NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(1)

ABSTRAK

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN IMPLIKASINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh

Hilda Fatah Asih Amrillah

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dan implikasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dan mendeskripsikan implikasinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Pak Guru karya Awang Surya. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif, yakni data dianalisis melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya terdiri atas nilai-nilai perilaku yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa yang meliputi taat melaksanakan salah wajib berjamaah, percaya akan balasan Allah, rajin berdoa, dan bersyukur kepada Allah. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri meliputi jujur, tanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Perilaku yang berhubungan dengan sesama meliputi sadar diri, patuh, menghargai prestasi dan karya orang lain, santun, dan demokratis. Sementara untuk perilaku yang berhubungan dengan lingkungan sosial dan perilaku yang berhubungan dengan kebangsaan tidak ditemukan. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru dapat diajarkan kepada siswa SMA kelas XI melalui perilaku guru dalam mengajar dan implikasinya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.


(2)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN IMPLIKASINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Oleh

Hilda Fatah Asih Amrillah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN IMPLIKASINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(Skripsi)

Oleh

HILDA FATAH ASIH AMRILLAH

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR ISI

Hlm

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

MOTO…. ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup ... 6

II.LANDASAN TEORI 2.1 Novel….. ... 7

2.2 Pengertian Nilai ... 8

2.3 Pengertian Pendidikan ... 8

2.4 Pengertian Karakter... 9

2.5 Pendidikan Karakter ... 11

2.5.1 Pengertian Pendidikan Karakter ... 12

2.5.2 Tujuan Pendidikan Karakter ... 12

2.5.3 Fungsi Pendidikan Karakter ... 14

2.5.4 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 14

2.5.4.1Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa ... 15

2.5.4.2Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri ... 16

2.5.4.3Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Sesama ... 22

2.5.4.4Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Lingkungan Sosial.. ... 25


(5)

2.5.4.5Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan

Kebangsaan ... 25

2.6 Penyelenggaraan Pendidikan Karakter ... 26

2.6.1 Perancangan ... 27

2.6.2 Implementasi ... 27

2.6.3 Cara Pengajaran dalam Pendidikan Karakter ... 30

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode ... 32

3.2 Sumber Data ... 32

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 33

3.3.1 Studi Pustaka ... 33

1.3.2 Analisis Data Kualitatif ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 35

4.2 Pembahasan ... 36

4.2.1 Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa ... 36

4.2.2 Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri ... 44

4.2.3 Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Sesama ... 56

4.2.4 Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Pak Guru Karya Awang Surya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA ... 63

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Sinopsis Novel Pak Guru Karya Awang Surya 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

3. Bahan Ajar

4. Hasil Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam Novel Pak Guru Karya Awang Surya

5. Hasil Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Berhubungan dengan Diri Sendiri dalam Novel Pak Guru Karya Awang Surya

6. Hasil Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Berhubungan dengan Sesama dalam Novel Pak Guru Karya Awang Surya


(7)

DAFTAR SINGKATAN

M : Musa

AMSN : Alfan, Mukhid, Slamet,Nono Al : Alfan

Ns : Nasimah N : Narto E : Eni L : Lastri Nr : Narto Ds : Darsih Dn : Danu

A : Nilai-Nilai Perilaku yang Berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa B : Nilai-Nilai Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri

C : Nilai-Nilai Perilaku yang Berhubungan dengan Sesama TS : Taat Melaksanakan Salat Wajib dan Sunnah

PBA : Percaya Balasan Allah BKA : Bersyukur Kepada Allah RB : Rajin Berdoa

J : Jujur

TJ : Tanggung Jawab BHS : Bergaya Hidup Sehat Ds : Disiplin

KK : Kerja Keras PD : Percaya Diri BW : Berjiwa Wirausah

BLKKI: Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif SD : Sadar Diri


(8)

PAS : Patuh pada Aturan Sosial

MKPO : Menghargai Karya dan Prestasi Orang lain St : Santun

Dm : Demokratis 01 : Data ke-1 02 : Data ke-3 03 : Data ke-3 04 : Data ke-4 05 : Data ke-5 06 : Data ke-6 07 : Data ke-7 08 : Data ke-8 09 : Data ke-9 10 : Data ke-10 11 : Data ke-11 12 : Data ke-12


(9)

(10)

(11)

MOTO

Hilangkan keraguan, tanamkan keyakinan Hilangkan cinta dunia, tanamkan zuhud

Hilangkan riya, tanamkan ikhlas

Hilangkan kesombongan, tanamkan rendah diri Hilangkan permusuhan, tanamkan persahabatan

(Hilda Fatah Asih Amrillah)

Bu Yao Pa (Jangan takut)

Bu Hou Hui (Jangan pernah menyesal) (Run Lc)


(12)

(13)

PERSEMBAHAN

Untuk Umi,

Semoga setiap air mata yang jatuh dari matamu atas segala kepentinganku, menjadi sungai untukmu di Surga nanti.

Untuk Abi,

Walau hatimu sering terluka, tika diriku terlanjur kata, tak pernah sekali kau tinggalkan diriku sendirian. Ketika aku dalam kedukaan, kau mendekap penuh pengertian. Di saat diriku kehampaan, kau setia mengajarku arti kekuatan. Bila

aku gagal, tak kau biarkan aku terus kecewa. Dengan kata azimat, engkau nyalakan semangat, restu dan doa kau iringkan.

Untuk Kakak-kakakku,

Aku heran mengapa kau dan aku sering kali bertengkar. Tidakkah kau lihat kesamaan antara kita? Lihat dirimu dicermin. Kau terlihat seperti aku. Kau tak bisa menyangkalnya. Pernahkah kau berpikir tentang mengapa kita terlihat sama?

Kita adalah satu keluarga besar. Ya..kau adalah kakakku. Kita adalah satu.

