TUGAS AKHIR KOROSI akhir sispro
MAKALAH KOROSI
KOROSI PADA PISAU BLENDER
Oleh:
Imam Muttaqin
(K2514039)
Dosen Pembimbing:
Drs. Ranto, M.T.
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, berkat limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah korosi dengan tema
korosi pada pisau blender. Makalah ini disusun agar pembaca memiliki
pengetahuan tentang proses korosi dan cara pencegahan korosi pada pisau
blender. Makalah ini disusun oleh penulis dengan banyaknya rintangan dan
kesulitan baik itu dari penyusun sendiri maupun ada faktor lain. Berkat kerja keras
serta do’a kepada Allah SWT penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terimaksih yang sebanyak-banyaknya kepada pihakpihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah ini
memuat hal tentang dasar-dasar ilmu korosi, proses korosi, dan cara
pencegahannya.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan, semoga laporan ini bermanfaat.
Surakarta, 4 Januari 2017
Imam Muttaqin
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A.Pendahuluan...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C.Tujuan....................................................................................................2
BAB II. KAJIAN TEORI......................................................................................3
A. Pengertian Korosi.................................................................................3
B. Jenis-Jenis Korosi.................................................................................3
C. Blender..................................................................................................7
BAB III PROSES KOROSI..................................................................................9
A .Jenis Korosi Pada Pisau Blender..........................................................9
B. Penyebab Korosi...................................................................................9
C. Mekanisme Korosi................................................................................10
D. Potensi Kerugian...................................................................................12
E. Cara Pencegahan...................................................................................12
BAB IV PENUTUP...............................................................................................14
A.Kesimpulan............................................................................................14
B.Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi pada era modern seperti saat ini merambah
pada segala lini kehidupan termasuk didalmnya adalah perkembangan
teknologi peralatan rumah tangga. Keperluan rumah tangga yang awalnya
dilakukan secara tradisional mulai bergeser ke arah yang lebih modern seiring
berkembangnya teknologi khususnya teknologi elektronik. Beberapa kegiatan
rumah tangga dilakukan dengan menggunakan alat-alat elektronik mulai dari
mencuci, memasak, membersihkan ruangan, dan masih banyak kegiatan
lainnya.
Salah satu kegiatan rumah tangga yang mendapat pengaruh terbesar
dari perkembangan teknologi adalah kegiatan memasak. Perlatan yang
digunakan lebih canggih dan maju. Sebagian besar peralatan tersebut berbahan
dari logam. Salah satu perkakas masak yang menggunakan logam sebagai
bahan pembuatnya adalah pisau blender. Perkembangan zaman juga
berdampak pada perkembangan logam itu sendiri. Bukan hanya menyangkut
jenis logam yang semakin beragam, teknik pengolahan yang semakin efisien,
bahkan hal-hal yang menyangkut kerusakan yang dapat timbul pada logam
juga turut diselidiki terutama dicari penyebab dan solusinya, tak terkecuali
korosi. Korosi memang menjadi salah satu penyebab utama pada logam dan
sejak dulu menjadi musuh utama dalam penggunaan logam. Korosi
menyerang hampir segala jenis logam dalam berbagai kondisi lingkungan, tak
terkecuali dalam perkakas rumah tangga.
Selain merusak kekuatan logam korosi juga merusak keindahan dari
logam itu sendiri, juga dapat mengurangi kekuatan dan sifat asli dari logam
yang terkorosi. Khusus dalam bidang kuliner (perkakas memasak) dalam hal
ini pisau blender, korosi menimbulkan dampak yang lebih kompleks karena
selain menimbulkan kerusakan pada perkakas itu sendiri, korosi juga
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan seseorang yang
1
mengkomsumsi makanan yang dihasilkan dari perkakas tersebut karena korosi
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya bagi tubuh.
Hal tersebut membuat korosi menjadi salah satu masalah yang perlu
mendapatkan perhatian khusus agar hal-hal berbahaya atau kerusakan yang
ditimbulkan akibat korosi bisa diatasi terutama pada masalah yang berakaitan
dengan kesehatan manusia. Makalah ini membahas tentang proses korosi yang
terjadi pada pisau blender, potensi bahaya yang ditimbulkan, serta cara
pencegahan proses korosi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan yang terdapat dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan korosi?
2. Apa saja jenis-jenis korosi?
3. Jenis korosi apa yang terjadi pada pisau blender?
4. Bagaimana mekanisme korosi pada pisau blender dapat terjadi?
5. Bagaimana cara pengendalian dan pencegahan korosi pada pisau blender?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti umum korosi.
2. Mengetahui jenis-jenis korosi.
3. Mengetahui jenis korosi yang terjadi pada pisau blender.
4. Mengetahui proses terjadinya korosi pada pisau blender.
5. Mengetahui cara mengendalikan dan mencegah korosi pada pisau blender.
D. Manfaat Pembuatan Makalah
Manfaat yang penulis harapkan dari pembuatan makalah ini
diantaranya :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian korosi dan penyebabnya.
