LAPORAN PRAKTI KUM ANALISIS FISIKOKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA
MENGENAI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
BAHAN BAKU DENGAN METODE
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

DISUSUN OLEH :
NAMA

:

TURYATI

NIM

:

D1A151085

PARTNER
1. NURIKA
2. IMAS DEDAH

3. RITA MAESAROH
LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL GHIFARI
BANDUNG
2016
1

BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN

1.1

Prinsip Percobaan
Berdasarkan metode kromatografi cair kinerja tinggi.

1.2

Tujuan Percobaan
1. Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair

kinerja tinggi.
2. Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode kromatografi
cair kinerja tinggi.
3. Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil
penetapan kadar.

2

BAB II
TEORI PENUNJANG

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu
fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam
kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat
berupa zat padat atau zat cair (Acun, dkk, 2010).
Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi


gas,

yang

merupaka

metode

kromatografi

pertama

yang

dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat
dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai tekanan
uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan. Tekanan
uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersamasama dengan fase gerak yang berupa gas (Acun, dkk, 2010).
Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan
campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari

beberapa detik untuk campuran yang sederhana sampai berjam-jam untuk
campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Metode ini sangat baik untuk
analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan eter.
Analisis minyak mentah dan atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan
dengan tehnik ini. Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan besarnya
interaksi antara sampel dan cairan, dengan menggunakan fase cair standar yang
diketahui efektif untuk berbagai senyawa (Acun, dkk, 2010).
Perkembangan HPLC berkembang dari asas proses pemisahan adsorpsi
dan partisi ke arah yang lebih luas, yaitu proses pemisahan yang berasaskan
afinitas. Filtrasi gel dan ion yang berpasangan., akan tetapi proses pemisahannya
3

tetap dilaksanakan di dalam kolom disertai pemakaian pelarut pengembangdengan
tekanan tinggi (Ahmad dan Suherman, 1995).
Prinsip dasar dari HPLC, dan semua metode kromatografi adalah
memisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi
(kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen
tersebut (kuantitatif). Analisa kualitatif bertujuan untuk mengetahui informasi
tentang identitas kimia dari analat dalam suatu sample. Sedangkan analisa
kuantitaif untuk mengetahui jumlah dan konsentrasi analat tersebut dalam sample

(Riyadi, 2009).
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area
puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan
standar. Pada prakteknya, perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat
bila hanya melibatkan satu standar, oleh karena itu maka perbandingan dilakukan
dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi (Cupritabu, 2010).
Pendahuluan zat aktif yang memiliki kompresibilitas buruk akan tetapi
dikehendaki dalam takaranyang besar harus dibuat dengan cara granulasi basah.
Apabila dibuat dengan cetak langsungakan dibutuhkan banyak bahan tambahan,
sehingga volume tablet menjadi terlalu besar (Hoover, 1975).
Dua

jenis

kolom

digunakan


dalam

kromatografi

cair

yaitu

jenis pellicular dan partikel berpori (porous particle). Jenis pellicular terdiri dari
partikel dengan bentuk bola, tidak berpori berbahan dasar gelas atau polimer
dengan diameter 30 hingga 40μm. Lapisan tipis berpori silika, alumina, divinil
benzen sintetis polystirena atau resin penukar ion dilapiskan pada permukaannya.
Jenis kolom dengan partikel berpori berisi partikel berpori dengan diameter
partikel 3 – 10μm terbuat dari silika, alumina, resin sintetis divinil benzen
polystirena atau resin penukar kation yang kemudian dilapisi lapisan tipis film

4

berbahan organik sehingga berikatan secara kimia atau fisika terhadap
permukaannya. (Skoog et al., 1998)

Pemilihan parasetamol sebagai model disebabkan parasetamol adalah salah
satu obat analgetik-antipiretik yang banyak digunakan khususnya di fasilitas
pelayanankesehatan pemerintah. Parasetmol memiliki kompresibilitas yang buruk
sementaraitu jumlah parasetamol dalam satu tablet cukup besar yaitu 500 mg,
sehingga untuk menghasilkan tablet dengan mutu fisik yang memuaskan harus
dibuat dengan metodegranulasi basah (DepKes RI, 1990).
Parasetamol merupakan metabolit henasen dengan efek antipiuretik yang
ditimbulkan oleh gugus aminobenzena dengan efek anlagetik parasetamol
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi
sangat lemah. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui sluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa penuh
plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma 25 %. Parasetamol terikat plasma. Obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom di hati (Sulistia, 2007: 237 – 238).

