ANALISIS GENDER DALAM NOVEL SANG MAHARANI KARYA AGNES JESSICA DAN RELEVANSI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (PERSPEKTIF FEMINISME) Nonik Islamiya

  

ANALISIS GENDER DALAM NOVEL SANG MAHARANI KARYA AGNES

JESSICA DAN RELEVANSI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(PERSPEKTIF FEMINISME)

Nonik Islamiya

  

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam

Majapahit

Email : noniksmairo@gmail.com

  

Abstract

  This Research Type is descriptive research qualitative with the feminism approach. Data source in this research is novel of is The Empress of masterpiece of Agnes Jessica. Data in this research in the form of text which is the inclusive of form of ketidakadilan gender and woman role in novel of is The Empress of masterpiece of Agnes Jessica. Technique of data collecting in this research use the technique read, note, and book. Validasi Data in this research use the source triangulation and triangulat the theory. Analyse the data in this research use the filling analysis, that is collect the data, reduce the data, displayed by a data, and data verification.Result of this research indicate that: ( 1) form of ketidakadilan gender in novel ofis The Empress of masterpiece of Agnes Jessica is as a whole found by as much 34 data, covering marginalisasi 4 data, subordinasi 7 data, stereotipe 8 data, hardness 12 data, and work load 3 data. ( 2) woman role drawn in novel of is The Empress of masterpiece of Agnes Jessica is as a whole found by as much 4 data. ( 3) relevansi of art study inSMA, this research is related to by a art study SMA in Indonesian subject with the structure items, method, and fill the text of fiction story in novel. Fill the novel of is The Empress of masterpiece of Agnes Jessica direlevansikan in art study inSMA of at items of element of ekstrinsik novel related to by a values which implied in the novel and also feminism study covering gender in SMA.

  Keyword :Form The Ketidakadilan Gender, Woman Role in Society, Relevansi of Art Study in SMA, Feminism.

  1.

  kesastraan disebut juga fiksi, teks naratif

   PENDAHULUAN

  Sastra merupakan salah satu media atau wacana naratif. Sebagai sebuah karya representasi budaya dan sosial yang imajinatif, fiksi menawarkan berbagai menggambarkan hubungan gender. Teks permasalahan manusia dan kemanusiaan, sastra menjadi salah satu media untuk hidup dan kehidupan. Salah satu bentuk menyuarakan keinginan, kebutuhan, dan hak karya sastra adalah novel. sebagai perempuan. Wellek dan Warren

  Novel sebagai karya fiksi menawarkan (2016:3), menyatakan bahwa sastra adalah sebagai dunia yang berisikan kehidupan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. yang diidealkan, dunia imajinatif yang

  Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai dibangun melalui berbagai unsur intrinsik salah satu genre sastra disamping genre- yang meliputi tema, plot atau alur, genre yang lain. Prosa dalam dunia penokohan dan perwatakan, setting atau latar, sudut pandang. Unsur kedua yang membangun novel adalah unsur ekstrinsik yang meliputi latar belakang pengarang novel. Persoalan yang dibicarakan pada novel adalah permasalahan tentang manusia dan kemanusiaan.

  Novel Sang Maharani merupakan salah satu cerita karangan Agnes Jessica yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Umum pada bulan September 2017. Agnes Jessica sudah melahirkan 47 novel, 70 skenario FTV yang sudah ditayangkan di berbagai stasiun televisi swasta, 3 buku rohani, menyanyikan 1 album rohani, dan menerjemahkan Alkitab New Living

  Translation ke bahasa Indonesia. Cita-cita

  luhur Agnes terkandung dalam setiap tulisannya yang bertujuan untuk menolong para pembaca mengatasi setiap masalah dalam kehidupan mereka. “Lewat membaca kita dapat menyelami perasaan tokoh- tokohnya yang menjiwai makna kehidupan, yakni mengasihi sesama dan berkorban untuk apa yang kita cintai dan yakini”.