2. Mahasiswa memahami macam-macam korosi beserta contoh-contohnya.
3. Mahasiswa mampu memahami kasus
nyata korosi dalam kehidupan
sehari-hari, salah satunya yaitu yang terjadi pada proses pengkaratan pisau
blender.
4. Mahasiswa mampu memahami cara pengendalian dan pencegahan korosi.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks
antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3 H2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam
karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses
ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di
alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan
baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada
atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda
potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida.
B. Jenis-Jenis Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik,
korosi sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking),
korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh
hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective
leaching, dan korosi erosi.
3
1. Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi
merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan
waktu. Mekanisme korosi merata adalah dengan distribusi seragam dari
reaktan katodik di atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada
lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada
lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen.
Keduanya berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial
atau lokasi untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak
secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya
berat akibat korosi dalam dimensi yang seragam dan serentak
2. Korosi Galvanik
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama
dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam
tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya akan terlindung
dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami
korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.
Secara umum korosi galvanik melibatkan reaksi elektrokimia
oksidasi-reduksi (redoks) dan terjadi bila ada dua logam yang bersentuhan
secara langsung pada satu lingkungan yang sama. Kedua logam yang
berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah sel galvanik.
Logam yang memiliki nilai potensial elektroda yang lebih rendah yaitu
logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri elektrokimia akan
menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang
memiliki nilai potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia
akan
menghasilkan reaksi katodik atau reduksi pada permukaannya. Perbedaan
potensial elektroda antara kedua logam yang membentuk sel gavanik
merupakan penentu daya dorong untuk terjadinya korosi. Dimana elektron
mengalir dari metal kurang mulia (anodik) menuju metal yang lebih mulia
4
(katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion
positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan
ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena
peristiwa
tersebut,
permukaan
anoda
kehilangan
metal
sehingga
terbentuklah sumur-sumur karat (surface attack) atau serangan karat
permukaan.
3. Korosi Celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara
dua komponen. Kerusakan yang disebabkan oleh korosi celah biasanya
dibatasi pada satu logam di wilayah lokal dalam atau dekat dengan
permukaan yang bergabung. Mekanisme terjadinya korosi celah ini
diawali dengan terjadi korosi merata di luar dan di dalam celah, sehingga
terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O 2) di
dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda
sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
4. Korosi Sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan
yang terbuka akibat pecahnya lapisan pasif yang dibatasi pada satu titik
atau area kecil, dan berbentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu
bentuk yang paling merusak dari korosi. Terjadinya korosi sumuran ini
diawali dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada
antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga
terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan
lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Lingkungan juga
dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja,
misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).
Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil
tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah
mendadak.
5
5. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan
logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas
butirnya. Mekanisme korosi intergranular ini diawali dari beda potensial
dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan
casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium karbida dalam
baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam
korosi intergranular. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik
apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425⁰ – 815⁰C karbida
krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom
dibawah 10 %, di daerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi
dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
6. Korosi Erosi
Korosi erosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan
erosi dan korosi dihadapan cairan korosif yang bergerak atau komponen
logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan
percepatan terdegradasinya suatu logam. Mekanisme korosi ini berasal
dari efek mekanik aliran atau kecepatan fluida dikombinasikan dengan
aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya dari logam. Tahap
awal melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam dan
kemudian korosi logam telanjang oleh cairan korosif yang mengalir.
Proses siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi.
7. Selective Lecahing Corrosion
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam
karena pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang
biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi
selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua
unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan
terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke
elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh
lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan
6
sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang
akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
8. Korosi Retak Tegang
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material
mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap
lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak tegang terjadi akibat tegangan
berulang di lingkungan korosif. Mekanisme korosi retak tegang terjadi
akibat adanya hubungan dari tiga faktor komponen, yaitu bahan rentan
terhadap korosi, adanya larutan elektrolit (lingkungan), dan adanya
tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa
amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat
rentan terhadap klorida.
C. Blender
Blender adalah alat elektronik berupa sebuah wadah dilengkapi pisau
berputar yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, menggiling, atau
melunakkan bahan makanan. Pisau berbentuk seperti sebuah baling-baling
pendek yang dipasang pada bagian bawah wadah. Pisau ini diputar dengan
cepat dengan tenaga dari sebuah motor sehingga alat ini dengan segera dapat
mencampur, mencincang, dan melumatkan bahan-bahan yang dimasukkan ke
dalamnya. Blender juga umumnya dilengkapi pengatur kecepatan berputarnya
pisau di dalam wadah. Blender biasanya dipakai di dapur atau di bar. Pisau
blender terbuat dari bahan logam yang mana hal tersebut memberikan peluang
untuk terjadi proses korosi.
