POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF NURCHOLIS MADJID

  i

  

POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PERSPEKTIF NURCHOLIS MADJID

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh:

Annilta Manzilah ‘Adlimah

NIM. 11113004

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

The Best Plan is No Plan.

  

PERSEMBAHAN

  Alhamdulillah dengan izin Allah Swt. skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku: 1.

  Ayahanda Sumardi dan Ibunda Kismatun yang telah memberikan mahkota kasih sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tak mengerti apa-apa hingga kini aku mengerti makna hidup.

  2. Adik-adikku tercinta Sofi Adha Mubaroka dan Azzada Ahmadul ‘Ibaad yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

  3. Guru-guruku yang telah membagikan ilmunya kepadaku sehingga aku menjadi manusia yang mengerti banyak hal.

  4. Sahabat-sahabat PP. Salafiyah Pulutan yang senantiasa menemaniku selama di bangku perkuliahan, semoga Allah Swt. menjadikan kalian sebagai generasi penerus Bangsa yang sholeh-sholehah.

  5. Sahabat-sahabat PAI angkatan 2013. Semoga dimanapun kalian berada, selalu mengamalkan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.

  6. Sahabat-sabahat PMII Kota Salatiga, UKM JQH, DEMA FTIK, DEMA Institut, Gusdurian Salatiga, dsb. yang telah mengajari dan memberikan banyak pengalamannya dalam berorganisasi sehingga aku tidak menjadi mahasiswa yang hanya aktif di bidang akademik namun juga dapat aktif di organisasi.

  7. Orang yang senantiasa menemani, memberikan semangat, dan senyuman di setiap hari-hariku.

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا الله مسب

  Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan junjungan kita Nabi Muhammad Saw., beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia, penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam semesta.

  Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.

  Terima kasih yang sebesar-besarnya juga harus penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  IAIN Salatiga 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan skripsi.

  5. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasehatnya selama penulis menjadi mahasiswanya.

  6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen IAIN Salatiga yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswanya.

  7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun spiritual.

  8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah Swt. serta tercatat dalam bentuk amalan ibadah. amin.

  Semoga jasa baik yang diberikan pada penulis akan mendapatkan balasan yang lebih berarti dari Allah Swt. penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karenanya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua kalangan terutama bagi penulis sendiri.

  Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

  Salatiga, 14 Maret 2017 Penulis Annilta Manzilah ‘Adlimah NIM. 111-13-004

  

ABSTRAK

  Adlimah, Annilta Manzilah. 2017. 11113004. Postmodernisme dalam Pendidikan

  Islam Perspektif Nurcholish madjid . Skripsi. Jurusan Pendidikan

  Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.

  

Kata kunci: Postmodernisme, Konsep Pendidikan Islam, dan Nurcholish Madjid.

  Penulisan skripsi ini merupakan sebuah upaya untuk mengupas lebih dalam tentang sosok pemikir Muslim modernis, atau lebih tepatnya, postmodernisme, yakni Nurcholish Madjid. Tujuan penelitian dalam skripsi ini ada dua hal, yaitu: (1) Mengetahui konsep pemikiran postmodernisme pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid; (2) Mengetahui relevansi postmodernisme terhadap pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid.

  Data penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut penulis peroleh dari membaca artikel, jurnal, buku-buku karya Nurcholish Madjid, dan buku-buku penunjang lainnya. Sehingga dapat dipastikan bahwa penelitian ini termasuk penelitian library research.

  Hasil dari penelitian dalam skripsi ini dapat diketahui bahwa Nurcholish Madjid atau yang biasa dikenal sebagai Cak Nur adalah seseorang yang terkenal dengan gerakan pembaharuan Islamnya di Indonesia. Adapun ide pokok pemikirannya, antara lain: (1) Sekularisasi; (2) Desakralisasi; (3) Inklusifisme; dan (4) Islam dan Ideologi. Sedangkan konsep postmodernisme pendidikan Islamnya, yaitu: (1) Ketuhanan; (2) Kemanusiaan; dan (3) Keadilan. Relevansi postmodernisme terhadap pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid bahwa pendidikan Islam tersebut mengarahkan dalam pembentukan kepribadian yang mencerminkan ajaran Islam. Kemudian secara logis kemampuan pribadi anak didik yang telah tertanam dalam dirinya nilai-nilai ajaran agama akan melahirkan konsekuensi yang mewujud dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga kemudian akan mewujudkan tatanan hidup masyarakat yang bernuansakan ketuhanan yang penuh dengan kedamaian dan sikap kebersamaan terhadap sesama.

  

x

  

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. v

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi

KATA PERSEMBAHAN ............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

ABSTRAK ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

BAB. I. PENDAHULUAN A.

  Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian ......................................................................

  5 E. Telaah Pustaka ............................................................................

  6 F. Landasan Teori ............................................................................ 11 G.

  Metode Penelitian ....................................................................... 14 H. Sistematika Pembahasan ............................................................. 16

  BAB. II. BIOGRAFI NURCHOLISH MADJID A.

  Sejarah Kehidupan Nurcholish Madjid ....................................... 18 B. Pendidikan Nurcholish Madjid ................................................... 22

  C.

