LAPORAN KASUS Congestive Heart Failure d
LAPORAN KASUS
Congestive Heart Failure dan Cardiorenal Syndrome
pada Wanita 27 tahun dengan Tuberculosis Paru dan Pericardial Effusion
Disusun Oleh:
Steven Okta Chandra
I11111050
Pembimbing:
Letkol (CKM) dr. Prihati Pujowaskito, Sp. JP (K), MMRS
SMF ILMU PENYAKIT JANTUNG
RUMAH SAKIT TINGKAT II DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui laporan kasus dengan judul:
Congestive Heart Failure dan Cardiorenal Syndrome pada Wanita 27 tahun dengan
Tuberculosis Paru dan Pericardial Effusion
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Kardiologi
Telah disetujui,
Cimahi, 14 Maret 2017
Pembimbing
dr. Prihati Pujowaskito, Sp. JP (K), MMRS
Penulis
Steven Okta Chandra
BAB I
PENYAJIAN KASUS
1.1.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. AS
Jenis Kelamin : Wanita
Usia
: 27 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Alamat
: KP. Dungus Lembu RT. 02/14
Tanggal MRS : 07/03/2017
1.2.
Anamnesis
Keluhan Utama: Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan pertama kali
sekitar 4 bulan yang lalu. Mula-mula sesak dirasakan saat beraktivitas berat,
kemudian belakangan semakin memberat dan hampir setiap saat sesak. Sesak
bertambah berat jika pasien berbaring atau beraktivitas seperti naik tangga atau
mencuci pakaian. Pasien tidur menggunakan lebih dari dua bantal untuk
menyanggah kepala. Saat tidur, pasien terbangun karna sesak napas. Sesak
berkurang pada posisi duduk. Sesak disertai dengan bengkak pada kedua tungkai.
Nyeri dada juga dirasakan oleh pasien. Nyeri dada sebelah kiri dirasakan
kurang dari 20 menit. Nyeri terutama saat posisi berbaring. Nyeri digambarkan
seperti dada dililit dan kesulitan menarik napas. Nyeri tidak dirasakan menjalar.
Nyeri dada sebelumnya tidak pernah dirasakan.
Tidak dirasakan adanya dada berdebar, pingsan, maupun batuk lama lebih
dari 3 minggu. Tidak ada demam sebelumnya, maupun sakit radang tenggorokan.
Miksi sering dan tidak dirasakan nyeri maupun perubahan warna pada urin.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi sebelumnya tidak ada, dengan tekanan darah tertinggi
adalah 120/80. Tidak ada gejala dan tanda diabetes maupun stroke. Riwayat batuk
lama tidak ada, riwayat sakit ginjal atau penyakit kronis lainnya disangkal. Pernah
dirawat dengan keluhan serupa sebelumnya di RS pada bulan Januari dan
didiagnosis sakit jantung oleh karena bekas kehamilan.
Riwauat Penyakit Keluarga:
Ibu mertua yang tinggal serumah dengan pasien menderita TB paru,
didiagnosa tahun 2016 oleh dokter spesialis paru dan telah selesai pengobatan
selama 6 bulan. Riwayat hipertensi pada keluarga yaitu ayah kandung, tidak ada
riwayat diabetes, stroke, maupun penyakit ginjal dan jantung pada keluarga.
Riwayat Sosial:
Pasien memiliki seorang anak yang lahir pada tahun 2011, lahir aterm,
dengan berat badan 3000 gram dan panjang 54 cm, partus normal di rumah sakit
ditolong bidan. Saat hamil tidak ada keluhan nyeri dada maupun sesak napas.
Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, diet sehari-hari cukup karbohidrat
dan protein.
