IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI I KLATEN TAHUN AJARAN 20072008

  

IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN PAI

DI SMP NEGERI I KLATEN TAHUN AJARAN 2007/2008

SKRIPSI

  Dajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

  Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Disusun Oleh :

ANWAR SANUSI

NIM : 11101027

JURUSAN TARBIYAH

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2008

  

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433, Fa*. 323433 Salatiga 50721 Website :

  

DEKLARASI

Bismillahirrahmanirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Juli 2008 Peneliti

ANWAR SANUSI

  Fatchurrahman, M.Pd

  Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion No. 02 Salatiga telp. (0298) 323706, faks. 323444, Salatiga, 50712

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Sdr. Anwar Sanusi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami mengadakan pengarahan, bimbingan, dan perbaikan seperlunya, maka naskah skripsi saudara : Nama : ANWAR SANUSI

  NIM :11101027 Jurusan : TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Judul : IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN PAI DI

  SMP NEGERI 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2007 / 2008 Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan.

  Demikian harap menjadikan periksa dan akhirnya kami sampaikan terima kasih.

  Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, Juli 2008 Pembimbing

  Fatclyurrahman. M.Pd NIP.150303024

  

DEPERTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

( STAIN ) SALATIGA

JL Stadion No. 03 Phone. (0298) 323433,323706 Salatiga 50721

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : ANWAR SANUSI dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 01

  

027 yang berjudul "IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

PAI DI SMP NEGERI I KLATEN TAHUN AJARAN 2007/2008". Telah

  dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Pada hari Kamis, 28 Agustus 2008 M yang bertepatan dengan tanggal 26 Sya’ban 1429 H, dan telah diterima sebagai bagian dan syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  28 Agustus 2008 M Salatiga, ---------------------------------------

  26 Sya'ban 1429 H Panitia Ujian

  Sekretaris Sidang r.

  Imam Sutomo, M.Ag Dr. Muh. Saerozi M.Ag / NIP. 150 216 8 1 4 NIP. 150 2 4 7 014

  Penguji I

  Penguji II Drs. AbduTSvukur, M.Si Maslikhah, M.Si

  NIP. 150 268 212 NIP. 150 302 272 Pembimbing

  

FatcHurrohman, M.Pd

  

MOTTO

... ijly ij f ^ js

  » j

  V 'u!

"...Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu merubah

nasibnya sendiri...

  ” (Q.S. Ar-Rad : 11)

  PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan Skripsi Ini Untuk :

  1. Almamaterku tercinta yang menjadi tempat menimba ilmu yang akan menjadi penerang dalam perjuangan manegakkan agama Allah.

  2. Bapak dan Ibu Ali Wardoyo yang telah tiada semoga diterima disisi Allah dan senantiasa ditempatkan di surga.

  3. Untuk kakakku (Mbak Kus, Mbak Ida, Mbak Upik, Mbak Ninuk) tersayang yang telah menjadi saudara dan sahabat dalam hidupku.

  4. Untuk bunga hati yang telah menyejukkan dan menghiasi taman impianku.

  5. Untuk teman-temanku semua.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita jadikan uswatun hasanah dalam kehidupan sehari-hari.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan juga saran dari berbagai pihak. Tanpa mereka mungkin penelitian ini tidak dapat selesai dengan baik dan lancar.

  Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

  1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberi penulisan skripsi ini.

  2. Fatchurrahman, M.Pd selaku pembimbing yang telah dengan ikhlas memberikan bimbingan, pengarahan dan saran sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik.

  3. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga beserta staf dan karyawan, Terima kasih atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis.

  4. Seluruh staf dan civitas akademik Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

  5. Drs. Giri Susanto, M.Pd, guru dan karyawan SMP Negeri I Klaten yang telah memberikan bantuan berupa data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

  6. Keluargaku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan juga doa restunya.

  7. Teman-temanku serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil demi kelancaran penulisan skripsi ini.

  Akhirnya penulis hanya dapat mendoakan semoga amal baik Bapak, Ibu serta saudara sekalian mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan somga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.