  Karya-Karya ................................................................................ 41

  BAB. III. PENEGASAN ISTILAH A.

  Definisi Postmodernisme ............................................................ 45 B. Sejarah Postmodernisme ............................................................. 55 C. Definisi Pendidikan Islam ........................................................... 59

  BAB. IV. PEMBAHASAN A.

  Ide Pokok Pemikiran Nurcholish Madjid ................................... 73 B. Konsep Pendidikan Islam Menurut Nurcholish Madjid ............. 77 C. Analisis Relevansi Postmodernisme terhadap Pendidikan

  Islam Menurut Nurcholish Madjid .............................................. 80

  BAB. V. PENUTUP A.

  Kesimpulan ................................................................................. 83 B. Saran-Saran ................................................................................. 84

  DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

  Daftar Riwayat Hidup Penulis Nota Pembimbing Skripsi Lembar Konsultasi SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Allah Swt. telah menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di dunia ini juga

  tidak bisa lepas dari pendidikan. Karena pendidikanlah yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan atau tidaknya peran manusia dalam menjadi khalifah di dunia ini. Allah telah menganugerahkan manusia berupa akal dan pikiran inilah yang menjadikan pendidikan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Karena adanya pendidikan juga dikarenakan adanya daya pikir oleh akal manusia.

  Pendidikan Islam merupakan wahana bagi para peserta didik yang mengenyam pendidikan di bawah naungan pondok pesantren atau yang biasa disebut sebagai santri untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut merupakan proses transformasi untuk mempersiapkan generasi muda yang mempunyai bekal ilmu pengetahuan. Bekal ilmu pengetahuan tersebut berguna sebagai implementasi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, peran dan fungsi pendidikan Islam adalah sebagai pencetak manusia menjadi makhluk yang humanisme yaitu manusia yang dapat memanusiakan manusia lain.

  Hal tersebut perlu ditelaah kembali mengingat proses pendidikan yang cepat atau lambat dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Karena kehidupan yang ada akan terus berputar secara kontinu. Kemudian agar pendidikan Islam dapat bersaing di tengah berkembangan zaman, tentu saja pendidikan Islam harus sanggup menghadapi tantangan modernisasi ini saat ini. Namun, kesadaran akan hal itu belum ada dalam benak pendidikan Islam. Pembaharuan pemikiran pendidikan Islam yang selaras dan sesuai denga kondisi zaman perlu ditelaah. Sehingga muncullah metode baru terhadap pendidikan Islam dalam angka untuk mempertahankan dan memperjuangkan nilai-nilai ajaran Islam di era modernis ini.

  Pendidikan Islam mempunyai peran, fungsi, dan tujuan membentuk manusia yang berkembang menjadi manusia yang sempurna, yaitu manusia yang mampu menyeimbangkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam konteks inilah, kiranya umat Islam harus selalu berupaya menggali dasar- dasar dalam doktrin Islam (Al-

  Qur‟an dan Sunnah) sebagai landasan memecahkan setiap dilema historis-empiris yang terjadi. Dengan cara pembaharuan, atau lebih konkritnya upaya interpretasi teks-teks kitab suci, akan menjadikan Islam selalu sesuai selera zaman dan tidak usang tertutupi perkembangannya.

  Memperbincangkan gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Nurcholish Madjid (Cak Nur) karena ia adalah tokoh sekaligus pemain utamanya. Dalam pandangan Cak Nur, yang akan penulis bahas lebih jauh dalam penelitian ini, bahwa pembaharuan harus dimulai dari dua hal dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Dorongan melakukan pembaruan inilah menurut Cak Nur, bahwa kaum muslim Indonesia sekarang ini telah mengalami kejumudan kembali dalam pemikiran dan pengembangan ajaran- ajaran Islam, dan kehilangan kekuatan psikologis perjuangannya.

  Nurcholish Madjid adalah sosok pemikir Islam yang mempunyai pengaruh kuat dan luas dalam sejarah intelektualisme di Indonesia. Pemikirannya membawa dampak yang amat luas dalam kehidupan keagamaan umat Islam. Dalam pendidikan Islam ada sebuah wacana untuk mencari formulasi ideal seiring perkembangan IPTEK, metodologi dan permasalahan sosial-budaya yang perlu mendapat pencerahan dari dunia pendidikan Islam khususnya. Konsep ini tentu akan menjumpai hambatan-hambatan karena peristilahan pendidikan Islam yang masih umum. Adanya tarik menarik antara aspek filsafat dan teologi yang sulit dilepaskan dari Pendidikan Islam. Dimensi filsafat mungkin koheren dengan nilai- nilai Islam, sedangkan teologi lebih bersifat ekslusif, hanya menjustifikasikan hal- hal yang tekstual bersumber dari Al- Qur‟an dan Hadits (Widodo, 2007: 25). Secara umum dasar filsafat membawa konsekuensi bahwa rumusan pendidikan Islam harus beranjak dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang digali dari pemikiran manusia muslim dan sepenuhnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai asasi ajaran Islam (Nizar, 2002: 58).