Untuk seseorang yang kelak akan menjadi imamku,

Datanglah kasihmu dalam diriku. Menghiasi ruang hatiku. Akan kusambutnya dengan sujud penuh kesyukuran. Kuharap jalinan ‘kan berkepanjangan. Selagi

kasih yang masih terbina. Karena cinta kepada-Nya.

Untuk Sahabat-sahabatku,

Kawan..jadilah si matahari. Membakar diri demi insan sejagat. Kawan..jadilah seperti bulan purnama. Menerangi malam yang gelap gulita. Menunjukkan jalan


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Muhajirun, Negararatu, Natar pada tanggal 13 Mei 1994, anak terakhir dari pasangan KH. Muhammad Damiri bin Tholib dan Khoiriyah.

Penulis mengenyam pendidikan di Raudhatul Athfal (RA/TK) Pondok Pesantren Al-Fatah Natar, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pondok Pesantren Al-Fatah Natar pada tahun 2000-2005, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pondok Pesantren Al-Fatah Natar pada tahun 2005-2008, Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantren Al-Fatah Natar pada tahun 2008-2011, dan pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Unila melalui jalur PMPAP.

Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat dalam organisasi baik internal maupun eksternal kampus sebagai berikut.

1. Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (HMJ PBS). 2. FPPI Universitas Lampung.


(15)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan sekaligus mencapai gelar S1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada.

1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku pembimbing pertama sekaligus pembimbing akademik yang telah memotivasi, membantu, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini sampai selesai.

2. Dr. Ali Mustofa, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah memotivasi, membantu, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.

3. Dr. Munaris, M.Pd. selaku pembahas yang telah memotivasi, membantu, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai selesai. 4. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(16)

5. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Seluruh dosen program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Ucapan terima kasih khusus penulis haturkan kepada Abi dan Umi tercinta, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang yang tulus, cinta, doa, serta pengorbanan yang tiada henti-hentinya untuk kebahagiaan dan kesuksesan putri bungsunya.

8. Kakak-kakakku, Teh Ruroh, Kak Oman, Kak Saiful, Kak Amrulloh, Kak Ubay, Kak Arifin, Teh Raudhatul, Teh Umi, Teh Evi, Teh Nufus, dan Kak Kholid Mustofa, terima kasih telah memotivasi dan terus bekerja keras untukku, yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengantar dan menjemputku, yang terus mendoakanku saat terbaring lemah di RS Natar Medika.

9. Kakak-kakak iparku, Kak Hamdani, Teh Euis, Teh Nia, Teh Silvi, Teh Rin, Kak Khoirul Anam, Kak Zainal, Kak Aris, Bang Yusri, terima kasih telah memotivasi dan terus bekerja keras untukku,

10.Keponakan-keponakanku, Arif, Silvi, Adi Fuad Ismail, Luhfi Abdulloh, Lisna Wati, Haikal, Zakki, Rizki, Gema, Ukhtia, Najmi, Wahdan, Dinda, Syamil, Shidqin, Uqail, Salwa, Masri, dan Fathan, terima kasih telah menghibur Amah dan menjadi teman bermain.

11.Ustadz dan Ustadzah PONPES Al-Fatah, yang telah berjasa mengajari dan membimbingku hingga saat ini.


(17)

12.Sahabat-sahabat masa kecilku, Fariez, Odang, Lekur, Yuli, Asti, Nunk, Mila, Lafah, Maya, Rohmah, Vina, Nayah, Fadli, Rizal, Beni, Ummul, Uus, Nurul, Tami, Yudi, dan Novita, kalianlah sahabat yang telah mengajariku tentang kehidupan, cita, cinta, dan impian.

13.dr. Henny Kartika, SpOG., Muhammad Afif Syihab Efendi, STHi., dan Ihya Hilya Syihab Efendi, STHi.

14.Sahabat-sahabat SEVGA, DANSA, INKADO, dan D’9393Rz.

15.Sahabat KECIL, Trie Utami, Surya Agus Cahyanti, Devita Eka Putri, dan Nurria Marfi Atun, terima kasih untuk waktu, tenaga, pikiran, semangat, dan kasih sayangnya.

16.Sahabat-sahabat yang turut membantu proses perkuliahan, skripsi, serta telah memberikan canda tawanya, Yazid, Zafran, Anaria, Wulan, Tiwi, Vina, Vincen, Je, Ayu, Icha, Lia, Eman, Rangga, Miko, Wawan, Amir, Yunita, Moli, Neli, Ayu Maya Sari, Reni, Citra, Septiana, dan Lisma. 17.Keluarga besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2011 kelas B,

kebersamaan dan perjuangan kita selama ini akan selalu menjadi saksi dalam perjalanan yang indah dibingkai kenangan terindah dalam hidup. 18.Sahabat-sahabat KKN-KT Pekon Tanjung Jati, Pesisir Selatan, Agung

Aditya Utomo, Aal Ardiyansya, Yuda Bimantara, Melrisda, Yuyun Lestari, R. Siwi Juwita Ningtyas, Eni Kartika, Maryati Putri, dan Zakiyah. 19.Guru-guru Bimbingan Belajar Global Education Alfath dan Bahana Ilmu. 20.Kakak-kakak tingkatku, Bang Tio, Kak Naim, Mb Emi, Mb Sekar, Mas


(18)

21.Untuk seseorang yang kini kusematkan namanya dalam setiap doa sebagai penghantar kebahagiaan, Hendra Setiawan, terima kasih telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, yang tanpa jemu merawat, dan menemaniku.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan dan pemberian pelepasan ke dunia imajinasi (Budianta, 2006: 2). Sebuah cipta sastra bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia sehingga karya sastra dapat melukiskan penderitaan-penderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang dan kebencian, nafsu dan segala yang dialami manusia. Oleh karena itu, apabila dihayati secara mendalam, karya sastra akan semakin menambah pengetahuan dan pengalaman hidup bagi yang membacanya.

