solusi bayi jalan tol jinjit

Jika bayi jalan jinjit
Aku punya pengalaman bunda sikecil sy umur 14 bln, alhamdullah sekarang sdh
bisa jalan dg baik,tapi kdng klu jln ska sambil lari, dlu si raihan waktu umur 9 bln
sdh minta di tetah,klu ditetah pas mau jlan dy jalanya jinjit kedua kakinya,
tetangga sy menyalahkan saya,katanya sikecil dibiasakan di apollo, dan
memberikan apollo terlalu dini, pdhl sy ksh apollo umur 8bln lho bun....
alhamdulilah umur 10 bln sikecil sdh tdk mau pakai apollonya,krn dy sdh
pintar/faham, biasanya sy taruh di apollo sy tinggal beraktivitas RT,dy sibuk di
apollo sendirian,sdh mulai jenuh & bosan,kynya dy gak mau mungkin dy berfikir
aku seperti di penjara sm bundaku,krn dy tdk bs bebas beraktivitas.
stlh dy gak mau,fase dy mulai minta tetah trus,dlm hati sy jg khawatir si raihan
jalannya jinjit trusklu pakai sandal copot truss,sy coba ajarkan dy sambil kakinya
sy pegangan sampai nyentuh keramik semua, sedikit sy pegangin jalannya lurus
nelapak,tp sy lepas jalanya jinjit lagi, Saya rang jawa,kadang mitos jawa masih
dipakai di tempat saya, tetangga bilang suruh banca'i nasi janganan,semur tahu
tempe,ama di dalam bungkusan di taruh uang koin (Banca'an sikecil medun
lemah/tanah),berhubung saya hidup pas2n niat hati kepengen,tp sy hanya
pasrah berdoa sama ALLah mg2 anakku di paringi seger,waras,genep dr pucuk
rambut smpe pujuk deriji gak ana cacate. Amin..... sambil saya berusaha klu sy
titah tidak saya pakaian alas,biar dy nyeker, biar kulit dy bisa merasakan
halusnya tanah,lancipnya aspal, bermain dg tanah

Alhamdulilah umur 1 tahun dy mulai belajar berjalan, berjalan klu jinjit kan gak
bisa bunda??? alhamdulilah kakinya nelapah lurus sendiri, n saat itu mulai
belajar berjalan jinjitnya hilang.... allahuakbar allah mengabulkan doa saya...
Saya sempat khawatir anak tetangga sy ada yg jalanya jinjit sebelah sekarang
dy sdh umur 10 thn.
Jangan menyerah ya bunda.... tetep yakin si kecil bisa berjalan normal.... hy kita
perlu berusaha dan berdoa.

Jalan Jinjit, Disebabkan Gangguan Sensoris
Sekitar satu dari 20 anak memiliki perilaku berjalan jinjit. Gangguan ini bukan
sekedar kebiasaan tetapi sangat mungkin ada faktor gangguan yang mendasari.
Gangguan ini bisa ringan sampai tidak ringan. Gangguan tidak ringan biasanya terjadi
pada penderita cerebral palsy, muscular dystrophy atau penderta Autism. Sebagian besar
lainnya ringan dan terjadi pada penderita normal. Sampai saat ini masih belum diketahui
penyebabnya, tetapi salah satu penyebab jalan jinjit diduga karena gangguan sensoris.
Bila tidak ditangani dengan baik dalam jangka panjang dapat berakibat kerusakan
struktur kaki, tumit, dan pergelangan kaki.
Jalan jinjit adalah kondisi dimana anak berjalan menggunakan ujung kaki bagian jari.
Beberapa kondisi gangguan otak seperti serebal palsi biasanya menyebabkan anak berjalan
jinjit. Kendati begitu, tak sedikit anak yang sebenarnya sehat juga memiliki kebiasaan jinjit.

Sering disebut juga dengan idiopatik.
Saat waktu anak mulai belajar berjalan, sekitar 9 sampai 16 bulan, mereka sering goyah,
memiliki basis dukungan yang luas, dan mereka kadang-kadang mungkin lebih suka berjalan

