IMAN KUNCI TERKABULNYA SEBUAH DOA TINJAU

IMAN: KUNCI TERKABULNYA SEBUAH DOA
(TINJAUAN TENTANG DOA DARI SUDUT PANDANG GERAKAN IMAN)
Oleh :
Giamyati Tedjaseputra

I.

PENDAHULUAN

Doa adalah penghubung antara Allah dengan umatNya. Tujuan doa ada
bermacam-macam, namun seharusnya berfokus pada Tuhan, sebagai yang ditinggikan
dan dipuji. Namun seringkali doa mempunyai fungsi yang kurang tepat, yaitu sebagai
sarana pemenuhan keinginan manusia. Fungsi doa sudah bukan lagi berpusat kepada
Allah (Teosentris), dan sebagai suatu sarana komunikasi antara Allah dengan
umatNya, melainkan berpusat pada manusia (antroposentris) dan doa menjadi sarana
pemenuhan keinginan manusia. Doa sudah bukan lagi menjadi suatu sarana
komunikasi yang akrab antara Allah dengan umatNya, namun menjadi sarana
pemaksaaan kehendak manusia.
Gerakan yang berfokus pada pemenuhan kehendak manusia ini menekankan
pada iman. Gerakan ini dinamakan sebagai gerakan iman1. Mereka menekankan iman
sebagai senjata ampuh memperoleh segala yang diinginkan. Iman merupakan kunci

jawaban doa. Iman menjadi jaminan suatu pengabulan doa. Apabila tidak memperoleh
yang diinginkan, berarti kurangnya iman atau ada suatu dosa. Mereka percaya bahwa
pada dasarnya manusia mempunyai kuasa untuk memperoleh apa yang diinginkannya.
Manusia dalam rencana Allah adalah manusia yang hidup sukses dan berkelimpahan.
Itu bisa dicapai dengan iman dengan permintaan doa.
Banyak orang yang percaya dengan prinsip-prinsip pengabulan doa oleh iman
itu, namun hal itu merupakan sesuatu yang menyesatkan. Kepercayaan dari gerakan
iman ini membawa orang pada kepercayaan yang tidak benar, terutama karena
berdasar pada suatu pengertian teologis yang tidak Alkitabiah. Mereka mendefinisikan
1

Istilah ini digunakan oleh Hank Hanegraaff dalam ‘Christianity in Crisis’ untuk
menggambarkan sekelompok tokoh-tokoh Kristen yang mempunyai kepercayaan yang hampir sama,
yaitu menekankan kuasa iman.

sendiri posisi manusia dihadapan Allah, mereka memakai prinsip-prinsip kesuksesan
secara materi. Memang seolah mereka didukung oleh ayat-ayat Alkitab, namun
mereka mencari potongan-potongan ayat Alkitab yang dimanipulasi

untuk


mendukung kepentingan mereka.
Gerakan ini lebih banyak memberikan pengaruh yang negatif bagi umat
Tuhan. Mereka mengajarkan suatu optimisme buta yang bertujuan bagi pemenuhan
ego manusiawi. Segala permintaan doa pasti dan harus terjadi, karena manusia punya
kuasa untuk meperoleh itu. Jadi apabila tidak mendapat, maka itu berarti kurangnya
iman dan kepercayaan pada Tuhan dan diri sendiri. Dengan demikian kepercayaan ini
justru menjatuhkan banyak iman umat Tuhan. Karena tidak mendapat yang
diinginkan, maka orang akan merasa tidak puas dengan dirinya. Ia akan merasa
sebagai orang yang gagal karena kurang iman, dan pada sisi lain, menempatkan Tuhan
pada posisi sebagai Tuhan yang membeda-bedakan. Dampak ini sangat tidak baik
bagi kehidupan umat Tuhan.
Secara tidak langsung, besar pengaruh gerakan ini bagi kehidupan orang
percaya. Secara sadar atau tidak sadar, pengaruh gerakan ini sangat mempengaruhi
gereja-gereja dan orang-orang percaya di Indonesia. Pengajaran mereka begitu
optimis, positif dan menarik, memberikan pengharapan-pengharapan semu bagi
orang-orang percaya. Berdasarkan inilah maka tulisan ini dibuat. Yang ingin dicapai
dari penulisan ini adalah mempelajari dan menganalisa gerakan iman yang
mengajarkan bahwa iman adalah kunci terkabulnya sebuah doa. Akan diketengahkan
pengenalan tentang apakan gerakan iman dan apa yang mereka percayai. Baru setelah

itu dianalisa kebenaran kepercayaan mereka dalam terang kebenaran dan pengajaran
Firman Tuhan dan Doktrin yang benar.
II.