  Persoalan ketidakadilan sosial umumnya menimpa kaum perempuan. Perempuan dianggap pelaksana semua perintah dari laki-laki, dan hanya bisa menyetujui segala keputusan yang diambil oleh laki-laki yang hanya mengembangkan perannya sebagai istri dan ibu. Ketidakadilan sosial sepanjang sejarah kemanusiaan, selalu menjadi tema menarik dan tetap akan menjadi tema penting dalam setiap pemikiran dan konsepsi tentang kemasyarakatan di masa mendatang. Berdasarkan uraian tersebut muncul gerakan feminisme.

  Feminisme memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak dimiliki perempuan pada umumnya, yaitu persamaan derajat mereka dengan laki-laki dan otonomi untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya. Rokhmansyah (2016:37), menyatakan bahwa feminisme (tokohnya disebut feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Dalam ilmu sastra, feminisme ini berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada perempuan. Sebuah kritik sastra feminis membantu membangun studi gender yang direpresentasikan dalam karya sastra. Suharto (2016:5), menyatakan bahwa kritik sastra feminis adalah alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat membaca sebagai perempuan, mengarang sebagai perempuan, dan menafsirkan karya sastra sebagai perempuan. Dengan demikian, feminisme lebih menekankan pada partisipasi perempuan yang mempersoalkan tentang ketidakadilan gender yang selama ini dinilai tidak adil.

  Konsep Gender menurut Fakih (2013:9), merupakan sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksi secara sosial atau kultural. Perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan gender, terutama pada kaum perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur, baik kaum laki-laki maupun perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni: Marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui perabelan negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang dan lebih banyak, serta sosialisasi ideologi nilai peran gender. Kesadaran akan adanya ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Kesadaran itu harus diwujudkan dalam tindakan yang dilakukan oleh kaum perempuan untuk mengubah keadaan.

  Peneliti memilih novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica, yang memapaparkan tokoh perempuan yakni Maharani yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan oleh ibu tiri yang menyerahkan ia ke pemerintah Jepang untuk dijadikan jugun

  ianfu. Hiarga dirinya terampas, tubuhnya

  bukan lagi miliknya, malam demi malam bagai mimpi mengerikan yang harus ia lalui. Hatinya mati bagai hewan yang diperlakukan semena-mena oleh laki-laki. Oleh karena itu, lewat novel ini peneliti meneliti bentuk ketidakadilan gender dan relevansi pembelajaran sastra di SMA, untuk dijadikan pembelajaran bagi siswa SMA, khususnya kaum perempuan. Perempuan dilahirkan tidak untuk ditindas oleh kaum laki-laki. Perempuan juga mempunyai harga diri. Perempuan seharusnya diperlakukan sebagai manusia yang utuh dengan kasih sayang. Kesetaraan gender seringkali digambarkan dengan adanya persoalan yang muncul pada jalannya cerita dalam hubungan antara tokoh laki-laki dan perempuan. Hal ini bisa dianalisis dengan ketidakadilan gender yang diterima oleh tokoh perempuan, dan dikaji dengan perspektif feminisme.

  Peneliti tertarik menganalisis feminisme pada novel Sang Maharani, karena pertama, dalam novel Sang

  Maharani karya Agnes Jessica merupakan

  novel berperspektif feminisme. Novel ini menampilkan kisah di masa pemerintahan Belanda yang hidup dengan ketertindasan. Kehidupan tokoh perempuan yang harus beradu nasib dengan bentuk ketidakadilan yang ia jalani, sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut. Pengarang novel menuangkan imajinasi dalam bentuk cerita pada masa pemerintahan Belanda, sehingga peran gendernya sangat dimunculkan. Pada masa itu, perempuan sangat tertindas oleh kaum laki-laki dan tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Kedua, peneliti menganalisis dengan teori feminisme liberal, karena teori ini sesuai dengan pendekatan yang digunakan peneliti untuk menganalisis gender. Ketiga, peneliti merelevansikan ketidakadilan gender dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica ke dalam pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas. Relevansi pembelajaran menghubungkan antara karya sastra, khusunya novel dengan pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas. Pembelajaran sastra diharapkan membantu peserta didik untuk mengenal dan memahami karya sastra. Relevansi pembelajaran sastra, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan lingkup materi yang saling berhubungan dan saling mendukung pengembangan kompetensi ketrampilan berbahasa dan bersastra (mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis).