Karya sastra banyak mengangkat tema tentang realitas kehidupan. Mulai dari budaya, religi, hingga sosial dan politik. Hal tersebut menjadikan karya sastra sebagai bahan bacaan yang menarik untuk dinikmati. Sastra juga mampu memengaruhi pandangan maupun perasaan pembacanya. Pada pembelajaran sastra di sekolah, peserta didik dituntut agar tidak sekadar memahami teori sastra tetapi peserta didik juga harus mampu mengapresiasi sebuah karya sastra. Dalam mengapresiasi karya sastra, peserta didik akan dapat memahami berbagai


(20)

2 pelajaran atau hikmah yang terkandung di dalam karya sastra tersebut, sehingga peserta didik dapat mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya.

Berdasarkan undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kemendikbud, 2012: 28).

Berdasarkan undang-undang di atas dapat kita ketahui bahwa pendidikan di negeri ini bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Karakter yang kuat akan menjadikan bangsa ini semakin beradab dan menjadi bangsa yang cerdas. Pengembangan karakter peserta didik juga terdapat dalam kurikulum 2013, salah satu kompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum 2013 yakni kompetensi lulusan yang berkarakter mulia (Kemendikbud, 2012: 15).

Untuk menunjang hal tersebut tidaklah mudah. Salah satu sarana pengembangan karakter peserta didik adalah melalui karya sastra (novel). Dengan membaca novel, maka peserta didik dapat mengambil pelajaran berdasarkan karakter yang disampaikan oleh penulis. Hal tersebut diharapkan dapat membantu perkembangan karakter peserta didik menuju arah yang lebih baik.


(21)

3 Novel sebagai salah satu karya sastra tentu saja memberikan makna kehidupan dalam bentuk nilai moral yang dapat dijadikan bahan pembelajaran nilai-nilai karakter pada siswa. Apalagi karya sastra yang berupa novel telah terbukti memberi dampak yang positif bagi bangsa kita. Sebagai contohnya, novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang mampu memberikan dampak positif untuk pembentukan kepribadian bangsa menjadi lebih baik.

Pada penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yakni penelitian tentang nilai-nilai pendidikan karakter pada kumpulan cerpen dan novel adalah Agung, mahasiswa program sarjana FKIP Unila lulusan tahun 2013, meneliti dengan judul “Nilai-Nilai Karakter pada Kumpulan Cerpen Selembut Angin Setajam Ranting Karya Isbedy Stiawan dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Hasil pada penelitian tersebut menunjukkan empat belas nilai karakter yang terdapat dalam kumpulan cerpen Selembut Angin Setajam Ranting karya Isbedy Stiawan, keempat belas karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, cinta tanah air, bersahabat, cinta damai gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kedua, Ari Ika Wati, mahasiswa program sarjana FKIP Unila lulusan tahun 2013, meneliti dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar di SMA”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dua belas nilai karakter yang terkandung dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Kedua belas nilai karakter tersebut adalah religius, toleransi, kerja keras, percaya


(22)

4 diri, kreatif, mandiri, tanggung jawab, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, gemar membaca, dan peduli sosial.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini mencoba memaparkan nilai karakter yang memfokuskan kajian pada nilai-nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan.

Novel Pak Guru karya Awang Surya merupakan novel yang sangat berbeda dengan novel-novel lainnya. Ceritanya memfokuskan pada gambaran pendidikan Indonesia yang terwakilkan pada guru-guru SDN Sidomulyo yang sangat idealis terhadap nilai-nilai kebenaran. Di samping itu, pengarang dalam novel ini sebenarnya juga mencoba memaparkan kondisi nyata masyarakat Indonesia yang berorientasi pada hasil bukan lagi pada proses sehingga sering menghalalkan segala cara. Sementara itu, dari sisi penceritaan, alur, dan bahasa dalam novel ini meneduhkan hati, tetapi membangkitkan semangat hidup dan diungkapkan dengan ringan, lincah, dan sangat menarik. Oleh karena itu, novel Pak Guru karya Awang Surya ini sangat layak untuk diteliti dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pembelajaran sastra di SMA.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka yang perlu diteliti adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pak Guru dengan judul skripsi “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Pak Guru Karya Awang Surya dan Iimplikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”.


(23)

5 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya.

2. Mendeskripsikan implikasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Gurukarya Awang Surya dalam pembelajaran sastra di SMA.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis sebagai berikut.

1. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang sastra, khususnya tentang nilai-nilai pendidikan karakter di dalam novel. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

pembaca, baik mahasiswa, guru, siswa, maupun masyarakat pada umumnya tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dan membantu guru bahasa Indonesia di SMA dalam memilih alternatif bahan pengajaran.


(24)

6 1.5Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.

1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya yang berupa sikap para tokoh yang dapat dijadikan suri teladan bagi siswa-siswa SMA.

2. Implikasinya dalam pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diwujudkan dalam bentuk RPP yang memasukan sikap para tokoh yang terdapat dalam novel Pak Guru karya Awang Surya.


(25)

7

II. LANDASAN TEORI

2.1 Novel

Novel adalah salah satu hasil karya sastra. Novel merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat karena daya komunikasinya yang luas dan daya imajinasinya yang menarik. Abrams dalam Nurgiyantoro (1998: 9) mengungkapkan bahwa sebutan novel berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah, novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dewasa ini istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.

Dalam buku The American College Dictionary (Tarigan dalam Purba, 2010: 62) dijelaskan bahwa novel adalah “suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut”.


