Alat Pengiris Jagung Dengan Kontrol P

Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol I, No 2, Oktober 2013, 169-179

169

Alat Pengiris Jagung Dengan Kontrol P
Nanda Hardani1, Yulian Zetta Maulana2 dan Putri Madhona3
1,2,3

Teknik Elektronika, Politeknik Caltex Riau
Jl. Umban Sari No.1 Rumbai
Email: Nanda.hardani@yahoo.co.id

Abstrak
Alat pengiris jagung ini dirancang untuk membantu ibu rumah tangga dalam mengiris jagung untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam perancangan alat pengiris ini digunakan mikrokontroller
ATMega 8535 yang berperan sebagai komponen kendali utama P(Proportional) sekaligus pengendali
keseluruhan sistem. Pada alat ini terdapat 3 buah saklar selektor, dimana saklar selektor 1 untuk
kecepatan rendah, saklar selektor 2 untuk kecepatan sedang, dan saklar selektor 3 untuk kecepatan
tinggi. Pengendali P digunakan sebagai pengontrol kecepatan motor pengiris jagung untuk
mempertahankan kecepatan yang tetap sesuai set point yang telah diberikan pada setiap saklar. Input
sistem kendali P adalah sensor encoder yang menunjukkan nilai kecepatan putar motor pengiris. Sistem

kerja alat ini yaitu membedakan nilai set point pada setiap saklar dan membuat nilai kecepatan
mendekati set point dengan melakukan tuning parameter P yang tepat, dan nilai dari kecepatan motor
tersebut akan ditampilkan ke LCD(Liquid Crystal Display. Hasil irisan jagung bagus dan tidak hancur,
begitu juga dengan tongkol jagungnya. Pada sistem ini digunakan parameter Kp=0.3. Dan dari sistem
ini di peroleh rise time sebesar 0.6s dan settling time sebesar 1.2s untuk set point 1, untuk set point 2 rise
time sebesar 0.9s dan settling time sebesar 3.9s dan untuk set point 3 rise time sebesar 2.4s dan settling
time sebesar 3s. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasilnya bagus, tidak hancur, serta alat ini bisa berfungsi
dengan baik.
Kata kunci : Alat Pengiris Jagung, P controller, Mikrokontroller ATMEGA 8535, sensor encoder.

Abstract
The corn slicer tool was designed to help housewives. In this final project ATMega 8535 act as the
P(Proportional) controller. There are 3 switches. The first for low speed, the second for medium speed,
and the last for high speed. The P controller is used to keep the speed of the corn slicer motor in the
condition same with set point that is given by selector switch. The input for the P controller is an encoder
sensor that record the speed of the corn slicer. This system is used to differentiate input from selector
switch and keep the speed of the corn slicer based on set point value by tuning the P parameter. Then the
motor speed of the corn slicer is displayed on LCD(Liquid Crystal Display). The result of slicer is in a
good condition as well as the corn’s cob. In this system, the Kp parameter’s value is 0.3. From the first
mode, the rise time is 0.6s and the settling time is 1.2s for set point that is given from selector switch. The

second mode, the rise time is 0.9s and the settling time is 3.9s and for the last mode, the rise time is 2.4s
and the settling time is 3s. So we can conclude that the result is good, not destroyed, and this tool can
function properly.
Keywords: The corn slicer, P controller, microcontroller ATMega 8535, encoder sensor.

1

Pendahuluan

Di Indonesia, jagung merupakan salah satu makanan pangan terpenting kedua setelah
padi yang telah dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Berdasarkan urutan bahan makanan
pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi (Aditya Chandra dan
Wardiyanto,2011). Selain sebagai bahan makan pokok masyarakat, jagung juga dapat diolah
menjadi makanan kecil, dan lain-lain.
Pengirisan jagung pada industri rumah tangga dan industri kecil sebagian besar
dilakukan dengan tenaga manusia (manual) sehingga memerlukan proses yang lama dalam
mengiris jagung tersebut. Pada proyek akhir ini penulis akan merancang sebuah alat tepat guna
yaitu alat pengiris jagung yang mampu membantu masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga
untuk menghemat waktu saat mengiris jagung.


