tentang
kecepatan
rencana, lebar
badan jalan, dan
kapasitas..
Jalan dilengkapi Jalan dilengkapi
dengan
dengan
bangunan
bangunan
pelengkap yang pelengkap yang
disesuaikan
disesuaikan
dengan fungsi dengan fungsi
jalan.
jalan.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
24
FT_UB
Jalan dilengkapi
dengan
perlengkapan
jalan
yang
berkaitan
langsung dan
tidak langsung
dengan
pengguna jalan.
Jalan
dilengkapi
dengan
bangunan
pelengkap
yang
disesuaikan
dengan fungsi
jalan.
Jalan
dilengkapi
dengan
perlengkapan
jalan
yang
berkaitan
langsung dan
tidak langsung
dengan
pengguna
jalan.
; bagi
jalan
lokal
lingkungan
sekunder yang tidak
diperuntukkan bagi
kendaraan roda tiga
atau lebih.
Diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor
beroda tiga atau
lebih.
Jalan
dilengkapi
dengan
bangunan
pelengkap
yang
disesuaikan dengan
fungsi jalan.
Jalan
dilengkapi
dengan
perlengkapan jalan
yang
berkaitan
langsung dan tidak
langsung
dengan
pengguna jalan.
jalan
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
jalan
sekunder,
lalu
lintas cepat tidak
boleh terganggu
oleh lalu lintas
lambat.
kolektor
sekunder,
lintas
tidak
terganggu
lalu
lambat.
lalu
cepat
boleh
oleh
lintas
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
2.5.1.4 Jenis Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 menyatakan
bahwa jalan umum dibangun menjadi 5, yaitu:
a. Jalan Nasional, yang terdiri dari jalan arteri primer, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis
nasional.
b. Jalan
Provinsi,
yang
terdiri
atas
jalan
kolektor
primer
yang
menghubungkan antaribukota kabupaten, jalan strategis provinsi, dan
jalan di DKI Jakarta.
c. Jalan Kabupaten, yang terdiri atas jalan kolektor primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan
dengan desa, dan antardesa, serta jalan sekunder yang tidak termasuk jalan
provinsi dan jalan strategis kabupaten.
d. Jalan Kota, yang merupakan jalan umum pada jaringan jalan sekunder di
dalam kota.
e. Jalan Desa, yang merupakan jalan lingkungan primer dan jalan lokal
primer yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan,
dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa.
Selain jalan umum, ada pula jalan khusus yang dibangun dan
dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan sendiri. Suatu
ruas jalan khusus apabila digunakan untuk lalu lintas umum, sepanjang tidak
merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus dibangun sesuai dengan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
25
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
persyaratan jalan umum. Jalan khusus dapat digunakan untuk lalu lintas
umum sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus
berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.
Penyelenggara jalan khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada
pemerintah kabupaten atau kota untuk dinyatakan sebagai jalan umum.
Pemerintah kabupaten atau kota dapat mengambil alih suatu ruas jalan khusus
tertentu untuk dijadikan jalan umum dengan pertimbangan:
a. Untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara;
b. Untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan
suatu daerah
c. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2.5.1.5 Kelas Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, kelas jalan
dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan
dibagi berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas serta jalan
yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan.
Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan, kelas jalan
dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan
kecil. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan
masuk, persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median,
serta pagar. Berikut disajikan tabel mengenai pengelompokkan penyediaan
prasarana jalan berdasarkan ketentuannya.
Tabel 2.5.3
Tabel Ketentuan Jalan berdasarkan Klasifikasi Kelas Jalan
No. Klasifikasi
Ketentuan
1.
Jalan
Bebas - Pengendalian jalan masuk secara penuh.
Hambatan
- Tidak ada persimpangan sebidang.
- Paling sedikit mempunyai 2 lajur setiap arah, dan lebar
lajur paling sedikit 3,5 meter.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
26
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
- Dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median jalan.
- Jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas.
- Jumlah lajur paling sedikit adalah 2 buah untuk setiap
arah dengan lebar lajur minimal 3,5 meter.
- Dilengkapi dengan median jalan.
- Jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan
kawasan yang lain.
- Digunakan untuk kendaraan bermotor.
- Digunakan oleh masyarakat umum.
- Dibiayai oleh perusahaan negara.
- Penggunaannya
diatur
oleh
undang-undang
pengangkutan.
3.
Jalan Sedang
- Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi.
- Memiliki lajur minimal 2 buah untuk 2 arah dengan lebar
jalur minimal 7 meter.
4.
Jalan Kecil
- Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat.