5

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1


Prosedur Percobaan

1.

Analisis Kualitatif
 Larutan Standar

a) Timbang 25 mg parasetamol serbuk kemudian masukkan ke dalam labu

takar 25 ml!
b) Larutkan parasetamol dalam fase gerak hingga tanda batas! Fase gerak

yang digunakan adalah asam asetat (methanol 40 ml ditambahkan
aquabides 60 ml).
c) Kocok larutan hingga homogen. Saring larutan dengan membrane filter

nilon ukuran 0,45 mikrometer!
d) Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam KCKT!


 Larutan Uji
a) Timbang 25 mg parasetamol kemudian masukkan ke dalam labu takar 25

ml!
b) Larutkan parasetamol dalam fase gerak hingga tanda batas!
c) Kocok larutan hingga homogen. Saring larutan dengan membrane filter

nilon ukuran 0,45 mikrometer!
d) Larutan siap untuk diinjeksi ke dalam alat KCKT!


Injeksikan masing-masing larutan standard dan larutan uji ke dalam
alat KCKT. Rekam kromatogram yang terbentuk. Bandingkan
6

kromatogram larutan uji dan larutan standar. Waktu retensi puncak
larutan uji harus sama dengan waktu retensi puncak larutan standar.

2.


Analisis Kuantitatif
 Larutan Standar

a) Timbang 25 mg baku pembanding parasetamol lalu masukkan ke dalam
labu takar 25 ml!
b) Encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas!
c) Kocok larutan hingga homogen!
d) Pipet masing-masing larutan 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 ml larutan stok baku
pembanding ke dalam labu takar 10 ml!
e) Encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan
membrane filter nilon ukuran 0,45 mikrometer!
f) Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT!
g) Hitung konsentrasi masing-masing larutan kurva kalibrasi!

 Larutan Uji
a) Timbang dengan seksama 25 mg parasetamol!
b) Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan encerkan dengan fase gerak
hingga tanda batas!
c) Kocok larutan hingga homogen lalu saring dengan membrane filter nilon
ukuran 0,45 mikrometer!

d) Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT!
7

 Cara Kurva Kalibrasi
Injeksikan masing-masing serangkaian konsentrasi larutan standard
dan larutan uji. Dengan menggunakan kurva kalibrasi atau
persamaan garis, hitunglah kadar larutan sampel (jangan lupa factor
pengencerannya).

 Cara One Point
Ambillah luas area kromatogram salah satu larutan pembanding
kemudian gunakan untuk menghitung kadar larutan sampel dengan
menggunakan metode One Point.

8

3.2

Alat-alat yang Digunakan
1. Timbangan
2. Pipet
3. Labu takar 50, 25 dan 10 ml

4. Saringan membrane filter nilon ukuran 0,45 mikrometer
5. Kromatografi cair kinerja tinggi
6. Gelas ukur

3.3

Bahan-bahan yang Digunakan
1. Parasetamol
2. Aquabides
3. Metanol

9

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Percobaan

A.

Analisa Kualitatif
a. Berat bahan baku pembanding Paracetamol (larutan standar) 25 mg.

b. Perhitungan ppm sebagai berikut :
 Larutan Uji :
-

Volume = 25 ml = 0,025 L

-

Konsentrasi = m (mg)/V (L) = 25/0,025 = 1000 ppm.

 Larutan Standar
-

Volume = 25 ml = 0,025 L

-

Konsentrasi = m (mg)/V(L) = 25/0,025 = 1000 ppm.

c. Hasil pengamatan :
Metode Analisis

Waktu Retensi

Luas Area

Larutan Standar

4,442

523218,6

Larutan Uji

4,464

19093223,1

10

B. Analisa Kuantitatif
-

Berat baku pembanding PCT (larutan standar)

-

Volume = 25 ml = 0,025 L.

-

Berat bahan baku PCT (larutan uji)

-

Volume = 50 ml = 0,05 L.

-

Perhitungan ppm uji = 25 mg / 0,05L = 500 ppm.

-

Perhitungan ppm standar = 25mg/ 0,025L = 1000 ppm.

-

Perhitungan pengenceran standar:
V2 = 10 ml, N1 = 1000 ppm.
1.

V1 = 4 mL
V1N1 = V2N2
4 ml . 1000 ppm = 10 ml . �
� = 400 ppm

2.

V1 = 5 mL
V1N1 = V2N2
5 ml . 1000 ppm = 10 ml . �
� = 500 ppm

3.

V1 = 6 mL
V1N1 = V2N2
6 ml . 1000 ppm = 10 ml. x
� = 600ppm

4.