GERAKAN IMAN

Para penganut gerakan iman mempunyai sikap optimisme atas apa saja yang
mereka kehendaki. Mereka menyatakan diri mempunyai kuasa yang besar
berdasarkan iman untuk memperoleh apa saja yang mereka minta dan ingini. Doa
merupakan sarana untuk memperoleh apa yang diinginkan itu. Keinginan yang
mereka maksud adalah lebih bersifat materi dan kenyamanan hidup. Bagi mereka,

Tuhan mempunyai rencana kesuksesan bagi umatNya 2, “ Yesus dikirim oleh Allah
untuk melepaskan manusia dari kegagalan dan menyebabkan kesuksesan bagi anda.”3
Penekanannya adalah pada kesuksesan yang bersifat materi, disini dan kini, dan
bukan pada kehidupan kekal dan yang bersifat rohani. Mereka memutar balikkan
kebenaran dan dipakai sebagai sarana penghiburan.
Ada hal-hal penting yang mendasari kepercayaan dan tindakan mereka adalah
sebagai berikut:
A. Sikap terhadap posisi manusia.

Mereka meletakkan posisi manusia setara dengan Tuhan.

Manusia

mempunyai kuasa seperti Tuhan, bahwa tujuan Tuhan menjadikan manusia adalah
untuk menjadi setara dengan dirinya.
Tujuan Tuhan menjadikan manusia adalah untuk menghasilkan dirinya sendiri4
Manusia adalah allah, dia adalah allah-allah kecil5 yang berjalan-jalan dan hidup
di dunia. Manusia mempunyai kesetaraan dan kesamaan dengan Allah. Ia tidak di
bawah Allah, namun mempunyai hak khusus karena Allah menjadikannya bukan
sekedar sebagai ciptaan yang tunduk kepada sang Pencipta, namun diciptakan
untuk menjadi dirinya.
Sebagai manusia yang sama dan setara dengan Allah, maka ia juga
mempunyai kekuatan dan kuasa seperti Allah. Ia bisa mewujudkan apa yang ia
maui dan kehendaki. Ia tidak perlu mempertanyakan boleh atau tidak, melainkan
ia hanya perlu meminta dan menyatakan kehendaknya. Itu dapat dilakukan karena
ia adalah sama dan setara dengan Allah.
Pada posisi lain, mereka menyatakan bahwa Allah adalah suatu kekuatan yang
ada dalam diri manusia yang disebut sebagai dimensi keempat 6. Kekuatan Allah
yang ada dalam diri manusia ini dapat melakukan apa saja yang ia maui dan

kehendaki. Ini juga adalah posisi dari para “pemikir positif” 7 yang menekankan
bagaimana membangkitkan kekuatan dari dalam diri manusia dengan cara berpikir
positif. Bagaimana berpikir positif dapat mencapai keberhasilan, termasuk dalam
2

Kebanyakan pengikut gerakan iman ini adalah penganut Teologi Kesuksesan atau Teologi
Kemakmuran.
3
Tilton, Robert. God’s Laws of Success ( Dallas: Word of Faith , 1985) 3.
4
“The eternal purpose of God has been through the ages… that He is duplicating Himself in
the earth” menurut John Avanzini yang dikutip dari buku Hanegraaff, Christianity on Crisis (Eugene:
Harvest House, 1993) 108.
5
Pengertian allah-allah kecil ini berbeda dengan pengertian ‘mirip Allah’, namun adalah allahallah itu sendiri.
6
Istilah yang dipakai oleh Paul Yonggi Cho.
7
Pemikir positif seperti N.V Peale dan R. Schuller.


hal pengabulan doa. Dengan kekuatan berpikir positif, maka apa yang diinginkan
dan dikehendaki dapat terjadi. Memang ada perbedaan antara Cho dan Peale.
Kalau Cho, masih menganggap bahwa Allah dengan kuasanya yang bekerja dalam
diri manusia, memberikan apa yang diminta manusia, namun Peale lebih
menekankan pada kemauan dan kekuatan yang ada dalam diri manusia itu sendiri.
Nampaknya Peale tidak menekankan doa atau hubungan dengan Allah, namun
berfokus pada kekuatan yang ada dalam diri manusia.
Walaupun ketiganya8 mempunyai pandangan yang agak berbeda, namun
mempunyai kesamaan, yaitu posisi manusia yang mempunyai kuasa. Sehingga
dengan demikian, sebagai manusia yang berkuasa, ia berhak dan mampu
mendapatkan apa saja yang ia inginkan dan kehendaki. Apabila

mereka

menyatakannya dalam doa, mereka mempunyai kepastian bahwa apa yang mereka
minta, pasti diberi dan dikabulkan. Jawaban doa bagi mereka pasti positif.
B. Sikap terhadap iman.
Sesuai dengan nama mereka, mereka begitu menekankan pentingnya iman.
Iman adalah segalanya dalam mewujudkan apa yang mereka maui dan kehendaki.
Menurut mereka, iman adalah sebuah kekuatan. Bahkan lebih jauh lagi, Kenneth