170

Nanda Hardani, Yulian Zetta Maulana, Putri Madona

Pada penelitian ini digunakan 3 buah saklar selektor, dimana saklar selektor 1 untuk
kecepatan rendah, saklar selektor 2 untuk kecepatan sedang, dan saklar selektor 3 untuk
kecepatan tinggi. Sedangkan untuk pengendali P nya sendiri digunakan sebagai pengontrol
kecepatan motor pengiris untuk menjaga kecepatan agar tetap sesuai dengan set point ketika
diberi beban. Agar kecepatan motor yang diinginkan tercapai maka nilai Kp harus diatur. Input
sistem kendali P adalah sensor encoder yang menunjukkan nilai kecepatan putar motor pengiris.
Parameter pengendalian P pada pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode trial and
error. Sistem kerja alat ini yaitu membedakan nilai set point pada setiap saklar dan membuat
nilai kecepatan sesuai dengan set point dengan melakukan tuning parameter P yang tepat, dan
nilai dari kecepatan motor tersebut akan ditampilkan ke LCD(Liquid Crystal Display).
2

Dasar Teori

2.1


Sistem Kontrol PID

Pengendali PID merupakan pengendali yang terdiri atas pengendali Proporsional,
Integral dan Turunan (Derivative). Dalam pengaplikasian, masing masing pengendali dapat
berdiri sendiri atau dapat melakukan pengkombinasian. Dalam perancangan sistem kontrol PID
yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar tanggapan sinyal keluaran
sistem terhadap masukan tertentu sebagaimana yang diinginkan. (Raden,2011). Dalam waktu
kontinyu, sinyal keluaran pengendali PID dapat dirumuskan sebagai berikut.
(1)
dimana:

u(t) = sinyal keluaran pengendali PID
Kp = konstanta proporsional
Ki = konstanta integral
Kd = konstanta turunan
e(t) = sinyal kesalahan = referensi - output

2.1.1

Kontrol Proporsional

Kontrol proporsional adalah jenis kontrol yang digunakan untuk memperbaiki respon
transien khususnya rise time dan settling time.
Berikut persamaan dari kontrol proporsional :

Gambar 1

Sistem kendali loop tertutup

(2)
dimana, U(t) = nilai yang dihasilkan
Kp = konstanta proporsional
e(t) = error

Alat Pengiris Jagung Dengan Kontrol P

171

PWM(Pulse Width Modulation)
PWM merupakan sebuah mekanisma untuk membangkitkan sinyal keluaran yang
periodenya berulang antara high dan low dimana kita dapat mengontrol durasi sinyal high dan

low sesuai dengan yang kita inginkan. Duty cycle merupakan prosentase periode sinyal high
dan periode sinyal, prosentase duty cycle akan bebanding lurus dengan tegangan rata-rata yang
dihasilkan. Berikut ilustrasi sinyal PWM, misalkan kondisi high 5 V dan kondisi low 0 V.
Pengaturan lebar pulsa modulasi atau PWM merupakan salah satu teknik yang “ampuh” yang
digunakan dalam sistem kendali (control system) saat ini. Pengaturan lebar modulasi
dipergunakan di berbagai bidang yang sangat luas, salah satu diantaranya adalah:speed control
(kendali kecepatan), power control (kendali sistem tenaga), measurement and communication
(pengukuran atau instrumentasi dantelekomunikasi).

2.2

2.2.1

Prinsip Dasar PWM

Modulasi lebar pulsa (PWM) dicapai/diperoleh dengan bantuan sebuah gelombang
kotak yang mana siklus kerja (duty cycle) gelombang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan
sebuah tegangan keluaran yang bervariasi yang merupakan nilai ratarata dari gelombang
tersebut.


Gambar 2

Bentuk gelombang kotak(pulsa) dengan kondisi high 5V dan low 0V

Ton adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (baca: high atau
1) dan, Toff adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (baca:low atau
0). Misal Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dengan Toff , biasa
dikenal dengan istilah “periode satu gelombang”.
)

(3)

Siklus kerja atau duty cycle sebuah gelombang di definisikan sebagai,
=

(4)

Tegangan keluaran dapat bervariasi dengan duty-cycle dan dapat dirumuskan sebagai
berikut,
Vout =


(5)

sehingga :
\

(6)

Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat diubah ubah
secara langsung dengan mengubah nilai Ton. Apabila Ton adalah 0, Vout juga akan 0. Apabila
Ton adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah nilai maksimumnya.

172

Nanda Hardani, Yulian Zetta Maulana, Putri Madona

PWM bekerja sebagai switching power suplai untuk mengontrol on dan off. Tegangan
dc dikonvert menjadi sinyal kotak bolak balik, saat on mendekati tegangan puncak dan saat off
menjadi nol (0) volt. Dengan mengatur duty cycle dari sinyal (modulasi lebar pulsa dari sinyal
disebabkan oleh PWM). Terlihat pada gambar di bawah sinyal ref adalah sinyal tegangan dc

yang dikonversi oleh sinyal gergaji dan menghasilkan sinyal kotak.

Gambar 3

Sinyal Referensi ( sinyal tegangan DC)

Informasi analog dapat dikirimkan dengan menggunakan pulsa-pulsa tegangan atau
pulsa-pulsa arus. Dengan modulasi pulsa, pembawa informasi terdiri dari pulsa pulsa persegi
yang berulang-ulang. Salah satu teknik modulasi yang sering digunakan adalah teknik modulasi
durasi atu lebar dari waktu tunda positif ataupun waktu tunda negatif pulsa-pulsa persegi
tersebut. Untuk membangkitkan sinyal PWM adalah dengan menggunakan fungsi timer/counter
yang dibandingkan nilainya dengan sebuah register tertentu.
Mikrokontroller ATMega 8535
Mikrokontroler ATMega 8535 adalah mikrokontroler berjenis Reduced Instruction Set
Computing (RISC) 8 bit dengan delapan kilobyte flash memori, high performance dan low
power. Piranti ini dapat diprogram secara In-System Programming (ISP) dan dapat diprogram
berulang-ulang selama 10.000 kali baca/tulis (read/write) di dalam sistem.
2.3

Mikrokontroler sendiri digunakan jika proses yang dikontrol melibatkan operasi yang

lebih kompleks baik itu aritmatika, logika, pewaktuan, atau lainnya yang akan sangat rumit bila
diimplementasikan dengan komponen-komponen diskrit karena dilakukan secara software (Hari
Sasongko, 2012).

Gambar 4. Konfigurasi pin-pin ATMega 8535

Pin-pin pada ATMega 8535 memiliki beberapa fungsi, namun umumnya fungsi yang
digunakan hanyalah fungsi sebagai Input dan Output. Beberapa konfigurasi pin ATMega 8535
dapat dijelaskan secara fungsional sebagai berikut:

Alat Pengiris Jagung Dengan Kontrol P

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.
2.4

173

VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya
GND merupakan pin ground
Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dan pin masukan ADC
Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dan pin fungsi khusus, yaitu Timer/Counter,
komparator analog, dan SPI
Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dan pin fungsi khusus, yaitu Two Wire Interface
(TWI), komparator analog dan Timer Oscilator
Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dan pin fungsi khusus, yaitu komparator analog,
interupsi eksternal, dan komunikasi serial
RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler
XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal
AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC
AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC
Motor DC(Motor DC Planetary Gearhead with Encoder)

Motor DC berfungsi mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanis dimana gerak
tersebut berupa putaran dari motor. Prinsip dasar dari motor arus searah adalah kalau sebuah
kawat berarus diletakkan antara kutub magnet (U-S), maka pada kawat itu akan bekerja suatu
gaya yang menggerakan kawat itu. Arah gerakan kawat dapat ditentukan dengan mengguankan
kaidah tangan kiri, yang berbunyi sebagai berikut : Apabila tangan kiri terbuka diletakkan
diantara kutub U dan S, sehingga garis-garis gaya yang keluar dari kutub utara menembus
telapak tangan kiri dan arus di dalam kawat mengalir searah dengan arah keempat jari, maka
kawat itu akan mendapat gaya yang arahnya sesuai (Meri Wardana,2012).
Motor DC mempunyai dua bagian dasar yaitu : Bagian diam/tetap (stasioner) yang
disebut stator. Stator ini menghasilkan medan magnet, baik yang dibangkitkan dari sebuah koil
(elektromagnetik) atau magnet permanen. Bagian stator terdiri dari bodi motor yang memiliki
magnet yang melekat padanya. Untuk motor kecil, magnet tersebut adalah magnet permanen
sedangkan untuk motor besar menggunakan elektromagnetik. Kumparan yang dililitkan pada
lempeng-lempeng magnet disebut kumparan medan. Bagian berputar (rotor).

Gambar 4

Motor DC Planetary Gearhead with Encoder

Optocoupler
Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari transmitter dan receiver, yaitu antara
bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya terpisah. Biasanya optocoupler digunakan
sebagai saklar elektrik, yang bekerja secara otomatis. Optocoupler sendiri terdiri dari 2 bagian,
yaitu transmitter (pengirim)
dan receiver (penerima).

2.5

174

Nanda Hardani, Yulian Zetta Maulana, Putri Madona

Bagian transmitter merupakan bagian yang terhubung dengan rangkaian input atau
rangkaian kontrol. Pada bagian ini terdapat sebuah LED infra merah (IR LED) yang berfungsi
untuk mengirimkan sinyal kepada receiver.
Sedangkan receiver merupakan bagian yang terhubung dengan rangkaian output atau
rangkaian beban, dan berisi komponen penerima cahaya yang dipancarkan oleh transmitter.
Komponen penerima cahaya ini dapat berupa photodioda atau pun phototransistor. Pada bagian
receiver dibangun dengan dasar komponen phototransistor. Phototransistor merupakan suatu
transistor yang peka terhadap tenaga cahaya. Suatu sumber cahaya menghasilkan energi panas,
begitu pula dengan spektrum infra merah. Karena spekrum infra mempunyai efek panas yang
lebih besar dari cahaya tampak, maka phototransistor lebih peka untuk menangkap radiasi dari
sinar inframerah.
Tujuan utama dari digunakan sensor cahaya dan piringan sensor adalah untuk
mendapatkan data kecepatan putaran dari setiap roda. Piringan sensor yang digunakan dibuat
dari negatif-film yang dijepit oleh dua buah acrylic transparan agar semakin presisi pembacaan
datanya. Sedangkan sensor cahaya yang digunakan adalah optocoupler yang prinsip kerjanya
adalah ketika ada benda yang berada di antara celah sensornya, maka cahaya yang dikirimkan
tidak bisa diterima oleh bagian penerimanya, sehingga menghasilkan tegangan keluaran yang
nilainya mendekati VCC, begitu juga sebaliknya, jika tidak ada benda diantara celah sensornya
maka akan menghasilkan tegangan keluaran yang nilainya mendekati 0 Volt.

Gambar 5

2.6

Optocoupler

Rotary Encoder

Pada umumnya, rotary encoder digunakan sebagai sensor pengukur kecepatan pada
sebuah motor. Berikut adalah gambar desain mekanik dari sebuah rotary encoder.

Gambar 6

Desain Umum Rotary Encoder

Prinsip kerja dari rangkaian optocoupler adalah, Jika antara phototransistor dan LED
terhalang maka phototransistor tersebut akan off sehingga output dari kolektor akan berlogika
high. Sebaliknya, jika antara phototransistor dan LED tidak terhalang maka phototransistor
tersebut akan on sehingga output-nya akan berlogika low.

Alat Pengiris Jagung Dengan Kontrol P

3

175

Perancangan Sistem

Gambar 7

Blok Diagram

Ketika saklar selektor 1 dipilih untuk kecepatan motor yang rendah, saklar selektor 2
untuk kecepatan sedang,dan saklar selektor 3 untuk kecepatan tinggi maka mikrokontroler akan
mengolah data set point yang telah diberikan dengan kontrol P. Sedangkan saklar selektor 0
berfungsi untuk mematikan motor yang sedang menyala . Keluaran mikro berupa PWM yang
akan diberikan ke driver motor, setelah itu motor akan berputar berdasarkan PWM yang
diberikan. Kecepatan motor akan dibaca oleh optocoupler dan datanya akan dikirim ke mikro
untuk diproses dengan kontrol P. Output dari mikro tersebut akan ditampilkan ke LCD.
4

