BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA MERAH (Lactuca sativa L. Var. Red rapids) SECARA HIDROPONIK SISTEM WICK - Repository Unja

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Sayuran merupakan tanaman yang memiliki nilai gizi yang tinggi, diantaranya vitamin, serat, kalsium, besi, karoten, dan kandungan lainnya. Sayuran berfungsi bagi tubuh manusia sebagai peningkat proses metabolisme tubuh dan untuk kesehatan. Sayuran memiliki kandungan gizi yang berbeda- beda tergantung jenisnya.

  Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu komoditi sayuran hortikultura yang penting di Indonesia. Tanaman selada mempunyai peranan yang penting dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan bergizi, terutama sumber kalsium, protein, vitamin, dan lemak nabati. Selada termasuk jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat. Konsumennya mulai dari kalangan masyarakat kelas bawah hingga atas.

  Di Indonesia selada sering dikonsumsi mentah sebagai lalap lauk makan yang nikmat. Peluang ekonomi selada juga terbilang tinggi, dapat dilihat dari permintaan selada dipasaran dunia yang ditunjukkan oleh ekspor selada selama tahun 2015 sebesar 1,460,186.00 kg yang bernilai US$ 1,003,505.00 (Badan Pusat Statistik, 2015). Untuk lebih meningkatkan nilai jual dari tanaman selada maka diperlukan produk diferensiasinya, salah satu produknya adalah selada merah.

  Selada merah (Lactuca sativa var. Red rapids) adalah jenis Leaf

  

lettuce. Jenis selada ini memiliki daun yang berwarna merah, lebar, tipis serta

  bergerombol dan tampak keriting. Kandungan antosianin yang terdapat pada tanaman menyebabkan selada varietas ini memiliki warna merah. Antosianin termasuk pigmen larut air yang secara alami terakumulasi pada sel epidermis tanaman seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Manfaat antisionin sebagai antioksidan dengan mekanisme penangkapan radikal bebas (Low et al., 2007)

  Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi dan kesehatan menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran, termasuk selada merah, namun peralihan lahan pertanian ke lahan non pertanian seperti pemukiman dan industri menyebabkan pertanian (Tegalan) mencapai 11.947.956,00 ha, namun pada tahun 2013 lahan pertanian mengalami penurunan luas area sehingga menjadi 11.876.881,00 ha (Kementrian pertanian, 2014) yang mengakibatkan semakin berkurangnya luas panen komuditas sayur-sayuran. Untuk komuditas selada sendiri tidak didapatkan data luas panennya, namun dilihat dari luas panen sayuran sawi cenderung mengalami penurunan dengan luas panen 61.538 Ha pada tahun 2011 menjadi 61.059 Ha pada tahun 2012 (Badan Pusat Statistik, 2015). Salah satu teknologi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah tersebut adalah teknologi hidroponik

  Hidroponik adalah metode bercocok tanam dengan menggunakan air dan media tanam selain tanah sebagai tempat pertumbuhan tanaman seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu dan busa (Siswadi, 2006). Metode hidroponik ini memungkinkan bagi orang yang tidak memiliki lahan yang luas dapat melakukan suatu kegiatan budidaya. Pada bidang tanah yang sempit dapat ditumbuhi tanaman yang lebih banyak dari yang seharusnya. Hasil tanamannya juga lebih cepat masak dan lebih besar karena nutrisi langsung diserap oleh tanaman. Air dan pupuk dapat lebih awet karena bisa dipakai ulang (Nichollis, 1989). Didalam budidaya secara hidroponik terdapat berbagai macam sistem yang digunakan antara lain sistem NFT, DFT, Aeorponik, dan sistem wick.

  Hidroponik sistem wick memiliki beberapa kelebihan, yaitu biaya yang murah, mudah dilakukan bagi pemula dan tidak memerlukan tenaga listrik untuk mengaliri air karena bersifat pasif, berbeda dengan hidroponik sistem yang lainnya yang tergantung pada sumber tenaga listrik dan biayanya juga relatif mahal.

  Dalam budidaya tanaman secara hidroponik, nutrisi dapat terpenuhi secara maksimal, namun salah satu faktor yang menjadi kendala adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yaitu cahaya matahari dan suhu, lingkungan yang sesuai akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Menurut Aini et al., (2010) Tanaman selada merah umumnya dibudidayakan di dataran tinggi dengan suhu berkisar membuat kualitas tanaman selada menurun. Kisaran suhu rta-rata kota jambi tergolong panas yaitu berkisar 26,7°C (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, 2013).

  Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran seperti Cipanas (Cianjur) dan Lembang (Bandung), untuk memenuhi kebutuhan selada di kota Jambi, maka diperlukan pengiriman yang beresiko kerusakan pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, diperlukan budidaya tanaman selada di kota jambi, namun kondisi lingkungan yang tidak sesuai mengakibatkan pertumbuhan selada tidak optimal. Salah satu cara yang dilakukan adalah memanipulasi faktor lingkungan tersebut mendekati daerah sentra penanaman selada.

  Cahaya matahari dan suhu merupakan faktor lingkungan yang tidak bisa dipisahkan, semakin tinggi intensitas cahaya matahari yang diterima, maka suhu juga akan mengalami peningkatan. Kondisi sinar matahari merupakan faktor lingkungan berpengaruh langsung terhadap proses fotosintesis, pembukaan stomata, dan sintesis klorofil. Spectrum cahaya tampak yang dapat membangkitkan proses fotosintesis adalah spectrum PAR (Photosynthrtic Active

  

Radiation) atau energi cahaya tampak (Nasir 2001). Hasil penelitian Ginting

  (2010) pada rata-rata intensitas matahari 10.400 lux pada musim penghujan tanaman selada mengalami laju pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pada musim kemarau dengan rata-rata intensitas cahaya 45.000 lux.

  Suhu mempengaruhi kinerja sifat fisika dan kimia air yang berfungsi sebagai pelarut nutrisi maupun sebagai media (Ginting, 2008). Suhu juga mempengaruhi system enzim yang mengendalikan fiksasi CO2. Kinerja enzim meningkat sejalan dengan suhu dan pada batas tertentu enzim tersebut akan mengalami denaturasi (Ginting, 2010).

  Kekurangan sinar matahari membuat pertumbuhan tanaman lemah, memanjang, dan pucat (Soewito, 1989), sedangkan kelebihan sinar matahari membuat tanaman menjadi layu, percepatan fase generatif dan merubah citarasa sayuran menjadi agak pahit (Rizkika, 2015). Semakin tinggi suhu pada media air, maka akan mengakibatkan semakin rendahnya kandungan oksigen terlarut hara dan air, serta meningkatkan aktivitas respirasi tanaman (Morgan, 2000). Hasil penelitian Ginting (2010) suhu zona perakaran antara 20°C sampai 25°C mengakibatkan berat kering dan berat segar tanaman yang tinggi. Untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman selada, maka diperlukan naungan.

  Pemberian naungan bertujuan untuk membentuk suasana atmosfer disekitar lingkungan tempat tumbuh tanaman agar mendekati kondisi optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Suryawati., et al 2007). Menurut Urnemi (2002) pemberian naungan yang berbeda akan mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, suhu tanah, kelembaban relatif udara dan kelembaban tanah. Semakin tinggi tingkat naungan maka kelembaban tanah dan kelembaban relatif udara semakin besar, sedangkan suhu udara, suhu tanah dan intensitas radiasi semakin menurun.

  Menurut Salisbury dan Ross (1995) pada tanaman ternaungi dijumpai adanya gejala etiolasi. Etiolasi dipengaruhi aktivitas fitokrom yang dipengaruhi cahaya. Daun matahari menjadi lebih tebal daripada daun naungan karena tanaman membentuk sel palisade yang lebih panjang atau membentuk tambahan lapisan palisade. Wijayanti (2003) menyatakan bahwa warna daun pada tanaman yang ternaungi tampak lebih gelap dibandingkan perlakuan tanpa naungan. Namun menurut Haryanto et al., (2003) selada yang dibudidayakan di tempat yang panas (dataran rendah) tanpa naungan menghasilkan pertumbuhan yang kurang baik dan lebih cepat berbunga. Hasil penelitian Reny (2015) bahwa naungan 50% memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan tanpa naungan pada umur 5 MST (Minggu setelah tanam) pada selada varietas Red Fire.

  Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Selada (Lactuca

  sativa L.) Secara Hidroponik”

1.2 Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui pengaruh naugan pada pertumbuhan selada merah secara hidroponik.

  2. Untuk mendapatkan perentase naungan terbaik pada tanaman selada

  1.3 Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian studi tingkat sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk teknik budidaya tanaman selada secara Hidroponik.

  1.4 Hipotesis

  1. Terdapat pengaruh naungan terhadap pertumbuhan selada secara hidroponik

  2. Terdapat persentase naungan terbaik yang akan memberikan pertumbuhan terbaik untuk tanaman selada secara hidroponik.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MACAM BAHAN ORGANIK DAN PROPORSI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA VERTIKULTUR

0 11 2

PENGARUH MODEL DAN KERAPATAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA VERTIKULTUR ORGANIK

0 5 1

PENGARUH EKSTRAK Azolla microphylla PADA BERBAGAI NUTRISI AB MIX TERHADAP TANAMAN SIOMAK (Lactuca sativa L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT(NUTRIENT FILM TEKHNIQUE

11 74 19

PENGARUH JENIS LAMPU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA SISTEM HIDROPONIK INDOOR

29 133 47

PENGUJIAN BEBERAPA NUTRISI HIDROPONIK PADA SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG (THST) TERMODIFIKASI

37 169 52

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK GUANO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA DUA METODE VERTIKULTUR Effect of Guano Fertilizer on Growth and Yield of Lettuce (Lactuca sativa L.) for Two Verticulture Methods Tutik Nugrahini

2 1 6

48 PENGARUH NUTRISI DAN INTERVAL PEMBERIANNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK RAKIT APUNG Catur Wasonowati1

1 1 6

PENGARUH NAUNGAN DAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae L. var Alboglabra) DALAM TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG (THST)

0 0 13

PENGARUH UMUR BIBIT DALAM KONSENTRASI HARA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa

0 10 15

PEMANFAATAN BERULANG LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA SELADA (Lactuca Sativa L.) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG (THST)

0 3 15