7
Blender berbeda dari pengolah makanan food processor). Wadah blender
biasanya lebih tinggi dibandingkan wadah food processor dan pisau biasanya
dapat dilepas dan diganti-ganti bergantung kepada bahan makanan yang ingin
diproses. Blender lebih cocok untuk menyiapkan/mencampur minuman
(membuat jus, smoothie, susu kocok, atau menghancurkan es batu), atau
menghaluskan bahan makanan yang mengandung banyak air seperti ketika
membuat sup kental. Sementara itu, food processor lebih cocok untuk
mengiris, mencincang, mencampur, dan menghaluskan bahan makanan yang
lebih padat atau kering. Dibandingkan blender, food processor lebih serba
guna, karena food processor dapat pula berfungsi sebagai blender.
Blender berbentuk batang dan tanpa wadah disebut immersion blender
(blender benam). Alat ini dapat langsung digunakan untuk melumatkan
makanan yang sedang dimasak di dalam panci.
8
BAB III
PROSES KOROSI PADA BLENDER
Dari berbagai bidang kehidupan yang melibatkan logam didalamnya,
hampir semuanya mempunyai potensi untuk mengalami korosi karena korosi
merupakan proses alami yang tidak bisa dicegah telebih jika faktor-faktor
penyebab korosi pada suatu logam sangat besar, seperti kelembapan udara,
lingkungan benda digunakan, dan lain sebagainya.Namun bukan berarti korosi
dibiarkan berlangusng begitu saja. Proses korosi bisa dicegah dan dikendalikan.
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang korosi yang terjadi pada
pisau blender mulai dari penyebab hingga cara pencegahannya.
A. Penyebab dan Jenis Korosi
Dari hasil pengamatan penulis, secara garis besar proses korosi yang
terjadi pada pisau blender meliputi dua jenis korosi. Yang pertama yaitu terjadi
proses korosi merata karena korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan dalam hal ini yaitu permukaan baut pengait antara mesin
9
blender dan pisau blender itu sendiri. Sedangkan jenis korosi yang kedua
yaitu korosi erosi.
Penyebab dari terjadinya dua korosi diatas adalah:
1. Keadaan yang lembab
Kondisi blender dan lingkungan sekitar blender selalu lembab. Ketika
selesai pemakaian blender tidak langusng dicuci dan disimpan di
tempat yang seharusnya, melainkan direndam dalam tempat
pencucuian piring dalam rentang waktu yang relative lama.
2. Zat yang dilarutkan
Maksud zat yang dilarutkan dalam konteks ini yaitu bahan-bahan yang
sering diblender pada blender yang diamati oleh penulis. Bahan-bahan
tersebut yaitu buah-buahan, kopi, teh, dan produk-produk junk drink.
Hal tersebut memiliki andil pada proses terjadinya korosi karena
bahan-bahan tersebut khususnya buah-buahan mengandung kadar
asam yang tinggi, sehingga terjadi proses pengikatan ion-ion antara
zat terlarut dan pisau blender itu sendiri.
10
3. Gerakan Cairan
Mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan erosi dan korosi
dihadapan cairan yang bergerak atau komponen logam yang bergerak
melalui cairan, yang menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu
logam. Mekanisme korosi ini berasal dari efek mekanik aliran atau
kecepatan fluida dikombinasikan dengan aksi cairan menyebabkan
percepatan
hilangnya
dari
logam.
Tahap
awal
melibatkan
penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi
logam telanjang oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini
sampai pelubangan komponen terjadi.
B. Mekanisme Terjadinya Korosi
Berdasarkan teori di atas, korosi merata terjadi akibat adanya perpindahan
elektron dari anoda dan katoda hingga mengakibatkan ion positif di logam
anoda bereaksi dengan lingkungan menghasilkan korosi merata pada seluruh
permukaan. Mekanisme korosi merata adalah dengan distribusi seragam dari
reaktan katodik di atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada
lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada lingkungan
basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Keduanya
berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial atau lokasi
11
untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara acak dan
bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya berat akibat korosi
dalam dimensi yang seragam dan serentak.
Pada korosi merata, mekanisme korosi berlangusng secara simple yaitu
proses anodik, dimana oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron
ke
dalam
(permukaan)
logam
dan
proses
katodik
yang
mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik
biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan
sekitarnya. Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ionion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda
terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan
menangkap electron-elektron yang tertinggal pada logam.
Sedangkan proses terjadinya korosi erosi pada kasus ini yaitu korosi
terjadi pada permukaan logam yang disebabkan aliran fluida yang sangat cepat
sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film pelindung. Logam yang
mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan
tajam. Akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam tergerus
dengan percepatan atau penambahan keburukan sifat material karena gerakan
relatif antara fluida korosif dan permukaan metal. Korosi erosi dibagi menjadi
dua tipe yaitu:
Korosi Kavitasi: Akibat adanya benturan gelembung fluida dengan permukaan
logam sehingga berakibat luka terhadap permukaan logam tersebut.
Fretting Corrosion: Akibat gesekan antara logam dengan logam dan berakibat
suhu logam naik dan tergerus sesama logam.