  Tak sulit disepakati bahwa Nurcholish Madjid adalah seorang pemikir- Muslim modernis atau lebih tepatnya, postmodernisme, menggunakan peristilahannya yang sering ia sendiri lontarkan. Maka, melanjutkan para berpendapat bahwa Islam harus dilibatkan dalam pergulatan-pergulatan modernistik. Namun, berbeda dengan para pendahulunya, kesemuanya itu tetap harus didasarkan atas kekayaan khazanah pemikiran keislaman tradisional yang telah mapan.

  Dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis berkonsentrasi dalam penelitian ini dengan judul

  “Postmodernisme dalam Pendidikan Islam Perspektif Nurcholish Madjid”.

B. Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini, penulis fokus pada beberapa pokok pembahasan, di antaranya:

1. Apa ide pokok pemikiran Nurcholish Madjid? 2.

  Bagaimana konsep pemikiran postmodernisme pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid? 3. Bagaimana relevansi postmodernisme terhadap pendidikan Islam menurut

  Nurcholish Madjid? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka penulis dalam penulisan penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, di antaranya:

  1. Untuk mengetahui apa ide pokok pemikiran Nurcholish Madjid.

  2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pemikiran pendidikan Islam 3.

  Untuk mengetahui Bagaimana relevansi postmodernisme dengan pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid.

D. Manfaat Penelitian

  Selanjutnya penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah:

  1. Manfaat Teoritis a.

  Penelitian ini merupakan sumbangsih khasanah keilmuan pendidikan Indonesia secara umum dan pendidikan Islam.

  b.

  Sebagai referensi yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain yang tertarik meneliti suatu konsep pendidikan Islam.

  c.

  Bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan tambahan koleksi kepustakaan.

  2. Manfaat Praktis

  Segala perbuatan yang dilakukan diharapkan mengandung menafaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Oleh sebab itu, berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan penulis, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, sebagai berikut: a.

  Manfaat bagi Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Sebagai bahan dokumentasi bagi pengembangan konsep pendidikan Islam, dan menjadi masukan untuk lembaga agar mempunyai pandangan yang luas terhadap ilmu pengetahuan.

  Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Sebagai sarana yang bisa dibaca dan bisa menjadi sumber rujukan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan konsep pendidikan Islam tokoh pembaharuan Islam. Sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

  c.

  Manfaat bagi peneliti Menambah wawasan keilmuan tentang konsep pendidikan Islam tokoh pembaharuan Islam, sehingga mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

E. Telaah Pustaka

  Kajian tentang postmodernisme pendidikan Islam memang bukan yang pertama kali dilakukan oleh para penulis, terutama penelitian jurnal maupun skripsi. Sejauh penelusuran yang dilakukan, penulis menjumpai hasil penelitian yang memiliki titik singgung dengan judul yang diangkat dalam penelitian skripsi ini, berikut beberapa literatur yang menjadi acuan pustaka sebagai komparasi akan keontetikan penelitian ini:

  Penelitian yang berkaitan dengan postmodernisme pendidikan Islam, penulis merujuk penelitian jurnal yang ditulis oleh Mukalam pada Intertextual

  

Studies for Civilization (ISC) Yogyakarta pada tahun 2013 yang berjudul

  “Postmodernisme dan Filsafat Pendidikan Islam”. Pada penelitian ini dikupas mengenai perspektif menarik dari logika postmodernisme bila ditarik ke dalam logika filsafat pendidikan Islam. Dengan logika postmodernisme, filsafat konsep lama seperti pengetahuan, manusia, dan sejarah di dalam sinaran konsep relasi pengetahuan dan kekuasaan, multi-identitas dan instabilitas subyek, lokalotas pengetahuan dan sebagainya. Ide-ide postmodernisme mungkin terasa mencemaskan, terkesan menihilkan segala sesuatu, meragukan semua konsep dan merelatifkan semua pandangan. Namun satu hal perlu dicatat, gal tersebut bukan satu alasan untuk cepat-cepat menolak dan meninggalkannya (Mukalam, 2013: 288). Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Mukalam yakni sama-sama membahas tentang postmodernisme dengan pendidikan Islam. Namun ada pula yang membedakannya yakni terletak pada subjek penelitian penulis adalah perspektif Nurkholish Madjid, sedangkan pada jurnal saudara Mukalam tidak terdapat fokus subjeknya.

  Kajian yang kedua penulis merujuk pada skripsi Khusnul Itsariyati, Mahasiswi jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2010 yang berjudul “Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Nurcholis Madjid (Tinjauan Filosofis dan Metodologis)”. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembaharuan pendidikan Islam menurut Nurcholis Madjid yaitu pendidikan yang menuju pada progressivisme dan dinamika, dengan pemahaman agama menjadi dasar pemikiran Nurcholis Madjid yaitu dengan rasionalisasi yang diikuti dengan pandangan sikap terbuka dan berpikir kritis terhadap segala hal, maka pembaharuan pendidikan Islam Nurcholis Madjid perlu dimulai dengan dihapusnya garis pemisah antara pendidikan umum dan pendidikan agama, gerbang pendidikan Islam pada masa yang akan datang. Sehingga pendidikan Islam akan dapat mengikuti perkembangan zaman (Itsariyati, 2010). Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudari Khusnul Itsariyati yakni sama-sama membahas tentang pendidikan Islam menurut Nurcholis Madjid. Metode yang digunakan juga sama yakni dengan menggunakan metode literatur. Namun yang membedakannya terletak pada konsep pendidikan Nurcholis Madjid yang menuju progessivisme dan dinamika. Sedangkan pada penelitian penulis, konsep pendidikan Nurcholis Madjid dalam postmodernisme.

  Kajian ketiga, penulis merujuk pada skripsi saudara Ahmad Nadhif, Mahasiswa Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga pad a tahun 2012 yang berjudul “Prinsip-Prinsip Postmodern dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam”. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konseptual pendidikan Islam dapat diinkorporasikan dengan prinsip-prinsip postmodern.

  1. Konseptual pendidikan islam yang terkesan normatif dan etis harus didekonstruksi dengan pengkajian kritis dan inklusif, karena jika pendidikan Islam masih menggunakan konseptual serupa maka pendidikan akan menjadi penjara yang bertopeng keagamaan.

  2. Ragam epistemologi yang terdapat dalam keilmuan pendidikan Islam dapat dipadukan dengan konsep integrasi-interkoneksi, karena disadari bahwa masing epistemologis mempunyai bahasa tersendiri.

3. Konseptual pendidikan Islam yang normatif-etis, bisa jadi atas dasar sejarah harus dikaji secara kritis dan reflektif (Nadhif, 2012).

  Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Ahmad Nadhif yakni sama-sama membahasa tentang hubungannya postmodernisme dengan pendidikan Islam. Namun yang membedakan adalah penelitian dari saudara Ahmad Nadhif lebih membicarakan prinsip-prinsip postmodernisme, sedangkan penelitian penulis yakni tentang pandangan Nurcholis Madjid tentang postmodernisme pendidikan Islam.

  Kajian keempat, penulis merujuk pada jurnal Achmad Reyadi AR, mahasiswa pascasarjana IAIN Sunan Ampel pada tahun 2011 yang berjudul “Postmodernisme; Perspektif Ajaran Islam dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam”. Pada penelitian ini akan dikupas mengenai eksistensi postmodernisme sebagai sebuah aliran pemikiran yang mengkritisi terhadap modernisme. Munculnya postmodernisme membawa harapan baru sekaligus menjadi tantangan bagi pendidikan Islam. Harapan bagi pendidikan Islam adalah bahwa di era postmodern akan terjadi kesemarakan kehidupan keagamaan. Akibat pengaruh kehidupan masa kini yang penuh dengan suasana kesibukan dengan memunculkan situasi kompetitif, pengejaran prestasi secara progresif menyebabkan manusia menjadi letih (Reyadi AR, 2011: 82). Jurnal penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Achmad Reyadi AR yakni sama-sama membahas tentang postmodernisme dengan pendidikan Islam. Namun ada pula yang membedakannya yakni relevansi Achmad Reyadi AR lebih terfokus pada implikasi postmodernisme terhadap pendidikan Islam.

  Kajian kelima, penulis merujuk pada skripsi Moh. Zainal Muhtar, mahasiswa jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2015 yang berjudul “Aktualisasi Pendidikan Agama Islam di Era Postmodernisme dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam (Telaah Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas X Kurikulum 2013)”. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

  1. Postmodernisme muncul memberikan koreksi-koreksi sistematis terhadap era modern. Postmodern menawarkan alternatif lain yang selama ini sering diabaikan oleh manusia, yakni nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan nilai-nilai keagamaan.

  2. Sebagai sebuah pemikiran, postmodern memberikan kritik dan menolak atas segala bentuk ketunggalan, fondasional, linier, otoriter, dan universalisme yang menjadi postulat kebenaran modenisme.

  3. Aktualisasi Pendidikan Agama Islam di sekolah menjadi suatu hal mutlak dilakukan sebagai salah satu upaya penyegaran dan pembaharuan nilai-nilai Islam dan kehidupan peserta didik dewasa ini dengan berbagai macam tantangan kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya.

  4. Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum 2013 saat ini, menunjukkan bahwa tidak lagi menekankan pada aspek kognitif (pengetahuan) semata, dan psikomotorik (tingkah laku) pada peserta didik, sehingga pada ranah konkritnya, peserta didik tidak hanya dituntut untuk sekedar mengetahui tentang ajaran Islam, melainkan juga meyakini dan menghayati serta mempraktikkan ajaran Islam tesebut dalam kehidupan sehari-hari (Muhtar, 2015: 160-161).

  Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara postmodernisme dengan pendidikan. Namun yang membedakan adalah penelitian dari saudara Moh. Zainal Muhtar lebih membicarakan relevansi postmodernisme dengan tujuan pendidikan Islam bagi peserta didik, sedangkan penulis lebih fokus dalam relevansi postmodernisme dengan pendidikan Islam itu sendiri.

F. Landasan Teori

  Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam skripsi ini, perlu penulis batasi ruang ligkup istilah yang berkaitan dengan skripsi ini. Terutama yang berkaitan dengan istilah konsep, relevansi, postmodernisme, pendidikan Islam, dan Nurcholish Madjid.

1. Konsep

  Konsep adalah rancangan atau ide yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit, gambaran, mental dari objek, proses ataupun yang dari luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2005: 588). Dalam bahasa Inggris, konsep ditulis concept, yang berarti pokok pertama yang

  something formed by mentally combining all characteristic or particulars ,

  artinya konsep adalah suatu paham atau ide umum, yaitu pemikiran tentang sesuatu yang terbentuk secara mental yang menggabungkan seluruh karakteristik dan kekhususan.

  2. Relevansi Relevansi adalah hubungan, keterkaitan, kesesuaian (KBBI, 1989:

  377). Sesuatu adalah relevan dengan tugas jika kemungkinan dapat meningkatkan dan mencapai tujuan. Sebuah hal yang mungkin relevan, dokumen atau sepotong informasi mungkin relevan. Pemahaman dasar relevansi tidak tergantung pada apakah kita berbicara tentang sesuatu atau informasi jadi menurut pemahaman ini, relevansi mempunyai keterkaitan atau kesesuaian antara dua premis yang berbeda.

  3. Postmodernisme Menurut Bambang Sugiharto (Sugiharto, 2016: 30), terdapat tiga konsepsi tentang postmodern yang dapat digolongkan sebagai berikut. Pertama, pemikiran yang hendak merevisi kemodernan dan cenderung kembali ke pra- modern. Corak pemikiran yang mistiko-mitis dan semboyan khas pemikiran ini adalah holisme. Kedua, pemikiran yang erat pada dunia sastra dan banyak pada persoalan linguistik. Kata kunci yang populer adalah dekonstruksi, yaitu kecenderungan untuk mengatasi gambaran-gambaran dunia modern melalui gagasan anti gambaran dunia sama sekali. Semangat membongkar segala unsuur yang penting dalam sebuah gambaran dunia, seperti diri, tuhan, tujuan, adalah J.F. Lyotard, M. Foucauld, Jean Baudrillard, Jacques Derrida. Ketiga, pemikiran yang hendak merevisi modernisme, tidak dengan menolak modernisme secara total, namun dengan memperbaharuinya premis-premis modern di sana-sini saja. Singkat kata, kritik terhadap imanen terhadap modernisme dalam rangka mengatasi berbagai konsekuensi negatifnya.

  A.Toynbee menjelaskan bahwa sejarah baru telah dimulai sejak berakhirnya dominasi barat, yaitu pada tahun 1875, yang ditandai surutnya individualisme, kapitalisme, dan kristianitas, serta bangkitnya kekuatan non- Barat (Sugiharto, 2016: 21). Kecenderungan ini juga ditandai oleh zaman yang terkomputasi dan ambiguitasnya semua klaim kebenaran yang dihasilkan oleh rasional-empirik memunculkan beragam gerakan untuk mencari alternatif baru dalam peradaban.

4. Pendidikan Islam

  Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Pendidikan Islam secara bahasa berasal dari kosa kata Arab, yaitu Rabba-Yurobbi, yang mempunyai arti mendidik, merawat, melindungi, mengajari, dan lain sebagainya. Namun, dalam perkembangannya, kosa kata tersebut mempunyai tiga makna yang berbeda, yaitu

  tarbiyah, ta‟lim,

dan ta‟dzib, dan mempunyai konsepsi yang berbeda pula. Oelh karena itu,

  pemaknaan ketiga kosa kata tersebut dapat dijadikan acuan prinsip dalam pendidikan islam, emskipun dalam tataran teoritis maupun praktis masih sebagai pendidikan yang bersifat normatif dan teologis.

  Nurcholish Madjid urcholish Madjid dilahirkan di sudut kampung kecil di Desa Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Ia lahir pada tanggal 17 Maret 1939, dari kalangan keluarga pesantren. Ayahnya bernama H. Abdul Madjid, seorang alim jebolan Pesantren Tebuireng, dan murid kesayangan Hadratus Syekh K.H.

  Hasyim Asy‟ari, Ra‟is Akbar dan pendiri NU.

  Aktif dalam gerakan kemahasiswaan. Ketua Umum PB HMI, 1966-1969 dan 1969-1971; Presiden (pertama) PEMIAT (Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara), 1967-1969; Wakil Sekjen IIFO (International Islamic Federation of Students Organizations), 1969-1971 (Barton, 1999: 75).

G. Metode Penelitian

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode, di antaranya:

1. Sumber Data

  Sumber data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan langsung dengan topik pembahasan. Sumber data di bagi menjadi dua, yaitu: a.

  Sumber data primer, yaitu data yang diambil dari sumber utamanya. Di sini penulis cantumkan beberapa sumber primernya, antara lain: 1) Madjid, Nurcholish. 1987. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.

  Bandung: Mizan. 2)

  Madjid, Nurcholish. 1992. Islam, Doktrin, dan Peradaban; Sebuah

  Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan . Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.

  3) Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina.

  4) Madjid, Nurcholish. 2007. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: PT.

  Bulan Bintang.

  b.

  Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diambil dari sumber data kedua. Yang berfungsi untuk penguat dari sumber data yang utama.

  Antara lain: 1)

  Aziz, Ahmad Amir. 1999. Neo-Modernisme Islam di Indonesia; Gagasan Sentral Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid .

  Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2)

  Soyomukti, Nurani. 2016. Teori-Teori Pendidikan dari Tradisional,

  (Neo) Liberal, Marxis-Sosiolis, Hingga Postmodern . Yogyakarta: Ar- Ruz Media.