(26)

8 Novel merupakan cerita fiktif dan imajinatif yang didalamnya terdapat unsur-unsur pembangun, yaitu unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. Novel merupakan sebuah cerita yang panjang dan dibangun oleh suatu alur yang menceritakan kehidupan laki-laki dan perempuan secara imajinatif. Hal ini sesuai dengan pendapat yang tertuang dalam The Advanced Learner’s Dictionary of Current English yang menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menganggap kehidupan pria dan wanita bersifat imajinatif (Purba, 2010: 62).

2.2 Pengertian Nilai

Nilai adalah prinsip-prinsip sosial, tujuan-tujuan,atau standar yang dipakai atau diterima oleh individu, kelas, masyarakat, dan lain-lain (Fitri, 2012: 87). Pendapat lain diungkapkan oleh Drijakara dalam Fitri (2012: 87) bahwa nilai merupakan hakikat sesuatu yang menyebabkan hal itu pantas dikerjakan oleh manusia.

2.3 Pengertian Pendidikan

Menurut Poerwadarminta dalam Elmubarok (2009: 1) dari segi bahasa, pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya, sementara Zamroni dalam Elmubarok (2009: 3) mengungkapkan definisi pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahun tentang hidup dan sikap dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang


(27)

9 benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian pendidikan pada intinya menolong ditengah-tengah kehidupan manusia (Elmubarok, 2009: 3).

2.4 Pengertian Karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi kharassein‟ yang berarti memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave), sedangkan dalam bahasa Latin, karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan/tabiat/watak. Karakter dalam American Herritage Dictionary merupakan kualitas sifat, ciri, atribut serta kemampuan khas yang dimiliki individu yang membedakannya dari pribadi yang lain (Narwanti, 2011: 1).

Gordon W. Allport dalam Narwanti (2011: 2) mengungkapkan bahwa karakter merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Karakter bukan sekadar sebuah kepribadian, melainkan (personality) kepribadian yang ternilai (personality evaluated).


(28)

10 Maksudin (2013: 1) mengemukakan bahwa karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya. Karakter dipahami seperti lautan, tidak terselami, tidak dapat diintervensi. Oleh karena itu, berhadapan dengan manusia yang memiliki karakter, manusia tidak dapat ikut campur tangan terhadap pemilik karakter tersebut.

Slamet dalam Maksudin (2013: 3) mengungkapkan bahwa karakter adalah jati diri (daya qalbu) yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah manusia yang penampakannya berupa budi pekerti (sikap dan perbuatan lahiriah). Dengan demikian, karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.

Aqib (2012: 26) mengemukakan bahwa karakter adalah ciri-ciri yang unik-baik dan terpatri dalam diri seseorang yang terlihat dalam sikap, perilaku, dan tindakan yang terejawantahkan secara konsisten dalam merespon berbagai situasi. Karakter yang baik menerapkan nilai-nilai kebijakan, kemauan berbuat produktif, dan kebermaknaan dalam mengisi kehidupan. Aqib (2012: 36 ) menyimpulkan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma, agama, kebudayaan, hukum, adat istiadat, dan estetika.


(29)

11 2.5 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, berkarakter sehat dan mengaktivasi otak tengah secara alami (Aqib, 2012: 1).

Pendidikan karakter memiliki beragam istilah dan pemahaman, antara lain pendidikan akhlak, budi pekerti, nilai, moral, etika, dan lain sebagainya. Namun, istilah karakter sendiri lebih kuat karena berkaitan dengan sesuatu yang melekat di dalam diri setiap individu. Pendidikan karakter tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus dibangun dengan melibatkan semua komponen yang ada. Dalam pendidikan formal, keterlibatan kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa sangat besar dalam menentukan keberhasilannya. Unsur kurikulum yang meliputi tujuan, isi (materi), metode/strategi, dan evaluasi perlu disusun dengan baik dengan tetap memerhatikan prinsip student centered (berpusat pada siswa). Selain unsur tersebut, upaya pengelolaan kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, penciptaan suasana belajar dan lingkungan sekolah yang berkarakter (syarat nilai dan etik), pembiasaan, dan pembudayaan nilai dan etika yang baik dapat mendukung keberhasilan program pendidikan karakter di sekolah (Fitri, 2012; 19).


(30)

12 2.5.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Narwanti, 2011: 14). Sementara itu Ramli dalam Narwanti (2011: 15) mengemukakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikn akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik. Dengan demikian, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai yang luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

Aqib (2012: 118) mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat masyarakat menjadi beradab. Pendidikan karakter bukan hanya sarana mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai atau ekulturisasi dan sosialisasi.

2.5.2 Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab (Fitri, 2012: 22). Pendidikan karakter


(31)

13 pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berdasarkan pancasila (Narwanti, 2011: 16).

Tujuan pendidikan karakter menurut Kesuma dalam Narwanti (2011: 17) sebagai berikut.

1 Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah.

2 Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah.

3 Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai pendidikan


(32)

14 karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Narwanti, 2011: 17).

2.5.3 Fungsi Pendidikan Karakter

Narwanti (2011: 17) menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.

1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural.

3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut.

1. Pengembangan, yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik, bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.

2. Perbaikan, yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. 3. Penyaring, yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa

lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat (Narwanti, 2011: 17).

2.5.4 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dalam pembelajaran berupa penerapan nilai-nilai karakter yang dianggap baik dan benar. Berdasarkan nilai-nilai agama, norma-norma


(33)

15 sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, pendidikan karakter telah terindentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama (Aqib, 2012: 40), yaitu.

1. nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,

2. nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri, 3. nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, 4. nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, dan 5. nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebangsaan.

2.5.4.1Nilai-nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa

Sebenarnya, di dalam jiwa manusia itu sendiri sudah tertanam benih keyakinan yang dapat merasakan akan adanya Tuhan. Rasa semacam ini merupakan naluri insan. Manusia religius berkeyakinan bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah merupakan bukti jelas terhadap adanya Tuhan. Unsur-unsur perwujudan serta benda-benda alam ini pun mengukuhkan keyakinan bahwa di situ ada Maha Pencipta (Mustari, 2014: 1).

Wujud ketuhanan itu dalam kenyataannya sudah menjelma dalam alam semesta ini juga dalam sifat serta segenap benda dan bahkan di dalam jiwa manusia sebab rasa kepercayaan seperti itu sudah melekat benar dengan jiwa manusia, bahkan lebih lekat dan dekat dari dirinya sendiri. Ia dapat mendengar segala


(34)

16 permohonannya, mengiyakan setiap ia memanggilnya dan juga dapat melaksanakan apa yang dicita-citakannya (Mustari, 2014: 2).

Dengan demikian, yang dimaksud religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya (Mustari, 2014: 1).

2.5.4.2 Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri

1. Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Mustari, 2014: 11). Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tidak bohong, curang, atupun mencuri (Mustari, 2014: 12).

2. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan (Mustari, 2014: 19). Tanggung jawab biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban dalam situasi tertentu.


(35)

17 Tidak taat pada kewajiban-kewajiban kemudian menjadi alasan untuk diberikan hukuman. Hukuman berlaku kepada mereka yang mampu berefleksi atas situasi mereka, membentuk niat tentang bagaimana mereka bertindak, dan kemudian melakukan tindakannya itu (Mustari, 2014: 23).

Pendidikan tanggung jawab bukanlah melulu berarti pendidikan tentang kewajiban. Sebaliknya, ia pun berarti pendidikan tentang hak. Dengan demikian, tanggung jawab pada akhirnya adalah menyangkut kedirian kita, siapa kita, dan mengapa kita harus berbuat ini dan itu karena tanggung jawab berarti eksistensi kita (Mustari, 2014: 25).

3. Bergaya Hidup Sehat

Bergaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat menganggu kesehatan (Mustari, 2014: 27). Gaya hidup sehat adalah kesinambungan kesehatan personal. Ini merupakan aktivitas individu, keluarga, atau masyarakat, dengan niat memajukan atau menguatkan kesadaran tentang kesehatan, mencegah atau mengobati penyakit. Gaya hidup sehat termasuk seluruh keputusan kesehatan yang dibuat orang (individu atau kelompok) untuk diri mereka atau keluarga mereka untuk tetap mendapatkan kebugaran fisik danmental (Mustari, 2014: 28).


(36)

18 Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang sudah mengerti bagaimana untuk sehat, yaitu ketika setiap orang berusaha untuk tetap mengamati kesehatan mereka sehari-hari, ketika tiap orang sadar sosial, ketika kebersihan tetap terjaga di mana saja mereka berada. Oleh karena itu, pendidikan untuk menjadi sadar kesahatan ini memang harus terus dilancarkan dengan berbagai media dan di berbagai kesempatan (Mustari, 2014: 33).

4. Disiplin

Disiplin merujuk pada instruksi sistematis yang diberikan kepada murid (disciple). Untuk mendisiplinkan berarti mengistruksikan orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu.Biasanya kata “disiplin” berkonotasi negatif, ini karena untuk melangsungkan tatanan dilakukan melalui hukuman. Dalam arti lain, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid (Mustari, 2014: 35). Disiplin diri merujuk pada latihan yang membuat orang merelakan dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu. Disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat mendasar sehingga disipilin diri biasanya disamakan dengan kontrol diri (self control) (Mustari, 2014: 36). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.


(37)

19 5. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya (Aqib, 2012: 43).

Manusia diciptakan di bumi ini untuk bekerja keras dalam rangka mencari penghidupan masing-masing. Manusia memang ditakdirkan berada pada kedudukan yang tinggi (mulia), tetapi kemajuan tersebut hanya dapat dicapai melalui ketekunan dan bekerja keras. Manusia memang hendaknya berupaya untuk melakukan dan menanggung segala kesukaran dan kesusahan dalam perjuangannya untuk mencapai kemajuan (Mustari, 2014: 44).

6. Percaya Diri

Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan harapannya (Aqib, 2012: 43). Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan dan kejadian-kejadian yang memengaruhi kehidupan mereka. Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut untuk mengurusi situasi-situasi yang dihadapi (Mustari, 2014: 52).


(38)

20 7. Berjiwa Wirausaha

Berjiwa wirausaha adalah sikap dan perilaku yang mandiri, pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, memasarkannya, dan mengatur pemodalan operasinya (Aqib, 2012: 43). Sementara itu, Mustari (2014: 60) mengungkapkan bahwa berwirausaha (entrepreneurship) adalah tindakan menjadi seorang usahawan, yang dalam bahasa Prancis, kata itu berarti “orang yang melakukan inovasi dan mempunyai keahlian keuangan dan bisnis dalam rangka mentrasnformasi inovasi menjadi benda-benda ekonomis”.

Hisrich dalam Mustari (2014: 60) menyimpulkan bahwa wirausaha adalah sebagai satu proses mencipta sesuatu yang berbeda dari nilai yang ada dengan menggunakan waktu, kemampuan, biaya, psikologi, dan risiko sosial serta berakhir dengan ganjaran keuangan dan kepuasan diri.

8. Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif

Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki (Mustari, 2014: 69). Berpikir adalah suatu gejala mental yang bisa menghubungkan hal-hal yang kita ketahui. Ia merupakan proses dialektis. Artinya, selama kita berpikir, dalam pikiran itu terjadi tanya jawab agar bisa meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita dengan tepat (Mustari, 2014: 70).


(39)

21 9. Mandiri

Aqib (2012: 43) menyatakan bahwa mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan permasalahan. Kemandirian (self-reliance) adalah sifat yang harus dibentuk oleh orang tua dalam membangun kepribadian anak-anak mereka. Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.Dengan ini tampak bahwa sifat-sifat itu pun ada pada anak yang percaya diri (self-confidence) (Mustari, 2014: 78).

Dengan demikian, orang yang mandiri adalah orang yang cukup-diri (self-sufficient), yaitu orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang lain, tidak menolak risiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Orang seperti itu akan percaya pada keputusannya sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Orang yang mandiri dapat menguasai kehidupannya sendiri dan dapat menangani apa saja dari kehidupan yang ia hadapi (Mustari, 2014: 78).

10. Ingin Tahu

Aqib (2012: 43 ) menyatakan bahwa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengarnya. Sedangkan Mustari (2014: 85) mengungkapkan bahwa kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi,


(40)

22 investigasi, dan belajar.Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang. Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu.

11. Cinta Ilmu

Aqib (2012: 43) mengungkapkan bahwa cinta ilmu adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan, sementara itu, Mustari (2014: 97) mengungkapkan bahwa cinta ilmu adalah pengetahuan (dalam arti disiplin), yang muncul sebagai proses penentuan materi yang diinvestigasi dengan metode yang dikembangkan secara ilmiah dan memunculkan teori. Dengan demikian, cinta adalah pengorbanan, dan cinta ilmu berarti berkorban untuk ilmu.

2.5.4.3Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Sesama 1. Sadar Diri

Sadar diri adalah kesadaran akan diri yang terpisah dari pemikiran-pemikiran tentang kejadian yang dihadapi sehari-hari. Dengan kata lain, sadar diri adalah kesadaran bahwa seseorang itu ada sebagai makhluk invidu. Tanpa kesadaran diri, diri akan menerima dan memercayai pemikiran yang ada tanpa menanyakan siapakah diri itu sendiri (Mustari, 2014: 104).


(41)

23 Teori kesadaran diri menyatakan bahwa ketika kita memfokuskan perhatian pada diri kita, kita mengevaluasi dan membandingkan perilaku yang ada pada standar dan nilai-nilai internal kita (Mustari, 2014: 104).

Aqib (2012: 43) mengungkapkan bahwa sadar diri adalah sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2. Patuh pada Aturan-Aturan Sosial

Patuh pada aturan-aturan sosial adalah sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum (Aqib, 2012: 43). Sementara itu, Mustari (2014: 112) menyatakan bahwa norma sosial merupakan perilaku standar yang disetujui bersama oleh anggota suatu kelompok dan anggota kelompok itu diharapkan akan mematuhinya. Sebagai tingkah laku standar, norma sosial merupakan peraturan yang ditentukan dan disetujui oleh sebagian besar anggota masyarakat mengenai layak atau tidaknya suatu tingkah laku. Pada umumnya, norma sosial merupakan suatu garis panduan bagi anggota masyarakat ketika menghadapi keadaan tertentu.

3. Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain

Menghargai karya dan prestasi orang lain adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain (Aqib, 2012: 43). Berbeda dengan Aqib, Mustari menggunakan istilah respek dalam hal


(42)

24 ini.Mustari (2014: 122) mengungkapkan bahwa respek itu tidak takut dan tidak kagum. Ia berasal dari kata respicere (melihat). Maka, ia berarti kemampuan untuk melihat seseorang apa adanya, sadar akan keunikannya sebagai seorang individu. Respek berarti perhatian bahwa orang lain harus tumbuh dan jangan terkekang sebagaimana dirinya sendiri.

4. Santun

Esensi dari perilaku santun itu sebenarnya hati kita juga. Karena perilaku adalah cerminan hati kita. Jika perilaku itu bermacam-macam, seperti ada yang terpuji dan ada yang tercela, maka hati pun bermacam-macam pula, ada yang lembut dan ada pula yang keras. Oleh karena itu, budi yang tinggi yang menjadi sendi kepribadian wajib dipelihara dan dipupuk dengan sebaik-baiknya, agar jalannya pikiran, akal, kehendak dan perasaan berjalan melalui saluran yang benar dengan berjalan tegak di atas dasar yang hak dan kuat.Adapun kesempurnaan dan kehalusan budi atau sopan santun hanya dapat dirasakan oleh perasaan yang halus, hanya dapat dilihat oleh mata hati yang suci (Mustari, 2014: 130), sementara itu, Aqib (2012: 44) secara jelas mengungkapkan bahwa santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunyau kepada semua orang.

5. Demokratis

Flecha dalam Mustari (2014: 142) mengemukakan bahwa pentingnya demokrasi dalam kehidupan karena dengan demokrasi terdapat pengakuan dan penghormatan atas tipe-tipe pengetahuan yang berbeda yang


(43)

25 memunculkan bahwa setiap orang mempunyai sesuatu untuk dipikirkan dan dirasakan, sesuatu yang berbeda dan sama-sama penting. Untuk itu, semakin luas keanekaragaman suara yang ada dalam demokrasi, semakin baik pengetahuan yang dapat dibangun. Dalam artian ini pembelajaran demokrasi diorientasikan pada kesetaraan atas perbedaan, yang menyatakan bahwa persamaan yang sejati itu adalah termasuk hak untuk hidup dengan cara yang berbeda. Aqib (2012: 44) menyatakan demokrasi adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

2.5.4.4Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Lingkungan Sosial

Peduli sosial dan lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi juga selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Aqib, 2012: 44).

2.5.4.5Nilai-Nilai Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Nilai Kebangsaan

1. Nasionalis

Nasionalis adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya (Mustari, 2014: 155).


(44)

26 Nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi identitas etnis dengan negara. Dengan nasionalisme, rakyat dapat menyakini bahwa bangsanya sangat penting. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimengerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Dalam banyak kasus identifikasi budaya nasional yang homogeny itu dapat dikombinasikan dengan pandangan negatif atas ras, budaya, atau bangsa lain (asing) (Mustari, 2014: 156).

2. Pruralisme/Menghargai Keberagaman

Mustari (2014: 163) mengungkapkan bahwa pruralis adalah sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama. Sementara itu, Mazrui dalam Mustari (2014: 165) mengungkapkan bahwa setiap masyarakat mempunyai sistem hubungan sosialnya sendiri, dan pruralisme adalah satu dari sistem hubungan sosial tersebut, karena pruralisme itu adalah “kompleksitas hubungan antara kelompok-kelompok di dalam masyarakat yang lebih luas”.

2.6 Penyelenggaraan Pendidikan Karakter

Aqib dan Sujak (2011: 15 ) menyatakan penyelenggaraan pendidikan karakter dapat dilakukan secara terpadu melalui tiga jalur, yaitu pembelajaran, manajemen sekolah, dan ekstrakurikuler. Langkah-langkah pendidikan karakter meliputi perancangan dan implementasi.


(45)

27 2.6.1 Perancangan

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap perancangan antara lain sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter yang perlu dikuasai dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direlisasikan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu terpadu dengan pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler. 2. Mengembangkan materi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan di sekolah. 3. Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah (tujuan,

materi, fasilitas, jadwal, pengajar, pendekatan pelaksanaan, evaluasi).

4. Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pembentukan karakter di sekolah.

2.6.2 Implementasi

Pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan dalam tiga kelompok kegiatan sebagai berikut.

1. Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran.

Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua pelajaran. Pada dasarnya, kegiatan


(46)

28 pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, menginternalisasi nilai-nilai, dan menjadikan perilaku. Dalam struktur kurikulum sekolah, pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara substantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraaan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung mengenalkan nilai-nilai yang sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai.

2. Pendidikan Karakter Secara Terpadu melalui Manajemen Sekolah Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan sumber daya untuk tercapainya tujuan. Sumber daya adalah unsur-unsur dalam manajemen, yaitu manusia (man), bahan (material), mesin/peralatan (machines), metode/cara kerja (methods), modal uang (money), dan informasi (information). Sumber daya bersifat terbatas sehingga tugas manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya secara efisien dan efektif agar tujuan tercapai.

Proses manajemen adalah proses yang berlangsung secara terus-menerus, dimulai dari membuat perencanaan dan pembuatan keputusan (planning), mengorganisasikan sumber daya yang dimilkiki (organizing), menetapkan


(47)

29 kepemimpinan untuk menggerakkan sumber data (actuating), dan melaksanakan pengendalian (controlling). Dalam konteks dunia pendidikan, yang dimaksudkan dengan manajemen pendidikan/sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang mengarah pada pembentukan karakter dalam bentuk pendidikan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara memadai.

3. Pendidikan Karakter Secara Terpadu melalui Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan pesera didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewewenangan di sekolah.

Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangannya potensi, bakat, dan minat secara optimal serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.Misi ekstrakurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kemampuan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.


(48)

30 Kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karier. Dalam fungsi pengembangan, kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka. Dalam fungsi sosial, kegiatan ekstrakurikuler mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Dalam fungsi rekreatif, kegiatan ekstrakurikuler mengembangkan suasana rileks, mengembirakan, dan menyenangkan peserta didik yang menunjang proses perkembangan. Dalam fungsi persiapan, kegiatan ekstrakurikuler mengembangkan kesiapan karier peserta didik yang berbeda sesuai kemampuan dan bakat.

2.6.3 Cara Pengajaran dalam Pendidikan Karakter

Guru memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter pada siswa dengan tiga cara, yaitu.

1. Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, yang menyayangi dan menghormati murid-murid, membantu mereka meraih sukses di sekolah, membangun kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru mereka memperlakukan mereka dengan etika yang baik.

2. Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang yang beretika yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik di dalam maupun di luar kelas. Guru pun dapat memberi contoh dalam hal-hal yang


(49)

31 berkaitan dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan etikannya dalam bertindak di sekolah dan di lingkungannya.

3. Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika ada siswa yang menyakiti temannya atau menyakiti dirinya sendiri.


(50)

34

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif karena metode ini menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta atau keadaan ataupun gejala yang tampak dalam novel Awang Surya yang berjudul Pak Guru berupa nilai-nilai pendidikan karakter. Penggunaan metode ini didasarkan pada pendapat Bodgan dan Taylor dalam Soewadji (2012: 51-52) yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif diartikan sebagai salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik (Soewadji, 2012: 52).

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang diwujudkan dalam bentuk sikap-sikap para tokoh dalam novel Pak Guru karya


(51)

Awang Surya terhadap (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, (4) lingkungan, dan (5) kebangsaan yang dapat dijadikan suri teladan bagi para siswa SMA.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam penelitian ini digunakan teknik studi pustaka dan analisis data kualitatif.

3.3.1 Studi Pustaka

Studi pustaka adalah kegiatan menelaah buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian (Atar, 2012: 56). Tujuan studi pustaka ini untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Pak Guru karya Awang Surya. Studi pustaka dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Atar, 2012: 56).

1. Membaca novel yang berjudul Pak Guru karya Awang Surya secara keseluruhan.

2.Menandai dan memberi kode pada bagian yang akan dianalisis sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

3.Mencatat data berupa kata, frasa, kalimat, ungkapan-ungkapan, pernyataan, dan lain-lain yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

4.Mengelompokkan data.


(52)

3.3.2 Analisis Data Kualitatif

Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif, yaitu melakukan analisis secara langsung terhadap nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel karya Awang Surya yang berjudul Pak Guru berupa sikap-sikap tokoh utama terhadap (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, (4) lingkungan, dan (5) kebangsaan. Data dianalisis melalui proses sebagai berikut.

1. Reduksi data, yaitu penulis memilih dan memilah-milah data yang akan dianalisis sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

2. Penyajian data, yaitu penulis menampilkan data-data yang telah dipilih dan dipilah-pilah dan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter.

3. Penarikan kesimpulan, yaitu penulis menyimpulkan hasil analisis terhadap nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya (Sugiyono, 2013 : 338).


(53)

68

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan bab pembahasan yang telah di uraikan, maka pada bab ini disajikan simpulan dan saran dari pembahasan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa yakni taat melaksanakan salat wajib dan salat sunnah, percaya akan balasan Allah, rajin berdoa, dan bersyukur kepada Allah.

2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya yang berhubungan dengan diri sendiri yakni perilaku jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya yang berhubungan dengan sesama yakni sadar diri, patuh pada aturan sosial, menghargai prestasi dan karya orang lain, santun, demokratis.


(54)

69 4. Nilai-nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan sosial dan kebangsaan tidak ditemukan karena novel Pak Guru ini lebih banyak menceritakan kehidupan keluarga guru-guru dan kehidupan di sekolah.

5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dapat dijadikan bahan ajar serta dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester ganjil yang diwujudkan dalam bentuk RPP berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Guru bahasa Indonesia agar dapat menggunakan novel Pak Guru karya

Awang Surya sebagai alternative bahan pembelajaran mengenai unsur ekstrinsik berupa nilai-nilai pendidikan karakter.

2. Guru bahasa Indonesia hendaknya mengajarkan perilaku atau nilai-nilai pendidikan karakter yang positif kepada para siswa sebagai pembetukan karakter siswa melalui novel Pak Guru karya Awang Surya.


(55)

70

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2012. Pedidikan Karakter di Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Aqib, Zainal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter.

Bandung: Yrama Widya.

Budianta, Melani. 2006. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.

Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Esten, Mursal. 2013. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:

Angkasa.

Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Maksudin, 2013.Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mustari, Mohamad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Medan: Graha Ilmu. Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.


(56)

71 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Surya, Awang. 2014. Pak Guru. Jakarta: Ersa.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Univeristas Lampung.


(1)

Awang Surya terhadap (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, (4) lingkungan, dan (5) kebangsaan yang dapat dijadikan suri teladan bagi para siswa SMA.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam penelitian ini digunakan teknik studi pustaka dan analisis data kualitatif.

3.3.1 Studi Pustaka

Studi pustaka adalah kegiatan menelaah buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian (Atar, 2012: 56). Tujuan studi pustaka ini untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Pak Guru karya Awang Surya. Studi pustaka dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Atar, 2012: 56).

1. Membaca novel yang berjudul Pak Guru karya Awang Surya secara keseluruhan.

2.Menandai dan memberi kode pada bagian yang akan dianalisis sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

3.Mencatat data berupa kata, frasa, kalimat, ungkapan-ungkapan, pernyataan, dan lain-lain yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter.


(2)

secara langsung terhadap nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel karya Awang Surya yang berjudul Pak Guru berupa sikap-sikap tokoh utama terhadap (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, (4) lingkungan, dan (5) kebangsaan. Data dianalisis melalui proses sebagai berikut.

1. Reduksi data, yaitu penulis memilih dan memilah-milah data yang akan dianalisis sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

2. Penyajian data, yaitu penulis menampilkan data-data yang telah dipilih dan dipilah-pilah dan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter.

3. Penarikan kesimpulan, yaitu penulis menyimpulkan hasil analisis terhadap nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya (Sugiyono, 2013 : 338).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan bab pembahasan yang telah di uraikan, maka pada bab ini disajikan simpulan dan saran dari pembahasan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa yakni taat melaksanakan salat wajib dan salat sunnah, percaya akan balasan Allah, rajin berdoa, dan bersyukur kepada Allah.

2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya yang berhubungan dengan diri sendiri yakni perilaku jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya yang berhubungan dengan sesama yakni sadar diri, patuh pada aturan sosial, menghargai prestasi dan karya orang lain, santun, demokratis.


(4)

5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Pak Guru karya Awang Surya dapat dijadikan bahan ajar serta dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester ganjil yang diwujudkan dalam bentuk RPP berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Guru bahasa Indonesia agar dapat menggunakan novel Pak Guru karya

Awang Surya sebagai alternative bahan pembelajaran mengenai unsur ekstrinsik berupa nilai-nilai pendidikan karakter.

2. Guru bahasa Indonesia hendaknya mengajarkan perilaku atau nilai-nilai pendidikan karakter yang positif kepada para siswa sebagai pembetukan karakter siswa melalui novel Pak Guru karya Awang Surya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2012. Pedidikan Karakter di Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Aqib, Zainal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter.

Bandung: Yrama Widya.

Budianta, Melani. 2006. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.

Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Esten, Mursal. 2013. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:

Angkasa.

Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Maksudin, 2013.Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mustari, Mohamad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Medan: Graha Ilmu. Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.


(6)

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Univeristas Lampung.


Dokumen yang terkait

Nilai Sosial dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA

45 364 133

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA

2 15 12

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA

0 2 19

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE : TINJAUAN Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye : Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Di SMA.

1 2 13

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLIKASINYA Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye : Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pem

0 3 18

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 12

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM NOVEL JALA KARYA TITIS BASINO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Jala Karya Titis Basino: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 11 13

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM NOVEL JALA KARYA TITIS BASINO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Jala Karya Titis Basino: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 7 18

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SARAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 8 13

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SARAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - repository perpustakaan

0 0 35