  Klaten, Juli 2008 ANWAR SANUSI

  DAFTAR ISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  • BAB II LANDASAN TEORI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN - LAMPIRAN

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar.

  Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai dari masyarakat, serta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh pendidikan adalah melalui pendidikan formal.

  Untuk mencapai tujuan pendidikan dengan teratur dan sistematis perlu adanya suatu kerangka acuan dengan pedoman implementasi proses pedidikan, yaitu berupa Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). GBPP yang digunakan harus sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dari sini diharapkan proses pendidikan tersebut dapat membantu siswa untuk mengembangkan dirinya agar mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya.

  Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2008 tentang setandar nasional pendidikan, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 mengamanatkan setiap satuan pendidikan untuk membuat KTSP sebagai pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang

  2 Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah mengenai KTSP, sistem pembelajaran harus mengarah pada pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan.

  Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan dapat diartikan sebagai sistem di mana hasil belajar berupa Satuan Pendidikan yang harus dikuasai oleh siswa perlu dirumuskan terlebih dahulu secara jelas. Hasil belajar yang dimaksud berupa kompetensi yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diharapkan dicapai sebagai hasil pembelajaran. Hasil tesebut diukur berdasarkan indikator pencapaian kompetensi.1

  Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga komponen penting dalam program pembelajaran. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, serta kekuatan dan kelemahan yang ada pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan penyempurnaan kurikulum.

  KTSP diasumsikan lebih global dibanding KBK, karena dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas, materi pokok, standar hasil belajar siswa dan prosedur implementasi pembelajaran. Akan tetapi, keragaman sumber daya pendidikkan di Indonesia membuka ruang untuk munculnya variasi dalam pencapaian standar nasional kompetensi dasar seperti yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penerapan KTSP perlu ditunjang dengan langkah

  3

  

bench marking dalam mata pelajaran yang diujikan, termasuk pelajaran

Pendidikam Agama Islam (PAI).

  Sebagai “pemberi nilai spiritualitas”, efektifitas PAI sering dipertanyakan. Terjadinya krisis politik, ekonomi, sosial, hukum, retaknya relasi etnis, ras, golongan dan agama dianggap sebagai akibat akhir dari lemahnya kontribusi PAI dalam menanamkan integritas etik pada peserta didik sejak dini. Anggapan ini ada benarnya, sebab materi PAI termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak seringkah lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).

  Ada yang lebih penting lagi. Ternyata, lemahnya partisipasi guru mata pelajaran PAI dalam mempraktekkan substansi ajaran agama berpengaruh buruk juga pada peserta didik. Disamping itu , waktu yang disediakan khusus di sekolah umum pun hanya dua jam pelajaran, belum lagi kelemahan metodologis, minimnya sarana-sarana pelatihan dan pengembangan serta rendahnya partisipasi orang tua siswa dan masyarakat pada umumnya dalam proses transformasi niali-nilai afektif tersebut. Dalam mengimplementasikan KTSP, hendaknya sekolah tidak terjebak lagi oleh dominasi kognitif seperti pada kurikulum 1975, 1984, 1994 dan 2004. Berbeda dengan kurikulum lama tersebut, KTSP memiliki wawasan kebutuhan daerah, dan berbasis kompetensi dasar “basic competency” yaitu: kompetensi minimal yang harus dikuasi peserta didik yang mencerminkan

  4 kebutuhan siswa yang beragam. Oleh karena itu, KTSP akan lebih akseptabel dan toleran terhadap perbedaan spesifik antar peserta didik.

  Jika KTSP ini pada saatnya diterapkan, lebih-lebih dengan berpijak pada prinsip pengembangannya secara benar, sulit dibayangkan implementasi PAI dapat mengalami distorsi, misalnya ditandai oleh merosotnya aspek moralitas siswa. Dengan demikian, aplikasi KTSP akan berimplikasi positif dalam hal menanamkan nilai-nilai dan ajaran Islam kepada peserta didik. Jadi, melalui KTSP kita bisa lebih menekankan pada aspek pengamalan ajaran- ajaran Islam sebagaimana menjadi dambaan kita selama ini.