- Memiliki jumlah lajur minimal sebanyak dua buah untuk
2 arah dengan lebar jalur minimal 5,5 meter.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 dan Wikipedia
Sementara itu berdasarkan Sunaryo dalam Permudah Akses Bagi
2.
Jalan Raya
Pengguna Jalan, menyatakan bahwa pada sistem penggolongan klas jalan
dengan pembedaan klas fungsinya pada sistem jaringan jalan terpadu, antara
jalan penghubung (rural road) dan jalan pengarah (collector road), sehingga
diperoleh beberapa kelompok klas jalan:
a. Jalan bebas hambatan (jalan tol) diberi kode pengelompokan M (Motor
way).
b. Jalan Penghubung Utama antar centra bisnis (kota) diberi kode
pengelompokan A (arteri primer). Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan
Nasional.
c. Jalan Penghubung Sekunder diberi kode pengelompokan B (arteri sekunder).
Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Propinsi.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
27
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
d. Jalan Penghubung Tersier diberi kode pengelompokan C (arteri tersier).
Umumnya disetara kan dengan Jalan Kabupaten atau Kotamadya.
e. Jalan Penghubung Kuarter diberi kode pengelompokan D (arteri kuarter).
Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Kecamatan atau Desa.
f. Jalan Pengarah biasanya diberlakukan pada daerah perkotaan yang meliputi
sentra industri/pasar atau perumahan dan pada umumnya diberlakukan
dengan pemberian nama jalan.
2.5.1.6 Bagian Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, bagian-bagian
jalan dipisahkan berdasarkan pemanfaatanya menjadi ruang manfaat jalan,
ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.
a. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang telah
ditetapkan. Peruntukkan ruang manfaat jalan adalah pada median jalan,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar bagi
lalu lintas pejalan kaki, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
Setiap
orang
dilarang
memanfaatkan
ruang
manfaat
jalan
jika
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
Tabel 2.5.4
Tabel Ketentuan Ruang Manfaat Jalan Berdasarkan Klasifikasi
No. Ruang
Manfaat Ketentuan
Jalan
1.
Badan Jalan
- Diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan.
- Dilengkapi dengan ruang bebas unutk menunjang
pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta
pengamanan konstruksi jalan.
- Ruang bebas dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
28
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
kedalaman tertentu.
- Lebar ruang bebas harus sesuai dengan lebar badan
jalan, sedangkan tinggi ruang bebas bagi jalan arteri
dan jalan kolektor minimal 5 meter dan kedalaman
ruang bebas bagi jalan arteri serta jalan kolektor
minimal 1,5 meter dari permukaan jalan.
2.
Saluran Tepi Jalan
- Diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air
agar badan jalan bebas dari pengaruh air.
- Ukuran saluran tepi jalan ditetapkan sesuai dengan
lebar permukaan jalan dan keadaan lingkungan.
- Saluran tepi jalan dibangun dengan konstruksi yang
mudah dipelihara secara rutin.
- Saluran tepi jalan dapat diperuntukkan sebagai saluran
lingkungan dalam hal tertentu dan dengan syaratsyarat tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara
jalan.
3.
Ambang Pengaman - Berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan
Jalan
pengaman yang berada di antara tepi badan jalan dan
batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan
bagi pengamanan konstruksi jalan.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
b. Ruang Milik Jalan
Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di
luar ruang manfaat jalan. Sejalur tanah tertentu tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan. Ruang milik
jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan
tinggi tertentu. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Ruang milik jalan memiliki lebar
minimal sebagai berikut:
-
Jalan Bebas Hambatan memiliki lebar ≥ 30 meter
-
Jalan Raya memiliki lebar ≥ 25 meter
-
Jalan Sedang memiliki lebar ≥ 15 meter
-
Jalan Kecil memiliki lebar ≥ 11 meter
Pada ruang milik jalan diberi tanda batas ruang milik jalan yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan. Jika terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
29
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
milik jalan, maka penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk
kepentingan pengguna jalan.
c. Ruang Pengawasan Jalan
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Selain itu, ruang
pengawasan jalan ruang juga dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu. Ruang
pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan
pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. Lebar ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan dengan ukuran minimal sebagai
berikut.
-
Jalan Arteri Primer memiliki lebar 15 meter.
-
Jalan Kolektor Primer memiliki lebar 10 meter.
-
Jalan Lokal Primer memiliki lebar 7 meter.
-
Jalan Lingkungan Primer memiliki lebar 5 meter.
-
Jalan Arteri Sekunder memiliki lebar 15 meter.
