DESKRIPSI KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SMP NEGERI DI KECAMATAN MARTAPURA TAHUN AJARAN 2012-2013

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SMP NEGERI DI KECAMATAN MARTAPURA

TAHUN AJARAN 2012-2013

Oleh Sri Fitriani

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan dalam pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan SMP. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS yang mengajar pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura yang berjumlah 12 orang guru. Teknik pengumpulan data yaitu teknik kuesioner, teknik observasi, dan teknik dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sebagian besar guru IPS di Kecamatan Martapura mengalami kesulitan dalam penguasaan materi yang tergabung dalam IPS, kesulitan dalam penguasaan konsep pembelajaran terpadu dan pengembangan pembelajaran terpadu (2) sebagian besar guru IPS kesulitan dalam menggunakan dan memilih media dan sumber belajar yang cocok, (3) sebagian besar guru IPS masih kesulitan dalam menggunakan metode pembelajaran bervariasi, serta kesulitan memilih metode yang sesuai dengan materi (4) sebagian besar guru IPS di Kecamatan Martapura tidak kesulitan dalam membuat RPP. (5) sebagian besar guru IPS di Kecamatan Martapura kesulitan dalam membuat pemetaan pembelajaran tematik.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Martapura, pada tanggal 14 April 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Nur Soedibyo dan Ibu Sarmi.

Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Bunga Mayang pada tahun 2003, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bunga Mayang pada tahun 2006, dan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Martapura pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur PKAB.

Selama menjadi mahasiswa, pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan Geografi di Bali, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ditahun yang sama penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bersinergi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Batanghari Desa Nampi Rejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Juli sampai September 2012.


(7)

MOTO

Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara, bisa jadi akan kamu rasakan dalam semenit atau bahkan setahun. Namun, jika kamu menyerah maka rasa sakit itu

bisa kamu rasakan selamanya. (Mario Teguh)

Bertindak walau tidak berani adalah keberanian yang sesungguhnya. (Mario Teguh)

Dalam kehidupan akan ada hal yang datang dengan sendirinya, Namun akan ada juga hal yang perlu perjuangan untuk mendapatkannya.


(8)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :

Bapak dan Ibu ku tercinta

yang tak pernah lelah menengadahkan tangan untuk mendoakan kesuksesan ku, yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayangnya terhadapku,

yang tak pernah bosan menuturkan nasehat demi keberhasilan ku, terima kasih atas semua yang Bapak dan Ibu berikan buat aku selama ini

Adik ku tersayang Riki Usmadi dan Ferdi Surya Prasetio yang selalu menjadi motivator buat ku selama ini

terimakasih buat senyum kalian yang senantiasa menjadi semangat ku

Para pendidik dan sahabat-sahabatku yang memberikan semangat untukku serta almamaterku tercinta


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ter- selesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yaitu Bapak Drs. Yarmaidi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademiki sekaligus sebagai dosen pembimbing I, Ibu Irma Lusi Nugraheni, S.Pd, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II, dan Ibu Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si., selaku pembahas, yang telah membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Serta, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 5. Bapak/Ibu guru IPS di SMP N 1 Martapura dan SMP N 2 Martapura, selaku

guru mitra yang telah banyak membantu penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Sahabat-sahabat ku Winda Mustika, Ririh Pintoko Jati, Heni Seprina, Dian Febrintina, Eka Fajarwati, serta teman-teman angkatan 2009 kelas ganjil maupun genap yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada ku.

7. Widoto yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam pembuatan skripsi ini.

8. Sahabat ku seperjuangan dari SMA Dewi Rosita, dan teman-teman kosan Pipin Susilawati dan Ratna Kalizta yang selalu mengisi hari-hari ku.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Guru Profesional ... 12

a. Standar Guru Profesional ... 13

b. Kriteria Profesional Guru ... 14

c. Kompetensi Guru Yang Profesional ... 15

d. Karakteristik Kompetensi Guru ... 16

2. Kemampuan Dasar Mengajar Guru... 17

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 18

4. Pembelajaran Terpadu ... 20

5. Strategi Pembelajaran IPS ... 21

6. Proses Pembelajaran IPS ... 23

B. Penelitian Yang Relevan ... 28

C. Kerangka Pikir ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Populasi 1. Populasi ... 35


(12)

xii

D.Variabel dan Definisi Operasional Indikator Penelitian

1. Variabel... 35

2. Devinisi Operasional Variabel ... 36

1. Penguasaan Materi Pembelajaran IPS Terpadu ... 36

2. Penguasaan dalam Penggunaan Media dan Sumber Pembelajaran IPS Terpadu ... 37

3. Penggunaan Metode Pembelajaran IPS Terpadu ... 38

4. Penguasaan dalam Pembuatan RPP IPS Terpadu ... 38

5. Pembuatan Pemetaan Pembelajaran IPS Terpadu ... 39

E.Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi ... 40

2. Teknik Kuesioner ... 40

3. Teknik Dokementasi ... 41

F. Teknik Analisis Data... 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Gambaran Umum daerah Penelitian ... 42

a. Profil SMP Negeri 1 Martapura ... 42

b. Profil SMP Negeri 2 Martapura ... 46

B. Deskripsi dan Hasil Penelitian a. Identitas Responden ... 50

b. Kesulitan Guru SMP Negeri dalam Mengajar Mata Pelajaran IPS Terpadu di kecamatan Martapura Tahun Ajaran 2012-2013 ... 53

1. Penguasaan Materi IPS Terpadu ... 53

2. Penguasaan dalam Penggunaan Media dan Sumber Pembelajaran IPS Terpadu ... 57

3. Penggunaan Metode Pembelajaran IPS Terpadu ... 60

4. Penguasaan dalam Pembuatan RPP IPS Terpadu ... 62

5. Pembuatan Pemetaan Pembelajaran IPS Terpadu ... 63

c. Pembahasan Kesulitan Guru SMP Negeri dalam Mengajar Mata Pelajaran IPS Terpadu di kecamatan Martapura Tahun Ajaran 2012-2013 ... 65

1. Penguasaan Materi IPS Terpadu ... 65

2. Penguasaan dalam Penggunaan Media dan Sumber Pembelajaran IPS Terpadu ... 72

3. Penggunaan Metode Pembelajaran IPS Terpadu ... 77

4. Penguasaan dalam Pembuatan RPP IPS Terpadu ... 82

5. Pembuatan Pemetaan Pembelajaran IPS Terpadu ... 85

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Nama Guru SMP N 1 Martapura ... 5

2. Daftar Nama Guru SMP N 2 Martapura ... 6

3. Data siswa pada tahun 2012/2013 di SMP N 1 Martapura ... 43

4. Data ruangan di SMP N 1 Martapura ... 44

5. Data jumlah guru di SMP N 1 Martapura ... 44

6. Data siswa pada tahun 2012/2013 di SMP N 2 Martapura ... 48

7. Data Ruangan di SMP N 2 Martapura ... 48

8. Data jumlah guru di SMP N 2 Martapura ... 49

9. Umur Guru IPS Terpadu di SMP Negeri ... 50

10. Lama Mengajar Guru IPS Terpadu di SMP Negeri... 51

11. Latar Belakang Pendidikan Guru IPS Terpadu di SMP Negeri ... 52

12. Data Kesulitan Guru dalam Penguasaan Disiplin Ilmu pada Mata Pelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun 2013 ... 53