berjinjit. Penelitian telah menunjukkan bahwa jalan jinjit dianggap sebagai bagian yang dapat
diterima dalam perkembangan normal. Jalan jinit adalah umum dan normal sampai 18 bulan,
tapi dapat bertahan sampai anak 2-3 tahun. Anak biasanya tumbuh dari berjalan kaki dan dan
dapat berkembang menajdi pola tumit-jari gaya berjalan pada usia 3. Berjalan kaki terusmenerus, di atas 3 tahun, dapat berhubungan dengan diagnosa seperti cerebral palsy, autisme,
spina bifida, sindrom tali ditambatkan, distrofi otot, defisit sensorik integrasi, atau masalah
neuromuskular lainnya.
Hampir 5% dari semua anak-anak kecil berjalan jinjit pada suatu masa. Meskipun demikian,
di usia 5.5 tahun, kurang dari setengahnya masih melakukan hal ini. Mereka yang berjalan
jinjit biasanya mulai melakukan hal ini ketika mereka pertama kali berjalan sendiri, meskipun
beberapanya berjalan normal selama tahun pertama dan seterusnya. Mereka yang pernah
berjalan jinjit melakukannya selama 1 sampai 2 tahun sebelum berjalan normal. Anak-anak
yang masih berjalan jinjit di usia 5.5 tahun melakukannya sekitar 25% kali.. Anak-anak yang
didiagnosa gangguan kognitif atau neuropsikiatrik seperti autis lebih cenderung berjalan
jinjit; dalam penelitian, 41% anak-anak seperti itu pernah atau masih berjalan jinjit.
Bila berkepanjangan berjalan jinjit dapat mengakibatkan kekakuan, pengencangan dan nyeri
pada tendon Achilles, yang dapat diredakan dengan latihan peregangan. Para orangtua dapat

membantu anak-anak mereka untuk meregangkan kaki-kaki mereka saat sedang membaca
atau menonton televisi. Hal ini membantu menjaga tendon Achilles tetap lentur dan
meregang.
Pada anak sehat yang sesekali berjalan jinjit, biasanya di usia 5,5 tahun gaya berjalan mereka
kembali normal dengan sendirinya. Di usia tersebut hampir separuh anak secara spontan
memiliki gaya jalan normal.
Dalam penelitian yang dilakukan di Swedia terhadap 1.400 anak berusia 5,5 tahun ditemukan
40 persen anak yang mengalami gangguan perkembangan otak seperti autisme berjalan jinjit.
Para orang tua lebih dari 1.400 anak-anak berpartisipasi dalam
penelitian ini, yang dilakukan di Blekinge County di tenggara Swedia. Pada
pemeriksaan rutin anak-anak yang berusia 5.5 tahun, para orangtua ditanyakan
pertanyaan mengenai anak-anak mereka dan berjalan jinjit.
Meskipun jumlah anak yang menderita gangguan neuropsikiatri dalam penelitian itu hanya
35 orang, tetapi para peneliti mengatakan hasil studi itu menguatkan studi sebelumnya yang
menemukan tingginya prevalensi anak penderita gangguan kognitif atau mental yang berjalan
jinjit.
Berjalan jinjit dapat menyertai gangguan seperti cerebral palsy dan distrofi
otot, tetapi juga terjadi diantara anak-anak yang tidak memiliki kondisi yang
mendasari itu. Dalam kasus-kasus seperti itu, anak-anak disebut pejalan kaki
idiopatik. Sampai saat ini penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Bisa terkait dengan

syaraf, otot, gabungan keduanya atau faktor lain yang tak diketahui, katanya. Berdasarkan
penelitian ini, jumlah anak-anak yang idiopatik juga tidak diketahui. Dalam pengamatan
Children Foot Clinic Jakarta, sebagai besar penderita mengalami gangguan sensoris.
Gangguan Sensoris

Apakah anak Anda bereaksi berlebihan terhadap suara keras, menghindari tekstur tertentu,
tampak terlalu tidak terkoordinasi, atau hanya tampaknya kurangnya pengendalian diri? Jika
demikian, ia mungkin mengalami beberapa jenis gangguan sensorik. Semua anak-anak
biasanya menjalani berbagai masalah sensorik sambil menjelajahi dan berinteraksi dalam
lingkungan mereka. Namun, jika masalah ini adalah untuk melanjutkan atau meningkat,
kemampuan anak Anda untuk belajar atau berfungsi dengan tepat akan terhalang. Sebagaian
anak dengan gangguan sensoris sangat sensitif terhadap rangsang suara tertentu, perabaan dan
sensosoris cahaya.
Gangguan sensorik memiliki banyak penyebab dan digabungkan dalam banyak diagnosa
medis lainnya. Pada penderita Autisme, Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dan Delay
Pervasive Developmental gangguan sensorik memainkan peran penting. Identifikasi dini
sering menyebabkan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk individu yang
bersangkutan.
Gangguan sensorik dapat mempengaruhi satu, beberapa, atau semua indera fisik. Ada 7
kategori yang meliputi fungsi sensorik kita. Kelompok-kelompok ini adalah: taktil