  3) Vattimo, Gianni. 2016. Akhir Modernitas; Nihilisme dan

  Hermeneutika dalam Budaya Postmodern . Yogyakarta: Nusantara Press.

  4) Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid

terhadap Pendidikan Islam Tradisional . Jakarta: Ciputat Press.

  5) Dll.

  2. Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan membaca buku-buku, karya ilmiah, jurnal, dan artikel yang berkaitan diolah menjadi pembahasan yang mudah dipahami.

3. Analisis Data

  Penulisan skripsi ini termasuk penelitian library research. Yaitu penelitian yang objek utamanya adalah buku-buku dan literatur lainnya.

  Teknik penelitian yang menekankan sumber informasi pada bahan kepustakaan, baik berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya, yang sesuai dengan obyek pembahasan penelitian (Sugiyono, 2006: 3).

H. Sistematika Pembahasan

  Guna memperoleh gambaran yang jelas, dan mudah dalam memahami isi pembahasan dari skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

  BAB II Berisi tentang biografi Nurcholish Madjid. BAB III Berisi pembahasan tentang definisi dan peristilahan postmodernisme, gambaran atau sejarah kemunculan postmodernisme, dan definisi pendidikan Islam. postmodernisme dalam pendidikan Islam menurut Nurcholish

  Madjid, dan analisis relevansi postmodernisme terhadap pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid.

  BAB V Berisi kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI A. Sejarah Kehidupan Nurcholish Madjid Nama pertama yang diberikan pasangan H. Abdul Madjid dan Hj. Fathonah kepada putra sulungnya adalah Abdul Malik, yang berarti “hamba Allah” (Malik merupakan nama sebutan untuk Allah dalam deretan ketiga Asmaul Husna, nama-nama Allah yang Indah) (Gaus AF, 2010: 1). Abdul malik lahir di Mojoanyar Jombang pada tanggal 17 Maret 1939 yaitu bertepatan dengan tanggal

  26 Muharram 1358. Ayah Abdul Malik adalah seorang ayah yang rajin dan ulet dalam mendidik putranya dia adalah seorang figur ayah yang alim. Dia merupakan Kiai alim alumni pesantren Tebuireng dan termasuk dalam keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU), yang secara personal memiliki hubungan khusus dengan K.H Hasyim Asy‟ari, salah seorang founding father Nahdlatul Ulama. H. Abdul Madjid inilah yang menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada Abdul Malik semenjak dirinya masih berusia 6 tahun (Barton, 1999: 74).

  Perubahan nama menjadi Nurcholish Madjid terjadi pada usia 6 tahun karena Abdul Malik kecil sering sakit-sakitan. Dalam tradisi Jawa, anak yang sering menderita sakit dianggap “kabotan jeneng” (keberatan nama), dan karena itu perlu ganti nama. Alasan lain perubahan nama itu adalah keinginan dari Abdul Malik sendiri. Sewaktu mulai diajari mengaji oleh ibunya, dan membaca surat al- Fatihah, ia selalu minta agar kata „maliki‟ (yawmiddin) dalam surat itu diloncati saja: “Mak, nggak atik maliki-maliki mak!” (Mak, tidak usah pakai „maliki- maliki‟ Mak). Pemberian nama Nurcholish sendiri tidak terlalu jelas asal- muasalnya, kecuali bahwa nama itu dari kata Arab, nur berarti “cahaya” dan cholish berarti “murni” atau “bersih”. Sementara itu nama belakangnya, Madjid, diambil dari nama belakang sang ayah. Nurcholish Madjid populer dipanggil dengan sebutan Cak Nur (Cahyo, 2014: 210).

  Nurcholish lahir di lingkungan keluarga pesantren. Ayahnya, H. Abdul Madjid, adalah santri dari tokoh pendiri NU (Nahdlatul Ulama), Hadratusy Syaikh Hasyim Asy‟ari di Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Lebih dari sekadar santri, Abdul Madjid adalah santri yang sangat dipercaya oleh Kiai Hasyim lantaran prestasi belajarnya, terutama di bidang tata bahasa Arab (nahwu-sharaf) dan ilmu

  

hisab atau ilmu hitung. Ketika menjadi santri Tebu Ireng, Kiai Hasyim

  memberinya nama Muhammad Thahir. Nama Abdul Madjid digunakan setelah pulang menunaikan ibadah haji pada 1927. Hubungan keduanya memang seperti anak dan bapak. Abdul Madjid, misalnya, kerap diminta oleh Kiai Hasyim untuk mengambilkan uang dari kantung jas di kamar sang Kiai. Ini hal yang tidak biasa, terutama bagi orang Jawa, dan hanya bisa terjadi karena kedekatan pribadi. Di lain waktu, Abdul Madjid juga sering terlihat sedang memijat tubuh sang Kiai.

  Karena kedekatan itu pula, Kiai Hasyim menjodohkan Abdul Madjid dengan cucunya sendiri, Halimah. Ikatan perkawinan itu berlangsung selama dua belas tahun, namun tidak dikaruniai anak. Akhirnya mereka berpisah. Kiai Sajad, pendiri Pesantren Gringging, Kediri, Jawa Timur. Fathonah adalah adik dari Imam Bahri, santri Kiai Hasyim di Pesantren Tebu Ireng. Melalui Imam Bahri inilah Kiai Hasyim mengatur perjodohan Abdul Madjid dan Fathonah.