Media Korosif dimakdukan dalam konteks ini yaitu buah-buahan dan
minuman yang mengandung asam. Mekanisme Pembentukan Korosi Erosi
Proses terjadinya korosi secara umum adalah melalui beberapa tahap berikut:
a. Pada tahap pertama terjadi serangan oleh gelembung udara yang
menempel di permukaan lapisan pelindung logam, karena adanya aliran
turbulen yang melintas di atas permukaan logam tersebut.
12
b. Pada tahap kedua gelembung udara tersebut mengikis dan merusak lapisan
peindung.
c. Pada tahap ketiga, laju korosi semakin meningkat, karena lapisan
pelindung telah hilang. Logam yang berada di bawah lapisan pelindung
mulai terkorosi, sehingga membentuk cekungan, kemudian terjadi
pembentukan kembali lapisan pelindung dan logam, menjadi tidak rata.
Bila aliran terus mengalir, maka akan terjadi serangan kembali oleh
gelembung udara yang terbawa aliran. Serangan ini akan mengikis dan
merusak lapisan pelindung yang baru saja terbentuk, rusaknya lapisan
pelindung tersebut akan mengakibatkan serangan lebih lanjut pada logam
yang lebih dalam sampai membentuk cekungan.
C. Potensi Kerugian akibat Korosi
Kerugian yang ditimbulkan akibat korosi dari kasus diatas adalah
memunculkan resiko penyakit karena minuman atau produk yang dihasilkan
menggunakan blender terkontaminasi oleh senyawa-senyawa yang terdapat
pada bagian pisau blender yang terkorosi.
Dampak lain dari proses korosi tersebut adalah keroposnya bagian bawah
blender karena penghubung antara mesin dan pisau berkarat. Hal tersebut
menyebabkan kebocoran pada bagian bawah blender sehingga air masuk ke
dalam mesin, selain mesin rusak juga menimbulkan maslah lain yaitu
tersetrum, hal ini pernah dialami oleh penulis.
Dari segi ekonomi dengan adanya korosi pada pisau blender juga sangat
merugikan karena bisa jadi proses home insudtri (misalkan pembuatan roti)
berhenti karena perkakas yang digunakan mengalami kerusakan.
D. Pengendalian dan Pencegahan Korosi
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi
kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan
penanganan ini umur produktif peralatan elektronik dalam rumah tangga atau
13
kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan
dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya
penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional,
sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri serta
menghemat anggaran pembelanjaan rumah tangga.
Adapun cara penanggulangan korosi pada pisau blender yaitu dengan
melakukan perawatan yang rutin terhadap blender setiap selesai pemakaian:
1. Masukkan 1 sdt sabun cair ke dalam gelas blender yang dipakai,
tambahkan air panas hingga setengah tinggi gelas. Nyalakan blender
selama 1 menit, kemudian bilas hingga bersih.
2. Cincang 1 buah kulit lemon, tambahkan air hangat hingga setengah tinggi
gelas blender. Kemudian, nyalakan blender selama 3 menit, bilas hingga
bersih. Tidak hanya bersih, tapi blender Anda kini juga wangi segar
lemon.
3. Sebagai desinfektan alami, cuka juga cukup manjur menghilangkan noda
membandel pada blender. Masukkan 1 sdm cuka, tambahkan sedikit air
panas, lalu biarkan semalaman. Nyalakan blender selama 5 menit dan bilas
sampai bersih.
Noda yang membandel akan semakin sulit dihilangkan jika tidak langsung
dibersihkan. Pastikan pisau pada blender langsung dikeringkan juga untuk
mencegah karat timbul.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya
yang
menghasilkan
senyawa-senyawa
yang
tak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
2. Pada pisau blender terjadi korosi merata dan erosi.
3. Korosi
menyebabkan
kerugian)
langsung
keselamatan
manusia.
Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan
prodektivitas kerja karena mesin tidak bisa beroprasi.
B. Saran
1. Jangan menunggu suatu komponen/material terkorosi lebih dahulu setelah
itu baru diganti, namun cegahlah sebelum korosi tersebut terjadi.
2. Pisau yang telah terlanjur terkorosi segera ganti dengan pisau yang lain
karena menimbulkan bahaya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fontana, Mars G. and Grune N. D. 1987. Corrosion Engineering, 2nd Edition.
New York: Mc Graw-Hill Book Company.
http://pariwarapasopati.blogspot.com/2013/07/korosi-galvanik.html?m=1 Diakses
pada tanggal 27 Desember 2016
Soekrisno. 1994. Korosi di Bidang Teknik Mesin, Disampaikan dalam seminar “Korosi
dan Penanggulangannya di PAU Ilmu Teknik UGM”, Yogyakarta, 8 Februari 1994.
Sundjono. 1996. Pengujian Korosi. Disampaikan pada Kursus Teknologi
Pengendalian Korosi Pada Sistem Gas Bumi, Puslitbang Metalurgi LIPI,
Jakarta.