  Bertitik tolak dari hal tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk mengetahui sejauh mana Implementasi KTSP dalam pembelajaran PAI pada SMP N 1 Klaten. Sebagai diketahui bahwa SMP N 1 Klaten merupakan salah satu wahana uji coba KTSP. Walaupun uji coba KTSP tidak hanya dilaksanakan di SMP N 1 Klaten tetapi SMP N 1 Klaten, dijadikan tolak ukur lembaga pendidikan tingkat pertama di kabupaten Klaten. Oleh karena itu peneliti memilih SMP N 1 Klaten sebagai tempat penelitian.

  Alasan pemilihan judul adalah suatu dasar bukti yang digunakan untuk menguatkan pendapat dalam memilih atau menentukan juduk skripsi maupun sebagai dasar peneliti dalam implementasi penelitian. Adapun alasan pemilihan judul skripsi yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

  1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulun terbaru yang mulai digunakan sebagai pengganti kurikulum KBK. Paket KTSP ini diasumsikan lebih global dibandingkan kurikulum KBK, karena

  5 dilengkapi dengan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi, lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia dan memberikan kebebasan lebih luas kepada pelaksana pendidikan dilapangan untuk mengembangkan serta melaksanakan program pembelajaran sesuai kebutuhan.

  2. Implementasi KTSP perlu ditunjang dengan langkah bench marking dalam mata pelajaran yang diujikan, termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dianggap penanaman intregitas etik pada peserta didik sejak dini. Sehingga PAI juga harus menyesuaikan dengan kurikulum yang sekarang mulai berlaku yaitu KTSP. Dengan kata lain PAI memiliki kompetensi spesifik dalam menanamkan landasan Al Qur’an dan Sunnah Nabi agar siswa beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia/berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar. Jadi pembelajaran PAI model KTSP selain menitikberatkan pada penguasaan materi juga menitikberatkan pada pembentukan moral kepribadian peserta didik.

  3. Sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 36 dan 38, penyelenggaraan kurikulum pendidikan perlu mengacu pada standar nasional untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

  6 B. Penegasan Istilah

  1. Implementasi Implementasi secara sederhana diartikan sebagai pelaksanaan atau a penerapan. Dalam konteks kurikulum, implementasi merupakan desain yang mencakup aktifitas pengajaran dalam bentuk interaksi antara guru dan siswa dibawah naungan sekolah.2

  3

  2. Kurikulum Pada mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan

  curriculum mempunyai arti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dalam

  perkembangan selanjutnya istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran, sebagai mana termuat dalam webster

  dictionare th. 1955, kurikulum didefinisikan sebagai berikut :“a course, especially a specifed fixed course o f study, as in a school or college, as one leading to a degree

  Definisi ini mengandung makna bahwa kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di akademi (college) yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai degree (tingkat) atau ijazah.

  Secara umum kurikulum diartikan tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi merupakan aktifitas apa saja yang dilakukan sekolah

  2 WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, P. N. Balai Pustaka, Jakarta, 1985, hal 374

  7 dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk di dalamnya kegiatan belajar- memgajar, mengatur strategi dalam proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya.4

  3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.5

  4. Pembelajaran Pembelajaran mempunyai asal kata ajar yang bermakna :

  a. Suatu upaya untuk memperoleh penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor melalui proses interaksi antara individual dan lingkungan.

  b. Suatu tindakan atau pengalaman mengenai sesuatu yang dipelajari seseorang.

  Sedang belajar yang secara bahasa latin mempunyai a rti: studium, hal menuntut, hal mengusahakan mempelajari dan dalam bahasa Inggris disebut to learn6

  Sedang pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut learning yang berarti suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau pemahaman atau ketrampilan (termasuk penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor) melalui studi, pengajaran atau pengalaman.7

4 Ibid, hal 33-34 5 Khaeruddin, dkk, log. c it.

  8 atau ketrampilan (termasuk penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor) melalui studi, pengajaran atau pengalaman.7 8

  5. Pendidikan agama Islam Pendidikan Islam Berarti usaha-usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran o agama Islam.

  Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian yang utama menurut ajaran Islam.9

  C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, di atas, maka dapat dilakukan perumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apa strategi implementasi KTSP dalam pembelajaran PAI di SMP N 1 Klaten?

  2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat?

  3. Apa upaya untuk mengatasi hambatan?

  4. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan KTSP di SMP N 1 Klaten?

D. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Penelitian

  a. Mengetahui strategi implementasi KTSP dalam pembelajaran PAI?

  7 Ibid, hal 179

  8 Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah

  9

  b. Mengetahui faktor pendukung, faktor penghambat

  c. Mengetahui upaya mengatasi hambatan?

  d. Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan KTSP di SMP N 1 Klaten?

  E. Kegunaan Penelitian

  a. Memberikan masukan kepada guru atau calon guru pendidik Agama Islam dalam melaksanakan KTSP.

  b. Meningkatkan kualitas pembelajaran PAI seiring dengan diterapkannya KTSP.

  c. Sebagai referensi, bahan pertimbangan, dan bahan masukan pada mata pelajaran yang lain atau pada studi kasus yang sejenis.

  F. Sistematika Skripsi

  Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sitematika sebagai berikut: Pada bagian pertama halaman sampul, halaman judul, halaman pengajuan skripsi, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman tabel. Babi Pendahuluan yang meliputi: Latar belakang masalah, penegasan istilah judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika skripsi

  Bab II Kajian Teori yang meliputi: Pengertian KTSP, karekteristik KTSP, Asumsi KTSP, keunggulan KTSP, Mekanisme Penilaian, Aspek Perilaku yang Diukur, Bentuk Penilaian yang Digunakan,

  10 Pengertian Belajar, Pengertian pembelajaran, Faktor yang

  mempengaruhi belajar Mengajar, Prestasi Belajar, pengertian pembelajaran, belajar mengajar,pengertian pendidikan agama Islam, dasar Pendidikan Agama Islam. Laporan hasil penelitian yeng terdiri dari: Gambaran umum SMP

  Bab III N 1 klaten yang meliputi: Letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana. Implementasi KTSP dalam pembelajaran PAI pada SMP N 1 Klaten Bab IV Analisis data yang meliputi implementasi KTSP dalam pembelajaran PAI pada SMP N 1 Klaten. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan skripsi, saran yang perlu disampaikan serta kata penutup dalam skripsi ini.

  BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Pengertian Kurikulum dan KTSP

  Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan, kurikulum hendaknya adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta kecanggihan teknolgi. Disamping itu kurikulum harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga. Oleh karena itu, wajar bila kurikulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang terjadi.

  Pada mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata cu rir yang artinya pelari, dan

  cu rere artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan curriculum mempunyai arti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dalam

  perkembangan selanjutnya istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran, sebagaimana termuat dalam Webster Dictionare th. 1955, kurikulum didefinisikan sebagai berikut a course, especially a

  12

specifed fixed course o f study, as in a school or college , as one leading to a

degree

  Definisi ini mengandung makna bahwa kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di akademik/co//ege yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai degree (tingkat) atau ijazah. Secara umum kurikulum diartikan tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi merupakan aktifitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk di dalamnya kegiatan belajar mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya.10

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikilum yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai.

  Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas

  pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

  13 Kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang saat ini berlaku adalah kurikulum 1994 yang ditetapkan melalui keputusan Mendikbud No. 060/U/1993 dan No.61/U/1993, setelah beberapa tahun kurikulum 1994 diimplementasikan, pemerintah memandang perlu dilakukan kajian dan penyempurnaan sesuai dengan antisipasi berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi baik di tingkat nasional maupun global. Oleh karena itu, sejak tahun 2006, Depdiknas melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan untuk menyempurnakan kurikulum KB K dan melakukan perintisan (piloting) secara terbatas untuk validasi dan mendapatkan masukan empiris. Kurikulum ini disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena menggunakan pendekatan kompetensi, dan kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan dirumuskan secara eksplisit. Disamping rumusan kompetensi, dirumuskan pula materi standar untuk mendukung pencapaian kompetensi dan indikator yang dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat ketercapaian hasil pembelajaran.

