FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

  

PEMANFAATAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS)

OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG

KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR

  

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH :

ROSA HERDIKASARI

  

08C10104156

PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2013

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMANFAATAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS)

OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG

KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

  

OLEH:

ROSA HERDIKASARI

NIM: 08C10104156

  

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar

  

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pertumbuhan dan perkembangan balita di usia 5 tahun sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup dan masa depannya. Oleh karena itu diperlukan pemenuhan gizi dan kesehatannya. Anak usia ini sangat bersemangat belajar hal-hal yang baru, mereka juga mudah sekali untuk mengingat sesuatu. Maka dari itu dibutuhkan asupan nutrisi yang menunjang. Jika asupan gizinya kurang maka akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya seperti anemia, kwashiorkor, infeksi. Maka dari itu upaya untuk memberikan hasil yang optimal untuk pertumbuhan serta perkembangan balita, diperlukan dukungan dari orang- orang disekitarnya terutama keluarga. Target MDGs tahun 2015 Indonesia berupaya keras menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi setinggi-tingginya 15% tahun 2015 (Pelita, 2010).

  Di Indonesia alat yang digunakan untuk memantau tumbuh kembang balita adalah Kartu Menuju Sehat (KMS). Melalui KMS dilakukan pemantauan pertumbuhan balita dengan cara menuliskan umur dan berat badan balita berupa titik-titik yang mengikuti garis kurva pertumbuhan. Garis kurva pertumbuhan pada KMS mempunyai fungsi sebagai monitoring pertumbuhan dan perkembangan balita yang harus dicapai oleh grafik berat badan sesuai standar kelompok balita sehat. Salah satu faktor penyebab pertumbuhan dan perkembangan balita adalah status gizi balita. Dengan pemberian asupan gizi seperti makanan, vitamin, buah-buahan, sayuran, dll secara teratur dalam proses pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain. Petumbuhan dan perkembangan balita juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal pada masa pertumbuhan dan perkembangan balita untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang balita (Rahayu, 2007).

  KMS merupakan alat bantu ibu atau orang tua dan petugas kesehatan yang harus dimiliki oleh setiap balita dan selalu dibawa pada kegiatan Posyandu dalam pemantauan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita dengan membaca garis pertumbuhan berat badan balita dari bulan ke bulan berikutnya.

  Pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan biaya untuk percetakkan dan promosi KMS, namun hasil yang didapat masih belum optimal, terbukti dari masih banyaknya kasus balita Bawah Garis Merah (BGM) dan gizi buruk diberbagai wilayah Indonesia, selain itu selama ini KMS belum dimanfaatkan secara optimal sebagai alat penyuluhan gizi bagi ibu dan anak balita (Rahayu, 2007).

  Masalah kesehatan dan pertumbuhan anak merupakan masalah penting terutama di daerah pedesaan karena masih belum berkembangnya taraf kehidupan ekonomi, sosial budaya, tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan termasuk keadaan pangan dan gizi masyarakat serta perilaku yang masih kurang. Status gizi kurang dan buruk pada anak-anak akan menyebabkan angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita, pertumbuhan berat badan terlambat, gangguan mental dan kecerdasan serta timbulnya penyakit tertentu. Melalui Posyandu masyarakat dapat memperoleh pelayanan bagi bayi dan anak balita meliputi penimbangan, penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan, penyuluhan dan imunisasi yang semua hasil pelayanan tersebut dicatat di Kartu Menuju Sehat (KMS) sehingga ibu dapat selalu memonitor pertumbuhan dan kesehatan anaknya. Dengan pengetahuan yang dimiliki ibu akan mendapatkan informasi tentang tumbuh kembang anak serta dapat mengambil tindakan apabila di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) diketahui bahwa berat badan menurun atau garis berat badan berada di garis kuning atau merah (Sundari, 2009).

  Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin antara lain dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan kartu ini setiap ada penyimpangan tumbuh kembang anak dapat diketahui sedini mungkin. Pemanfaatan KMS sebagai alat untuk memantau kesehatan dan gizi balita akan diperoleh manfaat yang besar apabila dilakukan pada semua balita yang ada pada suatu daerah, namun untuk dapat melaksanakan hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan KMS balita itu sendiri (Soetjiningsih, 2003).

  Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 Persentase kepemilikan KMS anak balita di Indonesia adalah 30,5% yang dapat menunjukkan, 24,1% disimpan di tempat lain, 26,9% yang KMSnya sudah hilang dan yang tidak pernah memiliki KMS yaitu sebayak 18,5% (Riskesdas, 2010).

