makalah Memahami Uang Sebagai Alat Tukar

MAKALAH

MEMAHAMI
UANG SEBAGAI
ALAT TUKAR

i

Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Memahami Uang Sebagai Alat Tukar dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 2 Maret 2015

Penyusun

ii

Daftar Isi
Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I. Pendahuluan.............................................................................................1
1.1

Latar Belakang.........................................................................................1

1.2

Tujuan......................................................................................................2

1.3

Manfaat....................................................................................................2


BAB II Isi.............................................................................................................3
1.1

Definisi dan Fungsi Uang.........................................................................3

1.2

Jenis Uang................................................................................................4

1.3

Karakteristik Uang...................................................................................5

1.4

Nilai Uang................................................................................................5

1.5

Teori Permintaan Uang Tunai..................................................................6


1.6

Tahap Penerbitan Uang Baru...................................................................7

1.7

Uang Yang Diedarkan..............................................................................9

Jumlah Uang Beredar...................................................................................10
Jumlah uang yang beredar saat ini Rp 403 triliun........................................10
1.8

Teori Kuantitas Uang.............................................................................11

TEORI KUANTITAS UANG : IRVING FISHER......................................11
1.9

Tugas Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran................................13


1.10 Perkembangan Sistem Pembayaran Dan Pengedaran Uang Di Indonesia
14
1.11 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia...............................................17
1.12 Proses Perizinan, Ketentuan Dan Pelaporan Calon Penyelenggara Jasa
Sistem Pembayaran.........................................................................................20
ARTIKEL...........................................................................................................25
iii

Pemerintah & BI Harus Mampu Singkirkan Spekulan Dolar............................25
Rupiah Terus Tertekan, Ini Komentar Bos Bank Indonesia...............................27
BAB III Penutup.................................................................................................29
1.1

KESIMPULAN......................................................................................29

1.2

SARAN..................................................................................................29

Daftar Pustaka.....................................................................................................30


iv

BAB I. Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Masyarakat yang masih primitif, kehidupannya masih sangat sederhana. Hal ini
pernah dialami oleh nenek moyang kita. Mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara mengambil dan memanfaatkan barang yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Perkembangan peradaban manusia juga menggeser tujuan kegiatan produksi masyarakat.
Semula,

masyarakat

memproduksi

barang

hanya

untuk


memenuhi

kebutuhan

keluarganya, lalu berkembang menjadi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan orang lain (untuk dijual).
Selanjutnya, terjadilah perdagangan dengan cara tukar-menukar antara barang dengan
barang lain yang dinamakan barter (pertukaran innatura).
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia maka pertukaran dengan cara
barter menjadi semakin sulit dilakukan. Bahkan, karena kebutuhan setiap orang semakin
banyak dan beragam, maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin lagi
ditempuh dengan cara barter. Karena menghadapi kesulitan dalam melakukan pertukaran
barter, manusia terdorong untuk mencari cara pertukaran yang lebih mudah. Manusia
mulai menggunakan uang barang dalam melakukan pertukaran. Contoh uang barang
yaitu garam, senjata, dan kulit hewan.
Kesulian muncul karena benda-benda ini mudah rusak, membutuhkan tempat
penyimpanan, dan juga membutuhkan transportasi untuk memindahkannya sehingga
menambah biaya pertukaran. Mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut maka dipilihlah uang
logam, logam memiliki nilai tinggi dan digemari semua orang serta memiliki daya tahan

yang tinggi, mudah dipindahkan, dan mudah di pecah tanpa mengurangi nilai. Logam
yang memenuhi kriteria tersebut adalah perak dan emas.
Kesulitan baru muncul ketika jumlah logam tersebut makin terbatas, sementara itu
permintaan untuk melakukan pertukaran dalam masyarakat perekonomian semakin
meningkat. Dalam perkembangan berikutnya penggunaan uang logam menimbulkan
masalah ketika melibatkan nilai transaksi yang sangat besar., shingga diciptakanlah uang
kertas. Pada awalnya uang kertas merupakan bukti-bukti kepemilikan uang perak dan
emas sehingga dijamin 100% oleh emas dan perak. Kemudian muncullah uang kertas
sebagai bukti alat tukar yang tidak lagi terkait emas dan perak sehingga masyarakat tidak
lagi menggunakan emas secara langsung sebagai alat pertukaran.
1

1.2Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya, serta memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang materi
Uang sebagai Alat Tukar

1.3 Manfaat
1. Memberikan pengetahuan baru kepada para mahasiswa
2. Memperbaiki nilai pada mata kuliah yang bersangkutan.