(sentuhan), auditori (pendengaran), Visual (penglihatan), Rasa, Pencium (bau), vestibular
(gerakan dan gravitasi), dan proprioseptif (kesadaran tubuh, otot, dan sendi). Kebanyakan
orang mengalami gangguan sensorik baik hipersensitif (lebih dirangsang) atau sensitif hipo
(di bawah dirangsang). Bila salah satu rasa mengalami gangguan maka dapat mempengaruhi
beberapa fungsi tubuh lainnya. Jika satu atau lebih indera terganggu, pesan sensorik yang
dikirim ke otak tidak benar. Pesan-pesan ini menjadi kacau, menyebabkan individu menderita
untuk memahami lingkungan mereka dengan cara yang berbeda. Realitas disalahtafsirkan,
menyebabkan penilaian yang salah dan balasan.
Tanda Dan Gerjala Gangguan Sensoris
1. Perabaan: Menghindari sentuhan, nyeri toleransi yang tinggi, koordinasi yang buruk,
membersihkan tangan atau bagian tubuh lainnya sering, tidak suka dandan (menyikat
gigi dan / atau rambut, dll), menempatkan tangan atau jari di mulut sering, terus
bergerak , berjalan berat atau pada jari kaki, menghindari tekstur tertentu dalam
makanan, pakaian, atau bahan lainnya, dan pakaian tidak suka memakai, tag pakaian,
kaus kaki, atau sepatu. Mudah jinjir atau sering membersihkan kaki dari kotoran atau
saat berjalan di tanh sering haruus memakai sandal
2. Auditori: Sangat sensitif terhadap suara dengan frekuensi tertentu seperti suara
gergajai listrik, suara blender, suara bayi menangis atau suara melengking
lainnya. Penderita juga sangat sensitif dan sanagat bereaksi terhadap suara keras,
mudah marah atau tampaknya mengabaikan orang lain, sering menutup telinga,

berulang bersenandung atau menyanyi untuk diri, menghindar kelompok besar orang,
mendengarkan TV, radio, dll, pada volume tidak wajar tinggi, terganggu oleh
keributan lingkungan, hambatan berbicara, merobek atau kertas berkerut atau barangbarang seperti lainnya, dan ingin mengabaikan suara orang lain.
3. Visual: Mudah silau atau tidak nyaman dengan sinar matahari atau lampu yang
terang. Ditandai dengan gangguan pandangan, Saar memandang mainan, buku, dll
haruis didekatkan ke wajah, posisi objek dalam baris, membuka dan menutup
berulang pintu atau laci, terus balik lampu dan mematikan, terpesona oleh benda
mengkilat atau reflektif (cermin, kaca, dll), gosok sering atau menyipitkan mata dari

mata, gelisah dengan gerakan terdekat di lingkungan, keengganan atau berolahraga
hati-hati kadung saat berpindah antara berbagai jenis penutup lantai, dan tampaknya
terlalu sensitif terhadap cahaya.
Selain gangguan sensoris juga dapat disebabkan karena:


Persistent femoralis Anteversion (PFA). PFA adalah sentuhan anterior berlebihan
dalam tulang paha bagian atas. Biasanya pada orang dewasa tulang paha atas diputar
anterior dalam hubungannya dengan tulang paha bawah (kondilus femoralis) sebesar
15 °. Pada anak-anak muda sudut ini adalah sekitar 30 °, tapi ini terus mengurangi
sudut untuk dewasa dengan timbulnya percepatan pertumbuhan remaja. Pada

pemeriksaan pinggul pada anak dengan PFA, fitur yang paling mencolok adalah
rentang berlebihan rotasi internal, tetapi eksternal rotasi terbatas. Seperti yang
disebutkan sebelumnya dalam banyak kasus ini adalah kondisi yang sama sekali tidak
berbahaya dan membutuhkan perawatan.



Internal tibialis Torsi (ITT). Tibia biasanya diputar eksternal dalam hubungannya
dengan tulang paha sebesar 20 °. Hal ini paling baik diukur dengan membandingkan
sumbu intermalleolar dengan sumbu interkondilaris. Cara lain yang sederhana untuk
menilai hubungan ini adalah untuk mengukur sudut paha kaki dengan anak dalam
posisi tengkurap dan lutut tertekuk sampai 90 °. Dalam ITT tibia ditemukan secara
internal oleh lebih dari 10 ° -20 °. Fenomena ini sangat umum saat lahir dan cepat
remodels ke level normal dalam beberapa tahun pertama kehidupan. Namun, dalam
sebagian kecil kasus ITT dapat bertahan sampai terjadinya percepatan pertumbuhan
remaja. Kondisi ini tidak mungkin bertahan dalam kehidupan orang dewasa dan
jarang menciptakan masalah cukup berat sehingga memerlukan pengobatan atau
koreksi.




Forefoot adductus merupakan penyebab penting intoe. Dalam kondisi ini kaki
memiliki batas lateral melengkung bukannya lurus. Kaki depan karena itu tampaknya
akan berubah masuk Kondisi ini dapat dengan mudah dibedakan dari kaki bengkok
karena tidak ada cacat yang tetap pada kaki belakang.

Penanganan


Pengobatan untuk jalan jinjit jarang diperlukan untuk anak-anak yang berusia 6 tahun
ke bawah,



Penderita jalan jinjit disertai pemendekan tendon Achilles atau otot betis. Mungkin
diperlukan operasi.



Anak-anak yang berjalan jinjit kemungkinan besar mengalami masalah sensorik.

Sehingga bisa dilakukan terapi sensoris meski terjadi pada anak normal



Intervensi dini merupakan kunci, baik untuk yang memang dicurigai autisme atau
memang berjalan jinjit karena gangguan sensorik.



Kebanyakan kondisi ini akan membaik sendiri selama masa kecil. Dalam kasus
terburuk operasi mungkin diperlukan. Sebagian besar waktu ini melibatkan
pemanjangan tendon Achilles.



Pilihan pengobatan yang lebih ringan menjaga anak mulai persimpangan kaki
penggunaan sepatu korektif dan casting pada kaki dan kaki bagian bawah, yang
biasanya dilakukan sebelum anak mencapai usia 12 bulan atau lebih. Jika ringan dan
dekat dengan pusat, pengobatan mungkin tidak diperlukan.




Ballet telah digunakan sebagai pengobatan untuk kasus-kasus ringan. Latihan tari
dapat membantu untuk menekuk kaki ke luar.



Kebanyakan anak perlu dirujuk ke ahli ortopedi, fisioterapi dan ahli saraf untuk
perawatan.



Jika Anda ingin mengontrol otot betis terlalu aktif maka dokter mungkin mencoba
untuk hanya memegang masih dengan orthosis kaki-kaki (AFO Brace).



Jika disebabkan oleh tendon Achilles kencang maka pembedahan mungkin
diperlukan. Prosedur yang paling umum adalah prosedur resesi gastrocnemius.
Alternatif dapat casting untuk memperbaiki tendon Achilles. Hal ini dapat sangat sulit

untuk membedakan antara berjalan kaki idiopatik dan cerebral palsy spastik diplegic
ringan. Tampaknya cukup sederhana, tetapi sebenarnya bukan karena kedua kondisi
sangat berhubungan dengan kelahiran prematur, keterlambatan perkembangan dan
ketat Achilles tendon. Namun tanda yang baik adalah jika anak bisa berjalan normal
ketika Anda meminta mereka untuk, adalah lebih mungkin bahwa mereka mungkin
harus berjalan kaki idiopatik.



Pada penderita skizofrenia, anak-anak autis atau anak dengan gangguan belajar. Tidak
ada pilihan pengobatan yang relevan yang telah didokumentasikan untuk ini.



Cerebral palsy spastik diplegic lagi hampir selalu onset toeing ujung awal.



Sejarah keluarga adalah negatif dan mereka harus memiliki lesi neuron motor atas
atau dinamis EMG (Elektromiografi adalah tes yang menilai kesehatan otot dan saraf
mengendalikan otot) yang tidak normal.



Jika mereka aktif selama Achilles tendon terganggu maka bisa menggunakan
bracing.



Jika kontraktur dinamis pasien begitu kuat bahwa mereka berjuang brace, dan
kemudian dokter mungkin mencoba casting atau injeksi botox (Botox adalah
pengobatan eksperimental) untuk melemahkan otot dan kemudian melanjutkan
dengan penjepit.



Jika Achilles secara fisik ketat, maka prosedur pemanjangan akan digunakan dan
mungkin hamstring terjadi perpanjangan juga jika pasien sudah mengintip secara
signifikan. Tanda-tanda atas lesi neuron motorik termasuk kelemahan, hyperreflexia
(Reaksi dari sistem (sukarela) saraf otonom over-stimulasi), dan nada meningkat.

Perhatikan bahwa dengan motor neuron akut atas lesi sering ada flaccid paralysis
(kelemahan atau kehilangan otot akibat cedera atau penyakit saraf innervating otot)
dengan refleks menurun nada dan menurun.


Dalam setiap kasus, anak-anak dapat mengambil manfaat dari intervensi seperti fisik,
modifikasi alas kaki terapi (sepatu sisipan, tumit lift), orthotics kaki pergelangan kaki
(AFO), casting serial.



Meskipun jarang, intervensi bedah mungkin menjadi pilihan untuk memperpanjang
tali tumit ketat yang mungkin menyebabkan kelainan gaya berjalan.



Intervensi terapi fisik biasanya melibatkan berbagai pasif dan aktif latihan gerak yang
berfokus pada pergelangan kaki peregangan (kabel betis ketat biasanya tumit),
penguatan, pelatihan gaya berjalan, pelatihan keseimbangan, dan program latihan di
rumah.



Selain itu, ahli terapi fisik juga terlibat dalam mengusulkan jika / ketika intervensi
lain, seperti modifikasi alas kaki dan ortotik, sesuai. Kebanyakan anak pada akhirnya
akan mengatasi kiprah ujung jari kaki mereka, tetapi jika Anda memiliki keraguan
maka Anda harus mengunjungi dokter keluarga Anda sebagai titik pertama panggilan.

Terapi Sensoris


Tidur telentang dan diam (tidak bergerak). Terapi ini bertujuan agar si kecil mampu
merasakan (aware) keberadaan dirinya.



Usapan meyeluruh dari kepala, bahu, tangan, pinggang, paha, kaki, telapak kaki
bertujuan untuk menenangkan,relaksasi otot-otot yang tegang



Usapan di bagian kepala, termasuk amat, hidung, mulut, telinga. Bertujuan untuk
relaksasi mengurangi sensitivitas pancaindra, dan meningkatkan awareness terhadap
organ indra



Usapan bebrbentuk angka 8 di pinggang ke paha, juga dari dada ke lengan. Berfungsi
sebagai brain gym pasif, salah satu bentuk stimulasi untuk melatih koordinasi gerak
tubuh



Usapan di Tendon Guard (lipatan bahu, bawah rusuk, atas tulang panggul). Bertujuan
untuk relaksasi tendon sekaligus mengencangkan otot-otot yang lembek



Usapan di kaki. Bertujuan untuk melatih reflex babinski. Bagi yang refleksnya terlalu
besar, dikurangi. Biasanya, ini dilakukan pada anak yang berjalan jinjit



Tidur miring, diusap sepanjang sisi abdomen. Bertujuan untuk mengenalkan reflex
gallant (keseimbangan kanan dan kiri). Saat masa sekolah, ini bisa mengurangi resiko
kesulitan belajar



Usapan di bahu (mobilisasi bahu) bertujuan agar pada anak-anak kebutuhan khusus,
biasanya, bahunya selalu naik karena tegang (sikap defensif). Usapan berguna untuk
merilekskan dan mengurangi sensitivitas bahu

5 YANG PENTING KALA BAYI BELAJAR JALAN
November 12, 2008 · Filed under 9-12 month, balita · Tagged belajar jalan
Latihan berjalan implikasinya sangat luas bagi perkembangan psikologis anak. Antara lain
dalam sense of autonomy berikut kemandiriannya. Secara bertahap anak memahami
bahwa segala sesuatu yang diinginkannya haruslah diusahakan. Nah, agar latihannya berjalan
baik dibutuhkan stimulus dan dukungan dari orangtua. Berikut hal-hal yang harus
diperhatikan kala anak sedang belajar jalan seperti dijelaskan dr. Rini Sekartini, Sp.A., dari
bagian Tumbuh Kembang Anak, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
1. CIPTAKAN LINGKUNGAN AMAN
Kala bayi mulai tertatih-tatih belajar jalan biasanya selain merasa senang para orangtua pun
mulai “senam jantung”. Bagaimana tidak? Kini si bayi mulai ingin mengenali dunianya yang
lebih luas dengan “menjelajah” hingga ke setiap sudut rumah. Mungkin bila dijumlahkan
setiap hari entah sudah berapa belas meter jarak yang ditempuhnya.
Keterampilan barunya ini membuat bayi bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Meski sebatas di dalam rumah, “penjelajahan” ini mengundang situasi yang rawan
kecelakaan. Contohnya, bagaimana bila tiba-tiba dengan langkahnya yang masih limbung si
kecil nyelonong masuk ke kamar mandi yang lantainya licin, atau tiba-tiba menabrak guci
besar di pojok ruang yang dapat mencederai dirinya. Bila terjadi kecelakaan akibat
eksplorasinya tentu saja bayi tidak bisa disalahkan. Ia belum tahu benda apa saja dan mana
tempat yang berbahaya ataupun tidak.
Menjadi tugas orangtua untuk meminimalkan segala risiko dengan tidak menempatkan
barang-barang yang mengundang bahaya di jalur yang akan dilalui bayi. Selain itu, pastikan
pula keamanan daerah “steril” bagi bayi, terutama dapur dan kamar mandi karena di kedua
tempat ini terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada bayi.
Selanjutnya, area menuju lantai atas, dapur, dan ke kamar mandi, sebaiknya dilengkapi
dengan pintu pengaman berupa pagar pembatas. Kabel listrik yang tak tertata rapi juga sering
menjadi biang keladi tersandungnya si kecil yang sedang “asyik” berjalan. Belum lagi
kemungkinan sengatan listrik bila kabelnya sudah terkelupas. Oleh sebab itu, aturlah jalinan
kabel dengan baik sehingga tak centang perenang.
Biasanya bayi yang sudah mampu berdiri dan berjalan tertarik pada apa saja yang ada di atas
meja. Tak heran kalau dalam sekejap kemudian ia akan menarik benda apa saja yang menarik
perhatiannya tadi. Guna meminimalkan risiko bahaya, untuk sementara singkirkan taplak
meja. Kalaupun ingin menggunakan taplak meja, pilihlah yang ukurannya lebih kecil dari
daun meja sehingga tak sampai menjumbai di sisi meja.