  Di Provinsi Aceh jumlah ibu yang memiliki KMS dan dapat menunjukkan sebanyak 24,1%, yang memiliki KMS namun disimpan ditempat lain 28,9%, yang memiliki KMS namun sudah hilang 21,7%, sedangkan yang tidak pernah memiliki sama sekali sebanyak 25,8%. Frekuensi penimbangan dalam 6 bulan terakhir dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-3 kali, dan 4-6 kali. Secara umum sebesar 17,0% balita di Provinsi Aceh tidak pernah di timbang dan yang rutin menimbang balitanya 47,3%. (Riskesdas, 2010).

  Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya bulan Januari- November tahun 2012, jumlah balita yang memiliki KMS pada umur 2-5 tahun yaitu sebanyak 5893 balita yang terdiri dari 2961 laki-laki dan 2932 perempuan (Dinkes Nagan Raya, 2012). Jumlah balita di Desa Keude Linteng yang memiliki KMS balita adalah sebanyak 41 orang yaitu 22 laki-laki dan 19 yang berjenis kelamin perempuan (Laporan Puskesmas Uteun Pulo, 2012).

  Berdasarkan pengamatan awal dan hasil wawancara dengan bidan desa Keude Linteung, masih banyak ibu-ibu di desa Keude Linteung yang belum memanfaatkan KMS balita baik dalam pemantauan pertumbuhan maupun kesehatan balita. Dari 41 balita yang memiliki KMS, hanya 10 ibu balita yang memanfaatkan KMS (24,4%).Umumnya ibu-ibu di desa tersebut hanya membawa KMS setiap bulan ke posyandu untuk dicatat hasilnya saja oleh petugas kesehatan dan kemudian di simpan dan tidak dimanfaatkan hasil yang tercatat di KMS tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita tentang manfaat dan pentingnya KMS balita serta kurangnya partisipasi suami ataupun kurangnya dukungan keluarga dalam memanfaatkan atau menanyakan dan melihat hasil pertimbangan balita melalui KMS. Dari data tersebut menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan KMS oleh ibu balita di desa Keudelinteung.

1.2.Rumusan Masalah

  Menunjukkan bahwa masih rendahnya pemanfaatan KMS oleh ibu balita di desa Keudelinteung. Dari 41 ibu balita yang memiliki KMS yaitusebayak 31 ibu balita (75,6%) yang tidak memanfaatkan KMS, Maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalahbagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

1.3.Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum

  Mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

  1.3.2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude LinteungKecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  3. Untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  4. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

1.4.Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat Teoritis

  1.4.1.1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bacaan bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang berminat melanjutkan objek penelitian ini.

  1.4.1.2 Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat terutama yang terkait dengan pemanfaatan KMS.

  1.4.2 Manfaat Praktis

  Bagi masyarakat Desa Keude Linteung sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) terutama bagi kalangan ibu- ibu yang mempunyai anak balita serta meningkatkan kesadaran dalam mengetahui dan mengaplikasikan pesan yang terkandung dalam KMS yang berhubungan dengan status gizi balita.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kartu Menuju Sehat (KMS)

  Kartu Menuju Sehat untuk balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan dan kesehatan anak balita. Oleh karena itu KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya (www.slideshare.net, 2012).

  Menurut Permenkes (2010), Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.Dengan KMS gangguan pertumbuhan dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Permenkes, 2010).

  KMS adalah kartu yang memantau pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga bisa di artikan sebagai “Raport” kesehatan gizi (www.slideshare.net, 2012).

2.2. Manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita:

  1. Pertumbuhan mudah diamati

  2. Dapat menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap pertumbuhan anak

  3. Meningkatkan lingkungan yang layak untuk pertumbuhan anak

  4. Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak, misalnya infeksi, musim, ibu meninggal dan lain-lain

  5. Menemukan seawal mungkin gejala-gejala gangguan pertumbuhan anak

  6. Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai gizi; makanan bayi dan anak, tumbuh kembang anak, kesehatan anak, dan pencegahan difisiensi vitamin A, dehidrasi, diare, sanitasi pesonal dan lingkungan dan lain-lain (Suryana, 1996).

  Menurut Depkes (2000) dalam Referensi kesehatan (2008) manfaat KMS adalah sebagai berikut :

  1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping Air susuibu ASI.