  Berkaitan dengan standar nasional pendidikan, pemerintah telah menetapkan delapan aspek pendidikan yang di standarkan, yang pada saat ini telah dirampungkan dua standar, dan siap dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah. Standar yang sudah siap dan sudah disahkan serta siap dilaksanakan tersebut adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah telah disahkan Menteri dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22

  14 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006. Standar Kompetensi Kelulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah telah disahkan oleh Menteri dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006. Disamping itu Pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional juga telah mengeluarkan Peraturan No. 24 Tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006 tentang pelaksanaan Permen No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi dan Permen No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan tersebut diharapkan dilaksanakan mulai tahun Ajaran 2006/2007.

  Berdasarkan Peraturan Menteri sebagaimana diuraikan di atas, Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam kurikulum operasional Tingkat Satuan Pendidikan, merupakan tanggung jawab satuan pendidikan masing-masing. Oleh karena itu, sebutan untuk kurikulum ini adalah KTSP, singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan

  Pendidikan, bukan “Kurikulum tanpa Sentuhan Pakar”.

  KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannyan dengan memperhatikan Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:

  1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Pendidikan Nasional untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

  15

  2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan di kembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

  3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.11

  Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Sehubungan dengan itu, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan/kejujuran, dan muatan lokal.

2. Karakteristik KTSP

  Karakteristik KTSP dapat diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesinalisme tenaga

  16 pendidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut: a. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan.

  b. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi.

  c. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional. TlA d. Tim kerja yang kompak dan transparan.

  Disamping beberapa karakteristik di atas, terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP, terutama berkaitan dengan sistim informasi yang transparan, serta sistim penghargaan dan hukuman.

3. Asumsi KTSP

  Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, asumsi merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan. Konsistensi dan validitas setiap kompetensi harus sesuai dengan asumsi, meskipun tujuannya selalu diuji kembali berdasarkan masukan yang memungkinkan terjadinya perubahan.

  Seperti telah diuraikan pada pembahasan di atas, bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing- masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan BSNP. Pengembangan KTSP diserahkan kepada para pelaksanaan pendidikan (guru, kepala sekolah,

  17 komite sekolah dan dewan pendidikan) untuk mengembangkan berbagai t* kompetensi pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) pada setiap satuan pendidikan, di sekolah dan daerah masing-masing.

  Mengingat bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada satuan pendidikan, sekolah, dan daerah masing-masing, diasumsikan bahwa guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan pendidikan akan sangat bersahabat dengan kurikulum tersebut. Diasumsikan demikian karena mereka terlibat secara langsung dalam proses penyusunannya, dan guru yang akan melaksanakannya dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga memahami betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran sehubungan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan, yang dimiliki setiap oleh satuan pendidikan di daerah masing-masing. Mereka pula yang akan melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran yang dilakukannya, sehingga keberhasilan pembelajaran merupakan tanggung jawab guru secara profesional.

  Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah dan dewan pendidikan dalam pengambilan keputusan akan membangkitkan rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap kurikulum, sehingga mendorong mereka untuk mendayagunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal. Konsep ini didasarkan pada S elf Determination Theory yang menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kekuasaan dalam pengambilan suatu keputusan, maka

  18 akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan keputusan tersebut.13

4. Prinsip pengembangan KTSP

  KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau sasaran pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departeman Agama Kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.

  KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

  b. Beragam dan terpadu.

  c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

  d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

  e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

  f. Belajar sepanjang hayat.

  19

  g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.14

B. Penilaian

  Penilaian atau asesmen adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu siswa atau kelompok siswa. Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan

  sertifikasi, benchmarking , dan penilaian program.

  PBK/PBKD dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pengumpulan hasil kerja peserta didik {portofolio), hasil karya {produk), penugasan {proyek), kinerja {performance) dan tes tertulis {paper and pencil

  test). Dalam hal ini guru menilai kompetensi dan hasil belajar peserta didik

  berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dijabarkan lebih lanjut menjadi indikator-indikator pencapaian.