16
KOROSI PADA PISAU BLENDER
Oleh:
Imam Muttaqin
(K2514039)
Dosen Pembimbing:
Drs. Ranto, M.T.
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, berkat limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah korosi dengan tema
korosi pada pisau blender. Makalah ini disusun agar pembaca memiliki
pengetahuan tentang proses korosi dan cara pencegahan korosi pada pisau
blender. Makalah ini disusun oleh penulis dengan banyaknya rintangan dan
kesulitan baik itu dari penyusun sendiri maupun ada faktor lain. Berkat kerja keras
serta do’a kepada Allah SWT penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terimaksih yang sebanyak-banyaknya kepada pihakpihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah ini
memuat hal tentang dasar-dasar ilmu korosi, proses korosi, dan cara
pencegahannya.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan, semoga laporan ini bermanfaat.
Surakarta, 4 Januari 2017
Imam Muttaqin
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A.Pendahuluan...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C.Tujuan....................................................................................................2
BAB II. KAJIAN TEORI......................................................................................3
A. Pengertian Korosi.................................................................................3
B. Jenis-Jenis Korosi.................................................................................3
C. Blender..................................................................................................7
BAB III PROSES KOROSI..................................................................................9
A .Jenis Korosi Pada Pisau Blender..........................................................9
B. Penyebab Korosi...................................................................................9
C. Mekanisme Korosi................................................................................10
D. Potensi Kerugian...................................................................................12
E. Cara Pencegahan...................................................................................12
BAB IV PENUTUP...............................................................................................14
A.Kesimpulan............................................................................................14
B.Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi pada era modern seperti saat ini merambah
pada segala lini kehidupan termasuk didalmnya adalah perkembangan
teknologi peralatan rumah tangga. Keperluan rumah tangga yang awalnya
dilakukan secara tradisional mulai bergeser ke arah yang lebih modern seiring
berkembangnya teknologi khususnya teknologi elektronik. Beberapa kegiatan
rumah tangga dilakukan dengan menggunakan alat-alat elektronik mulai dari
mencuci, memasak, membersihkan ruangan, dan masih banyak kegiatan
lainnya.
Salah satu kegiatan rumah tangga yang mendapat pengaruh terbesar
dari perkembangan teknologi adalah kegiatan memasak. Perlatan yang
digunakan lebih canggih dan maju. Sebagian besar peralatan tersebut berbahan
dari logam. Salah satu perkakas masak yang menggunakan logam sebagai
bahan pembuatnya adalah pisau blender. Perkembangan zaman juga
berdampak pada perkembangan logam itu sendiri. Bukan hanya menyangkut
jenis logam yang semakin beragam, teknik pengolahan yang semakin efisien,
bahkan hal-hal yang menyangkut kerusakan yang dapat timbul pada logam
juga turut diselidiki terutama dicari penyebab dan solusinya, tak terkecuali
korosi. Korosi memang menjadi salah satu penyebab utama pada logam dan
sejak dulu menjadi musuh utama dalam penggunaan logam. Korosi
menyerang hampir segala jenis logam dalam berbagai kondisi lingkungan, tak
terkecuali dalam perkakas rumah tangga.
Selain merusak kekuatan logam korosi juga merusak keindahan dari
logam itu sendiri, juga dapat mengurangi kekuatan dan sifat asli dari logam
yang terkorosi. Khusus dalam bidang kuliner (perkakas memasak) dalam hal
ini pisau blender, korosi menimbulkan dampak yang lebih kompleks karena
selain menimbulkan kerusakan pada perkakas itu sendiri, korosi juga
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan seseorang yang
1
mengkomsumsi makanan yang dihasilkan dari perkakas tersebut karena korosi
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya bagi tubuh.
Hal tersebut membuat korosi menjadi salah satu masalah yang perlu
mendapatkan perhatian khusus agar hal-hal berbahaya atau kerusakan yang
ditimbulkan akibat korosi bisa diatasi terutama pada masalah yang berakaitan
dengan kesehatan manusia. Makalah ini membahas tentang proses korosi yang
terjadi pada pisau blender, potensi bahaya yang ditimbulkan, serta cara
pencegahan proses korosi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan yang terdapat dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan korosi?
2. Apa saja jenis-jenis korosi?
3. Jenis korosi apa yang terjadi pada pisau blender?
4. Bagaimana mekanisme korosi pada pisau blender dapat terjadi?
5. Bagaimana cara pengendalian dan pencegahan korosi pada pisau blender?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti umum korosi.
2. Mengetahui jenis-jenis korosi.
3. Mengetahui jenis korosi yang terjadi pada pisau blender.
4. Mengetahui proses terjadinya korosi pada pisau blender.
5. Mengetahui cara mengendalikan dan mencegah korosi pada pisau blender.
D. Manfaat Pembuatan Makalah
Manfaat yang penulis harapkan dari pembuatan makalah ini
diantaranya :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian korosi dan penyebabnya.
