ekonomi kependudukan mortalitas FEB UNAI

Adi’s document (unair)

I.

PENDAHULUAN

Ekonomi mortalitas merupakan topik yang jarang dibahas. Tulisan-tulisan yang membahas
tentang ekonomi mortalitas sulit ditemukan. Hal itu bisa dimengerti karena “mati” pada dasarnya
bukan merupakan suatu “pilihan” . Padahal pilihan atau pilih memilih merupakan hal penting
dalam ekonomi. Dalam ekonomi fertilitas dibahas tentang pertimbangan-pertimbangan ekonomi
mengapa seseorang memilih memiliki anak atau tidak. Dalam ekonomi migrasi dibahas tentang
pertimbangan-pertimbangan ekonomi mengapa seseorang memilih bermigrasi atau tidak. Namun
dalam kaitan ekonomi mortalitas tidak mungkin dibahas mengapa seseorang memilih mati atau
tidak. Sebab mati pada dasarnya bukan merupakah pilihan. Yang menjadi pilihan bukan mati,
melainkan sakit atau sehat. Oleh karena itu analisis yang berkembang bukan ekonomi mortalitas
melainkan ekonomi kesehatan.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia. Sampai saat
ini Indonesia masih menduduki sepuluh besar negara dengan jumlah penduduk terbesar. Salah
satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia sekarang ini adalah tingkat kematian ibu
setelah melahirkan dan kematian bayi. Kematian ibu terjadi sesaat setelah melahirkan, namun
ada juga yang terjadi selang beberapa waktu kemudian. Sedangkan kematian bayi adalah

kematian bayi usia 0 ± 11 bulan disatu wilayah pada kurun waktu 1 (satu) tahun. Sedangkan
angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi usia 0 ± 11 bulan di satu wilayah pada kurun
waktu 1 tahun.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat
yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi
masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari
penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental. Derajat
kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas yang
memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai
indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah
disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada balita per
1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka

Adi’s document (unair)

Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia, sekitar 20.000
perempuan meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi kehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup masih merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan
ASEAN, dan penurunan angka kematian ini masih menjadi prioritas tinggi dalam isu

pembangunan. Sebagian besar kasus kematian ibu sebenarnya bisa dicegah dengan peningkatan
akses ke layanan kesehatan reproduktif yang bermutu serta penggunaan tenaga persalinan yang
trampil
Ada beberapa alasan yang mendasar sehingga tingkat kematian ibu dan bayi ini semakin tinggi
atau sulit untuk diatasi. Salah satu yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang buruknya
kondisi perekonomian keluarga atau dapat dikatakan faktor kemiskinan. Kemiskinan adalah
masalah yang paling mendasar yang ada di Indonesia baik desa maupun kota. Dan memilki
karakteristik yang tidak jauh antara desa dan kota untuk msalah kemiskinan yang menyebabkan
beberapa permasalahan yang cukup komplek. Misalnya pendidikan kurang, pemenuhan
kebutuhan di bawah garis rata-rata, kebuthan pkok yang masih terabaikan, dan pola kehidupan
yang masih rendah. Ini adalah faktor – faktor yang berujung pada kematian ibu dan bayi.
Pendidikan ibu yang rendah, dan kemampuan serang wanita dalam memperoleh fasilitas
persalinan dan tenaga medis yang lebih berkualitas terbentur oleh dana dan pembiayaan yang
mahal.
Pada pemaparan di atas, kita ingin mengetahui bagaimana kemiskinan itu bisa menjadi faktor
yang tertinggi dalam kematian ibu dan annak. Indicator kemiskinan yang sering digunakan untuk
berbagai maslah pembagunan kini akan kami gunakan juga untuk mengetahui pengaruhnya
tehadap kematian ibu dan anak sebagai human development.
II.


TUJUAN

Tujuan dari pembahasan malah tingkat mortalitas atau kematian ibu dan anak yang dipengaruhi
oleh faktor kemiskinan adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab tingginya kematian ibu dan anak.
2. Melihat bagaimana tingkat pertumbuhan mortalitas di beberapa daerah yang
diangkat sebagai objek penelitian.

Adi’s document (unair)

3. Mengetahui bagaimana kemiskinan memberi pengaruh yang besar terhadap
kematian ibu dan anak.
4. Melihat angka harapan ibu dan anak.
III.