  Pada saat guru melaksanakan penilaian berbasis kelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

  1. Valid artinya menilai yang seharusnya dinilai.

  2. Mendidik, ada sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta didik.

  3. Berorientasi pada kompetensi, artinya menilai kompetensi yang ada pada kurikulum.

  4. Adil, artinya tidak membedakan latar belakang peserta didik.

  5. Terbuka, artinya kriteria dan acuannya jelas dan di informasikan

  20 6. Menyeluruh, artinya meliputi teknik, prosedur, materi maupun aspeknya.

  7. Menyeluruh, artinya meliputi teknik, prosedur, materi maupun aspeknya.

  8. Bermakna, ditindak lanjuti oleh semua fihak. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sistem dan pelaksanaan penilaian masih memiliki banyak kelemahan, antara lain perencanaan penilaian yang kurang baik, pemberian angka yang kurang standar, penilaian portofolio yang belum diterapkan dan sebagainya yang berdampak pada mutu pendidikan.'^

  Sebelum menilai hasil belajar siswa yang berorientasi kecakapan hidup, hendaknya diperhatikan mekanisme dan prosedur penilaian tersebut, metode yang digunakan, aspek yang akan diukur, dan sebagainya.

  1. Mekanisme Penilaian Mekanisme atau langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan guru dalam penilaian proses dan hasil belajar berorientasi kecakapan hidup adalah sebagai berikut:

  a. Melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang dilakukan siswa sesuai dengan prosedur yang telah dirancang.

  b. Melakukan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai siswa untuk mengukur ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta dampaknya.

  c. Menganalisis hasil penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa yang dikaitkan dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 1

  5

  21

  d. Melakukan penyesuaian dan penyempurnaan kegiatan pembelajaran berdasarkan analisis proses dan hasil belajar siswa, agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan siswa dan tujuan pembelajaran tercapai optimal.

  e. Melakukan penyesuaian dan penyempurnaan instrumen penilaian proses dan hasil belajar sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

  2. Aspek Perilaku yang Diukur Salah satu tujuan dari kegiatan pembelajaran di kelas adalah membentuk siswa-siswa yang dapat belajar mandiri (independent leaners).

  Untuk itu, diperlukan tiga aspek perilaku yang diukur dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Aspek yang paling umum digunakan dalam penilaian kegiatan pembelajaran di kelas adalah kognitif, termasuk di dalamnya adalah kegiatan intelektual mengingat, memahami, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, atau befikir kritis.

  Aspek afektif yang dinilai dalam proses pembelajaran adalah perasaan, tingkah laku, minat, kesukaan, emosi, dan motivasi. Walaupun biasanya penilaian aspek afektif ini dilakukan guru-guru di kelas secara tidak formal, untuk penilaian kecakapan hidup dilakukan secara formal, dalam arti perlu dibuatkan perencanaannya, instrumennya, analisisnya, dan pelaporannya.

  Aspek psikomotorik yang dinilai dalam proses pembelajaran adalah kemampuan mempersiapkan dan menggunakan alat laboratorium,

  22 kemampuan mengetik, kemampuan memainkan alat-alat musik, kemampuan salah satu atau beberapa cabang olahraga, kemampuan dalam kesenian, pekerjaan tangan, dan sebagainya.

  3. Bentuk Penilaian yang Digunakan Penilaian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penilaian terhadap aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Masing- masing aspek dinilai secara terpisah (sendiri-sendiri). Berikut ini bentuk- bentuk penelitian yang biasa digunakan untuk ketiga aspek tersebut: a. Penyusunan Tes Kognitif

  Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1) Tes Lisan di Kelas Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap siswa untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif.

  Pertanyaan lisan yang diajukan harus jelas, dan semua siswa harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, baik benar atau salah jawaban siswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berfikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.