1.3.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Sakit Berat
Kesadaran
: Compos Mentis (E4M6V5)
Berat Badan
: 46 kg
Tinggi Badan
: 156 cm
Status Gizi
: Ideal (BMI 18,6)
Tekanan Darah
: 150/90
Denyut Nadi
: 116 x/m
Frekuensi Napas
: 27 x/m
Temperatur
: 36,7 x/m
Saturasi O2
: 96%
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm/
3 mm, reflex cahaya langsung dan tak langsung (+/+)
Telinga
: Sekret (-), aurikula hiperemis (-/-)
Mulut
: Bibir sianosis (-),mukosa bibir kering (-), atrofi papil lidah (-)
Hidung
: Sekret (-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-/-), tonsil T1/T1hiperemis (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-), hepatojugular reflex (-), JVP 5+2 cmH2O
Paru
Inspeksi
: Simetris kanan dan kiri baik statis maupun dinamis,retraksi (-)
Palpasi
: Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
: Bunyi napas dasar vesikuler (+/+), rhonki (+/+) 1/3 dari basal paru,
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Iktus kordis ICS V linea axilaris anterior, trhill (-)
Perkusi
: Batas jantung atas pada ICS II linea parasternalis sinistra, batas jantung
kanan pada ICS V linea parasternalis dextra, batas jantung kiri pada ICS
VI linea axillaris anterior
Auskultasi
: SI/SII regular, murmur (-), S3 gallop (+), ekstrasistol (-)
Abdomen
Inspeksi
: Datar, sikatrik (-)
Auskultasi
: Bising usus normal, 8 kali per menit
Palpasi
: Soepel, massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
: Hangat, edema piting peritibial +/+, CRT = 1.030
Eritrosit
: 3+
pH
: 6.5
Nitrit
: Positif
Protein
: 3+
Leukosit
: 4-7/LPB
Glukosa
: Negatif
Eritrosit
: Penuh
Bilirubin
: 1+
Epitel
: 3-5/LPB
Hematologi Rutin (10/03/2017) Post Transfusi
Hemoglobin
: 9,6 g/dl
Eritrosit
: 3,3 x 106/µl
Leukosit
: 6.100/µl
Hematokrit
: 28,0%
Trombosit
: 318.000/µl
MCV
: 84,8 fl
MCH
: 29,1 pg
MCHC
: 34,3 g/dl
RDW
: 16,9 %
Ba/Eo/Sg/Li/M: 0,7/1,1/75,4/15,6/7,2
Kimia Klinik (10/03/2017)
Natrium
: 127 mmol/l
Kalium
: 5.10 mmol/l
Klorida
: 102 mmol/l
SGOT
: 17 u/l
SGPT
: 11 u/l
Ureum
: 93 mg/dl
Creatinin
: 2.1 mg/dl
Electrocardiography (07/03/2017 pukul 12.00)
Irama
: Sinus
Frekuensi
: 116 bpm
Axis
: Normoaxis
Kelainan gelombang : ST Depresi Lead II, aVF, V4-V6
Kesimpulan
: NSTEMI Anterolateral dan Inferior
Electrocardiography (07/03/2017 pukul 15.00)
c
Axis
: Normoaxis
Kelainan gelombang : ST Depresi Lead II, aVF, V4-V6
Kesimpulan
: NSTEMI Anterolateral dan Inferior
Thorax AP (08/03/2017)
Hasil Foto Thorax:
Cor membesar ke lateral kiri dan kanan, kranialisasi (-)
Sinus dan diafragma kiri dalam batas normal, kanan berselubung
Tampak infiltrate di kedua paru dan perselubungan homogen di hemothorax dekstra
Kesan: Suspek TB paru aktif dengan efusi pleura dextra dan kardiomegali
Echocardiography (13/03/2017)
Hasil Echocardiography: Tampak efusi pericard yang disertai gambaran kalsifikasi
pericard pariealis. RA tampak kolaps. Tampak EDV 132 ml, ESV 79 ml, EF 40%
1.5.
Saran
a. Pemeriksaan BTA S-P-S
b. Dilakukan diagnostik pericardiocentesis untuk analisa cairan efusi
c. Pemeriksaan protein total dan albumin serum
d. Pemeriksaan USG ginjal
e. Pemeriksaan profil besi tubuh
1.6.
Resume Medis
Wanita, 27 tahun, datang dengan keluhan dypsnea onset 4 bulan yang lalu.