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memudahkan kami dalam mengerjakan maklah ini. Kami menggunaakan beberapa
sumber yang menguatkan pemaparan dan memperjelas makalah ini. Antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Lembaga demografi FE UI demografi berasal dari bahasa yunani “demos”

yang berarti rakyat atau penduduk dan “gfrafien” yang berarti menulis. Jadi
demografi adalah tulisan tulisan atau karangan karangan mengenai rakyat dan
penduduk.
2. Berdasarkan objek yang dipelajari , Boque (1969) dalam bukunya “principles of
demography” mendefinisikan demografi sebagai ilmu yang mempelajari statistic dan
matematik tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan
perubahannya sepanjang masa melaluibekerjanya 5 komponen demography yaitu
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
(Lembaga

Demografi

FE

UI,

2004:1).

Dalam


Mantra

(2003:2), disebutkan bahwa Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959)
menyatakan “demography is the study of size, territorial distribution and composition
of population, changes there in and the components of such changes with maybe
identified as natality, territorial movement (migration), and social mobility (changes
of state)
3. Tentang penduduk, Menurut UU No. 1992 penduduk merupakan orang yang dalam
mantranya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada
waktu tertentu (Mantra, 2003:3)
4. Pengertian kemiskinan ada bermacam-macam, namun dalam rangka penanggulangan
kemiskinan yang komprehensif dan terpadu harus ada kesepakatan pemahaman
semua pihak penyelenggara agar targeting yang dilaksanakan tepat sasaran baik target

Adi’s document (unair)

penduduk miskin maupun program yang dilaksanakan. Pengertian kemiskinan yang
perlu diketahui dan dipahami adalah sebagai berikut :
Kriteria BPS, kemiskinan adalah suatu kondisi seseorang yang hanya dapat

memenuhi makanannya kurang dari 2.100 kalori per kapita per hari.
Kiteria BKKBN, kemiskinan adalah keluarga miskin pra sejahtera apabila :
1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya.
2) Seluruh anggota keluarga tidak mampu makan dua kali sehari.
3) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah,
bekerja atau sekolah dan bepergian.
4) Bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.
5) Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
Kriteria Bank Dunia, kemiskinan adalah keadaan tidak tercapainya kehidupan
yang layak dengan penghasilan USD 1,00 per hari.
5. Undang – undang RI No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan pasal 33
yaitu :
1. Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana
paling lambat tiga puluh hari sejak lahir mati.
2. Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat
Keterangan Lahir Mati.
6. Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang tahun 2008 tentang kesehatan ibu,
bayi baru lahir dan anak (KIBBLA) pasal 1 No. 5 :
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak yang selanjutnya disingkat KIBBLA
adalah paket pelayanan terpadu dengan memfokuskan pada intervensi yang terbukti

berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi serta Anak.
7. Teori prangkap penduduk dari Malthus
Pada tahun 1798 Reverend Thomas Malthus mengemukaan teorinya tentang
hubungan antara pertumbuhan penduuduk dan pembangunan ekonomi dalam yang
berjudul Essay on the principle of population ia melukiskan konsep hasil yang
menurun (concept of diminishing returns). Malthus menjelaskan kecenderungan

Adi’s document (unair)

umum penduduk suatu negara untuk tumbuh menurut deret ukur yang menjadi dua
kali lipat setiap 30 – 40 tahun. Sementara itu pada saat yang sama, karena hasil yang
menurun dari faktor produksi tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret
hitung.
8. Kemiskinan dan arah kebijakan pembangunan.
Menurut Moeljarto Tjokrowinoto (1999), Keadaan kemiskinan pada umumnya diukur
dengan tingkat pendapatan dan dapat dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Selain itu, berdasarkan pola waktunya kemiskinan dapat
dibedakan menjadi: persistent poverty, cyclical poverty, seasonal poverty, serta
accidenal poverty.
Menurut Sumitro Maskun (1997) kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh

rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya derajat kesehatan, terbatasnya lapangan
kerja dan kondisi keterisolasian, motivatsi, dan kesadaran untuk lepas dari
kungkungan kemiskinan yang menghimpit.
9. Angka kematian ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan penduduk. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematianyang berhubungan dengan adanya gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Adi’s document (unair)

IV.
IV.1

PEMBAHASAN
Fenomena dan faktor tingginya kematian bayi dan anak.