2

BAB II Isi
1.1 Definisi dan Fungsi Uang
Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan para pelaku
ekonomi sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi yang dilakukan yaitu berupa
pembelian barang, jasa, serta pembayaran utang.
Menurut Solikin dan Suseno (2002), uang adalah suatu benda yang dapat ditukarkan
dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat disimpan.
Fungsi-fungsi uang tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Alat tukar menukar
Fungsi uang sebagai alat penukar mendasari adanya spesialisasi dan distribusi
dalam memproduksi suatu barang. Karena dengan adanya uang, orang tidak harus
menukar barang yang diinginkan dengan barang yang diproduksinya tetapi
langsung menjual produksinya di pasar dan dengan uang yang diperolehnya dari
hasil

penjualan


tersebut

dibelanjakan

untuk

pembelian

barang

yang

diinginkannya.
b. Alat atau satuan pengukur nilai
Satuan pengukur nilai dalam hal ini dimaksud sebagai alat yang digunakan untuk
membandingkan nilai suatu produk dengan produk lainnya.
c. Standar atau ukuran pembayaran masa depan
Uang juga berfungsi sebagai standar pembayaran masa depan atau untuk angsuran
utang atau pembayaran.
d. Alat penimbun kekayaan atau daya beli

Seperti dikeahui bahwa uang bernilai karena berfungsi sebagai alat penukar yaitu
dengan uang dapat dibeli suatu barang atau jasa yang dibutuhkan. Apabila uang
dibelanjakan untuk saat ini, maka uang mempunyai nilai saat ini juga dan apabila
uang akan dibelanjakan untuk masa yang akan datang maka uang tersebut akan
mempunyai nilai juga di waktu yang akan datang.
e. Sebagai suatu komoditi yang diperdagangkan
Perubahan kurs mata uang mengakibatkan nilai tukar antarmata uang menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah sehingga menarik bagi pelaku ekonomi untuk
memperoleh laba dari selisih harga jual dengan harga beli. Dengan demikian,
uang dalam pasar uang bukan hanya sebagai alat transaksi untuk membeli mata
3

uang lain tetapi juga menjadi komoditi yang diperdagangkan untuk memperoleh
keuntungan.
Secara umum, alat pembayaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Diterima secara umum dan mudah dikenali
Sesuatu dapat berfungsi sebagai uang apabila sesuatu tersebut dapat digunakan
sebagai alat pembayaran untuk tukar menukar produkyang diterima secara umum dan
mudah dikenali.
b. Nilai yang stabil

Nilai uang yang relatif stabil akan memberikan manfaat bagi pelaku ekonomi,
terutama apabila uang digunakan sebagai alat penimbun kekayaan.
c. Penawarannya elastis
Apabila kegiatan perekonomian mengalami penurunan maka permintaan uang untuk
transaksi akan menurun pula sehingga bank Sentral harus melakukan suatu tindakan
untuk mengurangi jumlah uang beredar.
d. Mudah dibawa kemana-mana
e. Tidak mudah rusak atau awet
f. Mudah dipecah dalam satuan kecil

1.2 Jenis Uang
a. Uang berdasarkan bahan terdapat dua jenis:
1. Uang logam
2. Uang kertas
b. Uang dibedakan berdasarkan nilainya:
1. Uang bernilai penuh: uang yang memiliki nilai sama antara lain sebagai barang
dan nilai uang sebagai uang.
2. Uang yang bernilai tidak penuh: uang yang mewakili dari sejumlah atau logam
yang nilai logam sebagai barang sama dengan nilai sebagai uang.
c. Uang dikelompokkan menurut tingkat Likuiditasnya
1. M1 adalah uang kartal yang beredar di masyarakat ditambah simpanan dalam
bentuk uang giral.
2. M2 adalah M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka pada bank umum.

4

3. M3 adalah M2 ditambah simpanan pada lembaga keuangan nonbank.

1.4 Karakteristik Uang
Mengacu pada peraturan Bank Indonesia No. 14/7/PBI/2012, ciri umum uang ru[iah
kertas pada Pasal 4, ayat (2) paling sedikit memuat: 91) gambar lambang negara “Garuda
Pancasila”; (2) frasa “Negara Kesatuan Republik Indonesia”; (3) frasa “Bank Indonesia”;
(4) sebutan pecahan dalam angka dan huruf sebagai nilai nominalnya; (5) tanda tangan
Pemerintah dan Bank Indonesia; (6) nomor seri pecahan; (7) tercantum teks dalam huruf
kapital berikut “ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI
ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN NILAI...”;dan (8) tahun emisi serta
tahun cetak.

1.5 Nilai Uang
Ada beberapa pengertian nilai uang:
1. Nilai nominal
Nilai uang yang tertulis pada satuan mata uang.
2. Nilai riil
Nilai uang yag ditunjukkan dengan kemampuan daya beli atau kemampuan untuk
digunakan sebagai alat transaksi.
3. Nilai intrinsik
Nilai bahan baku uang, yaitu nilai bahan baku yang digunakan untuk membuat sebuah
mata uang.
4. Nilai eksternal
Nilai tukar antarmata uang atau kurs mata uang.