  Menginjak tahun kedua pernikahan Abdul Madjid dan Fathonah, lahirlah Nurcholish. Belum genap berusia dua tahun Nurcholish memiliki adik perempuan yang bernama Radliyah atau Mukhlishah. Setelah itu menyusul adik perempuannya yang lain yang bernama Qoni‟ah (meninggal pada usia 15 tahun akibat penyakit malaria tropika), kemudian berturut-turut lahir Saifullah Madjid dan Muhammad Adnan. Seperti halnya Nurcholish, kedua adik laki-lakinya ini juga disekolahkan di pesantren Gontor. Hanya saja, berbeda dengan Nurcholish yang menapaki jalur keilmuwan, atau Mukhlishah yang menjadi guru, Saifullah Madjid dan Muhammad Adnan memilih jalur bisnis setelah lulus kuliah (Gaus AF, 2010: 2-3).

  Meski terdidik secara santri, keluarga H.Abdul Madjid tidak tinggal di lingkungan pesantren. Ketika Nurcholish lahir di Mojoanyar, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, kawasan ini masih didominasi kaum abangan (kaum muslim yang tidak menjalankan syariat Islam). Pada 1946, H. Abdul Madjid mendirikan Madrasah Diniyah al-Wathaniyah sekolah Islam pertama di desa ini. al- Wathaniyah secara harfiah berarti “patriotisme”, karena didirikan pada masa revolusi. Madrasah inilah yang mengawali terbentuknya tradisi pendidikan Islam di Kecamatan Bareng. tumbuh subur dengan adanya empat pesantren besar: Pesantren Bahrul Ulum di Tambak Beras, Kecamatan Jombang (didirikan pada 1838), Pesantren Darul Ulum di Rejoso, Kecamatan Peterongan (didirikan pada 1885), Pesantren Tebu Ireng, Kecamatan Diwek (didirikan pada 1899), Pesantren Mambaul Maarif di Denanyar, Kecamatan Jombang (didirikan pada 1917). Keterlambatan wilayah Bareng dalam mengadopsi sistem pendidikan Islam disebabkan oleh kenyataan bahwa kultur keislaman di wilayah ini dan tidak terlalu dominan. Kendatipun Islam dipeluk oleh mayoritas penduduk Bareng, namun sebagian besar mereka adalah abangan. Selain itu, agama-agama Kristen, Hindu, Buddha, dan secara lebih luas, Jombang, dengan latar belakang sejarah yang panjang, yaitu kolonialisme (Kristen), kerajaan Majapahit (Hindu-Buddha), dan gelombang kedatangan orang-orang dari daratan China pada abad ke-16 (Konghucu) (Gaus AF, 2010: 7).

  Nurcholish kecil adalah pribadi pendiam. Jika tidak sedang berhasrat untuk bermain, ia duduk di bawah pohon dan mengeluarkan secarik kertas berisikan catatan pelajaran. Ketika teman-temannya satu persatu mengerubunginya, ia menciptakan suasana belajar dengan menanyakan kepada mereka satu orang satu pertanyaan, dan membetulkannya jika ada yang salah. Setelah itu mereka berlarian ke tepi sungai untuk menabur dedak di sekitar wuwu (alat penjaring ikan yang terbuat dari bambu). Esok harinya, sehabis subuh, mereka kembali ke tepi sungai untuk mengangkut ikan yang tersangkut pada

  (Gaus AF, 2010: 9).

  wuwu

B. Pendidikan Nurcholish Madjid 1. Madrasah Al-Wathoniyah dan Sekolah Rakyat (SR) Mojoanyar Jombang

  Pendidikan awal Nurcholish Madjid dimulai tahun 1952 yaitu pada madrasah diniyah milik keluarga. Nurcholish Madjid masuk juga pada sekolah rakyat (SR) di kampungnya. Dalam mempersepsikan tatanan pendidikan yang diberikan oleh ayahnya, Nurcholish Madjid mencatat:

  Meskipun pendidikan resmi Abdul Madjid hanya tamatan Sekolah Rakyat (SR), tetapi ia memiliki pengetahuan yang luas. Fasih dalam bahasa Arab dan mengakar dalam tradisi pesantren. Abdul Madjid sering dipanggil “kiai haji”, sebagai penghormatan atas ketinggian ilmu keislaman yang dimilikinya, walaupun ia sendiri secara pribadi tidak pernah menyebut diri sebagai kiai dan tidak pernah secara resmi bergabung dengan kalangan ulama. Dan meskipun ia tetap menyebut diri sebagai orang biasa, namun hal itu tidaklah membendung keinginannya untuk mendirikan sebuah madrasah.

  Bahkan ia menjadi pengelola utama pada pembangunan madrasah yang ia kelola sendiri dan juga yang paling berperan dalam membesarkan madrasah al-Wathoniyah di Mojoanyar Jombang.

  Penanaman nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan oleh H. Abdul Madjid kepada Nurcholish Madjid, bukan saja melalui penanaman aqidah,

  Qur‟an saja, akan tetapi juga dengan arah pendidikan formal bagi Nurcholish Madjid.