13. Data Kemampuan Guru dalam Pengembangan Materi IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun 2013 ... 55

14. Data Kesulitan Guru dalam Penguasaan Konsep Pembelajaran Terpadu pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun 2013 ... 56

15. Data Kesulitan penguasaan penggunaan media pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun 2013. ... 57

16. Data Jenis media yang sering digunakan berdasarkan latar belakang pendidikan guru pada SMP negeri di Kecamatan Martapura Tahun 2013 ... 58


(14)

xiv

17. Data Pendapat Guru tentang Kelengkapan Media Pembelajaran

yang disediakan Sekolah ... 58 18. Data Pendapat Guru tentang Kelengkapan Media Pembelajaran yang

disediakan Sekolah ... 59 19. Data Jumlah Responden yang Menggunakan Metode Pembelajaran

Bervariasi pada SMP Negeri Di Kecamatan Martapura ... 60 20. Data efektifitas penggunaan metode pembelajaran bervariasi pada

SMP Negeri Di Kecamatan Martapura Tahun 2013... 61 21. Data Penguasaan Guru dalam Pembuatan RPP Pembelajaran IPS

pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun 2013 ... 62 22. Data Jumlah Responden yang Mengadakan Team Teaching dalam

Pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun 2013... 63 23. Data Penguasaan Pembuatan Pemetaan Pembelajaran Tematik pada


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Administrasi Kecamatan Martapura ... 45 2. Peta Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Martapura .... 47


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah negara. Tidak akan ada sebuah negara yang makmur tanpa adanya sumber daya manusia (SDM) yang baik. Terbentuknya SDM yang baik karena adanya pendidikan yang baik pula, sehingga pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, makmur, dan sejahtera. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.

Menurut Trianto (2012; 3) Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah batin (aspek transendensi), olah pikir (aspek kognisi), olah rasa (aspek afeksi), dan olah kinerja (aspek psikomotoris) agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Melalui pendidikan yang memiliki mutu baik diharapkan negara dapat maju dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Oleh sebab itu pendidikan dituntut untuk maju dan berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu pemerintah selalu mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan baik secara konvensional maupun inovatif.

Pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah


(17)

penataan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan. Penataan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Kurikulum yang baik mampu menyediakan pengalaman belajar yang dapat mencakup baik konsep maupun proses dimana harus ada keseimbangan antara kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Trianto (2012; 4).

Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Pembaharuan pendidikan melalui penataan dan penyempurnaan kurikulum tidak selamanya berjalan baik. Hal ini di karenakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia cenderung mengalami perubahan disetiap pergantian Menteri Pendidikan. Hal ini menyebabkan sebuah kesenjangan antara kebijakan pemerintah dengan kondisi di lapangan. Karena pergantian kurikulum yang baru tidak diiringi dengan kesiapan pihak-pihak yang akan menerima perubahan kurikulum tersebut, sehingga hal seperti ini dapat menimbulkan masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Menurut Masnur Muslich (2007: 5) kurikulum berdasarkan kompetensi (KBK) yang diberlakukan secara serentak di semua jenjang sekolah (SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA) pada tahun ajaran 2004 dan dimantapkan lagi pada 2 Juni Tahun 2006 (Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk


(18)

3

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah) yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Merupakan langkah kongkrit dalam rangka memenuhi tuntutan pembaharuan pendidikan nasional. Konsekuensinya, semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pendidikan harus mampu menyiasati dan mengaplikasikan dalam tugasnya masing-masing.

Perubahan kurikulum dari KBK menjadi KTSP yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu, demikian pula substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu. Pembelajaran IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). Pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi setiap hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan dengan baik.

Sesuai dengan amanat KTSP bahwa mata pelajaran IPS masuk kedalam konsep pembelajaran terpadu. Menurut Ujang Sukandi 2001 dalam Trianto (2012: 56) pembelajaran terpadu dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan. Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema


(19)

tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajarn juga diharapkan akan lebih efektif.

Pembelajaran IPS di Indonesia sendiri, secara umum masih diajarkan secara terpisah-pisah. Salah satu penyebab hal ini dapat terjadi, karena guru IPS belum memahami penerapan pembelajaran IPS secara terpadu. Ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh guru terhadap pelajaran IPS di sekolah, misalnya fasilitas pendukung pembelajaran IPS yang tidak sesuai dengan kebutuhan, masih rendahnya hasil pembelajaran IPS di sekolah, dan ketidaksiapan dari guru yang ada di sekolahnya untuk membelajarkan IPS secara terpadu. Guru harus memiliki kualifikasi profesional dalam pekerjaannya mengajar peserta didiknya. Guru profesional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam bidang spesialisnya. Penguasaan pengetahuan ini juga harus ditingkatkan untuk menguasai ilmu pengetahuan lainnya. Guru dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangan jaman. Sehingga dalam hal ini guru harus mampu menguasai teknologi yang sedang berkembang pada saat ini agar guru selalu menemukan inovasi dalam proses pembelajaran dan semakin bertambah ilmu pengetahuannya.

Guru selalu dituntut untuk menunjukan profesionalnya dalam mengajar, karena guru SMP tidak hanya mengajar tentang satu mata pelajaran, tetapi beberapa mata pelajaran yang tergabung menjadi satu. Sedangkan diketahui bahwa guru SMP hanya memiliki satu bidang studi spesialis tertentu saja. Terutama yang akan dibahas pada penelitian ini adalah guru SMP yang mengajar pelajaran IPS. Maka


(20)

5

dalam ini, guru SMP dituntut untuk kembali meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Penguasaan terhadap teknologi pembelajaran yang ada pada saat ini sangat menunjang dalam proses pembelajaran. Terutama pemanfaatan media internet dalam mencari bahan mengajar untuk mata pelajaran diluar bidang studi guru tersebut. Guru dituntut untuk mampu menguasai semua materi pembelajaran yang tergabung dalam mata pelajaran IPS, guru juga harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam belajar, guru harus kreatif dan inovatif dalam memilih media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi. Guru IPS di SMP juga harus bisa membuat dan merancang rencana pembelajaran serta menyusun pemetaan pembelajaran tematik.

Berdasarkan hasil observasi awal di SMP N di Kecamatan Martapura, diperoleh informasi terdapat dua SMP Negeri yaitu SMP N 1 dan SMP N 2 Martapura. Diketahui jumlah guru IPS yang ada di SMP N 1 Martapura berjumlah 5 orang dan di SMP N 2 Martapura terdapat 7 orang guru IPS. Jadi, jumlah total guru IPS yang ada di SMP N di Kecamatan Martapura yaitu 12 orang.