Copeland, seorang tokoh gerakan iman menyatakan bahwa “iman adalah sumber
kekuatan Tuhan.”9. Iman ini mempunyai wadah, yaitu kata-kata. Charles Capps
menyatakan bahwa “Tuhan tidak membuat dunia ini tanpa apa-apa. Ia
membuatnya dari sesuatu, yaitu iman. Ia menggunakan kata-katanya sebagai alat
dari iman itu.”10 Iman adalah sebuah kekuatan yang dapat mewujudkan kuasa
Tuhan sebagai suatu kenyataan. Dengan iman, segala yang dikehendaki dan
dimaui dapat terwujud, karena iman itu sendiri adalah sebuah kukuatan.
Untuk mewujudkan iman menjadi kenyataan Hagin menyatakan apa yang
disebut sebagai formula iman. Hagin mengklaim bahwa ia memperoleh formula
ini dari Yesus sendiri yang datang sendiri dihadapannya. 11 Formula ini terdiri dari
empat langkah, yaitu: (1) Katakanlah: maka engkau akan mendapatkannya. (2)
Lakukanlah: apa yang engkau lakukan menentukan terwujudnya keinginanmu itu.

8

Yang dimaksud adalah mereka yang percaya bahwa mereka adalah allah itu sendiri, allah
yang ada dalam diri dan yang menekankan pada kekuatan berpikir positif.
9
Dikutip oleh Hanegraaff, Christianity 65 dari buku Copeland: Freedom From Fear, 11-12
10

Dikutip oleh Hanegraff, Christianity 68 dari buku Capps: Authority in Three Worlds, 24
11
Dikutip oleh Hanegraaff, Christianity 75, dari buku Hagin: How to Write Your Own Ticket
with God, 3

(3) Terimalah: iman merupakan saluran berkat surgawi, maka engkau akan
menerimanya langsung. (4) Katakan pada orang lain, agar mereka juga percaya.12
Penganut gerakan iman begitu optimisnya bahwa apa saja yang mereka minta,
perlu mereka katakan dan mengklaimnya (Name it and Claim it). Dalam doa,
mereka akan sangat optimis bahwa apa saja yang mereka minta, mereka inginkan,
mereka kehendaki, mereka harus nyatakan dan mengklaim dengan iman bahwa
mereka telah mendapatkannya. Kadang mereka harus mengucapkannya berulangulang dengan keyakinan penuh, dengan iman yang mereka percayai mempunyai
kuasa. Maka mereka percaya mereka akan memperolehnya. Apabila mereka
belum mendapatkannya, itu adalah karena mereka iman mereka kurang. Mereka
harus mempunyai iman yang kuat untuk memperolahnya. Sering mereka mengutip
Mark.11:23, yang menyatakan bahwa hanya dengan iman yang kuat dan tidak
ragu-ragu, mereka mampu memindahkan gunung. Iman dapat melakukan hal-hal
besar, namun dalam hal ini bagi kepentingan mereka sendiri.
C. Sikap terhadap kekayaan.
Makalah Sahabat Awam menyatakan bahwa Teologi Sukses menekankan

bahwa: “Allah kita adalah Allah yang mahabesar dan penuh berkat dan manusia
yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula, kaya,
sukses dan berkelimpahan (materi).”13 Mereka menggambarkan orang percaya
sebagai anak-anak dari Raja yang empunya dunia dan isinya, maka, adalah hak
sang anak untuk memperoleh kekayaan Bapanya. Dari pihak Bapa, adalah tujuan
dan kerinduannya untuk memberikan kesuksesan dan kekayaan yang berlimpah
kepada anak-anakNya. Seperti pengakuan iman yang dinyatakan oleh Moris
Cerullo:”Sebagai anak Allah aku percaya bahwa aku berhak atas janji-janji yang
telah disebutkan dalam Firman Allah. Aku tidak akan mendapatkan yang nomor
dua dari yang terbaik bagi roh, pikiran, tubuh maupun keuanganku. Adalah
kesukaan besar bagi Bapaku untuk memberikan kerajaan padaku dan aku akan
menerima semuanya tanpa satupun yang tertinggal.”14 Dari pernyataan mereka,
nampak jelas bahwa mereka begitu menekankan berkat materi. Kekayaan dan
kesuksesan adalah tujuan Tuhan bagi manusia.

12

Keempat langkah ini dikenal sebagai :Say it, Do it, Receive it and Tell it”, dikutip dari buku
Hanegraaff, Christianity 75
13

Makalah Sahabat Awam no 16, Teologia Sukses, 1
14
Cerullo, Jalan Kecil Menuju Hidup Berkelimpahan. 68

Bahkan mereka memutar balikkan Alkitab dan menggunakannya untuk
kepentingan diri mereka. John Avanzi menyatakan bahwa Yesus bukan orang
miskin. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang berhasil. 15 Oleh karena itu sebagai
pengikut Yesus, kita hendaknya juga seperti Dia. Kalau Dia sukses dan kaya,
maka para pengikutnya yang menamakan diri Kristen haruslah meneladani Dia.
Oral Roberts pernah menuliskan buku yang berjudul: “How I Learned Jesus Was
Not Poor.” Mereka menginterpretasikan Alkitab dengan cara mereka sendiri
sehingga mendukung apa yang mereka ajarkan.
Kebanyakan dari mereka juga mengajarkan: “Have a need, plant a seed.” 16.
Apabila mempunyai kebutuhan atau keinginan17, maka perlu menanamkan benih
iman. Benih iman disini yang dimaksud adalah memberi kepada Tuhan dalam
bentuk persembahan-persembahan kepada para ‘hamba Tuhan’. Dengan begitu
maka Tuhan akan memberkati. Mereka memakai ayat Maleakhi 3:10. 18 untuk
kepentingan ‘pelayanan’ mereka. Apabila mereka mempunyai kebutuhan, doakan
sambil memberi pada pelayanan dari Hamba Tuhan tertentu yang akan mendoakan
mereka, dimana mereka harus menggunakan iman bahwa mereka akan

memperolehnya. Untuk ini mereka juga mengutip Ibrani 11:1.19 Mereka harus
mengimani bahwa apa yang mereka inginkan itu akan menjadi kenyataan. Bahkan
Gloria Copeland juga memperkenalkan hukum ‘seratus kali lipat’, dimana ia
mengambil sebagian dari Markus 10:30: “orang itu sekarang pada masa ini juga
akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah… dan ladang”. Ia menyarankan
agar orang-orang memberi (padanya) $ 10, maka mereka akan menerima $ 1,000.
Memberi $ 1,000 maka akan menerima $ 100,000.20
Sebenarnya, banyak dari para guru gerakan iman ini yang memanfaatkan
dan menyesatkan orang-orang Kristen yang sebenarnya masih lemah dan belum
benar-benar memahami kebenaran Firman Tuhan. Patti Roberts, bekas menantu
Oral Roberts, pernah menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Oral Roberts
15

Hanegraaff, Christianity 187
ibid, 195
17
Kita dapat memahami bahwa banyak orang menyamakan antara kebutuhan dan keinginan,
apalagi kebutuhan di masa kini, bukan lagi hanya kebutuhan dasar lagi, tapi menjadi apa yang diingini.
Hanya terpaut garis tipis apa yang dimaksud dengan kebutuhan dan keinginan.
18
Mal.3:10 : “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta
alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat
kepadamu sampai berkelimpahan.”
19
Ibr.11:1: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.”
20
Hanegraaff, 199
16

dan keluarganya ada banyak kemiripan dengan Johann Tetzel 21. Mereka samasama menggunakan hal yang bersifat rohani demi kepentingan materi mereka
sendiri. Mereka begitu menyesatkan dan

menipu orang Kristen dengan

memberikan pengharapan dan janji-janji palsu. Akibatnya sangat parah, dimana
orang-orang itu bukan hanya kehilangan harta mereka, namun juga kehilangan
iman mereka pada Tuhan. Mereka mengajarkan bahwa sebagai anak-anak Tuhan,
maka sesungguhnya mereka mempunyai keyakinan penuh bahwa apa saja yang
mereka minta dapat berhasil, walau dengan sebuah pengorbanan ‘kecil’22
D. Sikap terhadap penyakit.
Ayat Alkitab yang menjadi pegangan bagi mereka adalah: Yes.53:4-5: “Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, … dan oleh bilur-bilurnya
kita menjadi sembuh.” Mereka percaya bahwa ketika Tuhan Yesus mati di kayu
salib 2000 tahun yang lalu, Ia telah menanggung segala sakit penyakit kita. Jadi
mereka yang percaya pada Tuhan Yesus tidak seharusnya mengalami sakit
penyakit. Seperti yang dinyatakan oleh Benny Hinn: “ Alkitab menyatakan bahwa
Yesus telah menyelesaikan pekerjaanNya 2000 tahun yang lalu. Tuhan tidak akan
menyembuhkan engkau sekarang. Ia telah menyembuhkan engkau 2000 tahun
yang lalu. Yang perlu engkau lalukan adalah menerima penyembuhan itu
sekarang, dengan iman.”23
Guru-guru gerakan iman ini mengajarkan bahwa sakit penyakit tidak akan
dialami oleh anak-anak Tuhan. Rencana Tuhan selalu indah dan baik bagi anakanakNya. Sebagai Bapa yang baik, tidak mungkin Ia merencanakan atau
membiarkan sakit penyakit menyerang anak-anakNya. Jadi, adalah hak anak-anak
Tuhan untuk mengklaim penyembuhan itu dari Tuhan. Jerry Savelle percaya
bahwa “Kesembuhan ilahi adalah sesuatu yang sebenarnya telah kita miliki dari
Tuhan. Apabila ada gejala sakit penyakit, itu berarti iblis berusaha mengambilnya
dari kita.”24 Jadi sakit penyakit itu memang tidak seharusnya dialami oleh anakanak Tuhan. Bila ada sakit penyakit, itu berarti ada dosa atau serangan iblis. Oleh
karena itu, harus disembuhkan dengan cara rohani dan ilahi. Implikasinya adalah
21