  Pendidikan dasar yang ditempuhnya pada dua sekolah tingkat dasar, yaitu di

  Madrasah al-Wathoniyah dikelola oleh ayahnya sendiri dan di Sekolah Rakyat (SR) di Mojoanyar, Jombang (Barton, 1999: 72).

  Madrasah al-Wathaniyah didirikan oleh H. Abdul Madjid untuk mengimbangi pendidikan sekuler (Sekolah Rakyat/SR). Ketiadaan lembaga pendidikan agama menjadi alasan anak-anak muda di sini mewarisi kebiasaan mabuk dan berjudi. H. Abdul Madjid mengambil tanggung jawab pendidikan anak-anak Islam ke pundaknya. Mula-mula, pendidikan agama dilakukan secara semiformal di dalam mushola yang masih berupa papan dan anyaman bambu. Baru pada 1947 ia mendirikan bangunan al-Wathaniyah di atas lahan kosong miliknya, di bawah naungan Yayasan Wakaf Umat Sejahtera yang juga ia didirikan bersama Kiai Abdul Mukti.

  Madrasah al-Wathaniyah pada awalnya merupakan sekolah pelengkap untuk membekali anak-anak dengan pendidikan agama yang memadai, yang tidak didapat di SR. untuk tujuan itu, Nurcholish Madjid mengenyam pendidikan rangkap. Pagi hari ia sekolah di SR, dan sore harinya belajar di Madrasah al-Wathaniyah. Guru-guru di SR semuanya beragama Kristen. Karena itu salah seorang pamannya pernah melarang Nurcholish belajar di SR. tetapi itu tidak memberikan solusi. Arus pendidikan sekular berusaha diimbangi dengan mendirikan al-Wathaniyah, tanpa berusaha untuk menyainginya (Gaus AF, 2010: 7). belajar di SR. bagaimanapun, ia menganggap pengetahuan umum tetap penting. Ia juga tidak melihat anaknya kesulitan menerima pelajaran pagi dan sore hari. Ini terlihat dari nilai-nilainya yang rata-rata baik, terutama ilmu hitung dari nilai-nilainya yang rata-rata baik, terutama ilmu hitung atau aljabar yang selalu mendapat nilai tinggi. Pada saat yang sama, Nurcholish juga mampu dengan mudah menguasai pelajaran di madrasah seperti tata bahasa Arab (nahwu-sharaf). Di SR Nurcholish diajari ilmu bumi, dan ia mampu menggambar peta Jawa Timur lengkap dengan letak kota-kotanya tanpa melihat atlas. Dan pada saat yang sama, ia juga tidak kesulitan menghapal beberapa kitab berbahasa Arab seperti

  „Aqidah al-„Awwam dan „Imriti (Gaus AF, 2010: 8).

  Pemikiran Nurcholish Madjid yang sedemikian rupa tentu tidak lepas dari pengaruh lingkungan rumah dan eksistensi keluarga serta pengaruh terbesarnya terletak pada asuhan yang diberikan oleh sang ayah. Jadi, sejak tingkat dasar, Nurcholish Madjid telah mengenal dua model pendidikan.

  Pertama, pendidikan dengan pola madrasah, yang sarat dengan penggunaan kitab kuning sebagai bahan rujukannya. Kedua, Nurcholish Madjid juga memperoleh pendidikan umum secara memadai, sekaligus berkenalan dengan metode pengajaran modern. Pada masa pendidikan dasar ini, khususnya di Madrasah Wathoniyah, Nurcolish Madjid sudah menampakkan kecerdasannya dengan berkali-kali menerima penghargaan atas prestasinya (Nadroh, 1999: 21).

   Pondok Pesantren Darul „Ulum Rejoso Jombang

  Selepas menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Nurcholish Madjid melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi. Pesantren Darul „Ulum Jombang menjadi pilihan ayahnya dan dipatuhi oleh Nurcholish Madjid.

  Pesantren Darul „Ulum yang lebih dikenal dengan nama Pesantren Rejoso, karena terletak di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan. Ia tidak dikirim ke Pesantren Tebu Ireng, almamater ayahnya dulu, karena pengasuh pesantren tersebut, KH. Hasyim Asy‟ari, telah wafat.

  Ketika masuk ke Pesantren Rejoso atau Darul „Ulum, Nurcholish diterima di kelas enam tingkat Ibtidaiyah. Ia melompati kelas lima karena semua mata pelajarannya telahia kuasai semenjak duduk di bangku madrasah milik ayahnya, al-Wathaniyah. Pelajaran di eklas enam pun pada dasarnya hanya mengulang pelajaran di al-Wathaniyah, sehingga ia dengan mudah menamatkan belajarnya, dan kemudian melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah pada 1954, di pesantren yang sama. Hal yang baru bagi Nurcholish ialah bahwa ia menetap di asrama dan menghirup tradisi pesantren secara penuh (Gaus AF, 2010: 12).

  Pada tahun pertama, Nurcholish sangat menikmati kegiatan belajar. Sebagian besar karena ia telah dibekali pengetahuan dasar di Madrasah al- Wathaniyah dengan kitab-kitab standar seperti Jurumiyah, Imrithi, Tuhfatul