  23 2) Bentuk Pilihan Ganda

  Pedoman utama dalam pembuatan butir soal pilihan ganda adalah: a) Pokok soal (stem) harus jelas.

  b) Perumusan stem dan alternatif jawaban (option) merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

  c) Stem sedapat mungkin dirumuskan dengan pernyataan positif.

  d) Di dalam stem hendaknya dihindari penggunaan ungkapan atau kata-kata yang bersifat tidak tentu {indefinite).

  e) Tidak ada petunjuk jawaban benar. 1) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.

  g) Usahakan agar pengecoh mirip dengan kunci

  h) Hendaknya dihindari penggunaan option terakhir berbunyi: “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”. i) Bila option berupa angka, hendaknya disusun secara berurutan mulai dari angka terkecil sampai angka terbesar, atau sebaliknya. j) Hendaknya dihindari penggunaan agar jawaban butir soal yang satu tidak bergantung dari jawaban butir soal yang lain. k) Taraf isi soal hendaknya diperhatikan, jangan hanya besifat hafalan saja. l) Letak pilihan jawaban ditentukan secara acak.

  24 m) Distribusi jawaban dalam seperangkat soal tes hendaknya merata. n) Suatu butir soal diusahakan dalam halaman yang sama. o) Susunan option sedapat mungkin berurutan jelas, sebaiknya disusun dari atas ke bawah (vertikal).16

  3) Bentuk Uraian Obyektif Bentuk soal uraian obyektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu.

  Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Obyektif di sini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan, dan sebagainya.

  4) Bentuk uraian Non Obyektif Bentuk tes ini dikatakan non-obyektif karena penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi sebyektivitas dari penilai. Bentuk tes ini menuntut kemampuan siswa untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri. Keunggulan tes ini dapat mengukur tingkat berfikir dari yang rendah sampai

  25 yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan sampai dengan evaluasi dan relatif mudah membuatnya.

  Kelemahan bentuk tes ini adalah: (1) penskorannya sering dipengaruhi subyektifitas penilai, (2) memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban, (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, dan (4) adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang ditempuh adalah: (1) jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banyak, (2) tidak melihat nama peserta ujian, (3) memeriksa tiap butir tanpa istirahat, (4) menyiapkan pedoman penskoran.

  5) Bentuk Jawaban Singkat Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau lisan, dan jenis identifikasi atau asosiasi. 6) Bentuk Menjodohkan

  Bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan yang sejenisnya

  26 digunakan sebagai premis. Hal-hal yang sama dapat pula digunakan sebagai alternatif jawaban. 7) Unjuk Kerja/Performance

  Penilaian unjuk kerja sering juga disebut dengan penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Penilaian unjuk kerja berdasarkan pada analisis pekerjaan. Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kemampuan siswa mencapai pada tingkat yang diinginkan. Tes unjuk kerja biasanya digunakan pada bidang studi yang batasnya jelas seperti fisika, kimia, dan biologi.

  Bentuk tes ini dugunakan untuk mengukur status siswa berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Pertanyaan pada butir soal bentuk tes ini cenderung pada tingkat aplikasi suatu prinsip atau konsep pada situasi yang baru. Permasalahan yang diujikan sedapat mungkin sama dengan masalah yang ada di kehidupan nyata. Inilah yang menjadi ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk tes konvensional. 8) Portofolio

  Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang, dalam bidang pendidikan berarti kumpulan tugas-tugas siswa. Portofolio cocok digunakan untuk penilaian di kelas, tetapi tidak cocok untuk

  27

  penilaian dengan skala yang luas. Hal yang penting pada penilaian portofolio adalah mampu mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, siswa menilai kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah karya seseorang.

  Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya di bahas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian, dan tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau mengerjakan soal. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam bidang studi tersebut.

  b. Penyusunan Tes Afektif Ranah afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa.

  Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Paling tidak ada dua komponen afektif yang diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap siswa terhadap pelajaran bisa positif, bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya.’7

  Siswa yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi belajarnya meningkat, bagi yang tidak berminat 1

  7

  28 sulit untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu guru mempunyai tugas untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang diampunya.

  Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

  Langkah pembuatan instrumen afektif termasuk sikap dan minat adalah sebagai berikut: 1) Memilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat