Laporan Tutorial Skenario 1 PSIKIATRI

LAPORAN TUTORIAL
BLOK PSIKIATRI
SKENARIO 1
TETANGGA SAYA BERPERILAKU ANEH

KELOMPOK 18
LES YASSIN
M. BEIZAR YUDHISTIRA
RIZKI FEBRIAWAN
YUSUF ARIF SALAM
TRIA MULTI FATMAWATI
LELY AMEDIA RATRI
TIA KANZA NURHAQIQI
R.Rr ERVINA KUSUMA W
LATIFA ZULFA S
RIANITA PALUPI
OKI SARASWATI UTOMO

G0012244
G0012134
G0012190

G0012240
G0012222
G0012114
G0012220
G0012168
G0012112
G0012180
G0012156

TUTOR:
dr. Novianto Adi Nugroho

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014

1

BAB I
PENDAHULUAN

SKENARIO 1
TETANGGA SAYA BERPERILAKU ANEH

Sejak kurang lebih 2 minggu ini tetangga saya, seorang laki-laki berusia
24 tahun berperilaku aneh dan tidak seperti biasanya, yaitu sering bicara sendiri,
tidak mau mandi, dan mondar-mandir ke aluar – masuk rumah. Hal ini terjadi
setelah dia dikeluarkan dari tempat kerjanya di Jakarta, sehingga saya menduga
dia sedang mengalami stress yang berat. Saat pulang ke rumahnya dari Jakarta,
dia tampak bingung dengan pakaian kusut dan kumal seperti tidak pernah dicuci.
Setelah 1 pekan di rumah dan tidak tampak perbaikan walaupun sudah
diobati oleh beberapa paranormal, akhirnya dia dibawa ke rumah sakit jiwa.
Dokter jaga di RSJ mengatakan bahwa pada pasien didapatkan waham, halusinasi,
dan depersonalisasi sehingga dia berperilaku aneh.
Dokter juga mengatakan bahwa pasien harus dirawat di rumah sakit
selama beberapa hari untuk penanganan yang lebih baik.

2

BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Seven Jump
Jump I: Klarifikasi Istilah
Dalam skenario ini beberapa istilah yang perlu diklasifikasi adalah sebagai
berikut:
1.

Waham
100% oleh

: keyakinan yang salah yang diyakini
pasien; bias atau aneh dan tidak sesuai

fakta.
2. Halusinasi
: persepsi tanpa stimulus dari eksternal
3. Depersonalisasi : perasaan aneh pada diri sendiri yang tidak nyata
4. Paranormal
: sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah
5.
Stress

: reaksi/respon tubuh terhadap psikososial
yang berupa

gangguan mental berupa respon tubuh

fisiologis serta perilaku.

Jump II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan
Permasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengapa pasien sering bicara sendiri, jarang mandi, mondar mandir?
2. Mengapa pasien tampak bingung?
3. Apa hubungan antara PHK dengan keluhan ?
4. Mengapa bisa timbul waham, halusinasi dan depersonalisasi?
5. Mengapa pasien dirujuk ke rumah sakit?
6. Bagaimana penanganan pasen di rumah sakit?
7. Apa hubungan stress berat dengan keluhan pasien?
8. Apa hubungan onset dengan gejala, jenis kelamin serta usia pasien
9. Apa saja Faktor resiko yang mempengaruhi keluhan?
10. Bagaimana prosedur pemeriksaan status mental?
11. Apa definisi sehat mental?

12. Apa saja jenis-jenis gangguan jiwa?

Jump III: Menganalisis permasalahan dan membuat penyataan sementara
mengenai permasalahan
Untuk pertanyaan yang belum terjawab, dimasukkan ke dalam LO (Learning
Objective) pada Jump V
a.

Definisi sehat mental

3
Pengertian sehat menurut WHO adalah "Health is a state of complete
physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or
infirmity". Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu
kesatuan dalam defenisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa
sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir
rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik,
tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah
kuno "Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat" (Men Sana In Corpore
Sano).
Laki-laki,
24 tahun
3. Sehat
Spritual

Perilaku aneh
Mondar mandir

Bicara sendiri
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian
sehat oleh WHO dan
memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari
masyarakat. Setiap individu
Waham
perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur,
Halusinasi

Stressor
: dikeluarkan
mendengar
alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan
dari pekerjaan
Depersonalisasi
lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis
dan tidak monoton.
Diagnosis Banding :
Psikosis akut
Scizofrenia

Jump IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan
sementara mengenai permasalahan pada langkah 3.
Pemeriksaan Penunjang : laboratorium,
px status mental, tes darah, dll

Diagnosis multiaksial

Terapi


4

Jump V: Merumuskan tujuan pembelajaran
LO (Learning Objection) yang perlu diketahui dan dicari pada pertemuan kedua
adalah:
1. Mengapa pasien sering bicara sendiri, jarang mandi, mondar mandir?
2. Mengapa pasien tampak bingung?
3. Apa hubungan antara PHK dengan keluhan ?
4. Mengapa pasien dirujuk ke rumah sakit?
5. Bagaimana penanganan pasen di rumah sakit?
6. Apa hubungan stress berat dengan keluhan pasien?
7. Apa hubungan onset dengan gejala, jenis kelamin serta usia pasien
8. Apa saja faktor resiko yang mempengaruhi keluhan?
9. Bagaimana prosedur pemeriksaan status mental?
10. Apa saja jenis-jenis gangguan jiwa?

Jump VI : Mengumpulkan Informasi Baru (Belajar Mandiri).
Jump VII: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru
yang Diperoleh.


5
1. Mengapa pasien sering bicara sendiri, jarang mandi, mondar mandir?
Berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh pasien. (penjelasan pada
nomor 9)
2. Apa hubungan antara PHK dengan keluhan ?
PHK merupakan sumber stress (stressor) pada pasien. Sehingga dengan
adanya stressor ini tanpa disertai tidak adanya mekanisme menejemen
stress yang baik oleh pasien menyebabkan pasien mengalami gangguan
kejiwaan.
Macam-macam stressor antara lain :
a. Cataclysmic events
Merupakan stressor kuat yang muncul secara tiba-tiba dan dapat
mempengaruhi banyak orang dalam sebuah populasi. Misalnya adalah
terjadinya bencana alam, dan peperangan yang tidak pernah terduga
kapan akan terjadinya.
b. Personal Stressor
Merupakan kejadian-kejadian pada hidup yang khusus dan lebih
bersifat pribadi. Misalnya adalah terdapat anggota keluarga yang
meninggal, kehilangan pekerjaan, kehilangan benda berharga, dll

c. Background stressors
Merupakan stressor ringan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya apabila sesorang terlambat masuk kantor, tidak dapat
mengerjakan ujian, dll.
3. Mengapa pasien dirujuk ke rumah sakit?
Indikasi pasien dirawat di rumah sakit adalah :
a. Untuk peninjauan lebih lanjut sehubungan dengan proses diganostik.
b. Stabilisasi medik
c. Menjaga keamanan pasien dan lingkungannya
d. Apabila situasi di rumah tidak memadahi dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan rawat jalan.
4. Bagaimana penanganan pasen di rumah sakit?
Proses diagnosis gangguan jiwa meliputi prosedur klinis yang lazim
dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Anamnesis

6
Alasan Berobat, riwayat gangguan sekarang, riwayat gangguan
dahulu,riwayat perkembangan diri dan latar belakang sosial

b. Pemeriksaan
Fisik diagnostik, status mental, Laboratorium, rdiologik, evaulasi
psikologik, lain-lain
c. Diagnosis
Menggunakan diagnosis multiaksial yang terdiri dari 5 aksis yaitu,
aksis I (klinis), aksis II (kepribadian), aksis III (kondisi medik), aksis
IV (Psiko-sosial) dan aksis V (taraf fungsi)
d. Terapi
Farmakoterapi, psikoterapi, terapi sosial, terapi okupasional, lain-lain.
e. Tindak lanjut
Evaluasi terapi, evaluasi diagnosis, lain-lain
5. Apa hubungan stress berat dengan keluhan pasien?
Stress berat merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya berbagai
macam kasus gangguan jiwa. Terdapat beberapa tahapan dari efek stress
yaitu :
a. Alarm and mobilization
Seseorang mulai menyadari
menimbulkan

pengaktifan

adanya

saraf

stressor

simpatis

dan

yang

akhirnya

berujung

pada

mekanisme penanganan stressor tersebut.
b. Resistance (Adaption to stress)
Apabila stressor tidak dapat diatasi dengan manajemen stress yang
baik maka akan terjadi resistensi dimana tubuh beradaptasi untuk
selanjutnya menghadapi stressor tersebut dengan tekanan yang lebih
berat.
c. Exhaustion
Kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap stressor menurun
menuju suatu titik dimana muncul konsekuensi negatif dari stressor
tersebut.
6. Apa hubungan onset dengan gejala, jenis kelamin serta usia pasien
Onset terjadinya gejala psikiatri dapat menentukan diagnosis dan
penyingkiran diagnosisis gangguan psikiatrik yang disebabkan oleh
penyebab organik.

7
Berdasarkan atas studi epidemiologi didapatkan bahwa hampir
pada sebagian besar kasus psikiatrik laki-laki lebih sering terkena
gangguan psikiatri
Usia pasien dapat digunakan sebagai faktor pendukung terhadap
jenis stressor yang mungkin diderita oleh pasien.
7. Apa saja faktor resiko yang mempengaruhi keluhan?
Dijelaskan pada nomor 9.
8. Bagaimana prosedur pemeriksaan status mental?
Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang
menggambarkan tentang keseluruhan pengamatan pemeriksa dan kesan tentang
pasien psikiatrik saat wawancara, yang meliputi penampilan, pembicaraan,
tindakan, persepsi, dan pikiran selama wawancara.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN

1. Deskripsi Umum
a. Penampilan (istilah yang biasa Mengamati bentuk tubuh, postur,
digunakan: tampak sehat, sakit, ketenangan, pakaian, dandanan,
agak

sakit,

kelihatan

tua, rambut, dan kuku, tanda kecemasan.

kelihatan muda, kusut, seperti
anak-anak, kacau, dsb.)
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor Mengamati dan/ atau memeriksa cara
(manerisme,

tiks,

stereotipik,
agitasi,

gerakan berjalan, gerakan, dan aktivitas pasien.

hiperaktivitas,

retardasi,

fleksibilitas,

rigiditas, dll.)
c. Sikap
terhadap
(bekerja

sama,

pemeriksa Mengamati dan merasakan sikap dan
bersahabat, jawaban pasien saat wawancara

menggoda, apatis, bermusuhan, psikiatrik.
merendahkan, dll.)
2. Mood dan Afek
a. Mood (emosi yang meresap dan Menanyakan tentang suasana perasaan
terus-menerus mewarnai persepsi pasien.
seseorang

terhadap

dunia.

8
Digambarkan

dengan

depresi,

kecewa, mudah marah, cemas,
euforik, meluap-luap, ketakutan,
dsb.)
b. Afek (respon emosional pasien “Bagaimana perasaan Anda akhiryang
sebagai

tampak,

digambarkan akhir ini?” (pertanyaan terbuka)

meningkat,

normal,

menyempit, tumpul, dan datar)

“Apakah Anda merasa sedih?”

(pertanyaan tertutup)
c. Keserasian (serasi afek atau tidak Mengamati variasi ekspresi wajah,
serasi afek)

irama dan nada suara, gerakan tangan,
dan pergerakan tubuh.
Mengamati keserasian respon
emosional (afek) terhadap masalah

3. Pembicaraan
(digambarkan dalam kecepatan
produksi bicara dan kualitasnya;
seperti banyak bicara, tertekan,

subjektif yang didiskusikan pasien.
Mengamati selama proses wawancara
Logorrhea: bicara yang banyak sekali,
bertalian, dan logis.

lambat, gagap, disprosodi, spontan,
keras, monoton, mutisme, dsb.)

Flight of idea: pembicaraan dengan
kata-kata yang cepat dan terdapat
loncatan dari satu ide ke ide yang lain,
ide-ide cenderung meloncat/ sulit
dihubungkan.
Asosiasi longgar: pergeseran gagasangagasan dari satu subjek ke subjek lain
yang tidak berhubungan, jika berat,
pembicaraan menjadi kacau atau

9
membingungkan (inkoheren).
4. Gangguan Persepsi
(Halusinasi, ilusi, depersonalisasi,
derealisasi)

Menanyakan tentang gangguan
persepsi yang pernah atau sedang
dirasakan oleh pasien.
“Apakah Anda pernah mendengar
suara atau bunyi lain yang tidak dapat
didengar oleh orang lain?”
“Apakah Anda dapat atau pernah
melihat sesuatu yang tampaknya tidak
dilihat orang lain?”

5. Pikiran
a. Proses

atau

(termasuk

di

bentuk
sini

pikiran Waham kejar: “Apakah Anda merasa
realistik, orang-orang memata-matai Anda?”

nonrealistik, autistik, irasional,
dll.)
Waham cemburu: “Apakah Anda
b. Isi pikiran (waham, preokupasi,
takut pasangan Anda tidak jujur?
obsesi, fobia, dsb.)
Bukti apa yang Anda miliki?”
Waham bersalah: “Apakah Anda
merasa bahwa Anda telah melakukan
kesalahan yang berat? Apakah Anda
merasa pantas mendapat hukuman?”
“Apakah Anda merasa pikiran Anda
disiarkan sehingga orang lain dapat
mendengarnya?” (waham siar pikir).
“Apakah Anda merasa pikiran/ kepala

10
Anda telah dimasuki oleh kekuatan
atau sumber lain di luar?” (waham
sisip pikir).
“Apakah Anda merasa bahwa pikiran
Anda telah diambil oleh kekuatan atau
orang lain?” (waham penarikan
pikiran).
6. Sensorium dan Kognitif
a. Kewaspadaan
dan

tingkat Pengamatan dan pemeriksaan secara

kesadaran (sadar, pengaburan, objektif (kuantitatif dengan Glasgow
somnolen, stupor, koma, letargi, Coma Scale)
keadaan fugue)
b. Orientasi (waktu, tempat, orang, Menanyakan tentang waktu, tempat,
dan situasi)

orang, dan situasi: “Sekarang hari
apa? Tanggal berapa? Siang/ malam?
Jam berapa sekarang? Di mana kita
saat ini? Kerjanya apa?”
“Siapa yang mengantar/ menunggui
Anda? Anda kenal mereka?”
“Bagaimana suasana saat ini?

Ramai?”
c. Daya ingat (daya ingat jauh/ Menilai daya ingat dengan
remote memory, daya ingat masa menanyakan data masa anak-anak,
lalu yang belum lama/ recent peristiwa penting yang terjadi pada
past memory, daya ingat yang masa muda.
baru saja/ recent memory, serta
penyimpanan dan daya ingat Peristiwa beberapa bulan lalu.
segera/ immediate retention and

11
recall memory).

Peristiwa beberapa hari yang lalu, apa
yang dilakukan kemarin, apa yang
dimakan untuk sarapan, makan siang,
dsb.
Meminta pasien untuk mengulangi

d. Konsentrasi dan perhatian

enam angka maju kemudian mundur.
Mengulang tiga kata, segera dan 3-5
menit kemudian.
Pasien diminta mengurangi 7 secara
berurutan dari angka 100. Pasien
diminta mengeja mundur suatu kata
e. Kapasitas membaca dan menulis

sederhana.
Pasien diminta membaca dan
mengikuti apa yang diperintahkan
serta menulis kalimat sederhana tapi

f. Kemampuan visuospasial

lengkap.
Pasien diminta mencontoh suatu

g. Pikiran abstrak

gambar, seperti jam atau segilima.
Menanyakan arti peribahasa
sederhana, persamaan, perbedaan

h. Sumber

informasi

kecerdasan

(dengan kembalian setelah dibelanjakan, jarak

memperhitungkan
pendidikan

benda.
dan Pasien diminta menghitung uang

dan

tingkat antarkota.
status

ekonomi pasien)
7. Pengendalian Impuls
(Impuls seksual, agresif, atau
lainnya)

sosial

Menanyakan tentang riwayat pasien
sekarang dan mengamati perilaku
pasien selama wawancara

8. Pertimbangan dan Tilikan

12
Derajat tilikan (kesadaran dan

Menanyakan kemampuan pasien

pengertian pasien bahwa mereka

dalam aspek pertimbangan social,

sakit):

misalnya saat terjadi kebakaran

1) Penyangkalan

penyakit

sama (pertimbangan).

sekali
2) Agak menyadari tetapi sekaligus

Menanyakan kesadaran dan pengertian
menyangkal
pasien tentang penyakitnya (tilikan).
3) Menyadari tetapi melemparkan
kesalahan pada orang lain
4) Menyadari bahwa penyakitnya “Tahukah Anda kenapa dibawa/
disebabkan oleh sesuatu yang datang ke sini?”
tidak diketahui pada diri pasien
5) Tilikan intelektual: menerima
bahwa

pasien

disebabkan

sakit

oleh

dan

pengobatan/ perawatan?”

perasaan

irasional atau gangguan tertentu
pada diri pasien sendiri tanpa
menerapkan

“Apakah Anda membutuhkan

“Apakah perawatan Anda di Rumah
Sakit ini merupakan kesalahan?”

pengetahuan

tersebut untuk pengalaman masa
depan
6) Tilikan emosional sesungguhnya:
kesadaran

emosional

tentang

motif dan perasaan dalam diri
pasien dan orang yang penting
dalam kehidupannya.
9. Reliabilitas

Menilai kebenaran atau kejujuran
pasien dalam melaporkan suatu situasi
atau masalahnya

(Susilohati, et.al., 2013)
9. Apa saja jenis-jenis gangguan jiwa beserta simptomatologinya?
A. Definisi Simptomatologi

13
Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala.
Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala-gejala
gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang
sakit), mempelajari gejala-gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk
menentukan atau mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi
yang lebih penting adalah untuk mengidentifikasi sebab-sebab dari gangguan
tersebut (etiologi).
Beberapa macam-macam simptomatologi psikiatri antara lain :
1. Kesadaran
Persepsi yangg dimodifikasi oleh emosi dan pikiran diri seseorang,
sensorium sering di identikkan dengan kesadaran sensorium kearah
kognitif.
a. Gangguan Kesadaran/ Conciousness
Jenis-jenis gangguan kesadaran:
1) Disorientasi, yaitu kesadaran pemahaman diri dalam lingkungan
atau gangguan orientasi waktu, tempat, orang dan situasional.
2) Pengaburan kesadaran, yaitu kejernihan ingatan yang tidak lengkap
disertai gangguan persepsi dan sikap.
3) Stupor, yaitu hilangnya reaksi ketidaksadaran terhadap lingkungan
sekelilingnya seperti orang yang tertidur lelap dimana ingatan,
orientasi dan pertimbangannya sudah hilang. Bila dirangsang hanya
sedikit memberikan respon, dengan tidak acuh atau dengan
membuka mata sebentar kemudian tidur lagi.
4) Delirium, yaitu kebingungan, kegelisahan reaksi disorientasi yang
disertai rasa`takut dan halusinasi.
5) Twilight state, yaitu keadaan remang, gangguan kesadaran dengan
halusinasi.
6) Dream like state, yaitu keadaan mimpi, gangguan kesadaran pada
epilepsi psikomotor.
7) Somnolen yaitu kesadaran rendah sebelum koma seperti orang tidur,
tidak acuh terhadap sekelilingnya namun masih bereaksi terhadap
rangsangan yang kuat.

14
8) Koma vigil, yaitu pasien tertidur tetapi dapat dibangunkan, mutisme
akinetik.
9) Koma yaitu penurunan derajat kesadaran berat dan sudah tidak ada
reaksi terhadap rangsangan yang kuat.
b. Gangguan Atensi/Perhatian
Jenis-jenis gangguan atensi/perhatian:
1) Atensi/Perhatian, yaitu usaha yangg dilakukan untuk memusatkan
pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk tetap
memfokuskan perhatian pada`suatu aktifitas; kemampuan untuk
berkonsentrasi.
2) Distrakbilitas, yaitu ketidakmampuan mengarahkan/memusatkan
perhatian dirinya, perhatian mudah teralihkan pada rangsang atau
stimuli yang tidak berarti. Biasanya ditemukan pada pasien ADHD.
3) Inatensi Selektif, yaitu hambatan atensi/perhatian karena ada hal-hal
yang menimbulkan kecemasan.
4) Hipervigilensi/Kewaspadaan berlebih,

yaitu

perhatian

atau

konsentrasi yang berlebih-lebihan, sehingga lapangan persepsi
menjadi sangat sempit. Terjadi pada pasien paranoid dan cemas.
5) Trance/Keadaan tidak sadarkan diri, yaitu tidak sadarkan diri karena
perhatian terpusat dan kesadaran berubah; biasanya terlihat pada
hipnosis, gangguan disosiatif, & pengalaman religius yang luar biasa.
c. Gangguan Sugestibilitas.
Kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh.
1)

Folie a deux (folie`a trois), yaitu penyakit emosional yang
berhubungan pada dua orang atau lebih, salah satu orang paranoid

2)

yang lain akan menjadi paranoid.
Hipnosis, yaitu modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan
yang ditandai dengan peningkatan sugestibilitas.

2. Emosi
Suatu komplek keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik
dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.
a. Afek
Ekspresi emosi yang terlihat pemeriksa.

15
1) Afek yang sesuai (appropiate affect), yaitu irama emosi harmonis
dengan gagasan pikiran atau pembicaraan yang menyertai; afek
yangg luas dan penuh dimana rentang emosional yang lengkap
diekspresikan secara sesuai.
2) Afek tidak sesuai (inappropiate affect), yaitu ketidakharmonisan
antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau
pembicaraan yang menyertainya.
3) Afek tumpul (blunted affect) yaitu manifestasi penururan afek yang
berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar.
Afek/emosinya datar, tumpul, atau dingin.
4) Afek terbatas (restricted affect), yaitu penurunan intensitas irama
perasaan tidak separah afek tumpul.
5) Afek datar (flat affect), yaitu tidak ada ekspresi afek; suara yang
monoton; wajah tidak ada mimik.
6) Afek labil (labile affect), yaitu perubahan irama afek cepat dan
tiba-tiba yang tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.
b. Mood
Emosi yang meresap dan dipertahankan, dialami secara subjektif,
dilaporkan pasien dan terlihat orang lain.
1) Mood disforik, yaitu perasaan yang tidak menyenangkan, sedih,
2)

merasa bersalah dan marah.
Mood eutimik, yaitu mood rentang normal atau perasaan yang

3)

wajar.
Mood meluap-luap (expansive mood), yaitu ekspresi perasaan
seseorang tanpa pembatasan; sering kali dengan penilaian yang

4)

berlebih terhadap kepentingan atau makna seseorang.
Mood irritabel (irritrable mood), yaitu perasaan yang mudah

5)

dibuat marah atau diganggu dan mudah tersinggung.
Mood meninggi (elevated mood), yaitu mood yang lebih ceria dari

6)
7)

biasanya dengan suasana keyakinan dan senang.
Euforia, yaitu mood yang elasinya kuat disertai rasa kebesaran.
Ectasy, yaitu mood yang gembira luar biasanya disertai rasa

8)

gairah yang tinggi.
Mood depresi, yaitu perasaan sedih yang psikopatologis ataupun
tertekan.

16
9)

Anhedonia, yaitu mood yang rendah disertai hilangnya minat dan
menarik diri dari semua aktifitas rutin dan menyenagkan, biasanya

disertai depresi.
10) Aleksitemia, yaitu

seseorang

tak

mampu

atau

sulit

menggambarkan atau menyadari mood dan emosinya.
c. Emosi yang lain
1)

Kecemasan, yaitu perasaan ketakutan disebabkan oleh dugaan
bahaya yang mungkin berasal dari luar atau dalam dirinya.

2)

Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety), yaitu rasa
takut yang meresap dan tidak terpusatkan yang tidak berhubungan
dengan gagasan.

3)

Ketakutan, yaitu kecemasan oleh adanya bahaya yang dikenal
secara sadar dan realistik.

4)

Agitasi, yaitu kecemasan berat yang disertai ketegangan dan
kegelisahan motorik.

5)

Ketegangan (Tension), yaitu peningkatan aktivitas motorik dan
psikologis yang tidak menyenangkan.

6)

Panik, yaitu puncak kecemasan; serangan kecemasan akut
episodik dan kuat disertai perasaan takut`dan disertai pelepasan
otonomik.

7)

Apati, yaitu irama emosi yang tumpul disertai ketidak-acuhan
terhadap lingkungannya.

8)

Abreaksional, yaitu pelepasan/pelimpahan emosional setelah
mengingat pengalaman yang menakuntukan.

9)

Ambivalensi, yaitu terdapat dua impuls/gagasan datang secara
bersama pada orang dan waktu yang sama.

10) Rasa malu, yaitu kegagalan membangun pengharapan diri.
11) Rasa bersalah, yaitu emosi sekunder karena melakukan sesuatu
yang dianggap salah.
d. Gangguan psikologis berhubungan dengan mood.

17
Suatu tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik) pada seseorang dan
sering berhubungan dengan depresi dan juga disebut tanda vegetatif.
1)

Anoreksia, yaitu hilangnya atau menurunnya nafsu makan.

2)

Hiperfagia, yaitu meningkatnya nafsu makan dan asupan makan.

3)

Insomnia, yaitu hilangnya atau menurunnya kemampuan untuk
tidur (early, midle dan late insomia).

4)

Hiperinsomnia, yaitu tidur yang berlebihan.

5)

Variasi diurnal, yaitu mood yang secara teratur berubah, terburuk
saat bangun tidur dan membaik pada siang hari.

6)

Penururan libido, yaitu menurunnya minat, dorongan dan daya
seksual (saat depresi atau meningkat saat pada manik).

7)

Konstipasi, yaitu ketidakmampuan atau kesulitan untuk defekasi.

3. Konasi/Perilaku Motorik.
Aspek jiwa dimana impuls, motivasi, harapan, dorongan, insting dan
idaman diekspresikan oleh perilaku dan atau aktivitas motorik seseorang.
1)

Ekopraksi, yaitu peniruan gerakan yang patologis oleh seseorang dari
orang lain.

2)

Katatonia, yaitu kelainan motorik oleh karena faktor psikogenik.
a) Katalepsi, yaitu suatu posisi tidak bergerak dan dipertahankan
terus-menerus.
b) Agitasi katatonik/furor katatonik, yaitu aktifitas motorik yang
teragitasi, tidak bertujuan dan tidak disebabkan oleh stimuli
eksternal.
c) Rigiditas katatonik, yaitu penerimaan posisi atau postur tubuh yang
kaku, disadari, menentang usaha untuk digerakkan.
d) Stupor katatonik, yaitu penurunan aktivitas motorik nyata sampai
immobilitas dan tidak menyadari di sekelilingnya.
e) Posturing katatonik, yaitu postur yang tidak sesuai, kaku, disadari
dan dipertahankan agak lama.

18
f) fleksibilitas serea, yaitu posisi seseorang dapat diatur seperti lilin
oleh pemeriksa dan dipertahankan agak lama.
3)

Negativisme, yaitu menahan tanpa motivasi terhadap semua usaha
untuk menggerakkan atau terhadap semua instruksi/perintah.

4)

Katapleksi, yaitu hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang
dicetuskan oleh keadaan reaksi emosional.

5)

Stereotipik, yaitu pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan
berulang.

6)

Manirisme, yaitu gerakan tidak disadari yang sudah mendarah daging
dan kebiasaan / gerakan menyeringai pd anak.

7)

Otomatisme

simbolik,

yaitu

tindakan-tindakan

otomatis

yang

baiasanya mewakili suatu aktivitas simbolik dan tidak disadari.
8)

Otomatisme sugestik, yaitu tindakan-tindakan otomatis tidak disadari
mengikuti sugesti/kepatuhan otomatis mengikuti perintah.

9)

Hipoaktivitas (hipokinesis), yaitu penurunan aktivitas motorik &
kognitif seperti retardasi psikomotor, bicara lambat dan pergerakan
yang dapat terlihat.

10) Mimikri, yaitu aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada`anak-anak
yang tanpa disadari.
11) Agresi, yaitu tindakan yang kuat, diarahkan tujuan, bisa verbal atau
fisik;

bagian

afek

motorik

dari

kekasaran,

kemarahan

atau

permusuhan.
12) Acting out ( memerankan ), yaitu ekspresi langsung suatu harapan atau
impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan; fantasi yang tidak
disadari dihidupkan secara impulsif dalam perilaku.
13) Abulia, yaitu penurunan impuls untuk bertindak/berfikir disertai
ketidak acuhan tentang akibat tindakan.
14) Over aktifitas :
a)

Agitasi psiko motor, yaitu aktifitas motorik & kognitif berlebihan
tidak produktif, sebagai respon ketegangan internal.

19
b)

Hiperaktivitas/hiperkinesis, yaitu kegelisahan, agresif, aktifitas
destruktif seringkali dengan patologi otak dasar.

c)

Tik, yaitu gerakan motorik spasmodik yang tidak disadari.

d)

Somnambulisme/sleep walking, yaitu tidur berjalan, aktifitas
motorik saat tidur.

e)

Ataksia, yaitu kegagalan koordinasi gerakan otot.

f)

Akatisia, yaitu perasaan subjektif ketegangan motorik karena obat
antipsikotik yang dapat menyebabkan kegelisahan, melangkah
bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-ulang; dapat disalah
artikan sebagai agitasi psikotik.

g)

Kompulsi, yaitu impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu
tindakan segera dan berulang:


Dipsomania, yaitu kompulsif untuk minum alkohol.



Kleptomania, kompulsif untuk mencuri.



Nimfomania, kompulsif untuk melakukan koitus pada wanita.



Satiriasis, yaitu kompulsif untuk koitus pd pria.



Trikotilomania, yaitu kompulsif untuk mencabuti rambut.



Ritual, yaitu aktifitas kompulsif otomatik dalam sifat untuk
menurunkan kecemasan.



Berjudi patologis.

4. Berfikir
Aliran, gagasan simbol dan assosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai
oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang
berorientasi pada kenyataan.
a.

Gangguan umum bentuk fikir.
1) Berfikir psikosis, yaitu ketidakmampuan membedakan kenyataan
dengan fantasi,

tes realitas terganggu dengan menciptakan

realitas baru. Reality test pemeriksan dan pertimbangan objektif
tentang dunia diluar diri.

20
2) Berfikir dereistik (autistik), yaitu preokupasi dgn dunia dalam dan
pribadi.
3) Berfikir tidak logis, yaitu berfikir mengandung kesimpulan yang
salah atau kontradiksi internal, berikir ini bersifat patologis jika
nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural.
4) Berfikir magis, yaitu berfikir dimana fikiran, tindakan dan katakata

mempunyai

kekuatan

misalnya

dapat

mencegah

penyebabkan suatu peristiwa.
5) Proses berfikir primer yaitu istilah umum berfikir magis, dereistik,
tidak logis. Normal pd mimpi dan abnormal pd psikosis.
b.

Gangguan spesifik proses/arus fikir.
1)

Neologisme, yaitu kata baru diciptakan pasien, sering kombinasi
beberapa kata, tidak mengandung makna baru, menunjukkan
keanehan psikologik pasien.

2)

Word salad/gado-gado kata, yaitu campuran kata dengan frase
yang membingungkan.

3)

Inkoherensi, yaitu pembicaraan tidak logis, tidak dapat
dimengerti yang berjalan bersama kata yang diucapkan tidak
logis, tanpa tata bahasa sehingga terjadi disorganisasi bicara.

4)

Assosiasi longgar/pengenduran assosiasi, yaitu arus fikir dimana
gagasan-gagasan bergeser dari subjek satu ke subjek lainnya
yang tidak berhubungan, lebih ringan dari inkoherensi.

5)

Flight of ideas, yaitu verbalisasi atau pengucapan kata-kata yang
cepat dan terus menerus mengakibatkan pergeseran terus
menerus dari satu ide ke ide lainnya.

6)

Sirkumtansial, yaitu bicara tidak langsung yang lambat dalam
mencapai tujuan (mutar-mutar); ditandai dengan pemasukan
perincian-perincian dan tanda kutip yang berlebihan.

21
7)

Tangensial, yaitu ketidakmampuan untuk mempunyai assosiasi
pikiran yang diarahkan oleh tujuan; pasien bicara tidak ada titik
awal yang sampai pada titik akhir.

8)

Perseverasi, yaitu respon terhadap stimulus sebelumnya yang
menetap setelah stimulus baru diberikan sehingga tampak pasien
mengulangi kalimat jawaban; kadang-kadang disertai gangguan
kognitif.

9)

Verbigerasi, yaitu pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik
yang tidak mempunyai arti.

10) Ekolalia, yaitu menirukan kata-kata atau frasa-frasa seseorang
oleh orang lain, cenderung berulang-ulang dan menetap dan
bisa`intonasinya terputus-putus.
11) Kondensasi, yaitu penggabungan beberapa kata menjadi satu
kata.
12) Jawaban irrelevan, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan
pertanyaan,

pasien

mungkin

mengabaikan

atau

tidak

memperhatikan.
13) Glossolalia , yaitu ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui
kata-kata yang tidak dapat dipahami.
14) Assosiasi bunyi, yaitu assosiasi kata-kata yang mirip bunyinya
tapi berbeda artinya, kata-kata tidak mempunyai hubungan logis
sering seperti sajak atau pantun.
 Assoasiasi pengertian, yaitu ada kata-kata yang diidentikkan
persamaan fungsi, misalnya rajawali besi maksudnya adalah
kapal terbang.
 Blocking, yaitu terputusnya aliran berfikir secara tiba-tiba
sebelum pikiran/gagasan diselesaikan, setelah periode terhenti
singkat pasien tidak tampak ingat apa yang telah dikatakan
dan apa yang akan dikatakan.
c.

Gangguan spesifik isi fikiran.

22
1) Kemiskinan isi fikiran yaitu fikiran yang memberikan sedikit
informasi karena tidak ada informasi pengertian, pengulangan
kosong atau frase yang tidak jelas.
2) Grandiositas (gagasan berlebihan/gagasan mirip waham), yaitu
keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan,
dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan waham.
3) Preokupasi fikiran, yaitu pemusatan fikiran pada ide tertentu
disertai irama afektif yang kuat seperti kecenderungan paranoid
ingin membunuh atau bunuh diri.
4) Egomania, yaitu preokupasi pada diri sendiri yang patologis.
5) Monomania, yaitu preokupasi pada suatu objek tunggal.
6) Hipokondria, yaitu ketakutan/kecemasan yang berlebihan tentang
kesehatan diri pasien didasarkan bukan pd patologi organ yang
nyata tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda
atau suatu sensasi fisik yang sebagai abnormal.
7) Obsesi, yaitu ide yang terpaku dan patologis dari suatu fikiran
atau perasaan yang tidak dapat ditentang dan dihilangkan dari
kesadaran oleh logika serta disertai kecemasan.
8) Fikiran kompulsi, yaitu kebutuhan yang patologis untuk
melakukan suatu impuls dimana bila ditahan akan timbul
kecemasan; perilaku berulang sebagi respon suatu obsesi atau
dilakukan menurut aturan tertentu tanpa akhir yang sebenarnya
dalam diri terjadi dimasa depan.
9) Koprolali, yaitu pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata
yang cabul.
10) Waham, yaitu keyakinan palsu didasarkan pada keyakinan yang
salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan logika dan
budaya serta tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.
a) Waham yang kacau/bizzar delusion, yaitu keyakinan yang
aneh, mustahil dan sangat tidak masuk akal, misalnya fikiran

23
pasien disedot (thought withdrawl), fikirannya disisipi/
dimasuki (thought insertion), fikiran disiarkan/ disebarkan
(thought broadcast) atau fikiran dipengaruhi/diatur (thought
control ) mahluk lain.
b) Waham tersistematisasi, yaitu keyakinan adanya peristiwa
yang

digabungkan oleh suatu tema/peristiwa tunggal,

misalnya

ada

yang

memata-matainya

mau

menculik/membunuh.
c) Waham nihilistik, yaitu perasaan palsu bahwa dirinya atau
orang lain dan dunianya tidak ada atau berakhir.
d) Waham somatik, yaitu merasa bahwa fungsi/struktur organ
tubuhnya ada kelainan/perubahan yang patologis. contoh :
keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair.
e) Waham sejalan dengan mood, yaitu waham dengan isi yang
tidak punya hubungan dengan mood misalnya pasien depresi
atau merupakan mood netral.
f) Waham paranoid, yaitu berisi fikiran-fikiran paranoid yaitu
waham presekutorik (curiga akan dibunuh, akan disiksa,
diganggu

atau

kepentingan,

ditipu),

kekuatan

waham
atau

kebesaran

identitas

(gambaran

seseorang

yang

berlebihan), waham referensi (setiap ada kejadian ataupun
selalu dihubungkan dengan dirinya, contoh: percaya bahwa
orang di TV atau di radio berbicara padanya atau
membicarakan
ketidaksetiakawanan

dirinya),
(setiap

waham
orang

yang

cemburu/
berhubungan

dengannya tidak jujur), Waham menyalahkan diri sendiri
(keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam dan
bersalah), Waham pengendalian (perasaan palsu bahwa
kemauan, pikiran, atau perasaan pasien dikendalikan oleh
tenaga dari luar).

24
11) Erotomania, yaitu keyakinan bahwa seseorang sangat mencintai
dirinya, lebih sering terjadi pada wanita (juga dikenal sebagai
Kompleks Clerambault-Kandinsky.
12) Pseudologia phantastica, yaitu suatu jenis kebohongan dimana
seseorang tampak percaya terhadap kenyataan fantasinya dan
bertindak

atas

kenyataannya

disertai

dengan

Sindroma

Munchausen, berpura-pura sakit yang berulang
13) Fobia, yaitu rasa takut yang persisten, irrasional, berlebihan dan
selalu terjadi terhadap sesuatu jenis stimulasi atau situasi
tertentu; menyebabkan keinginan menghindar stimulus atau
situasi tersebut.
 Fobia simplek, yaitu rasa takut yang jelas pada objek atau
situasi yang jelas, tunggal dan tidak berbahaya.
 Fobia sosial, yaitu rasa takut pada keramaian/banyak orang.
 Akrofobia, yaitu rasa takut ditempat yang tinggi.
 Agorafobia, yaitu rasa takut pada tempat yang terbuka,
biasanya takut menyeberang jalan.
 Klaustrofobia, yaitu takut pada tempat tertutup, biasanya
pada lift.
 Erithrofobia, yaitu takut pd warna merah, biasanya pd darah.
 Panfobia, yaitu rasa takut terhadap segala sesuatu.
 Xenofobia, yaitu rasa takut terhadap orang asing.
 Zoofobia, yaitu rasa takut terhadap binatang.
 Dll.
14) Noesis, yaitu suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar
sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien dipilih untuk
memimpin dan memerintah
15) Unio mystica, yaitu suatu perasaan yang meluap, pasien secara
mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas; tidak

25
dianggap suatu gangguan isi pikiran jika sejalan dengan
keyakinan pasien atau lingkungan kultural
5. Bicara.
Gagasan,

pikiran,

perasaan

yang

diekspresikan

melalui

bahasa,

komunikasi dalam penggunaan kata dan bahasa.
b. Gangguan bicara.
1) Tekanan Bicara, yaitu bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan
kesulitan untuk memutus pembicaraan.
2) Logorrhhea, yaitu suka banyak bicara, kwantitas bicara berlebih,
bertalian dan logis.
3) Miskin bicara (poverty of speech), yaitu pembatasan jumlah bicara
yang digunakan, jawaban mungkin monosillabic.
4) Bicara yang tidak spontan, yaitu respon verbal yang diberikan
hanya jika ditanya atu dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang
dimulai dari diri sendiri.
5) Miskin isi bicara, yaitu kwantitas kata adekuat, tetapi sedikit
memberi informasi karena ketidak jelasan, kekosongan, atau frasa
yang stereotipik.
6) Diprosodi, yaitu hilangnya irama bicara normal ( lawannya prosodi
).
7) Distartria, yaitu celat, cedal, kesulitan dalam artikulasi, bukan
dalam penemuan kata atau bahasa.
8) Gagap, yaitu pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata
yang sering dan menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang
jelas.
9) Kekacauan bicara, yaitu bicara`yang aneh dan disritmik, yang
mengandung semburan yang cepat dan menyentak.
c. Gangguan afasia
Gangguan dalam mengeluarkan bahasa.

26
1) Afasia motorik (afasia ekspresif, afasia kortikal, afasia tidak fasih,
afasia Broka), yaitu gangguan bicara disebabkan oleh gangguan
kognitif dimana pengertiannya tetap tetapi kemampuan untuk bicara
terganggu, bicara banyak berhenti, bicara susah, bicara tidak fasih
adan ekspresif.
2) Afasia sensorik (afasia reseptif, afasia subkorteks, afasia Wernicke,
afasia fasih), yaitu kehilangan kemampuan organik untuk mencari
kata, bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan tidak
mengerti yang dibicarakan.
3) Afasia nominal (afasia anomia, afasia amnestik ), yaitu kesulitan
untuk menemukan nama yang tepat suatu benda.
4) Afasia sintatikal, yaitu ketidakmampuan menyusun kata-kata dalam
urutan yang tepat.
5) Afasia global, yaitu gabungan afasia motorik dan afasia sensorik.
6. Persepsi
Suatu proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi
psikologis; suatu proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke
kesadaran.
a. Gangguan persepsi.
1) Halusinasi
Persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai stimuli eksternal
yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi
waham tentang pengalaman halusinasi.
a)

Halusinasi hipnagogik yaitu halusinasi terjadi saat akan
tertidur.

b)

Halusinasi hipnopompik yaitu halusinasi terjadi saat bangun
tidur.

27
c)

Halusinasi visual yaitu halusinasi penglihatan dapat berupa
orang, benda (fisik) atau citra yang tidak berbentuk (kilatan),
sering terjadi pada kerusakan otak.

d)

Halusinasi olfaktorik (cium) yaitu halusinasi membau
sesuatu, sering terjadi pada kerusakan otak.

e)

Halusinasi akustik (auditorik) yaitu halusinasi dengar,
ditemukan lebih 99 % halusinasi.

f)

Halusinasi kecap (gustatoris), yaitu halusinasi tentang rasa
kecap yang palsu; paling sering pada gangguan organik

g)

Halusinasi somatik, yaitu sensasi palsu tentang sesuatu hal
yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering
berasal dari visceral (dikenal sebagai halusinasi kinestetik)

h)

Halusinasi raba (taktil, haptik) yaitu halusinasi ada sesuatu
rabaan pada kulit, adanya gerakan dibawah kulit.

i)

Halusinasi somatik (halusinasi kinestetik) yaitu halusinasi
adanya kejadian disuatu alat/bagian tubuhnya.

j)

Halusinasi liliput (mikroskopik) yaitu halusinasi dimana
benda yang dilihat tapak lebih kecil ukurannya.

k)

Halusinasi

yg

sejalan

dg

mood

(mood-congruent

hallucination) yaitu halusinasi dimana isi halusinasi adalah
konsisten dengan mood.
l)

Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (moodincongruent hallucination) yaitu halusinasi dimana isinya
tidak konsisten dengan mood.

m)

Halusinosis yaitu halusinasi oleh karena pengunaan alkohol
yang kronik.

n)

Sinestesia yaitu halusinasi yang muncul diadahului halusinasi
yang lain, misalnya halusinasi visual didahului halusinasi
pembauan.

28
o)

Trailling phenomena yaitu halusinasi oleh karena pengguaan
obat/zat.

2) Illusi.
Mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang
nyata.
b. Gangguan persepsi yang berhubungan dengan gangguan kognitif
yaitu

ketidakmampuan

mengenali,

menginterpretasikan

kepentingan kesan sensorik.
1)

Agnosognosia

(ketidaktahuan

tentang

penyakit):

yaitu

ketidakmampuan mengenali suatu defek neurologis yang terjadi
pada dirinya.
2)

Somatopagnosia (autopagnosia) yaitu tidak mengenali bagian
tubuhnya sendiri.

3)

Agnosia visual yaitu tidak mengenali benda/orang yang sudah
dikenalnya.

4)

Astereognosia

yaitu

tidak

mengenal

benda

melalui

sentuhan/rabaan.
5)

Prosopagnosia yaitu tidak mengenali wajah.

6)

Apraksia yaitu ketidakmampuan mengerjakan tugas tertentu.

7)

Stimultagnosia yaitu ketidakmampuan mengerti lebih satu elemen
pandangan visual pada`suatu waktu atau mengintegrasikan
bagian-bagian menjadi keseluruhan.

8)

Adiadokokinesia

yaitu

ketidakmampuan

untuk

melakukan

pergerakan yg berubah dengan cepat
c. Gangguan persepsi yang berhubungan fenomena konversi dan
disosiasi.
1)

Anestesia histerik yaitu hilangnya modalitas sensorik disebabkan
konflik emosional.

29
2)

Makropsia yaitu benda-benda yang dilihat tampak lebih besar dari
yang sebenarnya.

3)

Mikropsia yaitu benda-benda yang dilihat tampak lebih kecil dari
yang sebenarnya.

4)

Depersonalisasi yaitu perasaan subjektif dirinya berubah terhadap
lingkungannya.

5)

Derealisasi yaitu perasaan subjektif lingkungannya berubah
terhadap dirinya.

6)

Fugue yaitu mengambil identitas baru pada amnesia dari identitas
lama, pasien dapat bertindak dg identitas baru tersebut.

7)

Kepribadian ganda (multiple personality) yaitu satu orang yang
tampak pd wkt yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian
atau karakter yang sama sekali berbeda ( gangguan disosiasi ).

7. Daya Ingat
Fungsi dimana informasi disimpan di otak dan selanjutnya diingat kembali
ke kesadaran.
a. Gangguan daya ingat
1)

Amnesia yaitu ketidakmampuan sebagian atau seluruhnya untuk
mengingat pengalaman masa lalu, bisa organik atau psikogenik.
a) Amnesia anterograde, yaitu tidak mengingat sesuatu sebelum
kejadian.
b) Amnesia retrograde, yaitu tidak mengingat ssesuatu sesudah
kejadian.

2)

Paramnesia yaitu pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan.
a) Fausse reconnaissance, yaitu pengenalan yang palsu
b) Pemalsuan retrospektif, yaitu ingatan secara tidak diharapkan
menjadi terdistorsi pada saat disaring melalui keadaan
emosional, kognitif, dan pengalaman pasien sekarang

3)

Konfabulasi, yaitu cerita ada sesuatu tidak mempunyai dasar
kenyataan.

30
4)

Déjà vu yaitu merasa sudah melihat sesuatu tetapi sebenarnya
belum melihatnya.

5)

Deja etendu yaitu merasa sudah mendengar sesuatu tetapi
sebenarnya belum mendengarnya.

6)

Jamais vu yaitu merasa belum melihat, sebenarnya sudah
melihatnya.

7)

Jamais etendu ( pense ) yaitu merasa belum mendengar, sebenarnya
sudah mendengarnya.

8)

Hiperamnesia

yaitu

peningkatan

derajat

penyimpanan

dan

pengingatan.
9)

Screen memory yaitu ingatan yang dpt ditoleransi secara sadar
menutupi ingatan yang menyakitkan.

10) Represi yaitu melupakan ingatan secara tidak sadar karena tidak
dapat diterima.
11) Letologika yaitu ketidakmampuan sementara mengingat nama suatu
orang/benda.
b. Tingkat daya ingat.
Daya ingat segera ( immediate ) yaitu mengingat hal-hal yang
dirasakan dalam beberapa detik sampai menit.
1) Segera (immediate) yaitu reproduksi atau pengingatan hal-hal yang
dirasakan dalam beberapa detik sampai menit
2) Daya ingat baru ( recent ) yaitu mengingat hal-hal yang dirasakan
dalam waktu hitungan hari/minggu/bulan.
3) Agak lama (recent past) yaitu pengingatan peristiwa yang telah
lewat selama beberapa bulan.
4) Jauh ( remote ) yaitu mengingat peristiwa jauh ( tahun ).
8. Intelegensia
Kemampuan untuk mengerti mengingat menggerakkan dan menyatukan
secara konstruktif pengalaman
menghadapi situasi yang baru.

atau pelajaran sebelumnya dalam

31
Intelegensia yaitu faktor bakat.
Intelektual yaitu faktor pendidikan.
a. Retardasi mental.
Kurangnya intelegensia sampai derajat dimana terjadi gangguan pada
kinerja sosial dan pendidikan.
Borderline yaitu dibawah rata-rata. IQ kurang 90.
1) R.M ringan yaitu IQ 55 - 79 ( debil ).
2) R.M sedang. IQ 30 - 50 ( imbecil ).
3) R.M berat yaitu IQ kurang 30 ( idiot ).
b. Demensia ( pikun ).
Perburukan fungsi intelektual secara global tanpa pengaburan
kesadaran, terjadi karena faktor kerusakan otak.
1) Diskalkulia ( akalkulia ) yaitu hilangnya kemampuan berhitung.
2) Disgrafia ( agrafia ) yaitu hilangnya kemampuan menulis atau
menyususn struktur kata.
3) Aleksia yaitu hilangnya kemampuan membaca, penglihatan
baik.
c. Pseudo demensia.
Ada gejala dan tanda seperti demensia yang tidak disebabkan oleh
kerusakan otak dan sering disebabkan oleh depresi.
d. Berfikir konkrit.
Berfikir harfiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian
nuansa arti, pikiran satu dimensi.
e. Berfikir abstrak.
Kemampuan untuk mengerti nuansa arti, berfikir multi dimensi dgn
kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis dgn tepat.
9. Tilikan ( Insight )
Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatau situasi spt kumpulan gejala.

32
a. Tilikan intelektual yaitu mengerti kenyataan objektif tentang suatu
keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara
yang berguna untuk mengatasi situasi
b. Tilikan sesungguhnya yaitu mengerti kenyataan objektif tentang suatu
situasi disertai dengan daya pendorong motivasi dan emosi untuk
mengatasi situasi.
c. Tilikan terganggu yaitu hilangnya kemampuan untuk mengerti
kenyataan objektif dari suatu situasi.
10. Pertimbangan ( Judgment ).
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara
tepat di dalam situasi tersebut.
a. Pertimbangan kritis yaitu kemampuan menilai, melihat, dan
memilih berbagai pilihan didalam suatu situasi.
b. Pertimbangan otomatis yaitu kinerja reflek didalam suatu tindakan.
c. Pertimbangan terganggu yaitu hilangnya kemampuan untuk
mengerti suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.
WAHAM
d. Definisi Waham
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh atau bisa pula tidak
aneh (hanya sangat tidak mungkin) dan tetap dipertahankan meskipun
telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba
dkk, 2008).
Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan isi
pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kepercayaan yang
telah terpaku/terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan
fakta dan kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika disuruh membuktikan
berdasar akal sehatnya, tidak bisa. Atau disebut juga kepercayaan yang
palsu dan sudah tidak dapat dikoreksi (Baihaqi, 2007).

33
Delusi atau waham merupakan gagasan (idea) atau pendapat bahwa
seorang individu meyakini

sutu kebenaran, yang kemungkinan besar

bahkan hampir pasti, jelas, tidak mungkin (Wiramihardja, 2007).
e. Penyebab Waham
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham
yang dijelaskan oleh Towsend 1998 adalah :
1.1 Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap waham:
a) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang
memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang
tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa
kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan
suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus
otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari selsel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia.
c) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejalagejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan
asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
1.2 Teori Psikososial
a) Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan
suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu
hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke

34
dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan
mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang
penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak
mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil
dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan
suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak.
Karena ego menjadi lebih lemah

penggunaan mekanisme

pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi
suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan
penampilan dan segmen di dalam kepribadian.
2. Faktor Presipitasi
2.1 Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak
yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa
derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini
sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan
komponen degeneratif dari neuron. Waham somatic terjadi
kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan sensori pada
sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena
terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan (Boyd,
2005 dalam Purba dkk, 2008).
2.2 Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.

35
2.3 Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan
perilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi,
keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik,
masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan
dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan,
kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
3. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang
dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan perilaku kekuatan
dalam sumber koping dapat meliputi

modal intelegensi atau

kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik
anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena
mereka biasanya tidak hanya bel