  Penelitian feminisme dengan novel

  Sang Maharani pernah dilakukan oleh

  Benedikta Haryanti (2013) di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Sastra dengan judul

  “Prasangka Gender dan Emansipasi Perempuan dalam Novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica”. Perbedaan penelitian

  dari Benedikta Haryanti dengan yang akan dikaji peneliti yaitu, Benedikta Haryanti dalam skripsinya merumuskan tokoh dan penokohan dalam novel yang dijabarkan dengan tokoh profemis dan tokoh kontrafeminis. Benedikta Haryanti juga merumuskan prasangkan gender dengan berbagai bentuk, yaitu: Perempuan memiliki sifat tidak mudah marah dan bersifat marah, harga perempuan hanya terletak pada kecantikannya, perempuan tidak pantas bersekolah tinggi-tinggi, perempuan selalu dianggap satu tingkat lebih rendah dari laki- laki, dan stereotipe ibu tiri yang jahat dikukuhkan oleh tokoh Sari. Kemudian Benedikta Haryanti juga merumuskan emansipasi perempuan dengan berbagai bentuk, yaitu: perempuan berani bangkit dari keterpurukan, perempuan terjun di bidang politik, dan pemaknaan ulang terhadap virginitas. Hal ini, gender dari kajian Benedikta Haryanti berbeda dengan yang akan dikaji peneliti, peneliti mengkaji gender dengan berbagai bentuk, yaitu: marginalisasi perempuan, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan beban kerja. Kemudian peneliti merelevansikan hasil penelitian dalam pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas. Persamaan penelitian yang dilakukan Benedikta Haryanti dengan yang akan dikaji peneliti yaitu keduanya menggunakan teori yang sama, yaitu feminisme dan menggunakan objek yang sama, yaitu novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica.

  Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuniarti Tripungkasingtyas, Fakultas Bahasa dan Seni dari Universitas Negeri Yogyakartas (2013) dengan judul

  Munif. Retno Triastuti menggambarkan eksistensi perempuan, pokok-pokok pikiran feminisme, dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Maruti Jerit Hati

  b. Pemilihan judul penelitian yang akan diteliti.

  a. Memilih subjek yang akan dijadikan penelitian.

  1. Tahap persiapan

  Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut, (Sugiyono , 2015 : 285).

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bersifat deskriptif karena peneliti mendeskripsikan hasil analisisnya dan membuat kesimpulan dari penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2015:9), penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi atau gabungan analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Pendekatan penelitian menggunakan feminisme untuk menguraikan struktur yang membangun novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica dan bentuk ketidakadilan gender.

  2. METODE PENELITIAN

  Sedangkan peneliti menggambarkan bentuk ketidakadilan gender dengan pendekatan teori feminisme liberal. Peneliti juga menggunakan relevansi hasil pembahasan novel Sang Maharani karya Agnes Jessica dalam pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas.

  Seorang Penari Karya Achmad Munif.

  Jerit Hati Seorang Penari Karya Achmad

  “Relasi dan Peran Gender Perempuan Bali dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini Tinjauan Sastra Feminis”. Dalam penelitian

  Retno Triastuti menggunakan novel Maruti

  Maharani karya Agnes Jessica sedangkan

  ini, Retno Triastuti menekankan penelitiannya pada struktur teks novel Maruti Jerit Hati Seorang Penari Karya Achmad Munif, Eksistensi perempuan, pokok-pokok pikiran feminisme, dan nilai- nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Maruti Jerit Hati Seorang Penari Karya Achmad Munif. Persamaan penelitian yang dilakukan Retno Triastuti dengan yang akan dikaji yaitu keduanya menggunakan teori yang sama, yaitu feminisme dengan pendekatan struktur yang membangun novel. Perbedaannya pada penelitian Retno Triastuti dengan yang akan dikaji yaitu terletak pada objek yaitu novel Sang

  “Kajian Feminisme dan Nilai Pendidikan Novel Maruti Jerit Hati Seorang Penari Karya Achmad Munif”. Dalam penelitian

  Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Retno Triastuti dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul

  kedua, peneliti merelevansikan hasil penelitian dalam pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas.