-
Jalan Kolektor Sekunder memiliki lebar 5 meter.
-
Jalan Lokal Sekunder memiliki lebar 3 meter.
-
Jalan Lingkungan Sekunder memiliki lebar 2 meter.
-
Jembatan memiliki lebar 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara
jalan yang bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan
larangan terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas
pengemudi dan konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan
tertentu untuk menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan.
2.5.1.6 Pemanfaatan Bagian Jalan
Peman faatan bagian-bagian jalan meliputi bangunan utilitas,
penanaman pohon, dan prasarana moda transportasi lain.
-
Bangunan Utilitas
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
30
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
Pada tempat tertentu di ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan dapat
dimanfaatkan untuk penempatan bangunan utilitas. Bangunan utilitas pada
jaringan jalan di dalam kota dapat ditempatkan di dalam ruang manfaat jalan
dengan ketentuan berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari
tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak menimbulkan hambatan
samping bagi pemakai jalan atau berada di bawah tanah ditempatkan di luar
jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak
mengganggu keamanan konstruksi jalan. Bangunan utilitas pada jaringan
jalan di luar kota, dapat ditempatkan di dalam ruang milik jalan pada sisi
terluar. Penempatan, pembuatan, dan pemasangan bangunan utilitas harus
direncanakan dan dikerjakan sesuai dengan persyaratan teknis jalan yang
ditetapkan.
Dalam hal ruang manfaat jalan dan/atau ruang milik jalan bersilangan,
berpotongan, berhimpit, melintas, atau di bawah bangunan utilitas maka
persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya, ditetapkan bersama oleh
penyelenggara jalan dan pemilik bangunan utilitas yang bersangkutan, dengan
mengutamakan kepentingan umum.
-
Penanaman Pohon
Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang
manfaat jalan dan untuk penanaman pohon di dalam kota dapat dilakukan di
batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah.
-
Prasarana Moda Transportasi Lain
Dalam hal ruang milik jalan digunakan untuk prasarana moda transportasi
lain, maka persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya ditetapkan
bersama oleh penyelenggara jalan dan instansi yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di
bidang
prasarana
moda
transportasi
yang
bersangkutan dengan mengutamakan kepentingan umum.
2.5.1.7 Bagian-bagian jalan
Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan terdiri dari 3
variabel, yaitu:
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
31
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
a. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan), yaitu daerah yang direncanakan
sebagai tempat sirkulasi kendaraan bermotor dan termaksud pemanfaatan
untuk sistem parkir on-street yang terdiri dari badan jalan dan bahu jalan.
b. Rumija (Ruang Milik Jalan), yaitu daerah yang digunakan sebagai
media sirkulasi, parkir on-street, media untuk drainase, dan kegiatan
pejalan kaki (pedestrian), batasannya sampai dengan pagar rumah kirikanan jalan.
c. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan), yaitu daerah yang termaksud
jangkauan pandangan pengguna jalan sehingga dengan adanya Ruwasja
pengguna jalan tidak mengalami gangguan pandangan. Ruwasja diukur
mulai dari tembok rumah sebelah kiri jalan dengan tembok rumah sebelah
kanan jalan. Ruwasja untuk mempermudah pelebaran jalan.
Gambar 2.5.1 Penampang Geometrik Jalan
Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan raya antara ujung luar lajur lalu lintas
dan ujung dalam pinggiran pembatas jalan, atau kelandaian. Jalan raya yang
terpisah juga mungkin memiliki bahu lajur dalam dan median. Bahu
menyediakan tempat untuk kendaraan parkir ketika keadaan darurat atau
alasan lainnya. Jika rancangan mengabaikan bahu jalan atau jika daerah yang
sempit, kapasitas jalan akan menurun dan kemungkinan kecelakaan akan
meningkat. Lebar bahu jalan minimum 1.50-2.00 meter, untuk jalan perkotaan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
32
FT_UB
II-
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
biasanya diambil 2.50 meterdan untuk keperluan parkir 3.00 meter yang
biasanya berupa bahu jalan diperkeras dan dilapis.
Median Jalan
Pemisahan antara arus lalu lintas yang berlawanan dengan arah
median terbukti lebih efektif mengurangi jumlah kecelakaan. Median dengan
berbagai bentuk merupakan persyaratan yang mutlak untuk jalan bebas
hambatan. Pada persimpangan atau jalan kota yang penting, mdian jalan juga
sangat diperlukan. Untuk ruas luar kota pada sistem antar kota dalam daerah
datar atau perbukitan, leb