  2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

  3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

  Manfaat / fungsi KMS (Kartu Menuju Sehat) Menurut Nursalam (2005)yaitu sebagai berikut:

  1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi: pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vit A, ASI eksklusif, dan makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI)

  2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita

  3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita

  4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang

2.2.1. Pemantauan Pertumbuhan Anak

  Program gizi, khususnya UPGK (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga) telah meluas keberbagai pendesaan di Indonesia, dalam program ini telah dikembangkan program penimbangan berat badan anak blita. Dan penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi melalui petumbuhan atas dasar kenaikan berat badan.

  KMS adalah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu. Dengan membaca garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS, maka seorang ibu dapat menilai dan berbuat sesuatu untuk berusaha memperbaiki dan meningkatakan perkembangan kesehatan anaknya.

  Dalam program gizi terdapat slogan yaitu “ anak sehat bertambah umur bertambah berat” ibu-ibu diharapkan selalu memantau pertumbuhan anaknya oleh karena itu, semua yang berhubungan dengan kesehatan anak dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun perlu dicatat dalam KMS. Selain itu KMS berisi pesan-pesan penyuluhan tentang penganggulangan diare, makanan anak, pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi. Semua ibu perlu memiliki KMS anaknya dan selalu membawa KMS tersebut dalam kegiatan gizi di posyandu (Suryanah, 1996).

2.2.2. Pemberian Vitamin A

  Peningkatan gizi balita bertujuan untuk mengurangi malnutrisi dan difisiensi vitamin A. Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau minyak yang mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh manusia, karena vitamin A merupakan komponen dari retina (selaput jala) maka fungsinya adalah untuk penglihatan, pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi sel (proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional), kekebalan. Sumber vitamin A dapat berasal dari bahan pangan hewani seperti hati, kuning telur, susu dan mentega. Karoten dapat ditemui pada bahan pangan nabati seperti sayuran berwarna hijau, buah berwarna kuning, misalnya pepaya, tomat, labu, ubi jalar kuning, nanas, dan mangga (Endang, 2007) Kebutuhan vitamin A anak balita adalah 500 – 600 µg RE/ hari.

  Sumber makanan : hati, minyak ikan, susu, produk lemak susu, ikan air tawar, kuning telur, mentega, sayur dan buah berwarna hijau, kuning dan merah(Arwin,2007). Vitamin A memegang peranan penting untuk pemeliharaan sel kornea dan epitel dari penglihatan, metabolisme umum dan proses reproduksi, membantu melindungi tubuh terhadap kanker.Untuk kesehatan jaringan tubuh, vitamin A mempercepat proses penyembuhan luka. Dalam kegiatan pertumbuhan struktur kulit, rambut dan gigi. Beberapa penyakit kulit seperti jerawat dan psoriasis adalah sebagai akibat kekurangan vitamin A.

  Penyakit akibat kekurangan Vitamin A yaitu sebagai berikut:

  1. Hemeralopia yang timbul karena menurunnya kemampuan sel basilus pada waktu senja

  2. Bintik bitot (kerusakan pada retina)

  3. Seroftalmia (kornea mata mengering karena terganggunya kelenjar air mata)

  4. Keratomalasi (kornea mata rusak sama sekali karena berkurangnya produksi minyak meibom)

  5. Frinoderma (kulit kaki dan tangan bersisik karena pembentukan epitel kulit terganggu)

  6. Pendarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru karena rusaknya epitel organ

  7. Proses pertumbuhan terhenti

2.2.3. Imunisasi

  Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Imunisasi juga merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mecegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian (Properawati, 2010).

  Jenis vaksin lima imunisasi lengkap menurut Alimul (2009) dalam Maulana (2012) adalah sebagai berikut:

  a. BCG

  Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan.

  b. Hepatitis B

  Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah Hepatitis B Surface Antigen (HbsAg) dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.

  c. Polio

  Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

  Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui oral.

  d. DPT

  Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.

e. Campak

  Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.

  Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. (Alimul, 2009).

  Jadwal pemberiaan Imunisasi menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011 adalah:

  Umur Pemberian Vaksin Jenis Vaksin Bulan Tahun Lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 18 24

  3

  5 Hepatisi B 1 2

  3 Polio

  1

  2

  3

  4

  5 BCG

  1 DTP

  1

  2

  3

  4

  5 Rota Virus

  1

  2

  3 Campak

  1 MMR

  1 Sumber : IDAI, 2011 Berdasarkan tabel di atas jadwal pemeberian imunisasi vaksin Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, vaksin polio diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio- 1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, BSG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal

  (diagnostik TB), DTP diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali.

  Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32 minggu (interval minimal 4 minggu). Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun.

2.2.4. Pemberian Asi Eklusif dan Makanan Pendamping ASI

  ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam- garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna bagi makanan bayi. ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Secara alamiah, ia mampu menghasilkan ASI. Dengan demikian, ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ibu mengalami kehamilan. Semasa kehamilan, payudara ibu mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut (Khamzah, 2012).

  ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Asi mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Di antaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare) (Prasetyono,2012).

  Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat (Windayanti, 2010).

  Manfaat ASI Bagi Bayi adalah: (a). Asi mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi, karenanya Asi mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan nutrisi. (b). Meningkatkan daya tahan tubuh (c). Antibodi yang ada didalam kolostrum juga melindungi bayi baru lahir dari alergi, asma, diare dan lain-lain. (d). Meningkatkan jalinan kasih sayang (e). Meningkatkan kecerdasan (f). Merupakan sumber zat gizi yang ideal, berkomposisi seimbang dan secara alami disesuaikan dengan pertumbuhan masa pertumbuhan bayi. (g). Asi mudah diserap dan mencegah karies karena mengandung mineral selenium.

  Manfaat ASI untuk Ibu adalah: (a). Menyusui menolong rahim menyerut lebih cepat dan mencapai ukuran normalnya dalam waktu singkat. Menyusui mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan dan karena itu mencegah anemia. (b). Menyusui mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur. (c).

  Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama kehamilan karenanya menurunkan resiko obesitas. (d). Menjarangkan kehamilan (e). Meningkatkan kasih sayang ibu dan anak (f). Ibu menjadi perempuan yang lengkap karena dapat menyusui (g). Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi bayi (Windayanti, 2010).

  Menurut Prasetyono (2012), ada beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan oleh ibu dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi adalah sebagai berikut:

  1. Makanan apapun yang diberikan kepada bayi mesti memenuhi standar kecukupan zat gizi

  2. Jumlah (porsi) makanan yang diberikan kepada bayi jangan terlalu besar, karena kapasitas perutnya masih kecil

  3. Ibu memberikan makanan tambahan setelah bayi menyusu

  4. Pada awalnya makanan yang diberikan kepada bayi harus dihaluskan terlebih dahulu.

  5. Selama masa penyapihan, bayi sering kali menderita berbagai penyakit, seperti batuk, campak, dan diare. Apabila makanannya mencukupi kebutuhan tubuhnya, gejala penyakit yang muncul tidak sehebat bayi yang kekurangan gizi.

  Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, yakni memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi, mempunyai nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, dapat diterima dengan baik oleh bayi, harganya relatif murah, serta diproduksi dari bahan-bahan yang mudah ditemui di berbagai tempat. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi minimal mengandung 360 kkal per 100 gram bahan. Kecukupan energi bayi berusia 6-12 bulan sekitar 870 kkal dan kecukupan protein per hari kira-kira 20 gram. Sebaiknya, makanan tambahan bagi bayi bersifat padat gizi, serta cukup mengandung serat dan bahan lain yang mudah dicerna (Prasetyono 2012).

2.3. Faktor Internal

  Perilaku yang dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subjek tersebut. Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat yang dikemukan oleh Sarwono (1993) bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya.

2.3.1. Pengetahuan

  Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan . Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. pengetahuan juga bisa diartikan sebagai suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya, dari pengalaman perasaan, akal pikiran dan instituisinya setelah orang melalukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

  Menurut Syarif (1994) dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah kesan dari pikiran manusia sebagai hasil panca indra. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

  a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  b. Memahami (Comprehencion) Kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpetasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan menangkap makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditunjukkan dalam bentuk kemampuan menguraikan ini pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap materi atau substansi yang dipelajari. c. Aplikasi (Application) Kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata. Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan dan mendemonstrasikan.

  d. Analisis (Analysis) Kemampuan menggabungkan komponen-komponen yang terpisah-pisah sehingga membentuk suatu keseluruhan, misalnya menggabungkan, menyusun kembali dan mendiskusikannya.

  e. Evaluasi (Evaluasion) Kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan misalnya mendukung, menentang dan merumuskan.

  Menurut Gmikro (2006), pengetahuan merupakan sangat penting terbentuknya tindakan seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin baik seseorang dalam melakukan suatu tindakan termasuk dalam hal pemanfaatan KMS sebagai sarana pemantauan pertumbuhan dan gizi balita.

  Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

  Ibu yang berpengetahuan tinggi dapat melihat pertumbuhan bayinya berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan anak dalam KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dalam melakukan konseling atau dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukakan setelah mencatat hasil penimbangan anak pada KMS- Balita (Gmikro, 2006).

  Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan Kartu Menuju Sehat maka akan mempengaruhi tumbuh kembang anak terutama tentang masalah gizi anak. semakin tingggi masalah pengetahuan gizi seseorang makan semakin diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikosumsi. Orang yang tidak cukup pengetahuan tentang gizi akan memilih makanan yang paling menarik perhatiannya baik dari segi warna dan rasa serta tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan itu.

  Pengetahuan orangtua khususnya ibu tentang pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara memakai dan memaknai KMS yang baik, bagaimana anak tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik berdasarkan tahap perkembangan dan bagaimana cara menjaga kesehatannya (Soetjiningsih, 2005).

2.3.2. Sikap

  Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat , tetapi hanya dapat ditapsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukakan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimmulus sosial (Sumantri, 2012).

  Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan juga merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan’pre-disposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Sumantri, 2012)

  Dalam bagian lain Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu: a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

  b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

  c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

  1. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  2. Merespons ( Responing) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

  3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anak ke posyandu adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhaap gizi anak.

  4. Bertanggung Jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tiak langsung, secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap objek.

  Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku manusia, Lowren Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan ada dua faktor yang ada dalam diri seseorang (faktor internal) yaitu faktor perilaku dan faktor yang ada diluar diri seseorang (faktor eksternal) seperti faktor lingkungan , manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya.

2.4.Faktor Eksternal

  Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang berhubungan dengan pemanfaatan KMS adalah faktor yang berasal dari luar diri ibu seperti faktor lingkungan, manusia, sosial, ekonomi ,kebudayaan dan lain sebagainya. Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:

2.4.1. Peranan Petugas Kesehatan

  Peranan petugas kesehatan adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Petugas kesehatan sendiri berkedudukan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Kedudukan petugas kesehatan dalam sistem ini sebagai anggota tim kesehatan yang memiliki wewenang. Oleh karena mempunyai wewenang maka mempunyai pula kewajiban dan tanggung jawab (Depkes, 2002).

  Peran petugas kesehatan terdiri dari beberapa peran utama sebagai berikut: sebagai pelaksanan pelayanan kesehatan; perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan, dari bersifat sederhana sampai yang paling komplek kepada individu, keluarga dan masyarakat; sebagai pengelola pelayanan institusi pendidikan ; sebagai penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan, khususnya yang terikat dengan upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan secara terus menerus (Depkes, 2002).

  Peranan petugas kesehatan harus mampu memberikan motivasi dan pelayanan yang baik yaitu pemeriksaan rutin dan perawatan anak sendiri melalui anjuran dan penjelasan saat berkunjung selama pemeriksaan anak. Memeriksakan anak kepada petugas kesehatan sedini mungkin akan mempuyai manfaat yang sangat besar, misalnya ibu mungkin sudah lama tidak memeriksakan kesehatan anaknya sehingga tidak mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi kesehatan anak. selain itu pasti. hal ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, pemeriksaan dan perawatan anak dengan memanfaatkan KMS balita.

  Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanankesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsulvitamin A.

  Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harusmemberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya.Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakatdalam kegiatan pemantauan pertumbuhan.KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orangtua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi danpemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASIeksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunyaanak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya (Permenkes, 2010).

2.4.2. Dukungan keluarga

  Faktor dukungan keluarga juga mempengaruhi perilaku ibu. Interaksi sosial yang dilalaikan secara terbatas pada suatu kelompok referensi saja tanpa mengenal kelompok atau individu di luar kelompok, akan menyebabkan persepsi yang tidak benar dan untuk berpatisipasi aktif atau melibat diri dalam sesuatu kegiatan melihat dari segi pengaruh lingkungan. Hambatan penting alam penyerapan perilaku kesehatan dapat berasal dari orang tua, suami atau orang lain yang berada dikelompoknnya. Faktor dukungan keluarga merupakan salah satu faktor dari luar individu yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. sumber penguat, tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program (Depkes, 1999).

  Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkanagar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang.Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik)atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakanperbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawaanak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telahmendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkankapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Permenkes, 2010).

  2.5.Kerangka Teoritis Lawren Green (2007)

  a. Faktor internal

  • Pengetahuan
  • Sikap
  • Tindakan
  • Pendidikan

  Pemanfaatan

  b. Faktor Eksternal

  • Peran petugas kesehatan KMS Balita

  Depkes (2002)

  • Peran petugas kesehatan
  • Dukungan Suami/keluarga

  2.6. Kerangka Konsep Penelitian

  2.6. Kerangka Konsep Penelitian

  Berdasarkan teori Lawren Green dalam Notoatmodjo (2007) dan dalam Depkes (2002), perilaku seorang ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal seperti pengetahuan, sikap, pendididkan dan faktor eksternal seperti peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga maka yang menjadi kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

  Variabel Independen Variabel Dependen

  Pengetahuan ibu Sikap ibu

  Pemanfaatan KMS Balita

  Peran Petugas Kesehatan Dukungan Keluarga

  Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.7. Hipotesis Penelitian

  1. Ha: Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  2. Ha: Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  3. Ha: Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  4. Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada obyek penelitian diobservasi dan diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari keduanya.

  3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 25 Juli – 01 Agustus tahun 2013, dengan alasan bahwa di tempat penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita, dan juga masih banyak ibu yang belum memanfaatkan KMS balita.

  3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita yang berada di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, dan yang memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) yaitu sebanyak 41 orang.

3.3.2. Sampel

  Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total dari populasi yaitu semua ibu-ibu yang memiliki KMS balita yang berada di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

3.4. Metode Pengumpulan Data

  3.4.1. Data Primer

  Data yang dikumpulkan bersumber langsung dari responden. Untuk memperoleh data primer dari responden peneliti mengunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan KMS oleh ibu balita dan pemanfaatan KMS di desa Keude Linteung.

  3.4.2. Data Sekunder

  Data yang diperoleh dari Puskesmas Keude Linteung, Dinkes Nagan Raya serta studi kepustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian serta literatur penelitian lainnya.

3.5. Devinisi Operasional Variabel No Variabel Keterangan Variabel Dependen

  1 Pemanfaatan Devinisi Pemantauan setiap bulan perkembangan KMS balita balita melalui KMS (membandingkan hasil KMS bulan lalu dengan sekarang, melihat kelengkapan imunisasi, pemberian vit A).

  Wawancara Cara ukur Kuesioner Alat ukur

  1. Dimanfaatkan Hasil ukur

  2. Tidak dimanfaatkan Ordinal

  Skala ukur

  Variabel Independen

  2 Pengetahuan ibu Devinisi Pemahaman responden terhadap pemanfaatan KMS sebagai pemantauan anak balita. Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur

  1. Baik

  2. Kurang Skala ukur Ordinal

  3 Sikap ibu Devinisi Reaksi atau respon positif dan negatif terhadap pemanfaatan KMS balita.

  Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur

  1. Positif

  2. Negatif Skala ukur Ordinal

  4 Peran petugas Devinisi Persepsi responden terhadap petugas kesehatan kesehatan dalam memberikan informasi terhadap pemanfaatan KMS balita. Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur

  1. Berperan

  2. Kurang berperan Skala ukur Ordinal

  5 Dukungan Devinisi Dorongan dan motivasi suami atau Keluarga keluarga responden lainnya yang berhubungan dengan pemanfaatan KMS balita. Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur

  1. Mendukung Skala ukur

  2. Tidak mendukung

  3.6. Aspek Pengukuran Variabel

  3.6.4. Peranan petugas kesehatan

  Data univariat adalah analisis untuk melihat karakteristik responden dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pada analisa univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

  3.7. Tehnik Analisa Data

  2. Tidak mendukung: < 5

  1. Mendukung ≥5

  3.6.5. Dukungan Keluarga

  2. Kurang berperan < 18

  1. Berperan ≥18

  2. Positif < 18

  3.6.1. Pemanfaatan KMS balita

  1. Negatif ≥18

  3.6.3. Sikap ibu

  2. Tidak baik < 17

  1. Baik ≥ 17

  3.6.2. Pengetahuan ibu

  2. Tidak dimanfaatan < 11

  1. Dimanfaatkan ≥ 11

3.7.1. Analisa Univariat

3.7.2. Analisa Bivariat

  .Data bivariat yaitu melakukan analisis hasil dari variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis yang di gunakan adalah tabulasi silang dengan menggunakan uji statistik Chi-Squer dengan rumus sebagai berikut :

  ) (

2 X =

  ∑

  Keterangan:

2 X = Nilai Chi-squer

  O = Frekuensi observasi E = Frekuensi nilai harapan