Keluhan ini disertai tanda-tanda gagal jantung kongestif yaitu paroksismal nokturnal
dyspnea, S3 gallop, kardiomegali, rhonki basal paru, takikardia, edema tungkai bilateral,
dyspnea on effort, dan effusi pleura. Terdapat keluhan angina tidak khas tanpa riwayat
serupa sebelumnya. Tidak ada faktor resiko berupa hipertensi maupun diabetes. Riwayat
ibu mertua TB paru aktif, namun pasien tidak mengeluhkan gejala klasik TB paru. Hasil
rekaman EKG menunjukkan NSTEMI anterolateral dan inferior, dengan marker Trop I
meningkat, Foto Thorax menunjukkan kecurigaan TB paru, efusi pleura, dan
kardiomegali. Darah rutin dan apusan darah tepi menunjukkan kondisi anemia
normokrom normositer, urinalisis menunjukkan hematuria dan proteinuria, fungsi ginjal
menurun. Echocardiografi menggambarkan adanya efusi pericard dengan kalsifikasi dan
EF 40% serta kolaps RA.
1.7.
Diagnosa
Diagnosis klinis
: Congestive Heart Failure NYHA Fc IV
Diagnosis anatomis
: Pericardium
Diagnosis etiologi
: Infective Pericarditis
Diagnosis sekuder
:
a. Cardiorenal Syndrome
b. Anemia Chronic Disease
c. Infeksi Saluran Kemih
d. Suspect TB Paru Kasus Baru
1.8.
Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
a. Pasien posisi setengah duduk/ duduk
b. O2 2-4 lpm via nasal kanul
c. Restriksi garam dan cairan maksimal 1 liter/hari
d. Diet protein 0,8 gram/kgBB
e. Edukasi etiket batuk
Medikamentosa:
a. Akses intravena
b. Pasang Folley Catheter
c. Inj. Furosemide 40 mg/8 jam
d. Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam
e. Inj. Ciprofloxacin 400 mg/12 jam
f. Pro Transfusi PRC 1 unit
g. PO Bisoprolol 2,5 mg/24 jam
h. PO Irbesartan 300 mg/24 jam
i. PO FDC Kategori 1 (R/H/Z/E) 3 tab/hari (bila hasil BTA positif)
j. PO Amino Acids Supplement (Aminefron) 1 cap/8 jam
k. PO CPG 75 mg/24 jam
l. PO Atorvastatin 40 mg/24 jam
1.9.
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
Diagnosis gagal jantung kongestif pada pasien ini ditegakkan karena telah memenuhi
kriteria Framingham untuk diagnosis gagal jantung yaitu dengan gejala mayor berupa
paroxysmal nocturnal dyspnea, S3 gallop, kardiomegali dan gejala minor berupa pitting edema
tungkai bilateral, dypsnea on effort, takikardia, dan efusi pleura. Proses gagal jantung pada kasus
ini kecil kemungkinan karena suatu penyakit jantung koroner, karena faktor protektif jauh lebih
besar dibandingkan faktor precipitatus. Perubahan EKG dan peningkatan Troponin I
menunjukkan ada kematian myosit-myosit oleh faktor lain selain sumbatan koroner. Penjelasan
yang paling mungkin adalah akibat suatu proses inflamasi pada pericard dan jaringan sekitarnya
termasuk pembuluh darah epicardial menyebabkan gangguan perfusi pada otot jantung. Hasil
echocardiografi menunjukan adanya penumpukan cairan di selaput pericardium yang disertai
dengan kalsifikasi. Suatu chronic pericardial effusion yang paling sering adalah akibat infeksi
kuman tuberculosis, dilanjutkan dengan infeksi virus-virus kardiotropik/ penyakit autoimun yang
lebih jarang insidensinya. Dari amnanesis diketahui adanya riwayat anggota keluarga yang
didiagnosa dengan TB paru. Diagnosa definitif adalah dari analisis cairan pericard, diharapkan
jika ini adalah pericarditis TB maka akan ditemukan cairan eksudasi dengan BTA positif.
Gangguan ginjal pada pasien ini dicurigai sebagai akibat jantung. cardiorenal syndrome
tipe 1 atau 2 adalah yang dihipotesiskan paling sesuai dengan gambaran klinis pasien ini.