5

1.6 Teori Permintaan Uang Tunai
Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
melakukan transaksi dalam perdagangan atau tujuan tertentu. Permintaan uang datang dari
empat pihak, yaitu:
1) pihak perseorangan/konsumen,
2) pihak pengusaha/produsen,
3) pihak investor/penanam modal,
4) pihak pemerintah (dapat bertindak sebagai produsen, konsumen, dan pengatur).
Dalam analisis John Maynard Keynes, masyarakat melakukan permintaan uang untuk
memenuhi tiga keinginan, yaitu sebagai berikut.
1) Permintaan uang untuk tujuan transaksi, artinya uang dibutuhkan untuk membayar
pembelian-pembelian yang akan mereka lakukan. Memegang uang untuk tujuan transaksi
merupakan tujuan yang mendasar, karena dengan pemilikan uang dapat dengan mudah
melakukan pembelian barang-barang yang diinginkan. Permintaan uang untuk tujuan
transaksi meningkat jika antara penerimaan dan pengeluaran tidak seimbang. Permintaan
untuk motif ini dianggap tergantung pada tingkat pendapatan, artinya semakin tinggi
pendapatan, semakin banyak uang yang diperlukan oleh perusahaan atau perseorangan untuk
tujuan transaksi.
2) Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga, artinya uang sebagai alat untuk menghadapi
kesusahan yang mungkin timbul di masa yang akan datang, karena setiap orang tidak dapat

6

menduga kejadian-kejadian di hari esok. Permintaan uang untuk tujuan ini dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional.
3) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi, artinya uang digunakan untuk kegiatan spekulasi
(untung-untungan).
Uang kas diinginkan dengan tujuan dapat melakukan spekulasi pada tingkat bunga yang akan
datang. Pada tingkat bunga tinggi, jumlah uang yang digunakan untuk tujuan spekulasi relatif
kecil, begitu juga sebaliknya.

Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang di antaranya sebagai berikut.
1) Adanya keinginan untuk memegang uang atau motif memegang uang.
2) Tingkat pendapatan riil, yaitu tingkat pendapatan yang benar-benar diterima oleh
masyarakat dan telah memperhitungkan unsur inflasi.
3) Tinggi rendahnya tingkat bunga.
4) Adanya investasi atau pengembangan usaha sehingga membutuhkan dana/uang.
5) Tingkat harga yang berlaku di pasar

1.7 Tahap Penerbitan Uang Baru
Pengeluaran uang Rupiah emisi baru oleh Bank Indonesia (BI) diatur melalui Peraturan Bank
Indonesia No.6/14/PBI/2004 tanggal 22 Juni 2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran,
Pencabutan, dan Penarikan, serta Pemusnahan Uang Rupiah. Adapun pengaturan
pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Dewan Gubernur No.6/7/PDG/2004 tanggal 22
Juni 2004 tentang Manajemen Pengedaran Uang serta Surat Edaran Intern No.7/84/INTERN
tanggal 28 Oktober 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluarakn Uang Rupiah Baru.
Beberapa tahap dalam pengeluaran dan pengedaran uang Rupiah emisi baru adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan Pengeluaran Uang Rupiah Baru
Persetujuan rencana pengeluaran uang Rupiah baru dilakukan melalui Rapat Dewan
7

Gubernur (RDG). Dalam rangka pengeluaran uang Rupiah baru, Bank Indonesia melakukan
kajian dengan mempertimbangkan antara lain tingkat pemalsuan, nilai intrinsik, masa edar
suatu pecahan uang, dan/atau kebutuhan masyarakat.
2. Desain dan Spesifikasi Uang
Desain dan spesifikasi uang disetujui oleh Gubernur Bank Indonesia, sedangkan pelaksanaan
penyusunan desain uang diputuskan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang
pengedaran uang. Pada tahap ini, penyusunan desain uang dilakukan dengan cara (1)
bekerjasama dengan perusahaan pencetakan uang atau pemasok uang, atau (2) melalui
sayembara yang dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.

3. Pencetakan Uang
Desain beserta spesifikasi uang yang telah disetujui Gubernur Bank Indonesia akan dibuatkan
contoh cetak uang oleh perusahaan percetakan uang atau pemasok uang. Contoh
cetak uang berbentuk satu lembar uang kertas dan lembaran utuh atau satu keping uang
logam yang akan menjadi acuan cetak bagi perusahaan percetakan uang atau pemasok
uang. Pada contoh cetak uang tersebut dilengkapi pula dengan uraian teknis uang yang
disetujui Direktur Direktorat Pengedaran Uang.
4. Penerbitan Ketentuan
Setiap pengeluaran uang Rupiah baru didasarkan pada ketentuan berupa Peraturan Bank
Indonesia (PBI) dan Surat Edaran Intern (SE Intern). PBI mengenai pengeluaran dan
pengedaran uang baru tersebut memuat antara lain macam uang, harga uang, ciri uang dan
tanggal berlakunya uang sebagai alat pembayaran yang sah, sedangkan SE Intern mengatur
mengenai tanggal pengeluaran dan pengedaran uang, pengiriman uang, serta tatacara
pembukuan dan pencatatannya.
5. Sosialisasi dan Edukasi Uang Baru
Sebelum uang Rupiah baru dikeluarkan dan diedarkan, Bank Indonesia melakukan sosialisasi
dan edukasi uang baru kepada masyarakat, melalu i konferensi pers, pelatihan kepada kasir
Bank Indonesia, perbankan, dan pihak terkait lainnya, penyebaran pengumuman dalam
bentuk poster, serta penyebaran informasi mengenai ciri-ciri keaslian uang dalam bentuk
leaflet, brosur, VCD, atau bentuk publikasi lainnya.
8

1.8 Uang Yang Diedarkan
Akhir Tahun, BI Prediksi Uang Beredar Capai Rp566 T
Selasa, 23 Desember 2014 - 15:48 wib

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi jumlah Uang yang Diedarkan (UYD) pada
akhir 2014 mencapai Rp542,8 triliun hingga Rp566,4 triliun. Jumlah ini meningkat sekira 8
hingga 13 persen jika dibandingkan akhir 2013.
"UYD uang kuartal akhir 2014 diperkirakan akan mencapai Rp542,8 triliun hingga Rp566,4
triliun dibandingkan sebelumnya Rp500 triliun," papar Direktur Departemen Pengelolaan
Uang BI Dian Karmila di Gedung BI, Selasa (23/12/2014).