Tabel 1. Daftar Guru IPS SMP N 1 Martapura, Kabupaten OKU Timur Tahun Ajaran 2012-2013

No Nama Guru Latar Belakang Pendidikan Ukuran mengajar Mata

Pelajaran IPS

Sesuai Tidak

Sesuai 1 2 3 4 5 Haryati Suharto Yuli Sartika Pairus Jabadi Ria Indira S1 Akuntansi S1 P. Ekonomi S2 P. Sejarah S1 P. Geografi S1 P. Ekonomi

 


(21)

Tabel 2. Daftar Guru IPS SMP N 2 Martapura, Kabupaten OKU Timur Tahun Ajaran 2012-2013

No Nama Guru Latar Belakang Pendidikan Ukuran mengajar Mata

Pelajaran IPS

Sesuai Tidak

Sesuai 1 2 3 4 5 6 7 Dian Subrata Sutrini Yulia Afrida Suwarni Ruslaini Sayadi Diana

S1 P. Ekonomi S1 P. Sejarah S1 P. Sejarah

D1 P. IPS/S1 P. B. Indo S1 P. Ekonomi

S1 P. Sejarah S1 P. Geografi

Sumber : Dokumen Pembagian Tugas Guru Tahun Ajaran 2012-2013

Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 diketahui bahwa dari 12 orang guru yang mengajar mata pelajaran IPS di SMP N 1 dan SMP N 2 hampir semuanya memiliki kualifikasi di bidang IPS, akan tetapi hanya satu guru yang memiliki latar belakang pendidikan bukan dari IPS, akan tetapi pengalaman dalam mengajar IPS sudah sangat lama, sehingga tidak ada kesulitan dalam mengajar IPS. Meskipun semua guru SMP di Kecamatan Martapura ini hampir semuanya dari jurusan P. IPS, akan tetapi dalam hal mengajar mata pelajaran IPS Terpadu masih mengalami banyak kesulitan.

Dari hasil wawancara awal kepada guru di SMP N di Kecamatan Martapura, diperoleh informasi bahwa pembelajaran IPS masih diajarkan terpisah-pisah, walaupun dalam pelaksanaannya sudah diajarkan oleh satu guru IPS di dalam kelas. Guru membelajarkan IPS Terpadu tidak sesuai dengan urutan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimuat dalam kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari guru mata pelajaran IPS Terpadu yang dalam menyampaikan materi pelajaran mendahulukan sesuai dengan bidang studi ahli guru tersebut.


(22)

7

Misalnya guru geografi, maka dalam menyampaikan materi pelajaran didahulukan materi geografi terlebih dahulu untuk materi yang lainnya dilewatkan dan akan disampaikan diakhir jika masih ada sisa waktu. Demikian pula dengan guru yang bidang ahlinya sejarah, ekonomi, maupun sosiologi. Hal lain yang ditemukan dalam penelitian awal ini, ketika seorang guru IPS harus menyampaikan materi pelajaran yang bukan merupakan bidang studinya, maka guru tersebut akan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari bahan materi pelajaran di internet.

Guru IPS masih mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran IPS secara terpadu. Hal ini terjadi, karena guru IPS masih berasal dari spesialisasi ilmu sosial tertentu, misalnya ilmu geografi, ekonomi, dan sejarah. Selain itu struktur kurikulum yang ada dalam standar isi masih berdiri sendiri atau terpisah-pisah menyebabkan guru IPS masih mengalami kesulitan untuk memadukan materi IPS di dalam pembelajaran di kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan guru SMP dalam mengajar mata pelajaran IPS Terpadu. Dengan adanya penggabungan mata pelajaran geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi menjadi IPS Terpadu, maka hal ini berpengaruh terhadap pola mengajar guru. Dalam hal ini guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda harus mengajar materi diluar disiplin ilmu yang dikuasai oleh guru tersebut. Dalam permasalahan ini peneliti ingin mengetahui pendapat guru mengenai pembelajaran IPS Terpadu. Kesulitan-kesulitan apa saja yang ditemui dalam mengajar mata pelajaran IPS Terpadu.


(23)

Dari penjabaran latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Deskripsi Kesulitan Guru dalam Pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kesulitan dalam penguasaan materi IPS Terpadu 2. Kesulitan dalam penggunaan media dan sumber belajar 3. Kesulitan dalam penggunaan metode pembelajaran 4. Kesulitan dalam pembuatan RPP

5. Kesulitan dalam pembuatan pemetaan pembelajaran tematik

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan antara lain :

1. Apakah penguasaan materi menjadi kesulitan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013 ? 2. Apakah penggunaan media dan sumber belajar menjadi kesulitan guru

dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013 ?

3. Apakah penggunaan metode pembelajaran menjadi kesulitan guru dalam mengajar IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013?

4. Apakah pembuatan RPP menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura 2013 ?


(24)

9

5. Apakah pemetaan pembelajaran tematik menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013 ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahuai penguasaan materi guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura.

2. Untuk mengetahui penggunaan media dan sumber belajar guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura. 3. Untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran guru SMP Negeri

dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura.

4. Untuk mengetahui penguasaan pembuatan RPP guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura.

5. Untuk mengetahui pemetaan pembelajaran Tematik guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru IPS di SMP untuk lebih kompeten dan profesional dalam mengajar.


(25)

3. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah bahwa pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum terlaksana secara sempurna dan perlu peninjauan kembali. 4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Objek penelitian

Kesulitan guru Sekolah Menengah Pertama dalam pembelajaran mata pelajaran IPS.

2. Subjek Penelitian

Guru IPS di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Martapura, yaitu guru IPS SMP N 1 Martapura dan guru SMP N 2 Martapura.

3. Tempat dan waktu Penelitian

Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan Tahun 2013.

4. Ruang Lingkup Ilmu

Ruag lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah pendidikan IPS.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi ekonomi, politik, hukum dan budaya. Pendidikan IPS sendiri merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada


(26)

11

siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, sehingga dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjebatani tercapainya tujuan tersebut. Dalam Etin Solihatin dan Raharjo (2012: 15).


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Guru Profesional

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Menurut Oemar Hamalik (2011: 117-118) jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus. Pekerjaan sebagai seorang guru tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Seorang guru profesional adalah seorang yang benar-benar menguasai tentang seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainya.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan


(28)

13

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai bahwa guru haruslah orang yang memiliki instink sebagai pendidik, mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional, dikutip dari Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri (2010:55).

a. Standar Guru Profesional

Menurut Syaiful Sagala (2010: 11-14) dalam bukunya Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, menjelaskan mengenai standar yang dipersyaratkan menjadi guru yang profesional meliputi :

1. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Guru sebagai profesi, secara holistik adalah berada pada tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Karena guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran.

2. Guru Profesional Senantiasa Meningkatkan Kualitasnya

Memberikan perioritas yang tinggi kepada guru, sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Kepada guru perlu diberikan


(29)

dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara mengembangkan proses pembelajaran sesuai perkembangan jaman. Agar dapat meningkatkan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru, dia harus memahami, menguasai, dan terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar baru serta menguasai berbagai sumber pembelajaran modern yang kini semakin familiar dan secara riel dimanfaatkan oleh masyarakat termasuk para murid. Kemudian guru harus lebih mengerti peralatan atau perlengkapan yang sangat diperlukan dalam penyampaian suatu bahan pelajaran. jika seorang guru mampu menguasai berbagai sumber belajar moderen, maka akan dapat menghindari suasana kritis dan rawan yang mungkin dihadapi dan dialami oleh guru.

b. Kriteria Profesional Guru

Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, menurut hasil lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung, Oemar Hamalik (2011:36-38) sebagai berikut :

a. Fisik

- Sehat jasmani dan rohani b. Mental/kepribadian

- Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik

- Berbudi pekerti yang luhur

- Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.