Perabot, terutama meja yang bersudut tajam, sebaiknya juga disingkirkan untuk sementara
waktu atau akali dengan memasang pengaman sudut. Soalnya, bayi yang sedang belajar
berjalan sangat berisiko terbentur sudut meja yang tajam.
Patut diingat, menciptakan lingkungan yang aman bukanlah dengan membatasi ruang
eksplorasi bayi. Yang diperlukan bayi adalah pengawasan orangtua sekaligus area yang dapat
membuatnya leluasa berjalan-jalan ke sana dan kemari.
2. PILIH SEPATU YANG TEPAT
Sepatu berfungsi melindungi kaki bayi dari partikel dan benda yang bisa mencederainya. Di
luar lingkungan rumah, sebaiknya pakaikan sepatu yang dapat menunjang kemampuan bayi
berjalan.
Pilih sepatu bersol datar dan lembut untuk memudahkan anak berjalan sekaligus tetap
mendapat cukup rangsangan dari bawah. Hindari sepatu dengan pengganjal di bagian lekukan
kaki karena akan mengganggu pertumbuhan tulang belulangnya. Hindari juga ujung sepatu
yang runcing/menyempit yang membuat ruang gerak jari-jemarinya terhambat.
Pastikan sepatu bayi berukuran pas, tidak sempit dan tidak terlalu longgar. Patokannya,
lebihkan sedikit (kira-kira satu ruas ibu jari orang dewasa) pada bagian ujung sepatu. Pilih
model dengan tali/kancing/perekat yang dapat mengatur kekencangan sepatu secara tepat.
Kaus kaki yang akan digunakan juga tidak dianjurkan terlalu ketat karena dapat mengganggu
peredaran darah. Pilih bahan katun agar mudah menyerap keringat sekaligus membantu
menjaga sirkulasi udara dalam sepatu.
Saat berjalan-jalan di rumah, bayi tak perlu diberi alas kaki. Tanpa sepatu, kaki bayi akan
menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Kakinya juga akan mendapat tekanan dari bawah
sebagai latihan bagi otot-ototnya. Ini dapat mengasah kemampuan koordinasinya menjadi
lebih bagus. Berkat tekanan-tekanan pada permukaan telapak kaki, pertumbuhan tulang kaki
menjadi lebih baik. Selanjutnya, akan terbentuk kaki yang baik dengan otot-otot yang lebih
kuat. Latihan bertelanjang kaki seperti ini sangat diperlukan di rumah mengingat
pertumbuhan tulang akan terus berlanjut sampai anak berusia 17-18 tahun.
Untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan kakinya, periksa ukuran sepatu secara berkala
mengingat pertumbuhan kaki bayi amat cepat, terutama bila ditunjang gizi yang baik. Sepatu
yang kekecilan pasti akan membuatnya tak nyaman. Sepatu kekecilan akan meninggalkan
warna kemerahan di pinggir jari atau kaki bayi akibat tekanannya dan dapat menyebabkan
iritasi.
3. TUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI
Pada prinsipnya, selama sudah dipastikan tidak ada gangguan saraf atau kelainan otot, anak
pasti bisa berjalan. Memang, sih, usia berjalan pada setiap anak bisa berbeda-beda, namun
umumnya rentang waktu yang normal adalah usia 11-18 bulan.
Kecemasan umumnya muncul jika setelah berusia 1 tahun, si kecil belum juga bisa berjalan.
Atau biasanya sudah bisa berjalan sebentar, tapi setelah itu mogok. Untuk memastikan ada
tidaknya gangguan, tentu harus diperiksakan ke dokter. Bila tak ada gangguan, boleh jadi ia
butuh rangsangan agar dapat berjalan tepat pada waktunya.