2. Mahasiswa memahami macam-macam korosi beserta contoh-contohnya.
3. Mahasiswa mampu memahami kasus
nyata korosi dalam kehidupan
sehari-hari, salah satunya yaitu yang terjadi pada proses pengkaratan pisau
blender.
4. Mahasiswa mampu memahami cara pengendalian dan pencegahan korosi.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks
antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3 H2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam
karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses
ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di
alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan
baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada
atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda
potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida.
B. Jenis-Jenis Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik,
korosi sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking),
korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh
hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective
leaching, dan korosi erosi.
3
1. Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi
merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan
waktu. Mekanisme korosi merata adalah dengan distribusi seragam dari
reaktan katodik di atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada
lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada
lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen.
Keduanya berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial
atau lokasi untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak
secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya
berat akibat korosi dalam dimensi yang seragam dan serentak
2. Korosi Galvanik
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama
dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam
tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya akan terlindung
dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami
korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.
Secara umum korosi galvanik melibatkan reaksi elektrokimia
oksidasi-reduksi (redoks) dan terjadi bila ada dua logam yang bersentuhan
secara langsung pada satu lingkungan yang sama. Kedua logam yang
berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah sel galvanik.
Logam yang memiliki nilai potensial elektroda yang lebih rendah yaitu
logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri elektrokimia akan
menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang
memiliki nilai potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia
akan
menghasilkan reaksi katodik atau reduksi pada permukaannya. Perbedaan
potensial elektroda antara kedua logam yang membentuk sel gavanik
merupakan penentu daya dorong untuk terjadinya korosi. Dimana elektron
mengalir dari metal kurang mulia (anodik) menuju metal yang lebih mulia
4
(katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion
positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan
ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena
peristiwa
tersebut,
permukaan
anoda
kehilangan
metal
sehingga
terbentuklah sumur-sumur karat (surface attack) atau serangan karat
permukaan.
3. Korosi Celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara
dua komponen. Kerusakan yang disebabkan oleh korosi celah biasanya
dibatasi pada satu logam di wilayah lokal dalam atau dekat dengan
permukaan yang bergabung. Mekanisme terjadinya korosi celah ini
diawali dengan terjadi korosi merata di luar dan di dalam celah, sehingga
terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O 2) di
dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda
sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
4. Korosi Sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan
yang terbuka akibat pecahnya lapisan pasif yang dibatasi pada satu titik
atau area kecil, dan berbentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu
bentuk yang paling merusak dari korosi. Terjadinya korosi sumuran ini
diawali dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada
antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga
terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan
lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Lingkungan juga
dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja,
misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).
Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil
tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah
mendadak.
5
5. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan
logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas
butirnya. Mekanisme korosi intergranular ini diawali dari beda potensial
dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan
casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium karbida dalam
baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam
korosi intergranular. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik
apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425⁰ – 815⁰C karbida
krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom
dibawah 10 %, di daerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi
dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
6. Korosi Erosi
Korosi erosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan
erosi dan korosi dihadapan cairan korosif yang bergerak atau komponen
logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan
percepatan terdegradasinya suatu logam. Mekanisme korosi ini berasal
dari efek mekanik aliran atau kecepatan fluida dikombinasikan dengan
aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya dari logam. Tahap
awal melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam dan
kemudian korosi logam telanjang oleh cairan korosif yang mengalir.
Proses siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi.
7. Selective Lecahing Corrosion
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam
karena pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang
biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi
selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua
unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan
terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke
elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh
lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan
6
sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang
akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
8. Korosi Retak Tegang
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material
mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap
lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak tegang terjadi akibat tegangan
berulang di lingkungan korosif. Mekanisme korosi retak tegang terjadi
akibat adanya hubungan dari tiga faktor komponen, yaitu bahan rentan
terhadap korosi, adanya larutan elektrolit (lingkungan), dan adanya
tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa
amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat
rentan terhadap klorida.
C. Blender
Blender adalah alat elektronik berupa sebuah wadah dilengkapi pisau
berputar yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, menggiling, atau
melunakkan bahan makanan. Pisau berbentuk seperti sebuah baling-baling
pendek yang dipasang pada bagian bawah wadah. Pisau ini diputar dengan
cepat dengan tenaga dari sebuah motor sehingga alat ini dengan segera dapat
mencampur, mencincang, dan melumatkan bahan-bahan yang dimasukkan ke
dalamnya. Blender juga umumnya dilengkapi pengatur kecepatan berputarnya
pisau di dalam wadah. Blender biasanya dipakai di dapur atau di bar. Pisau
blender terbuat dari bahan logam yang mana hal tersebut memberikan peluang
untuk terjadi proses korosi.