- Mampu mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya

- Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi - Bersifat terbuka, peka, dan inovatif


(30)

15

- Menunjukan rasa cinta kepada profesinya - Ketaatannya akan disiplin

- Memiliki sense of humor c. Keilmiahan/pengetahuan

- Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi

- Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkan dalam tugasnya sebagai pendidik

- Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan

- Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain - Senang membaca buku-buku ilmiah

- Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan studi.

- Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar d. Keterampilan

- Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar - Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural,

interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.

- Mampu menyusun Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

- Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.

- Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan - Mamahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar

sekolah.

c. Kompetensi Guru yang Profesional

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannnya, dalam Syaiful Sagala (2011:23).

Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik


(31)

minimal S1 atau D-IV dan memiliki empat standar kompetensi yakni kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (pasal 10). Keempat kompetensi tersebut kemudian dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

d. Karakteristik Kompetensi Guru

Menurut Oemar Hamalik (2009:38) indikator guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila :

1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

2. Guru tersebut mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil. 3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

(tujuan instruksional sekolah).

4. Guru tersebut mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.

Menurut Anwar dan Sagala (2006) dalam Syaiful Sagala (2011:24) untuk menjadikan guru yang kompeten adalah bagaimana memberikan perioritas yang tinggi kepada guru sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan kemampuannya yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas sebagai guru. Guru juga harus diberikan kepercayaan. Disamping untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru, yakni melakukan proses belajar mengajar yang baik. Kepada mereka juga perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan guru dan perkembangan jaman.


(32)

17

Berangkat dari keyakinan adanya perubahan peningkatan status guru menjadi tenaga profesional, dan apresiasi lingkungan yang tinggi. Kompetensi intelektual merupakan berbagai perangkat pengetahuan dalam diri individu, diperlukan untuk menunjang berbagai unjuk kerja sebagai guru profesional.

2. Kemampuan Dasar Mengajar Guru

Guru yang sukses harus memiliki kemampuan akademis dan kemampuan non akademis. Menurut Hamid Darmadi (2010:45-46) menyatakan bahwa kemampuan dasar mengajar guru terdiri dari kemampuan akademis dan non akademis.

1. Kemampuan Akademis, terdiri dari : a. Memiliki sertifikasi mengajar b. Menguasai materi pembelajaran

c. Mengembangkan metodologi, media, dan sumber belajar d. Ahli menyusun program

e. Kesesuaian disiplin ilmu yang dimiliki dengan tugas f. Memiliki pengalaman mengajar

g. Mengikuti training, work shop, pelatihan, penataran, dan lain-lain h. Inovatif dan pro aktif

i. Senang mencari informasi baru

j. Senang membaca dan menambah pengetahuan 2. Kemampuan Non Akademis, terdiri dari :

a. Menguasai paradigma baru pendidikan b. Tidak buta teknologi

c. Memiliki persiapan mengajar tertulis d. Memiliki persiapan mengajar tidak tertulis e. Memiliki kematangan emosi

Kriteria guru yang memiliki kemampuan dasar mengajar menurut Hasan Waliono 1985 dalam Hamid Darmadi (2010:47) :

1. Mengembangkan kepribadian 2. Menguasai landasan kependidikan 3. Menguasai materi atau bahan pelajaran 4. Menyusun program pengajaran

5. Melaksanakan program pengajaran

6. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan 7. Menyelenggarakan program bimbingan


(33)

9. Berintegrasi/berinteraksi dengan teman sejawat/kalangan pendidikan masyarakat

10.Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan mengajar.

Ciri-ciri guru yang sukses dalam mengajar menurut Bell (1993) dalam Hamid Darmadi (2010: 46) :

1. Memiliki Power With yaitu guru yang senantiasa dapat bekerja sama dengan siswa (kolaboratif). Guru model ini senang memotifasi dan membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tanpa pamrih. 2. Memiliki Power For yaitu guru yang selalu berpikir untuk kepentingan

proses belajar mengajar (rela berkorban).

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut N. Daldjoeni (1981:7) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan tentang manusia didalam kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya. Menurut Sapriya (2009: 13) IPS pada tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam dalam berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara yang baik. Pendidikan IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimesional bahkan cross-disipliner.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.


(34)

19

Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi dari cabang-cabang ilmu sosial. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjebatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih 1994 dalam Trianto 2012: 174).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama masuk kedalam pembelajaran terpadu. pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), mata pelajaran IPS memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu. c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai

masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. Trianto (2012: 175).


(35)

4. Pembelajaran Terpadu

Sesuai dengan amanat KTSP, bahwa model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, diaplikasikan terutama pada jenjang Pendidikan Dasar, mulai dari tingkat Sekolag Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistis dan autentik. Depdikbud, 1996 dalam Trianto (2012: 6-7).

Pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek dan bidang kajian. Tujuan pengembangan model pembelajaran terpadu untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah ini pada dasarnya sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci tujuan dari pengembangan model ini adalah sebagai berikut: 1) memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajran terpadu pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, 2) memberikan bekal ketrampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompetensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian, 3) memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran terpadu, 4) memberikan wawasan, pegetahuan, dan pemehaman bagi pihak terkait (misalnya kepala sekolah dan


(36)

21

pengawas) sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran terpadu.

Sesuai dengam karakternya, maka pembelajaran terpadu selalu menggunakan tema yang relevan dan berkaitan yang sekaligus sebagai isu sentral dalam konteks pembahasannya. Materi yang dipadukan masih dalam lingkup bidang kajian serumpun seperti rumpun IPS meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Tema yang dibahas disajikan dalam konteks sains-lingkungan-teknologi-masyarakat, yang melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik perlu ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami tema secara komprehensif dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Disinilah perbedaan utama pembelajaran terpadu dengan pembelajaran konvensional maupun inovatif lain. Dimana dalam pembelajaran terpadu melibatkan semua aspek , baik materi, media, sarana-prasarana, evaluasi guru maupun peserta didik serta lingkungan secara sinergis. (Trianto, 2012: 9-10).

5. Strategi dalam Pembelajaran IPS

Menurut Depdikbud (1986) dalam Trianto (2012: 61-62), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Melihat dari karakteristik pembelajaran terpadu, seorang guru harus mampu dalam menerapkan strategi pembelajaran, dimana strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran


(37)

(Kompetensi Dasar) yang telah ditentukan. Adapun strategi pembelajaran IPS menurut Trianto (2012: 177-1190) adalah sebagai berikut :

1. Konsep belajar dan pembelajaran 2. Komponen strategi pembelajran IPS

Dick dan Carey (1985) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Ia menyebutkan lima komponen umum dan strategi pembelajaran sebagai berikut: (1) kegiatan pra-pembelajaran, (2) penyajian informasi, (3) partisipasi siswa, (4) tes, dan (5) tindak lanjut.

3. Strategi pembelajaran IPS

a. Strategi urutan penyampaian suksesif b. Strategi penyampaian fakta

c. Strategi penyampaian konsep

d. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip e. Strategi penyampaian prosedur

f. Startegi mengajarkan/menyampaikan materi aspek sikap (Afektif) 4. Pengelolahan bahan ajar

Bahan ajar adalah bahan atau material atau sumber belajar yang mengandung substansi kemampuan tertentu yang akan dicapai oleh siswa. Secara garis besar bahan ajar atau materi pembelajaran (intructional material) mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Substansi


(38)

23

materi dalam pembelajaran IPS terdiri atas fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan nilai (Abdul Gafur, 1989: Dikmenum, 2003).