ibid, 195
pengorbanan kecil yang dimaksud adalah: (1) menanamkan benih iman yang akan
memberikan hasil seratus kali lipat. (2) membawa ke rumah Tuhan (gereja atau pelayanan hamba
Tuhan tertentu), maka Tuhan akan membuka tingkap-tingkap langit memberikan berkat. Pengorbanan
ini relatif kecil dibanding dengan hasil yang beratus-ratus kali dan berlimpah-limpah.
23
Dikutip oleh Hanegraaff, Christianity 242, dari buku Benny Hinn: Rise and be Healed.
24
Dikutip oleh Hanegraaff, Christianity 242-243, dari buku Jerry Savelle: If Satan Can’t Steal
Your Joy
22

bahwa bila anak Tuhan sakit, dari yang paling ringan (seperti flu, batuk,dll)
sampai yang sangat berat (seperti kanker, aids, dll), maka perlu berdoa dan
menyatakan hak kesembuhan ilahi, dengan iman, haruslah percaya bahwa mereka
pasti sembuh. Hal ini memang didukung dengan pengakuan-pengakuan dosa dan
pertobatan, agar bebas dari dosa dan ikatan iblis.
Kepercayaan ini sebetulnya sangat berbahaya. Pada beberapa kasus, ada
orang-orang yang divonis kanker ganas atau penyakit lain yang mematikan.
Namun, mereka mengklaim bahwa kesehatan adalah hak mereka. Maka dengan
berdoa secara giat, dan serius, mereka percaya dengan iman bahwa mereka
menerima kesembuhan ilahi. Mereka begitu mengimani itu sehingga tidak
memperdulikan lagi usaha pengobatan secara medis. Pada akhirnya, mereka harus
menerima kenyataan bahwa penyakit mereka tidak pernah disembuhkan, dan
akhirnya mereka harus mengakhiri hidup mereka akibat kepercayaan yang salah.
Pengajaran ini sungguh sangat berbahaya bagi kehidupan orang-orang percaya.
Kematian orang tersebut merupakan suatu kesiaa-siaan terhadap kehidupan.
Sesungguhnya, mereka harus mengusahakan agar kehidupan dapat berlangsung,
tanpa diam dengan pengharapan semu seperti itu. Begitu juga bagi orang yang
ditinggalkan. Bahayanya adalah bahwa mereka jadi undur iman dan meragukan
Tuhan.
III. EVALUASI TERHADAP GERAKAN IMAN TENTANG DOA
Gerakan iman ini begitu bersifat antroposentris. Mereka begitu memusatkan
seluruh perhatian terhadap manusia, tentang apa yang bisa didapat dari manusia
selama hidup di dunia ini. Tujuan hidup masing-masing manusia bukan lagi untuk
memuliakan Allah, melainkan kemuliaan diri sendiri. Tujuan hidup manusia seolah
adalah untuk kesuksesan dan kelimpahan hidup secara manusia.
Sikap mereka terhadap posisi manusia dan Allah adalah tidak Alkitabiah.
Kepercayaan mereka itu menurunkan derajat Allah pada posisi yang sejajar dengan
manusia atau tanpa disadari, bahkan menempatkan Allah lebih rendah lagi, yaitu
sebagai ‘alat’ pemenuh kebutuhan mereka. Dari sikap mereka, seolah mereka
memerintahkan Tuhan untuk menuruti kehendak kita. Dengan dasar ini seolah
mereka mempunyai hak dan kuasa memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
Kepercayaan ini telah memutar balikkan kenyataan. Manusia bukannya menghormati

Tuhan sebagai Sang Pencipta yang Mahakuasa, melainkan menghinanya dan
menjadikannya sebagai alat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Sesungguhnya, bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapaku
yang jadi. Tapi mereka seolah menyatakan bahwa kehendakkulah yang jadi. Dengan
iman pasti itu dapat terjadi. Jadi, penempatan posisi manusia yang salah inilah yang
membawa suatu optimisme tentang terkabulnya sebuah doa. Iman merupakan sarana
terwujudnya doa mereka menjadi kenyataan.
Mengenai sikap mereka terhadap iman, mereka menggunakan iman pada
kapasitas yang tidak seharusnya. Iman yang mereka maksud seolah adalah pemaksaan
kehendak pada Tuhan. Dengan iman semua yang diingini pasti tercapai. Ini erat
hubungannya dengan sikap mereka pada Tuhan. Mereka mengklaim hak-hak dan
janji-janji yang diberikan Tuhan pada anak-anakNya. Iman merupakan sarana
perwujudan janji-janji Allah25 itu. Apabila tidak terjadi itu berarti kurang iman. Ini
merupakan penyalahgunaan dan pemutar balikan kebenaran Firman Tuhan.
Mengenai sikap mereka terhadap kekayaan, mereka telah memutar balikkan
ayat-ayat firman Tuhan dan menginterpretasikan sekehendak mereka sendiri. Sikap
mereka dalam berdoa meminta semua itu begitu memaksakan. Jadi memang mereka
meminta segalanya seturut kehendak hati mereka dan mengklaim ayat-ayat tertentu
untuk mendukung apa yang mereka inginkan.
Apa yang mereka ajarkan ini benar-benar tidak sesuai dengan pengajaran
Alkitab secara keseluruhan. Tuhan Yesus banyak mengingatkan agar manusia tidak
serakah dan berhati-hati dalam hal kekayaan duniawi. Tuhan Yesus tidak menekankan
kekayaan duniawi kini dan disini, namun pada kekayaan rohani dan kehidupan yang
akan datang.
Mengenai sikap mereka terhadap penyakit, mereka menyatakan bahwa anakanak Tuhan tidak seharusnya menderita sakit penyakit dan hal-hal yang tidak enak,
karena Tuhan Yesus telah menanggung segala penderitaan dan sakit penyakit kita
ketika Ia mati di kayu salib. Dalam hal ini, mereka salah menafsirkan Yes 53:4-5
secara hurufiah saja. Mereka mengartikan penyakit yang ditanggung Yesus adalah
segala sakit penyakit fisik. Padahal yang dimaksud sesungguhnya adalah dosa dan
penyakit-penyakit rohani yang lain. Begitu juga kesembuhan yang terjadi pada umat
25

Mereka mengklaim janji-janji berkat dan hal-hal yang menguntungkan yang mereka ambil
dari Alkitab, tanpa melihat konteks yang sesungguhnya. Seperti janji kepada Abraham, bahwa sebagai
orang beriman Abraham diberkati Tuhan dengan kelimpahan kekayaan, jadi orang percaya dapat
mengklaim janji-janji itu.

Tuhan oleh bilur-bilur Tuhan Yesus, sesungguhnya tidak tepat kalau diartikan hanya
secara hurufiah. Kesembuhan kita adalah kesembuhan kerohanian kita, dimana Yesus
menanggungnya seluruh dosa-dosa kita. Sakit dan penyakit pasti ada selama manusia
hidup dalam tubuh yang fana ini, dan ini adalah realitas kehidupan.

IV. DOA YANG ALKITABIAH
Secara umum, doa didefinisikan sebagai komunikasi dengan Allah.
Sesungguhnya doa mempunyai makna yang lebih dalam lagi, bukan hanya sekedar
permohonan-permohonan bagi pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Doa haruslah
Teosentris26.Tuhanlah yang menjadi fokus perhatian kita, bukan diri kita, yang datang
dengan sejumlah daftar dari keinginan-keinginan yang harus dipenuhi. Didalam doa,
pertama-tama kita mencari Tuhan dan merindukan persekutuan dengannya, bukannya
mencari Dia untuk mendapatkan berkat-berkatnya. Doa yang hanya mencari Tuhan
bagi pemenuhan diri manusia sangatlah egois dan bersifat primitif. Tuhan mau kita
datang padaNya untuk mencari diriNya, menyatakn rasa cinta kita padaNya. Adalah
salah besar bila kita mempunyai agenda tertentu dan datang pada Tuhan meminta
Tuhan kabulkan permintaan-permintaan tersebut. Sikap seperti itu sama dengan
menjadikan Tuhan sebagai pembantu kita, tidak ubahnya seperti budak yang punya
kuasa supernatural27, yang harus melayani kebutuhan tuannnya. Sikap seorang anak
Tuhan datang pada BapaNya haruslah dengan sikap hormat, karena ia rindu datang
dan bersekutu dengan Bapa Surgawi serta mau menyatakan rasa terima kasih atas
kasih telah diberikan Bapa. Bukanlah sikap yang benar apabila si anak hanya datang
pada Bapa kalau ada keperluannya dan mendesak agar harus diberikan. Dalam
persekutuan dengan Bapa, memang kita perlu meminta pertolongan padaNya apabila
ada masalah-masalah dan persoalan-persoalan yang berat. Namun kita harus
mempunyai sikap tertentu:
1.

Percaya bahwa Bapa memberikan yang terbaik bagi anak-anakNya. Matius
7:7-11, menyatakan bahwa anak-anak Tuhan perlu juga meminta dan mencari.
Kita harus percaya bahwa pasti Bapa akan memberi, namun pemberian Bapa

26
27

Teo yang dimaksud disini adalah Allah Tritunggal, yang dikenal dalam kekristenan.
Seperti jin-jin dalam botol yang dapat diperintah seenaknya.

adalah yang terbaik bagi kita. Bapa dunia saja memberi yang baik bagi anakanaknya, apalagi Bapa Surgawi.
Jawaban doa Tuhan bagi anak-anakNya tidak selalu sama. Kadang Dia
langsung menjawab ya dan mengabulkan permohonaan kita dan menyelesaikan
masalah kita. Kadang pula Dia dengan jelas menjawab tidak. Kadang pula Dia
menjawab dengan tunggu. Kita harus bisa menerima apapun jawaban doa kita itu
karena jangan kita memaksakan jawaban yang harus ‘ya’. Kita harus bersikap
menerima apa saja jawaban doa kita, karena kita percaya itulah yang terbaik, yang
diberikan B apa bagi kita.
2. Jangan memaksakan kehendak. Optimisme dari penganut gerakan iman
menyatakan pemaksaaan kehendak mereka atas apa yang mereka inginkan.
Mereka begitu optimis dan bersemangat bahwa Tuhan pasti berikan apa yang
mereka minta karena Tuhan adalah kasih dan mereka punya hak untuk
memperoleh apa yang mereka minta. Hal ini adalah tidak benar, menurut Yakub
Susabda, karena sesungguhnya “pada saat nafsu ‘keinginan untuk mendapat apa
yang diinginkan’ menguasai hatinya, manusia tidak dapat berdoa.”28 Menurutnya,
tidaklah mungkin Allah mengabulkan doa yang keras dari pribadi yang telah
terjebak pada nafsu untuk mendapatkan keinginan hatinya saja. Allah yang baik
tidak mungkin memberikan apa yang pada akhirnya membawa kehancuran bagi
anakNya.
Anak Tuhan harus berhati-hati untuk tidak memaksakan kehendaknya itu,
karena penolakan dari Allah dapat diisi oleh iblis, yang mempunyai kemampuan
untuk memenuhi segala yang diinginkan manusia. (Mat.4:1-11) 29 Allah bisa
mengijinkan itu terjadi karena nafsu dan kekerasan hati manusia, namun pada
akhirnya mereka harus menanggung akibat dari apa yang mereka inginkan itu.30
3. Berdoa sebagai pelatihan, bukan sebagai pembuktian. 31 Seharusnya orang Kristen
berdoa karena memang ia membutuhkan persekutuan dengan Allah. Doa adalah
nafas kehidupan orang Kristen, dimana seharusnya orang Kristen tidak mungkin
dapat hidup tanpa berdoa. Ia harus berdoa senantiasa. Bukannya datang hanya
kalau ada yang diperlukan, dan serius serta bersungguh-sungguh untuk
28

Susabda, Yakub, Mengenal dan Bergaul dengan Allah (Batam: Gospel Press, 2002) 267
Ketika iblis mencobai Tuhan Yesus dengan penawaran yang sangat diinginkan manusia.
30
Susabda, Mengenal 268
31
Istilah ini dari Susabda yang membedakan ‘working out’ (untuk melatih) dengan ‘working
for’ (untuk membuktikan)
29

terkabulnya permintaannya itu. Doa haruslah sebagai pelatihan yang dilakukan
setiap saat.
V. KESIMPULAN
Penyalahgunaan dan sikap yang tidak benar sering terjadi disekitar kita.
Walaupun tidak semua orang mengakui sebagai pengikut gerakan iman, namun
seringkali ajaran-ajaran gerakan iman mempengaruhi banyak orang percaya.
Pengajaran ini sangat menarik karena seiring dengan semangat zaman yang
dipengaruhi oleh materialisme dan budaya postmodern yang sering tidak lagi
mengandalkan rasio, melainkan sebuah iman yang buta.
Gerakan iman mengandalkan iman sebagai kunci terkabulnya sebuah doa.
Mereka mempunyai suatu keyakinan dan optimisme bahwa apa saja yang mereka
inginkan pasti Tuhan beri, asal mereka punya iman. Hal ini begitu menyesatkan
pemikiran anak-anak Tuhan. Seharusnya mereka mengevaluasi diri dengan cara :
1. Mengakui siapa Allah yang sebenarnya dan siapakah manusia di hadapan
Allah. Mereka harus kembali pada tujuan hidup manusia, yaitu untuk
memuliakan Allah. Seharusnya kehidupan kita harus berfokus pada Allah,
sebuah kehidupan yang ditujukan bagi Allah. (I Kor.10:31). Doa maupun
segala perilaku kehidupan kita haruslah