Anak yang mogok belajar jalan mungkin terlena oleh kemanjaan dari orangtua atau
pengasuhnya. Contohnya, kelewat sering digendong sehingga anak tak mendapat stimulasi
untuk aktif bergerak. Kemanjaan seperti ini memang bisa menghambat perkembangan
kemampuan berjalannya.
Sayangnya, sering kali orangtua tidak menyadari kemanjaan yang mereka limpahkan.
Contohnya, lantaran kelewat sayang, orangtua khawatir melihat anaknya limbung. Belum
sempat anak melangkah, orangtua sudah langsung mengulurkan bantuan. Kalau semua
kebutuhan dan kemudahan sudah ada di depan mata, jangan salahkan kalau si kecil jadi
enggan belajar berjalan.
Keengganan latihan berjalan bisa juga lantaran kurangnya rasa percaya diri. Boleh jadi saat
pertama kali belajar jalan, ia terjatuh cukup keras. Baik anak maupun orangtua biasanya jadi
jera mencoba dan mencoba lagi. Padahal ketakutan berlebih seperti ini harus dikikis. Secara
perlahan orangtua mesti meyakinkan anaknya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tunjukkan dengan bukti konkret, semisal dengan terus mendampinginya berlatih dan
menyediakan lingkungan yang aman.
Agar anak mau berjalan lagi, dibutuhkan stimulus yang dapat menumbuhkan rasa percaya
dirinya. Pancing semangat anak dengan sikap gembira tanpa harus memaksa. Gunakan
mainan yang menarik agar anak mau mendatanginya. Letakkan agak ke atas sehingga ia perlu
berdiri untuk menjangkaunya. Dengan begitu, sedikit demi sedikit, anak tergerak untuk
berani mencoba berjalan sendiri, tanpa ditatih atau berpegangan. Kalaupun sampai terjatuh,
jangan tunjukkan sikap panik di hadapannya. Perhatikan apakah ia perlu ditolong saat itu juga
atau bisa dibiarkan bangkit sendiri. Sikap panik orangtua/pengasuh hanya akan membuat rasa
percaya dirinya luntur.
4. PIJAT PERKUAT OTOT KAKI
Selama belajar berjalan, anak mengandalkan otot-otot kakinya untuk menjaga keseimbangan.
Dengan rekomendasi dokter anak, orangtua dapat melakukan pijat bayi yang bertujuan
menguatkan otot-otot kakinya. Misalnya, dengan cara menelentangkan bayi kemudian minta
ia memegang telapak kakinya sambil sedikit didorong. Secara refleks anak akan melakukan
gerakan seperti menendang. Latihan yang intens dan tepat terbukti mampu menguatkan otot
kakinya.
Tanyakan pada dokter, teknik-teknik pijatan apa yang dapat menguatkan otot kaki. Membawa
anak ke tukang pijat tradisional boleh saja asalkan dilakukan dengan hati-hati. Akan lebih
baik jika Anda berbekal rekomendasi dokter lalu membawa si bayi ke fisioterapis. Pelajari
tekniknya dengan benar. Yang pasti, pijatan yang dilakukan fisioterapis biasanya
berlandaskan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan.
5. PERHATIKAN BERAT TUBUH
Sering juga terjadi anak malas belajar jalan akibat kegemukan. Bagi bayi dengan berat badan
berlebih, menjaga keseimbangan tubuh jelas lebih sulit. Upayakan agar asupan makanannya
seimbang, tidak berlebih dan tidak kurang. Selain itu, fisioterapis dapat membantu bayi
dengan program yang tepat. Misalnya dengan teknik mendorong bola besar yang biasa
digunakan untuk latihan motorik.

ALAT BANTU BELAJAR JALAN
Beberapa alat diciptakan untuk membantu anak belajar jalan. Prinsip yang tidak boleh absen
dari alat ini adalah si bayi tetap perlu ditatih dan menatih. Dengan begitu, setiap kali bayi
menjejak ke tanah, maka otot-otot kakinya akan semakin aktif dan kemampuan berjalannya
kian terasah.
Nenek moyang kita dulu menggunakan kain yang dililitkan ke dada hingga ketiak bayi. Sisa
kain yang menjuntai ke belakang digunakan orangtua untuk membantu mengendalikan
keseimbangan tubuh bayi sambil menatihnya. Cara ini tetap aman ditiru hingga sekarang.
Ada juga alat berputar yang bertumpu pada satu poros. Dengan berpegangan pada bilah
melintang, secara tidak langsung anak diharuskan untuk berjalan saat mendorong alat
tersebut. Atau bisa juga dengan menyediakan hangbar seperti yang ada di pusat-pusat terapi.
Intinya, ada satu benda kokoh yang digunakan untuk berpegangan saat keseimbangannya
masih labil.
Alat bantu jalan juga dapat difungsikan sebagai mainan, di antaranya kereta dorong. Pastikan
dudukan mainan ini cukup mantap sehingga bila anak bertumpu padanya, alat ini tidak
mudah terguling. Prinsipnya pun seperti menatih karena bayi “dipaksa” melangkah agar
kereta dorong tersebut bisa bergerak.
Yang tidak dianjurkan adalah babywalker karena penggunaan alat ini malah bisa
memperlambat kemampuan berjalan si kecil. Posisi duduk dalam babywalker membuat bayi
nyaris selalu tersangga sehingga ia tidak cukup terlatih untuk menopang dirinya sendiri.
Selain itu, penggunaan babywalker yang berlebihan juga dapat mengakibatkan anak jalan
berjingkat/jinjit akibat terbiasa bergerak maju dengan cara mengayuh.