7
Blender berbeda dari pengolah makanan food processor). Wadah blender
biasanya lebih tinggi dibandingkan wadah food processor dan pisau biasanya
dapat dilepas dan diganti-ganti bergantung kepada bahan makanan yang ingin
diproses. Blender lebih cocok untuk menyiapkan/mencampur minuman
(membuat jus, smoothie, susu kocok, atau menghancurkan es batu), atau
menghaluskan bahan makanan yang mengandung banyak air seperti ketika
membuat sup kental. Sementara itu, food processor lebih cocok untuk
mengiris, mencincang, mencampur, dan menghaluskan bahan makanan yang
lebih padat atau kering. Dibandingkan blender, food processor lebih serba
guna, karena food processor dapat pula berfungsi sebagai blender.
Blender berbentuk batang dan tanpa wadah disebut immersion blender
(blender benam). Alat ini dapat langsung digunakan untuk melumatkan
makanan yang sedang dimasak di dalam panci.
8
BAB III
PROSES KOROSI PADA BLENDER
Dari berbagai bidang kehidupan yang melibatkan logam didalamnya,
hampir semuanya mempunyai potensi untuk mengalami korosi karena korosi
merupakan proses alami yang tidak bisa dicegah telebih jika faktor-faktor
penyebab korosi pada suatu logam sangat besar, seperti kelembapan udara,
lingkungan benda digunakan, dan lain sebagainya.Namun bukan berarti korosi
dibiarkan berlangusng begitu saja. Proses korosi bisa dicegah dan dikendalikan.
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang korosi yang terjadi pada
pisau blender mulai dari penyebab hingga cara pencegahannya.
A. Penyebab dan Jenis Korosi
Dari hasil pengamatan penulis, secara garis besar proses korosi yang
terjadi pada pisau blender meliputi dua jenis korosi. Yang pertama yaitu terjadi
proses korosi merata karena korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan dalam hal ini yaitu permukaan baut pengait antara mesin
9
blender dan pisau blender itu sendiri. Sedangkan jenis korosi yang kedua
yaitu korosi erosi.
Penyebab dari terjadinya dua korosi diatas adalah:
1. Keadaan yang lembab
Kondisi blender dan lingkungan sekitar blender selalu lembab. Ketika
selesai pemakaian blender tidak langusng dicuci dan disimpan di
tempat yang seharusnya, melainkan direndam dalam tempat
pencucuian piring dalam rentang waktu yang relative lama.
2. Zat yang dilarutkan
Maksud zat yang dilarutkan dalam konteks ini yaitu bahan-bahan yang
sering diblender pada blender yang diamati oleh penulis. Bahan-bahan
tersebut yaitu buah-buahan, kopi, teh, dan produk-produk junk drink.
Hal tersebut memiliki andil pada proses terjadinya korosi karena
bahan-bahan tersebut khususnya buah-buahan mengandung kadar
asam yang tinggi, sehingga terjadi proses pengikatan ion-ion antara
zat terlarut dan pisau blender itu sendiri.
10
3. Gerakan Cairan
Mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan erosi dan korosi
dihadapan cairan yang bergerak atau komponen logam yang bergerak
melalui cairan, yang menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu
logam. Mekanisme korosi ini berasal dari efek mekanik aliran atau
kecepatan fluida dikombinasikan dengan aksi cairan menyebabkan
percepatan
hilangnya
dari
logam.
Tahap
awal
melibatkan
penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi
logam telanjang oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini
sampai pelubangan komponen terjadi.
B. Mekanisme Terjadinya Korosi
Berdasarkan teori di atas, korosi merata terjadi akibat adanya perpindahan
elektron dari anoda dan katoda hingga mengakibatkan ion positif di logam
anoda bereaksi dengan lingkungan menghasilkan korosi merata pada seluruh
permukaan. Mekanisme korosi merata adalah dengan distribusi seragam dari
reaktan katodik di atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada
lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada lingkungan
basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Keduanya
berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial atau lokasi
11
untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara acak dan
bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya berat akibat korosi
dalam dimensi yang seragam dan serentak.
Pada korosi merata, mekanisme korosi berlangusng secara simple yaitu
proses anodik, dimana oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron
ke
dalam
(permukaan)
logam
dan
proses
katodik
yang
mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik
biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan
sekitarnya. Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ionion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda
terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan
menangkap electron-elektron yang tertinggal pada logam.
Sedangkan proses terjadinya korosi erosi pada kasus ini yaitu korosi
terjadi pada permukaan logam yang disebabkan aliran fluida yang sangat cepat
sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film pelindung. Logam yang
mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan
tajam. Akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam tergerus
dengan percepatan atau penambahan keburukan sifat material karena gerakan
relatif antara fluida korosif dan permukaan metal. Korosi erosi dibagi menjadi
dua tipe yaitu:
Korosi Kavitasi: Akibat adanya benturan gelembung fluida dengan permukaan
logam sehingga berakibat luka terhadap permukaan logam tersebut.
Fretting Corrosion: Akibat gesekan antara logam dengan logam dan berakibat
suhu logam naik dan tergerus sesama logam.