Usia harapan hidup mungkin bisa dijadikan faktor untuk memperhitungkan keadaan kesehatan

pada penduduk. Tapi ada indicator lain yang menjadi berhatian besar yaitu jumlah kematian
anak, terutama bayi. Yang dapat dilihaat kerentanan seorang anak untuk lebih mudah terserang
penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat.
Keadaan kemisikinan penduduk akan mengakibatkan pemenuhan hidup bayi dan anak yang
dilahirkan oleh penduduk miskin. Tidak memiliki kesempatan yang lebih layak untuk mendapat
asupan gizi, makanan dan pelayanan kesehatan yang optimal.
Faktor bayi yang berpengaruh terhadap kematian bayi adalah nilai APGAR, sedangkan faktor
pelayanan adalah pelayanan antenatal. Apabila faktor – faktor tersebut dapat dikontrol dengan
baik maka untuk menurunkan anngka kematian bayi dengan relative cepat.
Faktor lain adalah ibu yang berpengaruh terhadap kematian bayi antara lain usia ibu ketika
melahirkan dan paritas. Ketidak pahaman serang wanita tentang batasan umur aman untuk hamil
dan melahirkan bayi masih bayak dikalana penduduk yang menengah ke bawah. Usia yang
melebihi keamanan untuk mmiliki anak bukan hal dipertimbangkan dengan baik. Bisa saja faktor
culture dan anggapan lama kehidupan masyarakat. Lalu kesadaran mengikuti keluarga
berencana.
Kematian anak bukan terjadi hanya pada tahun pertama, namun juga cukup banyak terjadi pada
minggu atau bahkan hari-hari pertama kehidupan mereka. Artinya kita harus memperbaiki
kualitas layanan kesehatan ibu dan anak, khususnya sepanjang kehamilan dan segera setelah
persalinan. Jika mereka bertahan hidup selama masa tersebut, risiko terbesar yang mereka hadapi
adalah infeksi saluran pernafasan akut dan diare. Keduanya dapat disembuhkan jika penanganan

dini dilakukan. Namun secara keseluruhan kesehatan anak-anak sangat terkait dengan kesehatan
ibu mereka.
Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam
menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk
secara umum. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat

Adi’s document (unair)

setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Dan faktor – faktor yang
mempengaruhi kematian bayi dalam kategori yang dilihat oleh BPS adalah
a. Sarana pelayanan kesehatan
Buruknya pelayanan kesehatan menjadi koreksi tersendiri untuk pemerintah sebagai
bentuk pemerataan pembangunan.
b. Tenaga medis
Mencari atau juga membentuk tenaga medis yang mempunyai kompetensi tinggi angat
susah. Klasfikasi dan lulusan pendidikan ini juga menentuka bagaimana tenaga medis
menangani pasien.
c. Asupan gizi
Untuk memeiliki tubuh yang sehat maka seharusnya asupan gizi dalam tubuh harus

memadai. Mulai anak dalam kandungan sampai dengan terlahir kedunia asupan gizinya
haruslah diperhatikan,karena salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kematian bayi
adalah gizi buruk.
d. Lingkungan
Yang dimaksud dengan pencemaran adalah suatu proses yang terjadi dalam lingkungan
yang sifatnya membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan halhal yang berhubungan dengan ini, yang dihasilkan oleh tingkah laku manusia
(Sukarni,Mariyati.1989:71). Pencemaran dibedakan atas 3 macam pencemaran:
pencemaran udara ( air pollution), pencemaran air (water pollution), pencemaran tanah
(soil pollution)
IV.2
Fenomena dan faktor tingginya kematian ibu.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini.
Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yaitu pendarahan,
keracunan kehamilan yang disertai kejang – kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih
ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu
baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik,
kebijakan juga berpengaruh. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah
ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap
ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah
peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari
masyarakat.

Adi’s document (unair)
Distribusi persentasi penyebab ibu kematian
ibu dalam melahirkan
penyebab
persentase
1
pendarahan
28%
2
eklamasia
24%
3
infeksi
11%
komp. masa
4
peurpureum
8%
5 p. lama / macet
5%
6
abortus
5%
7
emboli obst
3%
8
lain lain
11%

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan
data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan,
hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen), anemia dan
kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan
dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit
seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara
kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup
setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan
darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.
(WHO).
Persentase tertinggi kedua eklamsia (24 persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena
kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak
kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah
diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase tertinggi
ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11 persen).
Penyebab tingginya tingkat kematian ibu di Indonesia lainnya adalah budaya patriaki yang masih
kental. Perempuan tidak memiliki kendali penuh atas dirinya. ”Seringkali perempuan tidak
berkuasa kapan dia harus mengandung. Padahal disaat itu mungkin hamil berbahaya bagi dia,”

Adi’s document (unair)

ujarnya. Kemudian, tambahnya disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnyaakses
terhadap informasi, tingginya peranan dukun dan terbatasnya layanan medis modern.
IV.3

Angka kematian ibu (AKI)

AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang
terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (20032007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil
SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada Gambar 3.5 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak tahun 1994
sampai dengan tahun 2007.