V1 = 7 mL

11

= 25 mg.

= 25 mg.

V1N1 = V2N2
7 ml . 1000 ppm = 10 ml . �
� = 700 ppm
5.

V1 = 8 mL
V1N1 = V2N2
8 ml . 1000 ppm = 10 ml . �
� = 800 ppm

6.

V1 = 9 mL
V1N1 = V2N2
9 ml . 1000 ppm = 10 ml. �
� = 900 ppm

-

Hasil Pengamatan Analisis Kuantitatif

Tabel Kurva Kalibrasi
Konsentrasi (ppm) (x)

Luas Area (y)

400

516970

600

526414

800

703049,5

900

1189728,7

Larutan Uji
Waktu Retensi

Luas Area

4,483

635299,3

 Perhitungan kadar berdasarkan metode kurva kalibrasi
12

Dengan mensubstitusikan besarnya luas area larutan uji ke
dalam persamaan regresi linier diatas, maka dapat diketahui
besarnya konsentrasi larutan uji dalam perhitungan berikut :
y

= 4E – 05x + 3,1803

635229,3

= 4.10 -5x + 3,1803

4.10 -5x

= 635229,3 – 3,1803

4.10 -5x

= 635296,12

X

= 1,588240

Konsentrasi sample
= 25 ml/2ml x 1,6
= 19,853ppm
% kadar = 19,853 /50 x 100%
= 39,7 %

 Perhitungan kadar berdasarkan metode one point

13

Cu = 635299,3/703049,5 x 40
Cu = 36,14
% Kadar = 36,14/50 x 100
= 72,28 %

4.2

Pembahasan
14

Analisis kuantitatif adalah salah satu metode pengujian suatu senyawa
atau zat kimia untuk menentukan kadar senyawa tersebut. Salah satu
senyawa atau zat yang dapat dianalisis kuantitatif adalah kadar senyawa
obat. Banyak instrumen atau alat yang dapat digunakan untuk menentukan
kadar senyawa aktif suatu obat, salah satunya adalah menggunakan
instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau yang lebih
dikenal dengan HPLC (High Performance Liquid Cromatography). Prinsip
kerja dari penggunaan alat ini adalah pemisahan satu atau lebih komponen
berdasarkan kepolaran, dimana sampel atau larutan uji (contoh : senyawa
obat) dibawa oleh fase gerak (dengan sifat kepolaran tertentu) melewati
fase diam (dengan sifat kepolaran berbeda dengan fase geraknya).
Sehingga menyebabkan larutan uji akan tertambat disalah satu fase gerak
atau pun fase diamnya dan kemudian akan terdeteksi oleh detector
(komponen alat HPLC). Sehingga pada akhirnya dapat diukur kadar satu
atau lebih komponen dari suatu larutan uji (senyawa obat).
Pada percobaan kali ini penggunaan instrumen HPLC/KCKT
digunakan untuk melakukan analisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif
terhadap sediaan farmasi berupa tablet paracetamol yang dijual di pasaran.
Analisis kualitatif dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa
adanya kandungan dalam tablet tersebut, dan analisis kuantitatif dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kadar paracetamol yang terkandung dalam
sediaan tablet.
Fase diam yang digunakan dalam KCKT kali ini adalah Oktadesil
silika (ODS ). ODS merupakan fase diam yang paling banyak digunakan
karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang
rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek
lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan
sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak
dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu
retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang
15

digunakan. Sedangkan fase gerak yang digunakan adalah campuran air
dengan metanol perbandingan 4 : 6. Karena kedua fase yang digunakan
berbentuk cair, maka sistem kromatografi yang digunakan pada percobaan
ini adalah kromatografi partisi, dimana pemisahan terjadi berdasarkan
partisi analit dalam dua cairan yang tidak saling bercampur. Pemisahan
akan terjadi karena adanya perbedaan kelarutan komponen sample dalam
kedua fase cair tersebut. Berdasarkan sifat kepolaran dari fase diam dan
fase gerak yang digunaakan, sistem kromatografi pada percobaan ini
berlangsung dengan fase balik ini menunjukkan bahwa fase gerak yang
digunakan memiliki sifat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan fase
diamnya, sehingga senyawa yang akan terelusi terlebih dulu adalah
senyawa yang bersifat sangat polar.
Senyawa uji yang digunakan pada percobaan ini adalah parasetamol.
Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar, dengan gugus
kromofor yang dimilikinya menyebabkan senyawa ini dapat menyerap
sinar UV. Untuk analisis senyawa ini sistem kromatografi yang harus
digunakan di jelaskan dalam Farmokpe IV bahwa Komotografi cair
kinerja tinggi yang di gunakan untuk penetapan kadar dilengkapi dengan
detektor 243 nm yang berada di daerah serapan Ultra Violet dan kolom
3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi (fasa diam) L1 ataupun ODS
(Octadesylsilane) yang berbersifat non polar. Laju aliran 1,5 mL/menit,
dan efisiensi kolom tidak kurang dari 1000. Fasa gerak yang digunakan
bersifat polar seperti methanol : air (1:3).