Pihaknya menyebut bahwa jumlah UYD pada akhir tahun selalu meningkat dari tahun ke
tahun. Tercatat rata-rata peningkatan UYD setiap tahunnya sebesar 15,4 persen.
"UYD akhir tahun selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan rata-rata
peningkatan sebesar 15,4 persen," sebut dia.
9

Dia menjelaskan, jika dibandingkan dengan UYD pada periode lebaran, UYD akhir tahun
perbandingannya mencapai 109 persen.
"Perbandingan UYD Lebaran dengan UYD akhir tahun setiap tahun relatif konstan dengan
rata-rata sebesar 109 persen pada periode 2001 sampai 2006 dan 101,4 persen pada periode
2007 sampai 2013," tandasnya.

Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang yang beredar saat ini Rp 403 triliun
Bank Indonesia menyebutkan, jumlah uang yang beredar di dalam negeri selalu meningkat
setiap tahun. Data BI menunjukkan, jumlah uang yang diedarkan (UYD) hingga Mei 2013
telah mencapai Rp 403 triliun.
"Sekarang itu Rp 403 triliun, sekitar Rp 400 triliun sampai posisi Mei 2013. Kalau
meningkatnya terus 15-16 persen, tiap tahun naiknya sekitar 15-16 persenan," ujar Deputi
Gubernur BI Ronald Waas di Gedung Bank Indonesia, Rabu (5/6).
Ronald mengatakan, jumlah tersebut belum meliputi uang yang beredar di daerah-daerah
terpencil dan perbatasan yang sulit terjangkau. "Kalau kita jangkau daerah terpencil, mestinya
akan naik lagi. Kasihan saudara-saudara kita yang ada di pulau terluar, uangnya kadangkadang uang yang sudah ditarik karena tidak pernah dapat pasokan," imbuh Ronald.
Sementara itu, untuk jumlah uang yang ditarik dan dimusnahkan oleh BI, lanjut Ronald, telah
mencapai rasio 30 persen dari total bilyet (lembar cetakan uang yang belum dipotong) yang
beredar.
"Data pemusnahan uang itu sekarang 30 persen dari uang yang diedarkan. Itu bilyetnya. 332
juta bilyet. Total (bilyet uang) yang beredar kira-kira hitung kasarnya kali aja 3,1 miliar
bilyet," terang Ronald.
Dari total uang yang dimusnahkan, Ronald mengatakan, paling banyak adalah dari pecahan di
bawah Rp 20.000 yang sering digunakan oleh masyarakat untuk bertransaksi.

10

"Paling besar itu di angka Rp 2.000, yang dimusnahkan. "Jadi masyarakat kita itu uang paling
cepat lusuh itu uang pecahan kecil, di bawah Rp 20.000-an, itu yang digunakan di pasar
tradisional. Kalau yang Rp 100.000, Rp 50.000 relatif lebih baik," tutup Ronald.

1.8 Teori Kuantitas Uang
TEORI KUANTITAS UANG : IRVING FISHER
Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran klasik atau lebih
dikenal dengan Teori Kuantitas Uang menjelaskan peranan uang terhadap perekonomian
secara umum yang pertama kali dijelaskan oleh Irving Fisher pada tahun 1911 melalui The
Quantity Theory of Money yang termuat dalam bukunya berjudul The Purchasing Power of
Money.
Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah
uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang
beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan
monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu
merupakan sebuah fenomena moneter.
Teori kuantitas uang menggambarkan kerangka yang jelas mengenai hubungan
langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi. Analisis
Fisher dalam teori ini mengacu pada persamaan pertukaran (equation of exchange) yang
dirumuskan sebagai :
MV = PT...............................................................................................................(1.1)
keterangan:
M = jumlah uang beredar
V = perputaran uang dalam satu periode biasanya satu tahun
P = harga barang dan jasa
T = volume transaksi