Klasifikasi ini berdasarkan urutan organ yang mengalami gangguan terlebih dahulu dan onset
nya (akut atau kronis). Gangguan ginjal dengan creatinin 2,0 mg/dl, dengan BB 46 kg memiliki
GFR
Congestive Heart Failure dan Cardiorenal Syndrome
pada Wanita 27 tahun dengan Tuberculosis Paru dan Pericardial Effusion
Disusun Oleh:
Steven Okta Chandra
I11111050
Pembimbing:
Letkol (CKM) dr. Prihati Pujowaskito, Sp. JP (K), MMRS
SMF ILMU PENYAKIT JANTUNG
RUMAH SAKIT TINGKAT II DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui laporan kasus dengan judul:
Congestive Heart Failure dan Cardiorenal Syndrome pada Wanita 27 tahun dengan
Tuberculosis Paru dan Pericardial Effusion
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Kardiologi
Telah disetujui,
Cimahi, 14 Maret 2017
Pembimbing
dr. Prihati Pujowaskito, Sp. JP (K), MMRS
Penulis
Steven Okta Chandra
BAB I
PENYAJIAN KASUS
1.1.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. AS
Jenis Kelamin : Wanita
Usia
: 27 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Alamat
: KP. Dungus Lembu RT. 02/14
Tanggal MRS : 07/03/2017
1.2.
Anamnesis
Keluhan Utama: Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan pertama kali
sekitar 4 bulan yang lalu. Mula-mula sesak dirasakan saat beraktivitas berat,
kemudian belakangan semakin memberat dan hampir setiap saat sesak. Sesak
bertambah berat jika pasien berbaring atau beraktivitas seperti naik tangga atau
mencuci pakaian. Pasien tidur menggunakan lebih dari dua bantal untuk
menyanggah kepala. Saat tidur, pasien terbangun karna sesak napas. Sesak
berkurang pada posisi duduk. Sesak disertai dengan bengkak pada kedua tungkai.
Nyeri dada juga dirasakan oleh pasien. Nyeri dada sebelah kiri dirasakan
kurang dari 20 menit. Nyeri terutama saat posisi berbaring. Nyeri digambarkan
seperti dada dililit dan kesulitan menarik napas. Nyeri tidak dirasakan menjalar.
Nyeri dada sebelumnya tidak pernah dirasakan.
Tidak dirasakan adanya dada berdebar, pingsan, maupun batuk lama lebih
dari 3 minggu. Tidak ada demam sebelumnya, maupun sakit radang tenggorokan.
Miksi sering dan tidak dirasakan nyeri maupun perubahan warna pada urin.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi sebelumnya tidak ada, dengan tekanan darah tertinggi
adalah 120/80. Tidak ada gejala dan tanda diabetes maupun stroke. Riwayat batuk
lama tidak ada, riwayat sakit ginjal atau penyakit kronis lainnya disangkal. Pernah
dirawat dengan keluhan serupa sebelumnya di RS pada bulan Januari dan
didiagnosis sakit jantung oleh karena bekas kehamilan.
Riwauat Penyakit Keluarga:
Ibu mertua yang tinggal serumah dengan pasien menderita TB paru,
didiagnosa tahun 2016 oleh dokter spesialis paru dan telah selesai pengobatan
selama 6 bulan. Riwayat hipertensi pada keluarga yaitu ayah kandung, tidak ada
riwayat diabetes, stroke, maupun penyakit ginjal dan jantung pada keluarga.
Riwayat Sosial:
Pasien memiliki seorang anak yang lahir pada tahun 2011, lahir aterm,
dengan berat badan 3000 gram dan panjang 54 cm, partus normal di rumah sakit
ditolong bidan. Saat hamil tidak ada keluhan nyeri dada maupun sesak napas.
Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, diet sehari-hari cukup karbohidrat
dan protein.