Seorang perempuan yang memutuskan untuk mempunyai empat anak memiliki kemungkinan
meninggal akibat kehamilannya sebesar 1,2%. Angka tersebut bisa jauh lebih tinggi, terutama di
daerah-daerah yang lebih miskin dan terpencil. Satu survei di Ciamis, Jawa Barat, misalnya,
menunjukkan bahwa rasio tersebut adalah 561¹⁷.
Data selanjutnya Sekitar 60% persalinan di Indonesia berlangsung di rumah. Dalam kasus seperti
ini, para ibu memerlukan bantuan seorang ”tenaga persalinan terlatih”. Untungnya banyak
perempuan yang mendapatkan bantuan tersebut. Seperti tampak pada Gambar 5.2, pada 2007

Adi’s document (unair)

proporsi persalinan yang dibantu oleh tenaga persalinan terlatih, baik staf rumah sakit, pusat
kesehatan ataupun bidan desa, telah mencapai 73%. Sekali lagi angka ini sangat bervariasi di
seluruh Indonesia, mulai dari 39% di Gorontalo dan hingga 98% di Jakarta.

Mengapa banyak keluarga lebih memilih tenaga tradisional?
Karena berbagai alasan. Salah satunya, biasanya lebih murah dan dapat dibayar dengan beras
atau barang-barang lain. Keluarga juga lebih nyaman dengan seseorang yang mereka kenal dan
percaya. Mereka yakin bahwa tenaga persalinan tradisional akan lebih mudah ditemukan dan
beranggapan bahwa mereka bisa lebih memberikan perawatan pribadi. Dalam kasus-kasus
persalinan normal, ini mungkin benar. Namun jika ada komplikasi, tenaga persalinan tradisional
mungkin tidak akan dapat mengatasi dan mungkin akan segan untuk meminta bantuan bidan
desa.
Hal ini dapat mengakibatkan penundaan yang membahayakan jiwa karena tidak secepatnya
memperoleh perawatan kebidanan darurat di pusat kesehatan atau rumah sakit. Keterlambatan
dapat juga terjadi karena kesulitan dan biaya transportasi, khususnya di daerah-daerah yang lebih
terpencil. Kenyataannya, perempuan mana pun dapat mengalami komplikasi kehamilan, kaya
maupun miskin, di perkotaan atau di perdesaan, tidak peduli apakah sehat atau cukup gizi. Ini
artinya kita harus memperlakukan setiap persalinan sebagai satu potensi keadaan darurat yang
mungkin memerlukan perhatian di sebuah pusat kesehatan atau rumah sakit, untuk penanganan
cepat. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa sekitar separuh dari kematian ibu dapat
dicegah oleh bidan terampil, sementara separuhnya lainnya tidak dapat diselamatkan akibat tidak
adanya perawatan yang tepat dengan fasilitas medis yang memadai
IV.4

Prediksi Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) hingga tahun 2025

Adi’s document (unair)

Gambar berikut menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai
dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran
Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran
Hidup.

IV.5

Angka Kematian bayi dan anak

Penyebab kematian bayi dan anak yang dijelaskan diatas mempuntyai persentase yang besar
untuk menyumbang kematian bayi misalnya tahun 2007, anak-anak yang menerima imunisasi
difteri, batuk rejan dan tipus adalah 84.4% 12, meskipun hanya separuh dari mereka yang
menerima imunisasi lengkap. Selain itu 82% anak-anak menerima imunisasi Tubercolosis
(TBC), dan 80% imunisasi hepatitis. Namun ini harus menjadi satu proses berkesinambungan.
Hal yang mencemaskan adalah turunnya angka imunisasi terhadap polio dan campak Jerman
(rubella), yaitu dari sekitar 74% beberapa tahun lalu menjadi 70%. Campak juga menjadi
kekhawatiran karena angka imunisasi hanya 72% untuk bayi dan 82% untuk anak hingga 23
bulan, sementara target pemerintah adalah 90%. Diperkirakan 30.000 anak meninggal setiap
tahun karena komplikasi campak13 dan baru-baru ini ada beberapa KLB (kejadian luar biasa)
polio dimana 303 menjadi lumpuh.