11

Dari persamaan 1.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah uang beredar dikalikan dengan
velositas uang akan sama dengan nilai transaksi. Persamaan 1.1 dapat dikembangkan menjadi
teori tentang peranan uang dalam perekonomian dengan cara melihat perilaku setiap variabelvariabel dalam persamaan berikut:
1. Jumlah uang beredar merupakan variabel eksogen yang jumlahnya ditentukan oleh
pemerintah dan bank sentral sebagai otoritas moneter.
2. Variabel tingkat harga merupakan variabel residu yang nilainya ditentukan oleh hasil
interaksi ketiga variabel lainnya. Harga diasumsikan fleksibel, sehingga harga dapat
menyesuaikan atau bergerak naik atau turun
3. Variabel velositas menunjukkan berapa kali uang berpindah tangan dalam suatu
periode tertentu. Variabel ini tidak tergantung pada jumlah uang beredar (asumsi
klasik). Artinya perubahan dalam jumlah uang beredar tidak mempengaruhi velositas.
Jika jumlah uang beredar bergerak berlawanan dengan variabel velositas maka
perubahan jumlah uang beredar akan dinetralkan oleh perubahan velositas yang tidak
akan berpengaruh terhadap tingkat harga dan volume transaksi
4. Variabel transaksi merupakan jumlah keseluruhan transaksi pada suatu selang waktu
tertentu. Perilaku variabel tersebut dapat dijelaskan baik dalam perilaku jangka
pendek maupun jangka panjang.
Jika kita mengacu pada teori kuantitas uang tersebut, maka penyebab utama dari satusatunya yang memungkinkan inflasi muncul adalah terjadinya kelebihan uang sebagai akibat
penambahan jumlah uang beredar di masyrakat. inflasi hanya semata-mata merupakan gejala
moneter. Artinya, perubahan indeks harga umum hanya diakibatkan oleh perubahan jumlah
uang beredar. Jika bank Sentral ingin mencapai dan memelihara tingkat inflasi yang rendah
dan stabil, maka yang harus dilakukan adalah mengendalikan atau mengontrol jumlah uang
beredar.

12

1.9 Tugas Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran

Operator


Bank sentral di sejumlah negara berperan aktif sebagai penyelenggara /peserta
sistem pembayaran, khususnya dalam operasi sistem pembayaran bernilai besar
(large-value payments).



Di Indonesia, HVPS (RTGS) dan retail system (SKNBI) diselenggarakan oleh
bank sentral.



Bank Indonesia juga sebagai penata usaha rekening seluruh peserta (Bank dan
Pemerintah)

RTGS

13

1. Menggunakan Sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement),
sebuah sistem yang dikembangkan untuk mengakomodir transaksi pembayaran non
tunai secara Gross (setiap transaksi yang masuk langsung diselesaikan saat itu juga
dengan kondisi tertentu mis : dana tersedia, dsb )
2. Sistem BI-RTGS diselenggarakan oleh Bank Indonesia, mengingat sistem ini sangat
penting dan hampir 95 persen transaksi keuangan di Indonesia dilakukan melauai
sistem ini sehingga Bank Indonesia sangat menjaga kontinuitas dan stabilitas sistem
BI-RTGS. Oleh karena itulah penyelenggaraannya dilakukan langsung oleh Bank
Indonesia.
3. Transaksi yang dilakukan bersifat real time, sehingga seluruh transaksi yang
dilakukan langsung efektif dan nilai yang ditransaksikan langsung berpindah dari
bank pengirim ke bank penerima (pada level bank peserta sedangkan perpindahan
dana pada level nasabah bergantung pada kebijakan dan prosedur di masing-masing
bank).
4. Transaksi yang dilakukan menggunakan sistem BI-RTGS terutama ditujukan untuk
transaksi yang bernilai besar dan urgent (segera dalam pelaksanaannya) mis :
transaksi yang terkait dengan Operasi Moneter, Pasar Uang Antar Bank, dsb.

1.10 Perkembangan Sistem Pembayaran Dan Pengedaran Uang Di
Indonesia
Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan
mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Definisi sistem pembayaran lainnya.
Tidak jauh beda dengan definisi sebelumnya. Ada seperangkat aturan hukum, lembaga dan
mekanisme untuk melaksanakan pemindahan dana. Itulah sistem pembayaran.
Dari pengertian-pengertian sistem pembayaran yang telah diulas, dapat disimpulkan bahwa
komponen sistem pembayaran terdiri atas :
1. Kebijakan : Merupakan dasar pengembangan Sistem Pembayaran di suatu negara.
Kebijakan di berbagai negara sangat bervariasi, mengingat masing-masing negara

14

mempunyai sejarah, karakteristik dan kebutuhan akan sistem pembayaran yang
berbeda-beda.
2. Hukum (aturan) : Menjamin adanya aspek legalitas dalam penyelenggaraan Sistem
Pembayaran. Meliputi UU dan

peraturan-peraturan yang mengatur aturan main

berbagai pihak yang terlibat, misalnya antar bank, antar bank dan nasabah, antar bank
dan bank sentral dll.
3. Kelembagaan : Merupakan seluruh lembaga (entitas) yang terlibat dalam sistem
pembayaran
4. Instrumen pembayaran : Merupakan media yang digunakan dalam pembayaran
5. Mekanisme operasional : Mekanisme operasional diperlukan untuk melakukan
perpindahan dana dari satu pihak ke pihak lain. Contoh Sistem/Mekanisme
operasional antara lain kliring, sistem transfer antar bank dan settlement.
6. Infrastruktur : Meliputi berbagai komponen teknis untuk memproses dan melakukan
transfer dana seperti message format, sistem komputer Hw & Sw), jaringan
komunikasi, sistem back-up, disaster recovery plan dan lain-lain.
Semua komponen memegang peranan penting dalam terselenggaranya sistem pembayaran
yang aman, handal dan efisien. Namun komponen yang paling mendasar dan prasyarat utama
demi terselenggaranya sistem pembayaran adalah instrumen pembayaran.
System Pembayaran di Indonesia ada 2 jenis yaitu :
 Sistem Pembayaran Tunai , yaitu pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan
instrument pembayaran dengan bentuk uang tunai.