1.3.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Sakit Berat
Kesadaran
: Compos Mentis (E4M6V5)
Berat Badan
: 46 kg
Tinggi Badan
: 156 cm
Status Gizi
: Ideal (BMI 18,6)
Tekanan Darah
: 150/90
Denyut Nadi
: 116 x/m
Frekuensi Napas
: 27 x/m
Temperatur
: 36,7 x/m
Saturasi O2
: 96%
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm/
3 mm, reflex cahaya langsung dan tak langsung (+/+)
Telinga
: Sekret (-), aurikula hiperemis (-/-)
Mulut
: Bibir sianosis (-),mukosa bibir kering (-), atrofi papil lidah (-)
Hidung
: Sekret (-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-/-), tonsil T1/T1hiperemis (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-), hepatojugular reflex (-), JVP 5+2 cmH2O
Paru
Inspeksi
: Simetris kanan dan kiri baik statis maupun dinamis,retraksi (-)
Palpasi
: Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
: Bunyi napas dasar vesikuler (+/+), rhonki (+/+) 1/3 dari basal paru,
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Iktus kordis ICS V linea axilaris anterior, trhill (-)
Perkusi
: Batas jantung atas pada ICS II linea parasternalis sinistra, batas jantung
kanan pada ICS V linea parasternalis dextra, batas jantung kiri pada ICS
VI linea axillaris anterior
Auskultasi
: SI/SII regular, murmur (-), S3 gallop (+), ekstrasistol (-)
Abdomen
Inspeksi
: Datar, sikatrik (-)
Auskultasi
: Bising usus normal, 8 kali per menit
Palpasi
: Soepel, massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
: Hangat, edema piting peritibial +/+, CRT = 1.030
Eritrosit
: 3+
pH
: 6.5
Nitrit
: Positif
Protein
: 3+
Leukosit
: 4-7/LPB
Glukosa
: Negatif
Eritrosit
: Penuh
Bilirubin
: 1+
Epitel
: 3-5/LPB
Hematologi Rutin (10/03/2017) Post Transfusi
Hemoglobin
: 9,6 g/dl
Eritrosit
: 3,3 x 106/µl
Leukosit
: 6.100/µl
Hematokrit
: 28,0%
Trombosit
: 318.000/µl
MCV
: 84,8 fl
MCH
: 29,1 pg
MCHC
: 34,3 g/dl
RDW
: 16,9 %
Ba/Eo/Sg/Li/M: 0,7/1,1/75,4/15,6/7,2
Kimia Klinik (10/03/2017)
Natrium
: 127 mmol/l
Kalium
: 5.10 mmol/l
Klorida
: 102 mmol/l
SGOT
: 17 u/l
SGPT
: 11 u/l
Ureum
: 93 mg/dl
Creatinin
: 2.1 mg/dl
Electrocardiography (07/03/2017 pukul 12.00)
Irama
: Sinus
Frekuensi
: 116 bpm
Axis
: Normoaxis
Kelainan gelombang : ST Depresi Lead II, aVF, V4-V6
Kesimpulan
: NSTEMI Anterolateral dan Inferior
Electrocardiography (07/03/2017 pukul 15.00)
c
Axis
: Normoaxis
Kelainan gelombang : ST Depresi Lead II, aVF, V4-V6
Kesimpulan
: NSTEMI Anterolateral dan Inferior
Thorax AP (08/03/2017)
Hasil Foto Thorax:
Cor membesar ke lateral kiri dan kanan, kranialisasi (-)
Sinus dan diafragma kiri dalam batas normal, kanan berselubung
Tampak infiltrate di kedua paru dan perselubungan homogen di hemothorax dekstra
Kesan: Suspek TB paru aktif dengan efusi pleura dextra dan kardiomegali
Echocardiography (13/03/2017)
Hasil Echocardiography: Tampak efusi pericard yang disertai gambaran kalsifikasi
pericard pariealis. RA tampak kolaps. Tampak EDV 132 ml, ESV 79 ml, EF 40%
1.5.
Saran
a. Pemeriksaan BTA S-P-S
b. Dilakukan diagnostik pericardiocentesis untuk analisa cairan efusi
c. Pemeriksaan protein total dan albumin serum
d. Pemeriksaan USG ginjal
e. Pemeriksaan profil besi tubuh
1.6.
Resume Medis
Wanita, 27 tahun, datang dengan keluhan dypsnea onset 4 bulan yang lalu.