bersifat Teosentris. Ini sangat

bertentangan dengan kepercayaan pengikut gerakan iman. Mereka begitu
antroposentris. Manusialah yang menjadi pusat alam semesta, termasuk surga
dan Allah. Doa dijadikan alat atau sarana komunikasi permohonanpermohonan bagi keinginan diri sendiri. Orang-orang percaya seharusnya
bersyukur, dapat mempunyai suatu komunikasi yang baik dengan Allah yang
Maha Kudus, tanpa harus merasa gentar. Dalam hal ini seharusnyalah kita
mendatangi Allah dalam doa dengan sikap hormat, bukan dengan sikap
seenaknya dengan memaksa Allah melakukan apa yang kita ingini. Kita harus
betul-betul sadar siapa kita di hadapan Allah dalam doa maupun dalam seluruh
aspek kehidupan kita.
2. Doa adalah komunikasi yang indah antara Bapa dengan anak-anakNya, bukan
dilakukan hanya apabila ada kebutuhan. Dikatakan bahwa doa adalah nafas
kehidupan. Paulus mengajarkan agar berdoa senantiasa (I Tes.5:17). Anakanak Tuhan yang mendapatkan kehormatan untuk datang pada Allah semesta
alam sebagai Bapa, seharusnya mensyukuri itu dan berusaha memanfaatkan

karunia untuk bersekutu dan berkomunikasi dengan Allah Bapa ini.
Seharusnya mereka datang bukan hanya bila ada perlunya saja, namun setiap
saat. Ini berbeda dengan pendekatan gerakan iman. Mereka dengan penuh
keyakinan datang pada Allah dan memaksakan kehendak mereka.
3. Allah mengabulkan doa sesuai dengan kehendakNya. Sebagai anak-anak
Tuhan, kita harus benar-benar percaya bahwa Bapa akan memberikan yang
terbaik bagi anak-anakNya. Terkabulnya sebuah doa adalah ditentukan oleh
kehendak Allah. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita, seperti yang
dilakuakn oleh penganut gerakan iman. Mereka berdoa sangat keras dan serius
demi tercapainya keinginan mereka. Sikap ini adalah berbahaya, karena
iblipun dapat memberikan apa yang diinginkan manusia. Terkabulnya sebuah
doa yang keras, belum tentu dari Allah. Jadi, lebih baik mempunyai sikap
percaya kepada Bapa yang akan memberikan yang terbaik bagi anak-anakNya.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa kepercayaan dari gerakan iman ini cukup
berbahaya dan penuh risiko. Sebagai anak Tuhan jangan pernah kita memaksakan
kehendak kita dalam doa-doa kita. Tuhan adalah Allah yang Maha Tahu, Dia tahu
yang terbaik bagi kita. Jangan menyalah gunakan iman bagi pemenuhan keinginan
diri sendiri saja, melainkan gunakan bagi kemuliaan Tuhan saja.

BIBLIOGRAPHY

Cerullo, Moris. Jalan Kecil Menuju Hidup Berkelimpahan: Ucapkanlah Doa
Yabes. Surabaya: Global Satellite Network Indonesia, 2004
Cho, Paul Yonggi. Berdoa Dengan Tuhan Yesus. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil
Immanuel, 1985

________ Doa: Kunci Ke arah Kebangunan Rohani. Jakarta: Yayasan Pekabaran
Injil Immanuel, 1987
Hagin, Kenneth E. Iman Yang Sejati. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel,
1989.
________ Rahasia Kekuatan Doa. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel,
1997
Hallesby, O. Prayer. London: Inter Varsity Fellowship, 1948
Hanegraaff, Hank. Christianity in Crisis. Eugene: Harvest House Publishers, 1993
Kelly, Douglas F & Caroline S. Jika Allah Sudah Tahu, Mengapa Masih Berdoa?
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
Makalah Sahabat Awam no 16, Teologi Sukses
Maris, Hans, Gerakan Kharismatik dan Gereja Kita. Surabaya: Momentum, 2004
Peale, Norman Vincent. Berpikir Positif: Kunci Sukses. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1992
Prince, Derek. Doa dan Puasa Untuk Menentukan Masa Depan. Jakarta: Yayasan
Pekabaran Injil Immanuel, 1995.
Susabda, Yakub B. Mengenal dan Bergaul dengan Allah. Batam: Gospel Press,
2002
Tilton, Robert. God’s Laws of Success. Dallas: Word of Faith Publications, 1983
Williamson, GI. The Shorter Catechism, vol 1. Phillipsburg: Presbyterian and
Reformed Publishing Co., 1970

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
II. GERAKAN IMAN
a. Sikap terhadap posisi manusia
b. Sikap terhadap iman
c. Sikap terhadap kekayaan
d. Sikap terhadap penyakit

III. HAL PENGABULAN DOA YANG ALKITABIAH
4. Jawaban Tuhan Atas Doa UmatNya
5. Menurut Kehendak Tuhan
IV. KESIMPULAN ................................................................................................... 15