Gugus
kromof
or

16

Dalam strukturnya, parasetamol memiliki gugus kromofor, yaitu
gugus yang bertanggung jawab untuk berinteraksi dengan radiasi
elektromagnetik. Detektor yang digunakan pada percobaan ini adalah
detektor UV, dengan panjang gelombang 243 nm. Penggunaan detektor
UV untuk mendeteksi senyawa parasetamol ini disebabkan karena
parasetamol memiliki gugus kromofor yang dapat menyerap radiasi
elektromagnetik pada panjang gelombang sinar UV.
Untuk melakukan uji analisis keberadaan zat aktif dan penentuan
kadar dari tablet paracetamol ini, pertama-tama yang perlu dilakukan
adalah persiapan fase diam dan fase gerak yang digunakan dalam HPLC
dan juga persiapan dan pembuatan larutan standar paracetamol, larutan uji
dan larutan untuk kurva kalibrasi. Sebelum sampel uji parasetamol dan
standar parasetamol diinjeksikan, terlebih dahulu larutan tersebut disaring
mengunakan filter PTFE 0,45 µm untuk menghindari partikel-partikel
kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam larutan juga harus dihilangkan,
sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di
pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis.
Pembuatan larutan standar dilakukan dengan menimbang baku
pembanding paracetamol (dari Industri Farmasi) sebanyak 25 mg kedalam
labu takar 25 ml dan diencerkan dengan fase gerak hingga 25 ml sehingga
didapat larutan stok baku pembanding. Dari larutan stok pembanding dibuat
serangkaian pengenceran untuk kurva kalibrasi yang masing masing
konsentrasinya adalah 4 ml; 5 ml; 6 ml; 7 ml; 8 ml; dan 9 ml kedalam labu
takar 10 ml yang kemudian diencerkan dengan fase gerak hingga tanda
batas.
Pembuatan larutan uji seharunya dilakukan dengan cara ditimbang
sebanyak 4 tablet paracetamol kemudian diserbukan tablet dan timbang
sejumlah tertentu serbuk tablet PCT yang setara dengan 50 mg paracetamol
tetapi praktikan tidak menyetarakan langsung menimbang 50 mg
paracetamol tablet yang sudah di geurs kedalam labu takar 100ml, kemudian
17

ditambahkan 50ml fase gerak dan dikocok selama 10 menit kemudian
ditambahkan fase gerak hingga tanda batas.

Dari larutan uji dipipet

sebanyak 2.0 ml dan dimasukan kedalam labu takar 25 ml kemudian
diencerkan hingga tanda batas. Kemudian saring larutan uji menggunakan
membran filter PTFE 0.45 µm, dibuang sebanyak 2 ml filtratnya.
Pembuangan filtrat pertama digunakan untuk membilas filter, agar filtrat
yang selanjutnya tidak mengandung banyak pengotor. Diambil hasil filtrat
sebanyak 10ml untuk diinjeksikan kedalam alat HPLC.
Prosedur kurva kalibrasi ini dilakukan dengan cara menginjeksikan
serangkaian pengenceran dari stok larutan standar yang telah dibuat yang
masing-masing konsentrasinya adalah 4 ml; 5 ml; 6 ml; 7 ml; 8 ml; dan 9
ml. Kurva kalibrasi digunakan untuk menentukan kadar sampel dari
persamaan regresi linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi tersebut.
Setelah prosedur dan data kurva kalibrasi dilakukan dan didapat
langkah akhir dari uji penetapan kadar paracetamol ini adalah penginjeksian
larutan tablet obat paracetamol. Penginjeksian ini dilajukan satu kali injeksi,
yang kemudian akan didapatkan data waktu retensi dan luas area. Dari data
yang didapatkan selanjutnya adalah memasukan data luas area yang didapat
ke dalam persamaan regresi linier yang (dari data kurva kalibrasi) atau
menggunakan cara one point untuk mendapatkan persentase kadar dari
larutan tablet obat paracetamol.
Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu
retensi dari sampel terhadap pembanding. Apabila senyawa dalam
pembanding terkandung dalam uji, maka waktu retensi puncak larutan uji
sama dengan waktu retensi puncak larutan standar. Dari hasil pengamatan,
dapat diketahui bahwa waktu retensi larutan uji adalah 19093223,1dan
waktu retensi larutan standar 523218,6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
waktu retensi antara uji dan standar berbeda cukup jauh. Namun, dari hasil
tersebut tidak berarti menunjukkan bahwa larutan uji bukan merupakan