Keluhan ini disertai tanda-tanda gagal jantung kongestif yaitu paroksismal nokturnal
dyspnea, S3 gallop, kardiomegali, rhonki basal paru, takikardia, edema tungkai bilateral,
dyspnea on effort, dan effusi pleura. Terdapat keluhan angina tidak khas tanpa riwayat
serupa sebelumnya. Tidak ada faktor resiko berupa hipertensi maupun diabetes. Riwayat
ibu mertua TB paru aktif, namun pasien tidak mengeluhkan gejala klasik TB paru. Hasil
rekaman EKG menunjukkan NSTEMI anterolateral dan inferior, dengan marker Trop I
meningkat, Foto Thorax menunjukkan kecurigaan TB paru, efusi pleura, dan
kardiomegali. Darah rutin dan apusan darah tepi menunjukkan kondisi anemia
normokrom normositer, urinalisis menunjukkan hematuria dan proteinuria, fungsi ginjal
menurun. Echocardiografi menggambarkan adanya efusi pericard dengan kalsifikasi dan
EF 40% serta kolaps RA.
1.7.
Diagnosa
Diagnosis klinis
: Congestive Heart Failure NYHA Fc IV
Diagnosis anatomis
: Pericardium
Diagnosis etiologi
: Infective Pericarditis
Diagnosis sekuder
:
a. Cardiorenal Syndrome
b. Anemia Chronic Disease
c. Infeksi Saluran Kemih
d. Suspect TB Paru Kasus Baru
1.8.
Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
a. Pasien posisi setengah duduk/ duduk
b. O2 2-4 lpm via nasal kanul
c. Restriksi garam dan cairan maksimal 1 liter/hari
d. Diet protein 0,8 gram/kgBB
e. Edukasi etiket batuk
Medikamentosa:
a. Akses intravena
b. Pasang Folley Catheter
c. Inj. Furosemide 40 mg/8 jam
d. Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam
e. Inj. Ciprofloxacin 400 mg/12 jam
f. Pro Transfusi PRC 1 unit
g. PO Bisoprolol 2,5 mg/24 jam
h. PO Irbesartan 300 mg/24 jam
i. PO FDC Kategori 1 (R/H/Z/E) 3 tab/hari (bila hasil BTA positif)
j. PO Amino Acids Supplement (Aminefron) 1 cap/8 jam
k. PO CPG 75 mg/24 jam
l. PO Atorvastatin 40 mg/24 jam
1.9.
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
Diagnosis gagal jantung kongestif pada pasien ini ditegakkan karena telah memenuhi
kriteria Framingham untuk diagnosis gagal jantung yaitu dengan gejala mayor berupa
paroxysmal nocturnal dyspnea, S3 gallop, kardiomegali dan gejala minor berupa pitting edema
tungkai bilateral, dypsnea on effort, takikardia, dan efusi pleura. Proses gagal jantung pada kasus
ini kecil kemungkinan karena suatu penyakit jantung koroner, karena faktor protektif jauh lebih
besar dibandingkan faktor precipitatus. Perubahan EKG dan peningkatan Troponin I
menunjukkan ada kematian myosit-myosit oleh faktor lain selain sumbatan koroner. Penjelasan
yang paling mungkin adalah akibat suatu proses inflamasi pada pericard dan jaringan sekitarnya
termasuk pembuluh darah epicardial menyebabkan gangguan perfusi pada otot jantung. Hasil
echocardiografi menunjukan adanya penumpukan cairan di selaput pericardium yang disertai
dengan kalsifikasi. Suatu chronic pericardial effusion yang paling sering adalah akibat infeksi
kuman tuberculosis, dilanjutkan dengan infeksi virus-virus kardiotropik/ penyakit autoimun yang
lebih jarang insidensinya. Dari amnanesis diketahui adanya riwayat anggota keluarga yang
didiagnosa dengan TB paru. Diagnosa definitif adalah dari analisis cairan pericard, diharapkan
jika ini adalah pericarditis TB maka akan ditemukan cairan eksudasi dengan BTA positif.
Gangguan ginjal pada pasien ini dicurigai sebagai akibat jantung. cardiorenal syndrome
tipe 1 atau 2 adalah yang dihipotesiskan paling sesuai dengan gambaran klinis pasien ini.
Klasifikasi ini berdasarkan urutan organ yang mengalami gangguan terlebih dahulu dan onset
nya (akut atau kronis). Gangguan ginjal dengan creatinin 2,0 mg/dl, dengan BB 46 kg memiliki
GFR