TAHAPAN BAYI BERJALAN
Proses berjalan bayi umumnya dimulai pada usia 9 bulan dengan tahapan berikut:
* Bulan ke-9
Berdiri tegak bila kedua tangan dipegang. Kalau kita biarkan si bayi berdiri (kita hanya
pegang kedua tangannya) ia akan berdiri tegak selama beberapa detik di atas kakinya. Ia
menahan keseimbangan tubuh yang seluruhnya terletak pada kedua telapak kaki. Berdiri
dengan cara demikian hanya sebentar saja dapat dilakukannya karena ia memang belum
menguasai keseimbangan badan pada sikap badan tegak lurus.
* Bulan ke-10
Bayi bergayut pada perabot rumah dan mengangkat badan sampai berdiri. Seperti halnya
pada perkembangan merangkak, bayi 10 bulan sudah dapat mengangkat badannya sampai
sikap “empat kaki”. Dari sikap ini ia kemudian bergayut pada perabot dan menarik badannya

ke atas sampai berdiri. Dari sikap berlutut atau setengah berlutut, ia melangkahkan sebelah
kakinya ke depan, menjejak dengan telapak kakinya dan menarik badannya hingga berdiri.
Berdiri sambil berpegang pada sesuatu. Bila bayi dapat berpegang pada perabot rumah atau
benda kokoh lainnya, ia dapat berdiri selama 1/2 menit. Pada sikap ini telapak kaki bukan
hanya ujung-ujung jari kaki saja, tapi seluruh alas telapak kaki menyentuh permukaan lantai.
* Bulan ke-11
Berjalan ke samping sambil merambat pada perabot dalam rumah. Percaya dirinya tumbuh
dengan ditandainya melalui sikap berdiri yang memungkinkan anak memindah-mindahkan
berat badannya. Mulai pada kaki kiri lalu pindah ke kaki kanan. Dengan kemampuan inilah
anak “berjalan di tempat” atau melangkah ke samping.
Berjalan bila kedua tangan dipegang/ditatih. Bila bayi kita pegang kedua tangannya, ia pun
mulai mencoba berjalan. Setelah kakinya melangkah maju, pinggul digerakkan ke depan dan
berat badan ditopang oleh telapak kaki. Langkahnya memang masih agak tertahan-tahan,
belum mantap dengan kaki terbentang lebar.
* Bulan ke-12
Berjalan jika sebelah tangannya dipegang. Langkah-langkahnya memang belum mantap dan
kedua kaki masih terbentang lebar. Anak masih gampang kehilangan keseimbangan hingga
orang dewasa masih harus memegangnya dan selalu siap menangkapnya bila ia terjatuh.
* Bulan ke-13 dan seterusnya.
Mulai menjadi “ahli”. Kemantapan anak berjalan mulai menunjukkan hasil. Kita akan takjub
bila suatu saat dia sudah mampu berjalan dengan cepat. Meski perkembangan setiap anak
berbeda-beda, umumnya di usia 18 bulan hingga 2 tahun anak sudah dapat berjalan tegak
dengan keseimbangan yang lebih mantap tanpa perlu lagi dipegangi.

Dokumen yang terkait

ANALISA KELAIKAN TEKNIS FUNGSI JALAN (Ruas jalan Wolter Monginsidi Kabupaten Jember)

4 35 18

Faktor-Faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di rumah sakit umum daerah koJa Jakarta tahun 2009

19 216 154

Pencarian solusi pada permasalahan sistem persamaan nonlinier menggunakan metode bat algorithm

2 76 0

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

Efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta

6 85 140

Live video broadcasting untuk pemantauan arus lalu lintas jalan raya di Pusat Riset dan Pengembangan (TELKOM RisTI) PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk Jalan Gegerkalong Hilir No.47 Bandung : laporan hasil kerja praktek

0 9 68

Penentuan lokasi jalan untuk penempatan ATM Drive Thru di Kota Bandung dengan menggunakan meotda Analytic Hierarchy Process (AHP)

1 9 14

Identifikasi perkembangan kegiatan rumah makan di Jalan Padalarang - Ciburuy setelah pengoperasian jalan Tol Cipularang (Cikampek, Purwakarta, Padalarang)

0 4 1

Live video broadcasting untuk pemantauan arus lalu lintas jalan raya di Pusat Riset dan Pengembangan (TELKOM) RisTI) PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk Jalan Gegerkalong Hilir No.47 Bandung

0 24 1

Sistem pengolahan data pelanggan di seksi program penjualan PT.Telkom Kancatel Purwakarta : laporan hasil kerja praktek di seksi program penjualan Dinas Pelayanan PT.Telkom Kancatel Purwakarta jalan K.K. Singawinata No.106 Purwakarta 41111

0 3 1