6. Proses Pembelajaran IPS

Proses pembelajaran yang harus dimiliki guru ketika akan mengajar didalam kelas khususnya dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS, yaitu :

a. Penguasaan Materi Pembelajaran IPS

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran IPS menurut Zainal Aqip 2008 dalam Merrina Haditama (2010: 16) adalah sebagai berikut :

1. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir mata pelajaran IPS baik dalam lingkup lokal, nasional maupun global.

2. Membedakan struktur keilmuan IPS dengan ilmu-ilmu sosial 3. Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS 4. Menunjukan manfaat mata pelajaran

Oleh sebab itu titik tekan dalam penelitian ini adalah penguasaan guru terhadap materi pembelajaran IPS, hal ini dikarenakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan penguasaan meteri pembelajaran yang baik maka proses pembelajaran akan tercipta dengan baik pula. Salah satu kompetensi inti seorang guru yang telah dijelaskan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 adalah menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Dalam upaya untuk menguasai materi, konsep, pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, terdapat dua sub kompetensi guru mata pelajaran yaitu:

1) Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah. 2) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan).


(39)

b. Penguasaan dalam Penggunaan Media dan Sumber Pembelajaran IPS

Media pembelajaran mempunyai manfaat bagi proses pembelajaran. Menurut Commision on Intructional Tegnology (Sudjana, 2007: 10-11) manfaat tersebut adalah:

1. Membuat pendidikan lebih produktif. 2. Menunjang pengajaran individual. 3. Kegiatan pengajaran lebih ilmiah. 4. Pengajaran lebih maksimal.

5. Kegiatan belajar lebih menghubungkan dengan realita. 6. Mempercepat pendidikan dengan memperkaya teknologi

Menurut Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad (2000: 4) mengungkapkan bahwa media adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai) foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Nursid Sumaatmadja (2001: 79) mengemukakan bahwa, untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi-lokasi gejala-gejala geografi kepada siswa, tidak dapat hanya dicermahkan, ditanyajawabkan, dan didiskusikan, melainkan harus ditunjukkan dan diperagakan.

Selain dari kemampuan guru dalam menggunakan media, guru juga harus mampu mengembangkan sumber belajar untuk menunjang proses pembelajaran. Adapun tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar menurut Hamid Darmadi (2010: 73) adalah sebagai berikut:


(40)

25

2. Berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar

3. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya :

a. Memanfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya kehidupan yang berkembang dimasyarakat.

b. Mengupayakan peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang kreatif dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar secara luas, untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal.

c. Upaya ini harus menjadi kepedulian bersama antara kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawasan sekolah secara profesional.

Dalam penelitian ini penggunaan dan penguasaan terhadap media dan sumber pembelajaran sangat penting untuk menunjang pemahaman peserta didik agar lebih memahami materi pembelajaran dengan baik. Maka guru dituntut untuk bisa dan mampu memilih serta menggunakan media dan sumber belajar yang cocok dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

c. Penguasaan metode pembelajaran IPS

Metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pembelajaran atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah (Winano dalam B. Suryosubroto, 2002: 148). Jadi metode pembelajaran merupakan cara guru untuk mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi suatu kondisi belajar yang efektif dan efisien. Metode pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang harus diatur oleh guru dalam mengajar IPS Terpadu.

Pupuh Faturrohman dan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk


(41)

mencapai tujuan. Metode dalam rangkaian proses pembelajaran memegang peranan penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Menurut syaiful Bahri Djamarah (2006: 86) Pemilihan metode mengajar yang kurang tepat justru akan mempersulit guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode mengajar pada umumnya ditujukan untuk membimbing peserta didik dalam mengajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Efektifitas penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi peserta didik, sarana dan prasarana, situasi dan kondisi serta waktu.

d. Penguasaan dalam pembuatan RPP IPS

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan. Pada pembelajaran IPS menyusun desain RPP harus sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini dikarenaka Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi. (Trianto, 2012; 204).


(42)

27

Cyntia 1993 dalam Hamid Darmadi (2010: 117) bahwa proses pembelajaran yang dimulai dengan fase pengembangan persiapan mengajar, ketika kompetensi dan metodologi telah diidentifikasi, akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya tanpa persiapan mengajar, seorang guru akan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya.

e. Pembuatan Pemetaan Pembelajaran Tematik

Pemetaan pembelajaran tematik dalam penelitian ini adalah pemetaan terhadap kompetensi dasar yang merupakan langkah awal untuk mengembangkan model pembelajaran, dimana dilakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual atau kelompok aktif dalam mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pegalaman belajar lebih menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.


(43)

Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.

2. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan disajikan secara tersendiri.

3. Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPS pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja. 4. Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik /tema masih

bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya. (Trianto, 2012: 199-200).

B. Penelitian yang Relevan

1. Merrina Haditama (2010), Deskripsi Kesulitan Guru Dalam pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri dan Swasta pada Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009-2010.

Penelitian ini mengenai kesulitan guru tentang pembelajaran IPS Terpadu di SMP pada Kecamatan Tanjung Senang. Beda prinsip dalam penelitian ini adalah jika pada penelitian Merrina Haditama tahun 2010 yang diteliti ada empat variabel yang antara lain adalah penguasaan materi, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan perangkat pembelajaran IPS Terpadu. Kemudian dalam penelitian ini terdapat lima variabel yang akan diteliti, yaitu kesulitan dalam penguasaan materi IPS Terpadu, kesulitan dalam penggunaan media dan sumber belajar, kesulitan dalam penggunaan metode pembelajaran, kesulitan dalam pembuatan RPP, dan kesulitan dalam pembuatan pemetaan pembelajaran tematik.


(44)

29

Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui persepsi guru mengenai kesulitan dalam penguasaan materi IPS Terpadu pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. (2) untuk mengetahui persepsi guru mengenai kesulitan dalam penggunaan media dan sumber belajar IPS Terpadu pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. (3) untuk mengetahui persepsi guru mengenai kesulitan dalam penggunaan metode pembelajaran IPS Terpadu pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. (4) untuk mengetahui persepsi guru mengenai kesulitan dalam pembuatan RPP IPS Terpadu pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. (5) untuk mengetahui persepsi guru mengenai kesulitan dalam pemetaan pembelajaran tematik IPS Terpadu pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Sedangkan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Merrina Haditama (2010) adalah untuk mengetahui apakah kesulitan yang ditemui oleh guru dalam menguasai materi, menggunakan metode, menggunakan media dan membuat perangkat pembelajaran IPS Terpadu.