15

 System pembayaran Non Tunai, yaitu pembayaran yang dilakukan dengan
menggunakan instrumen pembayaran dengan bentuk Cek, Bilyet Giro, Kartu Kredit,
Kartu ATM/Debet, Uang Elektronik

16

1.11 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
Kebutuhan masyarakat akan kecepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi
semakin meningkat seiring dengan globalisasi perekonomian dunia. Bank Indonesia selaku
otoritas sistem pembayaran, menyadari sepenuhnya keperluan untuk memperlancar kegiatan
sistem pembayaran di Indonesia. Salah satu mekanisme dalam sistem pembayaran adalah
kliring, yaitu pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta kliring baik atas
nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada
waktu tertentu.
Penyelenggara
SKNBI diselenggarakan oleh:
1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu Unit Kerja di Kantor Pusat Bank
Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional.
2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan Bank
yang

memperoleh

persetujuan

Bank

Indonesia

untuk

mengelola

dan

menyelenggarakan SKNBI di suatu wilayah kliring tertentu.

17

Peserta
Setiap Bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring,
kecuali BPR (Bank Perkreditan Rakyat), Kantor Bank yang akan menjadi peserta wajib
menyediakan perangkat kliring, antara lain meliputi perangkat Terminal Pusat Kliring dan
jaringan komunikasi data baik main maupun back up untuk menjamin kelancaran kepada
nasabah dalam bertransaksi.
Proses Kliring
Proses penyelenggaraan SKNBI terdiri dari 2 (dua) sub sistem, yaitu :
Kliring Debet
1. Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian, digunakan untuk
transfer debet antar Bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet (cek,
bilyet giro, nota debet dan lain-lain).
2. Penyelenggaan kliring debet dilakukan secara lokal di setiap wilayah kliring oleh
Penyelenggara Kliring Lokal (PKL).
3. PKL akan melakukan perhitungan kliring debet berdasarkan Data Keuangan
Elektronik (DKE) debet yang dikirim oleh peserta.
4. Hasil perhitungan kliring debet secara lokal tersebut selanjutnya dikirim ke Sistem
Sentral Kliring (SSK) untuk diperhitungkan secara nasional oleh Penyelenggara
Kliring Nasional (PKN).
Kliring Kredit
1. Digunakan untuk transfer kredit antar bank tanpa disertai penyampaian fisik warkat
(paperless).
2. Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan secara nasional oleh Penyelenggara Kliring
Nasional.
3. Perhitungan kliring kredit dilakukan oleh Penyelenggara Kliring Nasional atas dasar
Data Keuangan Elektronik kredit yang dikirim peserta.

18

Batasan Nominal
1. Nilai nominal warkat debet tidak dibatasi kecuali untuk warkat debet yang berupa
nota debet, yaitu setinggi-tingginya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per nota
debet. Pembatasan nilai nominal pada nota debet tidak berlaku apabila nota debet
diterbitkan oleh Bank Indonesia dan ditujukan kepada bank atau nasabah bank.
2. Khusus untuk transfer kredit, nilai transaksi yang dapat diproses melalui kliring
dibatasi

di

bawah

Rp100.000.000,00

sedangkan

untuk

nilai

transaksi

Rp100.000.000,00 ke atas harus dilakukan melalui Sistem Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (Sistem BI-RTGS).
Jadwal Kliring
Pengiriman transfer/data keuangan elektronik kredit pada siklus pertama dilakukan mulai
pukul 08.15 WIB s.d. 11.30 WIB sedangkan pengiriman transfer/data keuangan elektronik
kredit pada siklus kedua dilakukan mulai pukul 12.45 WIB s.d. 15.30 WIB. Untuk kliring
debet pengiriman warkat/data keuangan elektronik debet ditetapkan oleh masing-masing PKL
dengan batas maksimal pengiriman hasil perhitungan kliring lokal ke PKN pada pukul 15.30
WIB.
Jadwal kliring di atas adalah pada level bank, sedangkan pada level nasabah dilakukan lebih
awal sesuai dengan jadwal yang ditetapkan masing-masing bank.
Biaya Kliring
1. Bank wajib mencantumkan biaya kliring, baik biaya yang dikenakan BI kepada bank
maupun biaya yang dikenakan bank kepada nasabah pada lokasi yang dapat dibaca
dengan jelas oleh nasabah/masyarakat.
2. Besarnya biaya kliring yang dikenakan Bank kepada nasabah/masyarakat sesuai
dengan ketentuan intern masing-masing bank.

19

1.12 Proses Perizinan, Ketentuan Dan Pelaporan Calon Penyelenggara
Jasa Sistem Pembayaran
Informasi Perizinan Calon Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran pada website Bank
Indonesia dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang komprehensif dan transparan
kepada stakeholder calon penyelenggara SP agar lebih mudah dan cepat dalam memenuhi
persyaratan perizinan sesuai ketentuan yang berlaku.
Selain itu, website juga menampilkan penyelenggara SP yang telah memperoleh izin dari
Bank Indonesia.
I. Informasi proses perizinan calon penyelenggara jasa sistem pembayaran
Keterangan :
1. Calon penyelenggara jasa Sistem Pembayaran menyampaikan permohonan izin
secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan dilampiri dokumen pendukung sesuai
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku baik APMK, e-money dan Transfer Dana.
2. Permohonan izin disampaikan kepada:
Bank Indonesia
Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran
II.

Persyaratan Dokumen Perizinan
a.

Bagi calon penyelenggara APMK

20

Informasi lengkap ada dalam ketentuan Bank Indonesia (SE BI APMK)
Dokumen yang dipersyaratkan
b.

Bagi calon penyelenggara E-Money

Informasi lengkap ada dalam ketentuan Bank Indonesia (SE BI E-Money)
Dokumen yang dipersyaratkan
b.

Bagi calon penyelenggara Transfer Dana

Informasi lengkap ada dalam ketentuan Bank Indonesia (SE BI Transfer Dana).
21

Dokumen yang dipersyaratkan
III.

Informasi Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai perizinan dan
pelaporan Sistem Pembayaran adalah sebagai berikut :

A.

Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (Kartu Kredit dan
ATM/Debet)
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/11/PBI/2009 tanggal 13 April 2009
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012
tentang Perubahan atas PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
3. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 11/10/DASP tanggal 13 April
2009 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan
Kartu.
4. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 13/22/DASP tanggal 18 Oktober 2011
perihal Implementasi Teknologi Chip dan Penggunaan Personal Identification
Number pada Kartu ATM dan/atau Kartu Debet yang diterbitkan di Indonesia.
5. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/17/DASP tanggal 7 Juni 2012
perihal Perubahan atas SEBI No 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
6. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/23/DASP tanggal 31 Agustus 2012
perihal Perubahan SEBI No. 13/22/DASP perihal Implementasi Teknologi Chip
dan Penggunaan Personal Identification Number pada Kartu ATM dan/atau Kartu
Debet yang Diterbitkan di Indonesia.
7. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/27/DASP tanggal 25 September
2012 perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit.
B.

Penyelenggaraan Uang Elektronik
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/12/PBI/2009 tanggal 13 April 2009
tentang Uang Elektronik (Electronic Money).
2. Surat Edaran Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 11/11/DASP tanggal 13
22

April 2009 perihal Uang Elektronik (Electronic Money).
Dalam hal penerbit uang elektronik menyediakan fasilitas transfer dana antar
pemegang dan fasilitas tarik tunai maka penerbit harus mempunyai izin sebagai
penyelenggara transfer dana.
Selain itu, dalam hal terdapat penyelenggara uang elektronik yang tidak
memenuhi semua karakteristik uang elektronik sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan, penyelenggara dimaksud wajib menyampaikan laporan kepada Bank
Indonesia berupa informasi produk, proses bisnis, kerjasama dengan pihak lain
dan laporan transaksi.

C.

Penyelenggaraan Transfer Dana
1. Undang-Undang No. 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana.
2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/23/PBI/2012 tanggal 26 Desember 2012
perihal Transfer Dana.
3. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/23/DASP tanggal 27 Juni 2013
perihal Transfer Dana.

D.

Ketentuan Terkait Lainnya
1. Peraturan

Bank

Indonesia

(PBI)

No.

10/4/PBI/2008

tentang

Laporan

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu oleh
Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank.
2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/3/PBI/2012 tentang Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Penyelenggara Jasa
Sistem

Pembayaran

Selain

Bank.

Ketentuan

ini

berlaku

untuk

penyelenggara APMK, Uang Elektronik dan Transfer Dana.
3. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/12/PBI/2012 tentang Laporan Kantor
Pusat Bank Umum.
4. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/38/DASP perihal Pedoman Standar
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank.
5. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/31/DPNP tanggal 31 Oktober 2012
perihal Laporan Kantor Pusat Bank Umum.
6. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/13/DASP tanggal 12 April 2013
23

perihal

Laporan

Penyelenggaraan

Kegiatan

Alat

Pembayaran

Dengan

Menggunakan Kartu dan Uang Elektronik (Electronic Money) oleh Bank
Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank.

ARTIKEL
Pemerintah & BI Harus Mampu Singkirkan
Spekulan Dolar
By Fiki Ariyanti

on 02 Mar 2015 at 17:22 WIB

24

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta,
Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pertahanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhirnya jebol
dan semakin terperosok dalam hingga menyentuh level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat
(AS). Kondisi tersebut sangat memukul telak pengusaha yang mengandalkan barang impor
jadi karena perlu membayar sesuai hitungan kurs dolar saat ini.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta
mengungkapkan, sangat sulit bagi suatu bangsa mengecap stabilitas nilai tukar yang melepas
kursnya lewat mekanisme pasar, seperti Indonesia.
"Negara kita juga tidak punya uang untuk menstabilkan rupiah. Bagi eksportir, pelemahan
rupiah berkah tapi bagi importir sangat bermasalah," kata dia saat dihubungi Liputan6.com,
Jakarta, Senin (2/3/2015).
Lebih jauh menurut Tutum, stabilitas kurs rupiah sangat penting bagi para pelaku usaha
meskipun level rupiah terhadap dolar AS menyentuh Rp 13.000. Artinya nilai tersebut
berlangsung konsisten dalam jangka panjang, sambil berharap terjadi penguatan mata uang
rupiah.