Media Korosif dimakdukan dalam konteks ini yaitu buah-buahan dan
minuman yang mengandung asam. Mekanisme Pembentukan Korosi Erosi
Proses terjadinya korosi secara umum adalah melalui beberapa tahap berikut:
a. Pada tahap pertama terjadi serangan oleh gelembung udara yang
menempel di permukaan lapisan pelindung logam, karena adanya aliran
turbulen yang melintas di atas permukaan logam tersebut.
12
b. Pada tahap kedua gelembung udara tersebut mengikis dan merusak lapisan
peindung.
c. Pada tahap ketiga, laju korosi semakin meningkat, karena lapisan
pelindung telah hilang. Logam yang berada di bawah lapisan pelindung
mulai terkorosi, sehingga membentuk cekungan, kemudian terjadi
pembentukan kembali lapisan pelindung dan logam, menjadi tidak rata.
Bila aliran terus mengalir, maka akan terjadi serangan kembali oleh
gelembung udara yang terbawa aliran. Serangan ini akan mengikis dan
merusak lapisan pelindung yang baru saja terbentuk, rusaknya lapisan
pelindung tersebut akan mengakibatkan serangan lebih lanjut pada logam
yang lebih dalam sampai membentuk cekungan.
C. Potensi Kerugian akibat Korosi
Kerugian yang ditimbulkan akibat korosi dari kasus diatas adalah
memunculkan resiko penyakit karena minuman atau produk yang dihasilkan
menggunakan blender terkontaminasi oleh senyawa-senyawa yang terdapat
pada bagian pisau blender yang terkorosi.
Dampak lain dari proses korosi tersebut adalah keroposnya bagian bawah
blender karena penghubung antara mesin dan pisau berkarat. Hal tersebut
menyebabkan kebocoran pada bagian bawah blender sehingga air masuk ke
dalam mesin, selain mesin rusak juga menimbulkan maslah lain yaitu
tersetrum, hal ini pernah dialami oleh penulis.
Dari segi ekonomi dengan adanya korosi pada pisau blender juga sangat
merugikan karena bisa jadi proses home insudtri (misalkan pembuatan roti)
berhenti karena perkakas yang digunakan mengalami kerusakan.
D. Pengendalian dan Pencegahan Korosi
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi
kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan
penanganan ini umur produktif peralatan elektronik dalam rumah tangga atau
13
kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan
dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya
penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional,
sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri serta
menghemat anggaran pembelanjaan rumah tangga.
Adapun cara penanggulangan korosi pada pisau blender yaitu dengan
melakukan perawatan yang rutin terhadap blender setiap selesai pemakaian:
1. Masukkan 1 sdt sabun cair ke dalam gelas blender yang dipakai,
tambahkan air panas hingga setengah tinggi gelas. Nyalakan blender
selama 1 menit, kemudian bilas hingga bersih.
2. Cincang 1 buah kulit lemon, tambahkan air hangat hingga setengah tinggi
gelas blender. Kemudian, nyalakan blender selama 3 menit, bilas hingga
bersih. Tidak hanya bersih, tapi blender Anda kini juga wangi segar
lemon.
3. Sebagai desinfektan alami, cuka juga cukup manjur menghilangkan noda
membandel pada blender. Masukkan 1 sdm cuka, tambahkan sedikit air
panas, lalu biarkan semalaman. Nyalakan blender selama 5 menit dan bilas
sampai bersih.
Noda yang membandel akan semakin sulit dihilangkan jika tidak langsung
dibersihkan. Pastikan pisau pada blender langsung dikeringkan juga untuk
mencegah karat timbul.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya
yang
menghasilkan
senyawa-senyawa
yang
tak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
2. Pada pisau blender terjadi korosi merata dan erosi.
3. Korosi
menyebabkan
kerugian)
langsung
keselamatan
manusia.
Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan
prodektivitas kerja karena mesin tidak bisa beroprasi.
B. Saran
1. Jangan menunggu suatu komponen/material terkorosi lebih dahulu setelah
itu baru diganti, namun cegahlah sebelum korosi tersebut terjadi.
2. Pisau yang telah terlanjur terkorosi segera ganti dengan pisau yang lain
karena menimbulkan bahaya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fontana, Mars G. and Grune N. D. 1987. Corrosion Engineering, 2nd Edition.
New York: Mc Graw-Hill Book Company.
http://pariwarapasopati.blogspot.com/2013/07/korosi-galvanik.html?m=1 Diakses
pada tanggal 27 Desember 2016
Soekrisno. 1994. Korosi di Bidang Teknik Mesin, Disampaikan dalam seminar “Korosi
dan Penanggulangannya di PAU Ilmu Teknik UGM”, Yogyakarta, 8 Februari 1994.
Sundjono. 1996. Pengujian Korosi. Disampaikan pada Kursus Teknologi
Pengendalian Korosi Pada Sistem Gas Bumi, Puslitbang Metalurgi LIPI,
Jakarta.
16