Pengujian dan Analisa

4.1

Pengujian Kecepatan Motor dengan Sistem Open Loop dan Closed Loop

Pengujian Sensor bertujuan untuk mengetahui tingkat akurasi pengambilan data pada
sensor optocopler, dimana data yang diambil dalam satuan RPM dan untuk pengaturan
kecepatannya dengan mengatur duty cycle PWM(Pulse Width Modulation).
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara kecepatan motor DC tanpa
beban dan dengan beban menggunakan kontrol P.
4.1.1

Pengujian Open Loop
Tabel 1
PWM Motor
(%)
23
39
59
78
100

Hasil Pengujian Open Loop

Pengukuran
Tanpa Beban (RPM)
285
435
480
495
510

Pengukuran
Dengan Beban (RPM)
Motor Tidak Berputar
405
465
450
480

Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran
kecepatan motor, dimana motor dapat berputar saat PWM yang diberikan yaitu diatas 50 (Duty
Cycle 20%). Pengukuran tanpa beban memiliki kecepatan yang lebih besar dibandingkan
dengan beban. Pada saat PWM bernilai 60(Duty Cycle 23%), pengukuran kecepatan dengan
beban tidak berhasil karena tekanan beban menyebabkan motor tidak mampu berputar.
Data pengukuran dengan beban merupakan data kecepatan motor pada saat awal beban
dimasukkan. Pada saat PWM bernilai 100((Duty Cycle 39%), 150(Duty Cycle 59%), 200(Duty
Cycle 78%) dan 255(Duty Cycle 100%) kecepatan motor perlahan menurun saat beban

176

Nanda Hardani, Yulian Zetta Maulana, Putri Madona

diberikan. Data kecepatan motor ini diperoleh dari sensor rotary encoder yang di couple dengan
as motor.

4.1.2

Pengujian Closed Loop

Pada saat pengujian closed loop, parameter P yang digunakan untuk membandingkan
hasil yang diinginkan yaitu Kp=0.3, Kp=0.2 dan Kp=0.6. Set point ditentukan berdasarkan
pengukuran kecepatan motor yang diinginkan. Pada pengujian ini, set point yang digunakan
yaitu 420, 450 dan 480 RPM(Rotation Per Minute).
Tabel 2
Set
Point

Rpm

1

420

Kp
0.3

Hasil Pengujian Closed Loop
Rise Time
(Tr)

Settling Time
(Ts)

Error steady state
(%)

0.6s

1.2s

0%

2

450

0.9s

3.9s

0%

3

480

2.4s

3s

0%

1

420

0.9s

8.4s

0%

2

450

3s

9.3s

0%

3

480

3.3s

5.1s

0%

1

420

0.9s

-

3.6%

2

450

0,9s

-

0%

3

480

7.2s

7.8s

0%

0.2

0.6

Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan dapat dilihat nilai rise time dan
settling time dari masing-masing set point untuk setiap nilai Kp yang berbeda. Pada saat Kp=0.3
nilai rise time dan settling time yang didapat untuk setiap set pointnya lebih baik dibandingkan
Kp=0.2 dan Kp=0.6.
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai rise time dan settling time:

Keterangan: Tc = waktu pengambilan data dari sensor
Pada pengujian yang dilakukan, nilai Tc yang digunakan yaitu 0.3s. Untuk
mendapatkan nilai settling time digunakan rumus yang sama dengan rise time. Sedangkan
rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai error steady state:

Respon Saat Set Point 1 = 420 Rpm

Alat Pengiris Jagung Dengan Kontrol P

177

(a)

(b)

(c)
Gambar 8

Respon saat set point1 (a) Kp=0.3; (b) Kp=0.2; (c) Kp=0.6

Dari Gambar 8 dapat dilihat respon dari masing-masing nilai Kp untuk set point 1 yaitu
420 Rpm. Dimana untuk Kp=0.3 didapatkan nilai rise time sebesar 0.6s, settling time sebesar
1.2s dan error steady state 0%, untuk Kp=0.2 nilai rise time sebesar 0.9s, settling time sebesar
8.4s dan error steady state 0% dan untuk Kp=0.6 nilai rise time sebesar 0.9s dan tidak memiliki
settling time dengan error steady state sebesar 3.6%.
Respon Saat Set Point 2 = 450 Rpm

(a)

(b)

(c)
Gambar 9

Respon saat set point2 (a) Kp=0.3; (b) Kp=0.2; (c) Kp=0.6

Dari Gambar 9 dapat dilihat respon dari masing-masing nilai Kp untuk set point 2 yaitu
450 Rpm. Dimana untuk Kp=0.3 didapatkan nilai rise time sebesar 0.9s, settling time sebesar
3.9s dan error steady state 0%, untuk Kp=0.2 nilai rise time sebesar 3s, settling time sebesar
9.3s dan error steady state 0% dan untuk Kp=0.6 rise time sebesar 0.9s dan tidak memiliki
settling time dengan error steady state sebesar 0%.