Hasil penelitian Merrina Haditama (2010) menunjukkan 1) Guru IPS di SMP pada Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung mengalami kesulitan dalam menguasai semua materi yang tergabung dalam IPS Terpadu, hal ini terbukti bahwa terdapat 15 orang (60%) guru menjawab kesulitan dalam berkendala semua materi yang tergabung dalam IPS Terpadu. 2) Guru IPS di SMP pada Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung mengalami cukup kesulitan dalam menguasai metode pembelajaran IPS Terpadu, hal ini terbukti bahwa terdapat 15 orang (60%) guru menjawab cukup kesulitan dalam menggunakan metode pembelajaran IPS Terpadu. 3) Guru IPS di SMP pada Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung mengalami kesulitan dalam menggunakan media pembelajaran IPS


(45)

Terpadu, hal ini terbukti bahwa terdapat 12 orang (48%) guru menjawab kesulitan menggunakan media pembelajaran IPS. 4) Guru IPS di SMP pada Kecamatan Tanjung Senang tidak mengalami kesulitan dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran IPS Terpadu (pembuatan RPP), hal ini terbukti bahwa terdapat 17 orang (68%) guru menjawab tidak kesulitan mempersiapkan perangkat pembelajaran IPS Terpadu (pembuatan RPP).

2. Putri Dwi Wulanayu (2013), Problematika Guru Geografi pada Materi Penginderaan Jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung Tahun 2012.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai Problematika Guru Geografi pada Mengajar Materi Penginderaan Jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung Tahun 2012. Beda prinsip dalam penelitian ini adalah jika pada penelitian Putri Dwi Wulanayu (2012) yang diteliti adalah kendala guru dalam mengajar penginderaan jauh dan SIG di SMA. Terdapat lima variabel yang diteliti yaitu penguasaan materi pengideraan jauh dan SIG, penguasaan metode, penguasaan media, penyediaan sarana dan prasarana, dan motivasi belajar guru. Sedangkan dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah kesulitan guru dalam mengajar mata pelajaran IPS Terpadu di SMP.

Hasil penelitian dari Putri Dwi Wulanayu (2012) menunjukan bahwa 1) Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung kurang menguasai dalam penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 64,71% guru menjawab kurang menguasai. 2) Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung kurang menguasai dalam penguasaan metode pembelajaran materi


(46)

31

Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 41,18% guru menjawab kurang menguasai. 3) Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung kurang menguasai dalam penguasaan media pembelajaran pada materi Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 52,94% guru menjawab kurang menguasai. 4) Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tidak menguasai dalam penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana, hal ini tercermin dari 64,71% guru menjawab tidak menguasai. 5) Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung memiliki motivasi belajar guru yang rendah, hal ini tercermin dari 100% guru menjawab motivasi belajar guru rendah.

3. Umroh Dewi Riantika (2012), Analisis Kesulitan Guru Dalam Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri Sekecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin.

Hasil dari penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPS Terpadu yaitu saat pelaksanaan pembelajaran dengan rata-rata kategori tingkat kesulitan yang dihadapi guru adalah rendah, namun pada saat menyampaikanm materi pembelajaran kategori tingkat kesulitan yang dihadapi guru adalah sedang, saat kegiatan evaluasi dengan kategori tingkat kesulitan yang dihadapi guru adalah rendah, dan saat kegiatan mengelola kelas dengan rata-rata kategori tingkat kesulitan yang dihadapi guru adalah rendah. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran IPS Terpadu adalah mempersiapkan diri seoptimal mungkin, baik persiapan fisik, psikis maupun metodologis menciptakan dan memelihara kondisi belajar agar tetap optimal. Saran dari penelitian ini adalah agar pemerintah Dinas Pendidikan Nasional dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan MGMP, organisasi


(47)

profesi, dalam usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mengelola kelas, menyediakan fasilitas pembelajaran seperti media pembelajaran. Beda prinsip dari penelitian ini adalah dalam penelitian hanya meneliti tentang kesulitan proses pembelajaran dan evaluasi IPS Terpadu serta upaya yang harus dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan.

C. Kerangka Pikir

Mata pelajaran IPS pada tingkat Sekolah Menengah Pertama berdasarkan pada kurikulum baru masuk kedalam konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan suatu pembelajaran yang bermakna kepada peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu perlu memilih materi beberapa disiplin ilmu yang saling terkait. Dengan demikian materi-materi yang dipilih dapat diambil tema yang sesuai dan bermakna. Maka dalam pelaksaan pembelajarannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar dikelas.

Pada umumnya di sekolah guru-guru yang ada terdiri atas guru dengan latar belakang pendidikan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi kedalam pengintegrasian bidang kajian yang memiliki keterkaitan. Karena mereka yang memiliki latar belakang satu bidang ilmu tidak memiliki kemampuan yang optimal pada bidang-bidang lain. Sehingga dalam mengajar mata pelajaran guru mengalami kesulitan, yang dalam penelitian akan dilihat kesulitan guru dalam menguasai materi


(48)

33

pembelajaran, kesulitan penggunaan media dan sumber belajar, kesulitan dalam penggunaan metode pembelajaran, kesulitan dalam pembuatan RPP, serta kesulitan pembuatan pemetaan pembelajaran tematik.


(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. Metode penelitian deskriptif ini dipilih karena objek penelitian ini berupa kesulitan guru dalam pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu menggambarkan kesulitan yang di temui guru dalam pembelajaran IPS Terpadu pada Sekolah Menengah Pertama.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan. Tepatnya di SMP N 1 Martapura dan SMP N 2 Martapura pada tahun 2013. Observasi awal telah dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2013. Kemudian pada tanggal 26 September 2013 melaksanakan penelitian di SMP N 1 Martapura dan pada tanggal 22 oktober telah melaksanakan penelitian di SMP N 2 Martapura.


(50)

35

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua guru yang mengajar mata pelajaran IPS di SMP Negeri di Kecamatan Martapura yang berjumlah 12 orang, dengan rincian guru IPS di SMP N 1 Martapura berjumlah 5 orang dan guru IPS di SMP N 2 Martapura berjumlah 7 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Akan tetapi dalam penelitian ini tidak ditarik sampel karena jumlah populasi tidak mencapai 100 orang yaitu berjumlah 12 orang.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Jadi variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).


(51)

Variabel dalam penelitian ini adalah deskripsi kesulitan guru SMP dalam pembelajaran IPS di Kecamatan Martapura. Variabel yang akan diteliti yaitu, penguasaan guru terhadap mata pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama, kemampuan guru dalam mengembangkan media dan sumber pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran, penguasaan pembuatan RPP, serta pembuatan pemetaan pembelajaran tematik.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Penguasaan Materi Pembelajaran IPS

Penguasaan materi dalam penelitian ini adalah penguasaan guru terhadap pembelajaran IPS yang meliputi menguasai semua materi dari berbagai disiplin ilmu (geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi), mampu mengembangkan materi IPS dan menguasai konsep pembelajaran IPS secara terpadu. Indikatornya adalah: a. Kesulitan, apabila guru mengalami kesulitan dalam menjelaskan semua mata pelajaran IPS (geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi) meliputi teori dan penerapan, guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan mata pelajaran IPS, dan guru mengalami kesulitan dalam menguasai konsep pembelajaran IPS.

b. Kurang sulit, apabila guru kurang mengalami kesulitan dalam menjelaskan semua mata pelajaran IPS, guru kurang mengalami kesulitan dalam mengembangkan mata pelajaran IPS, dan guru kurang mengalami kesulitan dalam menguasai konsep pembelajaran IPS.


(52)

37

c. Tidak sulit, apabila guru tidak kesulitan dalam menjelaskan semua mata pelajaran IPS, guru tidak mengalami kesulitan dalam mengembangkan mata pelajaran IPS, dan guru tidak mengalami kesulitan dalam menguasai konsep pembelajaran IPS.