18

parasetamol. Karena sebelumnya tidak lakukan uji kesesuaian sehingga
kemungkinan tidak menunjukan hasil yang sebenarnya.
Penentuan kadar (analisis kuantitatif) dapat diketahui dari persamaan
regresi linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi larutan standar. Larutan
standar yang diinjeksikan dengan konsentrasi yang berbeda memberikan
luas area yang berbeda-beda yang kemudian dibuat dalam bentuk kurva
kalibrasi dan didapat persamaan regresi linier untuk digunakan dalam
penentuan kadar bahan baku parasetamol. Hasil dari persamaan regresi linier
ini kemudian dimasukkan nilai luas area bahan baku parasetamol yang
didapat dari hasil kromatogram bahan baku parasetamol. Didapat
konsentrasi bahan baku parasetamol adalah 19,853 ppm. Dari konsentrasi ini
kemudian dihitung kadar parasetamol dan didapat kadar sebesar 39,7%.
Selain dengan metode kurva kalibrasi, penentuan kadar sampel uji dapat
diketahui dengan menggunakan metode one point. Dalam metode one point
ini menunjukkan bahwa besarnya kadar suatu senyawa akan berbanding
lurus dengan luas area kromatogram. Dari hasil perhitungan dapat diketahui
bahwa kadar dari parasetamol sebesar 72,28. Dalam Farmakope Indonesia
Ed IV (Hal 650), disebutkan bahwa tablet parasetamol mengandung
parasetamol C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kesalahan analisa pada percobaan ini kemungkinan besar berasal
dari cara kerja praktikan yanng tidak sesuai prosedur, kesalahan dalam
pengenceran atau pembuatan larutan standar sehingga mengakibatkan kurva
kalibrasi hasilnya jelek, kemudian tidak diuji kesesuaian . Dalam analisa
kualitatif, waktu retensi puncak larutan uji tidak sama dengan standar. Dan
dalam analisa kuantitatif, nilai kadar yang diperoleh melebihi batas kadar
yang telah ditetapkan dalam Farmakope. Perbedaan nilai kadar ini pun dapat
disebabkan oleh sifat bahan yang sudah tidak stabil atau mungkin telah
melewati tanggal kadaluarsanya.

BAB V
19

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Tidak dilakukan uji kesesuaian.
2. Analisis kualitatif sediaan tablet parasetamol dapat dilakukan
menggunakan metode KCKT.
3. Rt larutan standar sebagai pembanding dan larutan uji memiliki nilai
yang sama yang menunjukkan keberadaan parasetamol pada bahan
baku.
4. Analisis kuantitatif sediaan tablet parasetamol dapat dilakukan
menggunakan metode KCKT.
5. Kadar sediaan tablet parasetamol menggunakan perhitungan kurva
kalibrasi adalah 39,7%.
6. Kadar sediaan tablet parasetamol menggunakan perhitungan one point
adalah 72,28%.
7. Mutu sediaan tablet parasetamol tidak bagus karena kadarnya yang
tidak sesuai dengan literatur yang kurang dari 110.0% sehingga tidak
layak untuk dikonsumsi, atau sediaan sudah rusak atau tidak stabil
sehingga kadar menurun.

DAFTAR PUSTAKA
20

Hilma

Hendrayanti,

M.Si.,Apt,

Modul

Praktikum

Analisis

Fisikokimia.

Universitas Al-Ghifari
Http://www.anitamuinia.worpress.com/hplc diakses 22/03/17 10:01 WIB
Http://www.thivachemchem.blogspot.co.id/penentuankadarparacetamol-hplc
diakses 22/03/17 10:12WIB
Wilmana, P.F. (1995). Analgesik-Antipiretik,AnalgesikAnti-Inflamasi Non
Steroid dan Obat Pirai : Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 4. Jakarta. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://www.sciencelab.com/analytics/pdf/msds. Diakses tgl 15/3/2017 jam 21.11
WIB

LAMPIRAN

21

22