178

Nanda Hardani, Yulian Zetta Maulana, Putri Madona

Respon Saat Set Point 3 = 480 Rpm

(a)

(b)

(c)
Gambar 10 Respon saat set point3 (a) Kp=0.3; (b) Kp=0.2; (c) Kp=0.6

Dari Gambar 10 dapat dilihat respon dari masing-masing nilai Kp untuk set point 3
yaitu 480 Rpm. Dimana untuk Kp=0.3 didapatkan nilai rise time sebesar 2.4s, settling time
sebesar 3s dan error steady state 0%, untuk Kp=0.2 nilai rise time sebesar 3.3s, settling time
sebesar 5.1s dan error steady state 0% dan untuk Kp=0.6 rise time sebesar 7.2s, settling time
sebesar 7.8s dan error steady state 0%.
4.1.3

Pengujian Closed Loop Dengan Beban(Kp 0.3)
Set Point 1 = 420 Rpm; Set Point 2 = 450 Rpm; Set Point 3 = 480 Rpm

(a)

(b)

(c)
Gambar 11 Respon saat diberi beban (a) SP1; (b) SP2; (c) SP3

Dari Gambar 11 dapat dilihat respon dari masing-masing set point pada saat diberi
beban jagung dengan nilai Kp=0.3. Pada saat kecepatan sudah mulai stabil, beban jagung

Alat Pengiris Jagung Dengan Kontrol P

179

diberikan dan dapat dilihat kecepatan perlahan mulai menurun, lalu berusaha untuk naik
kembali. Dimana untuk Set point 1 error steady state sebesar 0%, untuk set point 2 error steady
state sebesar 0% dan untuk set point 3 error steady state sebesar 0%.
4.2

Pengujian Alat Pengiris Jagung

Alat pengiris terbuat dari steinlisstel yang berukuran 50.8 mili, karena diameter yang
terlalu besar maka ujung pengiris jagungnya diperkecil sehingga membentuk lingkaran 30 mili
sesuai ukuran tongkol jagung.

Gambar 12 Pisau Pengiris Jagung

Alat pengiris jagung dapat bekerja dengan baik, hasil irisannya bagus dan tidak hancur,
begitu juga dengan tongkol jagungnya seperti yang terlihat pada Gambar 13.

(a)

(b)

Gambar 13 (a)Hasil Irisan Jagung; (b) Tongkol Jagung

5

Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian dan analisa pada proyek akhir ini maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. PWM dapat bekerja dengan baik. Dimana PWM sudah dapat mengontrol kecepatan motor.
Dan agar motor dapat berputar PWM nya harus bernilai diatas 50 PWM.
2. Pemberian nilai Kp yang tidak sesuai sangat berpengaruh pada keberhasilan sistem. Dengan
menggunakan metode trial and error, diperoleh nilai parameter Kp=0.3.
3. Alat pengiris jagung harus dibuat sesuai dengan ukuran tongkol jagung agar semua ukuran
jagung dapat di iris dan mendapatkan hasil irisan yang bagus.
6
[1]
[2]
[3]
[4]

Daftar Pustaka
Sasongko, Bagus Hari, “Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa C”, Penerbit
Andi, 2012.
Planetary Gearhead Motor 12V 13.7:1 with Encoder. Diambil 20 Agustus 2012 dari:
http://www.robot-r-us.com/vmchk/motor-brushed/planetary-gearhead-motor-12v-13.71
with-encoder.html
Teori
Dasar
LCD.
(2012).
Diambil
19
Agustus
2012
dari:
www.scribd.com/doc/81901544/29/Teori-Dasar-LCD
Chandra, Aditya dan Wardiyanto. Rancang Bangun Mesin Pemipil Jagung, Laporan
Tugas Akhir, ITS, Surabaya, 2011