Perkembangan kematian anak dan bayi di Indonesia.

Adi’s document (unair)

Kesehatan anak Indonesia terus membaik yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian
balita, bayi maupun neonatal. Angka kematian balita menurun dari 97 pada tahun 1991 menjadi
44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI). Begitu pula dengan angka kematian bayi
menurun dari 68 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada periode yang sama. Angka kematian
neonatal juga menurun walaupun relatif lebih lambat, yaitu dari 32 menjadi 19 kematian per
1.000 kelahiran hidup (Gambar 4.1).
Kematian balita dan bayi. Pada tahun 1960, angka kematian bayi (AKB) masih sangat tinggi

yaitu 216 per 1.000 kelahiran hidup. Dari tahun ke tahun, AKB ini cenderung membaik sebagai
dampak positif dari pelaksanaan berbagai program di sektor kesehatan. Pada tahun 1992 AKB
tercatat 68 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian menurun menjadi 57 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 1994, turun lagi menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997, dan pada
tahun 2002-2003 penurunannya sudah mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003).
Menurut proyeksi BPS (BPS-UNDP-Bappenas, 2005), pada tahun 2003 angka AKB terus
membaik hingga mencapai 33,9 per 1.000 kelahiran hidup. Dengan kecenderungan
perkembangan pencapaian AKB secara nasional seperti ini, pencapaian target MDGs pada tahun
2015 diperkirakan sudah akan tercapai pada tahun 2013. Sementara itu, angka kematian balita
(AKBA) juga menunjukkan perkembangan yang membaik. Jika pada tahun 1992 AKBA masih
berada pada angka 97 per 1.000 kelahiran hidup, maka pada tahun 1994 angka ini telah turun
menjadi 81 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003 AKBA sudah mencapai angka 46
dan tahun 2005 mencapai 40 per 1.000 per kelahiran hidup. Artinya, sepanjang dekade 1990-an
telah terjadi perbaikan rata-rata 7 persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar
4 persen per tahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai dan melampaui target yang
ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC) yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup.

Adi’s document (unair)

Penurunan AKBA dalam kurun waktu tahun 1992 (SDKI) sampai 2005 (Supas) lebih cepat
dibandingkan penurunan AKB dalam kurun waktu yang sama. Penurunan AKBA mencapai 57
kematian per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan kecepatan penurunan AKB hanya mencapai 35
kematian per 1.000 kelahiran hidup (lihat Gambar 4.2). Ini menunjukkan bahwa resiko kematian
kelahiran bayi lahir lebih besar ketimbang resiko kematian hingga usia balita. Pada tahun 2004,
BPS memperkirakan AKB dapat mencapai 33,9 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sementara
AKBA dapat mencapai 40,9 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Kesenjangan angka kematian bayi antarprovinsi pada tahun 2005 masih cukup besar. AKB
tertinggi di Nusa Tenggara Barat(66), disusul Gorontalo(50), Nusa Tenggara Timur(46), dan
Sulawesi Tengah(42).

Adi’s document (unair)

V.

DAFTAR ISI

Reverend Thomas Malthus Essay on the principle of population.

1978

Daftar Pustaka Profil Kesehatan Indonesia, 2010 SDKI, 2007 BPS, 2008
Sumber: sdki 2010 angka kematian ibu dan bayi di indonesia | ktiskripsi.com
STRATEGI AKSELERASI PENCAPAIAN TARGET MDGs 2015 Peta Pencapaian MDGs
Targets di Indonesia Saat Ini (Millenium Development Goals)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2008 TENTANG
KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA)
WAPRES: KEMISKINAN KELUARGA MUSUH UTAMA ANAK Kamis, 28 Juli 2011 ISSU
DAN KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI MASALAH KEPENDUDUKAN DI
NTT Nopember 2011 Jack Koshan Narotama
Arief, Sritua. 1977. Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi, Disparitas Pendapatan dan Kemiskinan
Massal. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan.

Badan Pusat Statistik, 2009. Penduduk Miskin (PoorPopulation). Berita Resmi Statistis
Penduduk Miskin No.04/Th.II/July, Jakarta:CBS.
Suharto, Edi dkk. 2002, Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Keluarga Miskin di
Indonesia, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan (LSP) STKS
http://www.waspada.co.id/index.
http://emperordeva.wordpress.com/about/pemberdayaan-masyarakat-miskin-di-era-otonomidaerah-2/

Lampiran data.

Adi’s document (unair)

Adi’s document (unair)