25

"Takutnya ada spekulan yang bermain, karena ini menyangkut supply dan demand. Banyak
orang menukar rupiah ke dolar AS untuk yang ingin berkunjung ke luar negeri, kebutuhan
anak sekolah di luar negeri, jadi setiap hari tukar dolar AS," ucapnya.
Indonesia, kata dia, sangat membutuhkan ketersediaan dolar AS cukup besar karena masih
mengandalkan barang atau produk impor. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI), sambung
Tutum, harus mampu menyingkirkan para spekulan yang bermain mencari keuntungan dari
pelemahan rupiah.
"Jangan takut sama para spekulan. Kalau BI dan pemerintahnya takut, bagaimana dengan
nasib bangsa Indonesia. Spekulan bisa mengganggu kita, karena mereka mencari keuntungan.
Paling penting yang harus ditanamkan pegang rupiah adalah yang terbaik," terang dia.
(Fik/Gdn)

Rupiah Terus Tertekan, Ini Komentar Bos Bank
Indonesia
By Ilyas Istianur Praditya

on 02 Mar 2015 at 17:53 WIB

26

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo (tengah) menyampaikan pemaparannya saat
rapat kerja dengan Komisi XI, Jakarta, Kamis (22/1/2015). Pembahasan Asumsi Dasar Makro
dan Pembiayaan dalam RUU APBN Perubahan TA 2015. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level
13.000 per dolar AS. Hal ini menjadi pelemahan terburuk dalam 17 tahun terakhir.
Melihat pergerakan itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengaku masih
dalam rentang wajar.
"Secara umum kemarin pemerintah dan DPR menyepakati nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS 12.500, itu adalah rata-rata dalam satu tahun, jadi kondisi ini masih terjaga," kata Agus di
Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Secara umum faktor eksternal yang paling mempengaruhi masih berasal dari sentimen The
Fed yang akan mengurangi stimulus moneternya. Hal itulah yang juga berdampak ke mata
uang negara berkembang lainnya.

Dia berharap, faktor eksternal tersebut bisa diimbangi dengan adanya sentimen positif dari
dalam negeri yang berasal dari penerapan anggaran dalam APBNP 2015 yang sudah

27

disepakati dengan DPR RI.

"Kami lihat pengendalian inflasi berjalan baik. Kami harapkan APBN-P bisa direalisasi, itu
akan membawa dampak baik," jelas Agus.
Namun begitu, Agus memastikan Bank Indonesia selalu ada di pasar untuk melakukan
intervensi demi menjaga pergerakan nilai tukar rupiah agar tidak terlalu liar.
Data valuta asing Bloomberg, hari ini, menunjukkan nilai tukar rupiah menembus level
13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada
perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.
Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah
di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi
melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat
nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS. (Yas/Ahm)

BAB III Penutup
1.1

KESIMPULAN
Untuk mendukung ketersediaan uang rupiah yang berkualitas, BI telah menerapkan

beberapa kebijakan meliputi penyusunan rencana kebutuhan uang termasuk rencana
28

pengadaan dan realisasi pengadaan uang dan bahan uang, yang diikuti dengan pendistribusian
uang ke berbagai wilayah secara tepat waktu. Selain itu terkait dengan pengkinian unsur
pengaman uang, BI mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas pecahan Rp10.000,00
desain baru dan uang logam pecahan Rp1.000,00.
Clean money policy merupakan kebijakan BI untuk menjaga kualitas uang yang
diedarkan melalui kegiatan pemusnahan uang dan melakukan pencabutan uang logam
pecahan Rp25,00. Untuk menanggulangi uang palsu, BI terus mengupayakan intensifikasi
dan ekstensifikasi strategi komunikasi melalui sosialisasi dan edukasi ciri keaslian
uangRupiah kepada masyarakat baik secara langsung, melalui media, maupun tidak langsung
melalui kerjasama dengan instansi terkait karena terbulti cukup efektif dalam meningkatkan
pemahaman masyarakat, dan secara represif tindakan ini dilakukan dengan bekerjasama
dengan Polri guna meningkatkan koordinasi satuan tugas (satgas) pengungkapan kasus tindak
pidana uang palsu dan saksi ahli.

1.2

SARAN
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap mahasiswa dapat

memahami konsep uang sebagai alat tukar sehingga tidak terjadi kesalahan.

Daftar Pustaka
Tri Hendro dan Conny Tjandra, bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia, 2014.
Yogyakarta: STIM YKPN.

29

Subagyo, dkk., bank dan Lembaga keuangan Lainnya, edisi 2, Yogyakarta: Penerbit STIE
YKPN, 2005.
http://bisnis.liputan6.com/read/2184239/rupiah-terus-tertekan-ini-komentar-bos-bankindonesia
http://bisnis.liputan6.com/read/2184214/pemerintah-amp-bi-harus-mampu-singkirkanspekulan-dolar
https://thekicker96.wordpress.com/teori-permintaan-uang-dalam-ekonomi-konvensional/
http://berita.suaramerdeka.com/bisnis/uang-diedarkan-capai-rp-474-triliun/
http://www.merdeka.com/uang/bi-jumlah-uang-yang-beredar-saat-ini-rp-403-triliun.html
http://pranes321.blogspot.com/2013/03/teori-irving-fisher.html

30