2. Penguasaan dalam Penggunaan Media dan Sumber Pembelajaran IPS Penguasaan dalam penggunaan media dan sumber belajar dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran IPS baik dalam disiplin ilmu maupun diluar disiplin ilmu yang dikuasainya, serta kemampuan guru dalam memilih sumber belajar yang relevan untuk menunjang proses pembelajaran IPS Terpadu. Indikatornya adalah:

a. Menguasai, apabila guru mampu menggunakan media dan sumber belajar berasal dari luar disiplin ilmunya, guru bisa membuat media dan sumber pembelajaran yang tidak tersedia di sekolah, dan guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

b. Kurang menguasai, apabila guru hanya bisa menggunakan media dan sumber belajar berasal dari disiplin ilmunya, guru bisa membuat media dan sumber pembelajaran yang tidak tersedia di sekolah, dan guru kurang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

c. Tidak menguasai, apabila guru tidak bisa menggunakan media dan sumber belajar berasal dari disiplin ilmunya, guru tidak membuat media dan sumber pembelajaran yang tidak tersedia di sekolah, dan guru tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.


(53)

3. Penggunaan Metode Pembelajaran IPS

Penggunaan metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran IPS Terpadu yang akan disampaikan. Indikatornya adalah:

a. Kesulitan, apabila guru mengalami kesulitan dalam menggunakan metode pembelajaran IPS secara terpadu, guru mengalami kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran IPS yang diajarkan secara terpadu, dan guru mengalami kesulita dalam menggunakan metode pembelajaran bervariasi.

b. Kesulitan, apabila guru mengalami kesulitan dalam menggunakan metode pembelajaran IPS secara terpadu, guru mengalami kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran IPS yang diajarkan secara terpadu, dan guru mengalami kesulita dalam menggunakan metode pembelajaran bervariasi.

c. Tidak sulit, apabila tidak kesulitan menggunakan metode pembelajaran IPS secara terpadu, guru tidak kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran IPS yang diajarkan secara terpadu, dan guru tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan metode pembelajaran bervariasi.

4. Penguasaan dalam Pembuatan RPP IPS

Penguasaan dalam pembuatan RPP dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan guru dalam merumuskan dan membuat RPP yang baik, logis, dan sistematis yang mengacu pada kompetensi standar yang ada dalam silabus, karena


(54)

39

RPP akan membantu membuat disiplin kerja yang baik dan terarah, serta memudahkan guru dalam proses pembelajaran IPS. Indikatornya adalah:

a. Kesulitan, apabila guru mengalami kesulitan dalam menyusun komponen RPP sesuai dengan standar kurikulum.

b. Kurang sulit, apabila guru kurang mengalami kesulitan dalam menyusun komponen RPP sesuai dengan standar kurikulum.

c. Tidak sulit, apabila guru tidak mengalami kesulitan dalam menyusun komponen RPP sesuai dengan standar kurikulum.

5. Pembuatan pemetaan pembelajaran tematik

Pembuatan pemetaan pembelajaran tematik dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan guru dalam memetakan ranah standar kompetensi secara tematik, yakni menggabungkan beberapa materi pelajaran yang cocok untuk diintegrasikan menjadi satu tema pembelajaran IPS Terpadu. Indikatornya adalah:

a. Kesulitan, apabila guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kompetensi dasar yang bisa diintegrasikan, guru kesulitan dalam memilih tema yang cocok untuk dipadukan dalam mengajar, dan guru kesulitan dalam membuat pemetaan pembelajaran tematik yang terstruktur.

b. Kurang sulit, apabila guru kurang mampu dalam mengidentifikasi kompetensi dasar yang bisa diintegrasikan, guru masih ada kesulitan dalam memilih tema yang cocok untuk dipadukan dalam mengajar, dan guru belum memahami dalam membuat pemetaan pembelajaran tematik yang terstruktur.


(55)

c. Tidak sulit, apabila guru tidak kesulitan dalam mengidentifikasi kompetensi dasar yang bisa diintegrasikan, guru tidak kesulitan memilih tema yang cocok untuk dipadukan dalam mengajar, dan guru tidak kesulitan dalam membuat pemetaan pembelajaran tematik yang terstruktur.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Teknik observasi ini dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan dan ikut terlibat dalam kegiatan yang akan diteliti, sehingga peneliti melihat secara langsung hal-hal yang akan diteliti (Sugiyono, 2010:314). Dalam penelitian ini, teknik observasi dilakukan untuk mengamati dan mencatat mengenai lingkungan di sekolah serta sarana dan prasarana yang tersedia sebagai penunjang pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden tentang persepsi guru tentang kesulitan dalam mengajar mata pelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura mengenai latar belakang pendidikan guru IPS, kemampuan dan kesulitan yang dihadapi guru SMP dalam mengajar mata pelajaran IPS. meliputi penguasaan materi, pemakaian


(56)

41

media pembelajaran, pemilihan sumber belajar, penggunaan metode pembelajaran, pembuatan RPP, dan pemetaan pembelajaran tematik.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian berupa catatan atau arsip sekolah untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi akan digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan proses pembelajaran IPS, yang berupa data perangkat pembelajaran guru, dan data sarana prasarana terkait pembelajaran IPS.

F. Teknik Analisis Data Menurut Sugiono (2010:335):

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelejari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh

diri sendiri maupun orang lain”.

Untuk menjawab rumusan masalah, data yang terkumpul berupa uraian dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif yang menggambarkan, menceritakan, menjelaskan kesulitan guru dalam pembelajaran IPS secara sistematis dan mendetail sesuai dengan tujuan dan penelitian.


(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai Deskripsi Kesulitan Guru dalam Pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun Ajaran 2012-2013, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Penguasaan materi masih menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Guru masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi diluar disiplin ilmu yang dikuasainya, kesulitan dalam mengembangkan materi IPS, dan kesulitan dalam menguasai konsep pembelajaran terpadu.

2. Penggunaan media dan sumber belajar masih menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Guru kurang mampu dalam menguasai dan menggunakan jenis media pembelajaran untuk pembelajaran diluar disiplin ilmu yang diampunya. Guru kesulitan dalam memilih media dan sumber belajar yang cocok. 3. Penggunaan metode pembelajaran tidak menjadi kesulitan guru dalam

pembelajaran IPS pada SMP negeri di Kecamatan Martapura. Akan tetapi guru harus lebih variatif lagi dalam memilih metode pembelajaran.


(58)

92

4. Pembuatan RPP tidak menjadi kesulitan dalam pembelajaran IPS pada SMP negeri di Kecamatan Martapura. Akan tetapi untuk guru yang mengajar pada kelas VII harus lebih mamahami mengenai kurikulum baru yang diberlakukan yakni kurikulum 2013.

5. Pembuatan pemetaan pembelajaran tematik masih menjadi kesulitan dalam pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Guru masih kurang memahami dalam pemetaan pembelajaran tematik.

B. Saran

a. Bagi guru, sebaiknya guru-guru yang tercakup dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang studi diluar disiplin ilmu yang dikuasainya. Seperti, guru dari disiplin ilmu ekonomi diberikan pelatihan tentang bidang studi sejarah dan geografi, begitu juga sebaliknya. Guru seharusnya melakukan koordinasi dengan guru dari disiplin ilmu yang lain terkait untuk merumuskan skenario pembelajaran terpadu secara bersama-sama hal ini dapat dilakukan dengan model team teaching.

b. Bagi sekolah, sebaiknya menghimbau dan membantu pihak guru dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasannya agar dapat lebih menguasai materi pembelajaran IPS.

Kemudian pihak sekolah hendaknya dapat menambah fasilitas sarana dan prasarana belajar seperti pengadaan laboratorium IPS terpadu, serta media pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar sehingga proses belajar dapat berjalan dengan lebih baik.


(1)

c. Tidak sulit, apabila guru tidak kesulitan dalam mengidentifikasi kompetensi dasar yang bisa diintegrasikan, guru tidak kesulitan memilih tema yang cocok untuk dipadukan dalam mengajar, dan guru tidak kesulitan dalam membuat pemetaan pembelajaran tematik yang terstruktur.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Teknik observasi ini dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan dan ikut terlibat dalam kegiatan yang akan diteliti, sehingga peneliti melihat secara langsung hal-hal yang akan diteliti (Sugiyono, 2010:314). Dalam penelitian ini, teknik observasi dilakukan untuk mengamati dan mencatat mengenai lingkungan di sekolah serta sarana dan prasarana yang tersedia sebagai penunjang pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden tentang persepsi guru tentang kesulitan dalam mengajar mata pelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura mengenai latar belakang pendidikan guru IPS, kemampuan dan kesulitan yang dihadapi guru SMP dalam mengajar mata pelajaran IPS. meliputi penguasaan materi, pemakaian


(2)

41

media pembelajaran, pemilihan sumber belajar, penggunaan metode pembelajaran, pembuatan RPP, dan pemetaan pembelajaran tematik.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian berupa catatan atau arsip sekolah untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi akan digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan proses pembelajaran IPS, yang berupa data perangkat pembelajaran guru, dan data sarana prasarana terkait pembelajaran IPS.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiono (2010:335):

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelejari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Untuk menjawab rumusan masalah, data yang terkumpul berupa uraian dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif yang menggambarkan, menceritakan, menjelaskan kesulitan guru dalam pembelajaran IPS secara sistematis dan mendetail sesuai dengan tujuan dan penelitian.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai Deskripsi Kesulitan Guru dalam Pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura Tahun Ajaran 2012-2013, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Penguasaan materi masih menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Guru masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi diluar disiplin ilmu yang dikuasainya, kesulitan dalam mengembangkan materi IPS, dan kesulitan dalam menguasai konsep pembelajaran terpadu.

2. Penggunaan media dan sumber belajar masih menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Guru kurang mampu dalam menguasai dan menggunakan jenis media pembelajaran untuk pembelajaran diluar disiplin ilmu yang diampunya. Guru kesulitan dalam memilih media dan sumber belajar yang cocok. 3. Penggunaan metode pembelajaran tidak menjadi kesulitan guru dalam

pembelajaran IPS pada SMP negeri di Kecamatan Martapura. Akan tetapi guru harus lebih variatif lagi dalam memilih metode pembelajaran.


(4)

92

4. Pembuatan RPP tidak menjadi kesulitan dalam pembelajaran IPS pada SMP negeri di Kecamatan Martapura. Akan tetapi untuk guru yang mengajar pada kelas VII harus lebih mamahami mengenai kurikulum baru yang diberlakukan yakni kurikulum 2013.

5. Pembuatan pemetaan pembelajaran tematik masih menjadi kesulitan dalam pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. Guru masih kurang memahami dalam pemetaan pembelajaran tematik.

B. Saran

a. Bagi guru, sebaiknya guru-guru yang tercakup dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang studi diluar disiplin ilmu yang dikuasainya. Seperti, guru dari disiplin ilmu ekonomi diberikan pelatihan tentang bidang studi sejarah dan geografi, begitu juga sebaliknya. Guru seharusnya melakukan koordinasi dengan guru dari disiplin ilmu yang lain terkait untuk merumuskan skenario pembelajaran terpadu secara bersama-sama hal ini dapat dilakukan dengan model team teaching.

b. Bagi sekolah, sebaiknya menghimbau dan membantu pihak guru dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasannya agar dapat lebih menguasai materi pembelajaran IPS.

Kemudian pihak sekolah hendaknya dapat menambah fasilitas sarana dan prasarana belajar seperti pengadaan laboratorium IPS terpadu, serta media pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar sehingga proses belajar dapat berjalan dengan lebih baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Daldjoeni. 1981. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Alumni. Bandung.

Depdiknas RI. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Depdiknas. Jakarta.

Etin Solihatin dan Raharjo. 2011. Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamid Darmadi. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar, Landasan Konsep dan

Implementasi. Alfabeta. Bandung.

Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri. 2010. Strategi Pembelajaran Sekolah

Berstandar Internasional & Nasional. Prestasi Pustakaraya. jakarta

Mar’at. 1989. Sikap Manusia Perubahan Serata Pengukurannya. Ghalia

Indonesia. Jakarta.

Masnur Muslich. 2007. KTSP Dasar Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan

Kontekstual. Bumi Aksara. Malang.

Matthew Miles dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia. Jakarta.

Merrina Haditama. 2010. Deskripsi Kesulitan Guru Tentang Pembelajaran IPS Terpadu di SMP pada Kecamatan Tanjung Senang bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009-2010. Skipsi. Universitas Lampung.

Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kemandirian


(6)

Oemar Hamalik. 2009. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Pupuh Fathurohman dan M. Sobri Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar

Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Refika

Aditama. Bandung.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Paraktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Syaiful Sagala. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Alfabeta. Bandung.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Alvyanto. 2010. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Dalam http://alvyanto.blogspot.com/2010/04/kurikulum-tingkat-satuan pendidikan.html. diunduh pada tanggal 06-04-2013 pukul 07.49. Zulharman. 2007. Evaluasi Kurikulum Pengertian Kepentingan Dan Masalah

Yang Dihadapi. Dalam

http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum- pengertian-kepentingan-dan-masalah-yang-dihadapi/ diunduh pada tanggal 15-03-2013 pukul 11. 29


Dokumen yang terkait

AKTIVITAS SISWA DALAM PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPS SMP NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2012 2013

0 3 90

STRATEGI GURU DALAM INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN IPS SEJARAH MELALUI MEDIA FILM DOKUMENTER DI SMP NEGERI 2 BREBES TAHUN AJARAN 2012 2013

1 22 179

PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP SE KECAMATAN TENGARAN TAHUN AJARAN 2012 2013

0 2 185

UPAYA GURU DALAM MENGATASI HAMBATAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU di SMP NEGERI 1 AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2011 2012)

6 82 131

ANALISIS KESULITAN GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA KTSP SE-RAYON SMP NEGERI 37 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 2 24

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 16

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 17

KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM DESKRIPSI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2004.

0 1 14

KEPEMIMPINAN GURU DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 6 BLORA Kepemimpinan Guru Dalam Pembelajaran IPS di SMP Negeri 6 Blora.

0 0 15

”Studi Perbandingan Pembelajaran IPS Geografi pada Guru IPS SMP Negeri dengan Guru IPS SMP Swasta di Kota Tegal Tahun Ajaran 2008/2009.

0 1 92