  Tempurung Karya Oka Rusmini. Perbedaan

  ini, Sri Yuniarti Tripungkasingtyas menekankan pada bentuk relasi gender Perempuan Bali dan faktor-faktor yang mempengaruhi relasi dan peran gender dalam novel Tempurung Karya Oka Rusmini. Persamaan penelitian yang dilakukan Sri Yuniarti Tripungkasingtyas dengan yang akan dikaji yaitu keduanya menggunakan teori yang sama, yaitu feminisme dengan pendekatan ketidakadilan gender. Perbedaannya pada penelitian Sri Yuniarti Tripungkasingtyas dengan yang akan dikaji yaitu terletak pada objek, peneliti menggunakan novel Sang Maharani karya Agnes Jessica sedangkan Sri Yuniarti Tripungkasingtyas menggunakan novel

  c. Mempersiapkan referensi yang akan digunakan. d. Menentukan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

  2. Tahap pelaksanaan

  1. Teknik Baca Dalam melakukan penelitian ini, peneliti harus membaca novel Sang

  Menurut Moleong (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzin (dalam Moleong, 2007:330-331), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, peneliti dan teori. penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik validasi teori. Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber berbeda. Peneliti wawancara guru Bahasa Indonesia SMA untuk mendapatkan informasi tentang relevansi isi novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica dengan pembelajaran sastra di SMA. Sedangkan triangulasi teori yaitu mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi data yang diperoleh dengan teori- teori dari buku referensi.

  Teknik validasi data atau keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan berbagai teknik yang sesuai dan tepat untuk menggali data dalam bagi peneliti. Ketepatan data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memiliki sumber data dan teknik pengumpulan datanya, akan tetapi juga diperlukan teknik pengambilan validasi datanya. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu melakukan pembandingan kebenaran antara data yang satu dengan yang lain.

  3. Teknik Pustaka Subroto (2007: 47), menyatakan bahwa mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data melalui kegiatan menelaah buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti.

  akan mencatat apa yang menjadi pokok dalam penelitian ini. Hal itu meliputi: bentuk ketidakadilan gender yang dialami tokoh perempuan, peran tokoh perempuan dalam masyarakat yang tergambar pada novel Sang Maharani karya Agnes Jessica.

  Maharani karya Agnes Jessica, peneliti

  2. Teknik Catat Setelah peneliti membaca novel Sang

  Maharani karya Agnes Jessica.

  Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan teknik baca, catat dan pustaka (Nazir, 2005 :103).

  a. Pengumpulan data yang terdapat dalam novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica.

  3. Buku referensi yang berhubungan dengan materi penelitian.

  2. Novel Sang Maharai karya Agnes Jessica.

  Peneliti Sebagai Instrumen Penelitian.

  c. Menyusun laporan penelitian dalam bentuk skripsi. Penulis juga memakai instrumen penelitian sebagai bahan untuk membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian. Penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, tetapi akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana untuk melengkapi data. Sebagai instrumen utama, peneliti mengumpulkan data, menganalisi data, dan membuat simpulan (Sugiyono, 2015:307). Adapun alat-alat instrumen penelitian sebagai berikut : 1.

  b. Revisi laporan penelitian.

  3. Tahap penyajian atau penyelesaian a. Menyusun laporan penelitian.

  c. Menarik kesimpulan.

  b. Menganalisis data yang sudah didapatkan.

  Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah data dalam periode tertentu. Teknik ini dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2005:91-92). Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagian pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data relevan sebagaimana rumusan masalah yang diajukan. Reduksi data yaitu pengurangan data dengan tujuan memilih data yang sesuai dengan objek kajian. Displai data, yaitu menyajikan data yang diperoleh. Jika data telah valid dan meyakinkan, data-data tersebut disajikan sebagai bukti dari hasil penelitian. Peneliti menyajikan data penelitian harus sistematis. Bagian verifikasi data, yaitu membuktikan atau mengecek data sebelum disajikan. Peneliti perlu mengecek kembali data yang diperoleh.

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Bentuk Ketidakadilan Gender Tokoh Perempuan dalam novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica

  Berdasarkan hasil penelitian dalam novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica, peneliti memaparkan secara rinci hasil dari bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh perempuan yaitu Maharani. Bentuk ketidakadilan gender meliputi: Marginalisasi, Subordinasi, Stereotipe, Kekerasan, dan Beban kerja, sebagai berikut.

  1. Marginalisasi

  Proses kemiskinan yang dialami perempuan dapat dikategorikan sebagai bentuk Marginalisasi. Marginalisasi merupakan bentuk kemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu, dalam hal ini perempuan, yang disebabkan oleh gender. Kemiskinan atas perempuan maupun laki- laki yang disebabkan karena jenis kelaminnya adalah merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan oleh gender. Marginalisasi dalam novel Sang

  Maharani Karya Agnes Jessica dibagi

  menjadi tiga, yaitu: kemiskinan dalam pekerjaan, rumah tangga, dan hak waris. Sepeninggal ayahnya, Rani tidak mendapatkan harta warisan apapun dari ibu tirinya. Seketika ia tanya kepada ibu tirinya tentang hak waris, ibu tiri Rani langsung membentak Rani dengan kata-kata kasar. Hal ini dibuktikan dengan kutipan di bawah ini:

  “Apa? Kurang ajar! Kata- kataku benar, kan? Kau sudah menuntut bagian warisan, padahal aku masih hidup”. Ia bangun dari tempat duduknya dan menghampiri Arik, lalu mendorong kepala muda itu dengan telunjuknya. (SM, 2017:59). Kutipan diatas termasuk dalam marginalisasi atau proses kemiskinan hak waris. Maharani dan Arik saudara angkatnya minta warisan ke ibu tirinya setelah ayah Rani meninggal. Namun, ketika ia minta bagian hak warisnya, ia diperlakukan secara kejam oleh ibu tirinya, sehingga ia tidak mendapatkan sepeser warisan.

  2. Subordinasi

  Kedudukan bawahan yang dialami oleh perempuan dapat didalamkan dalam bentuk subordinasi, suatu keyakinan yang menganggap salah satu jenis kelamin lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Posisi perempuan dianggap tidak mampu memimpin dalam keluarga, posisinya dianggap tidak penting oleh kaum laki-laki, cengeng, dan lebih lemah daripada kaum laki-laki, sehingga perempuan membutuhkan perlindungan oleh kaum laki-laki. Lemah dalam arti fisik, mental, pemikiran, dan ekonomi. Perempuan selalu dinomorduakan, misalnya dalam hal mendapatkan pendidikan, dalam sebuah keluarga mendahulukan anak laki- lakinya untuk mendapatkan pendidikan dari pada anak perempuan. Anggapan laki-laki, perempuan tidak perlu bersekolah tinggi- tinggi, karena nantinya perempuan tempatnya di dapur. Hal ini dibuktikan dengan kutipan di bawah ini:

  “Aku sudah memintanya untuk mengenakan baju yang lebih pantas, Nak Janoear. Tampaknya Rani ingin memperlihatkan padamu bahwa dia hidup menderita di sini,” kata Sari dengan nada suara menyakitkan. (SM,2017:66).

  Pada kutipan di atas termasuk dalam subordinasi yang dilakukan oleh Sari kepada Rani. Ia menjelek-jelekan Rani di hadapan Janoear. Ia merendahkan Rani dan menyamakan Rani dengan pelayan yang ada di Rumahnya. Sari merendahkan Rani di hadapan Janoear, agar Janoear tidak lagi menyukai Rani dan berpaling ke Tiar, anak kandung Sari.

  Suatu bentuk penindasan idiologi dan kultural, yakni pemberian label negative yang memojokkan kaum perempuan sehingga berakibatkan pada posisi dan kondisi kaum perempuan merupakan bentuk stereotipe. Stereotipe membentuk pelabelan atau penandaan terhadap kaum perempuanyang berakibatkan pada penindasan terhadap kaum perempuan. Pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negatif yang melahirkan ketidakadilan gender. Stereotipe akan merugikan dan menimbulkan ketidakadilan bagi kaum perempuan. Stereotipe yang dilekatkan kepada kaum perempuan yang berakibat membatasi, menyulitkan, dan merugikan perempuan.Hal ini dibuktikan dengan kutipan di bawah ini:

  “Rani, Ayah kecewa padamu. Tahukah kau bahwa Ayah mempunyai rencana untuk mengirimmu ke Belanda bilamana kau lulus dari HBS nanti?” (SM, 2017:40).

  Pada kutipan di atas termasuk dalam stereotipe yang dilakukan oleh ayah kepada Rani. Rani akan di sekolahkan ayahnya ke Belanda. Ketika Rani melakukan kesalahan saat ia menemui Janoear, ayahnya merasa kecewa karena ia merasa dibohongi oleh putrinya. Semua itu adalah rencana ibu dan saudara tiri Rani yang berusaha memberikan masalah antara ayahnya dan Rani.

  4. Kekerasan

  Tindakan pemukulan secara fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh kaum laki-laki dapat didalamkan sebagai bentuk kekerasan. Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya berasal dari berbagai sumber, namun salah satu kekerasan terhadap salah satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender. Perempuan sebagai makhluk yang lemah, bukannya dilindungi, tetapi justru diperdayakan karena kelemahannya tersebut, baik laki-laki di dalam rumah maupun di luar rmah.Kekerasan dalam novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica dibagi menjadi delapan, yaitu: Pemerkosaan, pemukulan, penyiksaan alat kelamin, pelacuran, pornografi, pemaksaan `sterilisasi Keluarga Berencana (KB), terselubung atau memegang bagian tertentu, dan pelecehan seksual. Hal ini dibuktikan dengan kutipan di bawah ini:

3. Stereotipe

  Ia ingin melepaskan baju Moetiara, tapi Sari menampar pipinya sekuat tenaga hingga ia tersungkur di lantai.

  “Anak bodoh! Lakuka saja apa yang kukatakan atau aku akan membunuhmu!” desisnya. Rani memegang pipinya yang terasa pedas. (SM, 2017:73). Pada kutipan diatas termasuk dalam kekerasan fisik dilakukan oleh Sari. Sari menampar wajah Rani hingga ia tersungkur di lantai. Rani merasa kesakitan hingga ia memegag pipinya yang terasa pedas. Sari juga mengeluarkan kata-kata kejam dari mulutnya, dan ia megancam Rani akan dibunuh jika Rani tidak menuruti apa perkataan Sari. Penderitaan Rani berlangsung di tahanan kamp. Ketika ia ingin dijadikan pelacur. Rani dan teman- temannya diperintahkan untuk membuka seluruh pakaiannya dan bisa dilihat telanjang bulan oleh para penguasa Jepang. Hal ini dibuktikan dengan kutipan di bawah ini: “Kalian lihat! Jika kalian tidak mau membuka baju maka baju kalian akan dirobek-robek, lalu kalian akan telanjang bulat karena tidak punya baju lagi Pilik mana?” katanya. Mendengar itu semua para gadis serentak membuka baju perlahan- lahan dan memegang baju itu ditangan untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang bulat. (SM, 2017:95).

  Pada kutipan di atas termasuk kekerasan dalam bentuk pornografi. Pornografi adalah pelecehan terhadap kaum perempuan, tubuh perempuan dijadikan objek oleh kaum laki-laki demi keuntungan sesaat bagi kaum laki-laki. Sebelum Rani dijadikan pelacur di Wisma, ia diperintah rakyat Jepang untuk membuka bajunya dari atas sampai bawah sehingga ia terlihat telanjang bulat di mata rakyat Jepang. Jika ia tidak mau mengikuti perintah rakyat Jepang itu, maka hidupnya akan dibuat sengsara dan bajunya dirobek-robek sendiri oleh rakyat Jepang. Semua gadis ketakutan dengan penguasa Jepang. Mereka sudah mempunyai firasat aka dijadikan pelacur.

  Pada dasarnya kewajiban laki-laki mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Sedangkan, tugas perempuan merawat seisi rumah. Beban kerja tersebut menjadi dua kali lipat bagi kaum perempuan yang juga bekerja di luar rumah. Namun, anggapan kaum laki- laki, bahwa tugas perempuan dianggap remeh oleh karena pekerjaan laki-laki lebih berat daripada perempuan. Hal ini dibuktikan dengan kutipan di bawah ini:

  Pekerjaannya tidak berubah, dari seorang pelayan yang bekerja di dapur di rumahnya sendiri menjadi seorang pekerja di dapur kamp. Namun setidaknya ia tidak lagi menjadi seorang pelayan di rumah sendiri. Hanya saja memang hak pribadinya sama-sama dirampas, dulu oleh ibu tirinya dan kini oleh penguasa baru, yaitu Jepang. (SM, 2017:76). Pada kutipan diatas termasuk dalambeban kerja yang dirasakan oleh maharani. Beban kerja yang ia jalanai sungguh berat baginya, ketika ia di rumah, ia dibebankan pekerjaan rumah tangga oleh ibu tirinya, ia dijadikan pelayan yang bekerja di dapur di rumahnya sendiri sesudah ayahnya meninggal. Ketika ia diikutkan oleh rakyat Jepang, ia juga dijadikan pelayan di dapur kamp. Hak pribadinya terampas oleh ibu tirinya dan dirampas oleh penguasa baru, yaitu Jepang.

  B. Peran Tokoh Perempuan dalam Masyarakat yang Tergambar dalam Novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica

  Perempuan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri bahwa kodrat perempuan tidak hanya melahirkan anak, merawat anak juga suami, dan bekerja mengurus rumah sendirian. Perempuan di dalam masyarakat berkeinginan untuk memperoleh status di masyarakat dan lebih mengenal masyarakat. Namun, peran perempuan di masyarakat juga dibutuhkan. Hal ini dibuktikan dengan kutipan di bawah ini:

5. Beban Kerja

  “Ha… ha… ha! Kau gadis pintar, tentunya setelah menerima semua ini kau berpikir apa yang harus kau berikan sebagai gantinya, bukan? Baiklah aku katakana pada kalian. Kalian tidak usah melakukan apa-apa kecuali melayani para tuan terhormat yang akan datang nanti. Mudah, kan?” (SM,2017:103).

  Pada kutipan diatas, Maharani dipaksa diperankan sebagai pelacur yang melayani tuan terhormat yang datang di Wisma setiap malamnya.Ia tidak diberikan imbalan oleh Lestari, namun ia mendapat imbalan dari tuan yang sudah menidurinya tiap malam, dan tak tentu hasil imbalan yang diberikan.

C. Relevansi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)

  Kelayakan isi novel yang berspektif feminisme dengan kandungan nilai-nilai yang berbasis pendidikan karakter, serta dijadikan sumber belajar bagi siswa.

  perempuan dalam Novel Dwilogi Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas Karya Andrea Hirata Analisis Kritik Sastra Feminis. Skripsi.Fakultas

  Antasari, Lia Maulana. 2012. Citra

  Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa dari Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol.4, No.02, Pp. 21-26.

  Anggarani, Gigih Dessy.2014. Kajian Feminisme dalam Novel Astirin MbalelaKarya Peni.JurnalProgram

  5. DAFTAR RUJUKAN

  3. Relevansi pembelajaran sastra di SMA.

  Hasil penelitian direlevansikan dalam pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas kelas XII. Materinya menganalisis struktur, kaidah, dan isi teks cerita fiksi dalam novel. Dalam pembelajaran di kelas, materi yang diajarkan meliputi: teks cerita fiksi dalam novel, struktur teks cerita fiksi dalam novel, ciri kaidah teks yang berupa cerita fiksi dalam novel, isi teks cerita fiksi dalam novel, unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel dan interpretasi. Setelah ditemukan hasil analisis dan materi yang cocok jika direlevansikan dengan pembelajaran sastra di SMA. Materi pada struktur novel yang meliputi orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, koda. Isi novel Sang Maharani karya Agnes Jessica bisa direlevansikan ke pembelajaran sastra di SMA yang dikaitkan pada unsur ekstrinsik. Dalam unsur ekstrinsik terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam novel. Misalnya: nilai budaya, sosial, agama, politik, psikologi, dan lain-lain. Siswa juga dikenalkan terkait dengan feminisme, khususnya pada bentuk ketidakadilan gender yang meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan beban kerja, yang memperkenalkan feminisme khususnya hak asasi manusia, karena pada saat ini kedudukan perempuan setara dengan laki-laki. Siswa SMA mampu membandingkan kedudukan perempuan dan laki-laki sama rata. dan tidak ada anggapan bahwa perempuan tertidas oleh kaum laki- laki.

  2. Peran perempuan dalam masyarakat yang tergambar dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica, diantaranya: pertama, tokoh utama perempuan berperan sebagai pelayan di dalam tahanan kamp Jepang. Kedua, berperan sebagai pelacur yang melayani nafsu para laki-laki hidung belang setiap malam di Wisma Bintang Cahaya. Ketiga, berperan untuk merintis pekerjaan membuka toko roti.

  diantaranya: pertama, marginalisasi yang meliputi kemiskinan dalam rumah tangga, kemiskinan dalam pekerjaan, dan hak waris. Kedua, subordinasi. Ketiga stereotipe. Keempat, kekerasan yang meliputi pemerkosaan, pemukulan, pelacuran, pornografi, terselubung atau memegang bagian tubuh tertentu, dan pelecehan seksual. kelima, beban kerja.

  Sang Maharani karya Agnes Jessica,

  1. Bentuk ketidakadilan gender dalam novel

  relavansi pembelajaran sastra di SMA, sebagai berikut:

  Sang Maharani karya Agnes Jessica, dan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan yang berkaitan dengan bentuk ketidakadilan gender dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica, peran perempuan dalam masyarakat yang tergambar dalam novel

4. KESIMPULAN

  Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari Universitas Islam Majapahit. Suwarti. 2009. Ketidakadilan Jender dalam

  Novel Perempuan Kembang Jepun

  Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Karya Lan Fang: Kajian Sastra

  Pembelajaran . Jakarta: PT. Rineka Feminis. Skripsi.Fakultas Keguruan Cipta.

  dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan

  Transformasi Sosial . Yogyakarta: Triastuti, Retno. 2012. Kajian Feminisme Pustaka Pelajar. dan Nilai Pendidikan Novel Maruti Jerit Hati Seorang Penari Karya

  Haryanti, Benedikta. 2013. Prasangka Achmad Munif .Tesis.Program

  Gender dan Emansipasi Perempuan Pascasarjana Universitas Sebelas dalam Novel Sang Maharani Karya Maret Surakarta. Agnes Jessica. Skripsi.Fakultas Sastra

  dari Universitas Sanata Dharma. Tripungkasingtyas, Sri Yuniarti. 2013. Relasi

  dan Peran Gender Perempuan Bali

  Jessica, Agnes. 2017. Sang Maharani. dalam Novel Tempurung Karya Oka Jakarta: Gramedia. Rusmini Tinjauan Sastra

  Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Feminis. Skripsi.Fakultas Bahasa dan Kualitatif. Bandung: PT Remaja Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

  Rosdakarya.

  Wellek, Warren. 2016. Teori Kesusastraan. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

  Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori

  Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

  Rokhmansyah, Alvian. 2016. Pengantar

  gender dan Feminisme. Yogyakarta: Garudhawaca.

  Sofia, Adib. 2009. Kritik Sastra Feminis;

  Perempuan dalam Karya-karya Kuntowijoyo. Yogyakarta: Citra

  Pustaka. Subroto, Edi. 2006. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

  Surakarta: UNS Press. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D . Bandung.

  Alfabeta. Suharto, Sugihastuti. 2016. Kritik Sastra Feminis; Teori dan Aplikasi.

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar.